ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK BAKERY TRADISIONAL KARTIKA SARI BAKERY BANDUNG. Oleh : HERI SETYAWAN A
|
|
- Adi Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK BAKERY TRADISIONAL KARTIKA SARI BAKERY BANDUNG Oleh : HERI SETYAWAN A PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
2 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK BAKERY TRADISIONAL KARTIKA SARI BAKERY BANDUNG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN- BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. BOGOR, JULI 2006 HERI SETYAWAN A
3 RINGKASAN HERI SETYAWAN. Analisis Sikap dan Preferensi Konsumen dalam Pembelian Produk Bakery Tradisional Kartika Sari Bakery Bandung. Di bawah bimbingan BAYU KRISNAMURTHI. Salah satu sektor industri yang menjadi sorotan pada saat ini adalah sektor agroindustri pangan. Agroindustri pangan merupakan salah satu industri pengolahan hasil pertanian yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan penganekaragaman pangan. Industri roti (bakery) merupakan salah satu agroindustri pangan yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan dasar utamanya. Industri roti merupakan salah satu industri pemakai tepung terigu yang cukup besar yaitu mencapai 35 persen dari total penyerapan pasar terhadap tepung terigu. Industri bakery di Indonesia telah menghasilkan beragam jenis produk roti. Hal ini disebabkan cukup stabilnya perkembangan industri bakery di Indonesia. Selain itu persaingan yang ketat menyebabkan produsen menghasilkan beragam produk yang semakin bervariasi. Dilihat dari sisi konsumsi, perubahan pola konsumsi masyarakat mengarah pada pola konsumsi makanan cepat saji dan praktis. Roti merupakan makanan yang menjadi pilihan masyarakat seiring dengan perubahan pola konsumsi. Roti digemari masyarakat karena memiliki cita rasa dan tekstur yang khas serta mudah dikombinasikan dengan bahan makanan yang lain. Kartika Sari Bakery merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi berbagai jenis produk bakery baik modern maupun tradisional. Tingkat penjualan produk Kartika Sari Bakery cukup baik. Hal ini terlihat dari jumlah produk yang tidak terjual setiap hari hanya sekitar 5 persen dari keseluruhan produksi dalam satu hari. Tingkat penjualan produk Kartika Sari sebagian besar merupakan penjualan dari jenis bakery modern yang berbahan dasar tepung terigu. Sementara itu nilai penjualan produk bakery tradisional hanya sebesar 10 persen dari nilai penjualan produk bakery modern. Selain itu jumlah produk tidak terjual setiap harinya sebagian besar merupakan produk bakery tradisional. Salah satu hal yang penting untuk dipahami oleh produsen adalah mengenai preferensi konsumen terhadap produk bakery baik modern maupun tradisional. Dengan pemahaman terhadap preferensi konsumen akan dapat diketahui mengapa konsumen lebih senang memilih dan membeli produk bakery tertentu untuk memenuhi seleranya. Selain itu, melalui pemahaman terhadap preferensi konsumen akan diperoleh berbagai informasi yang bermanfaat untuk pengembangan strategi pemasaran atau pengembangan produk. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu menganalisis karakteristik konsumen Kartika Sari Bakery, menganalisis sikap dan preferensi konsumen terhadap atribut produk Kartika Sari Bakery, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peluang pembelian produk bakery modern dan tradisional. Penelitian dilakukan di Kartika Sari Bakery Jalan Buah Batu dan Jalan Terusan Jakarta (Antapani) Bandung. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja.
4 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara convenience sampling. Sampel dipilih secara accidental sampling dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Untuk analisis data digunakan (1) Analisis Deskriptif untuk menganalisis karakteristik responden dan proses keputusan pembelian, (2) Analisis Model Sikap Multiatribut Fishbein untuk menganalisis sikap dan preferensi konsumen, dan (3) Model logit untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peluang pembelian produk bakery modern atau produk bakery tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden Kartika Sari Bakery sebagian besar adalah wanita dengan usia antara tahun. Sebagian besar responden sudah menikah dan berpendidikan Sarjana (S1). Sebagian besar responden bekerja sebagai pegawai negeri dan pegawai swasta serta memiliki tempat tinggal di daerah perumahan. Pendapatan responden sebagian besar berada di antara Rp ,00 sampai Rp ,00. Proses keputusan pembelian yang dilakukan pada tahap pengenalan kebutuhan yaitu motivasi membeli produk bakery karena praktis dan mencari manfaat sebagai makanan selingan (kudapan) dengan frekuensi pembelian ratarata 3 kali per bulan. Pada tahap pencarian informasi, sebagian besar responden memperoleh informasi tentang produk bakery dari tempat berbelanja. Dalam tahap evaluasi alternatif, responden mempertimbangkan lokasi toko yang dekat dengan tempat tinggal dan mempertimbangkan atribut rasa. Pada tahap keputusan pembelian, responden menyatakan membeli produk secara mendadak dan akan mencari produk ke toko lain jika produk yang dicari tidak tersedia. Responden menyatakan puas dengan hasil pembelian terhadap produk Kartika Sari Bakery. Atribut yang dinilai paling penting dengan nilai evaluasi paling tinggi menurut konsumen adalah rasa (1,79), sementara atribut produk yang memiliki nilai evaluasi paling rendah adalah warna (0,81). Produk yang paling disukai oleh konsumen adalah produk pisang bolen dengan nilai total rata-rata sikap terhadap produk sebesar 8,714. Produk cheese roll berada di urutan kedua dengan nilai sikap total rata-rata sebesar 8,539. Selanjutnya produk brownies disukai konsumen di urutan ketiga dengan nilai total rata-rata sikap terhadap produk sebesar 8,352. Produk kelepon merupakan produk yang paling tidak disukai konsumen dengan nilai total rata-rata sikap sebesar 4,871. Sehingga pada umumnya konsumen menyukai produk-produk bakery modern dan kurang menyukai produk bakery tradisional yang berupa kue basah. Keputusan pembelian produk bakery dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan (sumber pengaruh, bentuk pengaruh, pencetus keinginan, dan pengambil keputusan), perbedaan individu (pendapatan, frekuensi pembelian ratarata per bulan, dan pengetahuan konsumen), dan proses psikologis (pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku). Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap peluang pembelian produk bakery tradisional adalah pendapatan rata-rata per bulan. Semakin tinggi pendapatan, peluang konsumen untuk membeli produk bakery tradisional semakin rendah. Faktor kedua adalah pekerjaan; konsumen yang tidak memiliki pekerjaan cenderung untuk membeli produk bakery tradisional. Faktor ketiga adalah umur; semakin dewasa usia konsumen maka peluang pembelian produk bakery tradisional semakin rendah. Faktor keempat adalah status perkawinan; konsumen yang sudah menikah lebih
5 cenderung untuk melakukan pembelian produk bakery tradisional. Faktor kelima adalah frekuensi pembelian rata-rata per bulan; konsumen yang semakin sering melakukan pembelian akan cenderung untuk membeli produk bakery tradisional. Untuk meningkatkan penjualan produk bakery tradisional, khususnya kue basah, produsen dapat menerapkan promosi. Promosi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan bonus satu buah produk setiap pembelian 10 buah produk bakery tradisional. Selain itu produsen dapat melakukan promosi dengan menyebarkan brosur tentang produk-produk Kartika Sari di lokasi perkantoran. Daya tahan simpan produk kelepon dinilai kurang baik. Sehingga sebaiknya produsen melakukan produksi dalam dua kali produksi yaitu pagi dan siang hari untuk produk kue basah. Produksi pada pagi hari digunakan untuk memenuhi kebutuhan pagi dan siang hari. Sementara produksi pada siang hari dilakukan untuk memenuhi kebutuhan siang dan sore hari.
6 ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK BAKERY TRADISIONAL KARTIKA SARI BAKERY BANDUNG SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : HERI SETYAWAN A PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
7 Judul Nama NRP : ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK BAKERY TRADISIONAL KARTIKA SARI BAKERY BANDUNG : HERI SETYAWAN : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP Tanggal Kelulusan : 31 Juli 2006
8 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Pati, 13 September 1984 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Suci Raharjo dan Rr. Premi Wahyudiningsih. Penulis memasuki pendidikan dasar di SD Negeri Margahayu Raya I Bandung pada tahun 1990 dan melanjutkan di SD Negeri Margahayu Raya Blok i/ii I Bandung pada tahun 1992 dan berhasil menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 14 Bandung pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1999, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 20 Bandung pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Pertanian, Program Studi Manajemen Agribisnis melalui jalur SPMB. Bogor, Juli 2006 Penulis
9 UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih karunia, berkat, dan anugerah yang penulis terima. 2. Bapak, Ibu, dan Adikku Noviana serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, perhatian, dan dukungan baik moral maupun material bagi penulis. 3. Bapak Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS, selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, saran, kritik, bantuan, perhatian, doa, serta dorongan semangat kepada penulis. 4. Bapak Dr. Ir. Nunung Nuryantono, M.Sc, selaku dosen penguji utama. 5. Bapak Arif Karyadi, SP, selaku dosen penguji wakil departemen. 6. Bapak Amzul Rifin, SP, MA atas saran dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Irwan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kartika Sari Bakery, serta karyawan perusahaan yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan informasi dan data-data yang diperlukan selama penelitian. 8. Mbak Dinda, Mbak Muti, dan Staf PSP3, terima kasih atas bantuan, informasi, serta dorongan semangat yang telah diberikan. 9. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Manajemen Agribisnis (Teh Ida, Mbak Dian, Mbak Dewi, Mas Supre). Terima kasih atas bantuannya. 10. Teman dan sahabatku (Wiwie, Nisa Bungsu, Winda, Lala, Hesthy, Anna, Andrie, Ibhe, J-free). Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, serta dukungan dan bantuannya. 11. Windi Zone (Jaka, J-Free, Hana). Terima kasih atas bantuan, saran, kritik, dan dukungannya. 12. Teman-teman AGB 39 : Diki, Ivan, Salmon, Ejza, Barak, Bayu, Bagus Bugs, Tinton, Dewa, Dudung, Step, Bagus W, Luthfi, Abo, Ganjar, Yodhy, Harris, Yugo, Eko, Imran, Mungkas, Ricky, Maer, Putu, Lady, Ata, Rian,
10 Uphie, Katty, Wulan, Putri, Indri, Erna, Emma, Silvi, Adisti, Suci, Islam, Dian, Ninda, Mia, Lita, Tiya, Disney, dst.) 13. Teman-teman Asrama Putra TPB : Hananto (MNJ 39), Ade (MTK 39), Yoga (TIN 39), Eprim (AGR 39), Hastyo (FIS 39), Willy (EKBANG 39), Yoshika (EKBANG 39). 14. Teman-teman KKP Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor (Wijayanti, Retno, Lusi, Jessica, Dikfa). 15. Seluruh masyarakat Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Khususnya keluarga Bu Mimin, Teh Ani A Dedi, terima kasih banyak atas bantuan dan dukungannya.
11 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Sikap dan Preferensi Konsumen dalam Pembelian Produk Bakery Tradisional Kartika Sari Bakery Bandung. Skripsi ini menganalisis sikap konsumen terhadap produk bakery modern dan tradisional yang dijual oleh Kartika Sari Bakery. Produk bakery modern yang dianalisis yaitu cheese roll dan brownies, sementara itu produk bakery tradisional yang dianalisis adalah pisang bolen dan kelepon. Selain itu dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peluang pembelian konsumen terhadap produk bakery tradisional. Seperti pepatah mengatakan, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Bogor, Juli 2006 Penulis
12 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Hal vii x xv xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Keterbatasan Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Definisi Roti Standar Mutu Roti Jenis Roti Proses Pembuatan Roti Metode Pembuatan Adonan Roti Perilaku Konsumen Proses Pengambilan Keputusan Fakor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Konsumen Sikap Preferensi Model Logit Hasil Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Operasional BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Uji Validitas Validitas Reliabilitas Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Model Sikap Multiatribut Fishbein Analisis Model Logit Definisi Operasional... 59
13 viii BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Kota Bandung Kondisi Geografis Penduduk Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat Perusahaan Struktur Organisasi Produk Lokasi Toko BAB V KARAKTERISIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK BAKERY Karakteristik Umum Responden Jenis Kelamin Usia Status Perkawinan Pendidikan Terakhir Pekerjaan Jenis Lokasi Tempat Tinggal Pendapatan Tahapan Proses Keputusan Pembelian Produk Bakery Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Evaluasi Hasil Pembelian BAB VI ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN Analisis Atribut Produk Komponen Evaluasi (ei) Komponen Kepercayaan (bi) Kepercayaan Produk Pisang Bolen Kepercayaan Produk Cheese Roll Kepercayaan Produk Kelepon Kepercayaan Produk Brownies Penilaian Sikap dan Preferensi Konsumen Terhadap Produk Kartika Sari Bakery Sikap Terhadap Atribut Produk Rasa Warna Aroma Penampilan Kemasan Daya Tahan Simpan Tekstur Harga
14 ix BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK BAKERY Pengaruh Lingkungan Perbedaan Individu Proses Psikologis Analisis Peluang Pembelian Produk Bakery Tradisional Pengujian Model Interpretasi Hasil BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
15 x DAFTAR TABEL No. Hal. 1. Pemakaian Tepung Terigu Pada Industri Bakery di Indonesia Tahun Jumlah Industri Bakery di Indonesia Berskala Sedang dan Besar Tahun Jumlah Industri Kue-kue Basah di Indonesia Berskala Sedang dan Besar Tahun Jumlah Produksi Roti Kering, Roti Manis, dan Roti Tawar di Indonesia Tahun Jumlah Produksi Kue-kue Basah di Indonesia Tahun Konsumsi Rata-rata Produk Bakery Per Kapita Dalam Seminggu Pada Masyarakat Perkotaan Tahun Syarat Mutu Roti Berdasarkan SII Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha Sebaran Jenis Kelamin Responden Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Frekuensi Pembelian Rata-rata Per Bulan Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Manfaat Produk Bakery Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery Sebaran Usia Responden Hubungan Antara Usia Dengan Frekuensi Pembelian Rata-rata Per Bulan Hubungan Antara Usia Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery Hubungan Antara Usia Dengan Manfaat Produk Bakery... 74
16 xi 19. Hubungan Antara Usia Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery Hubungan Antara Usia Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery Sebaran Status Perkawinan Responden Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Frekuensi Pembelian Ratarata Per Bulan Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Manfaat Produk Bakery Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery Sebaran Pendidikan Terakhir Responden Hubungan Antara Pendidikan Dengan Frekuensi Pembelian Rata-rata Per Bulan Hubungan Antara Pendidikan Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery Hubungan Antara Pendidikan Dengan Manfaat Produk Bakery Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery Hubungan Antara Pendidikan Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery Sebaran Pekerjaan Responden Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Frekuensi Pembelian Rata-rata Per Bulan Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Manfaat Produk Bakery Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery.. 85
17 xii 38. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery Sebaran Lokasi Tempat Tinggal Responden Sebaran Asal Kota Responden Hubungan Antara Jenis Lokasi Tempat Tinggal Dengan Frekuensi Pembelian Rata-rata Per Bulan Hubungan Antara Jenis Lokasi Tempat Tinggal Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery Hubungan Antara Jenis Lokasi Tempat Tinggal Dengan Manfaat Produk Bakery Hubungan Antara Jenis Lokasi Tempat Tinggal Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery Hubungan Antara Jenis Lokasi Tempat Tinggal Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery Sebaran Pendapatan per Bulan Responden Hubungan Antara Pendapatan Dengan Frekuensi Pembelian Rata-rata Per Bulan Hubungan Antara Pendapatan Dengan Motivasi Pembelian Produk Bakery Hubungan Antara Pendapatan Dengan Manfaat Produk Bakery Hubungan Antara Pendapatan Dengan Pertimbangan Atribut Produk Bakery Hubungan Antara Pendapatan Dengan Cara Memutuskan Pembelian Produk Bakery Sebaran Motivasi Responden dalam Pembelian Produk Bakery Sebaran Manfaat Produk Bakery Sebaran Frekuensi Rata-rata Pembelian Produk Kartika Sari Bakery Sebaran Sumber Informasi Responden Sebaran Pertimbangan Pemilihan Toko.. 97
18 xiii 57. Sebaran Pertimbangan Atribut Produk Sebaran Lokasi Toko yang Dikunjungi Responden Sebaran Cara Pembelian Produk Sebaran Alternatif Jika Produk Tidak Tersedia Sebaran Kepuasan Responden Terhadap Produk Kartika Sari Bakery Kategori Tingkat Kepentingan Atribut Produk Bakery Nilai Kepentingan dan Kategori Tingkat Kepentingan Atribut Produk Bakery Kategori Tingkat Kepercayaan Atribut Produk Bakery Frekuensi Nilai Kepercayaan dan Nilai Kepercayaan Rata-rata Terhadap Produk Pisang Bolen Frekuensi Nilai Kepercayaan dan Nilai Kepercayaan Rata-rata Terhadap Produk Cheese Roll Frekuensi Nilai Kepercayaan dan Nilai Kepercayaan Rata-rata Terhadap Produk Kelepon Frekuensi Nilai Kepercayaan dan Nilai Kepercayaan Rata-rata Terhadap Produk Brownies Nilai Maksimum dan Minimum Sikap (Ao) Terhadap Atribut Produk Bakery Kategori Tingkat Kesukaan Konsumen Berdasarkan Nilai Maksimum dan Minimum Sikap Nilai Sikap (Ao) Responden Terhadap Produk Pisang Bolen, Cheese Roll, Kelepon, dan Brownies Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Rasa Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Warna Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Aroma Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Penampilan Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Kemasan Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Daya Tahan Simpan
19 xiv 78. Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Tekstur Kategori Penilaian Sikap Terhadap Atribut Harga Sebaran Sumber Pengaruh dalam Keputusan Pembelian Sebaran Pengaruh dalam Keputusan Pembelian Sebaran Pencetus Keinginan dalam Proses Pembelian Sebaran Pengambil Keputusan dalam Proses Pembelian Sebaran Pengetahuan Responden Terhadap Produk Kartika Sari Bakery Model Regresi Logistik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peluang Pembelian Produk Bakery Tradisional
20 xv DAFTAR GAMBAR No. Hal. 1. Proses Pembuatan Roti Berdasarkan Metode Pembuatan Adonan Tiga Elemen Perilaku Konsumen Tahapan Proses Keputusan Pembelian Model Perilaku Konsumen Kerangka Pemikiran Operasional Struktur Organisasi Perusahaan. 65 DAFTAR LAMPIRAN No. Hal. 1. Daftar Produk Kartika Sari Bakery Output SPSS 13.0 Model Regresi Logistik Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner.. 150
21 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri kedepan perlu diarahkan pada pendalaman struktur agroindustri yang lebih ke hilir, dengan tujuan menciptakan dan meningkatkan nilai tambah (added value) sebesar mungkin di dalam negeri, mendiversifikasi produk yang dapat mengakomodasi preferensi konsumen untuk memanfaatkan segmen-segmen pasar yang berkembang, baik di dalam negeri maupun pasar internasional (Saragih, 1998). Salah satu sektor industri yang menjadi sorotan pada saat ini adalah sektor agroindustri pangan. Agroindustri pangan merupakan salah satu industri pengolahan hasil pertanian yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan penganekaragaman pangan. Industri pengolahan itu sendiri didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi, barang yang kurang nilainya menjadi lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir (Badan Pusat Statistik, 2002). Industri roti (bakery) merupakan salah satu agroindustri pangan yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan dasar utamanya. Industri roti merupakan salah satu industri pemakai tepung terigu yang cukup besar yaitu mencapai 35 persen dari total penyerapan pasar terhadap tepung terigu. 1 Tabel Diakses tanggal 5 Maret 2006
22 2 menunjukkan besarnya pemakaian tepung terigu pada industri bakery di Indonesia. Tabel 1. Pemakaian Tepung Terigu Pada Industri Bakery di Indonesia Tahun Impor Total % Tahun Volume Nilai Volume (kg) Nilai Terigu (kg) (Rp. 000) (Rp. 000) Impor Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Penggunaan terigu impor pada industri bakery semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Penggunaan terigu impor pada industri bakery di Indonesia pada tahun 2003 mencapai kg. Meskipun pada tahun 2001 penggunaan terigu impor oleh industri bakery menurun, namun pada tahun 2002 dan 2003 penggunaan terigu impor meningkat kembali. Pada tahun 2001 dan 2002 penggunaan terigu impor hanya sekitar empat persen dari total kebutuhan industri bakery. Namun pada tahun 2003 penggunaan terigu impor mencapai 12,55 persen dari total penggunaan tepung terigu pada industri bakery di Indonesia. Sehingga industri bakery di Indonesia menggunakan terigu lokal sebesar 87,45 persen. Data Apegti (Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu) menunjukkan bahwa kebutuhan terigu nasional berkisar antara tiga sampai empat juta ton per tahun. Dari tingkat konsumsi tersebut, produksi domestik hanya mengalokasikan sebanyak 70 persen dan sisanya sebesar 30 persen diimpor dari 12 negara. Total impor terigu pada tahun 2004 mencapai ton. Impor terigu Indonesia yang
23 3 terbesar berasal dari Australia, sementara itu China merupakan negara urutan kedua sebagai pengekspor terigu ke Indonesia. 2 Tabel 2. Jumlah Industri Bakery di Indonesia Berskala Sedang dan Besar Tahun Tahun Jumlah Perusahaan Perkembangan (%) , , , , ,20 Perkembangan Rata-rata 8,28 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pada Tabel 2 dapat dilihat perkembangan jumlah industri bakery berskala sedang dan besar di Indonesia dari tahun 1997 sampai tahun Perkembangan industri bakery pada tahun 1998 mencapai 48,04 persen. Namun pada tahun-tahun selanjutnya, perkembangan industri bakery di Indonesia sangat kecil yaitu sekitar satu persen. Kondisi ini dapat disebabkan karena persaingan dalam industri ini sangat ketat. Namun meskipun demikian dalam kurun waktu tahun 1999 sampai tahun 2003 perkembangan industri ini cukup stabil. Secara keseluruhan, perkembangan industri bakery di Indonesia dari tahun sebesar 8,28 persen. Jumlah industri kue basah berskala sedang dan besar sejak tahun 2000 sampai tahun 2003 mengalami penurunan. Penurunan rata-rata sejak tahun 2000 sampai tahun 2003 sebesar 4,69 persen. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2 Diakses tanggal : 15 Maret 2006
24 yang mencapai 15,94 persen. Perkembangan industri kue-kue basah disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Industri Kue-kue Basah di Indonesia Berskala Sedang dan Besar Tahun Tahun Jumlah Perusahaan Perkembangan (%) , , ,62 Perkembangan Rata-rata -4,69 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Industri bakery di Indonesia telah menghasilkan beragam jenis produk roti. Hal ini disebabkan cukup stabilnya perkembangan industri bakery di Indonesia. Selain itu persaingan yang ketat menyebabkan produsen menghasilkan beragam produk yang semakin bervariasi. Berbagai jenis dan jumlah roti yang dihasilkan oleh industri bakery di Indonesia terdapat pada Tabel 4. Produksi roti tawar berdasarkan data pada Tabel 4 terlihat semakin meningkat dari tahun 2000 sampai tahun Meskipun pada tahun 2002 produksi roti tawar menurun, namun pada tahun 2003 produksi roti tawar mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu mencapai 68,47 persen dengan tingkat produksi buah. Hal ini disebabkan karena kecenderungan pola konsumsi pangan yang mengarah ke pola cepat saji dan praktis. Sehingga roti tawar sering disajikan pada waktu sarapan pada masyarakat perkotaan yang memiliki keterbatasan waktu. Sementara itu, produk roti manis pada tahun 2001 dan 2002 mengalami peningkatan jumlah produksi. Pada tahun 2001 produksi roti manis di Indonesia mencapai buah dan pada tahun 2002 produksinya mencapai
25 buah. Namun, pada tahun 2003 produksi roti manis turun sebesar 63,51 persen dengan tingkat produksi buah. Penurunan ini terjadi karena perubahan tren di kalangan konsumen. Pada tahun 2003 berdasarkan data pada Tabel 4 konsumen cenderung memilih produk roti tawar sehingga jumlah produksi roti manis menurun. Hal serupa juga terjadi pada produk roti kering. Pada tahun 2002 produksi roti kering mencapai buah namun pada tahun 2003 produksinya menurun menjadi buah. Tabel 4. Jumlah Produksi Roti Kering, Roti Manis, dan Roti Tawar di Indonesia Tahun Tahun Jumlah Produksi (Buah) Roti Kering Roti Manis Roti Tawar Sumber : Badan Pusat Statistik, Produksi kue-kue basah disajikan pada Tabel 5. Sejak tahun 2000 sampai tahun 2003 produksi kue-kue basah di Indonesia semakin menurun. Meskipun sempat terjadi peningkatan pada tahun 2003, namun secara rata-rata produksi kuekue basah dari tahun 2000 sampai tahun 2003 mengalami penurunan. Penurunan produksi ini terjadi karena adanya perubahan preferensi konsumen terhadap produk kue-kue basah. Konsumen saat ini beralih untuk mengkonsumsi berbagai produk bakery modern. Tabel 5. Jumlah Produksi Kue-kue Basah di Indonesia Tahun Tahun Jumlah Produksi (Buah) Sumber : Badan Pusat Statistik,
26 6 Dilihat dari sisi konsumsi, perubahan pola konsumsi masyarakat mengarah pada pola konsumsi makanan yang cepat saji dan praktis. Roti merupakan makanan yang menjadi pilihan masyarakat seiring dengan perubahan pola konsumsi (Mudjajanto dan Yulianti, 2005). Roti digemari masyarakat karena memiliki cita rasa dan tekstur yang khas serta mudah dikombinasikan dengan bahan makanan yang lain. Konsumsi roti tawar rata-rata per kapita dalam seminggu pada masyarakat perkotaan tahun 2002 sebesar 0,071 boks kecil dan pada tahun 2003 konsumsi roti tawar sebesar 0,060 boks kecil. Sementara itu untuk produk roti manis, konsumsi rata-rata per kapita dalam seminggu pada masyarakat perkotaan tahun 2002 sebesar 0,348 potong dan pada tahun 2003 mengalami peningkatan menjadi 0,428 potong. Hal serupa juga terjadi pada produk kue basah. Pada tahun 2002 konsumsi rata-rata per kapita dalam seminggu pada masyarakat perkotaan sebesar 1,060 buah dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 1,157 buah. Peningkatan konsumsi tersebut terjadi karena produk-produk bakery dijadikan sebagai pilihan makanan kudapan yang praktis namun tetap mengandung nilai gizi yang tinggi. Konsumsi beberapa produk bakery dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Konsumsi Rata-rata Produk Bakery Per Kapita Dalam Seminggu Pada Masyarakat Perkotaan Tahun Jenis Produk Satuan Tahun Roti tawar Boks kecil 0,071 0,060 Roti manis Potong 0,348 0,428 Kue Basah Buah 1,157 1,060 Kue kering/biskuit Ons 0,125 0,103 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003 Produk bakery memiliki potensi pasar yang baik untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya konsumsi rata-rata per kapita masyarakat perkotaan
27 7 yang cenderung meningkat (Badan Pusat Statistik, 2003). Selain itu potensi pasar yang baik untuk berbagai produk bakery didukung oleh perubahan gaya hidup dalam pola konsumsi pangan yang mengarah pada pola konsumsi yang praktis, cepat saji, namun bergizi tinggi. Potensi pasar yang baik ini dapat menjadi daya tarik bagi perusahaan baik lokal maupun asing untuk masuk dan bersaing dalam industri bakery Perumusan Masalah Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia diperkirakan meningkat sebesar enam persen setiap tahunnya (CIC dalam Dalimunthe, 2003). Kondisi ini memberikan peluang yang baik bagi pasar produk bakery. Namun dengan semakin bertambahnya perusahaan yang memproduksi dan menjual berbagai macam produk bakery menyebabkan meningkatnya persaingan dalam merebut pangsa pasar. Kartika Sari Bakery merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi berbagai jenis produk bakery baik modern maupun tradisional. Menurut pihak manajemen, Kartika Sari Bakery menjual sekitar 200 macam produk bakery yang terdiri dari produk bakery modern maupun tradisional. Tingkat penjualan produk Kartika Sari Bakery cukup baik. Hal ini terlihat dari jumlah produk yang tidak terjual setiap hari hanya sekitar lima persen dari keseluruhan produksi dalam satu hari. Tingkat penjualan produk Kartika Sari sebagian besar merupakan penjualan dari jenis bakery modern yang berbahan dasar tepung terigu. Sementara itu nilai penjualan produk bakery tradisional, terutama untuk jenis kue basah,
28 8 hanya sebesar 10 persen dari nilai penjualan produk bakery modern. Selain itu jumlah produk tidak terjual setiap harinya sebagian besar merupakan produk bakery tradisional terutama produk kue basah. Menurut pihak manajemen, penjualan produk bakery modern lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan penjualan produk bakery tradisional. Konsumen, terutama yang berasal dari luar kota lebih sering melakukan pembelian produk bakery modern. Permasalahan yang dihadapi oleh Kartika Sari Bakery tersebut merupakan hambatan dalam pengembangan produk bakery tradisional. Tingkat penjualan produk bakery tradisional yang rendah menimbulkan pertanyaan bagi produsen, apakah ada suatu faktor yang berhubungan langsung dengan produk yang menyebabkan produk belum dapat diterima oleh konsumen. Salah satu hal yang penting untuk dipahami oleh produsen adalah mengenai preferensi konsumen terhadap produk bakery baik modern maupun tradisional. Dengan pemahaman terhadap preferensi konsumen akan dapat diketahui mengapa konsumen lebih senang memilih dan membeli produk bakery tertentu untuk memenuhi seleranya. Selain itu, melalui pemahaman terhadap preferensi konsumen akan diperoleh berbagai informasi yang bermanfaat untuk pengembangan strategi pemasaran atau pengembangan produk. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanakah karakteristik konsumen Kartika Sari Bakery? 2. Bagaimana sikap dan preferensi konsumen terhadap atribut produk Kartika Sari Bakery?
29 9 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi peluang pembelian produk bakery tradisional? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis karakteristik konsumen Kartika Sari Bakery. 2. Menganalisis sikap dan preferensi konsumen terhadap atribut produk Kartika Sari Bakery. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peluang pembelian produk bakery tradisional Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat : 1. Memberikan informasi mengenai karakteristik konsumen kepada para peneliti dan pemasar produk bakery dalam perencanaan pemasaran. 2. Memberikan masukan kepada pihak produsen dan pemasar untuk mengembangkan produknya dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk bakery. 3. Memberikan masukan dan perbandingan mengenai preferensi konsumen untuk suatu penelitian lanjutan. 4. Bermanfaat bagi penulis sebagai bahan pembelajaran dalam memahami konsep perilaku konsumen.
30 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak semua produk bakery dianalisis. Dalam penelitian ini akan dipilih masing-masing dua produk bakery yang mewakili produk bakery modern dan tradisional.
31 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Produk Definisi Roti Roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang lainnya, kemudian dipanggang (Mudjajanto dan Yulianti, 2005). Sementara menurut Standar Industri Indonesia (SII) , roti didefinisikan sebagai makanan yang dibuat dari tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang. Menurut CIC dalam Pustakawati, di dalam proses pembuatan roti dapat ditambahkan garam, gula, susu, lemak, dan bahan pelezat seperti coklat, kismis, sukade dan sebagainya dengan kadar air biasanya tidak lebih dari 40 persen. Roti banyak dikonsumsi di berbagai negara seperti Cina, India, Pakistan, Mesir, dan negara-negara Eropa. Jenis, ukuran, bentuk, dan susunan roti berbeda di setiap negara yang disebabkan oleh kebiasaan makan di masing-masing negara. Bahkan di beberapa negara roti dijadikan makanan pokok oleh masyarakatnya Standar Mutu Roti Roti yang diperdagangkan harus memiliki standar mutu. Standar yang dibuat tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan konsumen dari segi keamanan dalam konsumsi, kesehatan, dan keselamatan. 3 Syarat mutu roti untuk jenis roti tawar dan roti manis menurut Standar Industri Indonesia (SII) Undang-undang No. 8/1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
32 12 terdapat pada Tabel 7. Informasi pada Tabel 7 jelas menunjukkan bahwa di dalam produk roti harus terbebas dari logam berbahaya, serangga atau belatung, serta tidak menggunakan bahan pengawet. Tabel 7. Syarat Mutu Roti Berdasarkan SII No. Parameter Roti Tawar Roti Manis 1. Kadar air Maksimal 40% Maksimal 40% 2. Kadar abu Maksimal 1% - 3. Kadar garam (NaCl) Maksimal 2.5% Maksimal 2.5% 4. Kadar silikat Maksimal 0.1% Maksimal 0.1% 5. Kadar logam berbahaya Negatif Negatif 6. Serangga/belatung Negatif Negatif 7. Bau dan rasa Normal Normal 8. Bahan pengawet Tidak ada Tidak ada Sumber : Depperindag, Jenis Roti Roti memiliki beragam jenis serta bentuk. Menurut Mudjajanto dan Yulianti (2005), roti dapat digolongkan berdasarkan rasa, warna, nama daerah atau negara asal, nama bahan penyusun, dan cara pengembangan. a. Roti berdasarkan rasa Roti dapat dibedakan menjadi roti manis dan roti tawar. Roti manis adalah roti yang mempunyai cita rasa manis yang menonjol, bertekstur empuk, dan memiliki beragam isi. Selain rasa, daya tarik roti istimewa tersebut terletak pada bentuk yang menarik. Roti manis pada umumnya disantap sebagai kudapan, hidangan sarapan yang istimewa pada hari raya tertentu, atau disajikan sebagai makanan penutup. Roti tawar adalah roti yang dibuat dari adonan dengan sedikit gula atau tidak sama sekali. Penggunaan gula pada roti tawar hanya digunakan dalam percepatan proses fermentasi.
33 13 b. Roti berdasarkan warna Roti berdasarkan warna dibedakan menjadi roti putih dan roti cokelat. Semua roti putih umumnya terbuat dari tepung terigu, mempunyai isi atau remah (crumb) berwarna putih cerah dan kulit (crust) berwarna cokelat muda. Sementara roti cokelat pada dasarnya dibuat dari tepung gandum hitam sedang dan gelap. Jenis roti cokelat lebih kaya gizi dan rasa dibandingkan jenis roti putih. c. Roti berdasarkan asal daerah atau negara Penggolongan roti berdasarkan daerah atau negara diantaranya yaitu roti perancis, roti italia, roti wina, dan roti belanda. Roti perancis terbuat dari formula yang tidak mengandung lemak dari adonan asam, berbentuk panjang seperti tongkat, berkerak tebal, keras, bersifat asam, berlubang besar sehingga remahnya kurang. Roti italia terbuat dari adonan dengan formula yang tidak mengandung lemak sama sekali, berbentuk panjang dan runcing, dapat dipatahkan dengan mudah, keraknya tebal dan keras, serta remahnya kering. Roti wina adalah roti yang butirannya lebih terbuka dan berlubang-lubang, remahnya kering, dan susunannya kasar. Sementara roti belanda biasanya berupa roti sup (dinner roll) dengan bentuk permukaan mengerak dan garing, tetapi bagian dalamnya sangat lembut. d. Roti berdasarkan bahan penyusun Penggolongan roti berdasarkan bahan penyusunnya dibedakan menjadi roti kismis, rye bread, egg twist, gandum pecah, dan lain-lain. Roti kismis merupakan jenis roti manis yang diisi dengan kismis sehingga dapat dimakan utuh tanpa pengoles atau bahan tambahan lain. Rye bread terbuat dari tepung gandum hitam, yang pembuatannya ditambahkan asam seperti susu asam. Egg twist dibuat dalam
34 14 dua bentuk yaitu roti berputar melingkar atau lurus seperti roti biasa. Sementara roti gandum pecah adalah roti yang beraroma kacang-kacangan yang terbuat dari gandum yang direndam selama beberapa jam sebelum digunakan. e. Roti berdasarkan cara pengembangan adonan Penggolongan roti berdasarkan cara pengembangan adonannya yaitu roti tanpa pengasaman (unleavened bread), roti dengan pengasaman ragi atau mikroorganisme, roti cepat, dan roti dengan pengasaman udara atau uap. Roti tanpa pengasaman merupakan roti yang terbuat dari adonan tanpa menggunakan bahan pengembang serta tidak terjadi fermentasi. Sementara roti yang dikembangkan dengan ragi pada umumnya seragam, rasa dan aroma yang khas, serta tekstur yang lembut. Roti cepat adalah roti yang dibuat dalam waktu singkat dengan cara meniadakan proses fermentasi dan menambahkan bahan pengembang kimia seperti baking soda. Menurut Delfani dalam Maurisal (2005), roti dibedakan menjadi lima jenis yaitu bakery, roti tawar, cake, pastry, dan donut. a. Bakery, merupakan jenis roti manis yang berbahan dasar tepung terigu, mentega, telur, susu dan ragi yang di dalamnya diisi dengan keju, coklat, pisang, selai, srikaya, kelapa, fla, daging ayam, sosis atau yang lainnya. Bentuknya bisa bulat, keong, bajul (buaya), gelung dan lonjong. b. Roti tawar, merupakan jenis roti yang berbahan dasar tepung terigu, susu, telur, mentega, dan air tanpa menggunakan isi. Bentuknya bisa kotak, panjang, dan tabung. c. Cake, merupakan jenis roti yang berasa (manis) dengan tambahan rasa rum, jeruk, atau cokelat yang berbahan dasar tepung terigu, mentega, dan telur
35 15 tanpa menggunakan isi. Jenis roti ini dibagi menjadi spiku, roll tart (cokelat, pandan, jeruk, dan mocca), cake zebra, cake fruit, brownies, muffin, tart, black forrest, cake siram cokelat dan caramel (sarang semut). d. Pastry, merupakan jenis roti kering yang bisa berupa sus, grem, cum-cum, croissant. Pastry juga dapat menggunakan isi seperti kacang, keju, fla, daging, sosis, dan dapat pula tidak menggunakan isi. e. Donut, merupakan jenis roti tawar atau manis yang digoreng dan berlubang ditengahnya Proses Pembuatan Roti Secara prinsip, menurut Mudjajanto dan Yulianti (2005) tahapan pembuatan roti sama untuk pembuatan roti tawar, roti manis, dan roti cepat. Tahapan pembuatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. a. Seleksi bahan Pada tahap seleksi bahan harus diperhatikan beberapa hal, yaitu harga bahan, kualitas bahan, stok yang cukup, dan tempat penyimpanan. Stok disesuaikan dengan daya tahan bahan. Sementara tempat penyimpanan harus dapat mempertahankan kualitas bahan sehingga tidak susut karena hilang atau rusak. b. Penimbangan Semua bahan ditimbang sesuai dengan formula. Penimbangan bahan harus dilakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan bahan. Ragi, garam, dan bahan tambahan makanan merupakan bahan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, tetapi sangat penting agar dihasilkan roti berkualitas baik
36 16 sehingga harus diukur dengan teliti. Dalam penimbangan, hindarkan penggunaan sendok atau cangkir sebagai takaran. c. Pengadukan atau pencampuran (mixing) Mixing berfungsi mencampur secara homogen semua bahan, mendapatkan hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakkan gluten, serta menahan gas pada gluten (gas retention). Tujuan mixing adalah untuk membuat dan mengembangkan daya rekat. Mixing harus berlangsung hingga tercapai perkembangan optimal dari gluten dan penyerapan airnya. Dengan demikian, pengadukan adonan roti harus sampai kalis. Pada kondisi tersebut gluten baru terbentuk secara maksimal. Adapun yang dimaksud kalis adalah pencapaian pengadukan maksimum sehingga terbentuk permukaan film pada adonan. Tanda-tanda adonan roti telah kalis adalah jika adonan roti tidak lagi menempel di wadah atau di tangan saat adonan dilebarkan, akan terbentuk lapisan tipis yang elastis. Adapun tahapan mixing adalah sebagai berikut : 1) Pick up : mencampur semua adonan menjadi satu. 2) Clean up : adonan sudah tidak lengket lagi pada mangkuk adonan. 3) Development : permukaan adonan mulai terlihat licin/halus (elastis). 4) Final atau batas akhir adonan untuk pembuatan roti ditandai dengan permukaan adonan licin, halus, dan kering. 5) Let down : adonan mulai overmix sehingga kelihatan basah, lengket, dan lembek. 6) Break down : adonan sudah overmix dan tidak elastis.
37 17 d. Peragian (fermentation) Adonan yang telah dicampur hingga kalis dilanjutkan dengan proses peragian, yaitu adonan dibiarkan beberapa saat pada suhu sekitar 35 C. Tahap peragian sangat penting untuk pembentukan rasa dan volume. Pada saat fermentasi berlangsung, selain suhu, pembuatan roti sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara. Suhu ruangan 35 C dan kelembaban udara 75 persen merupakan kondisi yang ideal dalam proses fermentasi adonan roti. Semakin panas suhu ruangan, semakin cepat proses fermentasi dalam adonan roti. Sebaliknya, semakin dingin suhu ruangan semakin lama proses fermentasinya. Selama peragian, adonan menjadi lebih besar dan ringan. e. Pengukuran atau penimbangan adonan (dividing) Agar roti sesuai dengan besarnya cetakan atau besarnya bentuk yang diinginkan, adonan perlu ditimbang. Sebelum ditimbang, adonan dipotong-potong dalam beberapa bagian. Proses penimbangan harus dilakukan dengan cepat karena proses fermentasi tetap berjalan. f. Pembulatan adonan (rounding) Adonan yang telah dipotong selanjutnya dibentuk bulatan-bulatan sesuai dengan keperluan. Tujuannya untuk membentuk lapisan film di permukaan adonan sehingga dapat menahan gas dari hasil peragian dan memberi bentuk agar mudah dalam pengerjaan selanjutnya. g. Pengembangan singkat (intermediate proof) Intermediate proof adalah tahap pengistirahatan adonan untuk beberapa saat pada suhu C dengan kelembaban persen selama 6 10 menit. Langkah tersebut dilakukan untuk mempermudah adonan di-roll
38 18 dengan roll pin dan digulung. Selanjutnya adonan yang telah dicampur hingga kalis dilanjutkan dengan proses peragian. h. Pembentukan adonan (moulding) Tahap pembentukan adonan dilakukan dengan cara adonan yang telah diistirahatkan digiling menggunakan roll pin, kemudian digulung atau dibentuk sesuai dengan jenis roti yang diinginkan. Pada saat penggilingan, gas yang ada di dalam adonan keluar dan adonan mencapai ketebalan yang diinginkan sehingga mudah untuk digulung atau dibentuk. i. Peletakan adonan dalam cetakan (panning) Adonan yang sudah digulung dimasukkan ke dalam cetakan dengan cara bagian lipatan diletakkan di bawah agar lipatan tidak lepas yang mengakibatkan bentuk roti tidak baik. Selanjutnya, adonan diistirahatkan dalam cetakan (pan proof) sebelum dimasukkan ke dalam pembakaran. Proses ini dilakukan agar roti berkembang sehingga hasil akhir roti diperoleh dengan bentuk dan mutu yang baik. j. Pembakaran (baking) Roti dipanggang atau dibakar dalam oven pada suhu sekitar 205 C. Suhu pemanggangan roti kecil sekitar C selama menit. Sebelum pembakaran selesai, pintu oven dibuka sedikit sekitar 2 3 menit. Untuk roti lainnya, pembakaran dengan suhu oven C, lalu menurun hingga 200 C selama 5 10 menit dan sebelum selesai, pintu oven dibuka sedikit.
39 19 Metode Langsung (Straight Dough) Metode Tidak Langsung (Sponge Dough) Metode Cepat (No Time Dough) Penimbangan bahan Penimbangan bahan Penimbangan bahan Pengadukan Pengadukan Pengadukan Fermentasi Fermentasi Fermentasi Sisa bahan Pengadukan kembali Pengukuran dan penimbangan Pengukuran, penimbangan, dan pembulatan adonan Pembulatan adonan Pembakaran Pengembangan singkat Pembentukan adonan Peletakan adonan dalam cetakan Pengistirahatan adonan dalam cetakan Pembakaran Gambar 1. Proses Pembuatan Roti Berdasarkan Metode Pembuatan Adonan Sumber : Mudjajanto dan Yulianti, Metode Pembuatan Adonan Roti Secara prinsip pembuatan adonan roti dapat dibagi ke dalam tiga metode (Mudjajanto dan Yulianti, 2005), yaitu sebagai berikut.
40 20 a. Metode tidak langsung (sponge dough) Metode tidak langsung merupakan suatu teknik pembuatan roti melalui dua tahap, yaitu pembuatan sponge/biang dan pembuatan dough/adonan. Dalam pembuatannya, bahan dibagi dua kemudian dicampur kembali menjadi satu. Saat ini metode tidak langsung jarang digunakan. Ciri-ciri metode ini adalah pengadukan dua kali, yaitu pengadukan pertama untuk membuat biang dan pengadukan kedua untuk mencampur biang dan bahan lainnya. Selain itu, fermentasi (peragian) dilakukan selama 3 6 jam dengan suhu C, resep tidak ada penambahan, serta hasilnya cukup bagus dan berdaya tahan sekitar satu minggu. b. Metode langsung (straight dough) Pembuatan roti metode langsung dicirikan dengan pencampuran semua bahan, lalu diaduk menjadi satu. Ciri lainnya adalah penggunaan gula lebih banyak agar fermentasi berlangsung lebih cepat, penggunaan susu bubuk lebih sedikit, waktu fermentasinya 1,5 3 jam, hasilnya cukup bagus, dan daya tahan roti sekitar lima hari. c. Metode cepat (no time dough) Cara ini hampir sama dengan metode langsung. Perbedaannya terletak pada komposisi bahan, terutama ragi lebih banyak karena waktu fermentasi lebih singkat. Ciri metode ini diantaranya pengadukan satu kali dan peragian hanya 0 45 menit. Selain itu, pada resep metode cepat ada penambahan ragi dan bread improver untuk mempercepat pengembangan, hasilnya cukup bagus, dan daya tahannya hanya tiga hari.
41 21 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam metode cepat adalah perlu penambahan pelunak remah roti (crumb softener) karena waktu fermentasi sangat cepat. Jika tidak ditambah, roti yang dihasilkan berpori-pori besar. Hal lainnya yang perlu diperhatikan yaitu pemakaian air dan ragi ditambah, pemakaian gula dikurangi, suhu ruangan cukup tinggi sekitar C, dan suhu adonan 30 C Perilaku Konsumen American Marketing Association dalam Peter dan Olson (1999) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara pengaruh afeksi dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. AFEKSI DAN KOGNISI LINGKUNGAN PERILAKU Gambar 2. Tiga Elemen Perilaku Konsumen Sumber : Peter dan Olson (1999) Gambar 2 menyajikan tiga elemen dari perilaku konsumen. Pertama, afeksi dan kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan internal psikologis yang dimiliki konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang
ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK BAKERY TRADISIONAL KARTIKA SARI BAKERY BANDUNG. Oleh : HERI SETYAWAN A
ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK BAKERY TRADISIONAL KARTIKA SARI BAKERY BANDUNG Oleh : HERI SETYAWAN A14102083 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciLOGO BAKING TITIS SARI
LOGO BAKING TITIS SARI PENGERTIAN UMUM Proses pemanasan kering terhadap bahan pangan yang dilakukan untuk mengubah karakteristik sensorik sehingga lebih diterima konsumen KHUSUS Pemanasan adonan dalam
Lebih terperinciTeknik tarik lipat pada proses Mixing Dough
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 4, No. 2, Mei 2013 125 Teknik tarik lipat pada proses Mixing Dough Dyah Nurani S 1 1. Jurusan TJP, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang http://tjp-unnes@ac.id Abstrak
Lebih terperinci1. Menimbang Bahan Menimbang harus dilakukan dengan teliti dan tepat memilih alat Ssesuai dengan berat bahan yang akan ditimbang.
1. Menimbang Bahan Menimbang harus dilakukan dengan teliti dan tepat memilih alat Ssesuai dengan berat bahan yang akan ditimbang. Perhatikan ketelitian (graduation ) timbangan yang hendak dipakai. Jangan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.
I PENDAHULUAN Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah berdasarkan latar belakang tertentu. Dengan maksud dan tujuan yang sudah jelas selanjutnya dikembangkan kerangka pemikiran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan bahan pengembang lainnya
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Roti Roti adalah produk makanan yang terbentuk dari fermentasi terigu dengan menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan bahan pengembang lainnya yang kemudian dipanggang
Lebih terperinciProses Pembuatan Roti
Tekno Pangan 8 Agmindusfri, Volume f Nornor6 Roti adalah makanan yang dibuat dari tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang. Ke dalam adonan boleh ditambahkan garam, gula, susu, lemak
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET PENGOLAHAN BAKERY
1. Kompetensi: Menjelaskan dan mempraktekkan pengembangan danish pastry 2. Sub Kompetensi: a. Menganalisis resep dasar danish pastry b. Mengembangkan resep dasar danish pastry c. Mempraktekkan pengembangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM JAPANESE ROLL CAKE
3 BAB II GAMBARAN UMUM JAPANESE ROLL CAKE 2.1. Sejarah Japanese Roll Cake Japanese Roll Cake adalah kreasi bolu gulung yang berasal dari negara sakura dengan memodifikasi bagian kulit luar dan dalam roll
Lebih terperinciPROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG
PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG Disusun oleh: Ribka Merlyn Santoso 14.I1.0098 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,
Lebih terperinciPastry. Pandu Prabowo Susilo
Pastry Pandu Prabowo Susilo Pengertian Pastry merupakan jenis olahan tepung terigu, lemak dan telur yang melewati proses pemanggangan Pada umumnya pastry bertekstur krispy, adonan tidak kalis. Beberapa
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti tawar merupakan salah satu produk turunan dari terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perkotaan, namun tepung terigu yang
Lebih terperinciBAB VIII Membuat Produk Pastry Dengan Adonan Bread Pertemuan Ke
BAB VIII Membuat Produk Pastry Dengan Adonan Bread Pertemuan Ke Tujuan : Melalui topik pembahasan ini anda dapat mempelajari ; 1. Menjelaskan pengertian adonan Bread 2. Jenis Adonan Bread 3. Membuat Produk
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : 1.1 Latar Belakang, 1.2 Identifikasi Masalah, 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian, 1.4 Manfaat Penelitian, 1.5 Kerangka Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7
Lebih terperinciResep Kue. Resep kue nastar
Resep kue nastar Resep kue nastar memang paling banyak dicari dan dipraktekan pada hari raya idul fitri. Pada lebaran tahun 2012 ini admin masakanmama.com pun tidak ketinggalan untuk membuat kue nastar
Lebih terperinciBAB V PROSES PENGOLAHAN
BAB V PROSES PENGOLAHAN 5.1. Pengertian Proses pengolahan dapat didefinisikan sebagai proses pembuatan suatu produk dari bahan mentah dan bahan asal, serta kegiatan-kegiatan penanganan dan pengawetan produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tepung-tepungan lokal atau non terigu saat ini telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan tepung-tepungan lokal atau non terigu saat ini telah menjadi trend inovasi terbaru terutama bagi industri bakery, hal tersebut dikarenakan harga tepung terigu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor pertanian yang cukup besar. Berbagai komoditas pertanian memiliki kelayakan yang cukup baik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tepung Terigu 2.1.1 Pengertian Tepung Terigu Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari penggilingan biji gandum. Gandum merupakan salah satu tanaman biji-bijian
Lebih terperinciKue atau yang disebut juga cake merupakan produk bakery yang banyak diminati masyarakat. Dalam membuat kue, ada tiga faktor yang sangat menentukan
Kue atau yang disebut juga cake merupakan produk bakery yang banyak diminati masyarakat. Dalam membuat kue, ada tiga faktor yang sangat menentukan baik tidaknya kualitas kue yang dihasilkan. Ketiga faktor
Lebih terperinciSISTEM PEMBUATAN ROTI
SISTEM PEMBUATAN ROTI Saat ini dikenal ada empat macam teknik atau sistem pembuatan roti yaitu 1. Si st emst rai gh Dough ( Langsung) 2. Si st emsponge Dough ( Bi ang) 3. Si st emno Ti me Dough 4. Si st
Lebih terperinci: 1. Mengetahui cara pembuatan roti standart dan roti wortel serta untuk. 2. Mengetahui volume adonan roti standart dan adonan roti wortel
Acara Sub acara : Praktikum Food Processing & Technology : Praktikum teknologi baking Hari / tanggal : Selasa / 25 Maret 2014 Tempat Prinsip Tujuan : Lab Gizi STIKes Widya Cipta Husada Malang : Prinsip
Lebih terperinciHasil dan Perhitungan Uji Penerimaan Produk dari 30 panelis. Kategori penilaian 1 Perpaduan warna bagus, nice. Warna
101 Panelis ke- Hasil dan Perhitungan Uji Penerimaan Produk dari panelis Penilaian Brownies Roll Cake Kacang Hijau Kategori penilaian 1 Perpaduan warna bagus, nice Warna 2 Kurang soft, terlalu Warna mencolok
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN CENGKEH (Syzygium aromaticum) DAN KAYU MANIS (Cinnamomum sp.) SEBAGAI PENGAWET ALAMI TERHADAP DAYA SIMPAN ROTI MANIS
1 PENGARUH PENGGUNAAN CENGKEH (Syzygium aromaticum) DAN KAYU MANIS (Cinnamomum sp.) SEBAGAI PENGAWET ALAMI TERHADAP DAYA SIMPAN ROTI MANIS RATNA WEDHANINGSIH RULLYLA KUSUMA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT
Lebih terperinciSUB TOPIK PENGERTIAN TEORI PERALATAN PENGARUH PADA MAKANAN BAHAN DAN PROSES NILAI GIZI BREAD STALLING 3/21/2016 3
BAKING TITIS SARI 3/21/2016 2 SUB TOPIK PENGERTIAN TEORI PERALATAN PENGARUH PADA MAKANAN NILAI GIZI BAHAN DAN PROSES BREAD STALLING 3/21/2016 3 PENGERTIAN UMUM Proses pemanasan kering terhadap bahan pangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan. Tanaman talas merupakan tumbuhan asli daerah tropis.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis. Negara Indonesia ini mempunyai kekayaan alam yang melimpah terutama pada jenis tanaman pangan lokal
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.
Lebih terperinciTEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani
TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani Tim PPM Jurusan Pendidikan Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani
Lebih terperinciCARA PEMBUATAN ROTI MANIS
CARA PEMBUATAN ROTI MANIS Tahap persiapan - Semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan di sediakan dalam jumlah dan takaran masing- masing (sehingga tidak memperlama proses pembuatan nanti), timbang terigu
Lebih terperinciPEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Volume Pengembangan Roti Manis
4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik 4.1.1. Volume Pengembangan Roti Manis Adonan roti manis yang tersusun dari tepung terigu dan tepung gaplek dapat mengalami pengembangan, hal ini dikarenakan adanya
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET PENGOLAHAN BAKERY
1. Kompetensi: Menguasai pengolahan produk pengembangan yeast dough dari sisi resep, bentuk, isi maupun kemasan. 2. Sub Kompetensi: a. Menjelaskan pengembangan yeast dough b. Mempraktekkan pengembangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya
II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pisang Raja Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya
Lebih terperinciWritten by Administrator Sunday, 06 September :45 - Last Updated Sunday, 06 September :56
Variasi Kue Kering Yang Tak Ada Habisnya (1) Kue kering sudah akrab di lidah penikmatnya karena kue mungil yang satu ini sudah sangat mudah dan bahkan sering kita jumpai baik di toko-toko kue atau bakery
Lebih terperincisampai matang 10. Tuang kembali adonan hijau sampai separuh adonan
Aneka Olahan Kue Tepung Kasava Tepung singkong dapat digunakan dalam pembuatan tepung campuran (composite flour), yakni tepung campuran antara tepung singkong dan tepung terigu. Tepung campuran tersebut
Lebih terperinciResep kue basah : kue lumpur, tips dan variasinya
Resep kue basah : kue lumpur, tips dan variasinya Kue lumpur merupakan salah satu jajanan pasar yang sangat populer. Jika anda berkunjung ke berbagai wilayah di Indonesia anda akan menemukan dengan mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk bakery dengan kombinasi bahan pangan lokal Indonesia. diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumber daya pangan lokal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri bakery di tanah air terus berkembang, mulai dari industri roti rumahan hingga outlet modern yang berstatus waralaba dari luar negeri ketat bersaing
Lebih terperinciKue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran
Tuesday, 22 September 2009 21:05 Last Updated Tuesday, 22 September 2009 21:14 Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran Berbagai macam hidangan disajikan di Hari Raya Lebaran, tidak ketinggalan
Lebih terperinciBAB X PENGAWASAN MUTU
BAB X PENGAWASAN MUTU Pengawasan mutu merupakan aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dan jasa perusahaan dapat mempertahanan sebagaimana yang telah direncanakan
Lebih terperinciTabel 1.1 Daftar Impor Bahan Pangan Indonesia Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu produk pertanian yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia adalah tepung terigu. Tepung terigu merupakan salah satu bahan dasar kebutuhan
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN PEMBUATAN MAKALAH TENTANG SEJARAH DAN CARA PEMBUATAN ROTI. Disusun untuk memenuhi tugas komputer. Semester II
LAPORAN KEGIATAN PEMBUATAN MAKALAH TENTANG SEJARAH DAN CARA PEMBUATAN ROTI Disusun untuk memenuhi tugas komputer Semester II Disusun oleh: Valerie Cindy Rusli / XE / 19 SMA Santo Aloysius II Jl. Batununggal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diare, dan lain-lain, bagi orang-orang yang menderita lactose intolerance.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan roti telah berlangsung sejak 30,000 tahun yang lalu, yang pada awalnya hanya berasal dari air dan tepung gandum yang dicampur sehingga menjadi adonan pasta
Lebih terperinciANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A.
ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. 14103550 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan PD. Galuh Sari merupakan perusahaan yang didirikan oleh Bapak Amir dan Istrinya yang bernama Ibu Maemunah pada tahun 2001 yang berlokasi di Jl.
Lebih terperincitips: Menyimpan Tahu Segar
Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas
Lebih terperincitips: Menyimpan Tahu Segar
Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi Gizi Beras Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, beras dapat digantikan/disubsitusi oleh bahan makanan lainnya, namun
Lebih terperinciIV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO
IV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO A. Sistem Produksi Produk Roti Manis (sweet bread) PT Nippon Indosari Corpindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan, yaitu
Lebih terperinciTabel 1. 1 Jumlah Wisatawan Kota Bandung. Wisatawan Tahun mancanegara domestik jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung memiliki banyak tempat wisata oleh karena itu banyak wisatawan yang datang mengunjungi kota Bandung, baik dari luar kota, luar pulau bahkan dari luar negeri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung sudah dikenal sebagai pusat kuliner nusantara sejak tahun 1941, Bukan hanya golongan dari masyarakat pecinta makanan saja yang sengaja datang ke Bandung akan
Lebih terperinciResep kue lapis lengkap
Resep kue lapis lengkap Resep kue lapis kali ini komplit banget dari kue basah sampai kue kering. Kue lapis bisa dibilang jajanan pasar tradisional sampai jajanan mall. Kue lapis yang sering dijumpai sebagai
Lebih terperinciPERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN
PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri kuliner sekarang ini semakin meningkat khususnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri kuliner sekarang ini semakin meningkat khususnya di ibu kota jakarta. Melihat semakin banyaknya konsumen yang senang menghabiskan waktu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,
I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango)
ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) DISUSUN OLEH: EFENDY A14104121 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
Lebih terperinciPENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto
PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN Agus Sutanto PENDAHULUAN Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi
Lebih terperinciPROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT
PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang Perkembangan pada bidang ekonomi dan teknologi yang begitu pesat di dunia dan masyarakat kita saat ini telah merubah pola
Lebih terperinciResep Puding - Cara Membuat Puding Istimewa
Resep Puding - Cara Membuat Puding Istimewa Selain memposting resep puding yang super enak, kami juga akan memberikan tips bagaimana cara membuat puding yang lezat dan istimewa. 1. Wadah yang digunakan
Lebih terperinciMODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.
MODUL 5 PIZZA IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat pizza ikan yang enak, bertekstur lembut dan rasa yang lezat. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan
Lebih terperinciResep Kastengel Bawang Merah
MEMBUAT RANCANGAN DAN KARYA TEKNOLOGI DIVERSIVIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN BERBASIS BAWANG MERAH YANG TIDAK DIPATENKAN; TINGKAT INTERNASIONAL Resep Kastengel Bawang Merah Bahan Adonan: 1 kg Tepung
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang banyak melakukan impor tepung terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor gandum di Indonesia pada tahun 2012
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini
I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM
LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM Penyusun: Haikal Atharika Zumar 5404416017 Dosen Pembimbing : Ir. Bambang Triatma, M.Si Meddiati Fajri Putri S.Pd, M.Sc JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN
Lebih terperinci23. HASlL OLAHAN TEPUNG UBI JALAR
Kararnel Susu, Yoghurt Olahan Tepung Ubi Jalac Ebi (udang kering). Keju 23. HASlL OLAHAN TEPUNG UBI JALAR Tepung ubi jalar dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan kue dan roti gandum. Adapun proses
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi. berkembang semakin maju guna mendapatkan output secara optimal sehingga
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis dirasakan semakin ketat, teknologi berkembang semakin maju guna mendapatkan output secara optimal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman bahan pangan yang melimpah. Bahan pangan memang melimpah namun Indonesia masih memiliki ketergantungan dengan impor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bolu Kukus Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan telur dan gula. Terdapat banyak macam kue bolu, misalnya kue tart yang biasa dihidangkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya
I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi
Lebih terperinciPILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A
PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah industri kuliner atau makanan. Salah satu makanan yang sedang digemari oleh masyarakat
Lebih terperinciPENGGUNAAN TEPUNG JALEJO (JAGUNG, KEDELAI, KACANG HIJAU) SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN DONAT
PENGGUNAAN TEPUNG JALEJO (JAGUNG, KEDELAI, KACANG HIJAU) SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN DONAT Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta Jl. Raya Ragunan No. 30 Jakarta Selatan E-mail: mh_yanis@yahoo.com
Lebih terperinciSutomo, B
Baking Soda dan Baking Powder, kedua bahan ini memiliki bentuk fisik berupa tepung berwarna putih dan memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai bahan pengembang. Cara kerjanya adalah ketika bahan ini bertemu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa akan lebih baik jika terdapat perbedaan tersendiri. sehingga dengan adanya keunggulan bersaing diharapkan mampu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendirian suatu bisnis baik itu berupa barang atau jasa, sebaiknya dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat. Selain hal tersebut, penciptaan produk atau
Lebih terperinciOLAHAN PANGAN DARI UBI JALAR UNGU
OLAHAN PANGAN DARI UBI JALAR UNGU 1. Kupas,cuci, lalu kukus ubi ungu. Setelah matang, haluskan. 2. Siapkan bahan kering, terigu, gula 3sdm, susu bubuk,ragi, lalu tuang SKM yg sudah dicairkan dgn 100 ml
Lebih terperinciResep Cake : Kumpulan Kue Cake Terlezat
Resep Cake : Kumpulan Kue Cake Terlezat Kue Cake atau kue bolu merupakan jenis makanan ringan yang berbahan dasar tepung (biasanya tepung terigu), telur dan gula. Kue cake biasanya dibuat dengan cara dipanggang
Lebih terperinciRESEP KUE TALAM BESERTA TIPS dan VARIASINYA
RESEP KUE TALAM BESERTA TIPS dan VARIASINYA Kue talam memang biasanya diolah dari bahan ubi. Namun sebenarnya tidak harus seperti itu. Banyak sekali bahan yang bisa dimanfaatkan untuk membuat kue talam
Lebih terperinciWritten by Administrator Thursday, 10 September :01 - Last Updated Thursday, 10 September :08
Kreasi Pound Cake Tampil Baru Anda kenal dengan marble cake atau lapis legit? Umumnya cake-cake ini termask kategori dari jenis pound cake. Anda yang kreatif pasti akan mudah memvariasikan poun cake menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. impor. Volume impor gandum dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data APTINDO (2013), Indonesia mengimpor gandum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gandum merupakan bahan baku dalam pembuatan tepung terigu. Indonesia belum bisa memproduksi sendiri gandum sebagai tanaman penghasil tepung terigu, karena iklim yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang-kacangan (Leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas
Lebih terperinciANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A
ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciTEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama
TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Untuk mengurangi ketergantungan terhadap terigu dan pengembangan pangan yang berbasis
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI ABSTRACT ABSTRAK
PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI Effect of Dough Mixing Speed on Bread Physical Characteristic Asih Priyati 1, Sirajuddin Haji Abdullah 1, Guyup Mahardhian Dwi Putra
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk
HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Menambah wawasan serta pengetahuan yang lebih luas tentang bidang produksi yang dijalankan dari Pihak Instansi terkait.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka mendekatkan kerjasama antara pihak sekolah SMK begitupun dengan para peserta didiknya dengan pihak instansi atau pihak perusahaan (pabrik) maka dari itu
Lebih terperinciANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor)
ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) Oleh: NAOMI MUTIARA ERITA S. A14103571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI
PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI Effect of Dough Mixing Speed on Bread Physical Characteristic Asih Priyati 1,*), Sirajuddin Haji Abdullah 1, Guyup Mahardhian Dwi Putra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah
Lebih terperinciPEMBUATAN ROTI TAWAR BERSERAT TINGGI DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BEKATUL DAN PENAMBAHAN GLISEROL MONOSTEARAT SKRIPSI
PEMBUATAN ROTI TAWAR BERSERAT TINGGI DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BEKATUL DAN PENAMBAHAN GLISEROL MONOSTEARAT SKRIPSI Oleh : WAHYU SETIOWATI NPM : 0533010015 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMILIHAN MEREK TEH DALAM BOTOL OLEH PEDAGANG KAKI LIMA (Kasus Di Kota Bogor)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMILIHAN MEREK TEH DALAM BOTOL OLEH PEDAGANG KAKI LIMA (Kasus Di Kota Bogor) Oleh: WAHYU PURBIANTORO A 14103605 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cake adalah makanan yang sangat populer saat ini. Rasanya yang manis dan bentuknya yang beragam menjadikannya kian digemari oleh masyarakat. Cake dapat disajikan sebagai
Lebih terperincidenaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses
BAB III PEMBAHASAN Pembuatan mie kering umumnya hanya menggunakan bahan dasar tepung terigu namun saat ini mie kering dapat difortifikasi dengan tepung lain agar dapat menyeimbangkan kandung gizi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kue nusantara sebagai wujud warisan nenek moyang sangatlah bervariasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kue nusantara sebagai wujud warisan nenek moyang sangatlah bervariasi, tidak hanya dalam hal bentuk, warna, penggunaan bahan termasuk pula proses pembuatannya. Teknik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kue kering atau yang biasa disebut cookies berasal dari kata koekie atau koekje dalam bahasa Belanda yang artinya small cake. Di Indonesia, cookies dikenal
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang
I PENDAHULUAN Cookies merupakan salah satu produk yang banyak menggunakan tepung. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang dihasilkan. Tepung kacang koro dan tepung
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR Oleh : NOVA RESKI SEPTINA K A14104117 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
39 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dan masuknya trend mengkonsumsi frozen yoghurt sejak tahun 2008 di Indonesia
Lebih terperinciPengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan
Pelatihan Kewirausahaan untuk Pemula olahan dengan memperhatikan nilai gizi dan memperpanjang umur simpan atau keawetan produk. Untuk meningkatkan keawetan produk dapat dilakukan dengan cara : (1) Alami
Lebih terperinci