ANALISIS BIAYA PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN DAN MINUMAN MADU DI PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN DESRINA DEWI RESPATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS BIAYA PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN DAN MINUMAN MADU DI PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN DESRINA DEWI RESPATI"

Transkripsi

1 ANALISIS BIAYA PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN DAN MINUMAN MADU DI PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN DESRINA DEWI RESPATI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biaya Produksi Air Minum Dalam Kemasan dan Minuman Madu di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 Desrina Dewi Respati NIM E

4 ABSTRAK DESRINA DEWI RESPATI. Biaya Produksi Air Minum Dalam Kemasan dan Minuman Madu di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Dibimbing oleh E. G. TOGU MANURUNG. Harga pokok AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) sangat dipengaruhi oleh biaya produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis biaya produksi AMDK dan minuman madu, harga pokok, Break Even Point (BEP) atau titik impas dan Return on Investment (ROI). Besarnya biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel dimana biaya bahan baku diperoleh dari nilai ekonomi air. Berdasarkan analisis, biaya produksi sebelum adanya nilai ekonomi air adalah Rp Nilai ekonomi air yang didapatkan adalah Rp692/liter, dengan demikian biaya produksi setelah adanya nilai ekonomi air adalah Rp Tingginya biaya produksi menyebabkan harga pokok yang diperoleh juga tinggi, sekitar Rp sampai dengan Rp Nilai BEP menunjukkan Perhutani mendapatkan keuntungan dari minuman madu tetapi harus menghentikan produksi AMDK atau menaikkan harga jualnya. Nilai ROI tidak dapat diperoleh karena Perhutani tidak mendapatkan keuntungan. Berdasarkan hasil analisis, perusahaan mengalami kerugian dan untuk mendapatkan keuntungan, biaya produksi harus ditekan. Kata kunci: Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), harga pokok, minuman madu, Return on Investment, titik impas ABSTRACT DESRINA DEWI RESPATI. Cost Analysis of Bottled Drinking Water and Honey Water at Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Supervised by E. G. TOGU MANURUNG. The main price of bottled drinking water and honey water is strongly influenced by the production cost. The objective of this research is to analyze the production cost of bottled drinking water and honey water, its main price, Break Even Point (BEP) and Return on Investment (ROI). The value of production cost includes fixed cost and variable cost which the raw material cost is obtained from Water Economic Valuation (WEV). Based on analysis, production cost before WEV is Rp The Water Economic Valuation that obtained is Rp692/litre so that the production cost after WEV is Rp The high production cost makes the main price is also high, around Rp to Rp Value of BEP shows Perhutani earn profit from honey water but should stop the production of bottled drinking water or makes its price higher. Value of ROI can t be obtained because there is no net profit that produced by Perhutani. Based on the result of this analysis, the company is loss and to earn profit, the cost production should be pressed. Key word: Bottled drinking water,break Even Point, honey water, main price, Return on Investment

5

6 ANALISIS BIAYA PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN DAN MINUMAN MADU DI PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN DESRINA DEWI RESPATI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

7

8 Judul Skripsi:Analisis Biaya Produksi Air Minum Dalam Kemasan dan Minuman Madu di Perum Perhutani Unit TIl Jawa Barat dan Banten Nama : Deslina Dewi Respati NIM : E Disetujui oleh, Dosen Pembimbing Dr. Jr. E. G. Togu Manurung, MS NIP Tanggal Lulus: 19 Ote 2013

9 Judul Skripsi :Analisis Biaya Produksi Air Minum Dalam Kemasan dan Minuman Madu di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten Nama : Desrina Dewi Respati NIM : E Disetujui oleh, Dosen Pembimbing Dr. Ir. E. G. Togu Manurung, MS NIP Diketahui oleh, Ketua Departemen Hasil Hutan Prof. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc NIP Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah Ekonomi Industri Hasil Hutan, dengan judul Analisis Biaya Produksi Air Minum Dalam Kemasan dan Minuman Madu di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir E G Togu Manurung, MS. selaku pembimbing, serta Bapak Ir Bintang CH. Simangunsong, PhD yang telah banyak memberi masukan dan saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Wahyudin, SE, M Ak., Bapak Iwan Gurmana, S Hut, Bapak Hendro Arwinto, Bapak Henhen Suhendar, Bapak Mohamad Ridwan, Bapak Sapta, Teh Iin dan seluruh karyawan PAMDK Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten serta warga Kampung Curug, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang yang telah banyak membantu selama pengumpulan data. Terima kasih kepada Alfin, Jessica, Riska Yuni, Tia, Dhita dan seluruh teman THH angkatan 46 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Linda, Furi, Novia dan Kharisma yang selalu memberikan saran dan dukungan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2013 Desrina Dewi Respati

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Air Minum dalam Kemasan (AMDK) 2 Minuman Madu 3 Analisis Biaya Produksi Air Minum Dalam Kemasan 3 Analisis Break Even Point (BEP) 4 Analisis Harga Pokok 4 Analisis Profitabilitas (ROI) 5 METODE 5 Waktu dan Lokasi Penelitian 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5 Metode Analisis Data 5 KONDISI UMUM PERUSAHAAN 8 Sejarah Perusahaan 8 Lokasi Perusahaan 9 Tenaga Kerja, Sistem Kerja dan Sistem Pengupahan 9 Jenis dan Sumber Bahan Baku 10 Proses Produksi 10 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Biaya Produksi AMDK dan Midu 12 Analisis Break Even Point 15 Analisis Harga Pokok 16 Analisis Profitabilitas (ROI) 17 SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 18 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 19

12 LAMPIRAN 21 RIWAYAT HIDUP 29

13 DAFTAR TABEL 1 Komponen penyusun biaya produksi AMDK 6 2 Jumlah produksi PAMDK Perhutani tahun Biaya tetap produksi AMDK di PAMDK Perhutani 12 4 Biaya tetap produksi minuman madu dan total biaya tetap di PAMDK Perhutani 13 5 Biaya variabel produksi AMDK di PAMDK Perhutani 14 6 Biaya variabel produksi minuman madu dan total biaya variabel di PAMDK Perhutani 14 7 Nilai ekonomi air berdasarkan harga-harga pasaran 14 8 Biaya produksi AMDK dan minuman madu di PAMDK Perhutani 15 9 Break Even Point untuk seluruh komoditi AMDK dan minuman madu di PAMDK Perhutani Harga-harga Seluruh Komoditi AMDK dan Midu di PAMDK Perhutani 17 DAFTAR GAMBAR 1 PAMDK Perum Perhutani 9 2 Bak penampung di sumber 10 3 Proses pengemasan minuman madu 11 DAFTAR LAMPIRAN 1 Jumlah hasil produksi dan hasil penjualan AMDK dan minuman madu per unit di PAMDK Perhutani tahun Jumlah hasil produksi dan hasil penjualan AMDK dan minuman madu per liter di PAMDK Perhutani tahun Perhitungan penyusutan (depresiasi) dan bunga modal 22 4 Total biaya produksi per komoditi AMDK dan minuman madu di PAMDK Perhutani tahun Perhitungan nilai ekonomi air 24 6 Perhitungan total biaya produksi per komoditi AMDK dan minuman madu di PAMDK Perhutani tahun 2012 dengan biaya bahan baku (nilai ekonomi air) 25 7 Perhitungan break even point per komoditi per harga jual 26 8 Perhitungan harga pokok 28

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan memiliki banyak potensi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk keberlangsungan hidup. Namun, kebanyakan orang hanya mengetahui hasil hutan adalah kayu. Sebenarnya masih banyak hasil hutan bukan kayu yang dapat dimanfaatkan manusia seperti madu, bambu, getah-getahan dan rotan yang merupakan segelintir hasil hutan bukan kayu. Kini, air yang mengalir dari pegunungan pun dimanfaatkan potensinya sebagai hasil hutan bukan kayu. Air ini diolah dengan sistem multifiltrasi menjadi air minum dalam kemasan yang kemudian dijual kepada masyarakat. Semakin sulitnya penyediaan air layak konsumsi serta modernisasi yang menuntut kepraktisan kebutuhan hidup menyebabkan pergesaran kebiasaan dan perilaku manusia (Rahayu 2008). Oleh karena itu masyarakat kini telah beralih dari mengonsumsi air minum biasa yang dimasak menjadi air minum dalam kemasan (AMDK). Hal inilah yang membuat berkembangnya industri air minum dalam kemasan yang ternyata menjadi salah satu sumber investasi yang menjanjikan yang diperkuat dengan pernyataan Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin), Hendro Baroena yang menyatakan konsumsi AMDK tahun 2013 bisa meningkat 10% dibanding tahun 2012 yang konsumsinya sebesar 19.8 miliar liter, sehingga diperkirakan konsumsi tahun ini sebesar miliar liter (Herdiyan 2012). Perum Perhutani sebagai salah satu BUMN di bidang kehutanan menangkap hal ini dan sejak tahun 2006 mulai mengoptimalkan potensi sumber daya hayati dengan memanfaatkan sumber air alamiah yang terdapat di areal kelolaan dengan memproduksi AMDK. Produksi AMDK yang diberi merk Air Perhutani ini berlangsung di bawah KBM Agroforestry dan Usaha Lain Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Jumlah produksi Air Perhutani berkisar 12 juta liter/tahun dengan pemasaran dalam negeri sebesar 80% dan ekspor ke Jepang sebesar 20%. Ekspor ini merupakan ekspor perdana Perhutani untuk produk bukan kayu yakni Air Minum Dalam Kemasan (Perhutani 2011). Saat ini ada sekitar 500 perusahaan AMDK yang beroperasi di Indonesia. Dari sekian banyak pemain di industri ini, hanya sekitar 10 perusahaan yang menguasai 60 persen pangsa pasar AMDK, seperti misalnya Aqua, Club, Pure Life, Ades, PrimA, Cleo, dan Vit (Herdiyan 2012). Dengan kualitas yang dimiliki Air Perhutani, tentu saja ada peluang bagi Perhutani untuk dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang menguasai pasar AMDK tersebut. Selain AMDK, minuman kesehatan pun merebak di kalangan masyarakat. Selain dapat melepas dahaga, minuman kesehatan ini pun dapat memberikan manfaat yang berguna bagi tubuh, salah satunya adalah minuman madu. Perhutani pun kini memproduksi minuman madu yang dikemas layaknya AMDK sebagai salah satu pengembangan produk hasil hutan non-kayu. Namun menurut Rahayu (2012), produk minuman madu Perhutani ini masih sulit bersaing dengan air minum dalam kemasan lainnya. Hal ini dikarenakan harganya yang mahal dibanding berbagai minuman dengan berbagai macam rasa dan manfaat. Untuk satu cup minuman madu harga yang dipatok adalah Rp Kondisi harga yang

15 2 cukup tinggi ini menyulitkan minuman madu untuk bersaing dengan produk minuman dalam kemasan dari perusahaan lain. Hal ini tercermin dari data target penjualan yang belum tercapai. Data sampai dengan Oktober 2011 melaporkan penjualan minuman madu Wanajava baru tercapai Rp480 juta dari target sebesar Rp1 milyar. Untuk itu, diperlukan suatu pengaturan dan pengawasan yang baik dalam kegiatan produksinya, yaitu perencanaan produksi, pengawasan pembiayaan, penilaian efisiensi, penekanan biaya produksi dan penentuan harga jual yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan analisis biaya produksi yang merupakan komponen penting dalam setiap pengambilan keputusan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Oleh karena itu, penelitian tentang analisis biaya produksi AMDK dan minuman madu Perum Perhutani ini diharapkan dapat membantu dalam pengelolaan produksi AMDK dan tingkat keuntungan yang didapat perusahaan. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menghitung biaya produksi AMDK dan minuman madu Perum Perhutani Bogor. 2. Menghitung nilai break even point (BEP) dan nilai return on investment (ROI). 3. Menentukan harga pokok AMDK dan minuman madu Perum Perhutani. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan tentang komponen biaya produksi untuk kepentingan pengelolaan dan pengendalian biaya, serta memberikan informasi kepada mahasiswa dan masyarakat tentang proses pembuatan AMDK dan minuman madu serta komponen biaya produksinya. TINJAUAN PUSTAKA Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Kebutuhan akan air bersih merupakan suatu kebutuhan yang mendasar bagi seluruh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat terhadap pola konsumsi air yang bermutu, sehat dan berkualitas maka masyarakat juga memerlukan hadirnya sebuah produk air minum yang berkualitas, sehat dan terjangkau. Kebutuhan akan hadirnya air minum dalam kemasan pun juga didorong oleh banyaknya kegiatan atau event yang dilaksanakan dalam lingkungan masyarakat hingga instansi kerja, baik pemerintah hingga swasta (Juniar 2010). Salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan adanya air minum yang sehat dan berkualitas dengan harga yang terjangkau tersebut adalah hadirnya sebuah produk air minum dalam kemasan. Produk air

16 minum dalam kemasan ini juga menjadi salah satu pilihan alternatif air minum karena sifatnya yang praktis untuk digunakan. Air minum adalah semua air baik yang masih bersifat alami maupun yang telah mengalami proses tertentu, misalnya desalinasi pada air laut dan memenuhi standar air minum yang telah ditetapkan. Standar air minum dibedakan menjadi air minum biasa, air mineral (mineral water), air mineral alami dan air minum dalam kemasan. Menurut Standar Industri Indonesia (SII) , AMDK didefinisikan sebagai air yang telah diproses, dikemas dan aman untuk diminum langsung (Juniar 2010). Bisnis AMDK sangat menjanjikan karena kebutuhan akan air minum terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Menurut Munandar et al. (2003), berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1994 konsumsi AMDK masyarakat seluruh Indonesia sebanyak 1.4 miliar liter, konsumsi ini terus meningkat sampai 2.38 miliar liter pada tahun 1998, 2.75 miliar liter pada tahun 1999 dan 3.64 miliar liter pada tahun Untuk tahun , kebutuhan air minum kemasan diperkirakan mencapai miliar liter (Perhutani 2011) dan pada tahun 2012 konsumsi AMDK masyarakat seluruh Indonesia adalah 19.8 miliar liter. Pada tahun 2013 ini diperkirakan konsumsi AMDK adalah sebesar miliar liter, meningkat 10% dari tahun sebelumnya (Herdiyan 2012). Minuman Madu Madu merupakan zat alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar dan sumber energi serta bahan yang diubah menjadi lemak dan glikogen (Rahayu 2012). Madu memiliki banyak khasiat antara lain dapat menyembuhkan kekurangan darah, menguatkan jantung dan ginjal, menyembuhkan pecah-pecah pada kaki serta dapat digunakan untuk menjaga kesehatan (Adrian 2005). Oleh karena itu Perhutani kini memproduksi minuman madu sebagai healthy drink yang praktis diminum dimana dan kapan saja. Menurut Rahayu (2012), konsumsi madu di negara industri seperti Jerman, Jepang, Perancis, Inggris dan lain-lain rata-rata mencapai jumlah g per kapita per tahun. Di negara-negara berkembang konsumsi madu diperkirakan sekitar 70 g per kapita per tahun. Oleh karena itu, perkembangan berbagai produk industri makanan dan minuman pun terutama yang berguna untuk menjaga kesehatan, semakin meluas dan meningkat. Analisis Biaya Produksi Air Minum Dalam Kemasan Biaya produksi digolongkan dalam biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap (konstan) dan tidak tergantung volume produksi, sedangkan biaya tidak tetap (biaya variabel) adalah biaya yang berubah sesuai dengan besarnya produksi. Biaya tetap terdiri dari elemen-elemen biaya : upah, penyusutan, overhead tetap dan sebagainya, sedangkan biaya variabel diklasifikasikan menjadi biaya bahan baku, upah langsung, bahan bakar, bahan penolong, bahan pengepakan. Overhead variabel terdiri dari bahan perlengkapan, pemeliharaan instalasi, pemeliharaan bangunan dan sebagainya (Fakultas Pertanian UNS 1996). 3

17 4 Penghitungan biaya produksi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar biaya produksi atau kegiatan usaha yang telah dilakukan (historis) dan seberapa perkiraan biaya produksi untuk kegiatan yang akan datang (prediksi). Analisis biaya produksi bermanfaat dalam penentuan besarnya harga pokok, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan dalam proses produksi (Nugroho 2002). Berdasarkan hasil penelitian Marsalina et al. (2013) mengenai analisis penentuan harga pokok AMDK pada PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara pada bulan Desember 2011 biaya yang dikeluarkan paling besar adalah biaya variabel yakni mencapai Rp Sedangkan total biaya tetap yang dikeluarkan perhusahaan untuk memproduksi AMDK adalah Rp Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya variabel yang dikeluarkan dalam memproduksi AMDK lebih besar dibanding biaya tetap yakni sebesar 72% dari total biaya produksi. Nilai Ekonomi Air Bahan baku yang digunakan adalah air yang merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang saat ini masih merupakan barang publik, belum merupakan barang ekonomi. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air Pasal 45 Ayat 2 dan 3 menyebutkan pengusahaan sumberdaya air dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, perseorangan, badan usaha atau kerjasama antar badan usaha berdasarkan izin pengusahaan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah, maka dimungkinkan adanya perubahan air sebagai barang publik menjadi barang ekonomi (Purwanto et.al 2006). Perubahan air dari barang publik menjadi barang ekonomi dapat menimbulkan konflik antar sektor ataupun antar kelompok masyarakat. Potensi konflik tersebut dapat dikurangi dengan negosiasi antar stake holder dengan memakai ukuran-ukuran tertentu. Perhitungan kajian nilai ekonomi air terhadap Perusahaan AMDK ini dilakukan sebagai instrumen negosiasi tersebut selain juga sebagai pemenuhan terhadap UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air Pasal 45 Ayat 1 yang disebutkan bahwa pengusahaan sumberdaya air diselenggarakan dengan memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian lingkungan hidup. Analisis Break Even Point (BEP) Break even point (BEP) atau titik impas merupakan suatu tingkat produksi minimum dimana penghasilan total sama dengan pembiayaan total. Dengan dilakukan analisis ini, perusahaan dapat mengetahui volume penjualan minimum yang tidak mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian walaupun belum memperoleh laba (Nugroho 2002). Analisis Harga Pokok Harga pokok adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk produksi suatu barang atau jasa selama periode yang bersangkutan. Analisis harga pokok dilakukan untuk menentukan harga pokok perusahaan dalam menentukan tingkat

18 keuntungan yang ingin dicapai. Setiap perusahaan memiliki nilai harga pokok yang berbeda satu dengan yang lainnya (Kuswadi 2005). Analisis Profitabilitas (ROI) Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari hasil penjualannya, baik dari seluruh kemampuan dan sumberdaya yang ada. Kemampuan perusahaan memperoleh laba ini umumnya dinyatakan dalam ROI (Return on Investment). Nilai ROI diperoleh dengan membagi laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan dengan seluruh aset atau modal yang dimiliki perusahaan. Semakin besar nilai ROI, maka semakin besar pula laba bersih yang diperoleh perusahaan (Kuswadi 2005). 5 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober 2013 di Kampung Curug, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, tempat KBM Industri Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten memproduksi Air Perhutani dan Minuman Madu. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara pengukuran langsung dan wawancara di lapangan, sementara data sekunder dikumpulkan dengan pencatatan data yang tersedia di perusahaan atau pengutipan dari laporan dan literatur yang berkaitan. Metode Analisis Data Analisis yang dilakukan adalah analisis biaya produksi, analisis nilai ekonomi air, analisis break even point, analisis harga pokok dan analisis profitabilitas (ROI). Analisis Biaya Produksi Analisis biaya produksi AMDK dilakukan untuk mengetahui struktur biaya yang diperlukan dan besarnya keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Biaya produksi terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Komponen-komponen biaya dalam memproduksi AMDK dapat dilihat dalam Tabel 1.

19 6 Tabel 1 Komponen penyusun biaya produksi AMDK Jenis data Komponen 1. Biaya tetap Penyusutan dan bunga modal untuk mesin dan peralatan produksi Gaji karyawan tetap Overhead tetap (administrasi perkantoran) Pemeliharaan dan perbaikan Pemasaran (promosi) Pajak 2. Biaya variabel Biaya bahan baku Biaya bahan penolong Upah karyawan harian Biaya Tetap Biaya tetap yang dimaksud meliputi biaya penyusutan dan bunga modal untuk mesin dan peralatan produksi, gaji karyawan tetap, overhead tetap (administrasi perkantoran), biaya pemeliharaan inventaris (maintenance), transportasi, pemasaran (promosi) dan pajak. Biaya penyusutan dan bunga modal dilakukan terhadap komponen modal tetap, yaitu mesin dan peralatan produksi. Setelah itu dihitung dengan metode garis lurus seperti pada persamaan (1), sedangkan bunga modal dihitung dengan menggunakan persamaan (2). Dj = Pj Rj... (1) Nj Dimana : D j = depresiasi dari investasi ke-j (Rp/tahun); P j = harga beli dari investasi ke-j (Rp); R j = nilai sisa (rongsokan) dari investasi ke-j (rp); N j = masa pakai ekonomis dari investasi ke-j (tahun); j = 1,2,3,n ; jenis mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi Mj = {(Pj Rj)(Nj+1)+Rj} x i %. (2) 2 Nj Dimana : M j = bunga modal dari investasi ke-j (Rp/tahun); P j = harga beli dari investasi ke-j (Rp); R j = nilai sisa (rongsokan) dari investasi ke-j (Rp); N j = masa pakai ekonomis dari investasi ke-j (tahun); i%= tingkat bunga per tahun (% per tahun) j = 1,2,3,n ; jenis mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi Gaji karyawan tetap untuk setiap yang diproduksi didapatkan dengan persaman: Bg = Gt Q (3)

20 7 Dimana : Bg = biaya gaji per tahun (Rp) Gt = gaji yang dikeluarkan setiap tahun (Rp/tahun) Q = rata-rata produksi air minum dalam kemasan per tahun (liter/tahun) Biaya overhead tetap (administrasi perkantoran), biaya listrik, biaya pemeliharaan dan perbaikan. Biaya-biaya ini diperoleh dari hasil penelusuran literatur/laporan-laporan atau hasil wawancara dengan pembimbing lapangan/perusahaan. Biaya Variabel Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, bahan penolong, biaya upah karyawan harian. Biaya bahan baku dihitung dengan nilai ekonomi air, biaya bahan penolong dihitung dengan menggunakan persamaan (4), biaya upah atau gaji karyawan harian dihitung dengan menggunakan persamaan (5) B2 = n Gd.....(4) d=1 Q Dimana : B 2 = biaya bahan penolong (Rp/unit) G d = rata-rata biaya bahan penolong ke-d (Rp/bulan) Q = rata-rata produksi (liter/bulan) d = 1,2,3,n ; jenis bahan penolong yang digunakan dalam pembuatan AMDK Dimana : Vcl= biaya upah langsung (Rp/liter) UL= upah langsung (Rp/hari) P = produktivitas pekerja (liter/hari) Vcl = UL P.(5) Nilai Ekonomi Air Nilai ekonomi air PAMDK digunakan biaya dan penerimaan perusahaan selama lima tahun terakhir. Perolehan nilai ekonomi air ini dapat digunakan untuk keperluan biaya sosial yang salah satunya adalah biaya pembelian air baku. Perhitungan nilai ekonomi air dilakukan dengan menggunakan persamaan (6). WEv = Bi Ci Npi.. (6) Dimana : WEv = nilai Ekonomi Air (Water Economic Valuation) Bi = penerimaan tahun ke-i (Benefit) Ci = biaya tahun ke-i (Cost) Npi = keuntungan normal (Normal profit, 20% x cost)

21 8 Analisis Break Even Point Analisis break even point dilakukan untuk melihat produksi minimum yang harus dihasilkan sehingga pendapatan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan (Nugroho 2002). Perhitungan break even point dilakukan dengan menggunakan persamaan (7). N BEP = F H C. (7) Dimana : N BEP = tingkat produksi AMDKdan Midu pada titik impas (liter/tahun) F = biaya tetap per satuan unit waktu (Rp/tahun) C = biaya variabel per satuan unit (Rp/liter) H = harga per satuan unit (Rp/liter) Analisis Harga Pokok Analisis harga pokok dilakukan untuk mengetahui perbandingan biaya produksi terhadap kegiatan usaha yang telah dilakukan sebagai patokan dalam menentukan harga jual. Harga pokok dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (8). (1+P%)x T Hp =....(8) Q Dimana : HP = harga pokok AMDKdan Midu (Rp/liter) P = keuntungan yang diinginkan perusahaan (%) T = total biaya produksi (Rp) Q = jumlah produksi yang dihasilkan (liter) Analisis Profitabilitas (ROI) Analisis profitabilitas dilakukan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dapat dilihat dari nilai ROI yang dihasilkan dengan menggunakan persamaan (9). ROI = NI x 100%.(9) AV Dimana : ROI = kemampuan perusahaan memperoleh laba (%) NI = laba bersih yang dihasilkan perusahaan (Rp/tahun) AV = semua aset/modal yang dimiliki perusahaan (Rp/tahun) KONDISI UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan Air Perhutani dan Minuman Madu merupakan produk yang dihasilkan dari Pabrik Air Minum Dalam Kemasan (PAMDK) milik Perum Perhutani khususnya Unit III di bawah naungan KBM Agroforestry dan Usaha Lain. Mulai beroperasi

22 pada tanggal 1 Desember 2006 dengan menggunakan merek dagang Aqua Sylva. Jenis produk yang dihasilkan antara lain produk berupa cup 240 ml, botol 300 ml, botol 600 ml, botol ml serta galon 19 liter. Pada tahun 2008, merek dagang Aqua Sylva diganti menjadi Air Perhutani dan pada tahun 2013 berubah menjadi Tirta Forest. Namun pergantian Air Perhutani menjadi Tirta Forest dilakukan secara perlahan agar konsumen tetap setia menggunakan produk AMDK dari Perhutani. Minuman madu Perhutani awalnya diproduksi di Pusat Perlebahan Nasional (Pusbahnas), Parung. Sulitnya suplai dan pemrosesan air di Pusbahnas membuat pengolahan minuman madu dipindahkan ke pabrik AMDK di Babakan Madang pada tahun Lokasi Perusahaan PAMDK milik Perum Perhutani berlokasi di Kampung Curug, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. 9 Gambar 1 PAMDK Perum Perhutani Tenaga Kerja, Sistem Kerja dan Sistem Pengupahan Tenaga kerja pada PAMDK Perhutani ini terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu bagian kantor, bagian pabrik dan bagian armada pemasaran. Sistem pembagian tenaga kerja pada perusahaan ini dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu tenaga kerja tetap Perhutani, tenaga kerja harian Perhutani dan tenaga kerja harian pabrik. Waktu kerja didasarkan pada shift kerja. Tenaga kerja bagian kantor adalah shift netral dengan jam kerja WIB. Tenaga kerja bagian pabrik dibagi ke dalam tiga shift (shift 1, 2 dan 3) dengan jam kerja , dan Sistem pengupahan pada perusahaan ini terdiri dari tiga cara yaitu gaji tetap, upah harian Perhutani dan upah harian pabrik. Upah harian Perhutani disesuaikan dengan Upah Minimum Regional Kabupaten Bogor yang sebesar Rp Upah harian pabrik disesuaikan dengan jumlah hari masuk kerja dan lama kerja karyawan serta pendidikannya.

23 10 Jenis dan Sumber Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan AMDK dan minuman madu di PAMDK Perum Perhutani ini adalah air yang berasal dari sumber mata air di kawasan hutan kelolaan Perum Perhutani. Lokasi sumber mata air itu sendiri masuk ke dalam kawasan RKPH Babakan Madang dengan jarak sekitar 5 km dari pabrik. Debit air yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan AMDK ini adalah sebesar 1.4 liter/detik. Air yang bersumber dari mata air alami tersebut dialirkan melalui pipa dari bak penampung yang berada di sumber hingga ke bak penampung yang ada di pabrik. Minuman madu selain berbahan baku air juga berbahan baku madu. Madu yang digunakan oleh perusahaan ini berasal dari Pusbahnas Perhutani. Proses Produksi Proses Produksi Air Minum Dalam Kemasan Berikut tahapan-tahapan proses produksi AMDK secara rinci di PAMDK Perum Perhutani: 1. Penampungan Air dari sumber mata air ditampung di dalam empat bak penampung yang terletak di lokasi sumber. Air yang terdapat di dalam empat bak penampung itu dialirkan ke dalam dua bak penampung yang berada di pabrik melalui pipa. Air yang akan masuk ke dalam bak penampung melewati saringan awal berupa batu, pasir dan ijuk. Gambar 2 Bak penampung di sumber 2. Penyaringan Air yang akan diproses harus melewati tujuh tahap penyaringan. Pertama melalui sand filter untuk menghilangkan kontaminasi fisik, kedua melalui carbon filter untuk menghilangkan kontaminasi kimia dan selanjutnya melalui catridge filter yang terdiri dari 5 ukuran saringan untuk menghilangkan kontaminasi sisa. Penyaringan di catridge filter dimulai dari ukuran yang paling besar hingga ke ukuran paling kecil, yakni 5µ, 3µ, 1µ, 0.45µ dan 0.22µ. 3. Penampungan Produk Setengah Jadi Air yang telah melewati tujuh tahap penyaringan kemudian ditampung pada tangki penampungan produk setengah jadi.

24 4. Sterilisasi (Ozonisasi) Proses sterilisasi ini dilakukan dalam mixing tank dengan menginjeksikan ozon ± 0.6 ppm. Air yang terdapat dalam tangki penampung produk setengah jadi ini dialirkan ke mixing tank untuk sterilisasi dengan maksud mengurangi kontaminasi mikrobiologi. 5. Penampungan Produk Jadi Produk setengah jadi yang telah disterilisasi ditampung ke dalam penampungan produk jadi. 6. Pengemasan Proses pengemasan terdiri dari proses filling dan packing. Pada proses filling, air produk diberi sinar ultraviolet untuk memastikan kontaminasi mikrobiologi sudah terminimalisasi pada tingkat yang diterima. Proses Produksi Minuman Madu 1. Pemanasan Air Air dalam tangki produk jadi dipanaskan hingga mendidih. 2. Pencampuran Proses pencampuran dilakukan dengan mencampurkan madu, gula, asam sitrat, natrium benzoate dan bleaching earth ke dalam air yang sudah mendidih. 3. Pengendapan Hasil campuran tersebut kemudian diendapkan selama dua hari untuk mengendapkan zat-zat yang tidak terlarut saat pencampuran. 4. Penyaringan Setelah dua hari diendapkan, dilakukan penyaringan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi zat-zat yang tidak terlarut yang terbawa. 5. Pemanasan II Tahap pemanasan ke-2 dilakukan setelah proses penyaringan. Pemanasan dilakukan selama 1.5 jam dengan suhu 70 o C agar tidak terjadi fermentasi pada air madu. 6. Pengemasan Proses pengemasan terdiri dari proses filling dan packing. Pada proses filling, air madu produk diberi sinar ultraviolet untuk memastikan kontaminasi mikrobiologi sudah terminimalisasi pada tingkat yang diterima. 11 Gambar 3 Proses pengemasan minuman madu

25 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya Produksi AMDK dan Minuman Madu Biaya produksi digolongkan dalam biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap (konstan) dan tidak tergantung volume produksi, sedangkan biaya tidak tetap (biaya variabel) adalah biaya yang berubah sesuai dengan besarnya produksi. Jumlah produksi yang dihasilkan PAMDK Perhutani pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah produksi PAMDK Perhutani tahun 2012 Komoditi Cup Botol Botol Botol Galon Midu Midu 240 ml 300 ml 600 ml 1500 ml 19 liter 220 ml 200 ml TOTAL 48 cup 24 botol 24 botol 12 botol 24 cup 24 botol Q (unit) Q (liter) Sumber: PAMDK Perhutani 2012 Biaya tetap yang dikeluarkan Perhutani sebesar Rp yang terdiri dari biaya penyusutan, bunga modal, pemasaran, administrasi, gaji tetap, pemeliharaan dan pajak dimana rincian biaya dapat dilihat pada Tabel 3 untuk AMDK dan Tabel 4 untuk minuman madu dan biaya total per komoditi. Biaya pemasaran termasuk biaya tetap karena hanya terdiri dari biaya promosi yang tidak dipengaruhi dengan volume produksi. Biaya pengangkutan dan transportasi ditanggung oleh konsumen. Tabel 3 Biaya tetap produksi AMDK di PAMDK Perhutani Komoditi Biaya Produksi Cup Botol Botol Botol Galon 240 ml 300 ml 600 ml 1500 ml 19 liter Rupiah Biaya Tetap Biaya Penyusutan Bunga Modal Gaji karyawan Tetap Pemasaran Administrasi Pemeliharaan Pajak Total Sumber: PAMDK Perhutani 2012

26 Komponen biaya tetap yang paling besar adalah biaya penyusutan yakni sebesar Rp dan pada biaya bunga modal, suku bunga bank yang digunakan adalah sebesar 10.20%, menggunakan suku bunga Bank BNI tahun 2012 yang merupakan Bank BUMN yang digunakan Perhutani dalam kegiatan perbankannya. Tabel 4 Biaya tetap produksi minuman madu dan total biaya tetap di PAMDK Perhutani Komoditi Biaya Produksi Midu Midu TOTAL Biaya Tetap 220 ml 200 ml Rupiah Biaya Penyusutan Bunga Modal Gaji karyawan Tetap Pemasaran (promosi) Administrasi Pemeliharaan Pajak Total Sumber: PAMDK Perhutani Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya penolong dan biaya upah langsung. Bahan baku yang digunakan dalam produksi AMDK dan minuman madu adalah air yang berasal dari sumber mata air di kawasan hutan lindung kelolaan Perum Perhutani. Nilai ekonomi hutan lindung yang bersifat intangible belum banyak dilakukan perhitungan sehingga nilai jasa hutan lindung sering dihargai kecil. Akibatnya, penghargaan atau pengelolaan hutan lindung kurang optimal. Salah satu produk hutan lindung adalah air yang pada saat ini sebagian besar masih merupakan barang publik walaupun di beberapa tempat telah menjadi barang ekonomi seperti yang dimanfaatkan untuk air mineral. Berdasarkan UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pasal 45 ayat 1, 2 dan 3 serta untuk menghindari konflik antar sektor maupun antar kelompok masyarakat, dilakukan perhitungan nilai ekonomi air sebagai bentuk negosiasi. Nilai air untuk perusahaan AMDK dapat diperoleh dengan mengurangi jumlah penerimaan (benefit) tahun tersebut dengan biaya (cost) dan keuntungan normal (Purwanto et al 2006), karena itu tetap dilakukan perhitungan total biaya terlebih dahulu. Biaya variabel yang dikeluarkan PAMDK Perhutani adalah Rp dengan rincian hanya biaya bahan penolong dan biaya upah langsung yang dapat dilihat pada Tabel 5 untuk AMDK dan Tabel 6 untuk minuman madu serta biaya total per komoditi.

27 14 Tabel 5 Biaya variabel produksi AMDK di PAMDK Perhutani Komoditi Biaya Produksi Cup Botol Botol Botol Galon 240 ml 300 ml 600 ml 1500 ml 19 liter Biaya Variabel Rupiah Bahan Penolong Upah Langsung Total Sumber: PAMDK Perhutani 2012 Tabel 6 Biaya variabel produksi minuman madu dan total biaya variabel di PAMDK Perhutani Komoditi Biaya Produksi Midu Midu TOTAL 220 ml 200 ml Biaya Variabel Rupiah Bahan Penolong Upah Langsung Total Sumber: PAMDK Perhutani 2012 Jumlah biaya yang dikeluarkan PAMDK Perhutani adalah Rp sementara jumlah penerimaan hanya sebesar Rp Jumlah penerimaan yang lebih kecil dibanding jumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan menyebabkan angka dalam perhitungan nilai ekonomi air yang dihasilkan negatif, sehingga nilai ekonomi air diperoleh dengan pendekatan lain namun dengan metode yang sama. Jumlah penerimaan diperoleh dari harga-harga produk lain yang terdapat di pasaran yang dapat dilihat pada Tabel 7, kemudian dikurangi dengan jumlah biaya sebesar Rp dan jumlah keuntungan normal 20% yaitu Rp Tabel 7 Nilai ekonomi air berdasarkan harga-harga pasaran Aqua Vit Giant Nestle Prima Club 2 Tang Perhutani Rupiah Harga (600ml) Harga/liter Nilai air/liter (26) Rata-rata 692 Sumber: Giant Botani Square Harga yang diambil adalah harga jual pada komoditi botol 600 ml yang kemudian dikonversi menjadi harga per liter. Hasil yang didapatkan selanjutnya dirata-ratakan kecuali dengan harga jual Perhutani karena nilainya negatif. Besar nilai ekonomi air yang didapatkan adalah Rp692/liter yang kemudian akan

28 digunakan untuk perhitungan biaya bahan baku, yaitu mengalikannya dengan jumlah produksi tahun Dengan demikian, biaya produksi yang dikeluarkan menjadi bertambah dengan adanya nilai ekonomi air ini. Biaya variabelnya menjadi Rp dikarenakan adanya biaya bahan baku sebesar Rp sehingga total biaya produksi AMDK dan minuman madu pun menjadi sangat besar yaitu Rp seperti yang terlihat pada Tabel 8. Sementara untuk biaya produksi per komoditi setelah adanya nilai ekonomi air ini dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat biaya bahan baku merupakan komponen biaya variabel terbesar yang dikeluarkan. Tabel 8 Biaya produksi AMDK dan minuman madu di PAMDK Perhutani Biaya Produksi Biaya Tetap TOTAL Biaya Penyusutan Bunga Modal Gaji karyawan Tetap Pemasaran Administrasi Pemeliharaan Pajak Total Biaya Variabel Bahan Baku Bahan Penolong Upah Langsung Total Biaya Total Sumber: PAMDK Pehutani 2012 (diolah) Analisis Break Even Point Analisis break even point (BEP) dilakukan untuk mengetahui jumlah minimum yang harus diproduksi oleh perusahaan agar pendapatan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan atau tidak mengalami kerugian tetapi juga tidak memperoleh keuntungan (Nugroho 2002). BEP atau titik impas menggambarkan jumlah hasil produksi sama dengan jumlah biaya produksi, sehingga perusahaan berada pada kondisi tidak untung dan tidak rugi. Berdasarkan Tabel 9, seluruh komoditi AMDK memperoleh angka BEP yang negatif sedangkan pada minuman madu, angka yang diperoleh positif dan telah melampaui BEP untuk seluruh komoditi dan harga jual. 15

29 16 Tabel 9 Break Even Point untuk seluruh komoditi AMDK dan minuman madu di PAMDK Perhutani Komoditi Break Even Cup Botol Botol Botol Galon Midu Midu 200 Point (BEP) 240 ml 300 ml 600 ml 1500 ml 19 liter 220 ml ml Distributor (95 952) (29 561) (34 683) (8 237) ( ) Agen ( ) (34 324) (37 127) (9 549) ( ) Eceran ( ) (66 441) (47 078) (16 306) ( ) HJD sebelum PPn ( ) ( ) (35 597) (7 879) ( ) Hasil Produksi 151,356 29,223 36,141 3, ,945 33, Hasil Penjualan 153,075 28,921 34,899 2, ,441 34, Sumber: PAMDK Perhutani 2012 Keterangan : 1) BEP= Biaya tetap / (Harga-Biaya Variabel) 2) Harga Jual Dasar sebelum PPn Angka BEP yang negatif menunjukkan bahwa harga output lebih rendah dibanding biaya variabel produk sehingga menempatkan komoditi cup berada pada kondisi di bawah shut-down point. Kondisi shut-down point adalah kondisi dimana harga output sama dengan biaya variabel rata-rata (AVC). Pada kondisi ini apabila perusahaan tetap berproduksi dan dapat menjual semua output yang dihasilkan, maka perusahaan tersebut akan rugi sebesar biaya tetapnya. Kerugian sebesar biaya tetap itu juga dialami oleh perusahaan tersebut apabila ia tidak berproduksi. Apabila harga output lebih kecil daripada biaya variable rata-rata (AVC), maka perusahaan tersebut lebih baik menutup usahanya, atau dalam kasus perusahaan ini adalah menghentikan produksi komoditi AMDK. Laba akan diperoleh jika produksi dan penjualannya melampaui titik impas. Apabila penjualan masih berada di bawah titik impas, berarti perusahaan menderita rugi (Kuswadi 2005). Berdasarkan Tabel 9, hasil produksi dan penjualan minuman madu telah melampaui BEP sehingga dapat dikatakan perusahaan hanya mengalami keuntungan pada komoditi minuman madu. Meskipun begitu, jumlah produksi AMDK yang jauh lebih besar banyak menyebabkan perusahaan tetap merugi. Liter Analisis Harga Pokok Analisis harga pokok dilakukan untuk melihat perbandingan semua biaya yang dikeluarkan untuk produksi terhadap harga jual yang telah ditetapkan perusahaan. Penentuan harga pokok mutlak untuk dilakukan, agar diperoleh harga jual yang tepat, sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang diharapkan (Kuswadi 2005).

30 Tabel 10 Harga-harga Seluruh Komoditi AMDK dan Midu di PAMDK Perhutani Komoditi Harga Cup Botol Botol Botol Galon Midu Midu 240 ml 300 ml 600 ml 1500 ml 19 liter 220 ml 200 ml 48 cup 24 botol 24 botol 12 botol 24 cup 24 botol Distributor Agen Eceran HPP PHT HJD (tanpa PPn) HP Sumber: PAMDK Perhutani 2012 Keterangan : 1)Harga Pokok Produksi Perhutani= Biaya Produksi/Jumlah Produksi 2)Harga Jual Dasar sebelum PPn 3)Harga Pokok = {(1+P%) x total biaya}/jumlah produksi Perhitungan harga pokok dilakukan dengan menjumlahkan total biaya produksi yang dikeluarkan dan jumlah keuntungan yang diinginkan perusahaan yang kemudian dibagi dengan jumlah produksi. Jumlah keuntungan yang diinginkan perusahaan diperoleh dari persen keuntungan yang diinginkan perusahaan, yakni sebesar 20% dikalikan dengan total biaya produksi. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa besarnya harga pokok untuk produk cup 240 ml yaitu Rp27 907/unit, botol 300 ml yaitu Rp30 466/unit, botol 600 ml yaitu Rp41 000/unit, botol 1500 ml yaitu Rp42 122/unit, galon 19 liter yaitu Rp31 541/unit, minuman madu cup 220 ml yaitu Rp23 928/unit dan Rp53 276/unit untuk minuman madu botol 200 ml (Tabel 10). Harga pokok yang didapat jauh lebih besar dibanding harga-harga Perhutani dikarenakan Perhutani tidak memasukkan nilai ekonomi air ke dalam perhitungan. Pada perhitungan Perhutani, untuk menentukan harga mula-mula menentukan harga pokok produksinya baru kemudian menentukan HJD. Penentuan HJD umumnya dengan cara menjumlahkan HPP dan profit margin yang kemudian ditambah PPn sebesar 10%, namun angka HJD yang keluar dari PAMDK Perhutani ini juga ditentukan oleh kebijakan perusahaan. Kebijakan perusahaan tersebut dapat terlihat pada tabel bahwa HJD untuk cup 240 ml dan galon 19 liter lebih kecil dibanding dengan HPP. Berdasarkan tabel, terdapat tiga harga jual yang berbeda yakni distributor, agen dan eceran. Ketiga jenis harga tersebut diberlakukan dengan ketentuan syarat yang berlaku terhadap konsumen. Harga distributor dan agen yang lebih rendah daripada HJD merupakan salah satu sarana pendongkrak pasar, sedangkan harga eceran yang lebih rendah daripada HJD seperti pada botol 300 ml, merupakan kebijakan dari perusahaan. Analisis Profitabilitas (ROI) Kemampuan perusahaan memperoleh laba ini umumnya dinyatakan dalam ROI (Return on Investment). Pengertian Return on Investment adalah rasio yang 17

31 18 menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kuswadi 2005). Kerugian yang dialami menunjukkan bahwa perusahaan tidak mendapatkan hasil berupa net profit yang digunakan sebagai pembanding atas jumlah aktiva. Sehingga dengan kata lain dapat dikatakan nilai ROI-nya tidak ada. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Biaya produksi AMDK dan minuman madu awalnya adalah Rp yang terdiri dari dari biaya tetap sebesar Rp dan biaya variabel tanpa biaya bahan baku sebesar Rp Biaya bahan baku diperoleh dari perhitungan nilai ekonomi air dengan pendekatan harga pasar yaitu sebesar Rp 692/liter. Hal tersebut menyebabkan biaya variabel menjadi Rp karena adanya tambahan biaya bahan baku sebesar Rp , sehingga total biaya produksi AMDK dan midu adalah sebesar Rp Nilai Break Even Point (BEP) yang diperoleh menunjukkan perusahaan merugi. Angka yang dihasilkan untuk seluruh komoditi AMDK adalah negatif yang menunjukkan komoditi tersebut pada kondisi shut-down point. Pada midu, hasil produksi dan hasil penjualan berada di atas nilai BEP sehingga dapat dikatakan komoditi midu lebih menghasilkan keuntungan. Akan tetapi karena jumlah produksi AMDK yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan minuman madu menyebabkan perusahaan tetap mengalami kerugian. 3. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa besarnya harga pokok untuk produk cup 240 ml yaitu Rp27 973/unit, botol 300 ml yaitu Rp30 508/unit, botol 600 ml yaitu Rp41 083/unit, botol 1500 ml yaitu Rp42 224/unit, galon 19 liter yaitu Rp31 649/unit, minuman madu cup 220 ml yaitu Rp23 928/unit dan Rp53 275/unit untuk minuman madu botol 200 ml. Harga yang jauh lebih besar dibandingkan dengan harga-harga Perhutani dikarenakan Perhutani tidak mengenakan nilai ekonomi air dalam perhitungannya. 4. Kerugian yang dialami menunjukkan bahwa perusahaan tidak mendapatkan hasil berupa net profit yang digunakan sebagai pembanding atas jumlah aktiva. Hal tersebut menyebabkan nilai ROI tidak ada. Saran 1. Perusahaan dapat lebih meningkatkan hasil produksi karena hasil produksi masih 48% dari kapasitas produksi yang sebesar 12 juta liter per tahun. 2. Perbaikan alat-alat dan pelatihan sumber daya manusia perlu dilakukan untuk menghasilkan efektivitas dan efisiensi dalam berproduksi agar biaya yang dikeluarkan tidak begitu besar sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan.

32 3. Dalam perhitungan biaya produksi perusahaan harus memasukkan Nilai ekonomi air sebagai biaya bahan baku. Hal tersebut telah tercantum dalam Perundang-undangan bahwa air yang dimanfaatkan secara komersil bukan lagi menjadi barang publik melainkan sudah menjadi barang ekonomi. Selain itu nilai ekonomi air ini juga berfungsi sebagai alat negosiasi untuk menghindari konflik antar sektor dan dengan masyarakat setempat. 4. Biaya variabel yang lebih besar dibanding harga output menyebabkan angka BEP negatif pada produksi AMDK. Berdasarkan teori, lebih baik produksi AMDK dihentikan dan hanya memproduksi Minuman Madu karena perusahaan akan terus merugi. 5. Jika perusahaan tidak mau menghentikan produksi AMDK, perusahaan dapat menekan biaya produksi dan menaikkan harga output. Harga output disarankan selain melalui perhitungan juga dilakukan melalui survey pasar. 6. Pemasaran harus lebih digencarkan agar produk AMDK dan minuman madu PAMDK Perhutani dapat lebih dikenal masyarakat. 19 DAFTAR PUSTAKA Fakultas Pertanian Universtas Sebelas Maret Kajian Teknis Ekonomis Pengolahan Gondorukem Dalam Rangka Peningkatan Nilai Tambah Studi Kasus Di PGT Panggaran dan PGT Cimanggu. Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan Republik Indonesia dan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Herdiyan , Konsumsi air minum kemasan capai 21,78 milyar liter. [Internet] [diunduh 2013 Mei 9]. Tersedia pada: Juniar A Studi kelayakan pendirian pabrik air minum dalam kemasan PDAM Kabupaten Hulu Sungai Utara ditinjau dari aspek keuangan. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. 11(1) Kuswadi Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. Jakarta (ID): PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Marsalina I, Nurita A, dan Raden P U Analisis penentuan harga pokok produksi dalam menetapkan harga jual air minum dalam kemasan pada PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda. Munandar J, Faqih U, Meivita A Analisis faktor yang mempengaruhi preferensi konsumsi produk air minum dalam kemasan di Bogor. Jurnal Teknik Industri Pertanian. 13(3): Nugroho B Analisis Biaya Proyek Kehutanan. Bogor (ID): Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

33 20 Perhutani Perhutani memulai ekspor AMDK ke Jepang. [Internet] [diunduh 2013 Mei 11]. Tersedia pada: Purwanto, Cahyono S A, Murtiono U H, Ginoga K Kajian Nilai Ekonomi Hasil Air dari Hutan Lindung Baturaden. Bogor (ID): Seminar Pengelolaan DAS Cicatih 21 September Rahayu A Deteksi adanya bakteri pada air minum dalam kemasan galon. Jurnal Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Rahayu F Analisis strategi pemasaran air madu wanajava di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

34 Lampiran 1 Jumlah hasil produksi dan hasil penjualan AMDK dan minuman madu per unit di PAMDK Perhutani tahun 2012 Komoditi Harga Cup Botol Botol Botol Galon Midu Midu 240 ml 300 ml 600 ml 1500 ml 19 liter 220 ml 200 ml TOTAL 48 cup 24 botol 24 botol 12 botol 24 cup 24 botol Hasil Produksi Hasil Penjualan Lampiran 2 Jumlah hasil produksi dan hasil penjualan AMDK dan minuman madu per liter di PAMDK Perhutani tahun 2012 Komoditi Harga Cup Botol Botol Botol Galon Midu Midu 240 ml 300 ml 600 ml 1500 ml 19 liter 220 ml 200 ml TOTAL 48 cup 24 botol 24 botol 12 botol 24 cup 24 botol Hasil Produksi Hasil Penjualan

III. METODOLOGI. 3.4 Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah analisis biaya produksi, harga pokok,

III. METODOLOGI. 3.4 Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah analisis biaya produksi, harga pokok, III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada Perlebahan Madu Odeng, di Desa Bantar Jaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2008.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2012 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper, Karawang, Jawa Barat. 3.2 Jenis Data Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN DAN ANALISA SWOT

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN DAN ANALISA SWOT 41 BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN DAN ANALISA SWOT Berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada bab-bab sebelumnya, maka kami dapat melakukan pengolahan, perhitungan, dan analisa data seperti yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Metode Analisis Data Analisis Biaya Produksi

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Metode Analisis Data Analisis Biaya Produksi BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat dan Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. 3.2

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN.

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. Dwi Nugroho Artiyanto E 24101029 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 2 Keamanan Air Minum Isi Ulang. Suprihatin.

PENDAHULUAN. 2 Keamanan Air Minum Isi Ulang. Suprihatin. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting. Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air, dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Air Minum dalam Kemasan Ketika perkembangan zaman semakin menuntut segalanya harus lebih praktis, maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts 53 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts & Coffee Dalam proses menghasilkan produknya, PT. JCO Donuts & Coffee terlebih dahulu

Lebih terperinci

PERENCANAAN PABRIK PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN CUP 250 ml DENGAN KAPASITAS PRODUKSI L/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN

PERENCANAAN PABRIK PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN CUP 250 ml DENGAN KAPASITAS PRODUKSI L/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN PERENCANAAN PABRIK PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN CUP 250 ml DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 48.000 L/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH: FEBRY ARDIYANTO 6103010152 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Lingkungan dapat memberikan dampak

Lebih terperinci

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCAAN LABA DAN PENJUALAN PADA TOKO BAKPIA SUAN. : Stephanie Lauwrentina : 2A214454

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCAAN LABA DAN PENJUALAN PADA TOKO BAKPIA SUAN. : Stephanie Lauwrentina : 2A214454 ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCAAN LABA DAN PENJUALAN PADA TOKO BAKPIA SUAN Nama NPM Jurusan Dosen Pembimbing : Stephanie Lauwrentina : 2A214454 : Akuntansi : Rino Rinaldo, SE., MMSI Penelitian

Lebih terperinci

ANALISA BREAK EVENT POINT

ANALISA BREAK EVENT POINT MANAJEMEN KEUANGAN II ANALISA BREAK EVENT POINT Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail dot com ANALISA BREAK EVENT POINT Pengertian Analisis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah zat di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN NILAI EKONOMIS PRODUKSI KRIPIK SINGKONG PETANI SINGKONG GAJAH KECAMATAN RANTAU PULUNG KUTAI TIMUR

ANALISIS BIAYA DAN NILAI EKONOMIS PRODUKSI KRIPIK SINGKONG PETANI SINGKONG GAJAH KECAMATAN RANTAU PULUNG KUTAI TIMUR ANALISIS BIAYA DAN NILAI EKONOMIS PRODUKSI KRIPIK SINGKONG PETANI SINGKONG GAJAH KECAMATAN RANTAU PULUNG KUTAI TIMUR Aris Tri Cahyono 1), Dyah Permana 2) 1), 2) Program Studi D3 Akuntansi Jurusan Akuntansi,

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS EKONOMI

BAB VI ANALISIS EKONOMI Prarancangan Pabrik Methacrolein 82 BAB VI ANALISIS EKONOMI Pada prarancangan pabrik Methacrolein ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui kelayakan pabrik yang dirancang

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA FURNITURE ROTAN : STUDI KASUS DI CV. CHANDRA RATTAN CIREBON, JAWA BARAT DUMARIA JULIA ANGELINE HUTAGALUNG

ANALISIS BIAYA FURNITURE ROTAN : STUDI KASUS DI CV. CHANDRA RATTAN CIREBON, JAWA BARAT DUMARIA JULIA ANGELINE HUTAGALUNG ANALISIS BIAYA FURNITURE ROTAN : STUDI KASUS DI CV. CHANDRA RATTAN CIREBON, JAWA BARAT DUMARIA JULIA ANGELINE HUTAGALUNG DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ANALISIS

Lebih terperinci

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP III. METODOLOGI 5.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat selama tiga bulan dari Agustus sampai Oktober 2010. 5.2 ALAT DAN BAHAN Alat-alat

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI

BAB VI ANALISA EKONOMI digilib.uns.ac.id 155 BAB VI ANALISA EKONOMI Pada perancangan pabrik asetaldehida ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang menguntungkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PABRIK PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN CUP 250 ml DENGAN KAPASITAS PRODUKSI L/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN

PERENCANAAN PABRIK PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN CUP 250 ml DENGAN KAPASITAS PRODUKSI L/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN PERENCANAAN PABRIK PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN CUP 250 ml DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 115.000 L/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH : SILVY FLORENZA 6103010078 NIKE RATNASARI 6103010095

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Populasi Manusia Tahun Sumber:

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Populasi Manusia Tahun Sumber: I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan populasi manusia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring dengan kemajuan zaman. Pada awalnya pertumbuhan populasi manusia relatif lambat, tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan manusia yang mutlak harus dipenuhi dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa yang lain. Kandungan air dalam tubuh manusia rata-rata 65 %

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan)

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan) AGRISE Volume XI No. 3 Bulan Agustus 2011 ISSN: 1412-1425 ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan) (BENEFIT ANALYSIS OF MAKING ORGANIC

Lebih terperinci

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi EVALUASI EKONOMI Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi 1. Modal yang ditanam A.Modal tetap, meliputi : letak pabrik gedung utilities pabrik

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H01400104 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG 1 PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG Agus Gusmiran 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi mirand17@yahoo.com Eri Cahrial, Ir.,

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu Petunjuk Sitasi: Ardianwiliandri, R., Tantrika, C. F., & Arum, N. M. (2017). Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON / TAHUN PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS 20.000 TON / TAHUN Disusun Oleh : Eka Andi Saputro ( I 0511018) Muhammad Ridwan ( I 0511030) PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN : AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : 106 112 ISSN : 1411-1063 ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI LEBAH MADU DI DESA KALISARI, KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS Purwanto Badan Pelaksana Penyuluhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri produk kertas yang juga termasuk dalam industri stasioneri adalah salah satu industri manufaktur yang mengolah kertas menjadi barang dari kertas seperti buku,

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB VI ANALISA EKONOMI

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB VI ANALISA EKONOMI BAB VI ANALISA EKONOMI Pada perancangan pabrik acrylamide dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud mengetahui prarancangan pabrik menguntungkan atau tidak. Komponen terpenting dari prarancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persennya air. Selain oksigen, air memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. persennya air. Selain oksigen, air memiliki peranan yang sangat penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-harinya harus selalu memenuhi keperluannya untuk hidup sehat, salah satunya adalah dengan minum air mineral. Sekitar 70% tubuh

Lebih terperinci

Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan I PUTU RIDIA PRAMANA, I MADE SUDARMA, NI WAYAN PUTU ARTINI Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI

BAB VI ANALISA EKONOMI BAB VI ANALISA EKONOMI Pada prarancangan pabrik 1-heptena ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang ini menguntungkan dari segi ekonomi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kota-kota besar semakin mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. kota-kota besar semakin mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk Indonesia, terlebih di kota-kota besar semakin mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Sebagai akibat dari

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Lembang Kencana merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Agro

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Lembang Kencana merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Agro BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN PT. Lembang Kencana merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Agro Industri sub bidang peternakan sektor Pengolahan Hasil Peternakan. Barang yang dijual diperoleh

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS EKONOMI

BAB VI ANALISIS EKONOMI Dari Metanol dan Asam Benzoat BAB VI ANALISIS EKONOMI Pada prarancangan pabrik metil benzoat ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI

BAB VI ANALISA EKONOMI BAB VI ANALISA EKONOMI Pada prarancangan pabrik Etil klorida ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang ini menguntungkan dari segi ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN LABA CV. SERANGKAI SETIA KAWAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN LABA CV. SERANGKAI SETIA KAWAN ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN LABA CV. SERANGKAI SETIA KAWAN Nama : Alifah Faradilla NPM : 20214854 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Agustin Rusiana Sari SE., MM.

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Journal of Applied Business And Economics Vol. 3 No. 2 (Des 2016) 61-68 ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Oleh: Litdia Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia saat ini memiliki peluang bisnis yang baik, dikarenakan tingkat konsumsi masyarakat akan air mineral terus mengalami

Lebih terperinci

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Teknologi Hasil Pertanian

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Teknologi Hasil Pertanian TUGAS AKHIR PROSES PRODUKSI SELAI MARKISA (Passiflora edulis) Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Teknologi Hasil Pertanian DISUSUN OLEH : MUHSININ H3110026 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling pokok.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling pokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling pokok. Pendeknya, setiap manusia yang masih hidup membutuhkan air untuk minum. Bahkan para ahli

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB VI ANALISA EKONOMI

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB VI ANALISA EKONOMI BAB VI ANALISA EKONOMI Pada perancangan pabrik sikloheksana ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang menguntungkan atau tidak. Komponen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pemisahan Biaya Semi variabel Dalam menerapkan analisa break even point terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya ke dalam unsur tetap dan unsur variabel, untuk biaya

Lebih terperinci

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap pendiri perusahaan atau pemilik perusahaan pasti mengharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap pendiri perusahaan atau pemilik perusahaan pasti mengharapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Setiap pendiri perusahaan atau pemilik perusahaan pasti mengharapkan perusahaannya mampu bertahan dan tumbuh dalam berbagai kondisi. Terutama dalam kondisi

Lebih terperinci

PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN LEMAK COKELAT MENTAH DARI BIJI COKELAT KERING HASIL FERMENTASI DENGAN KAPASITAS PRODUKSI TON/TAHUN

PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN LEMAK COKELAT MENTAH DARI BIJI COKELAT KERING HASIL FERMENTASI DENGAN KAPASITAS PRODUKSI TON/TAHUN PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN LEMAK COKELAT MENTAH DARI BIJI COKELAT KERING HASIL FERMENTASI DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 15000 TON/TAHUN KARYA AKHIR DISUSUN OLEH: EKA SAPUTRA NIM : 025201034 TEKNOLOGI KIMIA

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) PT.ATLANTIC BIRURAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) PT.ATLANTIC BIRURAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) PT.ATLANTIC BIRURAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MARCELIA LEMBONO (6103008014) ISABELLA GUNAWAN (6103008024) STEPHANNIE (6103008078)

Lebih terperinci

LAPORAN PRARENCANA PABRIK

LAPORAN PRARENCANA PABRIK LAPORAN PRARENCANA PABRIK PRODUKSI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DARI KELAPA KAPASITAS PRODUKSI 10.500 TON/TAHUN Diajukan oleh: Selvitien Eka Putri / NRP. 5203012007 Luciana Trisna / NRP. 5203012027 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan salah satu upaya manusia dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan salah satu upaya manusia dalam meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Pembangunan suatu negara merupakan pembangunan secara nasional dimana

Lebih terperinci

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga RINGKASAN EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Welding Menurut Welding Handbook yang dinyatakan oleh Daryanto (2011, p3), proses pengelasan adalah proses penyambungan bahan yang menghasilkan peleburan bahan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA

MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA KONSEP BIAYA Biaya adalah sesuatu akibat yang diukur dalam nilai uang yang mungkin timbul dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Biaya adalah

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) DISUSUN OLEH : 043061211001 GISKA TETIANA 043061211002 RAHMI ZAHRA RAHMATILLAH 043061211004 NIDA RIFQIA 043061211005 RISA NAFILAH 043061211006

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA KEUANGAN. Equity merupakan total modal usaha yang berasal langsung dari pengusaha.

BAB 5 ANALISA KEUANGAN. Equity merupakan total modal usaha yang berasal langsung dari pengusaha. BAB 5 ANALISA KEUANGAN 5.1 Equity Equity = Asset - liability Equity merupakan total modal usaha yang berasal langsung dari pengusaha. Asset merupakan keseluruhan harta kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 23373539 (23019271 Print) 1 Analisa Teknis Dan Ekonomis Pembangunan Fasilitas Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas Kapal Di Galangan Tepian Mahakam

Lebih terperinci

PERENCANAAN PABRIK JELLY DRINK TEH HITAM DENGAN KAPASITAS BAHAN BAKU TEH HITAM 9,6 KG PER HARI

PERENCANAAN PABRIK JELLY DRINK TEH HITAM DENGAN KAPASITAS BAHAN BAKU TEH HITAM 9,6 KG PER HARI PERENCANAAN PABRIK JELLY DRINK TEH HITAM DENGAN KAPASITAS BAHAN BAKU TEH HITAM 9,6 KG PER HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH: INDAH MANDALA P.W.L 6103011017 NESSIE HUBERTA T.G 6103011023

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membawa konsekuensi tertentu dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membawa konsekuensi tertentu dalam kehidupan manusia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi membawa konsekuensi tertentu dalam kehidupan manusia, termasuk aktivitas bisnis. Salah satu konsekuensi globalisasi dalam dunia bisnis adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

Analisis Cost-Volume- Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada Pabrik Roti Lestari. Ryzmelinda EB10

Analisis Cost-Volume- Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada Pabrik Roti Lestari. Ryzmelinda EB10 Analisis Cost-Volume- Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada Pabrik Roti Lestari Ryzmelinda 26211531 3EB10 BAB I LATAR BELAKANG Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Kemampuan Manajemen

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK METIL SALISILAT DARI METANOL DAN ASAM SALISILAT KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK METIL SALISILAT DARI METANOL DAN ASAM SALISILAT KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK METIL SALISILAT DARI METANOL DAN ASAM SALISILAT KAPASITAS 10.000 TON/TAHUN Disusun oleh Akbar Wahyu Dewantara NIM I0509003 PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA PADA CV. ANJAS FAMILY

ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA PADA CV. ANJAS FAMILY ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA PADA CV. ANJAS FAMILY Nama : Annisa Triana NPM : 21213162 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Budi Santoso, SE., MM PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Investasi, Penyusutan, dan Bunga Modal Peternakan Madu Odeng

Lampiran 1 Investasi, Penyusutan, dan Bunga Modal Peternakan Madu Odeng Lampiran 1 Investasi, Penyusutan, dan Bunga Modal Peternakan Odeng Komponen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp,000,-/unit) Umur Teknis (tahun) Nilai Sisa Total Investasi Penyusutan Bunga Modal Pemeliharaan

Lebih terperinci

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM. VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH 7.1 Memperoleh Sumber Air Tanah Air tanah merupakan salah satu sumber air bersih utama yang masih digunakan oleh sebagian besar

Lebih terperinci

PERENCANAAN PABRIK SARI BUAH APEL DENGAN KAPASITAS Liter/hari

PERENCANAAN PABRIK SARI BUAH APEL DENGAN KAPASITAS Liter/hari PERENCANAAN PABRIK SARI BUAH APEL DENGAN KAPASITAS 6.000 Liter/hari TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH: AGATHA LEVINA CANDRA (6103011020) MEGA PURNAMA SARI (6103011119) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Nama : Theresa Ludwig NPM : Jurusan : Akuntansi Pembingbing : Feny Fidyah, SE., MMSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2015

Nama : Theresa Ludwig NPM : Jurusan : Akuntansi Pembingbing : Feny Fidyah, SE., MMSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2015 Nama : Theresa Ludwig NPM : 27212349 Jurusan : Akuntansi Pembingbing : Feny Fidyah, SE., MMSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2015 1.1 Latar Belakang Perkembangan Jenis Usaha Franchise Laba

Lebih terperinci

PERENCANAAN USAHA PRODUKSI SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 500 KG SIRSAK PER HARI

PERENCANAAN USAHA PRODUKSI SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 500 KG SIRSAK PER HARI PERENCANAAN USAHA PRODUKSI SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 500 KG SIRSAK PER HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH: BENEDIKTUS DENIS 6103013003 YOHANES TANDORO

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI

BAB VI ANALISA EKONOMI BAB VI ANALISA EKONOMI Pada perancangan pabrik metil klorida dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud mengetahui perancangan pabrik menguntungkan atau tidak, komponen terpenting dari perancangan

Lebih terperinci

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek LOGO LOGO Aspek Finansial & Pendanaan Proyek Pendahuluan Aspek finansial pada umumnya merupakan aspek yang paling akhir disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis. Hal ini karena kajian dalam

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Agribisnis Semester : IV Pertemuan Ke : 6 Pokok Bahasan : Keputusan Perencanaan Laba dan Dosen

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride monomer Dengan Proses Pirolisis Ethylene Dichloride Kapasitas Ton/ Tahun BAB VI ANALISA EKONOMI

Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride monomer Dengan Proses Pirolisis Ethylene Dichloride Kapasitas Ton/ Tahun BAB VI ANALISA EKONOMI BAB VI ANALISA EKONOMI Pada perancangan pabrik vinyl chloride monomer ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang menguntungkan atau tidak.

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia dari masa ke masa telah membawa dampak pada kerusakan bumi. Teknologi dan sumberdaya manusia yang telah berkembang memberikan manfaat yang tidak terkira,

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON PER TAHUN LAPORAN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS 25.000 TON PER TAHUN Oleh : SULASTRI Dosen Pembimbing: 1. Ir. H. Haryanto AR, M.S. 2. Dr.

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Pasar dan Pemasaran Gula Tahun Jawa Luar Jawa Jumlah Peningkatan (%) 1990 1,693,589 425,920 2,119,509-1991 1,804,298 448,368 2,252,666 6.28

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK

LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK ASAM ASETAT DARI METANOL DAN KARBON MONOKSIDA DENGAN PROSES MONSANTO KAPASITAS 200.000 TON PER TAHUN Oleh : Vitria Wijayanti D 500 050 022 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci