TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I"

Transkripsi

1 TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Agama Katolik Oleh: Martalina NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4 PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria Kedua orang tua saya Agustinus Lonyong dan Albina Rapun Kedua adik saya Juliani dan Gabriel Noprianus Kekasih tercinta Teki A.Md iv

5 MOTTO Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Flp 4:6) v

6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8 ABSTRAK Judul skripsi TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGIJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK dipilih berdasarkan kesan pribadi penulis bahwa pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di Stasi Muara Asa dalam mendidik iman masih kurang. Padahal keluarga merupakan sekolah pertama dan utama dalam mendidik iman anak. Maka keluarga-keluarga Katolik Stasi Muara Asa perlu meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab dalam mendidik iman anak-anak mereka. Keprihatinan lain masih dialami oleh keluarga-keluarga Katolik dalam melaksanakan tanggungjawab mereka yakni kurangnya waktu bersama anak oleh karena tuntutan pekerjaan. Anak asyik dengan dengan dunianya sendiri. Kebanyakan orang tua masih menyerahkan pendidikan iman anak kepada pihak lain, seperti guru agama atau sekolah Minggu. Persoalan pokok pada skripsi ini bagaimana keluarga Katolik meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab mereka dalam mendidik iman anakanaknya. Dalam rangka menanggapi permasalahan pokok tersebut, penulis melakukan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan para ahli mengenai tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Di samping itu, untuk memperoleh gambaran pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan dan penyebaran kuesioner. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak Stasi Muara Asa masih kurang. Hal tersebut dilihat dari keempat unsur koinonia, kerygma, leiturgia, dan diakonia yang kurang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, umat Stasi Muara Asa memiliki harapan melalui pendampingan rekoleksi keluarga dapat membantu mereka menumbuhkan semangat dalam meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik Stasi Muara asa di Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh terhadap pendidikan iman anak-anak mereka sehingga anakanak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna bagi sesama dan semakin mencintai Sang Pencipta. viii

9 ABSTRACT Thesis title THE RESPONSIBILITY OF CATHOLIC FAMILY IN STATION MUARA ASA PARISH ST. JOHN THE EVANGELIST LINGGANG MELAPEH TOWARD CHILDREN FAITH EDUCATION is chosen based on the personal impression that the implementation of the responsibilities of Catholic in the parish St. John the Evangelist Linggang Melapeh, station Muara Asa in education children is still lacking faith. Whereas the family is the first and primary schools to educate children of faith. Then Catholic families in Muara Asa parish St. John the Evangelist Linggang Melapeh need to improve the implementation of the responsibility to educate their children faith. Another concern that is still experienced by Catholic families in carrying out their responsibilities namely the lack of time with children because of work demands, actions of children. Most of parents are still handing children faith education to others, such as religious teacher or Sunday schools. The main problem in this thesis own Catholic Family can improve the implementation of their responsibilities in educating their children faith. In order to respond these main problems, the authors conducted a literature that comes from Scripture, Church documents, and also the experts views on Catholic family responsibilities toward to children faith education. Besides that, to again an overview of the implementation of Catholic families toward to children faith education, the authors conducted a research by observation and questionnaires. The research results showed the implementation of the responsibilities of Catholic family against faith education of children in the station Muara Asa, parish St. John the Evangelist Lingang Melapeh are still lacking. This can be seen from the four elements of koinonia, kerygma, liturgy, and diakonia are less visible in everyday life. However, the parishioners of St. John the Evangelist Lingang Melapeh, station Muara Asa have hope through recollection assistance for the improvement of Catholic families responsibilities toward to children faith education. Therefore, the author have found that Catholic people in station Muara Asa have the hope in the family recollection assistance that can help Catholic people to grow the spirit in the improvement of Catholic families responsibility in station Muara Asa at parish St. John Evangelist Linggang Melapeh toward their children faith education so that the children can grow and evolve to be a good human being for others and also put their love in The Almighty. ix

10 KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Allah Yang Maha Esa, sebab melalui kasihnyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK. Skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak-anak yang ada di Stasi Muara Asa. Menurut hasil pengamatan penulis, orang tua masih cenderung menyerahkan pendidikan iman anak-anak kepada pihak lain, seperti guru agama ataupun Sekolah Minggu. Mereka kurang mampu melaksanakan tugasnya sebagai pendidik iman dengan baik. Oleh karena itu, penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu keluarga Katolik semakin meningkatkan pelaksanaan tanggungjawabnya dalam tugasnya sebagai pendidik iman anak yang utama dan pertama dalam keluarga. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, pantaslah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung. S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen akademik yang dengan setia dan penuh kesabaran membimbing, memberikan motivasi dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. x

11 2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji II dan sekretaris panitia penguji yang telah memberikan dukungan, semangat, meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan sehubungan dengan skripsi ini. 3. P. Banyu Dewa HS, S. Ag, M.Si., selaku dosen penguji III yang telah memberikan semangat, meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan demi semakin baiknya skripsi ini. 4. Para dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta pengorbanan selama penulis menjalani masa studi. 5. Stap dan karyawan Prodi PAK yang turut memberikan perhatian dan dukungan bagi penulis. 6. Bapak Antonius Rusi, selaku ketua umat Stasi Muara Asa yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 7. Umat Stasi Muara Asa yang telah meluangkan waktu memberikan jawaban dan mencurahkan perasaan sewaktu penulis melakukan penelitian. 8. Bapak, ibu, adik-adik dan segenap keluarga yang dengan setia menemani, selalu mendukung, mendoakan dan berkorban bagi penulis selama menjalani masa studi. xi

12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJAUN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTO... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xiii DAFTAR SINGKATAN... xvii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penulisan... 5 D. Manfaat Penulisan... 6 E. Metode Penulisan... 6 F. Sistematika Penulisan... 7 BAB II. TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK... 9 A. Tanggungjawab Keluarga Katolik Tanggungjawab a. Pengertian Tanggungjawab b. Jenis-jenis Tanggungjawab Keluarga Katolik a. Pengertian Keluarga Katolik b. Keluarga Katolik adalah Gereja Rumah Tangga c. Keluarga Katolik adalah Sel Terkecil di Masyarakat d. Ciri-ciri Keluarga Katolik xiii

14 e. Tugas Keluarga Katolik B. Pendidikan Iman Anak Pengertian Pendidikan Iman Anak Tujuan Pendidikan Iman Anak Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak a. Teladan Tokoh-tokoh Indetifikasi b. Suasana c. Pengajaran d. Komunikasi C. Pendidikan Iman Anak Merupakan Tanggungjawab Keluarga BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK A. Gambaran Umum Stasi Paroki Yohanes Pengijil Linggang Melapeh dan Stasi Muara Asa Situasi Geografis Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh dan Stasi Muara Asa Sejarah Singkat Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh dan Stasi Muara Asa Situasi Umat Paroki Yohanes Penginjil dan Stasi Muara Asa Karya Pastoral Stasi Muara Asa B. Penelitian Tentang Tanggungjawab Keluarga Katolik Stasi Muara Asa Terhadap Pendidikan Iman Anak Persiapan Penelitian a. Latar Belakang Penelitian b. Tujuan Penelitian c. Jenis Penelitian d. Istrumen Pengumpulan Data e. Responden Penelitian f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu g. Variabel yang Diteliti dan Kisi-kisi Hasil dan Pembahasan Penelitian xiv

15 3. Pendalaman Lebih Lanjut Terhadap Hasil Penelitian Menurut Masing-masing Variabel Kesimpulan Hasil Penelitian BAB IV. REKOLEKSI SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK A. Pentingnya Tanggungjawab Keluarga Katolik Stasi Muara Asa Terhadap pendidikan Iman Anak B. Tanggungjawab Keluarga Katolik Stasi Muara Asa Terhadap Pendidikan Iman Anak Alasan Pemilihan Kegiatan Rekoleksi Keluarga Rekoleksi Keluarga a. Tujuan Kegiatan Rekoleksi b. Waktu, Tempat dan Peserta C. Usulan Kegiatan Rekoleksi Keluarga Latar Belakang Program Tema dan Tujuan Rekoleksi Keluarga Matriks Kegiatan Rekoleksi Keluarga Contoh Persiapan Rekoleksi Keluarga BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian... (1) Lampiran 2: Surat Keterangan Selesi Penelitian... (2) Lampiran 3: Kuesioner Tertutup... (3) Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden... (10) xv

16 Lampiran 5: Daftar Lagu... (17) Lampiran 6: Kisah Keluarga Albert... (18) Lampiran 7: Teks Kitab Suci... (19) xvi

17 DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Alkitab Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika, yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Ef : Efesus Kej : Kejadian Kis : Kisah Para Rasul Luk : Lukas Mat : Matius Rm : Roma B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AA : Apostolicam Actuossisatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam. Tanggal 18 November 1965 CT : Catechesi Tradendae Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini. Tanggal 16 Oktober 1979 xvii

18 FC : Familiaris Consortio Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern: Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Iman-iman dan Umat beriman seluruh Gereja Katolik, tanggal 22 November 1981 GE : Gravissium Educationis Dokumen Konsili Vatikan II yang membahas mengenai Pendidikan Kristen. Diteruskan oleh Paus Paulus VI pada tanggal 28 Oktober KGK : Katekismus Gereja Katolik Terjemahan Indonesia dikerjakan berdasarkan edisi Jerman oleh P. Herman Embuiri, SVD. Tahun 2007 LG : Lumen Gentium Konsititusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja. Tanggal 21 November 1964 KHK : Kitab Hukum Kanonik Dikeluarkan pada tanggal 25 Januari 1983 oleh Paus Paulus Yohanes II. xviii

19 C. Singkatan Lain KAS : Keuskupan Agung Semarang KBG : Komunitas Basis Gereja KDRT : Kekerasan Dalam Rumah Tangga KK : Kepala Keluarga KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia OMK : Orang Muda Katolik PD : Persekutuan Doa PIA : Pendidikan Iman Anak PIR : Pendidikan Iman Remaja RI : Republik Indonesia SAGKI : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia SD : Sekolah Dasar SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Atas SLTA : Sekolah Lanjutan Tengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas xix

20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas mendidik pertama-tama merupakan tanggungjawab keluarga, karena keluarga merupakan tempat dimana untuk pertama kalinya anak memperoleh pengajaran mengenai keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, tempat anak hidup dan berkembang (GE art. 3). Di dalam keluarga, anak pertama kali menemukan pengalaman pertama masyarakat manusia yang sehat serta Gereja. Lambat laun, melalui keluargalah anak dibawa masuk ke dalam pergaulan warga dan dalam umat Allah. Peranan keluarga Katolik dalam mendidik mempunyai tempat yang sangat penting dalam karya pastoral (FC art. 40). Maka dari itu, keluarga perlu menyadari betapa pentingnya pendidikan Katolik dalam keluarga. Sebuah keluarga wajib menciptakan suasana lingkungan keluarga yang dijiwai oleh cinta kasih Allah dan manusia sehingga membantu pendidikan pribadi dan sosial anakanak. Tugas keluarga untuk mendidik pendidikan Katolik anak tidak dapat digantikan oleh siapa pun, karena ini merupakan tanggungjawab sebuah keluarga. Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Familiaris Consortio mengatakan bahwa: Orang tua mendidik berakar dalam panggilan utama suami-istri untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Dengan membangkitkan dalam dan demi cinta kasih seorang pribadi baru, yang dalam dirinya mengemban panggilan untuk bertumbuh dan mengembangkan diri, keluarga sekaligus sanggup bertugas

21 2 mendampinginya secara efektif untuk menghayati hidup manusiawi sepenuhnya (FC art. 36). Karya manusia dalam penciptaan manusia baru melahirkan suatu tugas baru, yaitu tugas mendidik dan memelihara hasil prokreasi tersebut. Dalam hal ini, manusia yang telah menjadi anggota Katolik mempunyai tanggungjawab untuk mendidik secara Katolik anak-anak yang telah dikaruniakan kepada keluarga Bagi keluarga Katolik, tugas mendidik yang berakar dalam panggilan utama mereka untuk berperan serta di dalam karya penciptaan Allah mendapat sumber baru yang khas dalam Sakramen Perkawinan, yang menguduskan mereka untuk mendidik secara Katolik anak-anak mereka: artinya perutusan itu meminta mereka untuk mengambil bagian dalam wewenang dan cinta kasih Allah Bapa dan Kristus Sang Gembala (FC art. 38). Konsili Vatikan II mengingatkan bahwa: Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat berat untuk mendidik anak mereka. Maka, keluargalah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama. Sebab merupakan tanggung jawab orang tua dalam menciptakan lingkungan keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka (GE art. 3). Pernyataan di atas ingin menegaskan bahwa ketika anak dilahirkan, orang tua memiliki tugas dan tanggungjawab baru dalam kehidupan keluarga, yakni mendidik anak-anak mereka. Tanggungjawab keluarga yang dimaksud adalah suatu usaha yang dilakukan oleh keluarga dalam meningkatkan iman anak. Pendidikan iman anak menjadi bagian yang sangat penting dalam usaha mendidik secara Katolik dengan nilai-nilai Katolik, Moral Katolik, ajaran iman Katolik misalnya: memberi nasehat, memberi teladan hidup Katolik sehingga menjadi orang Katolik yang dewasa dalam kegiatan pastoral. Tanggungjawab utama dalam

22 3 pendidikan iman anak tersebut terletak pada orang tua, hal ini sesuai dengan salah satu fungsi keluarga yaitu sebagai tempat pendidikan iman anak. Dalam ajaran Gereja Katolik, pendidikan atau pembinaan iman sangat penting dalam kehidupan seorang anak. Hal ini dibuat untuk mempertahankan jati diri seorang pengikut Kristus dalam menghadapi perkembangan zaman dan arus globalisai, pendidikan di sini lebih diutamakan bagi anak-anak generasi muda penerus dan pembangun Gereja, karena mereka adalah tulang punggung dan harapan masa depan Gereja. Anak merupakan buah cinta dari pasangan suami-istri yang perlu dilindungi, dibesarkan oleh kasih sayang melalui pendidikan, terutama pendidikan Katolik. Keluarga harus dapat mendidik anak-anak dengan diberi nasehat-nasehat atau teladan-teladan. Para keluarga harus bisa mengarahkan anak-anaknya untuk terlibat di dalam hidup menggereja. Namun kenyataannya sekarang ini banyak keluarga yang lalai akan kewajibannya. Keluarga sekarang lebih mementingkan kesibukan mereka dengan pekerjaan-pekerjaan, sehingga lupa akan tugasnya yang harus mendidik anak dengan pendidikan Katolik. Hal ini menyebabkan anak tidak aktif dalam hidup menggereja. Berangkat dari pengalaman pribadi, penulis mendapatkan kesan di Stasi Muara Asa, keluarga kurang berperan dalam mengembangkan iman anak-anaknya. Seperti yang dialami penulis dalam keluarga penulis kurang mendapat perhatian serta pendampingan dari keluarga berkaitan dengan pokokpokok iman Katolik dan bagaimana harus terlibat di Gereja. Penulis merasa bahwa para keluarga di Stasi Muara Asa masih kurang memahami sepenuhnya

23 4 tugas mereka sebagai pendidik iman anak yang utama dan pertama dalam keluarga. Banyak keluarga yang cenderung menyerahkan pendidikan iman anaknya kepada suatu lembaga terkait, seperti sekolah, tetapi sebenarnya itu tidaklah cukup. Secara khusus dalam pendidikan iman, keluarga menjadi tempat yang pertama dan utama, keluarga menjadi tempat persemaian bertumbuh dan berkembangnya iman anggota keluarga. Hasil pengamatan yang penulis lakukan pada beberapa keluarga di Stasi Muara Asa ditemukan bahwa banyak keluarga yang kurang memperhatikan pendidikan hidup rohani anaknya karena terbentur oleh pekerjaan. Hidup rohani tidak hanya didapatkan dalam pendidikan iman di sekolah saja, tetapi di dalam keluarga. Peran keluarga dalam mendidik hidup rohani anak, dengan maksud anak dapat menghidupi ajaran Katolik seperti berdoa, mengikuti perayaan Ekaristi, mau terlibat dalam hidup menggereja, tidak hanya datang dan pergi saja di Gereja namun anak ikut ambil bagian di dalamnya. Dengan keteladanan serta pendampingan keluarga mengajak anak-anaknya ikut terlibat aktif dalam hidup menggereja. Misalnya dengan mengikuti latihan koor, menjadi misdinar, lektor/lektris, pemazmur atau di lingkungan dengan mengikuti ibadat mingguan atau doa-doa yang lainnya. Dengan begitu anak semakin akrab dengan kegiatan menggereja dan anak dapat merasakan keterlibatan aktif dalam hidup menggereja. Berdasarkan latarbelakang di atas maka penulis ingin memberikan sumbangan pemikiran melalui penulisan skripsi dengan judul TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI STASI MUARA ASA TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK DI PAROKI YOHANES

24 5 PENGINJIL LINGGANG MELAPEH KALIMANTAN TIMUR. Penulisan skripsi diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak mereka? 2. Sejauh mana keluarga-keluarga Katolik Stasi Muara Asa telah melaksanakan tanggungjawab terhadap pendidikan iman anak mereka? 3. Upaya macam apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik Stasi Muara Asa terhadap pendidikan iman anak mereka? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis memberikan penjelasan tujuan penulisan sebagai berikut: 1. Menjelaskan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak mereka. 2. Mengetahui sejauh mana keluarga Katolik di Stasi Muara Asa telah melaksanakan tanggungawab terhadap pendidikan iman bagi anaknya.

25 6 3. Memberikan sumbangan berupa program rekoleksi terhadap keluarga Katolik dalam rangka meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak-anak mereka. D. Manfaat Penulisan Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah: 1. Keluarga Katolik di Stasi Muara Asa mengetahui tanggungjawab dalam mendidik iman anak-anak mereka. 2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis sejauh mana peningkatan tanggungjawab keluarga Katolik di Stasi Muara Asa berpengaruh positif terhadap pendidikan iman anak. 3. Penulis dapat memberikan sumbangan berupa program rekoleksi keluarga terhadap keluarga Katolik di Stasi Muara Asa dalam rangka meningkatkan tanggungjawab bagi pendidikan iman anak mereka. E. Metode Penulisan Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu metode yang menggambarkan dan menganilisis data-data yang diperoleh baik melalui pengalaman maupun studi pustaka. Penulis juga akan mengungkapkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak Stasi Muara Asa. Cara mengetahuinya, penulis akan melaksanakan penelitian di Stasi Muara Asa Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh Kalimantan Timur. Melalui data yang diperoleh tersebut, penulis mencoba menganalisis dan

26 7 merumuskan sumbangan mengenai program pendampingan keluarga katolik guna meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak mereka. F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan pokokpokok sebagai berikut: Bab I ini, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, menfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika. Bab II ini, berisi gambaran umum tentang tanggungjawab keluarga Katolik, mencakup pengertian tanggungjawab keluarga Katolik, pengertian keluarga Katolik dan ciri-ciri keluarga Katolik, tugas keluarga Katolik, tanggungjawab keluarga Katolik. Kemudian membahas Pendidikan Iman Anak yang mencakup pengertian pendidikan iman anak, tujuan pendidikan, pengertian iman, pengertian iman menurut Kitab Suci, pengertian iman menurut Dokumen Gereja bentuk pendidikan iman anak. Bab III ini, berisi uraian tentang Gambaran Umum Stasi Muara Asa serta uraian tentang Paroki Yohanes Penginjil Linggang Melapeh, yang berisi situasi geografis Paroki, sejarah berdirinya stasi dan paroki, situasi umat Stasi Muara Asa dan Paroki, visi dan misi, tantangan stasi dan aroki, strategi. Dalam bab ini juga disampaikan penelitian mengenai tanggungjawab keluarga Katolik Stasi Muara Asa terhadap pendidikan iman anak di dalamnya memuat persiapan penelitian, laporan penelitian, tanggapan pribadi atas hasil penelitian dan kesimpulan penelitian.

27 8 Bab IV ini, berisi uraian mengenai upaya peningkatan tanggungjawab keluarga katolik di Stasi Muara Asa berupa usulan kegiatan Rekoleksi keluarga sebagai upaya meningkatkan tanggungjawab keluarga katolik di Stasi Muara Asa. Bab V ini, berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.

28 9 BAB II TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK Bab pertama telah menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaaf penulisan, metode penulisan serta sistematikan penulisan skripsi. Bab kedua secara khusus membahas tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Bab kedua merupakan pembahasan dari rumusan masalah yang pertama, yakni menggambarkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak-anak. Tanggungjawab keluarga Katolik adalah suatu kewajiban orang tua Katolik untuk memperhatikan pendidikan iman anaknya. Peran orang tua sangatlah besar di dalam keluarga terutama dalam memperhatikan pendidikan iman anaknya. Bab kedua ini terdiri dari tiga bagian yaitu tanggungjawab keluaga Katolik, pendidikan iman anak, dan pendidikan iman anak tanggunjawab keluarga Katolik. Dalam setiap bagian akan diuraikan beberapa topik menurut bahan-bahan kepustakaan. (a) Meliputi tanggungjawab dan keluarga Katolik. Bagian ini mencakup pengertian tanggungjawab, jenis-jenis tanggungjawab, pengertian keluarga Katolik, keluarga Katolik adalah Gereja rumah tangga, keluarga Katolik adalah sel terkecil di masyarakat, ciri-ciri keluarga Katolik, dan tugas keluarga Katolik. (b) Membahas pendidikan iman anak. Bagian ini meliputi tiga pokok bahasan yaitu pengertian pendidikan iman anak, tujuan pendidikan iman anak, dan

29 10 bentuk-bentuk pendidikan iman anak. (c) Mejelaskan pendidikan iman anak tanggungjawab keluarga Katolik. A. Tanggungjawab Keluarga Katolik 1. Tanggungjawab Tanggungjawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang sengaja maupun tidak sengaja. Tanggungjawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggungjawab merupakan salah satu nilai moral utama yang ada di dalam hukum moral. Sebab tanggungjawab tersebut memiliki tujuan dan mengandung nilai-nilai baik bagi semua orang, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Tanggungjawab sangat diperlukan untuk mengembangkan jiwa yang sehat, membentuk kepribadian yang memiliki kepedulian akan hubungan interpersonal dan menjadi warga masyarakat yang humanis. a. Pengertian Tanggungjawab Dapiyanta dalam buku Rukiyanto (2013: 34) menyatakan bahwa tanggungjawab adalah kemampuan seseorang untuk memberikan tanggapan atas tindakannya. Tanggapan tersebut berupa jawaban atas pertanyaan mengapa melakukan hal tertentu dan kesiapan menanggung resiko atas apa yang telah dilakukannya. Tuntutan kesiapan menjawab dan menaggung itulah yang disebut tanggungjawab. Sehubungan dengan kesiapan menjawab dan menanggung itu, tindakan yang bertanggugjawab mengandaikan adanya kesadaran dan kebebasan. Sadar

30 11 berarti tahu. Kalau orang bertindak atas kesadaran pribadi, ia tahu apa yang ia perbuat dan mengapa berbuat demikian. Ia telah membuat pertimbangan sebelum bertindak. Bertindak bebas berarti bertindak atas kemauan sendiri. Tindakan tersebut bukan hasil pemaksaan atau keterpaksaan. Dengan menghendaki tindakan tersebut orang akan siap menanggung segala resiko atau konsekuensi dari tindakannya (Dapiyanta, 2013: 35). Semakin orang tersebut bebas maka ia semakin bertangungjawab. Artinya apabila manusia dalam mengambil keputusan dan menentukan jenis tindakan itu manusia tidak memiliki kebebasan, maka dengan sendirinya ia tidak mungkin memiliki tanggungjawab. Bebas di sini bukan berarti bebas semuanya. Kebebasan tidak sama dengan keliaran dan tanpa aturan (Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 22). Dan tentu keputusan maupun tindakan tersebut diambil dengan penuh kesadaran. Sebab orang tidak mungkin mengemban tanggungjawab apabila ia tidak menyadari keputusan atau perbuatannya. Sadar berarti mengetahui dan merasakan proses-proses emosi dan pikiran yang sedang berjalan sewaktu individu mengambil keputusan atau melakukan suatu tindakan. Dapiyanta dalam buku Rukiyanto dan Esti Sumarah (2014: 22) mengemukakan pendapat bahwa tanggungjawab adalah kemampuan seseorang untuk memberikan respon atas tindakannya. Respon tersebut berupa jawaban atas pertanyaan mengapa aku melakukan hal tertentu dan kesiapan menjawab dan menanggung itulah disebut tanngungjawab. Contohnya: seorang pemuda ditangkap polisi karena dituduh telah membunuh seseorang. Pemuda itu harus mempertanggungjawabkan di pengadilan tindakan membunuh yang telah ia lakukan.

31 12 Berkaitan dengan tanggungjawab Gilarso (1996: 14) mengatakan bahwa tanggungjawab dalam membangun keluarga Kristiani dilakukan dengan penuh cinta kasih. Melalui pernikahan, saumi-istri membangun suatu persekutuan cinta yang kita sebut keluarga Kristiani. Cinta itu pertama-tama harus diusahakan antara mereka berdua sendiri, kemudian kepada anak-anak, juga kepada sanak-saudara, tetangga, lingkungan, dan akhirnya kepada semua orang lain, terutama orangorang kecil dan miskin. Karena itu, segenap anggota keluarga terutama suami-istri harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk menumbuhkembangkan cinta kasih di dalam kehidupan mereka. Bila cinta kasih ada dalam keluarga, maka sikap keterbukaan, saling pengertian, saling mengampuni, serta saling mendukung satu sama lain dalam hal-hal yang baik akan muncul dalam keluarga. Tanggungjawab yang diemban oleh keluarga sangatlah penting dan besar. Orang tua tidak hanya sekedar mengetahui tanggungjawabnya kepada setiap anggota keluarga, tetapi sungguh-sungguh melaksanakan tanggungjawab tersebut. Keluarga harus dapat bertanggungjawab terhadap pendidikan iman anak-anaknya. Di dalam keluarga mendidik anak adalah tugas yang utama dan pertama, tidak dapat digantikan oleh siapapun itu (FC art. 36). Ini juga dapat berarti bahwa arah dan kehidupan iman anak ditentukan oleh bagaimana cara keluarga itu mendidik anak secara bertanggungjawab. Dengan demikian, tanggungjawab keluarga Katolik yang dimaksud adalah suatu usaha yang dilakukan oleh keluarga Katolik dalam melaksanakan pendidikan iman anak. Pendidikan iman anak menjadi bagian yang sangat penting dalam usaha pendewasaan iman anak. Tanggungjawab keluarga dalam pendidikan

32 13 iman anak tersebut terletak pada orang tua, hal ini sesuai dengan salah satu fungsi keluarga yaitu sebagai tempat pendidikan iman anak. b. Jenis-jenis Tanggungjawab Tanggungjawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuat manusia. Tanggungjawab seorang manusia tidak hanya berhenti pada dirinya sendiri, melainkan juga untuk hal lainnya. Wujud tanggungjawab bermacam-macam, misalnya tanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan. Jenis-jenis tanggungjawab itu sendiri antara lain: 1) Tanggungjawab terhadap Diri Sendiri Tanggungjawab terhadap diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya, dalam bentuk penyesalan yang mendalam. Tanggungjawab terhadap diri sendiri merupakan hal yang mendasar dalam melakukan kewajibankewajiban lainnya sebagai tuntutan dalam mengembangkan kepribadian sebagai pribadi. Pada dasarnya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi yang memiliki pendapat sendiri dalam berbuat dan bertindak. Apabila manusia bertanggungjawab pada dirinya sendiri maka ia mampu bertanggungjawab pada hal lain pula. Dengan berani bertanggungjawab berarti kita sudah mampu melaksanakan tugas dan kewajiban untuk kepentingan diri sendiri sehari-hari secara rutin. 2) Tanggungjawab kepada Anggota Keluarga

33 14 Setiap anggota keluarga saling membutuhkan dalam melaksanakan tugas dan peran dengan baik agar keharmonisan keluarga tetap terjalin dengan baik. Segala tugas yang dilakukan dengan iklas akan menunjukkan kepedulian akan apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh anggota keluarga lainya. Sebagi contoh: seorang anak harus belajar dengan baik dan membantu meringankan tugas orang tua ketika berada di rumah. Dengan melaksanakan tanggungjawab sebagai anak, maka hal tersebut tentunya menjadi suatu kebanggaan bagi kedua orang tua. Apabila dalam hal-hal kecil diabaikan, maka semakin sulit untuk membangun rasa tanggungjawab dalam diri maupun untuk orang lain (Rintyastini, 2006: 53). 3) Tanggungjawab sebagai Anggota Masyarakat Pada dasarnya seorang manusia adalah makluk sosial, yakni tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Seorang manusia dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai anggota masyarakat tentu memiliki tanggungjawab sehingga dapat melangsungkan hidup yang baik di tengah-tengah masyarakat dan mempertanggungjawabkan perbuatannya pada masyarakat. Bertanggungjawab terhadap masyarakat berarti menanggung tuntutan normanorma sosial, bisa berupa sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukum penjara, dan lain-lain. Bertanggungjawab sebagai anggota masyarakat akan melatih seorang menjadi pribadi yang lebih matang, di mana ia akan memiliki wawasan yang lebih luas (Rintyastini, 2006: 57). 4) Tanggungjawab sebagai Umat Beragama Tanggungjawab umat beragama diwujudkan antara lain dengan berusaha memahami aturan agama dan kemudian mengamalkannya (Rintyastini, 2006: 58).

34 15 Seseorang yang memiliki pemahaman dan ketaatan terhadap agama diharapkan memiliki tanggungjawab pada agamanya yang dianut. Bertanggungjawab kepada agama berarti menanggung tuntutan norma-norma agama, misalnya perasaan berdosa. Bagi kaum muda tanggungjawab dalam beragama masih mudah terpengaruh oleh aneka tawaran duniawi. Namun kesadaran diri mereka untuk terlibat dalam kegiatan keagamaan sudah mengalami peningkatan. Misalnya aktif dalam kegiatan Gereja dan lingkungan seperti menjadi misdinar, lektor, mengikuti komunitas doa, Rosario, bakti sosial, dan lain sebagainya (Rintyastini, 2006: 60). 2. Keluarga Katolik a. Pengertian Keluarga Katolik KWI (2011: 5) menyatakan bahwa keluarga merupakan buah dan sekaligus tanda kesuburan adikordrati Gereja serta memiliki ikatan yang mendalam sehingga keluarga disebut sebagai Gereja Rumah-tangga (Ecclesia Domestica). Sebutan ini selain memperlihatkan eratnya pertalian antara Gereja dan keluarga, juga menegaskan fungsi keluarga yang disebut sebagai bentuk yang terkecil dari Gereja. Keluarga, yang didasarkan pada cintakasih serta dihidupkan oleh cinta kasih, merupakan persekutuan pribadi: suami dan istri, orang tua dan anak-anak, serta saudara-saudara. Kasih sejati dalam keluarga adalah kasih yang membuahkan kebaikan bagi semua anggota keluarga (FC art. 18). Pengertian keluarga ini memperlihatkan bahwa setiap manusia berasal dari keluarga. Dalam keluarga terdapat pribadi yang berbeda-beda, namun mereka hidup bersama dalam

35 16 cinta kasih. Setiap pribadi menunjukan cinta kasih melalui tindakan konkret untuk kebahagian, kesejahteraan, dan keselamatan keluarga (KWI 2011:10). Keluarga tidak dapat dipisahkan dari masyarakat, keluarga merupakan sel terkecil dari masyarakat luas. Konsili Vatikan II mengatakan: karena Pencipta alam semesta telah menetapkan persekutuan suami-istri menjadi asal-mula dan dasar masyarakat manusia, maka keluarga merupakan sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat (AA art. 11). Sebagai sel terkecil dalam masyarakat, keluarga mempunyai hubungan-hubungan yang amat penting dan organik dengan masyarakat, karena di dalam keluarga seluruh jaringan hubungan sosial dibangun (Paus Yohanes Paulus II, 1994:8). Melalui kehadiran dan peran anggotaanggotanya, keluarga menjadi tempat asal dan upaya efektif untuk membangun masyarakat yang memanusia dan rukun (FC art. 43) Keluarga memiliki hubungan kedekatan atau relasi antar anggotaanggotanya. Dalam perkawinan dan keluarga terjalin serangkaian hubungan antar pribadi (FC art. 15). Setiap anggota keluarga dijalin oleh relasi yang bersifat personal dan fungsional. Yang dimaksud dengan relasi personal adalah relasi antar pribadi, yang tidak didasarkan pada kedudukan atau fungsi seseorang. Dalam keluarga, kedua relasi ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena hubungan fungsional dalam keluarga harus selalu personal juga, artinya harus selalu dalam semangat menerima yang lain sebagai pribadi yang bermartabat sama karena memiliki hak yang sama pula. Pandangan mengenai keluarga di atas sejalan dengan pandangan Gereja dalam Katekismus Gereja Katolik yang mengartikan keluarga Katolik sebagai

36 17 persekutuan kodrati, di mana pria dan wanita di panngil untuk menyerahkan diri dalam cinta kasih melanjutkan kehidupan (KGK No. 2207). Artinya persekutuan pribadi-pribadi ini terjadi atas dasar pilihan dan keputusan sadar dan bebas antara seorang pria dan seorang wanita, serta diungkapkan dalam kesepakatan nikah. Mereka bersedia meninggalkan segalanya, termaksud orang tua dan sanak saudaranya untuk membangun persekutuan hidup dengan pasangannya. Pria dan wanita dipanggil untuk senantiasa menumbuhkembangkan persatuan mereka dengan selalu setia pada janji perkawinan. Berkat janji perkawinan yang diucapkan, mereka tidak lagi dua melainkan satu daging. Dalam Mat 19:6 dikatakan Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu, apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Sabda Yesus ini mengatakan bahwa suami-istri merupakan dua pribadi yang telah disatukan oleh Allah. Surat Santo Paulus kepada jemaat di Efesus (5:22-23) mengatakan suatu perkawinan dapat dikatakan sebagai sakramen, sebagai tanda dan rahmat hubungan antara Allah dan jemaat-nya, bila perkawinan tersebut dilakukan secara sah oleh dua pribadi yang telah dibaptis dalam nama Yesus. b. Keluarga Katolik adalah Gereja Rumah Tangga KWI (2011: 15-18) menegaskan bahwa keluarga adalah Gereja rumahtangga. Berkat Sakramen Baptis, suami-istri menerima tiga martabat Kristus, yakni martabat kenabian, imamat, dan rajawi. Berkat Sakramen Baptis pula, mereka menjadi anggota dan ikut membangun Gereja. Gereja bukan hanya merupakan sebuah komunitas basis Gerejawi yang mengambil bagian dalam karya

37 18 penyelamatan Allah. Keluarga adalah Gereja rumah tangga karena mengambil bagian lima tugas Gereja seperti diungkapkan KWI (2011: 15-17) antara lain: 1) Persekutuan (Koinonia) Keluarga adalah persekutuan seluruh hidup antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang diperluas dengan kehadiran anak. Ciri pokok persekutuan tersebut adalah hidup bersama berdasarkan iman dan cinta kasih serta kesedian untuk saling mengembangkan pribadi satu sama lain (KWI, 2011:15-16). Cinta kasih merupakan kekuatan keluarga yang utama karena tanpa cinta kasih keluarga tidak dapat hidup, berkembang atau menyempurnakan diri sebagai persekutuan pribadi-pribadi (FC art. 18). Persekutuan dalam keluarga akan terwujudkan dan makin sempurna berkat semangat berkorban yang besar. Dalam keluarga dibutuhkan sikap terbuka dan murah hati, bertenggang rasa, saling mengampuni dan saling berdamai (FC art. 21). Sikap saling memaafkan diwujudkan dengan memaafkan apabila ada anggota keluarga yang berbuat salah dan tetap menerima mereka meskipun memiliki keterbatasan, seperti anak yang nakal tetap diterima dengan penuh kasih sayang. Persekutuan dalam keluarga juga dapat diwujudkan dengan menciptakan saat-saat bersama, misalnya: doa bersama, kesetian dalam suka dan duka baik ketika sehat maupun sakit. 2) Liturgi (Leiturgia) Kepenuhan hidup Katolik tercapai melalui sakramen dan hidup doa karena keluarga dapat bertemu dan berdialog dengan Allah. Suami istri mempunyai

38 19 tanggungjawab membangun kesejahteraan jasmani dan rohani bagi keluarganya dengan doa dan karya. Doa dalam keluarga yang dilakukan dengan setia akan memberi kekuatan iman dalam hidup mereka, terutama ketika mereka sedang menghadapi dan mengalami persoalan sulit dan berat, dan membuahkan rohani, yaitu relasi yang mesra dengan Allah (KWI, 2011:16). Kegiatan rohani keluarga dapat dilakukan dalam bentuk Ekaristi bersama di Gereja, doa bersama dalam keluarga pada saat tertentu, seperti saat ulang tahun, mendoakan keluarga yang sudah meninggal, dan lain sebagainya. Kemudian bisa diadakan Ekaristi maupun ibadat keluarga. 3) Pewartaan Injil (Kerygma) Keluarga merupakan Gereja Rumah Tangga sehingga ikut ambil bagian dalam tugas Gereja untuk mewartakan Injil. Keluarga hendaknya menyadari tugas perutusan itu dimana semua anggota mewartakan, dan menerima pewartaan Injil. Orang tua tidak sekedar menyampaikan Injil kepada anak-anak mereka, melainkan anakpun mempunyai kesempatan untuk menyampaikan Injil. 4) Pelayanan (Diakonia) Keluarga merupakan persekutuan cinta kasih, maka keluarga dipanggil untuk mengamalkan cinta kasih. Keluarga Katolik menyediakan diri untuk melayani setiap orang sebagai pribadi dan anak Allah. Pelayanan keluarga hendaknya bertujuan memperdayakan mereka yang dilayani sehingga mereka dapat mandiri. Cinta kasih pun menjangkau lebih luas dari kalangan sesama yang seiman, karena setiap orang adalah saudara atau saudari.

39 20 5) Kesaksian Iman (Martyria) Keluarga hendaknya berani memberi kesaksian imannya dengan perkataan maupun tindakan. Kesaksian iman itu dilakukan dengan berani menyurakan kebenaran, bersikap kritis terhadap berbagai ketidakadilan dan tindak kekerasan yang merendahkan martabat manusia serta merugikan masyarakat umum (KWI, 2011: 17-18). c. Keluarga Katolik adalah Sel Terkecil di Masyarakat Gereja mengakui bahwa keluarga adalah sel terkecil dalam masyarakat, karena di sana seluruh jaringan hubungan sosial dibangun. Melalui kehadiran dan peran anggota-anggotanya, keluarga menjadi tempat asal dan upaya efektif untuk membangun masyarakat yang manusiawi dan rukun (KWI, 2011:18). Dalam pangkuan keluargalah para warga masyarakat dilahirkan, di tengah keluarga pula mereka menemukan latihan pertama bagi keutamaan-keutamaan sosial, yang merupakan prinsip penjiwaan untuk kehidupan serta perkembangan masyarakat sendiri (FC art. 42). Pengalaman persekutuan dan saling berbagi merupakan sumbangan pertama dan mendasar bagi masyarakat (FC art. 43). Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman kebersamaan dan saling berbagi dalam keluarga dapat menjadi bekal bagi anggota keluarga untuk melaksanakannya dalam hidup bermasyarakat. Keluarga menjadi asal dan upaya saling memanusiakan dan mempribadikan masyarakat (FC art. 43). Oleh karena itu, keluarga Katolik

40 21 diharapkan dapat menyumbangkan keutamaan-keutamaan dan nilai-nilai Katolik yang dimiliki dan dihayatinya. Anggota keluarga diharapkan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan dalam masyarakat dan menunjukkan nilai-nilai Katolik yang dimiliki dan dihayatinya. Melalui keterlibatan mereka dapat tercipta masyarakat yang manusiawi dan rukun. d. Ciri-ciri Keluarga Katolik Selain merupakan sel terkecil dalam masyarakat luas, keluarga Katolik juga merupakan bagian utuh dari Gereja. Sebagian dari Gereja, keluarga Katolik ikut ambil bagian dalam tugas perutusan Gereja, yakni mewartakan dan menyebarluaskan Injil. Maka dari itu, keluarga juga sering disebut Gereja kecil (FC art. 21). Sebagai Gereja kecil, keluarga Katolik memiliki ciri-ciri yang khas, yakni membentuk persekutuan pribadi-pribadi, monogam dan tak terceraikan (Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 63-65). 1) Membentuk Persekutuan Pribadi-pribadi Keluarga mempunyai peranan membentuk persekutuan pribadi-priabdi. Membentuk persekutuan pribadi berarti membangun antarpribadi dalam komunitas yang berdasarkan pada cinta kasih. Pribadi yang bersekutu atau bersatu adalah pertama-tama suami dan istri, kemudian orang tua dan anak-anak serta sanak saudara. Pribadi-pribadi yang hidup dalam keluarga memerlukan dasar untuk mempersatukan mereka. Dasar yang mengikat persatuan mereka adalah cinta kasih. Cinta kasih merupakan dasar kekuatan dan tujuan akhir hidup keluarga. Tanpa dilandasi dan diperkokoh dengan cinta kasih, keluarga tidak

41 22 dapat hidup berkembang atau menyempurnakan persekutuan pribadi-pribadi (FC art. 18) Cinta merupakan dasar kehidupan keluarga Kristiani (Wignyasumarta, 2000: 13). Artinya keluarga Kristiani harus memperkembangkan cinta itu agar tumbuh menjadi persekutuan antarpribadi. Sebab cinta yang mempersatukan saumi istri adalah cinta yang ekslusif. Cinta suami istri juga bersifat tak terceraikan, karena dilandaskan pada cinta yang total, dituntut demi kesejahteraan anak, serta dikehendaki Allah menjadi lambang cinta Allah dan Kristus pada umat-nya (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah 2014: 65). Perempuan dan laki-laki berperan sebagai suami dan istri dan juga sebagai ayah dan ibu terhadap anak-anak mereka. Kehadiran anak dalam keluarga mereka memang patut dilindungi, dihargai, dan dicintai. Martabat pribadi anak-anak mereka diakui dan dijadikan pusat perhatian orang tua. 2) Monogam dan Tak Terceraikan Pernikahan adalah persekutuan hidup yang dibangun oleh seorang pria dan seorang wanita (Monogami). Terbentuknya persekutuan itu pertama kali dijalin dan berkembang oleh persekutuan suami-istri melalui janji perkawinan. Mereka ini bukan lagi dua melainkan satu (Mat 19:6). Kutipan ini memberi gambaran bahwa pasangan suami-istri senantiasa menjaga keutuhan hubungan mereka berdua. Kesatuan cinta yang mereka bina sepenuhnya hanya dapat terwujud dalam ikatan satu pria dan wanita berlangsung sepanjang hidup (kekal tak terceraikan). Maka sifat poligami (memiliki istri lebih dari satu), dengan berbagai alasan apapun sangat bertentangan dengan kehendak Allah (GS art. 49).

42 23 Persekutuan suami-istri menjadikan mereka dipanggil oleh Allah untuk tumbuh dan berkembang dalam persekutuan yang mereka bina lewat kesetian dalam janji pernikahan untuk saling menyerahkan diri seutuhnya (FC art. 19). Persekutuan suami-istri tidak hanya ada ciri kesatuan melainkan tak terceraikan. Kesatuan yang tak terceraikan ini sekaligus menuntut kesetian yang utuh dari kedua pihak baik dari suami maupun dari istri dan kepentingan anak-anak (GS art. 48). Demi kepenuhan cinta menuju kesempurnaannya, dan demi kesejahteraan anak serta tuntutan sakramental, bahwa cinta suami-istri merupakan lambang cinta Allah dan Kristus kepada jemaat-nya yang bersifat kekal, maka perceraian secara tegas ditolak oleh Kristus sendiri Rukiyanto dan Sumarah (2014: 65). Sebuah pernikahan tentu membawa konsekuensi atasnya. Janji nikah yang diikrarkan oleh kedua mempelai membuktikan bahwa cinta mereka pun dituntut menuju kesempurnaan serta kesejahteraan anak. Hubungan cinta keduanya juga merupakan gambaran hubungan cinta Allah dan Kristus kepada Gereja yang mana Kristus sebagai kepalanya dan manusia menjadi anggota-anggotanya. Oleh karena itu sebuah pernikahan yang telah dilakukan secara sah dan diikat oleh rahmat sakramen perkawinan tidak dapat terceraikan atau dipisahkan lagi. Demikian juga segala bentuk perbedaan maupun perpecahan yang menyangkut apapun itu merupakan sebuah penyimpanan dari makna kesatuan yang sesungguhnya. Walaupun suami-istri memiliki berbagai perbedaan, hendaknya jangan sampai hal tersebut menjadi sumber perceraian tetapi justru didayagunakan secara sinergis, agar dapat tercipta kesejahteraan bersama (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah 2014: 65).

43 24 e. Tugas Keluarga Katolik Kristianto dalam buku Rukiyanto dan Esti Sumarah (2014: 66-70) mengungkapkan kembali isi dari Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern (Familiaris Consortio) bahwa sesusai dengan rencana Allah, keluarga Katolik mengemban tugas penting sebagai berikut: 1) Mengabdi Kehidupan Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah (2014: 66) mengungkapkan bahwa peranan keluarga Kristiani yang juga sangat penting adalah mengabdi kehidupan. Ini pertama-tama demi penyaluran kehidupan melalui keturunan. Tentu pengadaan keturunan didasari oleh cinta suami-istri yang bersifat subur, baik dalam arti menurunkan anak maupun dalam membuahkan kekayaan moral dan spiritual. Tugas dan kewajiban orang tua untuk mendidik anak ini merupakan hak esensial, orisinil dan primer, tak tergantikan dan tak terpindahkan oleh siapun. Semua itu didasarkan atas dasar cinta sebagai prinsipnya. Anak-anak perlu dididik dalam nilai-nilai dasar: tidak lekat pada harta, adil karena cinta meluap, dan murni dalam seksualitas. Dan masih banyak hal lain, seperti pendidikan iman, pendidikan mengenal arah hidup atau panggilan, dan sebagainya, karena orang tua adalah ibu dan guru, seperti Gereja, dalam bidang iman. 2) Ikut Serta Dalam Pengembangan Masyarakat Keluarga sebagai sel masyarakat mempunyai peranan yang pertama dan amat penting dalam mengembangkan masyarakat yang sehat. Masyarakat yang

44 25 sehat dapat terwujud oleh faktor adanya keluarga yang sehat pula. Hubungan erat antara keluarga dan masyarakat menuntut sikap terbuka dari keluarga dan masyarakat untuk berkerjasama membela dan mengembangkan kesejahteraan setiap orang. Tetapi masyarakat harus mengakui keberadaan keluarga sebagai rukun hidup yang mempunyai hak aslinya sendiri (FC art. 45). Suasana kesatuan yang akrab keluarga sebagai sekolah hidup bermasyarakat dapat menumbuhkan semangat berkorban dan dialog untuk dapat membina dan mengembangkan sikap sosial dan rasa tanggungjawab. Maka orang tua diharapkan mengajak anak belajar memperhatikan orang lain Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti sumarah (2014: 68). 3) Berperan Serta Dalam Kehidupan dan Misi Gereja Keluarga Kristiani mempunyai peranan untuk ikut serta dalam kehidupan Gereja. Keluarga dan Gereja mempunyai ikatan yang mendalam yaitu menjadi keluarga suatu Gereja Kecil ( Ecclesia Domestica = Gereja rumah tangga) sedemikian rupa sehingga dengan caranya sendiri keluarga menjadi lambang hidup dan penampilan historis bagi misteri Gereja (FC art. 49). Oleh karena itu keluarga tidak hanya menerima cinta kasih Kristus dan menjadi rukun hidup yang diselamatkan, melainkan mereka diharapkan juga dapat menyalurkan cinta kasih Kristus kepada saudara-saudara mereka. Hanya dengan demikian keluarga mampu menjadi persekutuan yang menyelamatkan. Melalui kegiatan merayakan sakramen-sakramen Gereja diharapkan dapat semakin memperkaya dan memperkuat keluarga Kristiani dengan rahmat Kristus,

45 26 supaya keluarga dikuduskan demi kemulian Bapa Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah 2014: 68. Ini berarti kehadiran Gereja juga ikut memberi warna akan cinta kasih terus menerus kepada keluarga Kristiani dengan demikian akan semakin mendorong dan membina keluarga Kristiani untuk melaksanakan pelayanannya dalam cinta kasih. Pelayanan cinta kasih tersebut berpola pada Kristus yang penuh pengorbanan. Maka dari itu, keluarga diharapkan dapat menyalurkan cinta kasih Kristus kepada saudara-saudari mereka. Yesus Kristus menjadi teladan dan sumber hidup keluarga Kristiani maka keluarga Kristiani juga mempunyai tugas pokok dalam mengembangkan misi Gereja yang mengacu pada hidup Yesus sebagai Nabi dan Raja Rukiyanto dan Esti Sumarah, (2014: 69). Keluarga juga mempunyai tugas rajawi, yakni memberi arah dan kepemimpinan dengan melayani sesama manusia seperti Kristus Raja (Rm 6:12) Kristianto Rukiyanto dan Esti Sumarah (2014: 70). Dalam tugas rajawi ini keluarga harus mampu melihat setiap orang khususnya anak-anak sebagai citra Allah dan terutama pada mereka yang menderita, yang mana semuanya itu harus dilaksanakan dan didasarkan dengan cinta kasih. B. Pendidikan Iman Anak 1. Pengertian Pendidikan Iman Anak Perlu diketahui bahwa pendidikan yang paling mendasar dalam keluarga adalah pendidikan iman. Sebab iman menjadi dasar bagi seluruh proses pendidikan seterusnya. Pendidikan dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan iman dan moral Katolik, karena keluarga adalah sekolah nilai-nilai kemanusian dan iman Katolik (KWI, 2011: 29). Artinya pendidikan iman adalah

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DESKRIPSI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA BAGI PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI STASI MARIA PUTRI MURNI SEJATI CISANTANA, PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR, KEUSKUPAN BANDUNG S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Keluarga merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak, dalamnya harus terdapat keseimbangan, keselarasan kasih sayang

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! 1. Simbol perkawinan bahtera yang sedang berlayar mempunyai makna bahwa perkawinan... A. merupakan perjalanan yang menyenangkan B. ibarat mengarungi samudra luas yang penuh

Lebih terperinci

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

XII.  Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 1 HARI 1 MENJADI TELADAN Mengingat waktu pelayanan Rasul Paulus di Tesalonika amat singkat, mungkin kita heran saat

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON 1055 1 KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira

Lebih terperinci

Tata Upacara Pernikahan Sipil

Tata Upacara Pernikahan Sipil Tata Upacara Pernikahan Sipil 1 Penyerahan calon mempelai oleh wakil keluarga K Romo yang kami hormati. Atas nama orang tua dan keluarga dari kedua calon mempelai, perkenankanlah kami menyerahkan putra-putri

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS : Pendidikan Agama Katolik : IX/2 : 2 x 40 menit A. Standar : Memahami dan melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013)

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) (Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbela Rasa Melalui Pangan Sehat Para Ibu dan Bapak, Suster, Bruder, Frater,

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 01Fakultas Psikologi GEREJA DAN HAKIKATNYA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Psikologi HAKEKAT GEREJA A.pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari bahasa

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA 1. PENGANTAR ikut berperan serta dalam membangun Dalam tema ini akan dibicarakan peranan pria baik sebagai suami maupun ayah dalam keluarga. Sebagai suami jelas

Lebih terperinci

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL 1. Visi dan Misi Penginjilan dalam gereja lokal a. Visi: Terlaksananya Amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28: 19 20) b. Misi: (1)

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan 1 SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Kompetensi Inti : KI 1:Menerima dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangungjawab,

Lebih terperinci

PENGANTAR I. PRINSIP-PRINSIP DASAR

PENGANTAR I. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGANTAR Bersama dan atas nama Kristus, Sang Gembala utama, para imam dan para tokoh awam dipanggil dan diutus untuk mendampingi umat beriman, berdasarkan ajaran dan teladan Kristus, Sang Gembala itu.

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA 1. PENGANTAR Keluarga Kristiani dipanggil untuk menjadi rasul kehidupan Setiap pasangan suami-istri dipanggil oleh Tuhan untuk bertumbuh dan berkembang dalam

Lebih terperinci

Pembaptisan Air. Pengenalan

Pembaptisan Air. Pengenalan Pembaptisan Air Pengenalan Penting sekali bagi kita membaca Alkitab dan mempelajari apa yang Tuhan katakan kepada umatnya. Saya percaya kita perlu meneliti Kitab Suci secara menyeluruh untuk mengetahui

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 !!! DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 I. HAKEKAT, TUJUAN, DAN SPIRITUALITAS 3 II. ALASAN DAN DASAR 4 III. MANFAAT 5 IV. KEGIATAN-KEGIATAN POKOK 5 V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN 6 VI. ORGANISASI 6 VII. PENDAFTARAN

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON BANDAR LAMPUNG G, LAMPUNG S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam Di masa sekarang ini banyak para novis dan seminaris yang mengabaikan satu atau lebih aspek dari latihan pembentukan mereka untuk menjadi imam. Beberapa

Lebih terperinci

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata:

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Menghidupi Kasih Ibadah ini dikemas dalam bentuk ibadah keluarga. Oleh karena itu mohon diusahakan agar masing-masing

Lebih terperinci

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH SOSIALISASI DALAM ARDAS KAJ UNTUK TIM PENGGERAK PAROKI KOMUNITAS DAN TAREKAT DIBAWAKAN OLEH TIM KERJA DKP GERAKAN ROHANI TAHUN KERAHIMAN DALAM ARDAS KAJ tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral. Kesakralan itu berada dalam proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan menjalaninya

Lebih terperinci

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) (Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus, 1. Bersama dengan

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 :

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 : 1 Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 40 : 1-5. 9-11 Kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Beginilah

Lebih terperinci

Perjamuan Kudus. Memperingati Kematian Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Perjamuan Kudus. Memperingati Kematian Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151 Faks. (021) 65304149 E-mail:

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I

UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria ANUGERAH ALLAH YANG MENYELAMATKAN Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam persatuan dengan Pencipta

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

Surat Yohanes yang pertama

Surat Yohanes yang pertama 1 Surat Yohanes yang pertama Kami ingin memberitakan kepada kalian tentang Dia yang disebut Firman a yaitu Dia yang memberikan hidup kepada kita dan yang sudah ada sebelum dunia diciptakan. Kami sudah

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB Kasih Allah Untuk Orang Berdosa Hari ini kita mau belajar tentang kasih Allah. Untuk menghargai kasih Allah kepada kita, kita harus pertama-tama

Lebih terperinci

Sukacita kita dalam doa

Sukacita kita dalam doa Sukacita kita dalam doa Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. (John 16:24) Sukacita dalam melayani Allah dan sesama merupakan suatu perwujudan nyata: sesuatu yang spontan, bahkan

Lebih terperinci

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban) KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UPAYA PENINGKATAN HIDUP ROHANI KELUARGA KRISTIANI DI LINGKUNGAN SANTO PAULUS MAGUWOHARJO PAROKI MARGANINGSIH YOGYAKARTA MELALUI KATEKESE KELUARGA S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 11

Level 2 Pelajaran 11 Level 2 Pelajaran 11 PERNIKAHAN (Bagian 2) Oleh Don Krow Hari ini kita akan kembali membahas mengenai pernikahan, dan satu pertanyaan yang muncul adalah, Apakah itu pernikahan? Apakah anda pernah memikirkan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

Lebih terperinci

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL VISI : Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama MISI : Menjangkau jiwa dengan Injil, membina hingga dewasa didalam Kristus dan melayani

Lebih terperinci

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu. TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI: Bagian 1 : RITUS PEMBUKA Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Ada berbagai macam pengertian tentang sistem. Menurut Eka Iswandy, sistem merupakan kumpulan unsur yang saling melengkapi dalam mencapai suatu tujuan dan sasaran (Iswandy,

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

ADVEN Tema: BERSAMA KAUM MUDA TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN UMAT PENGANTAR

ADVEN Tema: BERSAMA KAUM MUDA TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN UMAT PENGANTAR ADVEN 2008 Tema: BERSAMA KAUM MUDA TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN UMAT PENGANTAR Tema Adven 2008 adalah BERSAMA KAUM MUDA TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN UMAT, yang diolah dalam empat sub tema yaitu: a) Jati

Lebih terperinci

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic BAB II SIFAT SIFAT GEREJA A. KOMPTENTSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

LITURGI SABDA Bacaan pertama (Kej 9 : 8-15) Perjanjian Allah dengan Nuh sesudah ia dibebaskan dari air bah. Bacaan diambil dari Kitab Kejadian

LITURGI SABDA Bacaan pertama (Kej 9 : 8-15) Perjanjian Allah dengan Nuh sesudah ia dibebaskan dari air bah. Bacaan diambil dari Kitab Kejadian TAHN B - Hari Minggu Prapaskah I 22 Februari 2015 LITRGI SABDA Bacaan pertama (Kej 9 : 8-15) Perjanjian Allah dengan Nuh sesudah ia dibebaskan dari air bah. Bacaan diambil dari Kitab Kejadian Sesudah air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA AGAMA KATOLIK 2 ROMBONGAN KELAS XI

LEMBAR KERJA SISWA AGAMA KATOLIK 2 ROMBONGAN KELAS XI LEMBAR KERJA SISWA AGAMA KATOLIK 2 ROMBONGAN KELAS XI 2 DI SUSUN OLEH: PETRUS FABER.S.S.Pd Untuk Kalangan sendiri SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 78 JAKARTA Jalan Bhakti IV/1 Komp. Pajak Kemanggisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL GEREJA

BAB I MENGENAL GEREJA BAB I MENGENAL GEREJA 1 STANDAR KOMPETENSI Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan ber-gereja sesuai dengan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN (mempelai wanita) & (mempelai pria) Hari...,, Tanggal... Pukul ------- WIB Di... Paroko..., Kota... Dipimpin oleh ------------------------ PERSIAPAN Iringan mempelai bersiap

Lebih terperinci

Pdt Gerry CJ Takaria

Pdt Gerry CJ Takaria Seberapa pentingkah Baptisan itu? Baptisan merupakan satu aspek pembenaran di mana semua orang dapat turut serta. Sejak Kristus, Seorang yang Tanpa Dosa itu, dibaptiskan untuk menggenapkan seluruh kehendak

Lebih terperinci

Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam

Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam persatuan dengan Pencipta mereka. Yesus meninggikan kasih

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

2

2 Pk. 17.00 WIB 2 3 4 5 6 7 8 9 PELAYANAN BAPTISAN KUDUS DEWASA, BAPTIS ANAK, PENGAKUAN PERCAYA (SIDI), PENERIMAAN ANGGOTA & PEMBARUAN PENGAKUAN PERCAYA PENGANTAR PF : Dalam kebaktian hari ini akan dilayankan

Lebih terperinci

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma KAMIS DALAM PEKAN SUCI 1. Seturut tradisi Gereja yang sangat tua, pada hari ini dilarang merayakan misa tanpa umat. Misa Krisma 2. Pemberkatan minyak orang sakit dan minyak katekumen serta konsekrasi minyak

Lebih terperinci

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati APP 2013 Pertemuan Pertama Allah Yang Murah Hati Sasaran Pertemuan: Melalui pertemuan ini kita semakin meningkatkan kesadaran kita akan Allah yang murah hati, berbela rasa. Bacaan Pertemuan Pertama: Matius

Lebih terperinci

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI *HATI YANG BERSYUKUR TERARAH PADA ALLAH *BERSYUKURLAH SENANTIASA SEBAB ALLAH PEDULI *ROH ALLAH MENGUDUSKAN KITA DALAM KEBENARAN *ROH

Lebih terperinci

MENGAPA BAPTISAN ITU PENTING?

MENGAPA BAPTISAN ITU PENTING? MENGAPA BAPTISAN ITU PENTING? Baptisan merupakan satu aspek pembenaran di mana semua orang dapat turut serta. Sejak Kristus, Seorang yang Tanpa Dosa itu, dibaptiskan untuk menggenapkan seluruh kehendak

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SUMBANGAN KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI MANSALONG PAROKI MARIA BUNDA KARMEL MANSALO ONG KABUPATEN NUNUKANN S K R I P S I Diajukan untuk

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS, KELASVIII TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS, KELASVIII TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS, KELASVIII TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : SMP Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 90 Menit Kurikulum acuan : KTSP No Standar

Lebih terperinci

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 2015 1 Latar Belakang Ecclesia Semper Reformanda >> gerak pastoral di KAJ >> perlunya pelayanan pastoral yg semakin baik. 1989 1990: Sinode I KAJ

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KEGIATAN

LATAR BELAKANG KEGIATAN PENDAHULUAN Kegiatan Lomba dalam rangka Perayaan Bulan Kitab Suci Nasional 2015 Berikut kami sadur sejarah BKSN sebagai pendahuluan. Saudara saudari terkasih dalam Kristus, bagi umat Katolik di Indonesia,

Lebih terperinci

Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa.

Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. 1. Allah, Sumber Segala Kasih Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. Pada perjamuan malam ia boleh duduk dekat Yesus dan bersandar dekat dengan

Lebih terperinci

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi PENGAKUAN IMAN RASULI Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal,tuhan kita Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak

Lebih terperinci

Rumah Tangga dibentuk untuk memulihkan kembali citra Allah pada pria dan wanita.

Rumah Tangga dibentuk untuk memulihkan kembali citra Allah pada pria dan wanita. Rumah Tangga dibentuk untuk memulihkan kembali citra Allah pada pria dan wanita. Keluarga dapat menjadi tempat kebahagiaan yang besar. Keluarga yang harmonis menunjukkan asas-asas hidup Kekristenan sejati,

Lebih terperinci

Bagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan

Bagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan Bagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan Kita telah banyak mempelajari masa lampau gereja Tuhan. Kita telah melihat bagaimana Allah mengerjakan rencananya. Kita juga telah mempelajari arti kata

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2012-2013 Jenjang : SMP Alokasi waktu : 90 Menit Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen Jumlah Soal : 50 Soal Kelas / Semester : IX NO STANDAR

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci