MANAJEMEN PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI DOLOK MERANGIR ESTATE, PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI DOLOK MERANGIR ESTATE, PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI DOLOK MERANGIR ESTATE, PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA HENDRA WIGUNA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2014 Hendra Wiguna NIM A * Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

4 ABSTRACT HENDRA WIGUNA. Tapping Management of Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) at Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, North Sumatra. Supervised by SUPIJATNO. The internship was conducted in order to improve knowledge, field skills, and aimed to learn and identify rubber tapping management. It was conducted at Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE), Simalungun, North Sumatra from February10 th until June 9 th Tapping management is aimed to upkeep continuity and increase the production of natural rubber according to its economic life spans. The percentage of average tappable tree per task field at PT BSRE on plant year 2005 and 2009 was 96.82%. The bark consumptions between tappers with A and B classification in downward tapping system ½ S d/3 and upward tapping system ¼ S d/3 were not significantly different and it has not been appropriate to the tapping standard practices. Factors of education and experience of tappers affected cuplump production in downward tapping system ½ S d/3, but factors of age did not affect it. Factors of education, age, and experience of tappers did not affect cuplump production in upward tapping system ¼ S d/3. Tapping panel management and using of stimulant at PT BSRE were applicated according to clonal spesified. Tapping panel dryness (TPD) disease of serial clone PB on plant year 2005 was significantly higher than plant year 2009, meanwhile TPD disease of clone PB 330 and DMI 35 was not significantly different at the same plant year periode. Keywords: bsre, cuplump, Hevea brasiliensis, tapping, tpd ABSTRAK Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian lapangan, dan bertujuan untuk mempelajari dan mengidentifikasi manajemen penyadapan tanaman karet. Kegiatan magang dilaksanakan di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE), Simalungun, Sumatera Utara pada tanggal 10 Februari hingga 9 Juni Manajemen penyadapan ditujukan untuk menjaga kontinuitas dan meningkatan produksi karet alam sesuai dengan umur ekonomis tanaman. Persentase populasi tanaman siap sadap rata-rata per-hanca di PT BSRE pada tahun tanam 2005 dan 2009 adalah 96.82%. Konsumsi kulit sadapan antara penyadap kelas A dan kelas B pada sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 tidak berbeda nyata dan belum sesuai dengan standar penyadapan perusahaan. Faktor pendidikan dan pengalaman kerja penyadap mempengaruhi produksi cuplump pada sistem sadap tarik ½ S d/3, sedangkan faktor usia tidak mempengaruhi. Faktor pendidikan, usia, dan pengalaman kerja penyadap tidak mempengaruhi produksi cuplump pada sistem sadap sorong ¼ S d/3. Manajemen bidang sadap dan penggunaan zat stimulansia di PT BSRE bersifat spesifik klon. Penyakit kering alur sadap (KAS) klon seri PB nyata lebih tinggi pada tahun tanam 2005 dibandingkan pada tahun tanam 2009, sedangkan penyakit KAS pada klon PB 330 dan DMI 35 tidak berbeda nyata pada tahun tanam sama. Katakunci: bsre, cuplump, karet, kas, penyadapan

5 MANAJEMEN PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI DOLOK MERANGIR ESTATE, PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA HENDRA WIGUNA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7

8

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah yang dilimpahkan, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis turut mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, diantaranya: 1. Orang tua dan saudara-saudara tercinta 2. Dr Ir Supijatno, MSi selaku dosen pembimbing tugas akhir magang 3. Dr Dwi Guntoro, SP MSi dan Anggi Nindita, SP MSi selaku dosen penguji 4. Ir Zuki Elnasir Sinaga selaku Manajer PT BSRE 5. Ir Heri Haryono selaku Manajer Divisi IV Dolok Ulu PT BSRE 6. Ir PE Sibarani selaku Asisten Sub-Divisi I, PT BSRE dan pembimbing lapangan 7. Ir Rizalsyah selaku Asisten field service department (FSD) PT BSRE 8. Pihak human resource department (HRD) PT BSRE 9. Pihak safety, health, and environment department (SHE) PT BSRE 10. Bapak Janaidi selaku Mandor Besar Sub-Divisi I, Disivi III Dolok Ulu PT BSRE beserta jajarannya 11. Bapak Yahmaya Sinaga selaku Instruktur Sadapan PT BSRE 12. Bapak Ponimin selaku Mandor Besar FSD PT BSRE beserta jajarannya 13. Bapak Jumadi selaku fasilitator transportasi lapangan 14. Tim dosen pengajar Mata Kuliah Teknik Penulisan Ilmiah sebagai pembimbing penulisan karya ilmiah 15. Rekan-rekan mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura yang senantisa memberikan kritik, saran, dan motivasi semangatnya 16. Radhiya Nur Anwar sebagai teman magang di PT BSRE 17. Liza Arma Ditri S sebagai teman diskusi Mudah-mudahan karya ilmiah ini bermanfaat dan penulis dapat meraih gelar sarjana dengan hasil terbaik di bidangnya. Bogor, Oktober 2014 Hendra Wiguna

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Fisiologi Pengaliran Lateks 2 Konsumsi Kulit Sadapan 2 Aplikasi Zat Stimulansia 3 Kering Alur Sadap 4 Premi Penyadapan 5 Tenaga Kerja Penyadapan 5 METODE MAGANG 6 Tempat dan Waktu 6 Metode Pelaksanaan 6 Pengamatan dan Pengumpulan Data 7 Analisis Data dan Informasi 9 KEADAAN UMUM 10 Letak Geografi dan Administratif 10 Keadaan Iklim dan Tanah 11 Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 11 Keadaan Tanaman dan Produksi 12 Struktur Organisai dan Ketenagakerjaan 14 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 16 Aspek Teknis 16 Pembibitan 16 Persiapan Lahan 19 Pemancangan 21 Pemeliharaan TBM Karet 22

11 Penyadapan 22 Pengumpulan dan Penimbangan Hasil 35 Aspek Manajerial 36 Asisten Sub-Divisi 36 Mandor Sadap 37 Mandor Strip Weeding 37 Mandor Pemupukan 38 Krani Stasiun Lateks 39 PEMBAHASAN 40 Populasi Tanaman Siap Sadap 40 Konsumsi Kulit Sadapan 41 Tanaman Terserang Kering Alur Sadap 43 Produksi Lateks Tenaga Kerja Sadap 44 Aplikasi Zat Stimulansia 46 Manajemen Bidang Sadap 47 SIMPULAN DAN SARAN 48 Simpulan 48 Saran 49 DAFTAR PUSTAKA 49 LAMPIRAN 51 RIWAYAT HIDUP 69

12 DAFTAR TABEL 1 Pembagian luas areal penggunan lahan PT BSRE 11 2 Luas areal penanaman TM dan TBM PT BSRE 12 3 Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun Program replanting di tahun Komposisi tenaga kerja di PT BSRE 15 6 Sistem penyadapan di PT BSRE 23 7 Kriteria penotolan tanaman siap sadap di PT BSRE 25 8 Penilaian kelas penyadap di PT BSRE 26 9 Kriteria kelas penyadap di PT BSRE Pemberian premi penyadap di PT BSRE Populasi tanaman siap sadap per-hanca di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Konsumsi kulit sadapan sistem sadap tarik ½ S d/3 panel BOI-1 di Sub- Divisi I, PT BSRE tahun Konsumsi kulit sadapan sistem sadap sorong ¼ S d/3 panel HOI-2 di Sub- Divisi I, PT BSRE tahun Serangan KAS yang terjadi di Sub-Divisi I, PT BSRE tahun Produksi cuplump yang dihasilkan penyadap pada sistem sadap tarik ½ S d/3 di Sub-Divisi I, PT BSRE tahun Produksi cuplump yang dihasilkan penyadap pada sistem sadap sorong ¼ S d/3 di Sub-Divisi I, Divisis III Dolok Ulu di PT BSRE tahun Ketentuan penyiapan zat stimulansia siap aplikasi di PT BSRE Kode aplikasi zat stimulansia ethephon di PT BSRE Formulasi zat stimulansia sesuai klon dan panel sadapan di PT BSRE 33 DAFTAR GAMBAR 1 Penyemaian benih karet calon batang bawah 17 2 Pengendalian gulma di pembibitan batang bawah 17 3 Seleksi bibit calon batang bawah (culling) 17 4 Okulasi green budding 18 5 Pewiwilan bibit okulasi 19 6 Seleksi bibit siap tanam 19 7 Pembongkaran dan perumpukan tunggul 20 8 Ripping II Utara-Selatan 20 9 Ploughing II Utara-Selatan Pembuatan teras mekanis Pemancangan pola mata lima di PT BSRE Penunasan cabang dan tunas liar 22

13 13 Penyadapan yang diterapkan di PT BSRE Tampilan susunan sebuah hanca sadap di PT BSRE Serangan KAS di perkebunan karet PT BSRE Teknik lace application zat stimulansia di PT BSRE Manajemen bidang sadap di PT BSRE Kolom sadapan pada panel dan inspeksi tanda bulan Kegiatan penimbangan cuplump di Stasiun Lateks X Strip weeding pada TM karet Pemupukan metode circle application 39 DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) 52 2 Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping mandor 54 3 Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten 57 4 Peta perkebunan karet PT BSRE 59 5 Data curah hujan PT BSRE 60 6 Struktur organisasi kebun PT BSRE 61 7 Penetapan poin penilaian sadapan PT BSRE 62 8 Peralatan sadap standar PT BSRE 64 9 Faktur kiriman lateks dan cuplump PT BSRE Dosis pemupukan TBM karet PT BSRE 68

14

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) merupakan tanaman asli Amerika Selatan dan diintroduksi secara massal ke negara-negara tropis Asia seperti Indonesia sejak abad ke-19. Negara-negara utama produsen karet alam di dunia adalah Thailand, Indonesia, Malaysia, India, dan Vietnam (Lai et al. 2012). Pada tahun 2012 Indonesia memiliki perkebunan karet seluas ha dengan produksi mencapai ton karet kering per tahun. Luas areal perkebunan karet di Indonesia terus mengalami peningkatan sepanjang tahun. Luas perkebunan karet di Indonesia adalah ha pada tahun 2008 dan kemudian mengalami peningkatan sebesar 1.75% menjadi ha pada tahun Produksi karet Indonesia juga turut mengalami peningkatan sebesar 15.46%, yaitu ton pada tahun 2008 menjadi ton pada tahun Perkebunan karet di Indonesia memiliki produktivitas nasional rata-rata kg ha -1 tahun -1 karet kering pada tahun 2012 (DITJENBUN 2013). Pada tahun 2012 Indonesia memiliki kontribusi sebesar 36.36% produksi karet alam dunia. Jepang dan Cina tercatat sebagai negara pengimpor produk karet alam Indonesia terbesar di Asia dengan kuota masing-masing ton dan ton, sedangkan Amerika Serikat tercatat sebagai negara pengimpor terbesar di dunia dengan kuota ton. Kuota impor karet alam Amerika Serikat meningkat 4.71% dari tahun 2010 hingga 2012 (GAPKINDO 2013). Permintaan terhadap produk karet alam Indonesia yang tinggi dan cenderung meningkat merupakan peluang yang sangat potensial sebagai sumber devisa negara. Permintaan yang tinggi dan cenderung meningkat setiap tahun di pasar internasional harus tetap dipertahankan stabilitas dan kontinuitasnya agar negara tidak kehilangan devisa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui manajemen produksi kebun, khususnya melalui manajemen penyadapan. Manajemen penyadapan bertujuan untuk menjaga kontinuitas dan meningkatan produksi karet alam sesuai dengan umur ekonomi tanaman karet, yaitu tahun. Produksi tanaman karet dapat dikategorikan optimal apabila produksi karet yang diperoleh telah mencapai produksi maksimal tetapi tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman. Produksi optimal tersebut dicapai dalam satu siklus umur ekonomi tanaman karet (Sumarmadji 2000). Manajemen penyadapan harus dilaksanakan secara tepat dan bijaksana agar komponen-komponen penyadapan seperti tenaga kerja penyadapan, frekuensi penyadapan, konsumsi kulit sadapan, dan aplikasi zat stimulansia dapat benarbenar saling terkoordinasi sesuai dengan perencanaan produksi kebun. Penyadapan yang dilakukan dengan benar akan berimplikasi terhadap peningkatan produksi dan pengoptimalan umur ekonomi tanaman, sebaliknya jika penyadapan tidak sesuai maka kulit pulihan akan rusak dan berpengaruh langsung terhadap produksi pada tahun yang akan datang. Oleh karena itu, kegiatan mempelajari dan mengidentifikasi manajemen penyadapan tanaman karet sangat perlu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan stabilitas dan kontinuitas produksi karet alam di Indonesia.

16 2 Tujuan Pelaksanaan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap teori yang diperoleh di perkuliahan melalui kegiatan praktik yang sesungguhnya di lapangan. Kegiatan magang diharapkan mampu meningkatkan keahlian sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari. Tujuan khusus adalah mempelajari dan mengidentifikasi manajemen penyadapan tanaman karet di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara. TINJAUAN PUSTAKA Fisiologi Pengaliran Lateks Penyadapan merupakan ilmu dan seni melukai kulit tanaman karet secara terukur dan terbatas untuk memperoleh produksi maksimal dan berkelanjutan. Pembuluh lateks yang terpotong akibat pelukaan akan pulih kembali sehingga jika dilakukan kegiatan penyadapan berikutnya akan tetap kembali mengeluarkan lateks (Setiawan dan Andoko 2008). Kegiatan penyadapan di kebun produksi memerlukan perlakuan yang sebaik-baiknya. Tanaman muda peralihan dari masa TBM disadap ketika mencapai umur 5 6 tahun dan bergantung pada kesuburan tanahnya (Setyamidjaja 1993). Siregar (1995) menyatakan bahwa manajemen penyadapan bertujuan untuk mempertahankan umur ekonomi tanaman, merencanakan produksi pada periode mendatang, merencanakan keuangan terutama premi sadap, dan mempersiapkan dalam menempuh kebijakan baru di kebun. BALIT Sembawa (1982) menyatakan bahwa proses keluarnya lateks diakibatkan oleh adanya tekanan pada pembuluh lateks yang dikenal dengan tekanan turgor dari dalam dinding sel oleh isi sel. Isi sel yang semakin banyak akan menghasilkan tekanan turgor yang semakin besar pada dinding sel. Jika hal ini terjadi, maka jumlah lateks yang keluar dari pembuluh lateks akan semakin banyak. Tekanan turgor terbesar terjadi pada pukul , sehingga penyadapan untuk memperoleh lateks terbanyak sebaiknya dilaksanakan pada rentang waktu tersebut. Kekuatan turgor tersebut sangat dipengaruhi oleh waktu. Seiring dengan tingginya intensitas matahari, tekanan turgor tanaman semakin lemah sehingga lateks yang keluar semakin sedikit (Setiawan dan Andoko 2008). Konsumsi Kulit Sadapan Konsumsi kulit sadapan merupakan ukuran ketebalan kulit tanaman karet yang diiris oleh penyadap dalam setiap dilakukannya penyadapan. BALIT Sembawa (1982) merekomendasikan bahwa kulit asli tanaman karet dapat disadap dengan kedalaman mm dari lapisan kambium dan ketebalan irisan mm dalam setiap satu kali penyadapan, sedangkan Siregar dan

17 Suhendry (2013) menyatakan bahwa kulit pulihan dapat disadap kembali dengan toleransi ketebalan irisan mm dalam setiap satu kali penyadapan. Penetapan rekomendasi tersebut bertujuan agar kulit tidak rusak dan produksi lateks tetap stabil sehingga penyadapan tetap dapat dilakukan hingga tanaman mencapai umur ekonominya. Ukuran pembuluh lateks sangat bervariasi atau tergantung pada jenis klonnya, yaitu mikron. Pembuluh lateks sebanyak 20 55% terdapat pada jarak 1 mm pertama dari kambium, 10 35% pada jarak 2 mm dari kambium, dan 10 30% pada jarak berikutnya dari kambium (Setiawan dan Andoko 2008). Kemiringan sadapan yang terbentuk pada bidang sadap akan mempengaruhi jumlah pembuluh lateks yang terpotong. Rekomendasi standar sudut kemiringan bidang sadap yang paling baik, yaitu 30 o 40 o pada sistem sadap tarik dan 45 o pada sistem sadap sorong. Penetapan sudut kemiringan bidang sadap ini didasarkan pada pembuluh lateks yang letaknya agak miring dari arah kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut 3.7 o terhadap bidang vertikal batang tanaman karet (BALIT Sembawa 2008). 3 Aplikasi Zat Stimulansia Sistem penyadapan yang dikenal di Indonesia sekarang ini ada dua sistem, yaitu sistem penyadapan tanpa menggunakan zat stimulansia (penyadapan konvensional) dan penyadapan sistem kombinasi antara kegiatan penyadapan dan pemakaian zat stimulansia (penyadapan stimulasi) (BALIT Sembawa 1982). Pemakaian zat stimulansia ditujukan pada tanaman karet yang telah dewasa. Penggunaan zat stimulansia bertujuan untuk memperoleh tambahan keuntungan melalui peningkatan produksi lateks yang dihasilkan (Setyamidjaja 1993). Penyadapan stimulasi dapat meningkatkan produksi sebesar 40% dari penyadapan tanpa zat stimulansia pada frekuensi sadap sama (Siregar dan Suhendry 2013). Peningkatan frekuensi aplikasi atau konsentrasi zat stimulansia dapat dilakukan untuk mencapai produksi tanaman yang optimal. Setiap satuan zat stimulansia memberikan efek yang berbeda pada jenis klon yang berbeda sehingga perlakuan stimulasi hanya akan efektif pada klon-klon yang mempunyai respon tinggi terhadap zat stimulansia (Boerhendhy dan Amypalupy 2010). Suatu klon tertentu sampai batas-batas yang masih efektif, pemberian zat stimulansia akan menguntungkan. Oleh karena itu, penggunaan zat stimulansia harus dilakukan secara hati-hati. Pemberian zat stimulansia yang berlebihan akan merugikan kesehatan tanaman yang ditandai oleh meningkatnya intensitas kering alur sadap (Sumarmadji et al. 2005). Setiawan dan Andoko (2008) menyatakan bahwa zat stimulansia yang banyak digunakan pada perkebunan karet di Indonesia adalah zat stimulansia berbahan aktif ethephon (2-chloroethyl phosphonic acid) dengan merek dagang Ethrel, ELS, dan Cepha. Ethephon memiliki kandungan berupa gas etilen dan jika diaplikasikan pada alur sadap, gas tersebut akan meresap ke dalam pembuluh lateks. Prinsip kerjanya adalah gas etilen akan menyerap air yang berada dalam sel-sel di sekitar pembuluh lateks. Penyerapan air yang terjadi mengakibatkan tekanan turgor naik dan berakibat pada derasnya aliran lateks yang keluar. Produksi tanaman karet hanya dapat ditingkatkan melalui penggunaan

18 4 zat stimulansia jika telah berumur lebih dari 10 tahun atau 15 tahun dan disadap dengan intensitas rendah (½ S d/4 atau ½ S d/3). Siregar dan Suhendry (2013) menyatakan bahwa terdapat empat teknik aplikasi zat stimulansia, yaitu groove application (Ga), lace application (La), bark application (Ba), dan bark hole application (Bhl). Teknik Ga merupakan teknik aplikasi zat stimulansia dengan terlebih dahulu menarik scrap dari alur sadap dan setelah terlepas zat stimulansia dioleskan tepat pada alur sadap tersebut menggunakan sikat gigi atau kuas. Teknik La dilakukan dengan langsung menggosokkan ujung sikat gigi atau kuas yang telah dicelupkan dalam larutan zat stimulansia ke alur sadap tanpa menarik scrap-nya terlebih dahulu. Teknik Ba dilakukan dengan terlebih dahulu mengerok kulit perawan selebar cm hingga sebatas kulit pasir dan kemudian ujung sikat gigi atau kuas yang telah dicelupkan dalam larutan zat stimulansia dioleskan tepat pada kulit kerokan tersebut. Teknik Bhl dilakukan dengan terlebih dahulu membuat lubang berdiameter cm pada permukaan kulit tanaman karet, kemudian wadah atau botol zat stimulansia dihubungkan menggunakan selang menuju lubang tersebut untuk mengalirkan zat stimulansia ke dalam kulit tanaman karet. Kering Alur Sadap Penyakit kering alur sadap (KAS) merupakan penyakit bidang sadap akibat adanya gangguan fisiologis yang disebabkan oleh intensitas penyadapan yang terlalu berat dan pemberian zat stimulansia yang berlebihan (Siregar dan Suhendry 2013). Penyakit kering alur sadap (KAS) yang tinggi pada perkebunan karet tidak dapat dipisahkan dari klon dan sistem eksploitasi tanaman. Penyakit KAS tergolong ke dalam penyakit tanaman karet yang sangat merugikan. Pencegahan KAS merupakan upaya prioritas yang harus dilakukan untuk mempertahankan produksi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan sistem eksploitasi yang tepat (Boerhendhy dan Amypalupy 2010). Klon berproduksi tinggi dan rentan terhadap zat stimulansia tidak dianjurkan untuk diberi zat stimulansia, seperti klon PB 235, PB 260, dan RRIM 712 (Sumarmadji 2000), dan klon BPM 1, PB 330, dan RRIC 100 (Woelan et al. 1999). Robianto (2013) menyatakan bahwa pohon yang terserang kering alur sadap (KAS) di Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera bukan karena tanaman tersebut telah berumur lebih tua, tetapi lebih disebabkan karena adanya intensitas penyadapan yang terlalu sering, terutama adanya penyadapan liar yang dilakukan pada malam hari sehingga dalam satu hari tanaman karet disadap dua kali, ditambah dengan adanya aplikasi zat stimulansia. Serangan KAS lebih tinggi terjadi pada tanaman tahun tanam 2004 dibandingkan tahun tanam Persentase serangan KAS pada tanaman tahun tanam 2004 dan 2006 masingmasing adalah 5.62% dan 0.43%.

19 5 Premi Penyadapan Premi adalah pendapatan yang diperoleh pekerja apabila telah melampaui batas ketentuan basis kerja yang ditetapkan perusahaan. Seseorang yang bekerja melebihi kewajibannya berhak memperoleh premi (Ghani 2003). Premi yang diterima oleh seorang penyadap di perkebunan karet adalah premi penyadapan. Setiap perkebunan karet memiliki ketentuan masing-masing dalam menetapkan sistem premi penyadapaan. Saragih (2002) menyatakan bahwa sistem premi sadap yang diberlakukan di Kebun Kawung, PTP Nusantara IX terdiri atas premi buka sadap, premi luar buka sadap, premi sadap borongan, dan premi untuk pengawas. Premi buka sadap terdiri dari premi kualitas, yaitu Rp 500 HK -1 efektif dan premi kuantitas, yaitu Rp 45 kg -1 karet kering. Premi luar buka sadap dihitung berdasarkan klasifikasi penyadap. Premi sadap borong berlaku pada hari Minggu atau hari libur dan perhitungan preminya sama dengan premi luar buka sadap, akan tetapi premi kuantitas diganti dengan premi sadap borong sebesar Rp 700 kg -1 karet kering. Premi penyadapan diberikan setiap akhir bulan berdasarkan premi yang diperoleh setiap hari, baik dari sadap rutin maupun borongan selama satu bulan. Premi pengawas terdiri dari premi untuk mandor sebesar 200%, mandor sadap atau tap control sebesar 150%, dan pelayan TPH sebesar 100% masing-masing dari rata-rata premi penyadap. Herdiati (2003) menyatakan bahwa premi penyadap yang diberikan di PT Pinago Utama Sei Kukui bertujuan untuk meningkatkan semangat dan prestasi kerja penyadap sesuai dengan kriteria dan ketentuan yang telah ditetapkan. Premi penyadapan yang diterima oleh seorang penyadap terdiri atas premi lateks, premi cuplump, premi scrap, premi kualitas, dan premi kehadiran. Premi lateks untuk kelas A adalah Rp 140 kg -1, kelas B adalah Rp 95 kg -1, dan kelas C adalah Rp 55 kg -1. Premi cuplump dan scrap ditentukan berdasarkan jumlah cuplump dan scrap yang diperoleh penyadap selama satu bulan dikalikan dengan premi masingmasing, yaitu cuplump sebesar Rp 50 kg -1 dan scrap sebesar Rp 150 kg -1. Tenaga Kerja Penyadapan Fungsi manajemen sumber daya manusia tidak cukup hanya dipandang sebagai fungsi pendukung operasi dan lebih rendah dari fungsi utama seperti pemasaran, operasional, ataupun keuangan. Fungsi sumber daya manusia tidak dapat digantikan oleh fungsi lain dalam memberikan kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan. Oleh karena itu, evaluasi terhadap pelaksanaan dan pengendalian program-program sumber daya manusia harus dilakukan agar fungsi sumber daya manusia berjalan dengan baik (Kosasih et al. 2012). Pengelolaan tenaga kerja dinilai memiliki prioritas yang sama dengan aspek teknis pengelolaan kebun karet. Tinggi atau rendahnya produksi lateks yang dihasilkan dari kebun sangat ditentukan oleh baik atau tidaknya penyadap melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, penyadapan tanaman karet sering didefinisikan sebagai perpaduan kebijaksanaan antara aspek teknis agronomi dan pengelolaan tenaga kerja (Siregar 1995). Hamparan kebun karet yang dapat disadap oleh seorang penyadap dikenal dengan istilah hanca sadap. Seorang penyadap yang terampil mampu menyadap

20 6 tanaman karet sebanyak tanaman pada areal datar dan tanaman pada areal bergelombang atau sama dengan 1 ha hanca setiap hari (Siregar dan Suhendry 2013). Seorang penyadap di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera mampu menyadap tanaman karet sebanyak tanaman setiap hari atau sama dengan hanca seluas ha dengan populasi normal 505 tanaman ha -1 (Robianto 2013). METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Sub-Divisi I,, Perkebunan Karet Dolok Merangir, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE), Simalungun, Sumatera Utara. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan, dimulai pada tanggal 10 Februari 2014 hingga 9 Juni Metode Pelaksanaan Kegiatan magang di PT BSRE dilaksanakan dengan mengikuti serangkaian kegiatan teknis dan manajerial kebun. Kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan teknis sebagai karyawan harian lepas atau free labour (FL) selama satu bulan dan kegiatan manajerial sebagai pendamping mandor selama dua bulan serta sebagai pendamping asisten sub-divisi selama satu bulan. Kegiatan teknis Kegiatan teknis bertujuan untuk memperoleh dan meningkatkan kemampuan teknis yang dilaksanakan oleh karyawan kebun di lapangan. Kegiatan teknis yang dilaksanakan sebagai tenaga FL selama satu bulan adalah kegiatan di pembibitan green budding yang terdiri atas persemaian, pengendalian gulma di pembibitan, seleksi calon batang bawah (culling), okulasi, pewiwilan, dan seleksi bibit siap tanam. Kegiatan teknis di lapangan terdiri atas pemancangan, persiapan lahan, aplikasi zat stimulansia, penyadapan, dan penimbangan hasil. Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan manajerial Kegiatan manajerial bertujuan untuk memperoleh dan meningkatkan kepemimpinan dan kemampuan manajerial kebun sesuai dengan prosedur operasional standar perusahaan. Kegiatan manajerial yang dilaksanakan sebagai pendamping mandor sadap dan perawatan adalah mengawasi kegiatan kerja, mengecek kehadiran karyawan, dan membuat laporan realisasi pekerjaan harian. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan manajerial yang dilaksanakan sebagai pendamping asisten sub-divisi adalah melaksanakan fungsi pengawasan terhadap seluruh kegiatan

21 kerja sub-divisi, pendampingan saat rapat dan apel/antrian pagi, dan penyusunan laporan administrasi sub-divisi. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 3. 7 Pengamatan dan Pengumpulan Data Metode memperoleh data dan informasi selama kegiatan magang dilakukan dengan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mengumpulkan data primer melalui wawancara, diskusi, dan pengamatan langsung di lapangan. Metode tidak langsung dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder mengenai letak geografis dan administratif kebun, keadaan iklim dan tanah, luas areal konsesi dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, dan struktur organisasi dan ketenagakerjaan. Pengumpulan data selama dilaksanakannya kegiatan magang diperoleh dengan melakukan pengamatan dan pengukuran langsung pada data primer dan analisis arsip pada data sekunder. Data primer Data primer merupakan data yang bersumber dari pengamatan langsung di lapangan sehingga diperoleh hasil dalam bentuk data primer kuantitatif dan kualitatif. Data primer yang diamati antara lain adalah: 1. Populasi tanaman siap sadap per hanca Pengamatan terhadap data ini dilakukan untuk mengetahui populasi rata-rata tanaman karet yang telah siap untuk disadap per hanca. Pengamatan dilakukan pada sepuluh sampel hanca penyadapan dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sehingga terdapat tiga hanca pengamatan sebagai ulangan untuk setiap penyadap. Data diperoleh dengan mewawancarai penyadap dan sensus terhadap jumlah tanaman (treecount) siap sadap di setiap hanca sampel. 2. Konsumsi kulit sadapan Pengamatan terhadap data ini dilakukan masing-masing pada sepuluh sampel hanca sadap dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sehingga terdapat tiga hanca pengamatan sebagai ulangan untuk setiap penyadap. Jumlah tanaman sampel yang diamati dari setiap penyadap adalah sebanyak 30 tanaman. Komponen-komponen konsumsi kulit sadapan yang diamati terdiri atas: a. Tebal irisan sadap. Pengamatan dilakukan dengan mengukur ketebalan kulit bekas sadapan (tatal) menggunakan sigmat pada hari dilakukannya penyadapan. Kulit bekas sadapan diambil dan dikumpulkan sesuai dengan asal tanaman sampel, kemudian diukur untuk memperoleh nilai ketebalan kulit sadapan sesuai hanca dan hari sadapnya. b. Kedalaman sadap. Pengamatan dilakukan dengan menusukkan alat tusuk berupa jarum inspeksi hingga menyentuh kayu pada bidang sadapan yang baru disadap dan kemudian mengukur hasil kedalaman tusukan tersebut menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan pada tiga titik bidang sadapan, yaitu bagian atas, tengah, dan bawah. c. Tebal konsumsi kulit bulanan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur ketinggian alur sadapan terakhir terhadap alur sadapan pertama atau sadapan perawan menggunakan meteren gulung pada masing-masing tanaman sampel.

22 8 Nilai hasil pengamatan yang diperoleh merepresentasikan tingkat konsumsi kulit bulanan atau tahunan. Pengamatan dilakukan pada hanca dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 panel BOI-1 yang telah disadap selama 6 bulan dan sistem sadap sorong ¼ S d/3 panel HOI-2 yang telah disadap selama 12 bulan. d. Panjang alur sadap. Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang alur sadap masing-masing tanaman sampel dari kiri atas ke kanan bawah. Pengukuran panjang alur sadap dilakukan menggunakan meteran gulung pada sepuluh sampel hanca penyadapan dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sehingga terdapat tiga hanca pengamatan sebagai ulangan untuk setiap penyadap. Jumlah tanaman sampel yang diamati dari setiap penyadap adalah sebanyak 30 tanaman. e. Kemiringan sadapan. Pengamatan terhadap data ini dilakukan dengan mengukur kemiringan bidang sadap terhadap bidang horizontal. Pengukuran kemiringan sadapan dilakukan menggunakan busur digital pada sepuluh sampel hanca penyadapan dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sehingga terdapat tiga hanca pengamatan sebagai ulangan untuk setiap penyadap. Jumlah tanaman sampel yang diamati dari setiap penyadap adalah sebanyak 30 tanaman. 3. Aplikasi zat stimulansia Pengamatan terhadap data ini dilakukan dengan mengamati dan mempraktikkan proses penyiapan larutan zat stimulansia, mencatat informasi frekuensi aplikasi zat stimulansia, penentuan dosis aplikasi zat stimulansia per tanaman spesifik panel sadapan, cara pengaplikasian, merek dagang, dan bahan aktif. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kegiatan kerja pada satu mandoran stimulansia. 4. Tanaman terserang Kering Alur Sadap (KAS) Pengamatan terhadap data ini dilakukan untuk memperoleh data jumlah tanaman karet yang terserang KAS akibat penerapan sistem eksploitasi yang tidak tepat. Data diperoleh melalui analisis arsip laporan Tapping Panel Dryness kebun. Metode deteksi serangan KAS yang dilakukan di PT BSRE adalah metode sampling dan pengamatan secara visual. Tanaman sampel siap sadap diambil secara acak sebanyak 200 tanaman dari satu blok, kemudian jumlah tanaman terserang KAS yang ditemui dipersentasekan dan dikalikan dengan jumlah tanaman (treecount) siap sadap keseluruhan blok tersebut. Deteksi visual serangan KAS dilakukan pada blok-blok dengan panel sadapan BO dan HO yang masingmasing memiliki tahun tanam berbeda. 5. Tenaga kerja penyadapan Pengamatan terhadap data ini dilakukan untuk memperoleh informasi hubungan korelasi antara pengalaman kerja penyadap dan produksi lateks yang diperoleh serta melihat pengaruh perbedaan latar belakang pendidikan, usia, dan pengalaman kerja penyadap terhadap produksi lateks yang diperoleh. Data diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung terhadap produksi lateks yang dihasilkan dan wawancara kepada sepuluh tenaga penyadap pada hanca sampel.

23 Data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan melakukan analisis arsip perusahaan, laporan kerja, dan studi pustaka. Data ini tersedia dalam bentuk data kualitatif. Data sekunder yang diamati antara lain adalah: 1. Manajemen bidang sadap Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai penerapan manajemen bidang sadap tanaman karet spesifik klon dan umur sadap pada beberapa tahun tanam. Penerapan manajemen bidang sadap merupakan cara untuk mengelola umur ekonomi tanaman karet secara optimal. 2. Kelas penyadap di kebun Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai syarat penentuan kelas penyadap berdasarkan mutu sadapan sesuai prosedur operasional standar penyadapan perusahaan. 3. Sistem premi penyadapan Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai sistem premi penyadapan yang diterapkan di PT BSRE. Penyadap yang mampu mencapai atau melebihi target produksi yang ditetapkan perusahaan akan memperoleh premi penyadapan. 4. Letak geografis dan administratif Data ini diperoleh dengan melakukan uji koordinat GPS dan pengenalan batas-batas kebun PT BSRE dengan cara mempelajari peta kebun. 5. Keadaan iklim dan tanah Data ini diperoleh dengan menganalisis laporan catatan curah hujan kebun dan kemudian dilanjutkan dengan studi pustaka mengenai tipe iklim di PT BSRE berdasarkan klasifikasi Schmidth dan Ferguson. 6. Luas areal konsesi dan tata guna lahan Data ini diperoleh dengan menganalisis laporan tata guna lahan dan arsip status HGU terakhir PT BSRE. 7. Keadaan tanaman dan produksi Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip tahun penanaman dan laporan produksi tahunan PT BSRE. 8. Struktur organisasi dan ketenagakerjaan Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai struktur organisasi kebun di PT BSRE dan laporan jumlah tenaga kerja efektif tahun Analisis Data dan Informasi Data dan informasi yang diperoleh selama magang dianalisis menggunakan uji t-student taraf nyata 5% yang meliputi data produksi lateks dan konsumsi kulit sadapan sadapan berdasarkan kelas penyadap, umur, pengalaman kerja, dan latar belakang pendidikan terakhir, sedangkan jumlah tanaman terserang KAS dibandingkan berdasarkan klon dan tahun tanam. Hasil t-hitung kemudian dibandingkan dengan t-tabel. Jika nilai t-hitung berada dalam wilayah kritik, maka hasil pengamatan berbeda nyata dan sebaliknya jika t-hitung berada di luar wilayah kritik, maka hasil pengamatan tidak berbeda nyata (Walpole 1992).

24 10 t-hitung = rataan pengamatan 1 - rataan pengamatan 2 Sp (1/n 1 + 1/n 2 ) Nilai Sp = [ (n 1-1) S (n 2-1) S 2 2 ] (n 1 + n 2 ) - 2 Dimana: Sp : simpangan baku gabungan pengamatan 1 dan 2 n 1 : populasi pengamatan 1 n 2 : populasi pengamatan 2 S 1 2 : ragam populasi 1 S 2 2 : ragam populasi 2 Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan positif atau negatif antara pengalaman kerja penyadap dan produksi lateks yang dihasilkan. r = n x i y i (( x i ) ( y i )) ) 2 [ n x i ( x i ) 2 2 ] [ n y i ( y i ) 2 ] Dimana: r : koefisien korelasi contoh (-1 < r < 1) x i : nilai populasi x ke-i y i : nilai populasi y ke-i n : jumlah populasi yang diamati Analisis deskriptif dilakukan terhadap data dan informasi aplikasi zat stimulansia, pola penerapan rumus sadap berdasarkan umur sadap dan klon, kelas penyadap di kebun, dan sistem premi penyadapan. Hasil analisis statistik yang diperoleh akan digunakan untuk menentukan kesesuaian hasil kerja penyadap terhadap standar yang diterapkan perusahaan. KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Administratif Perkebunan Karet PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE) terletak di Nagori Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Head Office perkebunan karet ini secara geografis terletak pada koordinat 3 o Lintang Utara dan 99 o Bujur Timur. Letak wilayah administratif PT BSRE adalah sebelah timur berbatasan dengan PTPN IV Unit Dolok Ilir, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tapian Dolok, sebelah utara berbatasan dengan Kebun PTPN III Unit Gunung Para, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tapian Dolok. Perkebunan Karet PT BSRE Dolok Merangir terletak pada ketinggian meter di atas permukaan laut (dpl) dengan kondisi kelerengan lahan datar hingga berbukit. Empat divisi berada di wilayah Head Office Dolok Merangir, sedangkan satu divisi terpisah dan berada di Kabupaten Asahan, yaitu Divisi V Aek Tarum. Peta lokasi Perkebunan Karet PT BSRE sesuai luas lahan konsesi terakhir dapat dilihat pada Lampiran 4.

25 11 Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan iklim di Perkebunan Karet PT BSRE menurut klasifikasi Schmidth dan Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim A (sangat basah) dengan curah hujan rata-rata tahunan mm tahun -1, bulan basah (BB) 9.30 bulan, dan bulan kering (BK) 1.10 bulan dalam setahun. Kelembaban udara rata-rata harian adalah + 75% dengan suhu rata-rata 30 o C. Data curah hujan di Perkebunan Karet PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 5. Jenis tanah yang terdapat di Perkebunan Karet PT BSRE adalah Podsolik Merah Kuning dengan ph 6 7. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Perkebunan karet PT BSRE secara keseluruhan memiliki lahan konsesi seluas ha yang terbagi atas lima divisi, yaitu Divisi I Naga Raja seluas ha, Divisi II Dolok Merangir seluas ha, seluas ha, Divisi IV Dolok Ulu seluas ha, dan Divisi V Aek Tarum seluas ha. Lahan perkebunan karet yang diusahakan oleh PT BSRE sepenuhnya adalah lahan perkebunan inti sesuai dengan sertifikat HGU yang diperoleh dari pemerintah. Status kepemilikan perusahaan tercantum dalam keputusan sirkuler pada Akte Notaris No. 80, Persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C HT TH.2005 tanggal 2 Februari 2005 dan Persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 236/B.2/A6/2005 tanggal 4 Oktober terbagi atas tiga Sub-Divisi, yaitu Sub-Divisi H Pondok Burihan seluas ha, Sub-Divisi I Pondok Baru seluas ha, dan Sub-Divisi J Jaman Dolok seluas ha. Luas areal penggunaan lahan di PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Pembagian luas areal penggunan lahan PT BSRE Uraian Luas lahan Sub-Divisi (ha) H I J Total TM Karet TBM Karet Replanting Pembibitan Areal terbuka dapat ditanami Jalan/rel Bangunan dan pemukiman Sawah dan rawa Hutan konservasi Total *Sumber: Laporan status hektar efektif tahun 2014

26 12 Keadaan Tanaman dan Produksi Perkebunan karet PT BSRE terdiri atas beberapa tahun tanam, baik tahun tanam paling tua berupa tanaman menghasilkan (TM) hingga tahun tanam yang paling muda berupa tanaman belum menghasilkan (TBM). Tahun tanam yang terdapat di terdiri atas tahun tanam 1991, 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2005, 2006, 2007, 2009, 2012, dan Tanaman karet di PT BSRE sudah mulai dapat disadap ketika memasuki umur bulan setelah dipindah tanam ke lapangan. Klon karet yang ditanam di PT BSRE khususnya di antara lain adalah klon PB 260, PB 235, PB 330, PB 340, DMI 3, DMI 4, DMI 12, DMI 13, DMI 14, RRIC 100, RRIM 901, RRIM 911, dan RRIM 921. Jarak tanam yang digunakan untuk replanting tahun 2014 adalah 4 m x 4.5 m membentuk pola mata lima, yaitu 4 m jarak dalam baris dan 4.5 m jarak antar baris tanaman sehingga terdapat populasi sebanyak 555 tanaman ha -1. Luas areal TM dan TBM di PT BSRE sesuai tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Luas areal penanaman TM dan TBM di PT BSRE Tahun Tanam Luas areal penanaman Sub-Divisi (ha) H I J TM TBM Total *Sumber: Laporan status hektar efektif Field Service Department tahun 2014

27 Produksi yang dihasilkan di PT BSRE adalah cuplump, yaitu lateks yang digumpalkan langsung di mangkuk penampung menggunakan larutan asam semut atau formic acid 3%. Hasil produksi berupa cuplump ini kemudian diangkut menggunakan truk dan diolah di pabrik Dolok Merangir (DM-Factory). Pabrik Dolok Merangir merupakan pabrik pengolahan karet alam yang khusus memproduksi Crumb Rubber SIR 10 (TA62), SIR 20VK (TA77), dan SIR 3WF (TA01) untuk diekspor ke Jepang, Amerika, dan Brazil. Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman karet selama delapan tahun di dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun Tahun Luas TM (ha) Rata-rata produksi karet kering (kg) Rata-rata produktivitas karet kering (kg ha -1 ) *Sumber: Laporan Field Dry Production History-Field Service Department tahun 2014 Produktivitas selama tahun 2005 hingga tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2008 hingga tahun 2012 cenderung mengalami penurunan. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2008, yaitu kg ha -1 tahun -1 karet kering, sedangkan produktivitas terendah terjadi pada tahun 2005, yaitu kg ha -1 tahun -1 karet kering dengan rata-rata pencapaian dry rubber content (DRC) kebun 48%. Produktivitas tertinggi pada tahun 2008 dicapai karena tanaman karet yang ditanam telah mencapai kemampuan berproduksi maksimal sesuai potensi produksinya. Penurunan produktivitas mulai tahun 2008 hingga 2012 dipengaruhi oleh kondisi tanaman di beberapa blok telah berumur tua dan mulai memasuki masa replanting. Kegiatan replanting terbesar pada tahun 2014 di akan dilaksanakan secara intensif di Sub-Divisi I Pondok Baru. Klon-klon yang akan ditanam di sebagian besar adalah klon karet dengan seri PB, yaitu PB 330 dan PB 340. Klon PB 330 akan ditanam di lahan seluas ha atau 40.26% dari luas total replanting, sedangkan klon PB 340 akan ditanam di lahan seluas ha atau 42% dari luas total replanting. Sisa 17.74% lahan replanting akan ditanami klon karet dengan seri trial dan DMI (Dolok Merangir Indonesia). Pencapaian replanting di sampai dengan bulan Juni 2014 adalah telah memasuki tahap pemancangan di seluruh blok penanaman. Program replanting di dapat dilihat pada Tabel 4. 13

28 14 Tabel 4 Program replanting di tahun 2014 Sub-Divisi Blok Klon yang akan ditanam x Luas (ha) H U-15 PB I AA-26 PB T-21 PB T-22 PB U-21 DMI U-22 PB V-22 PB W-22 PB X-24 PB Y-22 DMI Y-23 PB Y-24 DMI J AA-16 PB BB-16 PB BB-19 PB Total x PB: Prang Besar; DMI: Dolok Merangir Indonesia *Sumber: Replanting Program by Block- tahun 2014 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan karet PT BSRE merupakan perkebunan karet yang seluruh unit departemennya berada pada satu lokasi terpusat, yaitu di Emplasmen Dolok Merangir. Pimpinan tertinggi yang berwenang terhadap beberapa departemen di PT BSRE adalah seorang Presiden Direktur. Field Department dipimpin oleh seorang manager field operational (MFO) yang membawahi lima manajer kebun dan seorang manager field administration (MFA). Manajer kebun masing-masing membawahi tiga asisten lapangan dan asisten training, kecuali Divisi II Dolok Merangir dan Divisi V Aek Tarum yang masing-masing membawahi empat asisten lapangan dan dua asisten training, sedangkan MFA membawahi seorang asisten field service department (FSD). Manajer kebun berkewajiban dan berwenang mengawasi para asisten lapangan, memberikan pedoman tata cara kerja untuk mengontrol biaya dan meningkatkan efisiensi, mengawasi kegiatan administrasi lapangan, menyiapkan estimasi produksi dan anggaran tahunan (annual budget), memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan karyawan, mengawasi pemeliharaan fasilitas umum dan kebun, mengawasi dan memeriksa kualitas kegiatan penyadapan, memastikan pengiriman hasil (cuplump dan lateks) sesuai SOP, dan memonitor kegiatan apel/antrian pagi rutin pukul WIB di setiap sub-divisi wilayah kerjanya secara bergiliran. Manajer kebun dibantu oleh seorang krani manajer selama melaksanakan kegiatan di kantor kebun, sedangkan ketika di lapangan sepenuhnya dibantu oleh para asisten kebun dan seorang asisten training. Struktur organisasi kebun di PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 6. Tenaga kerja yang terdapat di PT BSRE terdiri atas staf, karyawan, dan pekerja lepas atau free labour (FL). Pekerja lepas tidak secara

29 langsung menjadi tanggungan pihak PT BSRE, tetapi sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor selaku pihak kedua. Tenaga kerja staf terdiri dari majer kebun, asisten kebun, dan asisten training. Karyawan terdiri dari karyawan SKU bulanan atau monthly paid (MP) dan karyawan SKU harian atau daily paid (DP). Mandor besar, mandor satu, mandor sadap, krani, dan mandor perawatan termasuk ke dalam MP, sedangkan tenaga penyadap (tapper) termasuk ke dalam DP. Jumlah tenaga kerja di adalah 878 orang dengan indeks tenaga kerja (ITK) 0.28 orang ha -1. Nilai ITK di PT BSRE masih lebih rendah dibandingkan dengan di Perkebunan Karet TGE PT PP London Sumatera. Robianto (2013) menyebutkan bahwa ITK di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera adalah 0.38 orang ha -1. Komposisi tenaga kerja di PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Komposisi tenaga kerja di PT BSRE tahun 2014 Golongan Jabatan Jumlah (orang) Staf Manajer divisi, Asisten sub-divisi, dan Asisten training 5 Karyawan Monthly paid Mandor besar, Mandor satu, Mandor sadap, Mandor perawatan (penunasan, semprot, penyakit, pemupukan, dan stimulansia), Krani manajer, Krani sub-divisi, dan Krani stasiun lateks 169 Daily paid Penyadap 704 Total 878 *Sumber: Buku labour force effective- tahun ITK = Jumlah Tenaga Kerja Luas kebun = 878 orang ha = 0.28 orang ha -1 Sistem kerja yang diterapkan di PT BSRE adalah sistem kerja harian dan borongan. Sistem kerja harian memberlakukan jam kerja selama 7 jam HK -1, sedangkan sistem borongan adalah berdasarkan besaran basis tugas yang harus diselesaikan setiap pekerja dan kemudian dihargai dengan pemberian prestasi kerja berupa HK. Sistem kerja borongan tidak memiliki batasan waktu. Artinya, jika suatu pekerjaan selesai dikerjakan dalam waktu 3 jam dan telah mencapai basis tugas, maka akan dihargai Rp HK -1. Sistem kerja borongan hanya berlaku untuk pekerja lepas atau FL, sedangkan sistem kerja harian berlaku untuk tenaga penyadap (tapper) atau karyawan SKU harian lainnya. Kegiatan kerja di lapangan pada hari Senin hingga Sabtu di PT BSRE bagi pekerja lepas atau FL dimulai pada pukul WIB, sedangkan kegiatan kerja bagi karyawan SKU harian dimulai pada pukul WIB. Karyawan SKU harian, khususnya seperti penyadap (tapper) dan pengokulasi tetap bekerja pada hari Minggu dengan diberi upah secara kontan sebesar Rp hari -1. Upah ini dikenal dengan istilah upah kontanan. Jenis pekerjaan dengan sistem borongan antara lain pengendalian gulma, hama dan penyakit, penunasan cabang, pemupukan, pembibitan, penyemaian

30 16 benih, pengisian polybag, seleksi batang bawah (culling), penyerongan (cutback), penimbangan dan pengangkutan cuplump, penggambaran panel sadapan, dan aplikasi zat stimulansia. Jenis pekerjaan dengan sistem kerja harian adalah penyadapan, okulasi, dan pemancangan. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Kegiatan produksi bibit di PT BSRE dilaksanakan di Sub Divisi I, Divisi III Dolok Ulu dan berada di bawah tanggung jawab field service department (FSD). Total luas pembibitan produksi beserta sarana pendukung seperti bangunan dan jalan adalah ha, sedangkan total luas kebun entress (source nursery) adalah 9.06 ha. Kebun entress ini terletak di lokasi yang berbeda, yaitu di Blok N-31 Sub-Divisi E, Divisi II Dolok Merangir. Bibit yang diproduksi di pembibitan PT BSRE pada tahun 2014 antara lain adalah PB 260, PB 330, PB 340, DMI 11, DMI 13 dan DMI 35. Kriteria lokasi produksi bibit yang dimiliki oleh PT BSRE adalah areal rata, dekat dengan sumber air, dan merupakan pusat dari areal penanaman. Hal ini bertujuan untuk mempermudah perawatan, kontrol, dan pendistribusian bibit. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama magang di pembibitan produksi dan kebun entress antara lain adalah pembuatan bedengan pembibitan, penyemaian benih, seleksi batang bawah (culling), okulasi (budding), pengendalian gulma, dan seleksi bibit siap tanam. Persemaian. Benih karet yang disemai berasal dari biji tanaman karet yang tersedia di lapangan dan dikenal dengan istilah benih campuran (mixed). Kriteria benih yang akan disemai antara lain memiliki ciri fisik ukuran paling besar, berat, dan berkilau. Benih yang tidak normal dengan ciri fisik ringan, buram, pecah atau berjamur langsung segera disingkirkan. Benih karet disemai dengan cara ditebarkan satu lapis di atas bedengan berukuran 15 m x 0.9 m x 0.05 m yang telah diisi lapisan pasir tipis dan disusun saling berdekatan dengan kerapatan ratarata 1000 benih/m 2. Bagian bawah benih ditimbun dengan pasir untuk menjaga kelembaban, sedangkan sepertiga bagian atas benih dibiarkan tersembul. Benihbenih tersebut disiram pada pagi dan sore hari untuk menjamin kelembaban bedengan. Benih akan berkecambah setelah 7 8 hari kemudian pada musim kemarau dan 5 hari kemudian pada musim hujan. Benih akan segera dibongkar dari persemaian setelah radikulanya muncul, kemudian dicuci, dan langsung ditanam pada hari yang sama sebanyak tiga benih per polybag. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan persemaian ini adalah bersifat borongan dan penulis turut membantu melakukan persemaian benih. Kegiatan penyemaian benih karet dapat dilihat pada Gambar 1. Pengendalian gulma di pembibitan. Pengendalian gulma di pembibitan batang bawah khususnya gulma yang tumbuh di dalam polybag bibit dilakukan secara manual menggunakan tangan. Pencabutan dilakukan hingga ke akarnya agar gulma tidak tumbuh kembali. Gulma dominan yang tumbuh di dalam

Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Perkebunan Karet di Simalungun, Sumatera, Utara

Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Perkebunan Karet di Simalungun, Sumatera, Utara Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Perkebunan Karet di Simalungun, Sumatera, Utara Tapping Management of Rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.) on Rubber Plant in Simalungun, North

Lebih terperinci

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET DI SUSUN OLEH: ROBIANTO, SP Latar Belakang Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Karet

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN

PENGELOLAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN PENGELOLAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN RADHIYA NUR ANWAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

Sistem Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Tulung Gelam Estate, Sumatera Selatan. Robianto, Supijatno *

Sistem Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Tulung Gelam Estate, Sumatera Selatan. Robianto, Supijatno * Sistem Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Tulung Gelam Estate, Sumatera Selatan Tapping Sistem of Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) at Tulung Gelam Estate, South Sumatera Robianto,

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus Pembibitan

Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus Pembibitan Bul. Agrohorti 4(1) : 94-103 (2016) Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus Pembibitan Crop Management Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg) in

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull-Arg.) di Perkebunan Karet Gurach Batu Estate, Asahan, Sumatera Utara

Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull-Arg.) di Perkebunan Karet Gurach Batu Estate, Asahan, Sumatera Utara Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull-Arg.) di Perkebunan Karet Gurach Batu Estate, Asahan, Sumatera Utara Rubber Tapping System (Hevea brasiliensis Mull-Arg.) at Gurach Batu Estate, Asahan,

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI BATANG BAWAH, KLON BATANG ATAS, DAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI DAN PERTUMBUHAN BIBIT KARET

PENGARUH KONDISI BATANG BAWAH, KLON BATANG ATAS, DAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI DAN PERTUMBUHAN BIBIT KARET PENGARUH KONDISI BATANG BAWAH, KLON BATANG ATAS, DAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI DAN PERTUMBUHAN BIBIT KARET Suwarto, Radhiya Nur Anwar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

SISTEM PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk. SUMATERA SELATAN ROBIANTO

SISTEM PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk. SUMATERA SELATAN ROBIANTO SISTEM PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk. SUMATERA SELATAN ROBIANTO DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN Kriteria matang sadap Tanaman karet dapat disadap apabila telah memenuhi kriteria matang sadap pohon dan matang sadap kebun, yaitu: a. Matang sadap pohon - Umur tanaman

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Karet Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai 40 m dan 35 cm

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

TAP INSPEKSI PENDAHULUAN

TAP INSPEKSI PENDAHULUAN TAP INSPEKSI PENDAHULUAN Dimana Lateks tersimpan ; Didalam kulit, getah karet (lateks) tersimpan pada jaringan pembuluh lateks. Penyadapan ; Adalah tehnik menyayat kulit untuk memotong pembuluh pembuluh

Lebih terperinci

PENYAKIT BIDANG SADAP

PENYAKIT BIDANG SADAP PENYAKIT BIDANG SADAP KERING ALUR SADAP (KAS) Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang relative terselubung, karena secara morfologis tanaman tampak sehat, malah seringkali menampakkan pertumbuhan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Chart Title Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Data statistic Ditjen perkebunan tahun 2007, hanya 9 dari 33 propinsi yang tidak ditemukan pohon karet yaitu : DKI-Jakarta, Nusa Tenggara Barat,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENYADAPAN TANAMAN KARET

PENGELOLAAN PENYADAPAN TANAMAN KARET i PENGELOLAAN PENYADAPAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell-Arg) DI PERKEBUNAN KARET GURACH BATU ESTATE PT BAKRIE SUMATERA PLANTATION Tbk, ASAHAN, SUMATERA UTARA AWLIYA RAHMI ARJA A24120155 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

STUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300

STUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300 STUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300 SKRIPSI Oleh: FAUZI KURNIA 050307023/PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus:

Lebih terperinci

BISNIS BUDIDAYA KARET

BISNIS BUDIDAYA KARET BISNIS BUDIDAYA KARET TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut: Syarat tumbuh tanaman karet

Lebih terperinci

Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Kebun Sumber Tengah, Jember, Jawa Timur

Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Kebun Sumber Tengah, Jember, Jawa Timur Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Kebun Sumber Tengah, Jember, Jawa Timur Tapping of Rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.) at Sumber Tengah Resources, Jember, East Java Muhamad

Lebih terperinci

PENYADAPAN TANAMAN KARET

PENYADAPAN TANAMAN KARET PENYADAPAN TANAMAN KARET OLEH SYUKUR, SP, MP WIDYAISWARA MUDA BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2015 ABSTRAK Syukur, SP, MP. 2014. Penyadapan tanaman karet. Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas perkebunan yang dapat memberikan kontribusi dalam devisa negara dari sektor non migas. Karet juga merupakan sumber penghasilan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasilensis Muell) adalah komoditas utama dalam bidang perkebunan yang merupakan produksi non migas dan menjadi sumber devisa negara yang cukup

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN TEORITIS. Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan tanaman asli dari

II. TINJAUAN TEORITIS. Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan tanaman asli dari II. TINJAUAN TEORITIS 2.1. Manajemen Panen Tanaman Karet Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama PENDAHULUAN Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

VI ANALISIS FAKTOR FAKTOR SUMBER RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI KARET ALAM

VI ANALISIS FAKTOR FAKTOR SUMBER RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI KARET ALAM VI ANALISIS FAKTOR FAKTOR SUMBER RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI KARET ALAM Hasil dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karet alam PT Socfindo kebun Aek Pamienke, Kabupaten Labuhan Batu

Lebih terperinci

Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN

Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN MENGETAHUI PENGARUH KUALITAS KULIT PULIHAN KLON GT1, PR 300, DAN PR 303 TEHADAP PRODUKSI KARET (Hevea brasiliensis.l) DI KEBUN GETAS SALATIGA Galuh Banowati Pengajar PS Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 7 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab. Rokan Hulu, Riau. Tambusai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah 71 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Way Kanan Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah Kabupaten Lampung Utara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan ZPT terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP PRODUKSI KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI KEBUN HAPESONG PTPN III TAPANULI SELATAN

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP PRODUKSI KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI KEBUN HAPESONG PTPN III TAPANULI SELATAN PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP PRODUKSI KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI KEBUN HAPESONG PTPN III TAPANULI SELATAN The Effect of Elevation and Slope on Rubber (Hevea

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH ASAM GIBERELAT (GA 3 ) DAN PUPUK NPK PADA PENYAMBUNGAN TANAMAN MANGGA (Mangifera indica L.)

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH ASAM GIBERELAT (GA 3 ) DAN PUPUK NPK PADA PENYAMBUNGAN TANAMAN MANGGA (Mangifera indica L.) PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH ASAM GIBERELAT (GA 3 ) DAN PUPUK NPK PADA PENYAMBUNGAN TANAMAN MANGGA (Mangifera indica L.) SKRIPSI Oleh : RONIAWAN SINAGA 050301036/BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : MARGARETH THACHER MANURUNG AGROEKOTEKNOLOGI

SKRIPSI OLEH : MARGARETH THACHER MANURUNG AGROEKOTEKNOLOGI PENGARUH CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) UMUR 6, 10 DAN 14 TAHUN PADA PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR SKRIPSI OLEH : MARGARETH

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil lateks

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

Pemupukan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Menghasilkan di Kebun Sembawa, Sumatera Selatan

Pemupukan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Menghasilkan di Kebun Sembawa, Sumatera Selatan Pemupukan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Menghasilkan di Kebun Sembawa, Sumatera Selatan Fertilization Plant Rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Produce in Sembawa Estate, South Sumatra

Lebih terperinci

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Oleh : Iskandar Z. Siregar 3 MODULE PELATIHAN PERSEMAIAN Oleh : Iskandar Z. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F) FACULTY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Tanaman Karet Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai iklim dan hawa yang sama panasnya dengan negeri kita, karena itu karet mudah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

SISTEM EKSPLOITASI OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN TANAMAN KARET

SISTEM EKSPLOITASI OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN TANAMAN KARET SISTEM EKSPLOITASI OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN TANAMAN KARET Potensi produksi lateks beberapa klon anjuran yang sudah dilepas disajikan pada Gambar di bawah ini Produksi lateks beberapa Klon anjuran (***,**

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

Charloq 1) Hot Setiado 2)

Charloq 1) Hot Setiado 2) ANALISIS STRES AIR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET UNGGUL (Hevea brasiliensis Muell. Arg) (Water Stress Analysis on the Growth of the Excellent Rubber Varieties) Charloq 1) 2) 1) Staf pengajar PS Agronomi,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta : Eumycotina

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis.

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut (Setiawan dan Andoko, 2005) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman karet termasuk dalam kelas dicotyledonae, ordo euphorbiales, famili euphorbiaceae, genus hevea dan

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi Stimulan dan Intensitas Sadap pada Produksi Lateks Tanaman Karet Seedling (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

Pengaruh Konsentrasi Stimulan dan Intensitas Sadap pada Produksi Lateks Tanaman Karet Seedling (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Muhtaria: Pengaruh Konsentrasi Stimulan dan Intensitas Sadap... Pengaruh Konsentrasi Stimulan dan Intensitas Sadap pada Produksi Lateks Tanaman Karet Seedling (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) (The Effects

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi Lampung, sebagai dasar perekonomian dan sumber pemenuh kebutuhan hidup. Selain itu,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

PENGARUH PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN MUCUNA (Mucuna bracteata D.C) SKRIPSI

PENGARUH PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN MUCUNA (Mucuna bracteata D.C) SKRIPSI PENGARUH PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN MUCUNA (Mucuna bracteata D.C) SKRIPSI Oleh: AINUL FAHRIN SIREGAR 050301028 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tentang Benih Pada Tanaman Karet Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagian tanaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl SKRIPSI OLEH: DEWI MARSELA/ 070301040 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBERIAN STIMULAN ETEFON DENGAN TEKNIK BARK APPLICATION PADA PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

PEMBERIAN STIMULAN ETEFON DENGAN TEKNIK BARK APPLICATION PADA PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) PEMBERIAN STIMULAN ETEFON DENGAN TEKNIK BARK APPLICATION PADA PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) GIVING ETHEPHON STIMULANT WITH BARK APPLICATION TECHNIQUE TO THE LATEX PRODUCTION

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci