PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 DESKRIPSI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA BAGI PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI STASI MARIA PUTRI MURNI SEJATI CISANTANA, PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR, KEUSKUPAN BANDUNG S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Maria Vinsensia Asriyati NIM: PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015

2 ii

3 iii

4 PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku (Hermanus Harjo dan Angela Rosanah), adik-adik (Alexius Kariyadi Wijaya dan Adventus Alam Hari Wijaya) dan seluruh keluarga yang terkasih, orang tua dan anak-anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana serta semua orang yang selalu mendukung dalam penyusunan skripsi. iv

5 MOTTO Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu. (Luk 1:38) v

6 vi

7 vii

8 ABSTRAK Skripsi ini berjudul DESKRIPSI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA BAGI PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI STASI MARIA PUTRI MURNI SEJATI CISANTANA, PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR, KEUSKUPAN BANDUNG. Penulis memilih judul ini berdasarkan keadaan yang penulis saksikan di Stasi Maria Putri Sejati Cisantana bahwa pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga masih kurang. Kenyataan menunjukkan orang tua percaya bahwa guru agama, katekis, sekolah, dan pendamping iman anak di Gereja dapat mendidik iman anak melalui pengetahuan yang mereka miliki. Karena kurangnya pengetahuan orang tua dalam hal pendidikan iman anak dalam keluarga, maka orang tua mempercayakan kepada guru agama, katekis dan sekolah untuk mendidik iman anak. Orang tua kurang melibatkan anak-anak dalam kegiatan di lingkungan Gereja. Dengan melihat keadaan yang terjadi, maka penulis tergerak untuk memberikan sumbangan pemikiran demi perkembangan pendidikan iman anak dalam keluarga. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah sejauh mana pendidikan iman anak dalam keluarga telah membantu perkembangan iman anak serta upaya apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga bagi perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Untuk menjawab persoalan tersebut penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian. Studi pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni Kitab Suci, dokumen Gereja, serta pandangan para ahli yang berkaitan dengan pendidikan iman anak dalam keluarga dan perkembangan iman anak. Metode penelitian menggunakan penyebaran angket dan wawancara. Penyebaran angket dilaksanakan kepada anak usia 9 sampai 11 tahun dan wawancara kepada orang tua Katolik yang memiliki anak usia 9 sampai 11 tahun di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Hasil akhir menunjukkan bahwa orang tua telah melaksanakan pendidikan iman anak dalam keluarga. Namun demikian, orang tua masih kesulitan untuk mengatasi faktor-faktor penghambat dari dalam diri maupun luar diri seperti rasa malas, perbedaan pandangan antara suami-istri, kesibukan dalam bekerja, dan alat elektronik. Oleh karena itu, orang tua masih perlu meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga. Skripsi ini menawarkan rekoleksi keluarga sebagai upaya meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga bagi perkembangan iman anak. Rekoleksi dapat membantu orang tua untuk saling berbagi pengalaman dalam mendidik iman anak. Dengan demikian, orang tua dapat menentukan sikap dan tindakan yang hendak dilakukan untuk meningkatkan perannya sebagai pendidik iman anak. viii

9 ABSTRACT This small thesis entitled DESCRIPTION OF CHILDREN FAITH EDUCATION IN THE FAMILY FOR CHILDREN FAITH DEVELOPMENT AT MARIA PUTRI MURNI SEJATI CHAPERLY CISANTANA, KRISTUS RAJA PARISH CIGUGUR, BANDUNG DIOCESE. The author chose this title based on circumstances which the author witnessed in Maria Putri Murni Sejati chaperly Cisantana there is lack of children faith education implementation in family. In fact, parents believe that religion teachers, catechists, schools, and faith mentoring children in church can educate children faith through the knowledge they have. Due to the lack of knowledge of parents in faith education of children in the family, then the parents entrust to religioun teachers, catechists and schools to educate the children faith. Parents rarely involve children in activities within the Church. By looking at the circumstances, the writer motivated to contribute ideas for the children faith education development in the family. The main idea in this small thesis is the extent of children faith education in the family has fostered the children faith and what efforts are needed to improve the children faith education implementation in the family for children faith development at the Maria Putri Murni Sejati chaperly Cisantana. To answer these problems the author uses literature study and research. A literature study is done by studying various resources, namely the Bible, Church documents, and expert opinions relating to the children faith education in family and children faith development. The research method is using questionnaires and interviews. The questionnaires distribute to children aged 9 to 11 years and the interviews to Catholic parents who have children aged 9 to 11 years at Maria Putri Murni Sejati chaperly Cisantana. The final results show that parents have implemented the children faith education in family. However, parents are still have difficulties to overcome the inhibiting factors from inside and outside theirselves like laziness, disagreements between husband and wife, business in occupations, and electronic equipments. Therefore, parents still need to improve the children faith education implementation in the family. This small thesis offers a family recollections as an effort to increase the children faith education in the family for children faith development. Recollections can help parents to share their experiences in educating the children faith. Thus, parents can decide the attitudes and actions to be taken to enhance its role as an children faith educator. ix

10 KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Allah Yang Maha Kasih karena berkat dan kasih-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul DESKRIPSI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA BAGI PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI STASI MARIA PUTRI MURNI SEJATI CISANTANA, PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR, KEUSKUPAN BANDUNG. Skripsi ini disusun berdasarkan ketertarikan penulis terhadap pendidikan iman anak yang dilaksanakan dalam keluarga terutama di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Penulis melihat pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga masih kurang. Oleh karena itu, penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu orang tua dalam menyadari tanggung jawab dan perannya dalam pendidikan iman anak dalam keluarga. Selain itu, skripsi ini menjadi salah satu sumbangan penulis bagi katekis di Paroki Kristus Raja Cigugur dalam pendampingan keluarga. Skripsi ini dapat tersusun karena dukungan dan bantuan dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang dengan setia dan penuh kesabaran membimbing, memberi motivasi dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. x

11 2. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si selaku dosen penguji kedua yang telah memberikan dukungan, semangat, menguji serta memberikan masukan demi terciptanya skripsi yang bermanfaat bagi sesama. 3. Bapak Y. H Bintang Nusantara, SFK, M.Hum selaku dosen penguji ketiga yang telah memberikan semangat, menguji dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK yang telah setia mendampingi dan mendidik penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini. 5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 6. Yohanes C. Abukasman, OSC selaku Pastor Paroki Kristus Raja Cigugur yang telah menerima dan memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. 7. Bapak Bernadus Suhendra selaku Ketua Dewan Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana yang telah menerima, mengijinkan serta memberikan masukan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian. 8. Bapak T. Simon selaku Kepala Sekolah Dasar Yos Sudarso Cisantana serta Bapak/Ibu guru yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyebarkan angket kepada anak-anak kelas III sampai kelas VI. 9. Orang tua, adik-adik, segenap keluarga, serta Ignatius Aditya Prabowo yang dengan setia menemani, memberikan dukungan secaramoral, material dan spiritual sehingga penulis dapat bersemangat dalam menyusun skripsi ini. xi

12 xii

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN... i ii iii iv v vi vii viii ix x xiii xviii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Permasalahan... 6 C. Tujuan Penulisan... 6 D. Manfaat Penulisan... 6 E. Metode Penulisan... 7 F. Sistematika Penulisan... 7 BAB II. PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA DAN PERKEMBANGAN IMAN ANAK... 9 A. Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Pendidikan a. Pengertian Pendidikan b. Tujuan Pendidikan c. Pelaku Pendidikan Iman a. Pengertian Iman ) Pengertian Iman menurut Kitab Suci xiii

14 2) Pengertian Iman menurut Dokumen Gereja ) Pengertian Iman menurut Para Ahli b. Dimensi Iman Kristiani Keluarga a. Pengertian Keluarga b. Keluarga adalah Gereja Rumah-Tangga c. Keluarga Sel Terkecil dalam Masyarakat Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga a. Pengertian Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga b. Tujuan Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga c. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga B. Perkembangan Iman Anak Konsep Perkembangan a. Konsep Perkembangan pada Umumnya b. Konsep Perkembangan Iman Anak Faktor Pendukung Perkembangan Iman Anak a. Keyakinan dalam diri anak bahwa dirinya dianugerahi Allah berbagai talenta b. Teladan Iman dari Orangtua dan Orang-Orang Dewasa Lain c. Rasa aman untuk mengagumi dan bertanya d. Dorongan untuk mencintai alam beserta segala isinya Tahap Perkembangan Iman Anak a. Tahap usia 2-6 tahun b. Tahap usia 6-11 tahun C. Buah-buah Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga bagi Perkembangan Iman Anak Pengetahuan Iman Anak semakin Berkembang Anak semakin Merasakan Kehadiran Allah melalui Keluarga Anak mampu untuk Mengungkapkan Imannya Anak mampu Mencintai Sesama BAB III PELAKSANAAN PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA DAN PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI STASI MARIA PUTRI MURNI SEJATI CISANTANA, xiv

15 PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR, KEUSKUPAN BANDUNG A. Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Cigugur dan Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Cigugur a. Sejarah b. Letak Geografis c. Jumlah Umat d. Situasi Umat Katolik Gambaran Umum Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana a. Sejarah b. Letak Geografis c. Jumlah Umat d. Situasi Umat Katolik B. Penelitian tentang Pelaksanaan Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga dan Perkembangan Iman Anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana, Paroki Kristus Raja Cigugur, Keuskupan Bandung Rencana Penelitian a. Latarbelakang Penelitian b. Tujuan Penelitian c. Jenis Penelitian d. Responden e. Teknik Pengumpulan Data f. Tempat dan Waktu Penelitian g. Variabel Penelitian h. Kisi-kisi Penelitian Laporan Hasil Penelitian a. Laporan Hasil Penelitian melalui Wawancara terhadap Orang tua di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana ) Identitas Responden ) Persepsi orang tua mengenai pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga ) Pelaksanaan Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga xv

16 b. Laporan Hasil Penelitian melalui Penyebaran Angket terhadap Anak Usia 9 sampai 11 tahun di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana ) Buah-Buah Perkembangan Iman anak ) Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Iman Anak Pembahasan Hasil Penelitian a. Pembahasan Hasil Penelitian melalui Wawancara terhadap Orang tua di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana ) Identitas Orang tua ) Persepsi orang tua mengenai pentingnya pendidikan iman Anak dalam keluarga ) Pelaksanaan Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga b. Pembahasan Hasil Penelitian melalui Penyebaran Angket terhadap Anak Usia 9 sampai 11 tahun di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana ) Buah-Buah Perkembangan Iman anak ) Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Iman Anak Kesimpulan Penelitian BAB IV UPAYA MENINGKATKAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA BAGIPERKEMBANGAN IMAN ANAK MELALUI REKOLEKSI KELUARGA A. Pemikiran Dasar Kegiatan B. Usulan Kegiatan C. Contoh Persiapan Rekoleksi Keluarga Sesi II BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... (1) Lampiran 1: Surat ijin Penelitian kepada Romo Paroki... (1) Lampiran 2: Surat ijin Penelitian kepada Ketua Dewan Stasi... (2) Lampiran 3: Surat Pemberitahuan Sudah Melaksanakan Penelitian... (3) Lampiran 4: Pedoman Wawancara kepada orang tua... (4) Lampiran 5: Angket... (5) xvi

17 Lampiran 6: Identitas Responden... (8) Lampiran 7: Transkip Wawancara... (9) Lampiran 8: Hasil Pengisian Angket... (13) Lampiran 9: Contoh Jawaban Angket... (15) Lampiran10:Data Umat Stasi Cisantana... (18) xvii

18 DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian Lama dan Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, LAI, B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AA : Apostolicam Actuositatem. Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam. 18 November DV : Dei Verbum. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi. 18 November EN : Evangelii Nuntiandi.Imbauan Aposolik Paus Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam Jaman Modern. 8 Desember FC : Familiaris Consortio. Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern. 22 November GE : Gravissimum Educationis. Pernyataan tentang Pendidikan Kristen.28 Oktober KGK : Katekismus Gereja Katolik SC : Sacrosanctum Concilium. Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Kudus. 4 Desember C. Singkatan Lain ADS : Agama Djawa Sunda Art : Artikel KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Mgr : Monsinyur PAK : Pendidikan Agama Katolik PIA : Pendampingan Iman Anak xviii

19 PT : Perguruan Tinggi R : Responden SD : Sekolah Dasar SMA/SMK: Sekolah Menengah Atas/Kejuruan SMP : Sekolah Menengah Pertama WIB : Waktu Indonesia Barat xix

20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak setiap manusia, seperti yang terdapat dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Setiap manusia apapun suku, bahasa, agamanya berhak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan yang didapatkan manusia dapat melalui pendidikan formal, informal maupun non-formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilaksanakan di sekolah, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK), hingga Perguruan Tinggi (PT). Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang dialami anak dalam keluarga dan pendidikan non-formal adalah pendidikan yang didapatkan melalui pelatihan dalam lembaga-lembaga khusus di luar sekolah dan keluarga. Gereja juga menyatakan bahwa salah satu modal awal hidup manusia adalah pendidikan. Deklarasi tentang Pendidikan Kristen (Gravissimum Educationis Art. 1) menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah untuk mencapai pembinaan pribadi manusia menuju kedewasaan, sehingga dapat menyumbangkan nilai-nilai yang baik demi kesejahteraan masyarakat. Pembinaan manusia menuju kedewasaan berarti membantu manusia berkembang secara utuh. Maka, seluruh segi hidup manusia perlu dikembangkan dalam pendidikan.

21 2 Melalui pendidikan, manusia berusaha mengembangkan segala kemampuan yang ada dalam dirinya. Pada akhirnya, hasil dari pendidikan diharapkan dapat berguna bagi masyarakat yang berada di sekitar pribadi tersebut. Oleh karena itu, pendidikan meliputi berbagai aspek kehidupan, baik secara fisik, mental, kultural, moral, maupun religiospiritual. Kenyataan dalam pelaksanaan pendidikan di zaman sekarang yakni kurangnya pengembangan segi pribadi dan terlalu menekankan segi kognitif. Gereja pun menyampaikan pendapat melalui KWI (2011:29) dalam Pedoman Pastoral Keluarga: Tantangan terbesar di bidang pendidikan pada saat ini adalah bahwa pendidikan formal cenderung terlalu menekankan kemampuan intelektual dan hasil belajar, sehingga kurang memperhatikan kemampuankemampuan lain dan prosesnya. Akibatnya adalah kurangnya perhatian pada kepekaan, solidaritas dan nilai-nilai kemanusiaan serta kehidupan beriman lainnya. Pendapat Gereja ini menunjukan bahwa sekolah formal masih kurang memperhatikan kemampuan-kemampuan lain siswa-siswi selain kemampuan intelektualnya. Sekolah formal lebih menekankan kemampuan intelektual dan hasil belajar yang terlihat secara fisik, namun belum menyentuh segi-segi lain dalam pribadi siswa. Nilai-nilai penting berkaitan dengan nilai kehidupan, kemanusiaan dan hidup beriman belum menjadi perhatian utama dalam pendidikan. Kenyataan ini menjadi tantangan bagi hidup manusia karena dapat menimbulkan krisis kepribadian, di mana manusia hanya menghargai kemampuan intelektual saja dan mengabaikan kemampuan-kemampuan lainnya. Pandangan yang mengutamakan kemampuan intelektual dapat mempengaruhi perkembangan

22 3 hidup generasi muda dan menimbulkan kurangnya penghargaan terhadap pribadi manusia secara utuh. Dalam mengatasi tantangan ini, peranan keluarga sangat penting untuk memberikan pendidikan moral dan iman bagi anak. Melalui pendidikan moral dan iman dalam keluarga, anak dapat mengembangkan sikap peka terhadap orang lain dan memiliki iman yang berkembang. Pendidikan dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan iman dan moral Katolik, karena keluarga adalah sekolah nilai-nilai dan iman Katolik (GE art. 3). Sekolah pertama dan utama bagi anak adalah keluarga. Manusia sejak lahir hidup dalam keluarga dan dari keluarga manusia belajar mengenal segala sesuatu. KWI dalam Pedoman Pastoral Keluarga (2011:5) menyatakan bahwa keluarga merupakan buah dan sekaligus tanda kesuburan adikodrati Gereja serta memiliki ikatan yang mendalam, sehingga keluarga disebut sebagai Gereja Rumah-tangga (Ecclesia Domestica). Karena ikatan yang mendalam tersebut, maka keluarga menjadi sarana karya keselamatan Allah. Sebagai sarana terlaksananya karya keselamatan Allah, keluarga mempunyai tugas mewartakan Kerajaan Allah. Tugas yang dianugerahkan Allah kepada keluarga yaitu: Berkat Sakramen Baptis, suami-istri dan anak menerima dan memiliki tiga martabat Kristus, yakni martabat kenabian, imamat, dan rajawi. Dengan martabat kenabian, mereka mempunyai tugas mewartakan Injil; dengan martabat imamat, mereka mempunyai tugas menguduskan hidup, terutama dengan menghayati sakramen-sakramen dan hidup doa; dan dengan martabat rajawi, mereka mempunyai tugas untuk melayani sesama. (Pedoman Pastoral Keluarga art. 17) Menurut artikel ini, keluarga mendapatkan anugerah dari Allah berkat Sakramen Baptis yang mereka dapatkan. Setelah menerima Sakramen Baptis,

23 4 setiap orang, baik orang tua maupun anak mendapatkan anugerah untuk menjadi saksi bagi sesama. Setiap orang mendapatkan tugas mewartakan Injil, menguduskan hidup, dan melayani sesama. Ketiga tugas ini diharapkan supaya dilaksanakan dalam hidup keluarga. Salah satu tugas keluarga untuk mewartakan Injil, yakni dengan melaksanakan pendidikan iman anak. Suhardiyanto (2012:1) menyatakan bahwa pendidikan iman anak adalah segala kegiatan apapun, dalam lingkup manapun yang dilakukan demi perkembangan iman anak, baik dalam lingkup keluarga maupun dalam lingkup paroki. Maka, pendidikan iman dalam keluarga merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam keluarga demi perkembangan iman anak. Kegiatan yang dilakukan dalam keluarga demi perkembangan iman anak adalah doa bersama, pengajaran tentang Yesus, pengajaran tentang Gereja maupun pengajaran mengenai sikap yang baik terhadap sesama. Menurut KWI (2011: 31-33), bentuk konkret yang dapat dilakukan sebagai pendidikan iman Katolik kepada anak-anak adalah doa pribadi dan doa bersama, mengikuti perayaan ekaristi, membaca dan merenungkan Kitab Suci, ikut aktif dalam kelompok pembinaan iman, serta ikut ambil bagian dalam rekoleksi, retret, ziarah, dan sebagainya. Pada pelaksanaan pendidikan iman dalam keluarga, KWI dalam Pedoman Pastoral Keluarga (2011: art. 30) menyatakan bahwa orangtua sering mempercayakan pendidikan iman anak-anak kepada orang atau lembaga lain, misalnya guru agama, katekis, dan lembaga persekolahan. Pernyataan Gereja ini terlihat dalam pendidikan iman di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Orang

24 5 tua percaya bahwa guru agama, katekis, sekolah, pendamping PIA dapat mendidik iman anak melalui pengetahuan yang mereka miliki. Karena kurangnya pengetahuan orang tua dalam hal pendidikan iman dalam keluarga, maka orang tua mempercayakan kepada guru agama, katekis dan sekolah untuk mendidik iman anak. Orang tua kurang melibatkan anak-anak dalam kegiatan di lingkungan Gereja. Dalam pendalaman iman, yang hadir sebagian besar adalah orang dewasa dan sedikit anak-anak dan remaja. Padahal kegiatan di lingkungan merupakan salah satu cara orang tua dalam memberikan pendidikan iman kepada anak. Kenyataan lain yang penulis saksikan yakni kesibukan orang tua maupun anak sehingga kurangnya kesempatan untuk berkumpul bersama. Orang tua bekerja mulai dari pagi hari hingga sore hari, anak bersekolah dari pagi hari sampai siang. Kesempatan bagi orang tua dan anak untuk berjumpa adalah pada sore hingga malam. Pada malam hari, kondisi fisik orang tua sudah lelah dan anak mengerjakan tugas sekolah, sehingga kemungkinan untuk melaksanakan pendidikan iman secara khusus menjadi lebih terbatas. Adapula anak usia SMA yang bersekolah di luar kota, sehingga orang tua tidak dapat berjumpa dengan anak selama anak sekolah dan kesempatan untuk memberikan pendidikan iman secara langsung menjadi kurang. Dengan melihat keadaan yang terjadi, maka penulis tergerak untuk memberikan sumbangan pemikiran demi perkembangan pendidikan iman dalam keluarga dan iman anak. Maka penulis menyusun karya tulis yang berjudul DESKRIPSI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA BAGI PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI STASI MARIA PUTRI MURNI SEJATI

25 6 CISANTANA, PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR, KEUSKUPAN BANDUNG. B. Rumusan Permasalahan 1. Apakah yang dimaksud dengan pokok-pokok pendidikan iman anak dalam keluarga dan apa buah-buah pendidikan iman bagi perkembangan iman anak? 2. Sejauh mana pendidikan iman anak dalam keluarga di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana telah membantu perkembangan iman anak? 3. Upaya apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga bagi perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana? C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan skripsi adalah: 1. Menggambarkan pokok-pokok pendidikan iman anak dalam keluarga dan buah-buah pendidikan iman bagi perkembangan iman anak. 2. Menggambarkan sejauh mana pendidikan iman anak dalam keluarga di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana telah membantu perkembangan iman anak. 3. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi tentang Deskripsi Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga bagi Perkembangan Iman Anak di Stasi

26 7 Maria Putri Murni Sejati Cisantana, Paroki Kristus Raja Cigugur, Keuskupan Bandung adalah sebagai berikut: 1. Bagi orang tua, tersedianya informasi mengenai pendidikan iman anak dalam keluarga. 2. Bagi penulis, terdapat informasi mengenai pendidikan iman anak dalam keluarga dan perkembangan iman anak. 3. Bagi Katekis di Paroki, tersedianya penulisan mengenai pendidikan iman anak dalam keluarga dan perkembangan iman anak. Sehingga, dapat membantu katekis dalam melaksanakan pelayanannya terutama bagi keluarga-keluarga. E. Metode Penulisan Penulisan ini menggunakan metode deskripsi analitis. Dalam metode deskripsi, penulis menggambarkan pokok-pokok pendidikan iman anak dalam keluarga dan perkembangan iman anak. Sedangkan dalam analitis, penulis memahami dan menjelaskan kenyataan yang terjadi melalui penelitian mengenai pendidikan iman anak dalam keluarga dan perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati. Setelah itu penulis menyampaikan usulan kegiatan untuk meningkatkan pendidikan iman anak dalam keluarga. F. Sistematika Penulisan Bab I akan menguraikan latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

27 8 Bab II berisi pembahasan berkaitan dengan pokok-pokok pendidikan iman anak dalam keluarga dan buah-buah pendidikan iman bagi perkembangan iman anak. Bab III berisi tentang sejauh mana pendidikan iman anak dalam keluarga telah membantu perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Bab ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian pertama membahas mengenai gambaran stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Bagian kedua, membahas rencana dan hasil penelitian tentang pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga dan perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana, Paroki Kristus Raja Cigugur, Keuskupan Bandung. Bab IV membahas usulan kegiatan untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga. Penulis menyampaikan sumbangan pemikiran mengenai kegiatan rekoleksi yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan pendidikan iman anak dalam keluarga dan perkembangan iman anak. Bab V menguraikan kesimpulan dan saran.

28 BAB II PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA DAN PERKEMBANGAN IMAN ANAK Bab pertama telah menguraikan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan skripsi. Bab kedua akan membahas mengenai pendidikan iman anak dalam keluarga dan perkembangan iman anak. Bab kedua merupakan pembahasan dari rumusan masalah yang pertama, yakni menggambarkan pokokpokok pendidikan iman anak dalam keluarga dan buah-buah pendidikan iman bagi perkembangan iman anak. Bab ini membahas pandangan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan pendidikan iman anak dalam keluarga dan perkembangan iman anak. Pembahasan dalam bab ini dibagi ke dalam tiga bagian, yakni bagian pertama menjelaskan pokok-pokok pendidikan iman anak dalam keluarga yang menjabarkan mengenai pendidikan, iman, keluarga, dan pendidikan iman anak dalam keluarga. Bagian kedua menguraikan pokok-pokok tentang perkembangan iman anak yang menjelaskan mengenai konsep perkembangan pada umumnya, konsep perkembangan iman anak, faktor pendukung perkembangan iman anak serta tahap perkembangan iman anak. Bagian ketiga membahas buah-buah pendidikan iman anak dalam keluarga bagi perkembangan iman anak

29 10 A. Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga 1. Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Pendidikan merupakan hak setiap manusia, seperti yang terdapat dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Setiap manusia apapun suku, bahasa, agamanya berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sebelum mendapatkan pendidikan, manusia pun perlu untuk mengetahui pengertian pendidikan yang sebenarnya. Driyarkara (1980:78) menyatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pe-manusia-an manusia muda ialah hominisasi dan humanisasi. Artinya, manusia muda dipimpin dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga dia bisa berdiri, bergerak, bersikap, bertindak sebagai manusia (Driyarkara, 1980:85-86). Pendapat Driyarkara menekankan aspek usaha dari manusia untuk memanusiakan manusia yang lebih muda. Supriyati mengemukakan pendapat beberapa ahli mengenai pendidikan, di antaranya Sir Godfrey Thompson, Imam Barnadib serta pendapat Supriyati sendiri. Supriyati (2011:2) menyampaikan bahwa pengertian pendidikan menurut Sir Godfrey Thompson adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau permanen di dalam kebiasaan-kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikapnya. Maka, pengertian ini menunjukkan bahwa pendidikan berasal dari luar diri individu, yakni dari lingkungan dan perubahan yang dihasilkan bersifat tetap.

30 11 Supriyati (2011:2) menjelaskan pendapat Imam Barnadib bahwa pendidikan adalah usaha untuk membantu, membimbing dan menuntun orang, yang pada umumnya belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Sedangkan, Supriyati (2011:3) menyatakan pendapatnya bahwa pendidikan adalah suatu usaha dan tindakan dari orang yang berwenang untuk membantu, membimbing dan mengarahkan orang yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan individu. Pandangan Imam Barnadib dan Supriyati menekankan aspek usaha yang dilakukan oleh orang luar untuk mengarahkan orang yang belum dewasa menuju kedewasaan. Pandangan dari para ahli mengenai pendidikan di atas menunjukkan beberapa unsur yang terdapat dalam pendidikan. Unsur pertama yakni adanya usaha dan tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh pihak luar atau orang yang sudah dewasa maupun lingkungan terhadap orang yang belum dewasa untuk mencapai tujuan. Unsur yang kedua adalah tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah tercapainya kedewasaan manusia dan perubahan yang bersifat menetap. Dan unsur yang ketiga adalah proses, di mana untuk mencapai kedewasaan dibutuhkan proses secara berangsur-angsur sesuai dengan kemampuan individu. b. Tujuan Pendidikan Deklarasi tentang Pendidikan Kristen (GE art.1) menyatakan bahwa tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya adalah mencapai pembinaan pribadi manusia menuju kedewasaan, sehingga dapat menyumbangkan nilai-nilai yang baik demi kesejahteraan masyarakat. Pernyataan ini menunjukkan bahwa terdapat dua tujuan

31 12 utama pendidikan, yakni bagi manusia secara pribadi dan bagi kesejahteraan masyarakat. Tujuan pertama pendidikan adalah untuk pembinaan pribadi. Pembinaan manusia menuju kedewasaan berarti membantu manusia berkembang secara utuh. Maka, seluruh segi hidup manusia perlu dikembangkan dalam pendidikan. Tujuan kedua yakni ikut berperan bagi kesejahteraan masyarakat. Melalui pendidikan, manusia bisa mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya. Namun, potensi yang sudah dikembangkan tidak akan bermanfaat apabila hanya disimpan sendiri. Oleh karena itu, sebagai manusia yang hidup bersama orang lain, setiap individu memiliki tugas dan kewajiban untuk berperan serta dalam masyarakat. Kemampuan yang dimiliki oleh manusia dapat dibagikan demi kebaikan masyarakat sekitar. c. Pelaku Pendidikan Hak untuk mendidik dimiliki oleh keluarga, negara atau pemerintah, Gereja atau lembaga-lembaga lain yang mempunyai kewenangan (Supriyati, 2011:18). Hak mendidik dalam keluarga dimiliki oleh orang tua. Hak ini merupakan hak kodrati karena orang tua adalah pendidik asli, sedangkan pendidik pengganti atau pendidik pembantu lebih memperoleh hak didik karena tugas atau tanggung jawabnya (Supriyati, 2011:18). Maka keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial, yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat (GE art 3). Sedangkan, pendidik pengganti dapat mendidik karena diminta oleh orang tua.

32 13 Negara memiliki hak mendidik karena negara memiliki alat-alat atau sarana yang lengkap untuk membimbing warga ke satu tujuan ialah kesejahteraan umum yang duniawi (Supriyati, 2011:19). Maka negara sendiri wajib menjamin hak anak-anak atas pendidikan sekolah yang memadai, mengawasi kemampuan para guru serta menjaga mutu studi, memperhatikan kesehatan para murid,, dan karena itu dengan menghindari segala macam monopoli sekolah (GE art 6). Hak didik negara berbeda dengan hak didik orang tua karena negara hanya memberikan fasilitas kepada warganya, sedangkan hak didik orang tua merupakan hak kodrati dari orang tua. Hak Gereja atau lembaga lain untuk mendidik sebenarnya sama dengan yang dimiliki negara. Perbedaan lebih pada tujuan yang mengarah pada kesejahteraan surgawi dan kesejahteraan sosial yang lebih khusus (Supriyati, 2011:19). Pendidikan termasuk tugas Gereja supaya seluruh hidup manusia diresapi oleh semangat Kristus (GE art. 3). Dari ketiga lembaga yang berwenang untuk mendidik, lembaga yang memiliki hak utama untuk mendidik adalah keluarga. Sedangkan lembaga negara dan lembaga keagamaan maupun sosial berperan sebagai pendukung dan pembantu pelaksanaan pendidikan dalam keluarga. 2. Iman a. Pengertian Iman 1) Pengertian Iman menurut Kitab Suci Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Pengertian iman menurut Surat

33 14 kepada orang Ibrani menunjukkan bahwa iman merupakan hal yang menjadi dasar bagi manusia untuk berpengharapan dan membuatnya mengetahui hal yang tidak kasat mata. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, iman yang kuat ditunjukkan oleh Bapa Abraham. Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui (Ibr 11:8). Hal yang membuat Abraham mau mengambil keputusan untuk berangkat ke tempat yang tidak diketahuinya adalah karena imannya kepada Allah. Ia percaya bahwa apa yang dikatakan Allah akan terlaksana. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru terdapat tokoh Maria sebagai teladan iman. Kata Maria: Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu. Lalu malaikat itu meninggalkan dia (Luk 1:38). Maria menyadari bahwa ia hamba Tuhan dan menyerahkan hidupnya pada kehendak Tuhan. Maria percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi dirinya. Teladan kedua tokoh ini menunjukkan arti iman sebagai dasar bagi pengharapan manusia dan bukti dari hal yang tidak kelihatan. Hal yang mendasari tindakan Abraham dan Maria adalah iman mereka kepada Allah. 2) Pengertian Iman menurut Dokumen Gereja KWI (1996:129) menyatakan bahwa iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi juga. Dalam iman, manusia menyerahkan diri kepada Sang Pemberi Hidup. Dari pernyataan ini, dapat diketahui bahwa iman memiliki dua unsur, yakni anugerah

34 15 Allah dan tanggapan manusia. Manusia dapat beriman karena ada panggilan dari Allah, kemudian ada penyerahan diri manusia secara utuh kepada Allah. Konsili Vatikan II (1993:320) menyatakan: Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-nya (DV art 5). Berdasarkan Konsili Vatikan II, kita dapat mengerti bahwa iman merupakan penyerahan diri manusia seutuhnya kepada Allah yang telah terlebih dahulu mewahyukan diri kepada manusia. Manusia telah merasakan kehadiran Allah sehingga dengan penuh kebebasan menyerahkan diri kepada Allah. Katekismus Gereja Katolik menambahkan penjelasan dari pengertian iman menurut Konsili Vatikan II, yakni iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan sekaligus, tidak terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah (KGK art 150). Iman adalah satu perbuatan pribadi: jawaban bebas manusia atas undangan Allah yang mewahyukan Diri (KGK art 166). Penjelasan Katekismus Gereja Katolik menunjukkan unsur iman yang personal, yakni hubungan antara manusia dengan Allah. Berdasarkan penjelasan ini, dapat disadari bahwa iman secara khusus merupakan hubungan manusia secara pribadi dengan Allah yang didasari oleh kebebasannya. Selain sikap penyerahan manusia kepada Allah, Konsili Vatikan II (1993:320) menambahkan bahwa iman juga membutuhkan rahmat dari Allah dan bantuan dari Roh Kudus untuk menggerakkan hati manusia sehingga percaya

35 16 kepada Allah (DV art. 5). Maka, manusia perlu memohon bantuan Roh Kudus untuk mengarahkan hatinya kepada Allah. Berdasarkan penjelasan dari dokumen Gereja, hal yang paling mendasar dari pengertian iman adalah adanya relasi antara Allah dan manusia. Allah berkenan mewahyukan dirinya kepada manusia. Kemudian, dengan bantuan Roh Kudus, manusia tergerak untuk menanggapi anugerah Allah dengan penyerahan diri secara total kepada Allah. Dan, penyerahan diri manusia tetap didasari oleh kebebasannya. 3) Pengertian Iman menurut Para Ahli Groome (2010:80) menyatakan bahwa iman adalah pemberian Allah dan Roh Kudus yang memberi pertumbuhan. Akan tetapi, meskipun iman adalah pemberian Allah, dan adalah Roh Kudus yang memberi pertumbuhan, ini tidak meniadakan atau membuat berlebih-lebihan pemberitaan dan tanggung jawab pendidikan dari komunitas Kristen. Maka, menurut Groome pendidikan dan komunitas masih berperan dalam iman manusia. Pendidikan membantu manusia untuk mendalami imannya. Groome (2010:97-100) juga menambahkan pengertian iman berdasarkan pendapat James H. Fowler. Groome menjelaskan bahwa terdapat lima pengertian iman yang disampaikan Fowler. Pengertian iman menurut Fowler antara lain: a) Iman sebagai yang Utama Iman adalah inti manusia yang mendasar, disposisi fundamental yang mewarnai dan membentuk segala sesuatu yang datang setelah iman (Groome,

36 :97). Pengertian iman sebagai yang utama menunjukkan bahwa iman menjadi hal yang paling mendasar bagi manusia dan mempengaruhi seluruh segi kehidupan manusia. b) Iman sebagai Kegiatan Mengetahui yang Aktif Groome (2010:98) menyampaikan pemahaman Fowler mengenai iman bukan sebagai keadaan atau milik yang statis, tetapi sebagai kegiatan mengetahui, mengartikan, dan menafsirkan pengalaman. Pendapat ini menunjukkan pengertian iman sebagai suatu kegiatan. Melalui iman, manusia dapat mengetahui, mengartikan, dan menafsirkan pengalaman hidupnya. c) Iman sebagai Hubungan Groome (2010:98) menyatakan bahwa bagi Fowler iman adalah fenomena hubungan yang mutlak. Iman adalah hubungan yang berkutub tiga atau hubungan tiga serangkai. Maksud dari pendapat Fowler yakni dalam iman terdapat hubungan antara diri kita dengan dunia sehari-hari dan orang lain, dan kutub ketiga adalah hubungan dengan kondisi-kondisi akhir dan eksistensi yang paling dalam. Groome (2010:98) membahasakan pendapat Fowler ini dalam istilah Kristen bahwa iman adalah hubungan tiga serangkai antara diri kita, sesama kita, dan Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam Yesus Kristus. d) Iman sebagai sesuatu yang Rasional dan bersifat Perasaan Iman adalah kegiatan mengetahui atau mengartikan di mana kognisi dengan tak dapat dihindarkan terkait dengan afeksi atau menghargai (Groome, 2010:99). Pandangan ini berdasarkan pada pengertian iman sebagai kegiatan

37 18 mengetahui dunia secara aktif dan cara berhubungan dengan dunia. Pengertian iman sebagai kegiatan mengetahui, menunjukkan sifat iman yang rasional. Dan pengertian iman sebagai hubungan, menunjukkan aspek perasaan atau afektif dari iman. e) Iman sebagai Hal yang Universal yang Ada dalam Diri Manusia. Iman adalah hal yang universal yang ada dalam diri manusia, apakah orang tersebut menegaskan diri sebagai orang percaya atau orang yang beragama atau tidak (Groome, 2010:99). Pengertian iman ini menunjukkan bahwa iman lebih luas dari agama. Agama mengekspresikan, menginformasikan dan mungkin menambah iman. Akan tetapi, iman lebih luas daripada setiap ekspresinya yang telah diorganisasi (Groome, 2010:99). b. Dimensi Iman Kristiani Thomas H. Groome (2010:81-94) menyatakan bahwa iman Kristiani memiliki tiga dimensi yakni: 1) keyakinan, 2) hubungan yang penuh kepercayaan, dan 3) kehidupan agape yang hidup. Ketiga dimensi iman diekspresikan dalam tiga kegiatan yakni: 1) iman sebagai kegiatan percaya (faith as believing), 2) iman sebagai kegiatan mempercayakan (faith as trusting), dan 3) iman sebagai kegiatan melakukan (faith as doing). Iman sebagai kegiatan percaya timbul dari iluminasi batiniah yang menentukan seseorang percaya (Groome, 2010:87). Oleh anugerah Allah yang sama dan pengaruh kecerdasan berpikir milik kita sendiri, kecenderungan untuk percaya diekspresikan dalam kepercayaan-kepercayaan yang dinyatakan, yang kita yakini dan setujui. Heryatno Wono Wulung (2008:33)

38 19 menambahkan bahwa dalam menanggapi panggilan Tuhan, manusia menyerahkan diri dengan penuh kebebasan dan dengan kesadaran akal budi. Salah satu segi iman sebagai tanggapan manusia terhadap rahmat Allah juga dapat dipahami dengan rasio, karena itu, juga masuk akal. Iman sebagai kegiatan mempercayakan mengambil bentuk hubungan pribadi yang penuh kepercayaan dengan Allah yang menyelamatkan di dalam Yesus Kristus; dan mempercayakan (trust) diekspresikan dalam kesetiaan, kasih, dan kelekatan. Karena Allah adalah setia, kita dapat menyerahkan diri kita dengan penuh kepercayaan (Groome, 2010:87). Heryatno Wono Wulung (2008:33) menyatakan bahwa iman Kristiani merupakan suatu undangan untuk menjalin relasi dari hati ke hati, manusia dengan Allah-Nya dan antar manusia itu sendiri. Iman berarti menaruh hati (mempercayakan diri, fidere) pada Tuhan yang dipercayai. Aspek afektif ini menunjukkan bahwa untuk beriman manusia perlu sepenuh hati menanggapi panggilan Allah. Iman menghasilkan relasi yang mendalam dari hati ke hati antara manusia dengan Allah yang dipercayainya. Dimensi iman sebagai kegiatan melakukan, menunjukkan bahwa iman Kristiani sebagai respons terhadap Kerajaan Allah dalam Kristus harus mencakup tindakan melakukan kehendak Allah. Melakukan kehendak Allah harus diwujudkan dalam kehidupan agape yang hidup-mengasihi Allah dengan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (Groome, 2010:90). Dalam dimensi ini, iman tidak hanya dihayati sebagai tanggapan manusia akan panggilan Allah, namun secara konkret diwujudkan dalam kasih kepada Allah dan sesama.

39 20 3. Keluarga a. Pengertian Keluarga KWI (1996:54) menyatakan bahwa keluarga dapat dimengerti secara sempit maupun secara luas. Secara sempit, keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Sedangkan, secara luas keluarga dimengerti sebagai ayah, ibu, anak beserta sanak saudara lain yang hidup bersama-sama. Pengertian mengenai keluarga ini merupakan pengertian pada umumnya. Dalam pengertian tentang keluarga itu kita dapat mengetahui bahwa keluarga yang dimaksud mulai dari keluarga inti, ayah, ibu, anak sampai pada keluarga besar yaitu sanak saudara yang lain. KWI (2011:5) menyatakan bahwa Keluarga merupakan buah dan sekaligus tanda kesuburan adikodrati Gereja serta memiliki ikatan yang mendalam sehingga keluarga disebut sebagai Gereja Rumah-tangga (Ecclesia Domestica). Sebutan ini selain memperlihatkan eratnya pertalian antara Gereja dan keluarga, juga menegaskan fungsi keluarga sebagai bentuk terkecil dari Gereja. Keluarga, yang didasarkan pada cintakasih serta dihidupkan oleh cinta kasih, merupakan persekutuan pribadi-pribadi: suami dan isteri, orangtua dan anak-anak, serta sanak-saudara. Keluarga adalah komunitas pertama dan asal mula keberadaan setiap manusia dan merupakan persekutuan pribadi-pribadi (communion personarum) yang hidupnya berdasarkan dan bersumber pada cintakasih. Kasih sejati dalam keluarga adalah kasih yang membuahkan kebaikan bagi semua anggota keluarga (FC art. 18). Pengertian keluarga ini memperlihatkan bahwa setiap manusia berasal dari keluarga. Dalam keluarga terdapat pribadi yang berbeda-beda, namun mereka hidup bersama dalam cinta-kasih. Setiap pribadi

40 21 menunjukkan cinta-kasih melalui tindakan konkret untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan keluarga (KWI, 2011:10). Dari berbagai pengertian keluarga di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa keluarga adalah persekutuan pribadi-pribadi yang di dalamnya terdapat ikatan yang erat dan mendalam yang berdasar dan bersumber pada cinta-kasih. Dalam keluarga inilah, setiap pribadi mewujudkan cinta kasih demi kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan keluarga. b. Keluarga adalah Gereja Rumah-Tangga KWI (2011:15-18) menegaskan bahwa keluarga adalah Gereja rumahtangga. Berkat Sakramen Baptis, suami-istri menerima dan memiliki tiga martabat Kristus, yakni martabat kenabian, imamat, dan rajawi. Berkat Sakramen Baptis pula, mereka menjadi anggota dan ikut membangun Gereja. Gereja bukan hanya merupakan sebuah komunitas basis manusiawi belaka, melainkan juga komunitas basis gerejawi yang mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah. KWI menyatakan bahwa keluarga adalah sungguh-sungguh Gereja rumah-tangga karena mengambil bagian dalam lima tugas Gereja sebagai berikut: 1) Persekutuan (Koinônia) Keluarga adalah persekutuan seluruh hidup (consortium totius vitae) antara seorang laki-laki dan seorang perempuan berlandaskan perjanjian antara kedua pihak dan diteguhkan melalui kesepakatan perkawinan. Ciri pokok dari persekutuan tersebut adalah hidup bersama berdasarkan iman dan cinta-kasih serta kesediaan untuk saling mengembangkan pribadi satu sama lain (KWI, 2011:15-

41 22 16). Cinta kasih merupakan kekuatan keluarga yang utama karena tanpa cintakasih keluarga tidak dapat hidup, berkembang atau menyempurnakan diri sebagai persekutuan pribadi-pribadi (FC art.18). Persekutuan dalam keluarga akan terwujud dan makin sempurna berkat semangat berkorban yang besar. Dalam keluarga dibutuhkan sikap terbuka dan murah hati, untuk memberi pengertian, bertenggang rasa, saling mengampuni dan saling berdamai (FC art. 21). Sikap saling memaafkan bisa diwujudkan dengan memaafkan apabila ada anggota keluarga yang berbuat salah dan tetap menerima anggota keluarga meskipun memiliki keterbatasan, seperti anak yang bersikap nakal tetap diterima dengan penuh kasih sayang. Persekutuan dalam keluarga juga dapat diwujudkan dengan menciptakan saat-saat bersama, doa bersama, kesetiaan dalam suka dan duka, untung dan malang, ketika sehat maupun sakit. 2) Liturgi (Leiturgia) Kepenuhan hidup Katolik tercapai dalam sakramen-sakramen dan hidup doa (FC art. 55). Melalui Sakramen pernikahan, keluarga Kristen dipanggil untuk dikuduskan dan untuk menguduskan jemaat gerejawi serta dunia. Melalui sakramen-sakramen dan hidup doa, keluarga bertemu dan berdialog dengan Allah. Suami-istri mempunyai tanggungjawab membangun kesejahteraan rohani dan jasmani keluarganya, dengan doa dan karya. Doa keluarga yang dilakukan setiap hari dengan setia akan memberi kekuatan iman dalam hidup mereka, terutama ketika mereka sedang menghadapi dan mengalami persoalan sulit dan berat, dan membuahkan berkat rohani, yaitu relasi yang mesra dengan Allah (KWI, 2011:16).

42 23 Kegiatan rohani dalam keluarga dapat dilakukan dalam bentuk Ekaristi bersama di Gereja, doa bersama dalam keluarga pada saat tertentu, seperti saat ulang tahun, mendoakan keluarga yang sudah meninggal, dan lain sebagainya. Kemudian bisa diadakan Ekaristi maupun ibadat dalam keluarga untuk memperingati perayaan khusus. 3) Pewartaan Injil (Kerygma) Keluarga mengambil bagian dalam tugas Gereja untuk mewartakan Injil. Tugas itu dilaksanakan terutama dengan mendengarkan, menghayati, melaksanakan, dan mewartakan Sabda Allah (DV art. 1). Dalam keluarga, yang menyadari tugas perutusan itu, semua anggota mewartakan dan menerima pewartaan Injil. Pewartaan Injil dalam keluarga dapat dilaksanakan dengan membaca Kitab Suci dan mendalaminya bersama-sama. Kemudian anak dan orangtua saling menyampaikan pesan yang didapatkan dari bacaan Kitab Suci. Dengan demikian, orangtua tidak sekadar menyampaikan Injil kepada anak-anak mereka, melainkan dari anak-anak mereka sendiri, mereka dapat menerima Injil itu juga, dalam bentuk penghayatan mereka yang mendalam (KWI, 2011:17). Selain membaca dan mendalami Kitab Suci, keluarga juga berusaha mewujudkan pesan Kitab Suci dengan bertindak baik terhadap sesama. Dan orang seperti itu menjadi pewarta Injil bagi banyak keluarga lain dan bagi lingkungan di sekitarnya (EN art. 71).

43 24 4) Pelayanan (Diakonia) Sikap pelayanan dalam keluarga perlu diwujudkan di dalam keluarga itu sendiri dengan memberi perhatian kepada keluarga atau sesama yang lemah, mengalami kesulitan, bahkan yang mengalami ketidakadilan. Teladan orang tua dalam memberi perhatian dan bantuan kepada orang yang membutuhkan dapat menjadi pelajaran bagi anak untuk selalu membantu sesama yang membutuhkan tanpa membeda-bedakan. Sebagai persekutuan cinta-kasih, maka keluarga dipanggil untuk mengamalkan cinta-kasih itu melalui pengabdiannya kepada sesama, terutama bagi mereka yang papa. Dijiwai oleh cinta-kasih dan semangat pelayanan, keluarga katolik menyediakan diri untuk melayani setiap orang sebagai pribadi dan anak Allah (FC art. 64). Pelayanan keluarga hendaknya bertujuan memberdayakan mereka yang dilayani, sehingga mereka dapat mandiri. Cinta kasih pun menjangkau lebih luas dari kalangan sesama yang seiman, karena setiap orang saudara atau saudariku. Pada setiap orang perorangan, khususnya yang miskin, lemah dan menderita atau diperlakukan tidak adil, pelayanan cintakasih tahu bagaimana mengenali wajah Kristus, dan menjumpai sesama manusia untuk dikasihi dan dilayani (FC art. 64). 5) Kesaksian Iman (Martyria) Keluarga hendaknya berani memberi kesaksian imannya dengan perkataan maupun tindakan serta siap menanggung resiko yang muncul dari imannya itu. Kesaksian iman itu dengan berani menyatakan kebenaran, bersikap kritis terhadap

44 25 berbagai ketidakadilan dan tindak kekerasan yang merendahkan martabat manusia serta merugikan masyarakat umum (KWI, 2011:17-18). c. Keluarga sebagai Sel Terkecil dalam Masyarakat Gereja mengakui bahwa keluarga adalah sel terkecil dalam masyarakat, karena di sana seluruh jaringan hubungan sosial dibangun. Melalui kehadiran dan peran anggota-anggotanya, keluarga menjadi tempat asal dan upaya efektif untuk membangun masyarakat yang manusiawi dan rukun (KWI, 2011:18). Dalam pangkuan keluargalah para warga masyarakat dilahirkan, di situ pula mereka menemukan gelanggang latihan pertama bagi keutamaan-keutamaan sosial, yang merupakan prinsip penjiwaan untuk kehidupan serta perkembangan masyarakat sendiri (FC art. 42). Pengalaman persekutuan dan saling berbagi sendiri, yang harus mewarnai kehidupan sehari-hari keluarga, merupakan sumbangan pertama dan mendasar bagi masyarakat (FC art. 43). Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman kebersamaan dan saling berbagi dalam keluarga dapat menjadi bekal bagi anggota keluarga untuk melaksanakannya dalam hidup bermasyarakat. Menurut para Bapa Sinode, keluarga menjadi tempat asal dan upaya paling efektif untuk memanusiakan dan mempribadikan masyarakat (FC art. 43). Oleh karena itu, keluarga Katolik diharapkan dapat menyumbangkan keutamaankeutamaan dan nilai-nilai Katolik yang dimiliki dan dihayatinya. Anggota keluarga diharapkan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan dalam masyarakat dan menunjukkan nilai-nilai Katolik yang dimiliki dan dihayatinya. Melalui keterlibatan mereka dapat tercipta masyarakat yang manusiawi dan rukun.

45 26 4. Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga a. Pengertian Pendidikan Iman Anak dalam keluarga Suhardiyanto (2012:1) menyatakan bahwa pendidikan iman anak adalah segala kegiatan apapun, dalam lingkup manapun yang dilakukan demi perkembangan iman anak, baik dalam lingkup keluarga maupun dalam lingkup paroki. Sedangkan Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto (2007:10) menyatakan bahwa pendidikan iman ialah proses dan usaha-usaha orang-orang dewasa untuk membantu anak-anak muda agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah, Pencipta dan Penyelamat. Heuken (1979:29) menyampaikan pendapat Mujilan bahwa pendidikan agama dalam keluarga adalah pendidikan agama bagi seluruh anggota keluarga dan oleh anggota keluarga. Dalam pendidikan iman terjadi saling memberi kesaksian iman secara lebih nyata dan sempurna. Maka, pendidikan iman anak dalam keluarga merupakan segala kegiatan apapun, yang dilakukan dalam keluarga demi perkembangan iman anak dan perkembangan keluarga itu sendiri. Pelaku pendidikan iman dalam keluarga adalah seluruh anggota keluarga. Anak dan orang tua dapat saling memberikan kesaksian iman sehingga terwujud pendidikan iman dalam keluarga. Kegiatan keluarga dalam bentuk doa bersama, pengajaran tentang Yesus, pengajaran tentang Gereja maupun sikap yang baik kepada orang lain merupakan bentuk konkret dalam pendidikan iman dalam keluarga. b. Tujuan Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Pendidikan merupakan hal yang mendasar dalam hidup manusia. Setiap manusia membutuhkan pendidikan untuk dapat berkembang. Pendidikan pertama

46 27 dan utama yang didapatkan oleh manusia berasal dari keluarga. KWI (2011:28) menyatakan bahwa tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya adalah pembinaan pribadi manusia menuju kedewasaan, sehingga dapat menyumbangkan nilai-nilai yang baik demi kesejahteraan masyarakat. Heuken (1979:29) membahasakan pendapat Mujilan bahwa dalam pendidikan iman yang ingin makin dikenal adalah Yesus Kristus. Maka, Yesus Kristus menjadi dasar bagi keluarga dalam menghayati iman mereka. Maka, tujuan pendidikan iman dalam keluarga adalah demi terwujudnya keluarga yang sungguh beriman. Kristus sungguh nyata lewat relasi dengan keluarga, terwujudnya Kerajaan Allah dalam keluarga dengan suasana cinta kasih yang terbangun. Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto (2007:10) menyampaikan bahwa pendidikan iman dilakukan supaya anak mampu menghormati dan mengasihi Allah. Sedangkan KWI (2011:30) menambahkan bahwa melalui pendidikan iman dalam keluarga, anak tidak hanya mencintai Allah, tetapi aktif dalam hidup menggereja. Pendapat lain menyatakan bahwa tujuan pendidikan iman yaitu membentuk perilaku yang baik dalam kehidupan keagamaan anak-anak sehingga mereka tidak hanya takwa kepada Tuhan, tetapi juga mempunyai perasaan belas kasih dan perhatian terhadap sesama manusia (Tim Pusat Pendampingan Keluarga Brayat Minulyo, 2007:96). Pendapat ini menunjukkan tujuan pendidikan iman anak untuk membantu anak semakin takwa kepada Tuhan dan juga semakin bersikap baik dan mempunyai perhatian terhadap sesama.

47 28 Dari berbagai pendapat mengenai tujuan pendidikan iman dalam keluarga, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan iman anak memiliki dua unsur. Unsur yang pertama adalah demi perkembangan anak dan keluarga menjadi lebih beriman kepada Kristus. Unsur kedua adalah melalui pendidikan iman dalam keluarga, anak-anak diharapkan dapat mewujudkan imannya dengan mencintai Allah dan sesama manusia. Maka, iman tidak hanya diungkapkan dalam doa tetapi diwujudkan dengan berbuat baik kepada orang lain. c. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Orangtua adalah pendidik dan pewarta iman pertama dan utama bagi anakanak (AA 11). Oleh karena itu, orangtua perlu memberikan contoh kepada anak untuk menumbuhkan iman anak. Menurut KWI (2011: 31-33), cara-cara konkret yang dapat dilakukan sebagai pendidikan iman Katolik kepada anak-anak adalah sebagai berikut: 1) Doa Pribadi dan Doa Bersama Anak-anak sebaiknya dibiasakan berdoa secara teratur, baik secara pribadi, bersama keluarga maupun komunitas basis gerejawi. Perlu dijelaskan kepada mereka bahwa berdoa adalah berkomunikasi dengan Tuhan. Mereka perlu diberi teladan konkret dalam hidup doa melalui doa keluarga itu sendiri. Selain itu, dalam berdoa mereka dilatih untuk menggunakan secara tepat benda-benda rohani seperti salib, patung, gambar, rosario, dan lain-lain (KWI, 2011: 31-32).

48 29 2) Perayaan Ekaristi Keluarga Sejak dini anak-anak perlu diajak mengambil bagian secara aktif dalam perayaan liturgi, terutama Ekaristi, supaya mereka mengenal dan mencintai Tuhan. Perayaan Ekaristi khusus untuk anak-anak dapat diselenggarakan, karena perayaan Ekaristi tersebut membantu mereka untuk lebih terlibat di dalamnya. Bila mereka sudah mampu memahami, orangtua sebaiknya menjelaskan makna perayaan Ekaristi, yaitu perjamuan kasih Tuhan. Dalam perjamuan itu Tuhan memberikan Diri-Nya dan memanggil manusia untuk bersatu dengan-nya. Maka, menyambut Tubuh Kristus dalam komuni suci berarti bersatu dengan Tuhan dan Gereja yang adalah Tubuh Mistik Kristus (KWI, 2011:32). 3) Pendalaman Iman dalam Keluarga Pendalaman iman dalam keluarga dapat dilaksanakan dengan mendalami Kitab Suci bersama antara orangtua dan anak. Kitab Suci memuat kekayaan iman yang sangat baik dan efektif untuk mengembangkan iman anak-anak. Melalui pembacaan Kitab Suci anak-anak mengenal Allah yang menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus. Dengan membaca serta merenungkan Kitab Suci, hati mereka diarahkan kepada Allah yang hadir melalui sabda-nya (SC 7). Melalui pembacaan Kitab Suci itu anak-anak menemukan dasar iman, yaitu ajaran-ajaran Tuhan Yesus Kristus dan menimba inspirasi untuk hidup iman mereka melalui teladan hidup-nya dan tokoh-tokoh iman dalam Kitab Suci (KWI, 2011: 32-33). Selain ajaran, teladan Tuhan Yesus juga dapat menjadi contoh bagi anak untuk bersikap terhadap Allah dan sesama.

49 30 4) Rekoleksi, Retret, Ziarah Keluarga Rekoleksi, retret, ziarah, dan sebagainya sudah dihidupi cukup lama dalam Gereja dan menghasilkan buah yang baik. Maka, orangtua hendaknya mengajak anak untuk melaksanakan rekoleksi maupun retret serta mengadakan ziarah bersama. Hal ini dilakukan demi perkembangan hidup beriman mereka (KWI, 2011:33). 5) Teladan Orang tua Orang tua lebih banyak memberikan teladan dan membagikan pengalaman iman yang konkret daripada sekedar nasehat. Anak-anak akan lebih mudah untuk mencontoh apabila orang tua memberikan teladan yang baik (Pudjiono, 2007:7). Orang tua dapat memberi teladan dengan menunjukkan sikap doa yang baik, bersikap ramah terhadap orang lain, mau memaafkan apabila anak berbuat salah, mau meminta maaf apabila orang tua berbuat salah, serta memberikan perhatian kepada keluarga. Orang tua berlaku sebagai sahabat, sehingga anak-anak mau dan mampu membuka diri kepada orang tua sendiri. B. Perkembangan Iman Anak 1. Konsep Perkembangan a. Konsep Perkembangan pada Umumnya Singgih Gunarsa (1981:29) membahasakan pandangan Werner bahwa perkembangan berlangsung dari keadaan yang global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi dan integrasi meningkat secara

50 31 bertahap. Pendapat ini menunjukkan bahwa proses perkembangan berjalan secara bertahap. Singgih Gunarsa (1981: 31) juga menyampaikan kembali pendapat Liebert; Poulos & Strauss bahwa perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan dan kemampuan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Pandangan ini menunjukkan bahwa di dalam perkembangan terdapat perubahan. Adanya perubahan sebagai fungsi kematangan. Perkembangan juga dipengaruhi oleh hubungan manusia dengan lingkungannya. Kedua pendapat memperlihatkan adanya proses yang bertahap dalam perkembangan dan proses tersebut terjadi dalam waktu tertentu. Perkembangan juga dipengaruhi oleh faktor luar, yakni hubungan dengan lingkungan. b. Konsep Perkembangan Iman Anak Supriyati (2010:11) menyatakan bahwa minat beragama belum menunjukkan arti bagi anak, meskipun minat beribadah ada. Anak tanpa raguragu menerima jawaban yang berkaitan dengan agama (kelahiran, kematian, surga, neraka, dan lain-lain). Konsep pada agama bersifat realistik dan fantastik. Sifat fantastik berarti konsep anak masih tercampur dengan fantasinya, maka tahap ini disebut tahap dongeng (naratif eksperensial).

51 32 2. Faktor Pendukung Perkembangan Iman Anak Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto (2007:11-12) menyampaikan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung proses perkembangan iman anak. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Keyakinan dalam diri anak bahwa dirinya dianugerahi Allah berbagai talenta Sebagai citra Allah, setiap manusia dianugerahi talenta yang beragam. Maka, setiap anak juga memiliki talenta yang khas dalam dirinya. Sangat penting bagi anak untuk menyadari bahwa ia juga dianugerahi talenta oleh Allah. Untuk mendukung perkembangan iman anak, orangtua hendaknya membantu anak-anak, agar mereka memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah insan yang berpotensi, karena telah dianugerahi berbagai talenta oleh Sang Pencipta sendiri (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:12). Dengan keyakinan ini, anak akan terbantu untuk mensyukuri anugerah yang dirasakannya dan bisa melihat Allah sebagai Allah yang Pengasih. Keyakinan dalam diri anak akan membantu mereka untuk mendalami imannya kepada Allah dan memperkembangkan imannya. b. Teladan Iman dari Orangtua dan Orang-Orang Dewasa Lain Iman anak-anak hanya berkembang bila mereka hidup bersama dengan orangtua dan orang-orang dewasa yang sungguh beriman. Sebagai insan yang masih belia anak-anak memerlukan teladan iman dari kedua orangtua dan orangorang dewasa yang lain (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:12).

52 33 c. Rasa aman untuk mengagumi dan bertanya Melalui perkembangan imannya, seorang anak berkembang mendekati kebaikan dan kebenaran. Kebaikan dan kebenaran itu dapat dicapainya bila ia lebih dahulu boleh mengagumi segala sesuatu yang dilihatnya. Kekaguman itu kemudian akan berlanjut pada tampilnya aneka pertanyaan jujur, yang menuntunnya menuju kebenaran. Karena itu, bagi setiap anak haruslah diusahakan adanya rasa aman untuk menyatakan kekagumannya dan melontarkan pertanyaanpertanyaan tentang segala hal. Orang tua dan orang-orang dewasa yang lain hendaknya memelihara rasa aman itu bagi semua anak (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:12). d. Dorongan untuk mencintai alam beserta segala isinya Perkembangan iman mengantar setiap anak semakin dekat dengan Allah. Kedekatan anak dengan Sang Pencipta itu dapat dipacu bila ia dibantu secara bertahap untuk lebih dahulu menghargai dan mencintai ciptaan-nya, yakni alam semesta beserta isinya, terutama makhluk-makhluk hidup, dengan manusia sebagai puncaknya (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:12). 3. Tahap Perkembangan Iman Anak Perkembangan iman dalam diri anak tidak dapat sekali jadi, namun membutuhkan proses dan melalui beberapa tahap. Cremers (1995: ) mengemukakan pendapat James W. Fowler mengenai tahap perkembangan iman manusia. Fowler membagi tahap perkembangan iman menjadi 6 tahap, yakni tahap usia 2 sampai 6 tahun, tahap usia 6 sampai 11 tahun, tahap usia 12 tahun

53 34 sampai masa dewasa, tahap usia 18 tahun ke atas, tahap usia 35 tahun ke atas, serta 45 tahun ke atas. Pada bagian ini akan dibahas perkembangan iman pada tahap pertama dan kedua karena sesuai dengan usia anak-anak yang menjadi pembahasan skripsi. Tahap perkembangan iman anak pada tahap pertama dan kedua adalah sebagai berikut: a. Tahap usia 2-6 tahun Tahap ini disebut tahapan intuitif proyektif. Pada tahap ini, anak sudah memiliki kemampuan untuk berimajinasi dan berfantasi. Orang dewasa yang utama menjadi tempat dan sumber otoritas yang langsung dapat dilihat, maka anak akan meniru semua suara, gerak isyarat, kata-kata, dan tindakan mereka. Kepercayaan anak-anak bercorak tiruan. Dengan meniru bentuk kepercayaan otoritatif lahiriah orang dewasa, anak berhasil merangsang, membentuk, menyalurkan, dan mengarahkan perhatian spontan serta gambaran intuitif dan proyektifnya pada Yang Ilahi. Maka, dalam tahapan ini si anak memahami atau membayangkan Tuhan sebagai Sang Tokoh yang mirip dengan ayah, ibu, pengasuh, atau tokoh berpengaruh yang lain. Pada tahapan ini, iman seorang anak diwarnai oleh rasa takut dan sekaligus hormat pada tokoh-tokoh tersebut. Tindakan dari para tokoh menjadi teladan bagi anak-anak (Cremers, 1995: ). b. Tahap usia 6-11 tahun Tahap ini disebut tahap mitis harafiah. Pada tahap ini yang paling berperan dalam perkembangan iman anak adalah kelompok atau institusi

54 35 kemasyarakatan yang paling dekat dengannya, misalnya kelompok bina iman, sekolah, atau kelompok Sekolah Minggu. Kelompok dan institusi tersebut berfungsi sebagai sumber pengajaran iman (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:14). Pada tahap ini anak dapat menyusun dan mengartikan dunia pengalamannya melalui medium cerita dan hikayat. Namun, anak masih memahami cerita secara harafiah, konkret, dan menurut satu dimensi belaka tanpa menyadari adanya kontradiksi-kontradiksi antara berbagai cerita. Allah dipandang semata-mata sebagai seorang pribadi, ibarat orangtua atau seorang penguasa yang bertindak dengan sikap memperhatikan secara konsekuen dan, jika perlu tegas. Dalam membuat keputusan dan pertimbangan moral terhadap manusia, Allah bagaikan orangtua yang adil dan baik, terikat pada hukum keadilan dan hidup sosial (Cremers, 1995: ). Usaha-usaha pengembangan iman anak pada tahapan ini seyogyanya tetap dilaksanakan dengan cara sederhana, tidak terlalu mengandalkan penalaran. C. Buah-Buah Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga bagi Perkembangan Iman Anak KWI (2011:30) menyatakan bahwa sejak dini anak-anak perlu dibimbing secara bertahap, sesuai dengan tahap perkembangan kepribadiannya, sehingga semakin menghayati dan mengembangkan kurnia iman yang telah mereka terima. Pendidikan iman bertujuan menumbuhkan sikap beriman dalam diri anak-anak. Dengan sikap beriman itu, anak-anak siap menyambut kasih Allah dan membalasnya, serta aktif mengambil bagian dalam hidup Gereja.

55 36 Zanzucchi (1986:14) menambahkan bahwa dalam pendidikan iman terdapat tiga hal pokok. Pokok yang pertama adalah Allah yang memberi iman. Pokok kedua, anak yang secara bebas menerima iman itu dan memiliki kemungkinan untuk menolaknya. Dan pokok yang ketiga adalah orangtua yang dengan bantuan guru agama, diharapkan menjadi saluran antara Allah dan anakanak. Berdasarkan pendapat Zanzucchi dapat diketahui bahwa peran orang tua dalam perkembangan iman anak adalah sebagai saluran yang menghubungkan antara anak dengan Allah. Oleh karena itu, pendidikan iman yang dilaksanakan dalam keluarga merupakan sarana yang baik untuk membantu anak berjumpa dengan Allah, sehingga anak dapat mengalami perkembangan iman. Pelaksanaan pendidikan iman dalam keluarga menghasilkan buah-buah yang memberikan pengaruh bagi perkembangan iman anak. Cooke (1972:5-6) menyampaikan bahwa kesan-kesan serta pilihan anak yang mulai dibuatnya dalam hubungan dengan Allah dan hidup sebagai orang Kristen adalah pilihan-pilihan yang akan berpengaruh atas seluruh perkembangan hidup imannya. Di bawah ini terdapat buah-buah pendidikan iman dalam keluarga bagi perkembangan iman anak: 1. Pengetahuan Iman Anak semakin Berkembang Melalui pendidikan iman dalam keluarga, anak dapat lebih mengetahui ajaran tentang iman yang disampaikan oleh orang tua. Anak lebih mengetahui sosok Yesus yang menjadi sumber imannya. Anak mengetahui sosok Allah yang baik melalui teladan Yesus. Cooke (1972:14) menambahkan ketika anak melihat

56 37 cinta kasih yang ditunjukkan oleh Yesus dan mengetahui apakah agama Kristen itu, ia mengetahui bahwa penerimaan dalam iman terhadap rahasia Allah, yang adalah cinta kasih adalah pokok imannya. Dengan demikian, anak terbantu untuk semakin yakin dengan imannya kepada Allah. 2. Anak semakin Merasakan Kehadiran Allah melalui Keluarga Pendidikan iman dalam keluarga membantu anak belajar untuk percaya kepada Allah. Anak menyadari kehadiran Allah melalui orang tua, saudara serta anggota keluarga lainnya. Melalui ajakan doa bersama dalam keluarga, anak semakin belajar mengerti kehadiran Allah melalui kebersamaan dalam keluarga. Melalui tindakan keluarga yang dipenuhi dengan cinta kasih, anak bisa merasakan kenyamanan dan kedamaian dalam hidup. Dengan rasa aman ini, anak dapat merasakan kehadiran Allah dalam diri keluarganya. Mereka dipenuhi dengan cinta kasih Allah (Cooke, 1972:13). Rasa aman dan nyaman membantu anak dalam memperkembangkan imannya. 3. Anak Mampu untuk Mengungkapkan Imannya Melalui pendidikan iman dalam keluarga, anak belajar untuk mengungkapkan imannya melalui doa, baik doa bersama maupun doa pribadi, melalui perayaan Ekaristi, ziarah dan kegiatan rohani bersama keluarga. KWI (2011:32) menambahkan bahwa secara bertahap sesuai dengan perkembangan umur dan pemahamannya, mereka perlu didorong untuk mengungkapkan isi hati secara spontan dalam berdoa.

57 38 4. Anak Mampu Mencintai Sesama Teladan orang tua dalam bersikap baik, ramah, bersahabat terhadap sesama dan teladan Yesus memberikan contoh kepada anak untuk bersikap baik, sehingga ia mampu mencintai sesamanya dengan bersikap baik dan menolong orang-orang di sekitarnya. Cooke (1972:14) menambahkan jika anak-anak mendapat cinta kasih dari orang tua, mereka dapat, tidak hanya menjawab atau menanggapi cinta kasih, tapi juga untuk memahami dan memberikan cinta kasih. Selain itu, anak mampu membedakan sikap dan tindakan yang sesuai dengan ajaran iman dan tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran imannya, sehingga ia bisa memilih sikap dan tindakan yang sesuai dengan ajaran imannya.

58 BAB III PELAKSANAAN PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA DAN PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI STASI MARIA PUTRI MURNI SEJATI CISANTANA, PAROKI KRISTUS RAJA CIGUGUR, KEUSKUPAN BANDUNG Pada bab dua telah disampaikan kajian pustaka mengenai pendidikan iman anak dalam keluarga, perkembangan iman anak serta buah-buah pendidikan iman dalam keluarga bagi perkembangan iman anak yang diambil dari berbagai sumber dan pendapat para ahli. Pada bab tiga, penulis membahas mengenai pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga dan perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Bab ini merupakan jawaban atas rumusan masalah kedua yakni mengetahui sejauh mana pendidikan iman anak dalam keluarga di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana telah membantu perkembangan iman anak. Untuk mengetahui sejauh mana pendidikan iman anak dalam keluarga di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana dalam membantu perkembangan iman anak, penulis menyusun bab ini ke dalam dua bagian. Bagian pertama membahas mengenai gambaran umum Paroki Kristus Raja Cigugur serta Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Gambaran umum Paroki dan Stasi terdiri dari sejarah, letak geografis, jumlah umat, serta situasi umat Katolik. Bagian kedua membahas mengenai penelitian tentang pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga dan perkembangan iman anak di Stasi

59 40 Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Bagian ini terdiri dari rencana penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, serta kesimpulan penelitian. A. Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Cigugur dan Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana 1. Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Cigugur a. Sejarah Sejarah perkembangan Gereja Katolik di tatar sunda berawal dari Kota Cirebon yaitu dengan berdirinya Gereja Santo Yosef Cirebon yang diresmikan pada tanggal 10 November 1880 oleh Mgr. A. Claessens sebagai Gereja pertama di wilayah Keuskupan Bandung Jawa Barat. Pada saat itu, di Cigugur masyarakat belum menganut agama Katolik. Masyarakat secara mayoritas masih menganut Agama Djawa Sunda sedangkan minoritas menganut agama Islam. Hubungan kedua kelompok penganut agama ini rukun, meskipun terkadang timbul kesalahpahaman (Basuki Nursananingrat, 1977: 9). Agama Djawa Sunda (ADS) merupakan aliran kebatinan yang didirikan oleh Pangeran Sadewa Madrais Alibasa Kusuma Wijaya Ningrat atau yang dikenal sebagai Pangeran Madrais (Iman Sukmana, 2014: 29). Agama Djawa Sunda merupakan sebuah pemadatan dari ungkapan anjawat lan anjawab roh susun-susun kang den tunda artinya memilih dan menyaring roh yang tersusun dan yang tertunda yang ada di seluruh alam semesta termasuk dalam diri manusia (Iman Sukmana, 2014: 36). ADS mengajarkan dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengakui bahwa Tuhan yang menjadi penggerak, pengatur, pembimbing gerakan

60 41 rohani manusia dan segala makhluk yang diciptakan-nya (Basuki Nursananingrat, 1977:11). Para penganut ADS percaya bahwa tujuan hidup manusia adalah Sampurnaning Hirup Sajatining Mati. Sampurnaning hirup berarti sempurnanya hidup. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keterbatasannya manusia mendekatkan diri kepada yang sempurna, yakni Tuhan. Sajatining mati berarti sejatinya mati, yakni mati dengan layak sebagai manusia dengan cara dirawat sedemikian rupa sebagai penghargaan terhadap raga manusia yang mencari kesempurnaan hidup (Iman Sukmana, 2014: 38-39). Pada tahun 1937 ketika gunung Ciremai hampir meletus, Pangeran Madrais bersama para pengikutnya mendaki gunung untuk mengadakan ritual di puncak gunung. Setelah menuruni gunung, ia melanjutkan perjalanan menuju sebuah tempat yang dikenal Curug Goong (Curug berarti air terjun, goong merupakan alat musik tradisional yang dalam bahasa Indonesia disebut gong). Di tempat ini, ia mendapatkan wahyu yang berbunyi: Isuk jaganing geto anjeun bakal nyalindung di handapeun camara bodas anu bakal mawa kana kaberesan alam. Pernyataan ini dalam bahasa Indonesia berarti esok hingga masa yang akan datang engkau akan berlindung di bawah cemara putih yang akan membawa pada kesejahteraan alam (Iman Sukmana, 2014: 45). Wahyu yang didapatkan oleh Pangeran Madrais belum terlaksana hingga ia wafat dan digantikan oleh puteranya. Putra Pangeran Madrais bernama Pangeran Tedja Buana Alibassa. Munculnya umat Katolik di Cigugur bermula dari permasalahan yang dialami penganut ADS (Agama Djawa Sunda). Pada tahun 1964, ada paham yang menyebabkan perbedaan pendapat antara salah satu penganut ADS dengan

61 42 penganut agama lain yang ada di Cigugur, yakni agama Islam. Pada saat itu pimpinan ADS, Pangeran Tedja Buana Alibassa bersama penganutnya harus menghadapi goncangan dan tuduhan yang berat dari masyarakat yang berbeda pendapat dan kepercayaan dan juga mendapatkan tuduhan dan tekanan dari pemerintah (Iman Sukmana, 2014: 53-55). Pada saat mengalami sakit di Santo Yosef Cirebon, ia berdoa dan meditasi. Dalam meditasinya, ia mendapatkan wahyu yang merupakan peringatan dari wahyu yang didapatkan oleh ayahnya, Pangeran Madrais di Curug Goong. Pangeran Tedja Buana percaya bahwa yang dimaksud Cemara Putih adalah Kristus, yakni Kristus yang menyelamatkan dunia. Berdasarkan hal itu, pada tanggal 21 September 1964 Pangeran Tedja Buana secara resmi membubarkan ADS dan bermaksud masuk ke dalam Gereja Katolik, namun ia memberikan kebebasan kepada penganutnya untuk memilih dan menganut agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing (Iman Sukmana, 2014: 74-76). Hal ini merupakan awal mula masuknya agama Katolik di wilayah Kuningan dan sekitarnya. Meskipun keputusan ini merupakan kehendak sendiri namun akibatnya begitu besar, lebih dari 5000 penganut ADS mendaftarkan diri dengan senang hati untuk masuk dalam pangkuan Gereja Katolik serta menyerahkan surat pernyataan ke pastoran Katolik Santo Yosef Cirebon, mengingat bahwa di Cigugur belum ada gereja. Pada saat Natal 1964, setelah segala persoalan dengan pihak pemerintah selesai, secara resmi gedung yang dahulu digunakan ADS dibuka kembali (Iman Sukmana, 2014: 121). Sejak saat itu Gedung Paseban Tri Panca Tunggal menjadi

62 43 Gedung Gereja bagi umat Katolik Cigugur dan sekitarnya, termasuk umat Cisantana harus ke Cigugur untuk merayakan Ekaristi. Pada tahun selanjutnya, para Pastor Ordo Salib Suci (OSC), yaitu Pastor Hidayat OSC, Pastor Matias Kuppens OSC, Pastor Anton Ruten OSC, Pastor Straathof OSC memulai tugas khususnya di Cigugur dan juga di Cisantana (Iman Sukmana, 2014: 127). b. Letak Geografis Secara geografis, Paroki Kristus Raja Cigugur berada di kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Gereja paroki terletak di jalan Rumah Sakit 7, Cigugur. Wilayah Paroki terbagi ke dalam lingkup stasi yakni 12 stasi dan 1 pusat paroki. Berdasarkan Sensus tahun 2011 (Iman Sukmana, 2014: 462) diketahui bahwa stasi-stasi yang termasuk dalam paroki Kristus Raja Cigugur antara lain: Stasi Cisantana, Stasi Sukamulya, Stasi Kuningan, Stasi Talahab, Stasi Cibunut, Stasi Susuru, Stasi Wedang Temu, Stasi Kancana, Stasi Pugag, Stasi Winduhaji, Stasi Kramat Mulya dan Luragung. Setiap stasi terbagi dalam lingkunganlingkungan. Jumlah keseluruhan lingkungan di Paroki Kristus Raja Cigugur adalah 52 lingkungan. c. Jumlah Umat Berdasarkan data sensus umat Katolik Cigugur tahun 2011 (Iman Sukmana, 2014: 461) diketahui terdapat umat Katolik di Paroki Kristus Raja Cigugur. Namun, jumlah ini masih belum mencakup semua umat karena masih ada umat yang berada di luar kota sehingga tidak terdata. Apabila jumlah umat yang sudah terdata dijumlahkan dengan umat yang berada di luar kota, maka

63 44 dapat diperkirakan bahwa terdapat an umat Katolik di Paroki Kristus Raja Cigugur (Iman Sukmana, 2014: 462). d. Situasi Umat Katolik Umat Katolik di Paroki Kristus Raja Cigugur sebagian besar adalah Suku Sunda dan beberapa Suku pendatang, seperti Suku Jawa, Batak dan Flores. Sebagian besar umat bermatapencaharian sebagai petani peternak, sedangkan sebagian bekerja sebagai pegawai, pedagang dan guru. Kegiatan menggereja yang dilakukan oleh umat adalah ibadat lingkungan, doa Rosario, Perayaan Ekaristi di stasi masing-masing. Kegiatan yang khas dilakukan oleh umat Paroki adalah Perayaan Ekaristi di Gua Maria Fatima Sawer Rahmat yang dilaksanakan setiap Kamis malam yakni malam Jumat kliwon. Umat sering menyebutnya sebagai kaliwonan. Selain itu, Gereja biasa melaksanakan Perayaan Ekaristi peringatan 22 Rayagung sebagai salah satu ucapan syukur umat atas hasil panen selama satu tahun. Kegiatan ini dilanjutkan dengan Pesta Nutu yang dihadiri oleh masyarakat dari berbagai tempat terutama daerah Cigugur. 2. Gambaran Umum Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana a. Sejarah Umat Cisantana merupakan bagian dari Gereja Cigugur. Namun, karena keperluan dan sangat pentingnya pada waktu itu umat Cisantana memiliki cita-cita untuk membangun gedung gereja. Dengan niat dan semangatnya, semua umat dibantu oleh Paroki Santo Petrus Bandung untuk memulai Pembukaan

64 45 Pembangunan Gereja Cisantana. Pembukaan pembangunan dilakukan oleh Pastor Kuppens, OSC pada hari Rabu, 7 November 1965 (Iman Sukmana, 2014: 142). Pada tanggal 1 Januari 1966, di Cisantana diselenggarakan Misa Natal. Dalam misa ini Pangeran Tedja Buana mengusulkan nama untuk gedung gereja yakni Gereja Maria Putri Murni Sejati. Beliau juga memberikan nasihat kepada umat Cisantana yang berbunyi Gareja ieu Maria Putri Murni Sajati, kawula mere piwejang ka aranjeun, sing temen wekel dina ngagawean ajaran agama Katolik, supaya jaga kasampeur kahadeanana jeung kamajuanana, ulah lanca linci luncat mulang ingkar tina tali gadang, sing satia tuhu kana jangji (Iman Sukmana, 2014: 143). Dalam nasihat tersebut, Pangeran Tedja Buana berpesan supaya umat Katolik Cisantana tetap setia dalam menghayati ajaran agama Katolik supaya kelak ditemukan kebaikannya dan kemajuannya. Jangan loncat ke sana ke mari sehingga terlepas dari ikatan, setialah dengan bersungguh-sungguh pada janji. Pembangunan Gereja Cisantana selesai pada tanggal 18 April Gedung gereja diresmikan oleh Mgr. P.M. Arntz, OSC. Pada tanggal yang sama dibaptislah beberapa orang dari Cisantana, yang merupakan baptisan pertama pada masa itu (Iman Sukmana, 2014: 144). Mulai dari saat itu, umat Cisantana, Pasir, Babakan Mulya melaksanakan ekaristi di gereja Cisantana. Iman Sukmana (2014: ) menyampaikan bahwa pada tanggal 17 Mei 1966, para Suster Ursulin, Ordo Santa Ursula, yaitu Suster Annunciata Filon, OSU, Suster Carol Marie Keaney, OSU, Suster Angela Sri Rukmiayati, OSU datang ke Cisantana. Para Suster Ursulin dan Pastor Ordo Salib Suci sangat

65 46 memperhatikan kemajuan umat Cisantana, terutama dalam bidang kerohanian, pendidikan, kesehatan dan perekonomian. Pada tanggal 4-5 Juli 1980 gereja Maria Putri Murni Sejati yang dibangun dengan konstruksi kayu jati dan atap sirap dibakar oleh orang tak dikenal (Iman Sukmana, 2014: ). Hampir semua bagian Gereja habis dilalap api. Hanya salib arang yang menjadi saksi kuatnya iman Katolik umat Cisantana. Sampai sekarang, salib ini masih terpampang di Gereja Maria Putri Murni Sejati. Karena gedung Gereja mengalami kebakaran, maka selama dua tahun umat merayakan ekaristi di gedung SD Yos Sudarso Cisantana (Iman Sukmana, 2014: 287). Gereja sebagai gedung boleh runtuh, namun Gereja sebagai umat tetap eksis. Pada tanggal 6 Juli 1981 gereja dibangun kembali. Pada tanggal 15 Agustus 1982 gedung gereja yang baru diresmikan oleh Uskup Bandung, Mgr. Petrus Marinus Arntz, OSC. b. Letak Geografis Stasi Maria Putri Murni Sejati terletak di desa Cisantana, Kelurahan Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Di sekitar Gereja Stasi terdapat Sekolah Dasar Yos Sudarso Cisantana, Biara Suster Ursulin serta pemukiman warga. Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana terbagi ke dalam 13 lingkungan. c. Jumlah Umat Berdasarkan data umat dari tahun 2010 sampai 2014 diketahui bahwa umat di stasi Cisantana berjumlah 1154 orang. Jumlah kepala keluarga yang

66 47 terdapat di stasi Cisantana adalah 372 KK. Wilayah Stasi Cisantana terbagi menjadi 13 lingkungan. d. Situasi Umat Katolik Umat Katolik di Stasi Maria Putri Murni Sejati sebagian besar berasal dari Suku Sunda. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Sunda. Dalam Perayaan Ekaristi mingguan umat Stasi Cisantana menggunakan bahasa Sunda. Perayaan Ekaristi dalam bahasa Indonesia biasa dilaksanakan ketika hari-hari Raya. Dalam Ekaristi bahasa Sunda, nyanyian biasa diiringi oleh gamelan. Umat Stasi Cisantana sebagian besar bekerja sebagai petani dan peternak dan sebagian kecil bekerja sebagai guru dan karyawan. Keterlibatan umat dalam hidup menggereja dilaksanakan dalam kegiatan ibadat lingkungan, doa Rosario, doa arwah dan terlibat sebagai petugas dalam perayaan Ekaristi. Pelaksanaan pendidikan iman anak di stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana dilaksanakan dalam lingkup keluarga, sekolah maupun Gereja. Dalam lingkup sekolah dilaksanakan melalui Pendidikan Agama Katolik (PAK). Dalam lingkup Gereja dilaksanakan Pendampingan Iman Anak (PIA), kegiatan doa Legio Maria, latihan misdinar dan latihan gamelan untuk mengiringi Ekaristi. Pendidikan iman dalam lingkup keluarga dilaksanakan melalui pendampingan orang tua dalam penerimaan Sakramen, seperti Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi. Pendidikan iman dalam keluarga berupa pengajaran tentang iman belum begitu ditekankan oleh orang tua karena keterbatasan pengetahuan orang tua akan pengetahuan iman. Beberapa orang tua dapat memberi teladan dalam menghayati

67 48 iman sebagai orang Kristiani dengan membantu sesama dan bersikap penuh kasih kepada anak. B. Penelitian tentang Pelaksanaan Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga dan Perkembangan Iman Anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana, Paroki Kristus Raja Cigugur, Keuskupan Bandung 1. Rencana Penelitian a. Latarbelakang Penelitian Pendidikan iman anak dalam keluarga merupakan hal yang penting sehingga orang tua perlu melaksanakannya dalam hidup sehari-hari. Namun, berdasarkan pengalaman dan pengamatan di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana, penulis melihat bahwa pendidikan iman dalam keluarga belum sungguh-sungguh dilaksanakan. Dalam hal pendidikan iman, orang tua percaya kepada guru agama di sekolah dan pendamping sekolah minggu. Hal ini menyebabkan kurangnya pelaksanaan pendidikan iman dalam keluarga. Penulis juga melihat bahwa orang tua dan anak masih sibuk dengan pekerjaan sehari-hari dan tugas belajar. Pada zaman sekarang yang semakin maju, anak-anak sudah memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai alat elektronik dan komunikasi. Alat-alat yang canggih ini menarik perhatian yang besar dari anak-anak. Oleh karena itu, kesempatan bagi orang tua untuk secara langsung melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga menjadi berkurang. Dalam hidup menggereja, penulis juga melihat bahwa ada anak-anak yang kurang mendapatkan bimbingan dalam mengikuti perayaan Ekaristi, beberapa orang tua tidak dapat meninggalkan pekerjaannya pada hari Minggu, sehingga anak mengikuti perayaan Ekaristi bersama teman-temannya. Adapula anak yang

68 49 tidak mengikuti perayaan Ekaristi karena lebih memilih menyaksikan tayangan di televisi. Dalam pendalaman iman, sebagian umat yang hadir adalah orang tua, sedangkan anak-anak tidak ikut serta. Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis hendak meneliti pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga dan perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat. Selain itu, penulis juga hendak mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pendidikan iman anak dan perkembangan iman anak. Dengan demikian, penulis dapat mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi dalam keluarga-keluarga di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. b. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan tujuan sebagai berikut: 1) Mengetahui persepsi orang tua di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana mengenai pendidikan iman anak dalam keluarga. 2) Mengetahui sejauh mana pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga di Stasi Maria Putri Murni Cisantana. 3) Mengetahui buah-buah perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana 4) Mengetahui faktor pendukung dan penghambat perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana.

69 50 c. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah ex post facto. Penelitian ini meneliti peristiwa yang sudah terjadi dan melihat pengaruhnya. Penelitian ini juga termasuk penelitian kualitatif karena data yang diperoleh dijabarkan dalam bentuk deskripsi atau penjelasan. d. Responden Menurut Sugiyono, (2012:81-82) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik sampling purposive, yakni menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:85). Teknik sampling purposive dipilih untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Pemilihan responden ini berdasarkan pertimbangan yakni kesesesuaian dengan judul skripsi. Oleh karena itu, responden yang akan diteliti adalah orang tua dan anak. Berdasarkan penjelasan di atas, maka responden yang akan diteliti adalah orang tua dalam keluarga Kristiani yang memiliki anak usia 9 sampai 11 tahun dan anak usia 9 sampai 11 tahun. Orang tua yang menjadi responden adalah ibu maupun bapak. Namun yang menjadi prioritas adalah ibu karena ibu setiap hari bersama anak-anak dan memiliki peran yang besar dalam pendidikan anak.

70 51 Jumlah orang tua yang akan diteliti adalah 6 orang. Sedangkan jumlah anak yang diteliti adalah 50 anak. e. Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2012:137) menyatakan bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara. Apabila dilihat dari settingnya, data dalam penelitian ini dikumpulkan di rumah responden, sedangkan berdasarkan sumbernya, pengumpulan data menggunakan sumber primer. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012:137), artinya data yang diperoleh langsung dikumpulkan kepada peneliti tanpa perantaraan pihak lain. Berdasarkan cara atau teknik pengumpulan data, penulis menggunakan wawancara dan angket. Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Dalam pelaksanaan wawancara, pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara dilakukan kepada orang tua. Angket akan disebarkan kepada anak-anak usia usia 9 sampai 11 tahun. Angket yang disebarkan berupa daftar cocok/check list. Daftar cocok merupakan serangkaian pernyataan yang diikuti serangkaian jawaban umum sehingga responden tinggal membubuhkan tanda chek pada jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaannya. Instrumen ini bersifat tertutup karena jawaban untuk setiap pernyataan sudah tersedia dalam kolom jawaban. Alternatif jawaban adalah selalu-tidak pernah dengan nilai 4,3,2,1. Maka nilai yang tertinggi dari setiap pernyataan adalah 4 poin dan nilai yang terendah 1 poin.

71 52 f. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Stasi Maria Putri Murni Sejati, Cisantana. Waktu penelitian pada bulan Juni g. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2012:38), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, terdapat empat variabel yang akan diteliti yakni: 1) Persepsi orang tua di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana mengenai pendidikan iman anak dalam keluarga. 2) Pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga di Stasi Maria Putri Murni Cisantana. 3) Buah-buah perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. 4) Faktor pendukung dan penghambat perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. h. Kisi-kisi Penelitian Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara No. Aspek Indikator Jumlah 1. Persepsi orang tua mengenai a. Pengertian pendidikan iman anak dalam keluarga. Soal Nomor 1 1

72 53 pendidikan iman b. Tujuan pendidikan iman anak 1 anak dalam dalam keluarga. keluarga. c. Alasan pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga Pelaksanaan a. Bentuk-bentuk pendidikan iman 1 pendidikan iman yang dilakukan dalam keluarga. anak dalam b. Faktor pendukung pendidikan 1 keluarga iman anak dalam keluarga. c. Faktor penghambat pendidikan 1 iman anak dalam keluarga. Jumlah Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Angket No. Aspek Indikator Jumlah 1. Buah-buah perkembangan iman anak 2. Faktor pendukung penghambat perkembangan iman anak dan a. Pengetahuan iman anak berkembang b. Anak merasakan kehadiran Allah dalam keluarga c. Anak mampu mengungkapkan imannya d. Anak mampu mencintai sesama a. Keyakinan dalam diri anak bahwa dirinya dianugerahi talenta oleh Allah b. Teladan iman dari orang tua c. Rasa aman untuk mengagumi dan bertanya d. Dorongan untuk mencintai alam beserta isinya Soal Nomor

73 54 e. Suasana dalam keluarga 2 f. Pengajaran dari orang tua tentang 4 iman g. Komunikasi dengan orang tua 2 Jumlah Laporan Hasil Penelitian Pada bagian ini, penulis akan menyampaikan hasil penelitian mengenai Pelaksanaan Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga dan Perkembangan Iman Anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana, Paroki Kristus Raja Cigugur, Keuskupan Bandung. Penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan angket kepada anak usia 9 sampai 11 tahun di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Berdasarkan informasi bahwa anak usia 9 sampai 11 tahun masih bersekolah di tingkat Sekolah Dasar, maka penyebaran angket dilaksanakan di sekolah yang berada di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana, yakni Sekolah Dasar Yos Sudarso Cisantana. Angket yang diisi oleh anak usia 9 sampai 11 tahun berjumlah 44. Selain menyebarkan angket, penulis melaksanakan wawancara kepada orang tua Katolik yang memiliki anak usia 9 sampai 11 tahun. Wawancara dilaksanakan di Stasi Maria Putri Murni Sejati yakni 13 orang tua yang berasal dari 6 lingkungan. Metode wawancara kepada orang tua dipilih karena melalui wawancara dapat diperoleh data secara langsung. Penulis dapat mendengarkan jawaban secara langsung dan melihat ekspresi orang tua pada saat menjawab pertanyaan. Dengan demikian, penulis dapat mengetahui keseriusan orang tua dalam menjawab.

74 55 Pencarian data kepada anak melalui penyebaran angket dilaksanakan karena anak-anak jujur dalam mengisi sesuai dengan keadaan mereka. Selain itu, mengisi angket juga lebih mudah bagi anak-anak dan membutuhkan waktu yang singkat. Anak-anak dapat memilih salah jawaban sesuai dengan keadaan yang dialami yakni selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Penulis mengkategorikan pilihan selalu dan sering sebagai hasil yang positif, sedangkan pilihan kadang-kadang dan tidak pernah dikategorikan sebagai hasil yang negatif. Penulis mendapatkan persentase angket dengan cara membagi jumlah anak yang memilih dengan jumlah total, lalu dikali 100%. Rumus untuk mengetahui persentase sebagai berikut: P = J/T x 100% P = persentase J = jumlah anak yang memilih T = jumlah total a. Laporan Hasil Penelitian melalui Wawancara terhadap Orang tua di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 12 Juni sampai 22 Juni 2015 di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Penulis menentukan umat yang diwawancara berdasarkan data yang dimiliki oleh Stasi. Selain itu, penulis juga memperoleh informasi dari umat lingkungan mengenai data orang tua yang memiliki anak usia 9 sampai 11 tahun. Wawancara dilaksanakan di rumah umat. Penulis mengunjungi rumah umat yang hendak diwawancara. Orang tua yang diwawancara berjumlah 13

75 56 orang. Dalam rencana penelitian, penulis memperkirakan untuk mewawancara 6 orang, namun dalam pelaksanaan menjadi 13 orang karena keadaan di Stasi memungkinkan penulis untuk mewawancara lebih dari 6 orang. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap wawancara kurang lebih 15 menit hingga 30 menit sesuai dengan waktu yang dibutuhkan umat dalam menjawab pertanyaan. Dalam melaksanakan wawancara, penulis menyampaikan enam pertanyaan kepada setiap orang tua berdasarkan pedoman wawancara yang sudah disusun. Pertanyaan yang disampaikan mengenai persepsi orang tua tentang pendidikan iman anak dalam keluarga dan pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga. Penulis merangkum hasil wawancara dan membahasnya berdasarkan variabel penelitian. Untuk memudahkan penulis dalam menyampaikan jawaban orang tua, maka penulis memberikan kode pada setiap responden dengan nama R. 1) Identitas Responden Tabel 3 Identitas Responden No. Nama Usia Lingkungan Pekerjaan 1. Lusia Wiwi (R1) 50 tahun St. Petrus Ibu rumah tangga 2. Theresia Juju Juarsih 47 tahun St. Yohanes Ibu rumah tangga (R2) 3. Bapak Anton Surma (R3) 55 tahun St. Filipus Guru 4. Agustinus Budi Widodo 46 tahun St. Petrus Guru (R4) 5. Pia Saminah (R5) 45 tahun St. Petrus Ibu rumah tangga

76 57 6. Maria Esih (R6) 31 tahun St. Petrus Ibu rumah tangga 7. Bapak Juarsa dan Ibu 44 dan 40 St. Thomas Petani Lina (R7) tahun 8. Yohanes Ukan Sukandi 46 tahun St. Thomas Tutor (R8) 9. Ibu Darsini (R9) 42 tahun St. Yohanes Pedagang 10. Ibu Titi (R10) 34 tahun St. Paulus Ibu Rumah tangga 11. Ibu Uka (R11) 42 tahun St. Yohanes Ibu Rumah tangga 12. Ibu Ooh (R12) 39 tahun St. Helena Ibu Rumah tangga 13. Ibu Imelda Mimin A (R13) 32 tahun St. Helena Ibu Rumah tangga Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa orang tua yang diwawancara berjumlah 13 orang tua yang terdiri dari 9 ibu, 3 bapak dan satu pasangan suami istri. Usia dari orang tua yang diwawancara bervariasi mulai dari usia 31 tahun sampai usia 55 tahun. Orang tua yang berusia 31 sampai 40 tahun berjumlah 5 orang. Orang tua yang berusia 41 sampai 50 tahun berjumlah 8 orang, dan yang berusia 55 tahun 1 orang. Apabila dilihat berdasarkan lingkungan tempat tinggal, orang tua berasal dari 6 lingkungan. Umat yang berasal dari lingkungan St. Petrus berjumlah 4 orang, lingkungan St. Yohanes 3 orang, lingkungan St. Filipus 1 orang, lingkungan St. Thomas 2 orang, lingkungan St. Paulus 1 orang, dan lingkungan St. Helena 2 orang. Berdasarkan pekerjaan diketahui bahwa 8 orang bekerja sebagai ibu rumah tangga, 2 orang bekerja sebagai guru, 1 pasangan suami istri bekerja sebagai petani, 1 orang bekerja sebagai tutor, dan 1 orang bekerja sebagai pedagang.

77 58 Orang tua yang diwawancara sebagian besar adalah ibu rumah tangga dengan persentase 61,5%. 2) Persepsi Orang tua Mengenai Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga a) Pengertian Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Pengertian pendidikan iman anak dalam keluarga menurut R1 dan R7 adalah kegiatan yang dilakukan bersama dalam keluarga untuk perkembangan iman anak. Sedangkan, R3 dan R6 menyampaikan bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga adalah usaha orang tua untuk membantu anak dalam mendalami imannya. Usaha orang tua berupa tindakan mengarahkan kepribadian anak menjadi sejalan dengan ajaran iman Katolik dan ajaran yang benar (R2), memberi teladan dalam hal beriman (R4), serta membiasakan kepada anak-anak untuk rajin berdoa setiap hari di rumah dan diajak pergi bersama ke Gereja atau ke pertemuan-pertemuan di lingkungan (R3). Pendapat lain dari orang tua yakni pendidikan iman sebagai usaha untuk mendalami iman dalam keluarga (R5, R9, R10, R11, R12, R13), sehingga keluarga memiliki iman yang kuat (R8). Usaha untuk mendalami iman dalam keluarga dilaksanakan oleh seluruh anggota keluarga, namun diutamakan bagi perkembangan iman anak. b) Tujuan Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Berdasarkan hasil wawancara, orang tua menyampaikan bahwa tujuan pendidikan iman anak dalam keluarga adalah untuk masa depan anak yang lebih baik (R1, R9, R11). Orang tua berharap anak mempunyai sikap dan perilaku yang benar, karena dengan iman, anak dapat berperilaku dengan benar (R2). Selain itu,

78 59 pendidikan iman anak dalam keluarga menjadi bekal bagi anak dalam beriman. Dengan mendalami iman sejak dini, maka iman akan menjadi bagian yang penting dalam diri anak (R3), sehingga anak memiliki iman yang kuat dan dapat mengatasi godaan yang ada pada zaman sekarang (R6, R7, R8, R9, R10). Tujuan lain dari pendidikan iman anak dalam keluarga adalah untuk mengenalkan kepada anak mengenai iman akan Kristus (R4). Dengan mengenalkan iman kepada anak, maka anak dapat mendalami iman dalam hidup sehari-hari (R12, R13). Dengan demikian, melalui pendidikan iman dalam keluarga dapat tercipta keluarga yang bahagia, sejahtera dan jauh dari godaan (R5). c) Alasan Pentingnya Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Berdasarkan hasil wawancara, 6 orang tua menyatakan bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga sangat penting (R3, R4, R6, R7, R8, R12), 3 orang menyatakan paling penting (R1, R10, R13), 1 orang menyatakan penting sekali (R2), dan 3 orang menyatakan penting (R5, R9, R11). Berdasarkan jawaban responden, dapat dilihat bahwa semua orang tua menyadari bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga adalah hal yang penting. Orang tua menyampaikan bahwa alasan pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga karena iman menjadi dasar bagi hidup manusia dan iman pertama kali tumbuh di dalam keluarga (R4, R8). Dengan iman yang kuat, anak dapat mengatasi godaan yang ada di luar (R3, R6, R7). Selain itu, keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama untuk mendidik anak (R8, R12). Mewartakan iman merupakan kewajiban dan kebutuhan umat Katolik. Dan sebagai orang tua

79 60 Katolik, mendidik iman anak juga merupakan kewajiban dan sebagai bentuk pewartaan iman (R5). R1, R9, R10, R11, dan R13 menyampaikan bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga penting karena menjadi bekal bagi masa depan anak dan keluarga. Kemudian, dalam pendidikan iman, anak juga belajar tentang iman sehingga belajar untuk menghormati orang lain, teman dan sesama (R2). 3) Pelaksanaan Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga a) Bentuk-Bentuk Pendidikan Iman Anak yang dilakukan dalam Keluarga Dalam melaksanakan pendidikan iman anak dalam keluarga, orang tua mempunyai cara yang beragam. Delapan orang tua (R1, R2, R3, R5, R6, R8, R10, R11, R13) menyampaikan bentuk pendidikan iman anak dalam keluarga dengan berdoa sebelum makan dan sebelum tidur. R7 menambahkan dengan mengajarkan anak berdoa, membuat tanda salib sebelum masuk Gereja, dan menyediakan sarana untuk berdoa (R1). R13 mengajak anak untuk berdoa kepada Tuhan apabila menghadapi masalah. R6 mengajak anak tidak hanya berdoa bagi diri sendiri, tetapi bagi orang yang membutuhkan, terutama anggota keluarga yang sudah meninggal. Doa bersama dalam keluarga dilaksanakan dengan mendoakan anggota keluarga yang berulang tahun, mendoakan yang sedang sakit, atau mendoakan anggota keluarga yang sudah meninggal. Selain mengajak anak untuk berdoa, orang tua mengajak anak untuk membaca dan mendalami Kitab Suci (R7), ziarah ke Gua Maria (R1), mengikuti doa lingkungan (R1), dan mengikuti bina iman (R2). Bentuk pendidikan iman yang paling sering dilaksanakan orang tua adalah perayaan Ekaristi di Gereja (R1,

80 61 R2, R3, R5, R6, R7, R8, R9, R10, R11, R12) dan pendampingan anak saat menerima komuni pertama (R1, R3,R5, R6, R7, R8). Sebagai orang tua, R4 juga mendalami iman tentang ajaran Gereja dan membaca Kitab Suci supaya dapat berbagi pengetahuan kepada anak-anak. Selain hal yang berkaitan dengan doa, orang tua melaksanakan pendidikan iman dengan memberikan nasehat kepada anak. Adapun nasehat yang disampaikan supaya anak bersikap dan bertindak dengan baik (R9), supaya anak memaafkan teman yang berbuat salah (R13), mengajari anak untuk bersikap jujur dan membantu sesama (R10), mengingatkan anak untuk selalu ingat akan tugas dan kewajibannya (R3), serta memberikan semangat kepada anak untuk memohon kesembuhan kepada Tuhan pada saat sakit (R13). Sharing pengalaman antara orang tua dan anak juga menjadi salah satu bentuk pendidikan iman anak dalam keluarga yang dilaksanakan oleh R4. Bentuk pendidikan iman anak dalam keluarga yang paling penting adalah teladan orang tua. R4 dan R8 menekankan teladan orang tua sebagai bentuk pendidikan iman yang paling penting karena anak-anak lebih mudah mengerti apabila melihat contoh konkret. Dengan demikian, orang tua berusaha untuk rajin berdoa sebelum memberikan nasehat kepada anak untuk rajin berdoa. Orang tua mengasihi anak dan keluarga sehingga dapat memberikan contoh kepada anak untuk mengasihi sesama. Orang tua juga memberikan teladan dengan bersikap dan bertindak baik terhadap sesama (R1, R4, R5, R8). Orang tua mengajak anak untuk mengunjungi anggota keluarga yang sakit (R5). Orang tua memfasilitasi,

81 62 memantau dan mendukung anak dalam melaksanakan kegiatan beriman baik di rumah, sekolah maupun di Gereja (R4, R7, R8, R9, R12). b) Faktor Pendukung Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Dalam pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga terdapat faktor pendukung yang dialami oleh keluarga. Faktor tersebut terdiri dari dua segi, yakni faktor dari dalam diri dan faktor dari luar diri. Berdasarkan hasil wawancara, orang tua menyatakan bahwa terdapat tiga faktor pendukung dari dalam keluarga. Faktor pendukung pertama adalah semangat anak yang besar untuk mendalami imannya dengan cara berdoa, mengikuti perayaan Ekaristi dan terlibat dalam kegiatan keagamaan sehingga orang tua semangat untuk mendidik iman anak (R1, R5, R11, R12, R13). Faktor kedua, adanya keinginan dan semangat dari orang tua untuk mengajak anak berdoa bersama (R3). Orang tua berharap anak memiliki iman yang kuat (R6) dan menjadi anak yang baik serta berprestasi (R7). Orang tua meluangkan waktu di tengah kesibukan untuk sharing bersama anak-anak (R4). Dengan demikian, anak dan orang tua dapat berbagi pengalaman yang dialami pada hari tersebut. Kesempatan ini membantu orang tua untuk mengetahui kesulitan yang dialami oleh anak dan membantu anak untuk memaknai setiap pengalaman yang dirasakan. Faktor yang ketiga adalah adanya sarana yang tersedia dalam keluarga untuk berdoa, seperti buku-buku doa dan Kitab Suci (R8). Faktor luar yang mendukung pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga adalah adanya kegiatan rohani untuk anak-anak baik di Gereja, lingkungan atau di sekolah, seperti bina iman, misa sekolah dan retret yang

82 63 mendukung orang tua dalam melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga (R2, R3, R9, R10). c) Faktor Penghambat Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Berdasarkan hasil wawancara, terdapat faktor dari dalam dan luar diri yang menjadi penghambat pendidikan iman anak dalam keluarga. Tiga orang tua (R1, R6, R12) menyampaikan bahwa faktor penghambat dari dalam diri adalah rasa malas untuk mendidik iman anak. Selain itu, terkadang anak juga kurang bersemangat dan kurang memiliki kemauan untuk mengikuti kegiatan di lingkungan, sehingga orang tua tidak dapat memaksa anak untuk mengikuti doa lingkungan (R5, R6, R7, R11). Faktor lain yang menghambat adalah kurangnya pengetahuan orang tua dalam hal beriman (R9). Selain itu, faktor penghambat pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga adalah adanya perbedaan pandangan orang tua mengenai pentingnya pendidikan iman. Terdapat pandangan dari pasangan yang menyatakan bahwa iman itu lebih penting di dalam hati. Hal ini menyebabkan kurangnya kekompakan orang tua dalam mendidik anak. Semua keluarga yang diwawancara merupakan keluarga yang utuh, yakni terdiri dari bapak, ibu dan anak. Namun terdapat beberapa keluarga yang hanya salah satu orang tua yang aktif dalam kegiatan beriman. Salah satu orang tua kurang menyadari pentingnya teladan dari orang tua dalam hal beriman. Kurangnya kesadaran dari salah satu orang tua menyebabkan kurangnya pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga. Faktor penghambat dari luar yakni adanya kesibukan orang tua dalam bekerja dan kesibukan anak dalam belajar, sehingga harus menyesuaikan waktu

83 64 untuk pendidikan iman anak. Sebagian besar orang tua menyampaikan faktor penghambat yang terbesar adalah kesibukan anak dan orang tua (R1, R2, R3, R4, R6, R7, R8, R9, R10, R12). Empat orang tua (R2, R3, R4, R8) juga menyatakan faktor alat elektronik seperti televisi, internet dan game yang sangat disukai oleh anak-anak menjadi salah satu penyebab kurangnya minat anak dalam mengikuti kegiatan beriman. Kesempatan untuk berdoa bersama terkadang terkendala oleh kegiatan di luar rumah (R9, R10). R2 menyampaikan lingkungan mayoritas yang non katolik menjadi penghambat pendidikan iman dalam keluarga. Selain itu, R13 menyatakan bahwa keadaan anak yang terkadang sakit juga menyebabkan anak sulit untuk mengikuti kegiatan di Gereja. b. Laporan Hasil Penelitian melalui Penyebaran Angket terhadap Anak Usia 9 sampai 11 tahun di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana 1) Buah-Buah Perkembangan Iman anak a) Pengetahuan Iman Anak Berkembang Tabel 4 Pengetahuan Iman Anak Berkembang N: 44 No. Pernyataan Sl 4 Sr 3 1. Saya menyadari bahwa Tuhan 32 4 menciptakan manusia dengan 72,7% 9,1% kemampuan masing-masing. 2. Saya berpikir bahwa menolong sesama adalah hal yang baik. 50% 29,5% Kk ,9% 9 20,5% TP 1 1 2,3% 0 0%

84 65 Pada pernyataan pertama dapat dilihat bahwa 32 anak (72,7%) memilih selalu, 4 anak (9,1%) menyatakan sering, 7 anak (15,9%) kadang-kadang dan 1 anak (2,3%) memilih tidak pernah. Pernyataan pertama menunjukkan hasil yang positif yakni 81,8% anak memilih selalu dan sering menyadari bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan masing-masing. Pernyataan kedua menunjukkan 22 anak (50%) memilih selalu, 13 anak (29,5%) memilih sering, dan 9 anak (20,5%) memilih kadang-kadang. Hasil dari pernyataan kedua menunjukkan hasil yang positif bahwa 79,5% anak selalu dan sering berpikir bahwa menolong sesama adalah hal yang baik. b) Anak Merasakan Kehadiran Allah dalam Keluarga Tabel 5 Anak Merasakan Kehadiran Allah dalam Keluarga N: 44 No. Pernyataan Sl 4 Sr 3 3. Saya merasakan Tuhan hadir dalam 17 8 keluarga melalui doa bersama. 38,6% 18,2% 4. Saya merasa bahagia ketika berkumpul dengan keluarga. 70,5% 29,5% Kk ,9% 0 0% TP 1 1 2,3% 0 0% Pernyataan tiga menunjukkan 17 anak (38,6%) memilih selalu, 8 anak (18,2%) memilih sering, 18 anak (40,9%) memilih kadang-kadang, dan 1 anak (2,3%) memilih tidak pernah. Hal ini menunjukkan hasil yang positif karena terdapat jumlah yang lebih banyak antara anak yang memilih selalu dan sering,

85 66 yakni 56,8% daripada anak yang memilih kadang-kadang dan tidak pernah, yakni 43,2%. Dalam pernyataan empat terdapat 31 anak (70,5%) yang memilih selalu dan 13 anak (29,5%) memilih sering. Hasil ini positif karena menunjukkan 100% anak selalu dan sering merasa bahagia ketika berkumpul dengan keluarga. c) Anak Mampu Mengungkapkan Imannya Tabel 6 Anak mampu Mengungkapkan Imannya N: 44 No. Pernyataan Sl 4 Sr 3 5. Saya mendoakan anggota keluarga yang 13 7 sedang sakit. 29,5% 15,9% 6. Saya berterima kasih kepada Tuhan dengan berdoa. 34,1% 38,6% 7. Saya berdoa di Gereja dengan sepenuh hati. 38,6% 27,3% Kk % 9 20,5% 13 29,5% TP 1 2 4,6% 3 6,8% 2 4,6% Pernyataan lima menunjukkan 13 anak (29,5%) memilih selalu, 7 anak (15,9%) memilih sering, 22 anak (50%) memilih kadang-kadang, dan 2 anak (4,6%) memilih tidak pernah. Hasil ini negatif karena sebanyak 54,6% anak lebih memilih kadang-kadang dan tidak pernah mendoakan anggota keluarga yang sedang sakit. Pernyataan enam menunjukkan 15 anak (34,1%) memilih selalu, 17 anak (38,6%) memilih sering, 9 anak (20,5%) memilih kadang-kadang, 3 anak (6,8%)

86 67 memilih tidak pernah. Hasil ini positif karena terdapat 72,7% anak yang lebih memilih selalu dan sering berterima kasih kepada Tuhan melalui doa. Pernyataan tujuh menunjukkan 17 anak (38,6%) memilih selalu, 12 anak (27,3%) memilih sering, 13 anak (29,5%) memilih kadang-kadang, dan 2 anak (4,6%) memilih tidak pernah. Hasil ini positif karena jumlah anak yang selalu dan sering berdoa dengan sepenuh hati (65,9%) lebih banyak dari pilihan kadangkadang dan tidak pernah (34,1%). d) Anak mampu Mencintai Sesama Tabel 7 Anak mampu Mencintai Sesama N: 44 No. Pernyataan Sl Sr Kk TP Saya menyayangi ayah, ibu, dan saudara saya. 95,5% 4,5% 0% 0% 9. Saya membantu anggota keluarga yang kesulitan. 22,7% 29,5% 43,2% 4,6% 10. Saya memaafkan bila anggota keluarga berbuat salah. 47,7% 13,6% 36,4% 2,3% Hasil pada pernyataan delapan menunjukkan 42 anak (95,5%) memilih selalu dan 2 anak (4,5%) memilih sering. Pernyataan ini menunjukkan hasil yang positif karena 100% anak memilih selalu dan sering menyayangi ayah, ibu, dan saudaranya. Pada pernyataan sembilan terdapat 10 anak (22,7%) yang memilih selalu, 13 anak (29,5%) memilih sering, 19 anak (43,2%) memilih kadang-kadang,

87 68 dan 2 anak (4,6%) memilih tidak pernah membantu keluarga yang kesulitan. Hasil ini positif karena sebanyak 52,2% anak lebih memilih selalu dan sering daripada memilih kadang-kadang dan tidak pernah (47,8%). Pada pernyataan sepuluh terdapat 21 anak (47,7%) yang memilih selalu, 6 anak (13,6%) memilih sering, 16 anak (36,4%) memilih kadang-kadang, dan 1 anak (2,3%) memilih tidak pernah. Hasil ini positif karena sebanyak 61,3% anak memilih selalu dan sering memaafkan anggota keluarga yang berbuat salah. 2) Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Iman Anak a) Keyakinan dalam Diri Anak bahwa Dirinya Dianugerahi Talenta oleh Allah Tabel 8 Keyakinan dalam diri anak bahwa dirinya dianugerahi Talenta oleh Allah N: 44 No. Pernyataan Sl 4 Sr Orang tua meyakinkan bahwa saya 30 7 dianugerahi kemampuan oleh Tuhan. 68,2% 15,9% Kk ,9% TP 1 0 0% Menurut hasil pengisian angket, pada pernyataan 11 terdapat 30 anak (68,2%) yang mengisi selalu, 7 anak (15,9%) memilih sering, dan 7 anak (15,9%) memilih kadang-kadang. Hasil ini positif yakni 84,1% anak memilih selalu dan sering merasakan orang tua meyakinkan bahwa ia dianugerahi kemampuan oleh Tuhan.

88 69 b) Teladan iman dari orang tua Tabel 9 Teladan Iman dari Orang tua N: 44 No. Pernyataan Sl Sr Kk TP Orang tua rajin berdoa ,1% 20,4% 43,2% 2,3% 13. Orang tua mengajak saya untuk mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja. 63,6% 18,2% 15,9% 2,3% 14. Orang tua mengajak saya untuk berziarah ke Gua Maria. 13,6% 13,6% 66% 6,8% Pada pernyataan 12 terdapat 15 anak (34,1%) yang memilih selalu, 9 anak (20,4%) memilih sering, 19 anak (43,2%) memilih kadang-kadang, dan 1 anak (2,3%) memilih tidak pernah. Kenyataan ini menunjukkan hasil positif karena sebanyak 54,5% anak memilih selalu dan sering melihat orang tua yang rajin berdoa. Pernyataan 13 menunjukkan jumlah 28 anak (63,6%) memilih selalu, 8 anak (18,2%) memilih sering, 7 anak (15,9%) memilih kadang-kadang, dan 1 anak (2,3%) memilih tidak pernah. Berdasarkan hasil ini diketahui hasil yang positif karena 81,8% anak selalu dan sering mengalami diajak oleh orang tua untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Pada pernyataan 14 terdapat 6 anak (13,6%) yang memilih selalu, 6 anak (13,6%) memilih sering, 29 anak (66%) memilih kadang-kadang, dan 3 anak (6,8%) memilih tidak pernah. Maka diketahui hasil yang negatif yakni 72,8%

89 70 anak mengalami kadang-kadang dan tidak pernah diajak oleh orang tua untuk berziarah ke Gua Maria. c) Rasa Aman untuk Mengagumi dan Bertanya Tabel 10 Rasa Aman Anak untuk Mengagumi dan Bertanya N: 44 No. Pernyataan Sl 4 Sr Saya merasa tidak takut untuk bertanya kepada orang tua tentang Tuhan Yesus. 27,3% 22,7% Kk ,1% TP ,9% Anak-anak mengisi pernyataan 15 dengan jumlah 12 anak (27,3%) memilih selalu, 10 anak (22,7%) memilih sering, 15 anak (34,1%) memilih kadang-kadang, dan 7 anak (15,9%) memilih tidak pernah. Hasil ini menunjukkan hasil yang seimbang antara yang positif dan negatif. Jumlah anak yang memilih selalu dan sering seimbang dengan anak yang memilih kadang-kadang dan tidak pernah, yakni masing-masing 50%. d) Dorongan untuk Mencintai Alam Beserta Isinya Tabel 11 Dorongan untuk Mencintai Alam Beserta Isinya N: 44 No. Pernyataan Sl 4 Sr Orang tua mengajarkan supaya saya merawat alam sekitar. 47,7% 27,3% Kk ,7% TP 1 1 2,3%

90 Orang tua mengajak saya untuk memanfaatkan alam sesuai dengan 31,8% 27,3% 31,8% 9,1% kebutuhan kita. Dalam pernyataan 16 terdapat 21 anak (47,7%) yang memilih selalu, 12 anak (27,3%) memilih sering, 10 anak (22,7%) memilih kadang-kadang, dan 1 anak (2,3%) memilih tidak pernah. Pilihan anak menunjukkan hasil yang positif karena terdapat 75% anak yang mengalami bahwa orang tua selalu dan sering mengajarkan untuk merawat alam sekitar. Pernyataan 17 menunjukkan jumlah 14 anak (31,8%) yang memilih selalu, 12 anak (27,3%) memilih sering, 14 anak (31,8%) memilih kadang-kadang, dan 4 anak (9,1%) memilih tidak pernah. Pernyataan ini menunjukkan hasil yang positif karena 59,1% anak memilih selalu dan sering merasakan orang tua mengajaknya untuk memanfaatkan alam sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan, terdapat 40,9% anak yang kadang-kadang dan tidak pernah merasakan bahwa orang tua mengajaknya untuk memanfaatkan alam sesuai dengan kebutuhan. e) Suasana dalam keluarga Tabel 12 Suasana dalam Keluarga N: 44 No. Pernyataan Sl 4 Sr 3 Kk 2 TP Orang tua rukun satu sama lain ,6% 20,5% 15,9% 0% 19. Orang tua bersikap adil terhadap saya dan

91 72 saudara. 63,6% 31,8% 4,6% 0% Pada pernyataan 18 terdapat 28 anak (63,6%) yang memilih selalu, 9 anak (20,5%) memilih sering, dan 7 anak (15,9%) memilih kadang-kadang. Pernyataan ini menunjukkan hasil yang positif yakni sebanyak 84,1% anak memilih selalu dan sering merasakan orang tua rukun satu sama lain. Pada pernyataan 19 terdapat 28 anak (63,6%) memilih selalu, 14 anak (31,8%) memilih sering, dan 2 anak (4,6%) memilih kadang-kadang. Hasil ini positif karena sebanyak 95,4% anak memilih selalu dan sering merasakan orang tua bersikap adil terhadap anak. f) Pengajaran dari Orang tua tentang Iman Tabel 13 Pengajaran dari Orang tua tentang Iman N: 44 No. Pernyataan Sl 4 Sr Orang tua mengajarkan cara berdoa yang 24 8 baik 54,5% 18,2% 21. Orang tua menceritakan kisah hidup 2 4 Santo-Santa. 4,6% 9,1% 22. Orang tua mendampingi saat persiapan 39 3 komuni pertama. 88,6% 6,8% 23. Orang tua mendampingi saat penerimaan 42 0 komuni pertama. 95,5% 0% Kk ,3% 25 56,8% 1 2,3% 2 4,5% TP 1 0 0% 13 29,5% 1 2,3% 0 0% Pada pernyataan 20 terdapat 24 anak (54,5%) yang memilih selalu, 8 anak (18,2%) memilih sering, dan 12 anak (27,3%) memilih kadang-kadang. Hasil

92 73 yang positif diketahui karena jumlah anak yang memilih selalu dan sering (72,7%) diajarkan cara berdoa yang baik oleh orang tua lebih banyak dari anak yang memilih kadang-kadang dan tidak pernah (27,3%). Pernyataan 21 menunjukkan 2 anak (4,6%) memilih selalu, 4 anak (9,1%) memilih sering, 25 anak (56,8%) memilih kadang-kadang, dan 13 anak (29,5%) memilih tidak pernah. Jumlah ini menunjukkan hasil yang negatif karena terdapat 86,3% anak yang memilih kadang-kadang dan tidak pernah mengalami orang tua menceritakan kisah hidup Santo-Santa. Pada pernyataan 22 terdapat 39 anak (88,6%) yang memilih selalu, 3 anak (6,8%) memilih sering, 1 anak (2,3%) memilih kadang-kadang, dan 1 anak (2,3%) memilih tidak pernah. Berdasarkan hasil di atas, diketahui hasil yang positif yakni 95,4% anak selalu dan sering mengalami pendampingan orang tua dalam persiapan komuni pertama. Dalam pernyataan 23 terdapat 42 anak (95,5%) yang memilih selalu dan 2 anak (4,5%) yang memilih kadang-kadang. Sebanyak 95,5% anak memilih selalu dan sering didampingi dalam penerimaan komuni pertama. Kenyataan ini menunjukkan hasil yang positif dan berarti terdapat perhatian yang besar dari orang tua dalam mendampingi anak pada saat penerimaan komuni pertama. g) Komunikasi dengan Orang tua Tabel 14 Komunikasi dengan Orang tua N: 44 No. Pernyataan Sl Sr Kk TP

93 Orang tua memberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat. 31,8% 31,8% 34,1% 2,3% 25. Orang tua berbicara kepada saya dengan penuh kasih sayang. 59% 27,3% 11,4% 2,3% Hasil dari pernyataan 24 menunjukkan 14 anak (31,8%) memilih selalu, 14 anak (31,8%) memilih sering, 15 anak (34,1%) memilih kadang-kadang, dan 1 anak (2,3%) memilih tidak pernah. Hasil yang diperoleh positif yakni sebanyak 63,6% anak mengalami selalu dan sering diberi kebebasan oleh orang tua untuk menyampaikan pendapat. Pada pernyataan 25 terdapat 26 anak (59%) yang memilih selalu, 12 anak (27,3%) memilih sering, 5 anak (11,4%) memilih kadang-kadang, dan 1 anak (2,3%) memilih tidak pernah. Hasil yang positif diperoleh yakni 86,3% anak selalu dan sering merasakan orang tua berbicara kepadanya dengan penuh kasih sayang. 3. Pembahasan Hasil Penelitian a. Pembahasan Hasil Penelitian melalui Wawancara terhadap Orang tua di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana 1) Identitas Orang tua Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar orang tua yang diwawancara adalah ibu-ibu, beberapa bapak, serta pasangan suami istri. Usia dari orang tua yang diwawancara antara 31 tahun sampai 55 tahun. Orang tua berasal dari enam lingkungan di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana dan jumlah orang tua dari lingkungan St. Petrus paling banyak di antara lingkungan yang lain,

94 75 yakni berjumlah 4 orang. Pekerjaan orang tua sebagian besar adalah ibu rumah tangga, beberapa bekerja sebagai guru, petani, tutor dan pedagang. 2) Persepsi Orang tua Mengenai Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Untuk mengetahui persepsi orang tua mengenai pendidikan iman anak dalam keluarga, penulis menyampaikan tiga pertanyaan kepada orang tua. Pertanyaan tersebut mengenai pengertian, tujuan dan alasan pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga. Berdasarkan hasil wawancara, orang tua menyampaikan beberapa pendapat mengenai pengertian pendidikan iman anak dalam keluarga. Pendapat pertama menyampaikan bahwa pengertian pendidikan iman anak dalam keluarga adalah kegiatan yang dilakukan bersama dalam keluarga untuk perkembangan iman anak. Pendapat kedua menyatakan pendidikan iman anak dalam keluarga sebagai usaha orang tua untuk membantu anak dalam mendalami imannya. Pendapat kedua sejalan dengan pendapat Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto (2007:10) yang menyatakan bahwa pendidikan iman ialah proses dan usaha-usaha orang-orang dewasa untuk membantu anak-anak muda agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah, Pencipta dan Penyelamat. Pendapat ini menekankan adanya usaha dari orang tua untuk membantu anak dalam mendalami imannya. Pendapat ketiga menyampaikan bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga merupakan usaha berupa kegiatan untuk mendalami iman dalam keluarga dan membantu menciptakan keluarga yang memiliki iman yang kuat. Pendapat dari orang tua sejalan dengan pendapat Mujilan (Heuken, 1979:29) yang menyampaikan bahwa pendidikan agama dalam keluarga adalah pendidikan

95 76 agama bagi seluruh anggota keluarga dan oleh anggota keluarga. Pendapat ini menekankan segi kebersamaan dalam keluarga di mana semua anggota keluarga terlibat dalam pendidikan iman. Orang tua dan anak saling berbagi pengalaman iman. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta keluarga yang beriman kuat. Tujuan pendidikan iman anak dalam keluarga adalah untuk semakin mengenal Yesus Kristus (Heuken, 1979:29). Orang tua menambahkan bahwa tujuan pendidikan iman dalam keluarga untuk memberi dasar iman anak dan masa depan anak yang lebih baik. Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto (2007:10) juga menyampaikan bahwa pendidikan iman dilakukan supaya anak mampu menghormati dan mengasihi Allah. Orang tua juga mengharapkan selain menghormati Allah anak dapat menghayati imannya dalam hidup sehari-hari dengan sikap dan perilaku yang benar. Dengan demikian, anak memiliki iman yang kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh godaan negatif yang ada pada zaman sekarang. Selain itu, tujuan pendidikan iman anak dalam keluarga adalah untuk terciptanya keluarga yang bahagia, sejahtera dan jauh dari godaan. KWI (2011:28) menambahkan bahwa tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya adalah pembinaan pribadi manusia menuju kedewasaan, sehingga dapat menyumbangkan nilai-nilai yang baik demi kesejahteraan masyarakat. Tujuan ini yang belum disampaikan secara langsung oleh orang tua. Tujuan pendidikan iman untuk pembinaan diri menuju kedewasaan dan menyumbangkan nilai bagi kesejahteraan masyarakat masih perlu disadari oleh orang tua. Alasan pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga karena iman menjadi bekal dan dasar bagi hidup manusia. Keluarga merupakan tempat pertama

96 77 dan utama bagi tumbuh dan berkembangnya iman anak. Melalui pendidikan iman dalam keluarga, anak dapat belajar untuk mencintai, mengasihi, dan menghormati sesama. Anak dapat belajar untuk memupuk dan merawat iman yang telah ditanamkan oleh orang tua. Orang tua dapat memberikan semangat kepada anak untuk mendalami imannya. Dengan memiliki iman yang kuat, anak dapat mengatasi godaan yang ada di sekitar, sehingga tercipta keluarga yang beriman. Selain itu, pendidikan iman anak dalam keluarga penting karena menjadi salah satu cara orang tua dalam mewartakan iman. Secara pribadi penulis menyadari bahwa sebagai pengikut Kristus yang memiliki tugas untuk mewartakan cinta kasih Allah, maka tugas orang tua dalam mendidik iman anak sangat penting. Melalui keluarga, anak pertama kali mengenal iman Katolik. Dengan demikian, anak dapat mengembangkan imannya melalui pendidikan iman yang diberikan oleh orang tua. Kemudian, dengan mendidik iman anak sejak dini, anak dapat terbantu untuk memantapkan diri sebagai orang Katolik dengan iman yang teguh. 3) Pelaksanaan Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar orang tua sudah melaksanakan pendidikan iman dengan mengajak anak untuk mengikuti perayaan Ekaristi, doa lingkungan, bina iman dan berbagai bentuk doa lainnya. Orang tua sudah mengajak anak untuk mengikuti kegiatan gereja, namun perlu ditekankan supaya orang tua tidak sekedar mengajak tetapi memberikan contoh dengan mengikuti perayaan Ekaristi, doa lingkungan dengan baik. Selain itu, orang tua juga memberikan nasehat kepada anak supaya menjadi anak yang baik, jujur, dan menolong sesama. Hal ini sangat baik, namun

97 78 orang tua tetap perlu memberikan contoh kepada anak dalam bertindak jujur, menolong keluarga yang kesulitan, memberikan semangat kepada anak untuk berjuang dalam menghadapi kesulitan. Hal ini sederhana, namun sangat berpengaruh terhadap anak karena anak lebih mudah untuk meniru tindakan yang ia lihat. Selain hal-hal yang terlihat, seperti berdoa, menjenguk keluarga yang sakit, mengikuti perayaan Ekaristi, hal yang paling penting dalam pendidikan iman dalam keluarga adalah menciptakan suasana keluarga yang mendukung. Sebuah keluarga tercipta karena adanya cinta kasih antara ayah, ibu dan anak. Hal ini disampaikan oleh Paus Yohanes Paulus II (FC Art. 17) bahwa hakekat dan peranan keluarga pada intinya dikonkretkan oleh cinta kasih. Dengan demikian, perlakuan ayah terhadap ibu dan anak, perlakuan ibu terhadap ayah dan anak, serta perlakuan anak terhadap orang tua harus selalu didasari oleh cinta kasih. Hal ini yang masih perlu disadari oleh orang tua. Bentuk pendidikan iman tidak hanya tercipta dalam kegiatan berdoa, namun dari tingkah laku, sikap dan perkataan terhadap anggota keluarga yang lain. Berdasarkan hasil wawancara masih sedikit pembahasan mengenai penciptaan suasana keluarga sebagai pendidikan iman dalam keluarga. Menciptakan suasana dalam keluarga yang harmonis, saling mengasihi, saling membantu masih perlu diperdalam kembali. Kesadaran orang tua akan hal ini masih perlu ditingkatkan. Adapun faktor pendukung dan faktor penghambat berasal dari dalam dan luar diri. Faktor pendukung dari dalam diri yakni semangat anak dan orang tua

98 79 dalam melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga. Faktor pendukung dari luar adalah adanya kegiatan rohani untuk anak-anak baik di Gereja, lingkungan atau di sekolah, seperti bina iman, misa sekolah dan retret yang mendukung orang tua dalam melaksanakan pendidikan iman anak dalam keluarga. Faktor kedua adalah adanya sarana yang mendukung bagi keluarga untuk berdoa, seperti bukubuku doa dan Kitab Suci. Faktor penghambat dari dalam bagi sebagian orang tua adalah rasa malas. Kurangnya pengetahuan orang tua dalam hal beriman juga menjadi penghambat untuk melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga. KWI (2011:15-18) menegaskan bahwa keluarga adalah Gereja rumah-tangga. Berkat Sakramen Baptis, suami-istri menerima dan memiliki tiga martabat Kristus, yakni martabat kenabian, imamat, dan rajawi. Orang tua tidak hanya memiliki tugas untuk menciptakan keluarga yang mapan, mampu dalam hal ekonomi, namun dalam hal iman juga. Tugas ini harus dilaksanakan oleh kedua orang tua, dengan demikian diperlukan kerja sama dari orang tua untuk menciptakan keluarga yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Berdasarkan hasil wawancara orang tua masih merasakan hambatan dari dalam diri salah satunya ada orang tua yang belum kompak sehingga salah satu saja yang berjuang untuk membantu anak dalam perkembangan imannya. Faktor penghambat dari luar adalah adanya kesibukan orang tua dalam bekerja dan kesibukan anak dalam belajar dan alat elektronik seperti televisi, internet dan game yang sangat disukai oleh anak-anak sehingga mengurangi minat

99 80 anak dalam kegiatan beriman. Selain itu, kegiatan di luar terkadang menjadi kendala untuk melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua, penulis melihat bahwa sebagian orang tua belum puas dengan pendidikan iman yang sudah dilaksanakan. Beberapa menyampaikan bahwa orang tua seringkali kesulitan untuk mengatasi rasa malas untuk melaksanakan pendidikan iman. Orang tua menyadari bahwa pendidikan iman dapat dilakukan dengan tindakan yang sederhana seperti berdoa bersama, namun karena terdapat rasa malas, maka orang tua terkadang kurang menyempatkan waktu. Hasil dari wawancara akan dibandingkan dengan hasil pengisian angket. Berdasarkan wawancara, penulis mendapatkan data mengenai bentuk pendidikan iman anak dalam keluarga yang sudah dilaksanakan oleh orang tua. Hasil ini dibandingkan dengan hasil angket. Melalui pernyataan 1 sampai 10, penulis mengetahui sejauh mana perkembangan iman anak. Melalui pernyataan 11sampai 25 penulis mengetahui faktor pendukung perkembangan iman anak. Faktor-faktor ini dibandingkan dengan faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh orang tua dalam melaksanakan pendidikan iman dalam kelaurga. b. Pembahasan Hasil Penelitian melalui Penyebaran Angket terhadap Anak Usia 9 sampai 11 tahun di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana 1) Buah-Buah Perkembangan Iman Anak Buah-buah perkembangan iman mencakup empat hal, yakni pengetahuan iman anak berkembang, anak semakin merasakan kehadiran Allah melalui keluarga, anak mampu mengungkapkan imannya, dan anak mampu mencintai

100 81 sesama. Buah perkembangan iman yang pertama adalah pengetahuan iman anak berkembang. Hasil pengisian angket pada pernyataan pertama dan kedua menunjukkan hasil yang positif yakni 81,8% anak selalu dan sering menyadari bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan masing-masing dan 79,5% anak selalu dan sering berpikir bahwa menolong sesama adalah hal yang baik. Hal ini menunjukkan pengetahuan iman anak sudah berkembang. Buah perkembangan iman yang kedua adalah anak merasakan kehadiran Allah melalui keluarga. Pernyataan tiga dan empat menunjukkan hasil yang positif karena terdapat 56,8% anak yang selalu dan sering merasakan Tuhan hadir dalam keluarga melalui doa bersama. Kemudian, sebanyak 100% anak selalu dan sering merasa bahagia ketika berkumpul dengan keluarga. Anak sudah merasakan kehadiran Allah melalui keluarga. Buah perkembangan iman yang ketiga adalah anak mampu mengungkapkan imannya. KWI (2011:32) menyampaikan bahwa secara bertahap sesuai dengan perkembangan umur dan pemahamannya, anak-anak perlu didorong untuk mengungkapkan isi hati secara spontan dalam berdoa. Menurut hasil pengisian angket, kebiasaan anak untuk mendoakan keluarga yang sakit masih perlu ditingkatkan. Namun demikian, anak sudah mampu untuk berterima kasih kepada Tuhan melalui doa dan berdoa dengan sepenuh hati. Buah perkembangan iman yang keempat adalah anak mampu mencintai sesama. Salah satu hal yang sangat penting yang dapat diberikan oleh orang tua adalah cinta kasih. Jika anak-anak besar dalam cinta kasih, maka anak-anak dapat menanggapi, memahami dan memberikan cinta kasih kepada orang lain (Cooke,

101 :14). Berdasarkan hasil pengisian angket diketahui bahwa anak sudah mampu mencintai sesama dengan menyayangi keluarga, membantu anggota keluarga yang kesulitan, serta memaafkan anggota keluarga yang berbuat salah. 2) Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Iman Anak Untuk mendukung perkembangan iman anak, orangtua hendaknya membantu anak-anak agar mereka memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah insan yang berpotensi, karena telah dianugerahi berbagai talenta oleh Sang Pencipta sendiri (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:12). Anak dapat diyakinkan oleh orang tua bahwa ia ciptaan Allah yang memiliki talenta. Iman anak-anak hanya berkembang bila mereka hidup bersama dengan orangtua dan orang-orang dewasa yang sungguh beriman. Sebagai insan yang masih belia anak-anak memerlukan teladan iman dari kedua orangtua dan orangorang dewasa yang lain (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:12). Berdasarkan pengisian angket, kenyataan menunjukkan bahwa anak telah melihat orang tua rajin berdoa dan diajak untuk mengikuti perayaan Ekaristi. Namun kenyataan yang negatif adalah masih ada anak yang kadang-kadang dan tidak pernah diajak untuk berziarah ke Gua Maria. Kecuali memberikan teladan iman kepada anak, orang tua juga perlu menciptakan rasa aman kepada anak untuk menyatakan kekagumannya dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan tentang segala hal (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:12). Hasil pengisian angket menunjukkan jumlah yang seimbang di mana sebagian anak merasa berani untuk bertanya kepada orang tua mengenai Tuhan Yesus, tetapi sebagian merasa takut.

102 83 Perkembangan iman mengantar setiap anak semakin dekat dengan Allah. Kedekatan anak dengan Sang Pencipta itu dapat dipacu bila ia dibantu secara bertahap untuk lebih dahulu menghargai dan mencintai ciptaan-nya, yakni alam semesta beserta isinya, terutama makhluk-makhluk hidup, dengan manusia sebagai puncaknya (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:12). Pilihan anak menunjukkan hasil yang positif karena terdapat 75% anak yang mengalami bahwa orang tua selalu dan sering mengajarkan untuk merawat alam sekitar dan 59,1% anak memilih selalu dan sering merasakan orang tua mengajaknya untuk memanfaatkan alam sesuai dengan kebutuhan. Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto menyampaikan bahwa selain teladan dari orang tua, suasana yang baik dalam keluarga juga menjadi faktor pendukung perkembangan iman anak. Suasana yang baik dapat diwujudkan antara lain dengan sikap dan perilaku semua anggota keluarga yang penuh kasih sayang dan keakraban (2007:15-16). Pernyataan 18 dan 19 menunjukkan suasana yang baik tercipta dalam keluarga yakni orang tua yang rukun dan bersikap adil terhadap anak-anak. Dalam hal pengajaran iman, hasil pernyataan 20, 21 dan 23 menunjukkan hasil yang positif. Anak sudah merasakan diajarkan cara berdoa yang baik oleh orang tua, anak didampingi pada saat persiapan dan pelaksanaan penerimaan komuni pertama. Hasil negatif pada pernyataan 22 menunjukkan bahwa pengajaran iman mengenai Santo-Santa belum ditekankan oleh orang tua. Komunikasi antara semua anggota keluarga merupakan faktor pendukung perkembangan iman yang tak tergantikan. Hal-hal yang dikomunikasikan tidak

103 84 perlu selalu langsung mengenai iman, tetapi isi komunikasi itu sebaiknya dapat memperluas wawasan iman dan menjadi sumber inspirasi iman (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:16). Pernyataan 24 dan 25 menunjukkan komunikasi anak dengan orang tua terjalin dengan baik. Sebanyak 63,6% anak mengalami selalu dan sering diberi kebebasan oleh orang tua untuk menyampaikan pendapat Meskipun demikian, orang tua perlu meningkatkan perhatian dalam memberi kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan berbicara kepada anak dengan penuh kasih sayang. 4. Kesimpulan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara, penulis menyimpulkan bahwa orang tua Kristiani yang diwawancara sudah mengetahui pengertian, tujuan dan alasan pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga. Orang tua telah melaksanakan pendidikan iman anak dalam keluarga dalam berbagai bentuk, yakni doa bersama, pengajaran, teladan orang tua, dan dukungan kepada anak untuk aktif dalam kegiatan Gereja. Dari banyaknya pendidikan iman yang sudah dilaksanakan, bentuk pendidikan dengan menciptakan suasana dalam keluarga yang penuh kasih sayang masih perlu ditingkatkan. Faktor pendukung dari dalam yang penting adalah semangat dari orang tua dan anak untuk melaksanakan pendidikan iman anak dalam keluarga. Faktor dari luar adalah adanya kegiatan baik di sekolah dan Gereja yang mendukung pendidikan iman dalam keluarga. Faktor penghambat dari dalam diri adalah rasa malas dan perbedaan pandangan antara pasangan suami istri mengenai pendidikan

104 85 iman dalam keluarga. Faktor penghambat dari luar adalah kesibukan orang tua dan faktor teknologi yang lebih menarik bagi anak. Hasil pengisian angket menunjukkan bahwa anak sudah mengalami buahbuah perkembangan iman anak. Pengetahuan iman anak sudah berkembang, anak merasakan kehadiran Allah dalam keluarga, anak mampu mengungkapkan imannya, dan mampu mencintai sesama. Faktor yang mempengaruhi perkembangan iman anak yakni adanya keyakinan dalam diri anak bahwa dirinya dianugerahi talenta oleh Allah, teladan iman dari orang tua, rasa aman untuk mengagumi dan bertanya, dorongan untuk mencintai alam beserta isinya, suasana dalam keluarga, pengajaran dari orang tua tentang iman, dan komunikasi dengan orang tua. Anak-anak sudah mengalami faktor-faktor tersebut. Namun demikian, hasil dari angket yang sebagian besar sudah positif, masih mempunyai kemungkinan bahwa ada anak yang belum sepenuhnya menjawab sesuai dengan kenyataan yang dirasakan. Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana telah dilaksanakan dengan berbagai bentuk. Meskipun begitu, sebagian orang tua masih merasa belum puas dalam melaksanakan pendidikan iman. Beberapa orang tua masih kesulitan untuk mengatasi faktor-faktor penghambat dalam melaksanakan pendidikan iman anak. Kemudian, orang tua masih perlu menyadari pentingnya penciptaan suasana yang penuh cinta kasih di dalam keluarga. Dengan demikian, orang tua dapat meningkatkan pendidikan iman dengan menciptakan suasana dalam keluarga yang penuh kasih sayang, memberi teladan iman, menumbuhkan

105 86 rasa aman kepada anak untuk mengagumi dan bertanya, pengajaran iman dari orang tua dan komunikasi orang tua dengan anak. Orang tua perlu memanfaatkan waktu dengan lebih baik untuk melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga sehingga dapat membantu anak untuk mengembangkan imannya.

106 BAB IV UPAYA MENINGKATKAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA BAGI PERKEMBANGAN IMAN ANAK MELALUI REKOLEKSI KELUARGA Pada bab III telah dibahas mengenai gambaran umum di Paroki Kristus Raja Cigugur dan Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana, rencana penelitian, serta hasil penelitian. Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, penulis hendak menyampaikan usulan kegiatan sebagai upaya meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga bagi perkembangan iman anak di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Bab IV merupakan jawaban terhadap hasil penelitian. Untuk menjawab masalah tersebut, penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi keluarga bagi orang tua yang memiliki anak usia 9 sampai 11 tahun. Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan pemikiran dasar kegiatan, bagian kedua berupa usulan kegiatan dan bagian ketiga menyampaikan contoh persiapan rekoleksi keluarga. A. Pemikiran Dasar Kegiatan Hasil penelitian melalui angket dan wawancara menunjukkan bahwa orang tua Katolik di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana sudah mengetahui pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga. Orang tua sudah melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga sesuai dengan kemampuan mereka. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu untuk lebih didalami orang tua supaya dapat meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman. Hal yang pertama adalah

107 88 kesadaran bahwa pendidikan iman dalam keluarga merupakan tanggung jawab seluruh anggota keluarga, terutama orang tua. Beberapa orang tua dalam wawancara menyampaikan bahwa pasangannya kurang aktif dalam mengikuti kegiatan menggereja. Salah satu orang tua menyatakan bahwa iman lebih penting dihayati dalam hati masing-masing. Pandangan ini menimbulkan kurangnya kekompakan orang tua dalam mendidik iman anak. Hal kedua adalah menciptakan suasana keluarga yang sungguh Katolik. Hasil pengisian angket menunjukkan bahwa sebagian anak sudah merasa aman untuk mengagumi dan bertanya, sedangkan sebagian masih merasa tidak aman untuk mengagumi dan bertanya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua perlu meningkatkan usaha untuk menciptakan suasana dalam keluarga yang membuat anak merasa aman. Dasar dalam hidup keluarga adalah cinta kasih. Dengan demikian, segala hal yang dilaksanakan dalam keluarga harus didasari oleh cinta kasih. Hal ini perlu didalami oleh orang tua sebagai pendidik iman. Menciptakan suasana dalam keluarga yang saling mengasihi menjadi tujuan yang ingin dicapai. Hal yang ketiga adalah teladan iman. Teladan iman yang ditunjukkan oleh orang tua dapat mempengaruhi iman anak. Maka orang tua tidak hanya cukup memberikan nasehat kepada anak, tetapi perlu memberikan contoh konkret kepada anak. Hal keempat adalah pengajaran mengenai iman. Hasil angket menunjukkan bahwa orang tua masih kurang memberikan pengajaran iman kepada anak, seperti menceritakan kisah Santo-Santa. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai iman.

108 89 Rekoleksi perlu dilaksanakan sebagai upaya membantu orang tua untuk saling berbagi pengalaman dalam mendidik iman anak. Hal ini mendesak karena hasil penelitian menunjukkan bahwa kesibukan orang tua dan rasa malas menjadi faktor penghambat yang paling banyak dialami oleh orang tua. Sebagian orang tua juga belum menyadari sepenuhnya cara pendidikan iman yang seharusnya dilakukan. Mangunhardjana (1985: 20) menyampaikan bahwa berkat rekoleksi kita mengenal situasi diri dan hidup kita dalam perkara tertentu, sebagai hasil karya Allah dan tanggapan kita terhadap-nya. Melalui rekoleksi, orang tua dapat meluangkan waktu sejenak untuk melihat kembali pengalaman dalam melaksanakan pendidikan iman. Orang tua dapat mengenal situasi dalam keluarga dengan mengingat kembali suasana yang ada dalam keluarga. Kemudian orang tua berbagi dengan keluarga lain mengenai pengalaman dalam mendidik iman anak dan suasana yang selama ini terbangun dalam keluarga. Selain berbagi pengalaman, orang tua dapat menyadari bahwa cinta kasih adalah dasar dalam hidup keluarga dengan mendalami ajaran Gereja mengenai pendidikan iman anak. Dengan demikian, orang tua dapat menentukan sikap dan tindakan yang hendak dilakukan untuk mewujudkan keluarga yang sungguh Katolik. B. Usulan Kegiatan Dalam membuat usulan kegiatan, penulis menyusun langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam rekoleksi. Hal ini dapat membantu pelaksanaan rekoleksi untuk membantu keluarga dalam meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga bagi perkembangan iman anak.

109 90 1. Tema Membangun Keluarga yang Semakin Kristiani Kegiatan rekoleksi keluarga ini mengangkat tema Membangun Keluarga yang Semakin Kristiani. Tema ini diambil untuk membantu orang tua memahami gambaran keluarga Kristiani. Orang tua dapat melihat kembali pengalaman dalam mendidik iman anak dan menyadari apakah keluarganya sudah menjadi keluarga Kristiani yang sesungguhnya. Dengan demikian, orang tua dapat bekerjasama untuk mewujudkan keluarga yang semakin Kristiani. 2. Tujuan a. Peserta menyadari suasana dalam keluarganya. b. Peserta memahami gambaran Keluarga yang sungguh Kristiani. c. Peserta mampu merencanakan suatu aksi dalam keluarga untuk mewujudkan suasana keluarga yang semakin Kristiani. 3. Peserta Peserta rekoleksi adalah pasangan suami-istri di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana yang mempunyai anak usia 9 sampai 11 tahun. 4. Tempat dan Waktu a. Tempat : Aula Gereja Maria Putri Murni Sejati Cisantana b. Waktu : Hari Minggu pukul wib. 5. Bentuk Rekoleksi Rekoleksi dilaksanakan dalam bentuk sharing pengalaman dari orang tua, menonton film atau video inspiratif, penyampaian materi, penyusunan niat

110 91 bersama, serta ibadat. Rekoleksi dilaksanakan dalam suasana yang santai supaya orang tua dapat berbagi pengalaman dengan bebas. Penayangan film atau video serta penyampaian materi merupakan sarana sebagai peneguhan atas pengalaman orang tua. Pengalaman orang tua merupakan materi pokok dalam rekoleksi yang dibagikan dan diolah bersama-sama. Pada akhir pertemuan orang tua membuat niat untuk mewujudkan suasana keluarga yang Kristiani. Niat-niat dipersembahkan dalam doa bersama dengan diteguhkan oleh bacaan Kitab Suci. 6. Metode Rekoleksi Metode yang dilaksanakan adalah metode sharing, penayangan film atau video, penyampaian materi serta ibadat. 7. Sarana a. Perlengkapan berupa laptop, viewer, speaker, wireless dan kabel rol b. Kitab Suci, teks lagu, kertas flep, spidol c. Perlengkapan Ibadat 8. Tim Pendamping keluarga. Rekoleksi dipandu oleh tim dari paroki atau stasi yang menangani bidang 9. Susunan Acara Tabel 15. Susunan Acara Rekoleksi Keluarga No Waktu Acara Petugas Keterangan Pembuka

111 Doa Pembukaan Pendamping Pendamping mengajak peserta untuk memulai rekoleksi dengan berdoa Perkenalan Pendamping dan peserta Pendamping dan peserta saling memperkenalkan diri Pengantar Pendamping Pendamping menyampaikan tema, tujuan serta proses yang akan dilaksanakan selama rekoleksi. Sesi I: Gambaran Keluargaku Penayangan video Pendamping Orang tua menyaksikan tentang suasana video. dalam keluarga Kristiani Sharing dalam Pendamping Pendamping membagi kelompok peserta ke dalam kelompok untuk mensharingkan kesan terhadap video, pendapat orang tua mengenai gambaran Keluarga yang sungguh Kristiani, serta mensharingkan suasana yang dialami dalam keluarga masingmasing.

112 Pleno Peserta Perwakilan kelompok menyampaikan hasil sharing dalam kelompok. Pendamping menuliskan hasil sharing kelompok dan menampilkan hasil dalam power point Kesimpulan Sharing Pendamping Pendamping menyampaikan kesimpulan berdasarkan sharing yang disampaikan peserta. Sesi II: Keluarga yang Sungguh Kristiani Penyampaian Materi Pendamping Pendamping mengajak peserta untuk mengamati beberapa gambar. Peserta menyampaikan tanggapannya terhadap gambar tersebut. Kemudian, pendamping menyampaikan materi tentang Keluarga yang sungguh Kristiani Tanggapan dan Peserta dan Peserta mendapatkan tanya jawab pendamping kesempatan untuk memberikan tanggapan maupun pertanyaan terhadap materi yang

113 94 disampaikan Makan siang Sesi III: Membangun Keluarga yang Semakin Kristiani Aksi Konkret Peserta Peserta diajak merefleksikan pengalaman berdasarkan materi yang disampaikan, lalu merencanakan aksi untuk mewujudkan suasana keluarga yang semakin Kristiani. Peserta menuliskan niat dalam kertas yang sudah disediakan Sharing mengenai Peserta Beberapa orang tua aksi konkret yang menyampaikan niat akan dilaksanakan. yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan suasana keluarga yang semakin Kristiani. Penutup Ibadat Penutup Pendamping Dalam Ibadat Penutup dan Peserta peserta diajak untuk merenungkan kembali seluruh proses rekoleksi. Peserta dipersilahkan untuk mempersembahkan niat-

114 Evaluasi dan ucapan terima kasih Pendamping dan Peserta niat dalam doa permohonan. Peserta menyampaikan kesan, pesan serta usulan mengenai rekoleksi yang telah dilaksanakan.

115 96 Tabel 16. Matrik Program Rekoleksi 10. Matrik Program Rekoleksi Tema : Membangun Keluarga yang Semakin Kristiani Tujuan : a. Peserta menyadari suasana dalam keluarganya. b. Peserta memahami gambaran Keluarga yang sungguh Kristiani. c. Peserta mampu merencanakan suatu aksi dalam keluarga untuk mewujudkan suasana keluarga yang semakin Kristiani. No. Acara Tujuan Kegiatan Materi Metode Sarana Sumber Bahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Pembukaan Pendamping dan Informasi a. Mic a. Pengalaman peserta dapat b. Laptop b. Power point saling mengenal c. Viewer tentang tujuan dan mengetahui rekoleksi tujuan dari rekoleksi. 2. Sesi I: Gambaran Peserta menyadari a. Pengalaman a. Penayangan a. Laptop a. Pengalaman Keluargaku suasana dalam peserta video b. Viewer b. Video

116 97 3. Sesi II: Keluarga yang Sungguh Kristiani keluarganya. Peserta memahami gambaran Keluarga yang sungguh Kristiani. mengenai suasana dalam keluarga a. Keluarga adalah Gereja Rumah- Tangga b.keluarga sebagai sel terkecil dalam masyarakat c. Cara mewujudkan suasana keluarga yang sungguh Kristiani b. Sharing c. Informasi a. Penampilan gambar b. Informasi c. Tanya jawab c. Speaker Keluarga Kristiani a. Laptop b. Viewer a. Gambar keluarga Kristiani b. Power point tentang Keluarga yang sungguh Kristiani. c. Konferensi Waligereja Indonesia. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor. d. Yohanes Paulus II. (1981). Familiaris Consortio. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI.

117 98 4. Sesi III: Membangun Peserta mampu Keluarga yang Semakin Kristiani merencanakapn suatu aksi dalam keluarga untuk mewujudkan suasana keluarga yang semakin Kristiani. 5. Penutup Peserta merefleksikan kembali proses rekoleksi dan a. Pendalaman pengalaman peserta dalam membangun keluarga yang semakin Kristiani a. Diskusi b. Sharing a. Ibadat b. Sharing a. Kertas Flep b. Spidol a. Perlengkapan Ibadat b. Kitab Suci c. Teks lagu e. Soerjanto, Al & M. Widiastoeti Soerjanto. (2007). Pendidikan Anak-anak dalam Keluarga Katolik. Keuskupan Agung Semarang: Komisi Pendampingan Keluarga. Pengalaman Peserta a. Kitab Suci Ef 6:1-9

118 99 menyampaikan niat-niat dalam doa permohonan. d. Lembar Evaluasi

119 Contoh Persiapan Rekoleksi Keluarga Sesi II 1. Pemikiran Dasar Berdasarkan sharing dalam sesi I, orang tua saling berbagi pendapat mengenai gambaran Keluarga yang sungguh Kristiani. Orang tua juga sudah membagikan pengalamannya mengenai suasana dalam keluarga yang selama ini dialami. Pengalaman yang sudah dialami dibandingkan dengan gambaran yang dibayangkan oleh orang tua. Pada sesi ini orang tua diajak untuk memahami ajaran Gereja mengenai gambaran keluarga yang sungguh Kristiani. Dengan demikian, orang tua dapat membandingkan suasana keluarga yang selama ini terbangun dengan ajaran yang disampaikan oleh Gereja dan menyadari keadaan yang sebenarnya terjadi di dalam keluarga. Orang tua diajak untuk mewujudkan gambaran keluarga Kristiani berdasarkan ajaran Gereja. Perbandingan antara pengalaman dengan ajaran Gereja dapat membantu orang tua untuk mewujudkan gambaran keluarga yang semakin Kristiani dengan menciptakan suasana keluarga yang dijiwai cinta kasih. Melalui sesi ini diharapkan orang tua dapat semakin menyadari harapan Gereja terhadap keluarga agar menjadi keluarga yang sungguh Kristiani. 2. Tujuan Sesi II Peserta memahami gambaran Keluarga yang sungguh Kristiani. 3. Materi Penyampaian materi Power Point tentang Keluarga yang sungguh Kristiani.

120 Sumber Bahan a. Gambar keluarga Kristiani b. Power point tentang Keluarga yang sungguh Kristiani. c. Konferensi Waligereja Indonesia. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor. d. Yohanes Paulus II. (1981). Familiaris Consortio. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. e. Soerjanto, Al & M. Widiastoeti Soerjanto. (2007). Pendidikan Anak-anak dalam Keluarga Katolik. Keuskupan Agung Semarang: Komisi Pendampingan Keluarga. 5. Metode a. Penampilan gambar b. Informasi c. Tanya jawab 6. Sarana Viewer 7. Langkah-langkah Sesi II: Keluarga yang Sungguh Kristiani a. Pengantar Bapak/Ibu yang terkasih, Bapak Ibu telah bersama-sama membagikan pendapat mengenai gambaran keluarga Kristiani serta membagikan pengalaman mengenai suasana yang dirasakan dalam keluarga. Bapak Ibu menyadari bahwa terdapat perbedaan antara gambaran yang dipikirkan dengan pengalaman yang dialami dalam keluarga. Maka pada kesempatan ini, kita bersama-sama akan mendalami ajaran Gereja mengenai keluarga yang sungguh Kristiani. Harapannya setelah mendalami ajaran Gereja, Bapak/Ibu semakin yakin dan berusaha untuk mewujudkan keluarga Bapak/Ibu sesuai dengan harapan Gereja.

121 102 b. Penampilan Gambar Suasana Keluarga Kristiani 1) Pendamping menampilkan beberapa gambar mengenai suasana dalam keluarga Kristiani. a) Gambar 1 menunjukkan seorang Ibu yang mencium anaknya dengan penuh kasih sayang. b) Gambar 2 adalah gambar kebersamaan dalam keluarga ketika berdoa di depan Gua Maria. c) Gambar 3 adalah gambar pada saat orang tua mendampingi anak dalam perayaan Ekaristi.

122 103 d) Gambar 4 adalah gambar sebuah keluarga yang menunjukkan kebersamaan antara orang tua dan anak. e) Gambar 5 adalah gambar sebuah keluarga yang sedang berdoa Rosario bersama-sama. f) Gambar 6 menunjukkan suasana pada saat orang tua mendampingi anak dalam Ekaristi anak. 2) Pendamping memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan tanggapannya terhadap gambar-gambar yang ditampilkan.

123 104 3) Pendamping menyimpulkan tanggapan peserta terhadap gambar yang ditampilkan dan menyambungkan dengan materi Keluarga yang sungguh Kristiani. c. Materi mengenai Keluarga yang Sungguh Kristiani 1) Keluarga adalah Gereja Rumah-Tangga KWI (2011:15-18) menyatakan bahwa keluarga adalah sungguh-sungguh Gereja rumah-tangga karena mengambil bagian dalam lima tugas Gereja yakni dalam bidang persekutuan, liturgi, pewartaan injil, pelayanan, serta kesaksian iman. Pada dasarnya, tugas ini merupakan tugas seluruh umat Kristiani. Maka, sebagai umat Kristiani orang tua ikut melaksanakan tugas ini dalam hidup keluarga. a) Persekutuan (Koinônia) Ciri pokok dari persekutuan suami-isteri adalah hidup bersama berdasarkan iman dan cinta-kasih serta kesediaan untuk saling mengembangkan pribadi satu sama lain (KWI, 2011:15-16). Cinta kasih merupakan kekuatan keluarga yang utama karena tanpa cinta-kasih keluarga tidak dapat hidup, berkembang atau menyempurnakan diri sebagai persekutuan pribadi-pribadi (FC art.18). Persekutuan dalam keluarga akan terwujud dan makin sempurna berkat semangat berkorban yang besar, sikap terbuka dan murah hati, untuk memberi pengertian, bertenggang rasa, saling mengampuni dan saling berdamai (FC art. 21). Persekutuan dalam keluarga juga dapat diwujudkan dengan menciptakan

124 105 saat-saat bersama, doa bersama, kesetiaan dalam suka dan duka, untung dan malang, ketika sehat maupun sakit. b) Liturgi (Leiturgia) Melalui Sakramen pernikahan, keluarga Katolik dipanggil untuk dikuduskan dan untuk menguduskan jemaat gerejawi serta dunia. Melalui sakramen-sakramen dan hidup doa, keluarga bertemu dan berdialog dengan Allah. Suami-istri mempunyai tanggungjawab membangun kesejahteraan rohani dan jasmani keluarganya, dengan doa dan karya. Kegiatan rohani dalam keluarga dapat dilakukan dalam bentuk Ekaristi bersama di Gereja, doa bersama dalam keluarga pada saat tertentu, seperti saat ulang tahun, mendoakan keluarga yang sudah meninggal, dan lain sebagainya. Kemudian bisa diadakan Ekaristi maupun ibadat dalam keluarga untuk memperingati perayaan khusus. c) Pewartaan Injil (Kerygma) Keluarga mengambil bagian dalam tugas Gereja untuk mewartakan Injil. Tugas itu dilaksanakan terutama dengan mendengarkan, menghayati, melaksanakan, dan mewartakan Sabda Allah (DV art. 1). Pewartaan Injil dalam keluarga dapat dilaksanakan dengan membaca Kitab Suci dan mendalaminya bersama-sama. Kemudian anak dan orangtua saling menyampaikan pesan yang didapatkan dari bacaan Kitab Suci. Selain membaca dan mendalami Kitab Suci, keluarga juga berusaha mewujudkan pesan Kitab Suci dengan bertindak baik terhadap sesama. Dan orang seperti itu menjadi pewarta Injil bagi banyak keluarga lain dan bagi lingkungan di sekitarnya (EN art. 71).

125 106 d) Pelayanan (Diakonia) Dijiwai oleh cinta-kasih dan semangat pelayanan, keluarga katolik menyediakan diri untuk melayani setiap orang sebagai pribadi dan anak Allah (FC art. 64). Pelayanan keluarga hendaknya bertujuan memberdayakan mereka yang dilayani, sehingga mereka dapat mandiri. Cinta kasih pun menjangkau lebih luas dari kalangan sesama yang seiman, karena setiap orang saudara atau saudariku. Sikap pelayanan dalam keluarga dapat diwujudkan dengan memberi perhatian kepada keluarga atau sesama yang lemah, mengalami kesulitan, bahkan yang mengalami ketidakadilan. Teladan orang tua dalam memberi perhatian dan bantuan kepada orang yang membutuhkan dapat menjadi pelajaran bagi anak untuk selalu membantu sesama yang membutuhkan tanpa membeda-bedakan. e) Kesaksian Iman (Martyria) Keluarga hendaknya berani memberi kesaksian imannya dengan perkataan maupun tindakan serta siap menanggung resiko yang muncul dari imannya itu. Kesaksian iman itu diungkapkan dengan berani menyatakan kebenaran, bersikap kritis terhadap berbagai ketidakadilan dan tindak kekerasan yang merendahkan martabat manusia serta merugikan masyarakat umum (KWI, 2011:17-18). 2) Keluarga sebagai Sel Terkecil dalam Masyarakat Menurut para Bapa Sinode, keluarga menjadi tempat asal dan upaya paling efektif untuk memanusiakan dan mempribadikan masyarakat (FC art. 43). Oleh karena itu, keluarga Katolik diharapkan dapat menyumbangkan keutamaankeutamaan dan nilai-nilai Katolik yang dimiliki dan dihayatinya. Anggota

126 107 keluarga diharapkan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan dalam masyarakat dan menunjukkan nilai-nilai Katolik yang dimiliki dan dihayatinya. Melalui keterlibatan mereka dapat tercipta masyarakat yang manusiawi dan rukun. 3) Cara Mewujudkan Suasana Keluarga yang Sungguh Kristiani a) Orang tua Meyakinkan Anak bahwa Ia dianugerahi Allah berbagai talenta Sebagai citra Allah, setiap manusia dianugerahi talenta yang beragam. Maka, setiap anak juga memiliki talenta yang khas dalam dirinya. Sangat penting bagi anak untuk menyadari bahwa ia juga dianugerahi talenta oleh Allah. Untuk mendukung perkembangan iman anak, orangtua hendaknya membantu anak-anak, agar mereka memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah insan yang berpotensi, karena telah dianugerahi berbagai talenta oleh Sang Pencipta sendiri (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:12). Dengan keyakinan ini, anak akan terbantu untuk mensyukuri anugerah yang dirasakannya dan bisa melihat Allah sebagai Allah yang Pengasih. Keyakinan dalam diri anak akan membantu mereka untuk mendalami imannya kepada Allah dan memperkembangkan imannya. b) Orang tua Menunjukkan Teladan Iman Iman anak-anak hanya berkembang bila mereka hidup bersama dengan orangtua dan orang-orang dewasa yang sungguh beriman. Sebagai insan yang masih belia anak-anak memerlukan teladan iman dari kedua orangtua dan orangorang dewasa yang lain (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:12).

127 108 c) Orang tua Memberi Rasa Aman kepada Anak untuk Mengagumi dan Bertanya Melalui perkembangan imannya, seorang anak berkembang mendekati kebaikan dan kebenaran. Kebaikan dan kebenaran itu dapat dicapainya bila ia lebih dahulu boleh mengagumi segala sesuatu yang dilihatnya. Kekaguman itu kemudian akan berlanjut pada tampilnya aneka pertanyaan jujur, yang menuntunnya menuju kebenaran. Karena itu, bagi setiap anak haruslah diusahakan adanya rasa aman untuk menyatakan kekagumannya dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan tentang segala hal. Orang tua dan orang-orang dewasa yang lain hendaknya memelihara rasa aman itu bagi semua anak (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:12). d) Orang tua Mendorongan Anak untuk Mencintai Alam Beserta Segala Isinya Perkembangan iman mengantar setiap anak semakin dekat dengan Allah. Kedekatan anak dengan Sang Pencipta itu dapat dipacu bila ia dibantu secara bertahap untuk lebih dahulu menghargai dan mencintai ciptaan-nya, yakni alam semesta beserta isinya, terutama makhluk-makhluk hidup, dengan manusia sebagai puncaknya (Soerjanto & Widiastoeti Soerjanto, 2007:12). d. Tanggapan dan tanya jawab Bapak Ibu, kita bersama-sama telah mendalami ajaran Gereja mengenai keluarga yang Sungguh Kristiani dan cara mewujudkan Keluarga Kristiani. Sebelum kita melanjutkan sharing, marilah kita berdiam diri sejenak untuk mendalami materi yang sudah kita pelajari bersama. Silahkan Bapak Ibu mengingat kembali hal-hal yang baru saja kita bahas.

128 109 1) Berdasarkan materi yang disampaikan, apa yang menjadi kriteria Keluarga yang sungguh Kristiani? 2) Apakah selama ini keluarga Bapak/Ibu sudah benar-benar menjadi keluarga yang Kristiani? Mengapa? Setelah merenung sejenak, silahkan Bapak Ibu menyampaikan tanggapan, hasil permenungan maupun pertanyaan terhadap materi yang sudah kita dalami. b. Sharing Pendamping mendengarkan sharing maupun pertanyaan dari peserta. Apabila ada pertanyaan, pendamping menjawab atau memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan.

129 BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian pertama akan membahas kesimpulan berdasarkan rumusan permasalahan. Kemudian bagian dua membahas saran untuk beberapa pihak demi pelaksanaan pendidikan iman dalam keluarga yang lebih baik. A. Kesimpulan Pendidikan iman dalam keluarga merupakan segala kegiatan apapun, yang dilakukan dalam keluarga demi perkembangan iman anak dan perkembangan keluarga itu sendiri. Pelaku pendidikan iman dalam keluarga adalah seluruh anggota keluarga. Anak dan orang tua dapat saling memberikan kesaksian iman sehingga terwujud pendidikan iman dalam keluarga. Kegiatan keluarga dalam bentuk doa bersama, pengajaran tentang Yesus, pengajaran tentang Gereja maupun sikap yang baik kepada orang lain merupakan bentuk konkret dalam pendidikan iman dalam keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan iman dalam keluarga di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana telah dilaksanakan. Meskipun begitu, sebagian orang tua masih merasa belum puas terhadap pelaksanaan pendidikan iman. Orang tua masih kesulitan untuk mengatasi faktor-faktor penghambat dari dalam maupun luar diri seperti rasa malas, perbedaan pandangan antara suamiistri, kesibukan dalam bekerja, dan alat elektronik. Oleh karena itu, orang tua masih perlu meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman dalam keluarga dengan memberi teladan iman, menumbuhkan rasa aman kepada anak untuk mengagumi

130 111 dan bertanya, pengajaran iman dari orang tua dan komunikasi orang tua dengan anak. Orang tua perlu memanfaatkan waktu dengan lebih baik untuk melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga sehingga dapat membantu anak untuk mengembangkan imannya. Rekoleksi perlu dilaksanakan sebagai upaya membantu orang tua untuk saling berbagi pengalaman dalam mendidik iman anak. Melalui rekoleksi, orang tua dapat meluangkan waktu sejenak untuk melihat kembali pengalaman dalam melaksanakan pendidikan iman. Orang tua dapat mengenal situasi dalam keluarga dengan mengingat kembali suasana yang ada dalam keluarga. Selain berbagi pengalaman, orang tua dapat menyadari bahwa cinta kasih adalah dasar dalam hidup keluarga dengan mendalami ajaran Gereja mengenai pendidikan iman anak. Dengan demikian, orang tua dapat menentukan sikap dan tindakan yang hendak dilakukan untuk mewujudkan keluarga yang sungguh Katolik. B. Saran Berdasarkan kenyataan yang terjadi, penulis menyampaikan saran kepada beberapa pihak sebagai upaya meningkatkan perlaksanaan pendidikan iman dalam keluarga di Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. 1. Bagi Orang tua, meningkatkan pendidikan iman dalam keluarga dengan berdoa bersama, melaksanakan pengajaran tentang iman kepada anak, memberikan teladan dalam berbuat baik kepada sesama, menciptakan suasana yang harmonis dalam keluarga, serta berkomunikasi dengan baik antara orang tua dengan anak.

131 Bagi pengurus lingkungan, mengupayakan kegiatan yang dapat mengikutsertakan anak-anak dalam kegiatan lingkungan, seperti doa lingkungan sehingga anak dapat terlibat aktif dalam kegiatan Gereja. 3. Bagi pengurus dewan Stasi, mengadakan kegiatan yang dapat membantu keluarga untuk saling berbagi pengalaman seperti rekoleksi. Dengan demikian, orang tua dapat berbagi pengalaman dan saling membantu ketika mengalami permasalahan. Selain itu melaksanakan kegiatan PIA untuk membantu anak dalam mengembangkan imannya. 4. Bagi pengurus dewan paroki, supaya mengupayakan kegiatan pelayanan bagi keluarga-keluarga dan anak-anak, baik dengan mengadakan seminar, rekoleksi, pendalaman iman maupun pertemuan keluarga.

132 DAFTAR PUSTAKA Basuki Nursananingrat, A. M. (1977). Umat Katolik Cigugur. Yogyakarta: Kanisius. Cooke, Bernard. (1972). Iman dan Keluarga-keluarga Kristen. Yogyakarta: Publikasi-Publikasi Puskat. Cremers, Agus. (1995). Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan. Yogyakarta: Kanisius. Driyarkara. (1980). Driyarkara tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Groome, Thomas H. (2010). Christian Religious Education-Pendidikan Agama Kristen (Daniel Stefanus, Penerjemah). Jakarta: Gunung Mulia. Heryatno Wono Wulung, FX. (2008). Buku Ajar Mahasiswa IPPAK USD.Pokok- Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Prodi IPPAK, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Heuken, Adolf. (1979). Bangunkanlah Kebahagiaan Keluargamu. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Iman Sukmana, C. (2014). Gereja Katolik Cigugur: Dinamika Historis Paroki Kristus Raja ( ). Yogyakarta: Kanisius. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta-Jakarta: Kanisius-Obor.. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. Mangunhardjana, A.M. (1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius. Paus Paulus VI. (1975). Evangelii Nuntiandi. (J. Hadiwikarta, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. Propinsi Gerejani. (1995). Katekismus Gereja Katolik (P. Herman Embuiru SVD, Penerjemah). Ende: Arnoldus. Pudjiono, V & M. L. Oetomo. (2007). Pendidikan Anak di Rumah di bidang Iman. Keuskupan Agung Semarang: Komisi Pendampingan Keluarga. Singgih D. Gunarsa. (1981). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

133 114 Soerjanto, Al & M. Widiastoeti Soerjanto. (2007). Pendidikan Anak-anak dalam Keluarga Katolik. Keuskupan Agung Semarang: Komisi Pendampingan Keluarga. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suhardiyanto, H.J. (2012). Pendidikan Iman Anak. Diktat Mata Kuliah PIA untuk Mahasiswa semester III. Prodi IPPAK, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Supriyati, Y. (2011). Pengantar Pendidikan. Diktat Mata Kuliah Pengantar Pendidikan untuk Mahasiswa semester I. Prodi IPPAK, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tim Pusat Pendampingan Keluarga Brayat Minulyo. (2007). Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius. Yohanes Paulus II. (1981). Familiaris Consortio. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. Zanzucchi, Anne Marie. (1986). My Child and God; Religious Education in the Family-Anakku dan Tuhan (H. Embuiru, Penerjemah). Flores: Arnoldus.

134 1 (1)

135 2 (2)

136 3 Lampiran 3: Surat Pemberitahuan Sudah Melaksanakan Penelitian (3)

137 4 Lampiran 4: Pedoman Wawancara kepada orang tua Nama : Usia : Lingkungan : Pekerjaan : 1. Menurut Bapak/Ibu, apakah arti pendidikan iman dalam keluarga? 2. Apakah tujuan dari pendidikan iman dalam keluarga? 3. Apakah pendidikan iman dalam keluarga itu penting? Mengapa? 4. Tindakan apa saja yang pernah Bapak/Ibu laksanakan sebagai bentuk pendidikan iman dalam keluarga? 5. Hal-hal apa saja yang mendukung Bapak/Ibu dalam melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga? 6. Hal-hal apa saja yang menjadi penghambat dalam melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga? (4)

138 5 Lampiran 5: Angket Nama :. Nama Orang tua :. Usia :. Nama Lingkungan :. I. Petunjuk Pengerjaan A. Sebelum mengerjakan soal di bawah ini mohon dibaca dengan teliti. B. Adik-adik diminta untuk mengisi setiap pernyataan yang ada sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman dengan memberi tanda centang( ) pada kolom yang tersedia. Sl : Selalu Sr : Sering Kk : Kadang-kadang TP: Tidak pernah Contoh: No. Pernyataan Sl Sr Kk TP Saya berdoa di Gereja C. Adik-adik langsung menjawab di lembar angket ini. D. Setiap pernyataan hanya perlu diisi satu jawaban ( ) saja. E. Terima kasih atas kesediaannya untuk mengisi angket ini. ^-^Selamat Mengerjakan^-^ (5)

139 6 II. Isilah pernyataan di bawah ini pada kolom yang telah disediakan! No. Pernyataan Sl Sr Kk TP Saya menyadari bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan masing-masing. 2. Saya berpikir bahwa menolong sesama adalah hal yang baik. 3. Saya merasakan Tuhan hadir dalam keluarga melalui doa bersama. 4. Saya merasa bahagia ketika berkumpul dengan keluarga. 5. Saya mendoakan anggota keluarga yang sedang sakit. 6. Saya berterima kasih kepada Tuhan dengan berdoa. 7. Saya berdoa di Gereja dengan sepenuh hati. 8. Saya menyayangi ayah, ibu, dan saudara saya. 9. Saya membantu anggota keluarga yang kesulitan. 10. Saya memaafkan bila anggota keluarga berbuat salah. 11. Orang tua meyakinkan bahwa saya dianugerahi kemampuan oleh Tuhan. 12. Orang tua rajin berdoa. 13. Orang tua mengajak saya untuk mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja. 14. Orang tua mengajak saya untuk berziarah ke Gua Maria. 15. Saya merasa tidak takut untuk bertanya kepada orang tua tentang Tuhan Yesus. 16. Orang tua mengajarkan supaya saya merawat alam sekitar. (6)

140 7 No. Pernyataan Sl Sr Kk TP Orang tua mengajak saya untuk memanfaatkan alam sesuai dengan kebutuhan kita. 18. Orang tua rukun satu sama lain. 19. Orang tua bersikap adil terhadap saya dan saudara. 20. Orang tua mengajarkan cara berdoa yang baik 21. Orang tua menceritakan kisah hidup Santo-Santa. 22. Orang tua mendampingi saat persiapan komuni pertama. 23. Orang tua mendampingi saat penerimaan komuni pertama. 24. Orang tua memberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat. 25. Orang tua berbicara kepada saya dengan penuh kasih sayang. (7)

141 8 Lampiran 6: Identitas Responden No. Nama Usia Lingkungan Pekerjaan 1. Lusia Wiwi (R1) 50 tahun St. Petrus Ibu rumah tangga 2. Theresia Juju Juarsih 47 tahun St. Yohanes Ibu rumah tangga (R2) 3. Bapak Anton Surma (R3) 55 tahun St. Filipus Guru 4. Agustinus Budi Widodo 46 tahun St. Petrus Guru (R4) 5. Pia Saminah (R5) 45 tahun St. Petrus Ibu rumah tangga 6. Maria Esih (R6) 31 tahun St. Petrus Ibu rumah tangga 7. Bapak Juarsa dan Ibu 44 dan 40 St. Thomas Petani Lina (R7) tahun 8. Yohanes Ukan Sukandi 46 tahun St. Thomas Tutor (R8) 9. Ibu Darsini (R9) 42 tahun St. Yohanes Pedagang 10. Ibu Titi (R10) 34 tahun St. Paulus Ibu Rumah tangga 11. Ibu Uka (R11) 42 tahun St. Yohanes Ibu Rumah tangga 12. Ibu Ooh (R12) 39 tahun St. Helena Ibu Rumah tangga 13. Ibu Imelda Mimin A (R13) 32 tahun St. Helena Ibu Rumah tangga (8)

142 9 Lampiran 7: Transkip Wawancara 1. Menurut Bapak/Ibu, apakah arti pendidikan iman dalam keluarga? a. Kegiatan yang dilakukan bersama dalam keluarga untuk perkembangan iman anak. (R1 dan R7) b. Usaha orang tua untuk membantu anak dalam mendalami imannya (R3 dan R6) c. Usaha orang tua dengan mengarahkan kepribadian anak menjadi sejalan dengan ajaran iman Katolik dan ajaran yang benar. (R2) d. Usaha orang tua dengan memberikan teladan dari orang tua dalam hal beriman. (R4) e. Usaha orang tua dengan membiasakan kepada anak-anak untuk rajin berdoa setiap hari di rumah dan diajak pergi bersama ke Gereja atau ke pertemuanpertemuan di lingkungan. (R3) f. Usaha berupa kegiatan untuk mendalami iman dalam keluarga. (R5, R9, R10, R11, R12, R13) g. Membantu menciptakan keluarga yang memiliki iman yang kuat. (R8) 2. Apakah tujuan dari pendidikan iman dalam keluarga? a. Pendidikan iman dalam keluarga menjadi dasar iman anak b. Untuk masa depan anak yang lebih baik (R1, R9, R11) c. Untuk mengenalkan kepada anak-anak mengenai iman akan Kristus (R4) d. Membiasakan untuk menghayati iman Kristiani dalam hidup sehari-hari. (R12 dan R13) e. Membekali anak dalam hal beriman, dengan mendalami iman yang sudah ditanamkan sejak kecil sehingga iman menjadi bagian yang penting dalam diri anak. (R3) f. Mendalami agama dalam hidup, dengan sikap dan perilaku yang benar (R2) g. Memiliki iman yang kuat sehingga anak menjadi baik, anak menjadi tidak mudah terpengaruh dan dapat mengatasi godaan negatif yang ada pada zaman sekarang. (R6, R7, R8, R9, R10) h. Untuk terciptanya keluarga yang bahagia, sejahtera dan jauh dari godaan. (R5) 3. Apakah pendidikan iman dalam keluarga itu penting? Mengapa? a. Paling penting, karena pendidikan iman dalam keluarga menjadi bekal bagi masa depan anak. (R1) b. Penting sekali, karena belajar tentang iman dapat juga belajar mengasihi, menghormati orang lain, teman, orang tua dan sesama. (R2) c. Sangat penting, karena iman menjadi dasar bagi hidup manusia terutama anakanak. Pendidikan iman dapat memperkokoh keteguhan keyakinan sebagai orang Katolik. Karena harus diawali dari keluarga sebagai pendidik yang utama dan memperkokoh keteguhan, keyakinan sebagai orang katolik. Dengan iman yang kuat anak-anak dapat mengatasi godaan tidak baik yang ada di luar. (R3) (9)

143 10 d. Sangat penting, karena iman menjadi dasar bagi hidup manusia dan iman pertama kali tumbuh di dalam keluarga. (R4) e. Penting, karena mewartakan iman merupakan kewajiban dan kebutuhan umat Katolik. Dan sebagai orang tua Katolik, mendidik iman anak juga merupakan kewajiban dan sebagai bentuk pewartaan iman. (R5) f. Sangat penting, karena iman menjadi dasar dalam hidup terutama bagi anakanak menjadi dasar untuk mengatasi keadaan di luar yang negatif. (R6) g. Sangat penting, karena dengan iman yang kuat dapat menghadapi tantangan dalam hidup. (R7) h. Sangat penting, karena keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama untuk mendidik anak. Iman menjadi hal yang mendasar bagi hidup keluarga. (R8) i. Penting, karena pendidikan iman dalam keluarga menjadi bekal bagi masa depan anak. (R9) j. Paling penting karena iman menjadi bekal bagi anak dan keluarga. (R10) k. Penting, karena sebagai orang Katolik kita perlu membantu anak untuk mendalami imannya. (R10) l. Sangat penting, karena keluarga menjadi tempat utama untuk mendidik iman. (R11) m. Sangat penting, karena keluarga menjadi tempat utama untuk mendidik iman. (R12) n. Paling penting, supaya menjadi bekal bagi anak dan memberi semangat kepada anak untuk mendalami imannya. (R13) 4. Tindakan apa saja yang pernah Bapak/Ibu laksanakan sebagai bentuk pendidikan iman dalam keluarga? a. Berdoa sebelum tidur, sebelum makan (R1, R2, R3, R5, R6, R8, R10, R11, R13). b. Perayaan Ekaristi di Gereja (R1, R2, R3, R5, R6, R7, R8, R9, R10, R11, R12) c. Pendampingan anak saat menerima komuni pertama (R1, R3,R5, R6, R7, R8). d. Memberikan contoh bersikap yang baik sebelum mengajari anak untuk bersikap baik (R1,R4, R5, R8) e. Memfasilitasi, memantau, mendukung anak dalam melaksanakan kegiatan beriman baik di rumah, sekolah maupun di Gereja. (R4, R7, R8, R9, R12) f. Mengajarkan berdoa, membuat tanda salib apabila masuk di Gereja, menyediakan sarana untuk berdoa, ziarah ke Gua Maria dan mengikuti doa lingkungan (R1) g. Mengajak anak mengikuti bina iman (R2). h. Mengingatkan anak untuk selalu ingat akan tugas dan kewajibannya. (R3) i. Menerangkan ajaran Gereja melalui teladan orang tua dalam bersikap dan bertindak. (R4) Orang tua mendalami ajaran Gereja dan Kitab Suci sehingga dapat berbagi pengetahuannya kepada anak. (R4) Menyediakan waktu untuk sharing pengalaman antara orang tua dan anak sehingga pengalaman setiap hari dapat dimaknai. (R4) (10)

144 11 j. Menengok keluarga yang sakit (R5) k. Mengajak anak tidak hanya berdoa bagi diri sendiri, tetapi bagi orang yang membutuhkan, terutama anggota keluarga yang sudah meninggal. (R6) l. Mengajak anak untuk berdoa, orang tua mengajak anak untuk membaca dan mendalami Kitab Suci (R7) m. Mengajari anak untuk bersikap jujur, membantu sesama. (R10) n. Memberikan nasehat supaya anak bersikap dan bertindak dengan baik. (R9) o. Memberikan nasehat kepada anak supaya memaafkan apabila ada teman yang berbuat nakal. (R13) Memberikan semangat kepada anak supaya tetap semangat untuk berdoa memohon kesembuhan. (R13) Mengajak kepada anak supaya berdoa kepada Tuhan apabila menghadapi masalah. (R13) 5. Hal-hal apa saja yang mendukung Bapak/Ibu dalam melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga? Faktor dari dalam diri a. Semangat anak yang besar untuk mendalami imannya dengan cara berdoa, mengikuti perayaan Ekaristi dan terlibat dalam kegiatan keagamaan sehingga orang tua semangat untuk mendidik iman anak. (R1, R5, R11, R12, R13) b. Keinginan dan semangat dari orang tua untuk mengajak anak berdoa bersama (R3). c. Orang tua meluangkan waktu di tengah kesibukan untuk sharing bersama anak-anak (R4). d. Anak memiliki iman yang kuat. (R6) e. Orang tua berharap anak menjadi anak yang baik, berprestasi (R7) f. Sarana yang tersedia dalam keluarga untuk berdoa, seperti buku-buku doa dan Kitab Suci (R8). Faktor dari luar a. Adanya kegiatan rohani untuk anak-anak baik di Gereja, lingkungan atau di sekolah, seperti bina iman, misa sekolah dan retret yang mendukung orang tua dalam melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga. (R2, R3, R9, R10). 6. Hal-hal apa saja yang menjadi penghambat dalam melaksanakan pendidikan iman dalam keluarga? Faktor dari dalam diri a. Tantangan dalam diri orang tua yakni rasa malas untuk mendidik iman anak. (R1, R6, R12) (11)

145 12 b. Terkadang anak kurang semangat dalam mengikuti pendidikan iman dalam keluarga dan kemauan anak untuk mengikuti kegiatan di lingkungan terkadang kurang, sehingga orang tua tidak dapat memaksa anak untuk mengikuti doa lingkungan. (R5, R6, R7, R11) c. Kurangnya pengetahuan orang tua dalam hal beriman. (R9) Faktor dari luar diri a. Adanya kesibukan orang tua dalam bekerja dan kesibukan anak dalam belajar, sehingga harus menyesuaikan waktu untuk pendidikan iman anak. (R1, R2, R3, R4, R6, R7, R8, R9, R10, R12) b. Faktor alat elektronik seperti televisi, internet dan game yang sangat disukai oleh anak-anak sehingga kurang berminat dalam kegiatan beriman. Kemalasan anak karena pengaruh TV dan game. (R2, R3, R4, R8) c. Lingkungan mayoritas yang non katolik. (R2) d. Kesempatan untuk berdoa bersama terkadang terkendala oleh kegiatan di luar rumah. (R9, R10) e. Keadaan anak yang terkadang sakit sehingga membuat anak sulit untuk mengikuti kegiatan di Gereja. (R13) (12)

146 13 Lampiran 8: Hasil Pengisian Angket Jumlah anak 44 orang No. Pernyataan Sl 4 Sr 3 Kk 2 TP 1 1. Saya menyadari bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan 72,7% 9,1% 15,9% 2,3% kemampuan masing-masing. 2. Saya berpikir bahwa menolong sesama adalah hal yang baik % 13 29,5% 9 20,5% 0 0% 3. Saya merasakan Tuhan hadir dalam keluarga melalui doa bersama ,6% 8 18,2% 18 40,9% 1 2,3% 4. Saya merasa bahagia ketika berkumpul dengan keluarga ,5% 13 29,5% 0 0% 0 0% 5. Saya mendoakan anggota keluarga yang sedang sakit ,5% 7 15,9% 22 50% 2 4,6% 6. Saya berterima kasih kepada Tuhan dengan berdoa ,1% 17 38,6% 9 20,5% 3 6,8% 7. Saya berdoa di Gereja dengan sepenuh hati ,6% 12 27,3% 13 29,5% 2 4,6% 8. Saya menyayangi ayah, ibu, dan saudara saya ,5% 2 4,5% 0 0% 0 0% 9. Saya membantu anggota keluarga yang kesulitan ,7% 13 29,5% 19 43,2% 2 4,6% 10. Saya memaafkan bila anggota keluarga berbuat salah ,7% 6 13,6% 16 36,4% 1 2,3% 11. Orang tua meyakinkan bahwa saya dianugerahi kemampuan oleh Tuhan ,2% 7 15,9% 7 15,9% 0 0% 12. Orang tua rajin berdoa ,1% 9 20,4% 19 43,2% 1 2,3% 13. Orang tua mengajak saya untuk (13)

147 14 mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja. 63,6% 18,2% 15,9% 2,3% 14. Orang tua mengajak saya untuk berziarah ke Gua Maria. 13,6% 13,6% 66% 6,8% 15. Saya merasa tidak takut untuk bertanya kepada orang tua tentang Tuhan Yesus ,3% 10 22,7% 15 34,1% 7 15,9% 16. Orang tua mengajarkan supaya saya merawat alam sekitar ,7% 12 27,3% 10 22,7% 1 2,3% 17. Orang tua mengajak saya untuk memanfaatkan alam sesuai dengan 31,8% 27,3% 31,8% 9,1% kebutuhan kita. 18. Orang tua rukun satu sama lain ,6% 9 20,5% 7 15,9% 0 0% 19. Orang tua bersikap adil terhadap saya dan saudara ,6% 14 31,8% 2 4,6% 0 0% 20. Orang tua mengajarkan cara berdoa yang baik 24 54,5% 8 18,2% 12 27,3% 0 0% 21. Orang tua menceritakan kisah hidup Santo-Santa. 2 4,6% 4 9,1% 25 56,8% 13 29,5% 22. Orang tua mendampingi saat persiapan komuni pertama ,6% 3 6,8% 1 2,3% 1 2,3% 23. Orang tua mendampingi saat penerimaan komuni pertama. 95,5% 0% 4,5% 0% 24. Orang tua memberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat ,8% 14 31,8% 15 34,1% 1 2,3% 25. Orang tua berbicara kepada saya dengan penuh kasih sayang % 12 27,3% 5 11,4% 1 2,3% (14)

148 15 (15)

149 16 (16)

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I

TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

Tata Upacara Pernikahan Sipil

Tata Upacara Pernikahan Sipil Tata Upacara Pernikahan Sipil 1 Penyerahan calon mempelai oleh wakil keluarga K Romo yang kami hormati. Atas nama orang tua dan keluarga dari kedua calon mempelai, perkenankanlah kami menyerahkan putra-putri

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

PENGANTAR I. PRINSIP-PRINSIP DASAR

PENGANTAR I. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGANTAR Bersama dan atas nama Kristus, Sang Gembala utama, para imam dan para tokoh awam dipanggil dan diutus untuk mendampingi umat beriman, berdasarkan ajaran dan teladan Kristus, Sang Gembala itu.

Lebih terperinci

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam Di masa sekarang ini banyak para novis dan seminaris yang mengabaikan satu atau lebih aspek dari latihan pembentukan mereka untuk menjadi imam. Beberapa

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DOA BERSAMA DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL KEDATON BANDAR LAMPUNG G, LAMPUNG S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

XII.  Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi

Lebih terperinci

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic BAB II SIFAT SIFAT GEREJA A. KOMPTENTSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) HR KENAIKAN TUHAN : Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53 Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) Sebelum menerima tahbisan imamat,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 !!! DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 I. HAKEKAT, TUJUAN, DAN SPIRITUALITAS 3 II. ALASAN DAN DASAR 4 III. MANFAAT 5 IV. KEGIATAN-KEGIATAN POKOK 5 V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN 6 VI. ORGANISASI 6 VII. PENDAFTARAN

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Nama Kursus   : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab untuk Hidup Benar dan Menggunakan                 Karunia-karunia

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 :

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 : 1 Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 40 : 1-5. 9-11 Kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Beginilah

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS EKARISTI

SPIRITUALITAS EKARISTI SPIRITUALITAS EKARISTI SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI RITUS PEMBUKA LITURGI SABDA LITURGI EKARISTI RITUS PENUTUP RITUS PEMBUKA Tanda Salib Salam Doa Tobat Madah Kemuliaan Doa Pembuka LITURGI SABDA Bacaan I

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya.

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Sesungguhnya tujuan pembaruan karismatik bukan lain daripada tujuan hidup Kristiani pada umumnya, yaitu

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 01Fakultas Psikologi GEREJA DAN HAKIKATNYA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Psikologi HAKEKAT GEREJA A.pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari bahasa

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK IMAN KATOLIK Fakultas Program Studi Tatap Muka Reguler Kode MK Disusun Oleh MKCU PSIKOLOGI 02 MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Abstract Pada Bab

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI *HATI YANG BERSYUKUR TERARAH PADA ALLAH *BERSYUKURLAH SENANTIASA SEBAB ALLAH PEDULI *ROH ALLAH MENGUDUSKAN KITA DALAM KEBENARAN *ROH

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ia merupakan bagian dari kesenian atau keindahan yang dihasilkan melalui media bunyi atau suara. Suara

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. Isi singkat 1. Semangat mistik 2. Semangat kenabian 3. Spiritualitas

Lebih terperinci

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA 1. PENGANTAR Keluarga Kristiani dipanggil untuk menjadi rasul kehidupan Setiap pasangan suami-istri dipanggil oleh Tuhan untuk bertumbuh dan berkembang dalam

Lebih terperinci

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Roh Kudus Penolong dan Penghibur GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Keluarga merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak, dalamnya harus terdapat keseimbangan, keselarasan kasih sayang

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH Latihan Lagu-Lagu. Penayangan Warta Lisan. Saat Hening A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt. : Jemaat terkasih,

Lebih terperinci

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN (mempelai wanita) & (mempelai pria) Hari...,, Tanggal... Pukul ------- WIB Di... Paroko..., Kota... Dipimpin oleh ------------------------ PERSIAPAN Iringan mempelai bersiap

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma KAMIS DALAM PEKAN SUCI 1. Seturut tradisi Gereja yang sangat tua, pada hari ini dilarang merayakan misa tanpa umat. Misa Krisma 2. Pemberkatan minyak orang sakit dan minyak katekumen serta konsekrasi minyak

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

GEREJA INDONESIA DAN PENDIDIKAN

GEREJA INDONESIA DAN PENDIDIKAN 1 GEREJA INDONESIA DAN PENDIDIKAN Seminar Peringatan Konsili Vatikan II Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 23 April 2013 Paul Suparno, S.J. Pendahuluan Konsili Vatikan II telah mengeluarkan

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

BAB IV HIERARKI DAN AWAM

BAB IV HIERARKI DAN AWAM 1 BAB IV HIERARKI DAN AWAM STANDAR KOMPETENSI Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan ber-gereja sesuai

Lebih terperinci

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. 29 (Sebuah Tinjauan Teologis) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH SOSIALISASI DALAM ARDAS KAJ UNTUK TIM PENGGERAK PAROKI KOMUNITAS DAN TAREKAT DIBAWAKAN OLEH TIM KERJA DKP GERAKAN ROHANI TAHUN KERAHIMAN DALAM ARDAS KAJ tantangan

Lebih terperinci

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi PENGAKUAN IMAN RASULI Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal,tuhan kita Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi seluruh dunia dalam gereja Katolik adalah seorang Paus, saat ini bernama Paus

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

Seruan pastoral Paulus. Galatia 4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara jadilah sama seperti aku sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu

Seruan pastoral Paulus. Galatia 4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara jadilah sama seperti aku sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu Lesson 9 for August 26, 2017 Seruan pastoral Paulus. Galatia 4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara jadilah sama seperti aku sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu Mengingat permulaan. Galatia

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt.

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA AGAMA KATOLIK 2 ROMBONGAN KELAS XI

LEMBAR KERJA SISWA AGAMA KATOLIK 2 ROMBONGAN KELAS XI LEMBAR KERJA SISWA AGAMA KATOLIK 2 ROMBONGAN KELAS XI 2 DI SUSUN OLEH: PETRUS FABER.S.S.Pd Untuk Kalangan sendiri SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 78 JAKARTA Jalan Bhakti IV/1 Komp. Pajak Kemanggisan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI USULAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

KELUARGA SEKOLAH KEHIDUPAN

KELUARGA SEKOLAH KEHIDUPAN KELUARGA SEKOLAH KEHIDUPAN Keluarga dan komunitas berperan sangat penting membangun kehidupan dunia dan alam raya ini. Dimana seseorang belajar banyak hal yang mempengaruhi kehidupan. Nilai iman dan kemanusiaan,

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan 1 SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Kompetensi Inti : KI 1:Menerima dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangungjawab,

Lebih terperinci

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis BAHAN RENUNGAN (untuk kalangan sendiri) Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis semakin beriman, semakin bersaudara dan berbela rasa Kata Pengantar Saudara saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Lebih terperinci

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban) KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi

Lebih terperinci

Perjamuan Kudus. Memperingati Kematian Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Perjamuan Kudus. Memperingati Kematian Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151 Faks. (021) 65304149 E-mail:

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik DESKRIPSI KUALITATIF PERKEMBANGAN IMAN MAHASISWA-MAHASISWI KABUPATEN KUTAI BARAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SEKOLAH DASAR KECAMATAN SELO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SEKOLAH DASAR KECAMATAN SELO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SEKOLAH DASAR KECAMATAN SELO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 Nama Sekolah : Nama Siswa : Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen Hari, tanggal : No. Absen : Kelas : VI (enam)

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH PEMBUKAAN: Hari ini saya ingin melanjutkan bagian berikutnya dalam seri khotbah Menemukan

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1:

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1: 1 Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA Bacaan Pertama 1 Sam. 1:20-22. 24-28 Seumur hidupnya Samuel diserahkan kepada Tuhan. Bacaan diambil dari Kitab Pertama Samuel: Setahun

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 11

Level 2 Pelajaran 11 Level 2 Pelajaran 11 PERNIKAHAN (Bagian 2) Oleh Don Krow Hari ini kita akan kembali membahas mengenai pernikahan, dan satu pertanyaan yang muncul adalah, Apakah itu pernikahan? Apakah anda pernah memikirkan

Lebih terperinci

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata:

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Menghidupi Kasih Ibadah ini dikemas dalam bentuk ibadah keluarga. Oleh karena itu mohon diusahakan agar masing-masing

Lebih terperinci

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Gereja Tubuh Kristus GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151 Faks.

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB Kasih Allah Untuk Orang Berdosa Hari ini kita mau belajar tentang kasih Allah. Untuk menghargai kasih Allah kepada kita, kita harus pertama-tama

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! 1. Simbol perkawinan bahtera yang sedang berlayar mempunyai makna bahwa perkawinan... A. merupakan perjalanan yang menyenangkan B. ibarat mengarungi samudra luas yang penuh

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UPAYA PENINGKATAN HIDUP ROHANI KELUARGA KRISTIANI DI LINGKUNGAN SANTO PAULUS MAGUWOHARJO PAROKI MARGANINGSIH YOGYAKARTA MELALUI KATEKESE KELUARGA S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN Orang tua Kristiani mempunyai tanggung jawab, yang dipandang juga sebagai bentuk kerasulan khusus, untuk mendidik anak-anak dan membantu anak-anak dapat mempersiapkan diri

Lebih terperinci

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia Tujuan: Jemaat memahami bahwa Allah menghendaki umat-nya hidup dalam kekudusan Jemaat bertekad untuk hidup dalam kekudusan Jemaat menerapkan kehidupan

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

Tahun A-B-C Hari Raya Natal - Allah menjadi manusia LITURGI SABDA

Tahun A-B-C Hari Raya Natal - Allah menjadi manusia LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C Hari Raya Natal - Allah menjadi manusia LTRG SABDA Bacaan Pertama Yes. 52 : 7-10 Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya:

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 1 HARI 1 MENJADI TELADAN Mengingat waktu pelayanan Rasul Paulus di Tesalonika amat singkat, mungkin kita heran saat

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para Suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Natal, 2013 Natal adalah saat penuh misteri dan

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (2/6)

Seri Kedewasaan Kristen (2/6) Seri Kedewasaan Kristen (2/6) Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab dalam Hal Ibadah dan Persekutuan Kode Pelajaran : OKB-P02 DAFTAR ISI A. BERTANGGUNG

Lebih terperinci

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

Lebih terperinci

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan Rencana Allah untuk Gereja Tuhan Yesus berkata, "Aku akan mendirikan jemaatku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Matius 16:18). Inilah janji yang indah! Ayat ini memberitahukan beberapa hal yang penting

Lebih terperinci