PENGELOLAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN RADHIYA NUR ANWAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul pengelolaan tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Sumatera Utara dengan aspek khusus pembibitan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Radhiya Nur Anwar NIM A

4 ABSTRAK RADHIYA NUR ANWAR. Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Sumatera Utara Dengan Aspek Khusus Pembibitan. Dibimbing oleh SUWARTO. Kegiatan magang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam aspek teknis maupun aspek manajemen dalam proses pengelolaan tanaman karet di lapangan. Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2014 di kebun dolok merangir PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Sumatera Utara. Pada tahun 2025 Indonesia menargetkan menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia dengan produksi juta ton tahun -1. Produktivitas karet Indonesia pada tahun 2012 adalah kg ha -1. Produktivitas dapat meningkat jika areal tanaman yang saat ini kurang produktif diremajakan menggunakan klon unggul. Pembibitan pada tanaman karet dipengaruhi oleh kegiatan okulasi. Pengamatan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan okulasi kemudian diuji menggunakan analisis data statistika yaitu uji F. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase keberhasilan okulasi lebih tinggi pada kondisi batang bawah yang sedang dorman. Persentase keberhasilan okulasi tertinggi terdapat pada klon PB 260 (86.12%) dengan rata-rata pertumbuhan tunas cm bulan -1 dan persentase keberhasilan okulasi terendah yaitu pada klon DMI 35 (48.31%). Waktu yang terbaik untuk melakukan okulasi pada tanaman karet adalah pada pukul WIB karena transpirasi dan intensitas cahaya matahari masih rendah. Kata kunci : karet, klon, okulasi, pembibitan ABSTRACT RADHIYA NUR ANWAR. Crop Management Rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.) in PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate North Sumatera With Special Aspects of Nursery. Supervised by Suwarto. Internship activities enhanced knowledge, skills, and enriched experience in technical aspects and management aspects of rubber management process in the field. This activity started from February to June 2014 in Dolok merangir PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, North Sumatra. In 2025 Indonesia targeted to be the largest natural rubber producing countries in the world with a production of million tons year -1. Indonesian rubber productivity in 2012 was kg ha -1. The productivity can be increased if the plant area which less productive rejuvenated by superior clones. Nursery in rubber influenced by budding activities. The observations aimed to determine the factors which affect of success budding and tested by statistical data analysis of F-test. The results showed that a higher percentage of successful budding rootstock on dormant condition. The percentage of budding success was highest in clones PB 260 (86.12%) with an average shoot growth of cm month -1 and the percentage of budding success was less in clones DMI 35 (48.31%). The best time for budding at 7:00 to 9:00 pm because low of transpiration and low light intensity. Keywords: budding, clone, nursery, rubber

5 PENGELOLAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN RADHIYA NUR ANWAR Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7

8

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayat-nya sehingga karya ilmiah dengan judul Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg.) di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Sumatera Utara Dengan Aspek Khusus Pembibitan dapat diselesaikan dengan baik. Proses pembuatan karya ilmiah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang mendukung dan membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua Bapak Ahidin dan Ibu Eni iriani, serta keluarga yang senantiasa memberikan doa, semangat, motivasi serta dukungannya kepada penulis. 2. Prof Dr Ir Soedirman Yahya, MSc, selaku dosen pembimbing akademik atas segala bimbingan dalam penyusunan rencana studi dan permasalahan terkait akademik. 3. Dr Ir Suwarto, MSi. selaku pembimbing skripsi atas segala bimbingan, arahan, dan saran-sarannya kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah. 4. Dr Dwi Guntoro, SP, MSi. Selaku dosen penguji pada ujian akhir atas segala masukkan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah. 5. Anggi Nindita, SP, MSi. Selaku dosen penguji pada ujian akhir atas segala masukkan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah. 6. Ir Zuki ElNasir selaku Manager Divisi III PT BSRE atas bimbingannya dalam pelaksanaan magang dan pembuatan laporan. 7. Ir Heri Haryono selaku Manager Divisi IV PT BSRE atas bimbingannya dalam pelaksanaan magang dan pembuatan laporan. 8. Ir PE Sibarani selaku Asisten Sub-divisi I PT BSRE atas bimbingannya dalam pelaksanaan magang dan pembuatan laporan. 9. Ir Rizalsyah selaku Asisten FSD PT BSRE atas bimbingannya dalam pelaksanaan magang dan pembuatan laporan. 10. HRD dan Safety Departement PT BSRE atas dukungannya dalam pelaksanaan magang. 11. Mandor Besar beserta jajaran di Sub-divisi I PT BSRE atas bimbingannya dalam pelaksanaan magang. 12. Keluarga Bapak Mulyadi dan Bapak Jumadi atas dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyusun karya ilmiah ini. 13. Sahabat-sahabat Eddelweis 47 atas dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyusun karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2014 Radhiya Nur Anwar

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Morfologi Tanaman Karet 2 Budi Daya Tanaman Karet 2 Pembibitan Tanaman Karet 5 METODE 8 Tempat dan Waktu 8 Metode Pelaksanaan 8 Pengamatan dan Pengumpulan Data 9 Pengolahan dan Analisis Data 9 KEADAAN UMUM 10 Letak Geografi 10 Keadaan Iklim dan Tanah 10 Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 10 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 15 Aspek Teknis 15 Aspek Manajerial 22 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 Keadaan Umum 36 Okulasi 36 Kondisi batang bawah 41 SIMPULAN DAN SARAN 44 Simpulan 44 Saran 44 DAFTAR PUSTAKA 45 LAMPIRAN 43 RIWAYAT HIDUP 53 DAFTAR TABEL 1 Pembagian luas areal penggunan lahan Divisi III Dolok Ulu BSRE 11 2 Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun Luas areal penanaman TM dan TBM sesuai tahun tanam di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 12 4 Program replanting di Divisi III Dolok Ulu tahun Komposisi tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 14

11 6 Faktor sukses okulasi 17 7 Kode aplikasi stimulansia 29 8 Kriteria penotolan tanaman siap sadap di PT BSRE 31 9 Penilaian kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Kriteria kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Pemberian premi penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Perbedaan antara okulasi dini, hijau, dan cokelat Persentase keberhasilan okulasi tiap klon Pengamatan rata-rata tinggi tunas pada 5 klon yang diamati Pengamatan kondisi batang bawah terhadap persentase keberhasilan okulasi Hasil pengamatan perbedaan waktu okulasi terhadap persentase keberhasilan okulasi 43 DAFTAR GAMBAR 1 Kegiatan persemaian 16 2 Kegiatan penanaman benih 16 3 Kegiatan okulasi 18 4 Kegiatan pembukaan okulasi 19 5 Kegiatan pewiwilan 19 6 Kegiatan seleksi bibit 20 7 Kegiatan angkut bibit 20 8 Aplikasi pupuk dasar 21 9 Kegiatan kebun entres Sistem penanaman mata lima pada tanaman karet Kegiatan pembibitan LCC Kegiatan pengendalian gulma Kegiatan semprot strip Kegiatan pemupukan TBM Metode menunas Kegiatan aplikasi ELS Kegiatan retraining 33 DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL 47 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Mandor 48 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Assistan Sub-divisi 50 4 Peta kebun PT BSRE 51 5 Data curah hujan kebun PT BSRE 52 6 Struktur organisasi divisi III PT BSRE 53 7 Deskripsi klon yang digunakan 54

12

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting baik untuk lingkup Indonesia maupun bagi internasional. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan mengungguli produksi negara-negara lain. Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia. Tanaman karet memiliki prospek yang sangat cerah sehingga upaya peningkatan produktivitas usaha tani karet terus dilakukan, terutama dalam bidang teknologi budidaya. Sumber devisa ini tentunya harus dikembangkan melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga, modal, dan teknologi yang tersedia tentang karet. Luas areal karet Indonesia saat ini, 85% (2.8 juta ha) merupakan areal perkebunan karet rakyat yang memberikan kontribusi 81% terhadap produksi karet alam nasional (Balit Sembawa 2010). Secara keseluruhan luas pertanaman karet di Indonesia dari tahun 1995 hingga tahun 2012 cenderung fluktuatif, tetapi pada tahun 2012 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2012 Indonesia memiliki perkebunan karet seluas ha dengan produksi mencapai ton dan produktivitas kg karet kering ha -1 (Ditjenbun 2013). Pada tahun 2025, Indonesia menargetkan menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia dengan produksi juta ton tahun -1. Permasalahan utama karet Indonesia adalah produktivitas dan mutu karet rakyat yang sangat rendah. Peningkatan produksi dapat dicapai jika areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif dapat diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul sehingga produktivitas rata-rata naik minimal kg karet kering ha -1 (Anwar 2007). Penggunaan bibit dari klon unggul dapat meningkatkan produktivitas rata-rata kebun dari kg karet kering ha -1 tahun -1 menjadi kg karet kering ha -1 tahun -1 (Balit Sembawa 2010). Perbaikan teknologi budi daya juga dapat menjadi salah satu usaha dalam meningkatkan produksi karet di Indonesia. Persiapan pembibitan merupakan aspek budi daya yang sangat penting dilakukan sebelum tanaman menghasilkan menjadi tua dan kurang produktif atau umur ekonomisnya habis. Perbanyakan vegetatif mempunyai peranan yang penting dalam budi daya tanaman perkebunan karena akan menghasilkan tanaman yang secara genetik sama dengan induknya sehingga memiliki sifat-sifat yang hampir seragam serta memiliki kemampuan produksi yang merata. Keseragaman ini akan meningkatkan efisiensi manajemen pengelolaan perkebunan (Boerhendhy dan Amypalupy 2010). Penyediaan bibit tanaman karet umumnya dilakukan melalui perbanyakan vegetatif terutama menggunakan teknik okulasi. Kendala yang terdapat dalam teknik okulasi tanaman karet diantaranya penggunaan klon unggul belum optimal dan pemilihan teknik okulasi yang belum sesuai. Oleh karena itu pengamatan aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan okulasi perlu dilakukan.

14 2 Tujuan Magang Tujuan magang secara umum untuk meningkatkan relevansi atau kesesuaian antara proses pendidikan dengan lapangan pekerjaan serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami aspek teknis maupun aspek manajemen dalam proses pengelolaan tanaman karet di lapangan. Tujuan secara khusus yaitu untuk mempelajari dan mengetahui pengelolaan aspek pembibitan tanaman karet terutama faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Karet Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) berasal dari Brazil. Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 m dengan diameter batang cukup besar. Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan di bagian atas. Batang ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Ada dua jenis karet yaitu karet alam dan karet sintesis. Setiap jenis karet ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga keberadaannya saling melengkapi. Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintesis dan sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan. Karet alam berasal dari alam yang terbuat dari getah tanaman karet. Sifat dan kelebihan karet alam yaitu daya elastis atau daya lenting yang sempurna, tidak mudah panas, tidak mudah retak, dan sangat plastis, sehingga mudah diolah (Setiawan dan Andoko 2008). Penelitian tentang pemuliaan karet terus dilakukan, sehingga diperoleh jenis karet baru yang sesuai dengan keinginan. Teknik okulasi yang didahului dengan seleksi tanaman induk sebagai awal kegiatan pemuliaan tanaman dapat menghasilkan klon tanaman karet dengan potensi produksi lateks tinggi. Okulasi dalam proses pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bahan tanam dengan kualitas yang memiliki produktivitas lateks yang tinggi atau disebut klon unggul. Produktivitas lateks dari klon-klon yang dianjurkan umumnya akan semakin meningkat sesuai dengan semakin bertambahnya umur tanaman. Tahun-tahun pertama, produksinya biasanya hanya kg karet kering ha -1 tahun -1. Produksi tersebut akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada tahun ke-8 sebesar 2000 kg karet kering ha -1 tahun -1. Setelah itu, produksinya akan terus menurun sampai diremajakan (Setiawan dan Andoko 2008). Aspek pembibitan yang menentukan kualitas klon yang dihasilkan harus diperhatikan agar mendapatkan hasil lateks yang optimal. Budi Daya Tanaman Karet Aspek budi daya dalam pengelolaan tanaman karet merupakan bagian yang sangat penting. Sistem budidaya yang baik akan menghasilkan hasil panen dengan

15 kualitas yang lebih baik. Hasil panen yang bermutu tinggi juga akan meningkatkan produktivitas dan tentunya jumlah produksi karet akan meningkat. Berikut ini adalah faktor budi daya yang penting dan harus diperhatikan. Pemilihan Lokasi Tanaman karet akan tumbuh baik jika ditanam di daerah yang memiliki ketinggian antara mdpl, kemiringan maksimum 45 o dengan kualitas tanah yang baik. Ketinggian >600 mdpl tidak cocok untuk tanaman karet karena berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Suhu optimal untuk tanaman karet antara 25 o C sampai 35 o C. Tanaman karet dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan antara mm tahun -1 dan merata sepanjang tahun, akan tetapi tanaman karet akan tumbuh lebih baik di daerah dengan curah hujan antara mm tahun -1 dengan hari hujan tahun -1 (Anwar 2001). Pengolahan Tanah dan Persiapan Tanam Pengolahan tanah dan persiapan tanam berkaitan dengan istilah replanting dan newplanting. Replanting merupakan penanaman ulang setelah tanaman lama dianggap tidak ekonomis lagi, sedangkan newplanting merupakan penanaman bukaan baru yang sebelumnya tidak ditanami tanaman karet. Kegiatan ini dimulai dari pembabatan pohon-pohon yang tumbuh, hal ini dilakukan dengan cara manual atupun dengan cara mekanik untuk kebun yang luas. Setelah itu tanah dibongkar atau dibajak dengan cangkul atau traktor sehingga sisa-sisa akar terangkat. Pada tanah yang bergelombang dengan kemiringan diatas 10 o dibuat teras dengan lebar teras minimal 1.5 m jarak antara teras yang satu dengan yang lain 7 m untuk jarak tanam 7 m x 3 m. selain itu pada pengolahan tanah harus diperhatikan juga perencanaan pembuatan jalan untuk lancarnya pengawasan dan pekerjaan di kebun dengan pertimbangan menyesuaikan dengan kemudahan angkutan lateks dari kebun ke tempat pengolahan (Setiawan dan Andoko 2008). Penanaman Sistem penanaman karet harus direncanakan sebaik-baiknya untuk mendapatkan hasil produksi yang baik. Sistem penanaman karet yaitu dengan sistem monokultur atau sistem tumpang sari. Pada sistem monokultur penanamannya dengan jarak segi tiga, bujur sangkar, dan tidak teratur. Sistem jarak tanam segitiga dan bujur sangkar menghasilkan jarak tanam yang teratur tetapi hanya bisa diterapkan pada penanaman di tanah yang datar sampai agak tegak. sedangkan untuk jarak tidak teratur hanya untuk penanaman di tanah miring yang diteras. Bibit okulasi yang biasanya ditanam di kebun biasanya diperoleh dari kebun pembibitan atau dari polybag sehingga untuk memindahkannya harus dibongkar terutama bibit yang berasal dari kebun pembibitan. Sebelum penanaman dibuat lubang tanam dengan jarak antar lubang 4.5 m x 4 m dan pembuatannya dimulai dengan mengajir lubang tanam sesuai jarak tanam tersebut. Jarak tanam yang digunakan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan tergantung pada kebijakan manajemen masing-masing perkebunan. Lubang tanam untuk okulasi stum mini atau bibit dalam kantong plastik adalah 40 cm x 40 cm x 40 cm. sedangkan untuk bibit okulasi stum tinggi umur 2 3 tahun adalah 60 cm x 60 cm x 60 cm. jika panjang akar tunggang bibit stum tinggi lebih dari 80 3

16 4 cm, maka dibagian tengah lubang tanam ditugal sedalam 20 cm. Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun dengan tanah bawah (subsoil) dan tanah atas (topsoil). Setelah itu lubang tanam diisi tanah sampai penuh dan dipadatkan sampai permukaannya rata dengan sekelilingnya untuk mencegah dan menahan terjadinya erosi (Boerhendhy dan Suryaningtyas 2012). Kebutuhan Bibit Kerapatan tanaman karet berkisar tanaman ha -1, tergantung variasi jarak tanam dan kondisi lahan (Boerhendhy dan Suryaningtyas 2012). Kebutuhan bibit untuk tiap hektarnya dipengaruhi oleh jarak tanam yang digunakan. Jarak tanam 4.5 m x 4 m jumlah pohon yang bisa ditanam untuk 1 ha adalah 555 pohon. Selain itu disiapkan juga bibit untuk sulaman sebanyak 5% dari jumlah yang akan ditanam sehingga jumlah bibit yang harus disiapkan berjumlah 527 bibit siap tanam hektar -1. Bibit yang ditanam harus memiliki kualitas yang baik dan jagur. Perawatan Tanaman Perawatan tanaman terbagi atas perawatan tanaman sebelum menghasilkan dan perawatan tanaman menghasilkan. Perawatan tanaman sebelum menghasilkan meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi dan penjarangan, pemeliharaan tanaman penutup tanah, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai 2 tahun sehingga tahun ketiga tidak ada lagi penyulaman tanaman. Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan cara manual dan kimia. Penyiangan dengan cara manual biasanya dilakukan 2 3 kali setahun. Sedangkan secara kimia gulma dapat dikendalikan dengan herbisida dilakukan 2 3 kali dalam setahun. Kegiatan pemupukkan bertujuan untuk mempertahankan kesuburan dan menjaga kelestarian tanah, menjaga keseimbangan hara tanah dan tanaman, mempercepat pertumbuhan tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit, mempercepat matang sadap dan mempertahankan produksi (Wijaya dan Hidayati 2012). Cara pemupukan ada 2 macam, yaitu manual circle dan chemical strip weeding. Pemupukan dengan cara manual circle dilakukan dengan terlebih dahulu membuat saluran melingkar di sekitar pohon dengan jarak dari pohon disesuaikan dengan umur tanaman. Setelah itu pupuk ditaburkan di saluran dan ditutup kembali dengan tanah. Sedangkan pemupukan dengan cara chemical strip weeding dilakukan dengan meletakan pupuk di luar jarak m dari barisan tanaman. Pemberian pupuk dilakukan pada saat pergantian musim, antara musim penghujan ke musim kemarau. Jenis pupuk yang diberikan adalah urea (45% N), SP36 (36% P 2 O 5 ), dan KCL (50% K 2 O). Dosis yang digunakan disesuaikan dengan jenis tanah yang ditanami (Setiawan dan Andoko 2008). Peremajaan Peremajaan dilakukan pada kebun-kebun karet yang pohonnya sudah tidak berproduksi dengan baik atau sudah melebihi umur ekonomisnya. Karet yang sudah tua ditebang dan akarnya dibongkar. Perlakuan peremajaan dilakukan seperti pada saat penanaman baru. Hanya saja, pada penanaman bibit perlu

17 dilakukan pemupukan karena tanah bekas kebun karet sangat kurang unsur haranya. Pembibitan Tanaman Karet Tanaman karet mempunyai masa produksi efektif selama 30 tahun setelah itu memasuki fase menua yang ditandai dengan menurunnya produksi lateks. Jika tetap dipelihara dan disadap maka hasil yang diperoleh tidak akan menguntungkan secara ekonomis sehingga diperlukan peremajaaan. Proses peremajaan tanaman karet disiapkan dalam proses pembibitan, oleh karena itu pembibitan merupakan salah satu bagian terpenting dalam budidaya tanaman karet (Setiawan dan Andoko 2008). Produktivitas tanaman karet ditentukan oleh mutu bahan tanaman atau bibit yang ditanam, mutu bahan tanam dipengaruhi oleh mutu genetik, mutu fisiologi, mutu fisik. Pemilihan klon unggul anjuran tanaman karet untuk diusahakan, yaitu: 1) klon penghasil lateks, dan 2) klon lateks-kayu. Persiapan bahan tanam dilakukan sebelum penanaman dengan tenggang waktu kira-kira tahun. Oleh karena itu persiapan bahan tanam harus dilakukan dengan baik. Menyiapkan bahan tanam meliputi 3 bagian kegiatan yaitu: penyiapan batang bawah (root stock), penyiapan batang atas (budwood) dan okulasi (grafting). Penyiapan Batang Bawah Pembibitan batang bawah berfungsi untuk menyediakan tanaman karet yang akan digunakan untuk kebutuhan batang bawah pada teknis perbanyakan okulasi. Tanaman untuk batang bawah harus memiliki perakaran yang kuat dan daya serap air dan hara yang baik karena pertumbuhan suatu klon hasil okulasi tidak hanya dipengaruhi oleh sifat fisik dan keadaan lingkungan tempat tumbuhnya, tetapi juga dipengaruhi oleh batang bawah yang berfungsi untuk menyerap air dan hara tanah untuk kepentingan metabolisme tanaman. Kegiatan teknis penyiapan batang bawah meliputi persiapan lahan, penanganan benih, persemaian, dan pemeliharaan tanaman di pembibitan (Boerhendhy 2012). Persiapan lahan. Kriteria lahan untuk pembibitan yaitu lahan yang relatif datar, mudah dijangkau, dekat dengan sumber air, dan bebas penyakit jamur akar putih. Hal yang harus diperhatikan adalah lahan harus bebas dari sisa-sisa akar dan kayu untuk mencegah penyebaran penyakit terutama jamur akar putih. Lahan diolah dengan cara dibajak dan digaru menggunakan cara manual atau dengan traktor serta dilakukan pemupukan dengan fosfat alam (Rock phosphat) dengan dosis kg ha -1 hingga siap untuk ditanami (Boerhendhy 2012). Penanganan Benih. Benih yang digunakan hendaknya berupa benih karet yang minimal salah satu induknya diketahui atau lebih baik lagi jika kedua induknya diketahui, sementara itu benih sapuan atau tidak diketahui kedua tetuanya tidak baik untuk dijadikan batang bawah. Klon-klon yang dianjurkan sebagai batang bawah adalah klon GT1, LCB 1320, dan AVROS Tanaman untuk batang bawah ditanam tahun sebelum diokulasi. Jumlah bibit per hektar berkisar antara populasi tanaman. Kebutuhan benih untuk jumlah tersebut sekitar juta butir benih (BPTPJ 2007). Persemaian. Persemaian adalah pengecambahan benih karet dengan tujuan untuk memperoleh batang bawah yang seragam dengan cara memisahkan (seleksi) 5

18 6 bibit yang pertumbuhannya cepat dan baik dari bibit yang pertumbuhannya lambat dan kurang baik. Pengecambahan benih karet sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah dikerjakan, hal ini untuk menghindari tidak tertanamnya kecambah di lapang. Benih yang akan dijadikan benih harus memenuhi persyaratan ukuran benih seragam, kulit benih segar, jernih, mengkilat, dan memantul bila dijatuhkan serta tidak berbunyi bila diguncang. Benih yang baik mempunyai endosperm yang berwarna putih (Supijatno dan Iskandar 1998). Penyiapan Batang Atas atau Kebun Entres Perkebunan karet dalam suatu unit area atau sebagai perkebunan besar harus selalu mengadakan peremajaan atau penanaman baru setiap tahun untuk keberlanjutan produksi. Proses ini mengharuskan suatu perkebutan karet memiliki kebun entres yang sesuai dengan program penanaman tersebut. Kebun entres merupakan kebun untuk mendapatkan bahan tanaman yang unggul dan terjamin kemurniannya sebagai bahan okulasi untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif (Robbyana 2002). Berdasarkan perbedaan tanah dan iklim dari beberapa tempat di Indonesia maka penanaman klon karet yang dianjurkan dibagi atas dua kelompok yaitu klon anjuran untuk karet rakyat di daerah kerja Balai Penelitian Perkebunan Bogor adalah GT1. Sedangkan klon yang memiliki harapan untuk dijadikan batang atas adalah PR 300. Daerah tersebut adalah Jambi, Sumatera Selatan, lampung, Bengkulu, Jawa, Kalimantan, dan daerah Indonesia Timur. Klon anjuran untuk karet rakyat di daerah kerja Balai Penelitian Perkebunan Medan adalah GT1, PR 107, dan AVROS Daerah-daerah tersebut adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau. Okulasi Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman lain yang sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat unggul dan dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polybag, atau stum tinggi. Teknik okulasi yang biasa dilakukan yaitu okulasi dini (pre green budding), okulasi hijau (green budding), dan okulasi coklat (brown budding). Ketiga macam teknik okulasi tersebut relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang bawah dan batang atasnya (Amypalupy 2012). Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kompatibilitas kambium batang bawah dan perisai mata okulasi, kondisi batang bawah yang kering, pekerja serta peralatan dalam keadaan bersih, pisau okulasi harus tajam dan pekerja harus teliti dan sabar (Setiawan dan Andoko 2008). Tahapan pelaksanaan okulasi yang harus diperhatikan yaitu kesiapan batang bawah, penempelan perisai mata okulasi, pembungkusan, dan pemeriksaan hasil okulasi. Kesiapan batang bawah. Okulasi dapat dimulai apabila batang bawah yang dipersiapkan di pembibitan sudah mempunyai kriteria matang okulasi. Kriteria matang okulasi yaitu diameter batang bawah > 2 cm, lilit batang tanaman berkisar 5 7 cm pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah, mempunyai minimal 3 payung daun yang sehat, dan keadaan tunas ujung dalam keadaan dorman sehingga kulit tidak lengket (Amypalupy 2012). Penempelan perisai okulasi. Okulasi diawali dengan menoreh batang bawah sebanyak 10 batang setelah dibersihkan dengan kain lap bersih. Torehan

19 dilakukan untuk membuat jendela okulasi. Lebar jendela okulasi cm, panjang 5 6 cm, tinggi jendela bagian bawah 5 cm dari permukaan tanah. Pengambilan mata okulasi dari kayu entres dapat dilakukan dengan membuat jendela pada kayu entres sebagaimana membuat jendela pada batang bawah. Perisai mata okulasi dibuat lebih kecil dari jendela batang bawah. Mata okulasi yang terbaik untuk calon perisai adalah mata prima yang berada di atas bekas tangkai daun. Penyayatan perisai mata okulasi dilakukan dengan mengikutsertakan sedikit bagian kayu. Kemudian perisai mata okulasi ditempelkan dengan cara diselipkan pada batang bawah sesaat setelah jendela okulasi dibuka. Jendela okulasi ditekan dan diusahakan perisai mata okulasi tidak bergerak. Jendela okulasi ditutup dan siap untuk dibalut. Pembungkusan. Proses pembalutan bertujuan agar perisai mata okulasi benar-benar menempel pada batang bawah serta terlindung dari air dan kotoran. Pembalutan sistem tata genteng dengan menggunakan pita plastik transparan berukuran panjang 40 cm dan lebar cm. untuk bukaan dari atas, pembalutan dimulai dari atas, demikian juga sebaliknya. Penggunaan alat pada proses okulasi harus selalu bersih dan okulasi harus dilakukan sepagi mungkin jika embun pada permukaan batang yang akan diokulasi sudah kering. Okulasi biasanya dilakukan pada pukul sampai pukul WIB (Setiawan dan Andoko 2008). Pemeriksaan Okulasi. Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat cungkilan pada perisai mata okulasi di luar matanya. Apabila perisai mata okulasi berwarna hijau berarti okulasi dinyatakan berhasil dan jika perisai mata okulasi berwarna hitam berarti okulasi dinyatakan mati (Amypalupy 2012). Pembukaan okulasi (Kontrol 1) dilaksanakan 21 hari setelah okulasi, yang hidup diberi tanda plastik dan yang mati diberi tanda, kemudian dihitung baik jumlah yang hidup maupun yang mati. (Kontrol 2) dilaksanakan 10 hari setelah kontrol 1 (31 hari setelah okulasi), yang mati tanda tali plastiknya dibuka sedangkan yang hidup diberi tali plastik, kemudian dihitung jumlah okulasi yang hidup maupun yang mati. (Kontrol 3) dilaksankan 10 hari setelah kontrol 2 (41 hari setelah okulasi), yang hidup diberi tanda plastik sedangkan yang mati tali plastiknya dibuka. Untuk memudahkan pengenalan masing-masing klon, maka sambil menghitung okulasi yang hidup pada kontrol 3 perlu dilakukan pemberian tanda sebagai cirri klon. Okulasi dilakukan kembali di belakang jendela okulasi yang mati pada kontol 3 (Robbyana 2002). Pemotongan bibit. Pemotongan bibit dilakukaan pada ketinggian 5 7 cm di atas jendela okulasi dengan sudut miring 30 o 45 o membelakangi jendela okulasi. Penampang bekas potongan ditutup dengan paraffin supaya luka bekas potongan tertutup dan mengurangi penguapan. Pada musim kemarau dilakukan penyiraman setelah pemotongan untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Pemotongan bibit dilebihkan 5% untuk cadangan dalam persiapan penanaman ke polybag. Estimasi Jadwal Pemeliharaan Pembibitan Tanaman Karet Proses kegiatan persemaian dan pembibitan tentunya memiliki tahapan pemeliharaan yang harus diketahui, sehingga akan memudahkan dalam mengestimasi langkah kerja yang harus dilakukan. Menurut Robbyana (2002) Estimasi jadwal kerja dalam proses persemaian dan pembibitan tanaman karet antara lain : 1. Pengecambahan : Bulan Maret April 7

20 8 2. Pindah ke lapangan : Bulan April, paling lambat bulan Mei 3. Seleksi Pertama : Bulan Agustus September 4. Seleksi Kedua : Bulan November Desember 5. Okulasi : Bulan Januari Maret 6. Kontrol I : 21 hari setelah okulasi 7. Kontrol II : 10 hari setelah bukaan okulasi 8. Kontrol III : 10 hari setelah pemerikasaan ke-1 9. Pemotongan : Tergantung jadwal penanaman 10. Pindah ke polybag : Bulan Mei Juli 11. Pindah ke lapangan : Bulan September November (payung ke-2) METODE Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di perkebunan karet PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Februari sampai bulan Juni Metode Pelaksanaan Kegiatan magang ini dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan teknis dan kegiatan manajerial. Kegiatan teknis dilakukan untuk mendapatkan keterampilan teknis. Kegiatan yang dilakukan adalah menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama 1 bulan mengikuti kegiatan sesuai dengan yang dilaksanakan di lapang. Kegiatan-kegiatan teknis yang dilakukan antara lain pembibitan, pemupukan, pengendalian gulma, penyadapan, aplikasi stimulansia, dan lain-lain. Kegiatan manajerial dilakukan sebagai pendamping mandor selama 2 bulan, sebagai pendamping sinder Sub-Divisi selama 1 bulan, dan penyusunan laporan serta membantu dalam kegiatan administrasi kebun untuk memperoleh keterampilan di tingkat manajerial. Aspek khusus yang diambil sebagai bahan analisis yaitu mengenai pembibitan tanaman karet. Pengumpulan data yang diperlukan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengamati parameter keberhasilan okulasi yaitu (1) persentase keberhasilan okulasi pada berbagai kondisi batang bawah, (2) persentase keberhasilan okulasi antar klon, (3) persentase keberhasilan okulasi pada berbagai waktu okulasi, (4) pengamatan pertumbuhan tunas hasil okulasi, dan (5) pengamatan pertumbuhan tanaman menghasilkan. Metode tidak langsung dilakukan dengan studi literatur dan pengumpulan data sekunder dari arsip perkebunan yaitu data-data keadaan umum perusahaan dan kebun, antara lain luas areal, curah hujan, iklim, konsesi dan tata guna lahan, keadaaan tanaman (umur tanam, populasi tanaman, jenis klon tanaman), struktur organisasi dan ketenagakerjaan (jumlah pekerja dan standar hari kerja), peta lokasi, dan data produktivitas dari masing-masing klon yang

21 ditanam pada tahun Selain itu juga dilakukan studi pustaka melalui laporan penelitian, jurnal, buku teks, dan sumber pustaka yang lain. Jurnal kegiatan harian magang terlampir pada Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3. Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengamatan pada aspek khusus pembibitan tanaman karet dalam kegiatan magang sebagai data primer yang dikumpulkan terdapat beberapa parameter khusus yang diamati, yaitu antara lain: 1. Pengamatan persentase keberhasilan okulasi pada berbagai kondisi batang bawah. Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada hari yang berbeda dan juru okulasi yang sama. Setiap ulangan terdiri dari 35 tanaman contoh pada kondisi daun batang bawah yang sedang flush dan dorman, sehingga terdapat 210 satuan pengamatan. 2. Pengamatan persentase keberhasilan okulasi pada 5 klon (PB 260, PB 330, PB 340, DMI 13, DMI 35) diperoleh dari pemeriksaan okulasi pada kontrol ke-2. Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada bedeng yang berbeda dan juru okulasi yang sama. Setiap ulangan terdiri dari ±275 tanaman contoh, sehingga terdapat satuan percobaan. 3. Pengamatan tanaman contoh pada 3 waktu berbeda yaitu pada pukul , , dan WIB. Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada bedeng yang berbeda dan juru okulasi yang sama. Setiap ulangan terdiri dari ±450 tanaman contoh, sehingga terdapat satuan percobaan. 4. Pengamatan pertumbuhan tunas hasil okulasi pada 5 klon (PB 260, PB 330, PB 340, DMI 13, DMI 35). Pengamatan ini dilakukan pada 100 tanaman contoh tiap klon. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun pada 1 bulan dan 2 bulan setelah dilakukan penyerongan (cutback) kemudian dirata-ratakan. Pengamatan terdiri atas 3 ulangan pada bedeng yang berbeda dan juru okulasi yang sama. Setiap ulangan terdiri dari 35 tanaman contoh, sehingga terdapat 525 satuan percobaan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen, arsip kebun dan dokumentasi lainnya. Data sekunder yang diperoleh antara lain luas areal, curah hujan, iklim, konsesi dan tata guna lahan, keadaaan tanaman (umur tanam, populasi tanaman, jenis klon tanaman), struktur organisasi dan ketenagakerjaan (jumlah pekerja, keterampilan pekerja, dan standar hari kerja), peta lokasi, peta sebaran populasi, data produktivitas dari masing-masing klon yang ditanam, data umur ekonomi dari masing-masing klon yang ditanam, dan data sebaran populasi klon di tiap blok. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analaisis deskriptif dilakukan dengan membandingkan data terhadap standar baku perusahaan. Analisis kuantitatif hasil pengamatan terhadap persentase keberhasilan okulasi, tinggi tunas, kondisi batang bawah, dan waktu okulasi dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F). Apabila hasil analisis ragam 9

22 10 menunjukkan pengaruh nyata, analisis dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5 % (Gomez dan Gomez 2007). KEADAAN UMUM Letak Geografi Perkebunan karet PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE) terletak di Nagori Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Perkebunan karet ini secara geografis terletak pada 3 o Lintang Utara dan 99 o Bujur Timur. Letak wilayah administratif PT BSRE adalah sebelah timur berbatasan dengan PTPN IV Unit Dolok Ilir, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tapian Dolok, sebelah utara berbatasan dengan kebun PTPN III Unit Gunung Para, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tapian Dolok. Perkebunan karet PT BSRE (Head Office) terletak pada ketinggian ±141 meter di atas permukaan laut dengan kondisi kelerengan lahan datar hingga berbukit. Peta lokasi Perkebunan Karet PT BSRE sesuai luas lahan konsesi terakhir dapat dilihat pada Lampiran 4. Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan iklim di perkebunan karet PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson termasuk kedalam tipe iklim A (sangat basah) dengan kelembaban udara harian rata-rata + 75 % dan suhu rata-rata harian 30 o C. Rata-rata curah hujan tahunan di Perkebunan Karet PT BSRE adalah mm tahun -1 dengan rata-rata bulan basah (BB) 9.30 bulan dan bulan kering (BK) 1.10 bulan dalam setahun. Data curah hujan di Perkebunan Karet PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 5. Jenis tanah yang terdapat di Perkebunan Karet PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate adalah podsolik merah kuning dengan ph antara 6 7. Tanah di perkebunan karet PT BSRE memiliki kemampuan menahan air yang relatif rendah karena kandungan pasirnya yang cukup tinggi yaitu 50 %. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Perkebunan karet PT BSRE secara keseluruhan memiliki lahan konsesi seluas ha. Lahan tersebut terbagi atas lima divisi, yaitu Divisi I Naga Raja seluas ha, Divisi II Dolok Merangir seluas ha, Divisi III Dolok Ulu seluas ha, Divisi IV Dolok Ulu seluas ha, dan Divisi V Aek Tarum seluas ha. Kegiatan magang sepenuhnya dilaksanakan di Divisi III Dolok Ulu, tepatnya di Sub-Divisi I Pondok Baru. Divisi III Dolok Ulu terbagi atas tiga Sub- Divisi, yaitu Sub-Divisi H Burihan seluas ha, Sub-Divisi I Pondok Baru seluas ha, dan Sub-Divisi J Jaman Dolok seluas ha. Lahan

23 perkebunan karet yang diusahakan oleh PT BSRE sepenuhnya adalah lahan perkebunan inti sesuai dengan status HGU yang diperoleh dari pemerintah. Pembagian luas areal penggunaan lahan di Divisi III Dolok Ulu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Pembagian luas areal penggunan lahan Divisi III Dolok Ulu BSRE Uraian Luas lahan Sub-Divisi (ha) H I J Total TM karet TBM karet Replanting Pembibitan Areal terbuka dapat ditanami Jalan dan rel Bangunan dan pemukiman Sawah dan rawa Hutan konservasi Penguasaan lahan ilegal Total Sumber : Laporan status hektar efektif 2014 Div. III Dolok Ulu Keadaan Tanaman dan Produksi Kombinasi klon-klon yang ditanam di PT BSRE khususnya Divisi III Dolok Ulu antara lain adalah klon PB 260, PB 235, PB 330, PB 340, DMI 3, DMI 4, DMI 12, DMI 13, DMI 14, RRIC 100, RRIM 901, RRIM 911, dan RRIM 921. Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman karet selama delapan tahun di Divisi III Dolok Ulu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun Luas TM Rata-rata produksi Rata-rata produktivitas Tahun (ha) (Kg kering) (Kg kering -1 ha -1 tahun -1 ) Sumber : Laporan Field Dry Production History Field Service Department (2013) Hasil produksi lapangan yang dihasilkan di PT BRE adalah dalam bentuk cup lump, yaitu lateks yang digumpalkan langsung di mangkuk penampung menggunakan larutan asam semut (formic acid) 3 %. Hasil produksi berupa cup lump ini kemudian diangkut menggunakan truk dan diolah di pabrik Dolok 11

24 12 Merangir (DM-Factory). Pabrik Dolok Merangir merupakan pabrik pengolahan karet alam yang khusus memproduksi Crumb Rubber SIR 10 (TA62), SIR 20VK (TA77), dan SIR 3WF (TA01) untuk diekspor ke Jepang, Amerika, dan Brazil. Rata-rata produktivitas karet kering yang dihasilkan di Divisi III Dolok Ulu menunjukkan fluktuasi perubahan yang tidak terlalu signifikan selama delapan tahun. Produktivitas selama tahun 2005 hingga tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2008 hingga tahun 2012 cenderung mengalami penurunan. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2008, yaitu kg ha -1 tahun -1 karet kering, sedangkan produktivitas terendah terjadi pada tahun 2005, yaitu kg ha -1 tahun -1 karet kering dengan rata-rata pencapaian DRC (dry rubber content) kebun 48 %. Produktivitas karet Indonesia pada tahun 2013 adalah kg ha -1 tahun -1 (Ditjenbun 2013). Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas karet dikebun PT BSRE lebih baik dibandingkan dengan produktivitas nasional. Perkebunan karet PT BSRE terdiri atas beberapa kombinasi tahun tanam, baik tahun tanam paling tua untuk tanaman menghasilkan (TM) hingga tahun tanam yang paling muda untuk tanaman belum menghasilkan (TBM). Tahun tanam yang terdapat di Divisi III Dolok Ulu adalah terdiri atas tahun tanam 1991, 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2005, 2006, 2007, 2009, 2012, dan Tanaman karet di PT BSRE sudah mulai dapat disadap ketika memasuki umur bulan setelah dipindah tanam ke lapangan. Luas areal penanaman tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) sesuai tahun tanamnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Luas areal penanaman TM dan TBM sesuai tahun tanam di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Tahun tanam Luas areal penanaman Sub-Divisi (ha) H I J Tanaman Menghasilkan Tanaman Belum Menghasilkan Total Sumber : Laporan status hektar efektif 2014 Field Service Department

25 Rencana pelaksanaan program replanting blok-blok di Divisi III Dolok Ulu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Program replanting di Divisi III Dolok Ulu tahun 2014 Sub-Divisi Blok Klon Luas (ha) H U-15 PB I AA-26 PB T-21 PB T-22 PB U-21 DMI U-22 PB V-22 PB W-22 PB X-24 PB Y-22 DMI Y-23 PB Y-24 DMI J AA-16 PB BB-16 PB BB-19 PB Total Sumber : Laporan replanting program-divisi III Dolok Ulu Produktivitas tertinggi pada tahun 2008 dicapai karena kombinasi tanaman karet yang ditanam telah mencapai kemampuan berproduksi maksimal sesuai potensi produksinya. Penurunan produktivitas mulai tahun 2008 hingga 2012 dipengaruhi oleh kondisi tanaman di beberapa blok telah berumur tua dan mulai memasuki masa replanting. Kegiatan replanting terbesar pada tahun 2014 di Divisi III Dolok Ulu akan dilaksanakan secara intensif di Sub-Divisi I Pondok Baru. Klon-klon yang akan ditanam di Divisi III Dolok Ulu sebagian besar adalah klon karet dengan seri PB, yaitu PB 330 dan PB 340. Klon PB 330 akan ditanam di lahan seluas ha atau % dari luas total replanting, sedangkan klon PB 340 akan ditanam di lahan seluas ha atau 42 % dari luas total replanting. Sisa % lahan replanting akan ditanami klon karet dengan seri DMI (Dolok Merangir Indonesia). Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan karet PT BSRE merupakan perkebunan karet yang seluruh unit departemennya berada pada satu lokasi terpusat, yaitu di Emplasmen Dolok Merangir. Pimpinan tertinggi yang berwenang terhadap beberapa departemen di PT BSRE adalah seorang Presiden Direktur. Field Department dipimpin oleh seorang manager field operational (MFO) yang membawahi lima manajer kebun dan seorang manager field administration (MFA). Manajer kebun masing-masing membawahi tiga asisten lapangan dan asisten training, kecuali Divisi II Dolok Merangir dan Divisi V Aek Tarum yang masing-masing membawahi empat asisten lapangan dan dua asisten training, sedangkan MFA membawahi seorang asisten field service department (FSD). Manajer kebun berkewajiban dan berwenang mengawasi para asisten lapangan, memberikan pedoman tata cara kerja untuk mengontrol biaya dan 13

26 14 meningkatkan efisiensi, mengawasi kegiatan administrasi lapangan, menyiapkan estimasi produksi dan anggaran tahunan (annual budget), memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan karyawan, mengawasi pemeliharaan fasilitas umum dan kebun, mengawasi dan memeriksa kualitas kegiatan penyadapan, memastikan pengiriman hasil (cuplump dan lateks) sesuai SOP, dan memonitor kegiatan apel/antrian pagi rutin pukul WIB di setiap sub-divisi wilayah kerjanya secara bergiliran. Manajer kebun dibantu oleh seorang sekretaris dan krani manajer selama melaksanakan kegiatan di kantor kebun, sedangkan ketika di lapangan sepenuhnya dibantu oleh para asisten kebun dan seorang asisten training. Struktur organisasi kebun di PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 6. Tenaga kerja yang terdapat di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE terdiri dari staf, karyawan, dan pekerja lepas atau FL (free labour). Pekerja lepas tidak secara langsung menjadi tanggungan pihak PT BSRE, tetapi sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor selaku pihak kedua. Tenaga kerja staf terdiri dari majer kebun, asisten kebun, dan asisten training. Karyawan terdiri dari karyawan SKU bulanan atau MP (monthly paid), karyawan SKU harian atau DP (daily paid). Mandor besar, mandor I, mandor sadap, krani, dan mandor perawatan termasuk kedalam MP, sedangkan tenaga penyadap (tapper) termasuk kedalam DP. Jumlah tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu adalah 878 orang dengan indeks tenaga kerja (ITK) 0.28 orang ha -1 lebih rendah jika dibandingkan rata-rata perkebunan swasta lain dimana Indeks tenaga kerja (ITK) di Tulung Gelam Estate adalah 0.38 orang ha -1. Komposisi tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Komposisi tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Jabatan Jumlah (orang) Staf 5 Karyawan Monthly paid 169 Daily paid 704 Total 878 Sumber : Buku Labour force effective 2014-Divisi III Dolok Ulu ITK = = = 0.28 orang ha -1 Sistem kerja yang diterapkan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE adalah sistem kerja harian dan borongan. Sistem kerja harian memberlakukan jam kerja selama 7 jam HK -1, sedangkan sistem borongan adalah berdasarkan besaran basis tugas yang harus diselesaikan setiap pekerja dan kemudian dihargai dengan pemberian prestasi kerja berupa HK. Sistem kerja borongan tidak memiliki batasan waktu. Artinya, jika suatu pekerjaan selesai dikerjakan dalam waktu 3 jam dan telah mencapai basis tugas, maka akan dihargai Rp ,- HK -1. Sistem kerja borongan hanya berlaku untuk pekerja lepas atau FL, sedangkan sistem kerja harian berlaku untuk tenaga penyadap (tapper) atau karyawan SKU harian. Kegiatan kerja di lapangan pada hari Senin hingga Sabtu di PT BSRE bagi pekerja lepas atau FL dimulai pada pukul WIB WIB, sedangkan kegiatan kerja bagi karyawan SKU harian dimulai pada pukul WIB WIB. Karyawan SKU harian, khususnya penyadap (tapper) dan pengokulasi umumnya tetap bekerja pada hari Minggu dengan diberi upah secara kontan

27 sebesar Rp ,- hari -1. Upah ini dikenal dengan istilah upah kontanan. Jenis pekerjaan dengan sistem borongan antara lain pengendalian gulma, hama dan penyakit, penunasan cabang, pemupukan, pembibitan, penyemaian benih, pengisian polybag, seleksi batang bawah (culling), penyerongan (cutback), penimbangan dan pengangkutan cuplump, penggambaran panel sadapan, dan aplikasi zat stimulansia. Jenis pekerjaan dengan sistem kerja harian adalah penyadapan, okulasi, dan pemancangan. 15 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Total luas areal pembibitan (nursery) di BSRE adalah ha terletak di Sub-Divisi I, divisi III Dolok Ulu. Klon karet yang dominan digunakan sebagai batang atas (entres) terdiri dari PB 260, PB 330, PB 340, DMI 11, DMI 13, dan DMI 35. Kegiatan pembibitan terdiri dari dua bagian inti yaitu kegiatan di kebun entres dan kegiatan di areal pembibitan batang bawah untuk okulasi hingga bibit siap tanam. Kegiatan inti di pembibitan yaitu kegiatan okulasi. Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, penyiraman, prunning (pewiwilan), pengendalian gulma, dan pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan di pembibitan dimulai pada pukul WIB WIB (5 jam hari -1 ) karena sistem tenaga kerja di pembibitan menggunakan sistem borongan. Kegiatan teknis yang dilakukan di lahan pembibitan yaitu pengecambahan benih dengan cara penyemaian, okulasi, seleksi hasil okulasi, penyerongan (cut back), pewiwilan, seleksi bibit siap tanam, pengangkutan bibit, pengendalian gulma, pemberian pupuk dasar, dan pemeliharaan kebun entres. Penyemaian. Benih karet yang digunakan untuk batang bawah dari klon campur dikarenakan susahnya mencari benih karet dari klon yang memiliki kriteria dan baik untuk digunakan sebagai batang bawah. Kegiatan pengecambahan benih karet untuk batang bawah di BSRE dilakukan dengan cara menyemai di dalam bedengan semai di lokasi yang strategis, dekat dengan plot pembibitan, dekat dengan sumber air, dan terletak di bawah tegakan pokok tanaman karet menghasilkan sebagai naungan. Bedengan atau alur semai dibuat persegi panjang dengan ukuran lebar 0.8 m, panjang 15 m, dan dalam 5 cm. Setelah bedengan atau alur semai dibuat dan dialasi pasir kemudian benih karet yang sudah direndam ditabur merata kemudian ditutup kembali dengan menggunakan pasir. Kegiatan persemaian dilakukan kurang lebih selama satu minggu hingga benih mencapai stadia bintang. Klon yang digunakan yaitu klon campur dengan daya berkecambah rata-rata 70%. Permasalahan dalam persemaian benih yaitu pertumbuhan benih yang tidak merata karena penggunaan klon campur, pengaruh naungan, dan faktor lingkungan. Hal ini dapat diatasi dengan mengurangi naungan dan menanam benih lebih banyak. Kegiatan persemaian dapat dilihat pada Gambar 1.

28 16 A B C D E F Gambar 1 Kegiatan persemaian : pembuatan bedengan semai (A), penaburan pasir (B), penaburan benih karet (C), penutupan dengan pasir (D), penutupan bedengan semai (E), Stadia benih siap tanam (F) Norma kerja untuk pengecambahan benih adalah 1 bedeng HK -1. Pekerja dapat menghasilkan 1.5 bedeng HK -1 dan penulis dapat menghasilkan 1 bedeng HK -1. Prestasi kerja pekerja sudah melebihi norma yang ditentukan perusahaan karena pekerja sudah berpengalaman dan terbiasa mengerjakannya. Pada setiap polybag ditanam sebanyak 3 benih. Setelah mencapai fase payung satu dilakukan seleksi (culling) hingga menyisakan satu batang bawah polybag -1. Salah satu keuntungannya proses penanaman 3 benih polybag -1 yaitu kemungkinan untuk mendapatkan batang bawah yang baik dan jagur lebih besar dan benih tumbuh seragam, tetapi kelemahan dari sistem penanaman 3 benih polybag -1 yaitu benih yang harus disediakan lebih banyak. Norma untuk pengisian tanah ke dalam polybag adalah 160 polybag HK -1. Pekerja dapat menghasilkan 160 polybag HK -1 dan penulis dapat menghasilkan 50 polybag HK -1. Prestasi kerja pekerja sudah memenuhi target yang ditentukan perusahaan sedangkan penulis masih belum bisa memenuhi target karena kegiatan ini membutuhkan keterampilan kerja. Kegiatan penanaman benih dapat dilihat pada Gambar 2. A B C Gambar 2 Kegiatan penanaman benih : mengisi polybag (A), polybag yang sudah siap untuk ditanami (B), penanaman benih (C) Okulasi. Jenis okulasi yang digunakan di lahan pembibitan BSRE adalah okulasi hijau. Batang bawah yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik dan jagur dengan umur mencapai 3-4 bulan di pembibitan. Kondisi bibit telah memiliki daun payung satu dengan diameter batang rata-rata 1.5 cm. Batang atas (mata entres) yang digunakkan untuk okulasi yaitu klon PB 260, klon PB 330, klon PB 340, klon DMI 11, DMI 13, dan DMI 35. Kegiatan okulasi dilakukan

29 langsung pada batang bawah yang sudah ditanam di dalam polybag berukuran 50 cm x 20 cm yang dikerjakan oleh pekerja khusus okulasi. Tahapan kegiatan pekerja okulasi hijau di BSRE meliputi kegiatan pengambilan mata tunas (entres) di kebun entres dan kegiatan okulasi yang dikerjakan di kebun pembibitan. Kegiatan teknis okulasi dimulai dengan membuat jendela okulasi dengan membuka sepertiga dari lingkaran batang pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah polybag. Kemudian saat menunggu getah jendela okulasi mengering, dilakukan pengambilan mata tunas dari batang entres dengan menyertakan sedikit kayu yang menutupi mata tunas. Perisai yang telah siap segera ditempelkan ke jendela okulasi dengan hati-hati kemudian dibalut dengan plastik okulasi dimulai dari bawah ke atas dengan tujuan agar air hujan tidak masuk ke dalam okulasi. Perusahaan memberikan target 16 pokok okulasi hidup per jam, jadi dalam 7 jam kerja ditargetkan 112 okulasi hidup. Waktu efektif pekerja melakukan okulasi dalam satu hari yaitu 7 jam dengan rata-rata jumlah okulasi yang dihasilkan yaitu 300 okulasi, jadi pekerja rata-rata dapat menghasilkan 43 okulasi jam -1. Pekerja hanya membutuhkan keberhasilan okulasi sebesar 63 %. Tetapi apabila keberhasilan mencapai > dari 95 % pekerja akan mendapatkan premi okulasi. Penulis menghasilkan 105 okulasi dalam 7 jam kerja atau 105 okulasi HK -1. Penulis masih dalam tahap belajar. Keberhasilan okulasi penulis tidak bisa diketahui karena penulis mengikuti kegiatan okulasi dengan membantu pekerja dan belum bisa memenuhi target perusahaan karena kegiatan okulasi membutuhkan keahlian dan keterampilan kerja. Rumus premi okulasi dan faktor sukses okulasi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Faktor sukses okulasi Sukses okulasi Faktor sukses okulasi 95 % Rp 100,- 95 % dan < 99 % Rp 70,- < 95 % Rp 50,- Sumber : (QSP-001 okulasi BSRE) Contoh perhitungan premi okulasi seorang pekerja okulasi dalam 1 bulan (29 hari kerja) adalah sebagai berikut : - Target okulasi 16 pokok berhasil jam -1 jadi atau pokok berhasil bulan Pekerja okulasi menghasilkan rata-rata 200 pokok hari -1 atau pokok bulan Keberhasilan okulasi 98%, maka pekerja menghasilkan pokok berhasil bulan -1. Perhitungan premi okulasi tersebut adalah sebagai berikut : Sukses okulasi = pokok berhasil bulan -1 Target perusahaan = pokok berhasil bulan -1 - Jumlah lebih sukses okulasi = pokok berhasil bulan -1 Premi okulasi = pokok berhasil bulan -1 x Rp 100,- = Rp ,- bulan -1 17

30 18 Kegiatan okulasi dilakukan dua kali rotasi, yaitu apabila pada satu kali okulasi ternyata mata okulasi mati, maka dilakukan okulasi kembali pada rotasi kedua di sepertiga sisi belakang lingkaran batang bawah. Kegiatan ini sangat menentukan produksi bibit yang dihasilkan, oleh karena itu dibutuhkan ketelitian dan keterampilan dalam pengerjaannya. Adapun tahapan kegiatan okulasi dapat dilihat pada Gambar 3. A B C D E F Gambar 3 Kegiatan okulasi : membuka jendela okulasi (A), pengambilan mata entres (B), penempelan mata entres (C), pembungkusan okulasi (D), hasil okulasi (E), alat dan bahan okulasi (F) Pemeriksaan Keberhasilan Okulasi. Pemeriksaan keberhasilan okulasi atau kegiatan melihat keberhasilan dilakukan dengan melihat dan menghitung satu per satu tanaman hasil okulasi. Okulasi yang berhasil ditandai dengan mata tunas yang berwarna hijau, sedangkan okulasi yang gagal ditandai denga mata tunas berwarna cokelat atau hitam. Kegiatan pemeriksaan okulasi dilakukan dua kali pada kontrol 1 dan kontrol 2. Kegiatan kontrol 1 dilakukan pada 21 hari setelah okulasi pertama, kemudian dilakukan okulasi kembali pada rotasi kedua setelah 21 hari kedua dilakukan pembukaan okulasi pada kontrol 2. Kegiatan pembukaan okulasi dilakukan dengan cara membuka plastik pembungkus okulasi. Tingkat persentase keberhasilan okulasi di pembibitan BSRE tergolong tinggi. Pekerja okulasi di BSRE rata-rata memiliki tingkat keberhasilan ± 90 %. Keterampilan dan pengalaman pekerja okulasi dalam mengokulasi sangat berpengaruh pada persentase tingkat keberhasilan okulasi. Norma untuk kegiatan pembukaan plastik okulasi adalah tanaman HK -1. Pekerja dapat menghasilkan tanaman HK -1 dan penulis dapat menghasilkan 480 tanaman HK -1. Prestasi pekerja berhasil melebihi target sedangkan penulis belum bisa memenuhi target perusahaan. Hal ini karena pekerja sudah terbiasa dan terampil dalam melakukan pekerjaan ini. Okulasi yang berhasil hidup dari tanaman yang dibuka oleh pekerja adalah tanaman atau 77.8 % sedangkan okulasi yang berhasil hidup dari 480 tanaman yang dibuka oleh penulis adalah 340 tanaman atau 70.8 %. Kegiatan pembukaan okulasi dapat dilihat pada Gambar 4.

31 19 Gambar 4 Kegiatan pembukaan okulasi Penyerongan. Pemotongan batang bawah dilakukan dengan kemiringan 45 pada ketinggian ± 30 cm dari permukaan media dalam polybag, cm diatas jendela okulasi. Pemotongan dilakukan menggunakan pisau setelah pembukaan okulasi pada kontrol 2 selesai. Hasil dari okulasi dinamakan bud graft yang nantinya akan digunakan sebagai bahan tanam di lapangan. Penulis tidak melakukan kegiatan ini karena pada saat penulis di pembibitan belum waktunya dilakukan kegiatan penyerongan. Pewiwilan. Kegiatan pewiwilan dilakukan dengan membuang tunas-tunas yang tumbuh pada bibit hasil okulasi setelah dilakukan penyerongan dengan tetap menjaga tunas yang tumbuh hanya satu yakni tunas yang tumbuh dari mata okulasi yang bertujuan agar proses pertumbuhan pada bibit terpusat pada tunas hasil okulasi (mata okulasi). Kegiatan ini terus dilakukan sampai bibit hasil okulasi memenuhi kriteria siap ditanam di lapangan. Norma kerja untuk pewiwilan adalah tanaman HK -1. Pekerja dapat menghasilkan HK -1 dan penulis dapat menghasilkan tanaman HK -1. Prestasi kerja pekerja dan penulis sudah melebihi target yang ditetapkan perusahaan karena pada dasarnya kegiatan ini mudah dilakukan akan tetapi membutuhkan ketelitian agar tunas hasil okulasi tidak terpotong. Kegiatan penyerongan dan pewiwilan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Kegiatan pewiwilan Seleksi bibit siap tanam. Kegiatan seleksi bibit siap tanam membutuhkan ketelitian dan keterampilan agar bibit yang ditanam benar-benar bibit yang memiliki kualitas baik dan jagur. Kriteria bibit yang sudah siap ditanam di lapangan diantaranya memiliki daun tua yang berwarna hijau tua, batang tunas sudah seukuran pensil dengan diameter ±1 cm, dan sudah memiliki daun payung 1 serta sudah keluar tunas beras (tunas flush). Bibit yang sudah memenuhi kriteria siap tanam di lapangan kemudian dipisahkan dari plot bedengan pembibitan dan dikumpulkan sehingga memudahkan proses pengangkutan ke areal penanaman. Norma kerja untuk kegiatan seleksi bibit adalah 300 tanaman HK -1. Pekerja dapat menghasilkan 300 tanaman HK -1 dan penulis hanya dapat menghasilkan 79 tanaman HK -1 yang terdiri dari 70 bibit yang baik dan 9 bibit afkir. Kegiatan

32 20 seleksi bibit membutuhkan keahlian dan ketelitian sehingga penulis belum memenuhi target yang ditetapkan oleh perusahaan. Kriteria bibit siap tanam dapat dilihat pada Gambar 6. A Gambar 6 Kegiatan seleksi bibit : bibit yang sudah flush (A), bibit siap tanam (B), bibit afkir (C) Standar bibit polybag yang baik adalah bibit dalam kondisi sehat dan jagur, payung daun teratas dalam keadaan tua, tunas tumbuh berasal dari mata okulasi, pertumbuhan tunas jagur dan tegap serta lurus agak menyamping, tunas yang tumbuh membengkok ke atas, kemungkinan berasal dari tunas palsu, tidak tumbuh cabang atau tunas serta polybag dalam keadaan baik dan tidak ada akar yang keluar dari polybag (BPTP Lampung 2008). Adapun bibit yang afkir meliputi bibit yang pertumbuhannya kerdil, batang tunas bengkok, daun yang tidak normal dan bibit yang terserang hama atau penyakit. Pengangkutan bibit. Proses pengangkutan bibit siap tanam hasil seleksi dari plot bedengan pembibitan yang sudah memenuhi kriteria siap tanam, diprioritaskan bibit yang sudah keluar tuas beras (tunas flush) sehingga masih bisa bertahan di lapangan ketika ditanam pada musim kemarau. Bibit diangkut menggunakan truk dengan jumlah ±500 bibit truk -1. Sebelum diangkut bibit disiram terlebih dahulu sampai jenuh agar pada saat pengangkutan bibit tetap segar. Norma kerja untuk pengangkutan bibit adalah 250 tanaman HK -1. Pekerja dapat menghasilkan 250 HK -1 dan penulis hanya dapat menghasilkan 178 tanaman HK -1. Kegiatan ini membutuhkan ketahan fisik karena kegaiatannya cukup berat. Proses pengangkutan bibit dapat dilihat pada Gambar 7. B C A B C Gambar 7 Kegiatan angkut bibit : pemilihan bibit (A), kegiatan angkut bibit (B), pengangkutan bibit (C) Pemupukan dasar lahan pembibitan. Kegiatan pemberian pupuk dasar pada areal pembibitan dilakukan setelah lahan digaru dan diratakan. Pupuk yang

33 digunakan yaitu CIRP (Christmas Island Rock Phosphate ) dengan dosis 1 ton per hektar. Proses aplikasi pupuk tersebut menggunakan traktor yang dilengkapi dengan alat penabur berupa blower dan bak pupuk. Tanah pada lahan yang sudah dicampur pupuk tersebut akan digunakan untuk mengisi polybag untuk menanam kecambah benih karet untuk batang bawah. Proses aplikasi pupuk menggunakan traktor yang dapat dilihat pada Gambar Gambar 8 Aplikasi pupuk dasar Pemeliharaan kebun entres. Areal lebun entres BSRE memiliki luas 9.06 ha dimana terdapat 101 klon koleksi. Klon yang sering digunakan yaitu klon PB 260, klon PB 330, klon PB 340, klon DMI 11, klon DMI 13, dan klon DMI 35. Penanaman di kebun entres menggunakan jarak tanam 1.0 m x 1.25 m dengan sistem bonsai, dimana tanaman terus di toping sehingga dapat menghasilkan tunas-tunas produktif untuk menghasilkan batang entres. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan diantaranya pengendalian gulma manual, pewiwilan, peremajaan tunas, dan penjarangan batang entres. Kegiatan di kebun entres dipusatkan untuk menghasilkan batang entres dan mata okulasi yang bagus. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara manual oleh pekerja perempuan. Pewiwilan merupakan kegiatan pembuangan tunas liar, tunas samping, dan tunas air. Peremajaan tunas dilakukan dengan penjarangan tunas pada pohon yang dijadikan sumber batang entres. Hal ini bertujuan untuk memelihara tunas calon batang entres agar tumbuh baik. Tunas yang berukuran rata-rata < 1 cm dibuang dengan menggunakan pisau atau gergaji tunas. Penulis mengikuti kegiatan ini dengan mendampingi mandor perawatan dan mengawasi 7 pekerja dalam 9.06 ha. Norma kerja untuk pekerjaan ini adalah 5 ha HK -1, sedangkan prestasi kerja rata-rata penunas adalah 3 ha HK -1. Prestasi kerja pekerja masih belum memenuhi norma, tetapi kualitas kerja yang dihasilkan cukup baik. Kegiatan di kebun entres dapat dilihat pada Gambar 9. A B Gambar 9 Kegiatan kebun entres : areal kebun entres (A), penjarangan tunas (B)

34 22 Aspek Manajerial Asisten Sub-Divisi Asisten Sub-Divisi memilki kewenangan dan tanggung jawab terhadap wilayah atau divisi yang dikelolanya sesuai dengan ketetapan SOP lapangan PT BSRE. Tugas-tugas yang menjadi kewenangan Asisten Sub-Divisi adalah melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan penyadapan di wilayahnya secara rutin, memastikan bahwa pengumpulan lateks dan cup lump menuju stasiun lateks sesuai dengan ketentuan, mengawasi seluruh kegiatan perawatan di areal TBM dan TM, mengawasi kegiatan persiapan lahan dan penanaman di areal replanting, membuat estimasi produksi tahunan dan anggaran biaya produksi subdivisi, memeriksa laporan progres kerja di lapangan, mengesahkan dan memeriksa laporan upah kontraktor, menjaga dan mengawasi pemeliharaan kebersihan dan sanitasi emplasmen sub-divisi, membina moral dan kegiatan bermasyarakat di kalangan pekerja, memimpin kegiatan apel atau antrian pagi pukul WIB setiap hari bersama para mandor dalam rangka mendiskusikan produksi hari kemarin dan jenis pekerjaan yang akan dikerjakan. Kegiatan sebagai pendamping asisten yang telah diikuti penulis selama magang di Sub-Divisi I Pondok Baru, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE antara lain adalah memeriksa kegiatan penyadapan, mengawasi seluruh kegiatan perawatan di areal TBM dan TM, mengawasi kegiatan persiapan lahan dan penanaman di areal replanting, dan megikuti kegiatan apel atau antrian pagi pukul WIB bersama para mandor. Rincian kegiatan kerja yang diawasi adalah pelaksanaan penyadapan di Blok V-23, V-26 dan W-26, pembibitan LCC di Blok W-23, pemancangan di Blok U-22, pembuatan parit isolasi batas kebun di Blok T-21, pembuatan reservoir, dan pengendalian gulma strip spraying di Blok W-23. Menurut penilaian penulis selama menjadi pendamping asisten kualitas kerja dan prestasi kerja para mandor di Sub-Divisi I Pondok Baru sudah baik. Hal ini ditunjukkan oleh kualitas hasil kerja yang dihasilkan dan tercapainya target kerja yang sudah rencanakan.. Mandor Perawatan Mandor perawatan memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam mengawasi pekerjaan perawatan yang dilaksanakan setiap sesuai pembagian kerjanya, memeriksa kehadiran para pekerja lepas atau FL, menyusun laporan dan rencana kerja, memastikan bahwa seluruh pekerjaan selesai sesuai prosedur, menjaga dan merawat inventaris peralatan kerja kebun setiap hari setelah selesai digunakan, dan berkewajiban hadir setiap hari pukul WIB pada kegiatan apel atau antrian pagi di kantor sub-divisi. Kegiatan pendampingan mandor perawatan yang diikuti oleh penulis adalah kegiatan pengawasan pengolahan lahan, pengendalian gulma TBM, pengendalian gulma (strip spraying), pemupukan TBM, pembibitan LCC, penunasan TBM, pemancangan, semprot daun, dan aplikasi stimulansia. Membongkar tunggul dan merumpuk. Kegiatan penumbangan dilakukan dengan menyisakan tunggul 30 cm dari permukaan tanah menggunakan alat gergaji mesin yang dibantu dengan alat berat. Tahap pekerjaaan setelah penumbangan dimulai dengan membongkar tunggul dan merumpuk. Sisa tunggul

35 setinggi 30 cm dibongkar dan dirumpuk dengan menggunakan Bulldozer pada barisan setiap jarak 100 m (timur-barat). Tunggul dirumpuk dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya. Tunggul yang sudah dirumpuk dijual atau dibiarkan begitu saja hingga membusuk karena tunggul-tunggul yang dirumpuk dilarang dibakar (zero burning). Pelaksanaan pengerjaan dilakukan menggunakan Bulldozer dengan jam kerja traktor (JKT) 9 jam hari -1. Ripping. Setelah lahan bersih dari sisa-sisa tunggul dilakukan kegiatan ripping. Kegiatan ripping bertujuan untuk mengangkat sisa-sisa akar di dalam tanah dengan kedalaman 50 cm. Kegiatan ripping dilaksanakan 4 kali dengan jarak waktu pengerjaan 21 hari. Kegiatan ripping dilakukan dengan menggunakan alat berat (Bulldoser) dan diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan dan 2 orang pekerja untuk memastikan kedalaman dan kualitas ripping. Pekerja memberikan kode dengan pluit jika kedalaman tidak mencapai 50 cm. Pelaksanaan pengerjaan dilakukan menggunakan bulldozer dengan jam kerja traktor (JKT) 9 jam hari -1. Ploughing. Kegiatan selanjutnya yaitu ploughing yang bertujuan untuk memecah tanah dengan kedalaman 30 cm dan meratakan tanah. Kegiatan ploughing dilaksanakan 2 kali dengan jarak waktu pengerjaan 21 hari. Kegiatan ploughing dilakukan dengan menggunakan alat mesin traktor yang dilengkapi dengan alat pencacah tanah. Kegiatan ini diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan dan 1 orang pekerja yang mengukur dan memastikan kedalaman ploughing. Pelaksanaan pengerjaan dilakukan menggunakan traktor dengan jam kerja traktor (JKT) 9 jam hari -1. Pemancangan. Lahan yang sudah diolah dan diratakan kemudian dilakukan persiapan tanam selanjutnya berupa pemancangan sehingga siap untuk ditanami. Pemancangan merupakan pemberian poin tanam pada areal yang akan ditanami. Jarak tanam yang digunakan untuk replanting tahun 2014 adalah 4 m x 4.5 m dengan sistem penanaman mata lima, sehingga akan diperoleh populasi efektif rata-rata 555 tanaman per-hektar. Sistem penanaman mata lima dapat dilihat pada Gambar Gambar 10 Sistem penanaman mata lima pada tanaman karet Kegiatan pemancangan meliputi kegiatan menentukan poin pertama, pancang kepala dan pancang anakan. Poin pertama atau pancang acuan adalah

36 24 kegiatan menentukan poin pertama dilakukan dari sudut blok dengan membidik acuan ke arah timur-barat dan arah utara-selatan dengan menggunakan alat teodolit yang bertujuan untuk menentukan poin tanam yang menjadi acuan sehingga memudahkan kegiatan pemancangan. Pancang kepala adalah kegiatan yang dilakukan dengan arah utara-selatan sebagai acuan untuk mengisi pancang anakan. Pancang kepala dilakukan dengan jarak 48 m atau dengan jarak 96 m sesuai permintaan pekerja yang akan mengisi poin pancang anakan. Pancang kepala dikerjakan oleh tenaga kerja yang sudah terampil dari departemen FSD (field service department). Pancang anakan adalah kegiatan yang dilakukan dengan arah timur-barat untuk mengisi poin tanam jarak 4 m. Kegiatan pancang anakan dikerjakan oleh tenaga kerja Sub-Divisi. Pembibitan LCC (leguminose cover crop). Tanaman yang digunakan sebagai LCC (leguminose cover crop) yaitu Mucuna bracteata. Tanaman ini berfungsi untuk menutupi tanah dan menekan pertumbuhan gulma di gawangan tanaman karet, serta perakaran tanaman ini dapat memberikan tambahan kandungan nitrogen dalam tanah. Kebutuhan bibit Mucuna bracteata untuk penanaman tanaman karet seluas 1 hektar yaitu 2000 bibit Mucuna bracteata. Oleh karena itu dibuat areal pembibitan Mucuna bracteata untuk memenuhi kebutuhan bibit tersebut. Teknis pembibitan tanaman Mucuna bracteata yaitu dengan menggunakan stek batang. Stek yang akan ditanam diambil dari tanaman yang sudah tua dengan panjang stek ± 34 cm dengan diameter ± 0.6 cm. Stek yang sudah dikumpulkan ditanam dalam polybag berukuran 18 cm x 9 cm yang sudah diisi tanah dan disusun dalam bedengan tanam dengan arah timur-barat. Bedengan tanam pembibitan Mucuna bracteata berukuran 300 cm x 60 cm dengan isi 500 polybag tanaman. Bedengan yang berisi polybag dan sudah ditanami kemudian disungkup dengan menggunakan kerangka bambu dan plastik dengan ukuran tinggi sungkup ±80 cm dengan lebar ±60 cm. Kegiatan pembibitan LCC dapat dilihat pada Gambar 11. A B C D Gambar 11 Kegiatan pembibitan LCC : pengambilan stek (A), pengisian polybag (B), penanaman stek (C), pemasangan sungkup (D), sungkup (E), pemberian tanggal tanam (F) Sungkup akan dibuka 21 hari setelah tanam untuk mengelihat keberhasilan tumbuh kemudian dilakukan buka tutup sungkup setiap hari untuk penyiraman E F

37 dan adaptasi stek yang berhasil dengan cahaya sampai daun Mucuna bracteata yang tumbuh sudah tua dan siap untuk ditanam ke lapangan. Rincian kebutuhan bibit Mucuna bracteata untuk 1 hektar penanaman karet di lapangan adalah sebagai berikut : - Populasi karet dengan jarak tanam 4 m x 4.5 m = 555 tanaman hektar -1 - Populasi Mucuna bracteata = 2000 tanaman hektar -1 - % tumbuh Mucuna bracteata = 40 % - Bibit stek yang harus ditanam = 5000 stek - Kebutuhan polybag (650 benih/kg) = 7.69 kg polybag - Kebutuhan bedengan (500 polybag/bedengan) = 10 bedengan bibitan Kegiatan pengerjaannya dilakukan penanaman stek 2 hari sekali dimana 1 hari sebelumnya dilakukan penyiapan media tanam dengan mengisi polybag dan menyusun polybag kedalam bedengan tanam. Jadi total pekerja yang dibutuhkan untuk mengerjakan 10 bedengan bibitan Mucuna bracteata yaitu 20 HK dimana 1 orang pekerja berhasil mengerjakan 1 bedengan hari -1 atau menanam 500 stek hari -1. hal ini sesuai denga target dari parusahaan yaitu 500 stek hari -1. Penulis mendampingi mandor perawatan dalam mengawasi kegiatan penanama LCC (Mucuna bracteata). Prestasi pekerja sudah memenuhi target dari perusahaan, tetapi keberhasilan tumbuh masih terbilang rendah dengan rata-rata persentasi tumbuh hanya 40 %. Hal ini dikarenakan umur stek yang ditanam tidak merata dan naungan pada areal pembibitan yang terlalu tinggi. Oleh karena itu dilakukan pemilihan tanaman yang dijadikan sumber stek hanya tanaman yang benar-benar sudah tua dan juga dilakukan penjarangan percabangan tanaman karet yang gawangannya dijadikan areal pembibitan Mucuna bracteata sehingga cahaya yang masuk kedalam areal pembibitan Mucuna bracteata lebih banyak. Pengendalian gulma TBM. Kegiatan pengendalian gulma pada areal TBM dilakukan secara kimiawi dan manual. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma sehingga memudahkan kegiatan pemeliharaan dan tidak merugikan tanaman karet yang ditanam. Gulma dominan pada areal TBM karet umumnya adalah jenis gulma rumput dan gulma daun lebar berbatang lunak seperti sarang buaya (Ischaemum timorense), bayaman (Asystasia intrusa) dan kentangan (Borreria latifolia) yang berjarak 1 m dari tanaman pokok disemprot dengan teknik spot spraying dimana hanya bagian yang didominasi gulma saja yang disemprot. Herbisida yang digunakan adalah Round Up dengan dosis 2.4 liter hektar -1 berbahan aktif glyphosat konsentrasi 0.8% (0.8 liter dalam 100 liter air) dengan volume semprot 300 liter larutan per hektar. Kegiatan aplikasi herbisisda ini dilakukan dengan rotasi 2 minggu sekali. Sedangkan jenis gulma berkayu dan merambat seperti mikania (Micania micrantha), harendong (Melastoma malabatrichum) alang-alang (Imperata cylindrica), klidemia (Clidemia hirta) dan teki (Cyperus sp.) dikendalikan secara manual dengan dongkel anak kayu atau Selective weeding, tetapi kegiatan ini dilakukan sesuai kondisi gulma di lapangan. Kegiatan pengendalian gulma dapat dilihat pada Gambar

38 26 A B C Gambar 12 Kegiatan pengendalian gulma : tempat mencampur pestisida (A), tangki semprot (B), kegiatan spot spraying (C) Norma kerja semprot herbisisda di lapangan adalah 0.5 ha HK -1 atau 150 liter campuran HK -1. Pekerjaan ini dikerjakan oleh 3 orang pekerja, jadi dalam 1 hari kerja dapat menghasilkan 1.5 hektar dan dapat menghabiskan 450 liter campuran atau sekitar 30 tangki semprot berkapasitas 15 liter. Penulis mengikuti kegiatan ini dengan menjadi pendamping mandor. Prestasi kerja pekerja sudah memenuhi standar perusahaan, pekerja sudah cukup baik dalam melakukan pekerjaannya. Kedala yang terjadi pada kegiatan ini yaitu pada saat nyemprot harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat mengganggu tanaman karet yang masih kecil. Oleh karena itu ada pekerja khusus yang memegang plastik penutup untuk menutupi tanaman karet pada saat proses penyemprotan. Pengendalian gulma TM. Kegiatan pengendalian gulma pada areal tanaman menghasilkan dilakukan lebih dominan pada gulma yang ada pada barisan tanaman atau disebut strip spraying dengan tujuan membersihkan gulma yang ada pada jalur yang dilewati untuk pemeliharaan dan penyadapan. Kegiatan pengendalian gulam pada TM hampir sama dengan yang dilakukan pada TBM, yaitu dengan cara manual dan kimiawi. Perbedaannya hanya pada volume kegiatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan areal TBM. Gulma yang tumbuh pada areal TM tidak setebal pada areal TBM karena sinar matahari sudah terhalangi oleh tajuk tanaman. Pengendalian gulma manual dilakukan secara selektif untuk gulma daun lebar berkayu dengan di dongkel menggunakan cangkul. Pengendalian gulma kimiawi dilakukan dengan cara semprot barisan menggunakan herbisida Rumat berbahan aktif glyfosat dan 2.4 Diamine konsentrasi 4% dengan volume semprot 25 liter larutan hektar -1. Kegiatan ini dilakukan dengan rotasi 4 bulan sekali. Aplikasi herbisida pada strip barisan dilakukan menggunakan alat semprot Micron herby. Standar nozzle yang digunakan yaitu 200 cc menit -1, maka dalam 1 Micron herby dengan kapasitas 5 liter membutuhkan waktu 25 menit dengan kecepatan jalan 60 m menit -1. Sementara itu waktu yang dibutuhkan oleh pekerja dalam 1 baris tanaman (±500 m) adalah ±8.39 menit, sehingga secara aktual di lapangan untuk menghabiskan 5 liter rata-rata pekerja membutuhkan waktu 29.3 menit dengan kecepatan jalan m menit -1. Adapun proses kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 13.

39 27 A B C Gambar 13 Kegiatan semprot strip : mengisi cairan herbisida (A), semprot strip (B), alat semprot micron herby dengan nozzle standar 200 cc menit -1 (C) Kegiatan ini diawasi oleh 1 orang mandor dengan 8 orang pekerja semprot dan 2 orang pekerja angkut cairan herbisida. Norma kerja untuk pekerjaan ini adalah 0.5 ha HK -1, sedangkan prestasi kerja rata-rata penyemprot adalah 0.9 ha HK -1. Prestasi kerja penyemprot sudah melebihi target yang ditetapkan perusahaan. Pada kegiatan ini penulis mendampingi mandor perawatan dalam melakukan pengawasan dan memastikan pekerjaan berjalan dengan baik. Kendala dalam kegiatan ini yaitu alat yang sering mengalami kerusakan, akibatnya pekerjaan terhambat. Apabila gulma yang dikendalikan tidak mati, maka dilakukan semprot strip ulang. Pemupukan TBM. Kegiatan pemupukan yang dilakukan di BSRE hanya dilakukan pada tanaman belum menghasilkan, setelah tanaman mulai disadap tidak dilakukan lagi pemupukan. Pemupukan TBM dilakukan mulai umur tanaman 3 bulan setelah tanam hingga selanjutnya dilakukan pemupukan dengan rotasi 2 bulan sekali. Pemupukan dilakukan dengan metode cyrcle application dimana pupuk ditaburkan pada sekeliling pokok tanaman dengan jarak jari jari 50 cm dan dengan dosis 66.7 gram tanaman -1. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk yang sudah dicampur dengan rincian dosis sebagai berikut : - Urea = 13.7 gram tanaman -1 dengan kandungan N = 46% - CIRP = 23 gramn tanaman -1 dengan kandungan = 30% - MOP = 22.5 gram tanaman -1 dengan kandungan O = 60% - Kies = 7.5 gram tanaman -1 dengan kandungan O = 26% dan S = 21% Jadi total pupuk yang diberikan 66.7 gram tanaman -1. Sementara itu rincian kebutuhan pupuk untuk aplikasi pada 1 blok dengan luas ha dengan jarak tanam 4.24 m x 4.75 m adalah sebagai berikut : - Populasi tanaman = tanaman - Kebutuhan pupuk total untuk 1 blok (17.80 ha) = 8 811tanaman x 66.7 gram tanaman -1 = gram atau sekitar 588 kg - Kebutuhan pupuk untuk 1 ha = 33 kg ha -1 Kegiatan pemupukan dilakukan oleh 7 orang pekerja wanita yang sudah dilengkapi dengan APD (alat pelindung diri) dan peralatan kerja yang dibutuhkan. Kegiatan dilakukan dengan arah timur-barat, dalam 1 baris ada 117 tanaman dimana 1 orang pekerja dalam 1 kali jalan membawa ± 7.8 kg pupuk dalam ember. Norma kerja pemupukkan yaitu 2 ha HK -1. Pekerja dapat mengerjakan 2.5 ha HK -1. Pada kegiatan ini penulis mendampingi mandor perawatan dalam mengawasi pekerja. Prestasi kerja pekerja telah melebihi target perusahaan tetapi masih banyak pekerja tidak menggunakan

40 28 alat takaran tabur dalam aplikasinya, akibatnya pupuk tidak tersebar merata. Pengawasan terhadap pekerjaan pemupukan harus ditingkatkan agar aplikasi pupuk yang dilakukan lebih efektif. Proses pelaksanaan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 14. A Gambar 14 Kegiatan pemupukan TBM : mencampur pupuk (A), melangsir pupuk (B), metode pemupukan (C) Menunas. Kegiatan menunas yaitu kegiatan membuang tunas cabang atau tunas air pada TBM tanaman karet. Kegiatan ini mulai dilakukan 1 bulan setelah tanam, selanjutnya dilakukan terus-menerus dengan rotasi 12 hari sekali sampai tinggi tanaman TBM mencapai tinggi 3 m. Kegiatan ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan tajuk tanaman dan mengurangi persaingan hara dengan tunas cabang atau tunas air. Selain itu kegiatan pewiwilan dilakukan sesegera mungkin agar tidak meninggalkan bekas pada batang tanaman sehingga dapat membentuk bidang sadap yang baik (berbuntuk bundar, lurus, dan tegak). Kendalanya selalu terjadi keterlambatan rotasi yang mengakibatkan tunas cabang atau tunas air tumbuh besar dan sulit untuk dipotong dan sulit dijangkau. Hal ini terjadi karena kurangnya tenaga kerja dan cuaca yang panas. Proses kegiatan menunas dapat dilihat pada Gambar 15. B C Gambar 15 Metode menunas Norma kerja kegiatan menunas yaitu 5 ha HK -1 sehingga seharusnya dengan 5 orang tenaga kerja dalam satu A hari kegiatan pewiwilan menghasilkan B 25 ha areal C TBM. Prestasi kerja pekerja yaitu 3 ha HK -1 sedangkan penulis mengikuti kegiatan ini sebagai pendamping mandor dalam mengawasi pekerja. Kondisi tunas air dan tunas samping yang tumbuh sudah terlalu besar dan sulit untuk dipotong menyebabkan prestasi kerja pekerja tidak memenuhi target yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu kondisi cuaca yang cukup terik juga berpengaruh pada pekerjaan ini. Semprot daun. Kegiatan semprot daun pada areal TBM dilakukan sebagai upaya pencegahan dan mengendalikan serangan cendawan Oidium heveae dan

41 serangga Mites. Serangan cendawan Oidium heveae dapat mengakibatkan terjadinya gugur daun dini, sedangkan serangan Mites dapat mengakibatkan pertumbuhan tajuk atau crown menjadi kerdil. Serta serangan kutu Lak (Laccifer greeni Chamberlis) menyerang dan menghisap cairan jaringan tanaman karet sehingga ranting-ranting lemah dan menggugurkan daun, terbentuknya jelaga hitam pada permukaan daun dan menghambat fotosintesis. Pengendalian serangan cendawan Oidium heveae dan serangga Mites dilakukan secara kimiawi mengunakan fungisida berbahan aktif Mankozeb dan Karbenzamin merek dagang Delsene MX 80WP dan insektisida berbahan aktif sipemetrin merek dagang Cymbus 50EC. Konsentrasi aplikasi yang digunakan untuk kedua pestisida tersebut masing-masing adalah 3 % yaitu 3 ml dalam 100 ml larutan dengan dosis 23 ml tanaman -1. Penyemprotan dilakukan setiap sekali seminggu untuk tindakan pencegahan dan dua kali seminggu untuk tindakan pengendalian. Norma kerja untuk pekerjaan ini adalah 1.5 ha HK -1, sedangkan prestasi kerja rata-rata penyemprot adalah 2.3 ha HK -1. Prestasi kerja penyemprot sudah melebihi target yang ditetapkan perusahaan. Pada kegiatan ini penulis mendampingi mandor perawatan dalam melakukan pengawasan dan memastikan pekerjaan berjalan dengan baik. Aplikasi Stimulan. Kegiatan aplikasi zat stimulant (Ethrel) bertujuan untuk merangsang keluarnya getah lateks -1 yang lebih banyak serta meningkatkan produktivitas sesuai dengan potensi tanaman. Kegiatan aplikasi stimulant dilakukan dua hari sebelum penyadapan, menyesuaikan dengan rumus sadap yang digunakan. Jika aplikasi dengan kode A24, maka artinya zat stimulant yang digunakan sejumlah 0.5 gram tanaman -1 dengan dosis 2.5% yaitu 2.5 gram dalam 100 gram larutan yang diaplikasikan 24 kali dalam satu tahun, sehingga dilakukan aplikasi stimulat 2 kali dalam satu bulan. Adapun kode stimulant yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Kode aplikasi stimulansia Kode Volume (g tan -1 ) Konsentrasi Warna A % Merah B % Merah C % Merah X % Biru Y % Biru Z % Biru Sumber : (QSP 22 Dosis Stimulant, BSRE 2014) Teknik aplikasi stimulan yaitu dengan cara dioleskan menggunakan kuas yang sudah dikalibrasi sesuai volume stimulan. Stimulan diaplikasikan pada 3 titik dari panel sadap sebanyak 3 kali olesan agar benar-benar merata dengan mulai mengoleh dari tengah alur sadap dilanjutkan kebagian ujung bawah alur sadap dan diakhiri pada ujung atas alur sadap. Metode kegiatan aplikasi stimulan dapat dilihat pada Gambar

42 30 A B Gambar 16 Kegiatan Aplikasi ELS : pengolesan ELS (A), sikat atau kuas untuk mengoles ELS (B) Standar baku perusahaan untuk pekerjaan ini yaitu pekerja harus menghasilkan 4.5 ha HK -1, sedangkan prestasi kerja rata-rata penyemprot adalah 4.5 ha HK -1. Prestasi kerja pekerja sudah mencapai target yang ditetapkan perusahaan. Pada kegiatan ini penulis mendampingi mandor perawatan dalam melakukan pengawasan dan memastikan pekerjaan berjalan dengan baik. Pekerja pada aplikasi stimulant wajib menggunakan APD dengan membawa cairan stimulant dalam umplong (0.75 kg). Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu blok penuh dimana ada 12 hanca dibutuhkan 4 HK. Mandor Penyadapan Mandor sadap memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam mengawasi seluruh kegiatan penyadapan yang dikerjakan setiap hari, memeriksa kehadiran penyadap, memastikan peralatan penyadap dalam kondisi baik, memastikan bahwa seluruh pohon yang dapat disadap telah tersadap sesuai petunjuk penyadapan dan hasilnya dikumpulkan, mampu mengajari penyadap cara penyadapan yang benar, harus hadir selama proses pengumpulan hasil sadapan, mencatat hasil produksi harian, memeriksa dan melaporkan apabila ada kegiatan pencurian lateks di wilayah kerjanya, dan berkewajiban hadir setiap hari pukul WIB pada kegiatan apel atau antrian pagi di kantor sub-divisi. Kegiatan pendampingan mandor sadap yang diikuti oleh penulis adalah kegiatan pengawasan penyadapan di Blok Y-25, Y-26, Z-25, T-24, U-23, U-24, dan V-23. Permasalahan yang ditemui di lapangan saat menjadi pendamping Mandor Sadap antara lain kurang disiplinnya penyadap dalam kehadiran dan penyadapan yang masih kurang sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Banyak tanaman yang sudah rusak menyebabkan para penyadap melakukan penyadapan tidak sesuai dengan arahan mandor sadap. Hal-hal yang harus dilakukan oleh mandor untuk mengatasi masalah tersebut adalah memperketat pengawasan serta memberikan pengarahan agar penyadap lebih disiplin. Penyadapan Penyadapan karet (menderes, menoreh, tapping) merupakan proses pemungutan hasil tanaman karet berupa lateks maupun cup lump. Penyadapan dilakukan dengan cara menyayat atau menorah kulit batang pohon secara terukur sesuai rumus sadap yang diterapkan. Kegiatan ini dilakukan pada kebun produksi yang telah memenuhi kriteria siap untuk disadap. Kulit batang adalah modal

43 utama produksi tanaman karet. Kesalahan penyadapan akan berakibat pada kerugian yang besar baik bagi pohon maupun bagi produksinya. Penyadapan yang dilakukan ada dua, yaitu sadap normal dan sadap mati atau sadap bebas. Sadap normal dilakukan pada TM yang masih produktif dengan mengikuti norma atau aturan penyadapan, sedangkan sadap mati dilakukan pada TM yang sudah tidak produktif dan dua atau tiga tahun lagi akan di remajakan. Rincian kegiatan yang harus diperhatikan pada proses penyadapan meliputi menentukan kriteria siap sadap, manajemen bidang sadap, waktu penyadapan, penentuan kelas penyadap, penentuan premi penyadap, dan persiapan peralatan sadap. Kriteria siap sadap. Tanaman karet di PT BSRE mulai disadap ketika berumur bulan setelah dipindah tanam ke lapangan. Tanaman siap sadap harus memiliki lingkar batang minimal 46 cm yang diukur pada ketinggian 170 cm dari permukaan tanah. Pohon yang sudah masuk kedalam kriteria sadap ditandai dengan tanda totol berjumlah empat buah. Totol merupakan titik cat hitam yang ditorehkan di sisi pohon karet sebelah timur pada ketinggian 170 cm dari permukaan tanah. Penotolan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 36 bulan setelah pindah tanam. Suatu blok dapat disadap apabila 135 tanaman ha -1 telah memenuhi kriteria siap sadap atau sekitar 24 % dari populasi normal, yaitu 555 tanaman ha -1. Kriteria penotolan di PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Kriteria penotolan tanaman siap sadap di PT BSRE Jumlah totol Ukuran lingkar batang (cm) > 46 Sumber : Buku field standard practice (FSP) Tapping PT BSRE Manajemen bidang sadap. Manajemen pengelolaan bidang sadap yang diterapkan di PT BSRE meliputi panel BO, HO, dan VH. Panel BO dan HO digunakan dalam kegiatan eksploitasi pada umur produktif, sedangkan panel VH digunakan untuk tanaman karet dua tahun menjelang di-replanting pada ketinggian di atas 3 m. Panel BO dan panel HO masing-masing memiliki pengertian bahwa kulit yang disadap adalah kulit asli dengan jenis sadap tarik atau downward tapping system (DTS) dan sadap sorong atau upward tapping system (UTS). Panel BO mulai disadap pada ketinggian 110 cm hingga batas 10 cm dari permukaan tanah, sedangkan panel HO mulai disadap pada ketinggian 110 cm hingga ketinggian 300 cm dari permukaan tanah. Panel BO dibagi menjadi dua sisi bidang sadap, yaitu panel BO1 di sisi barat dan panel BO2 di sisi timur. Alasan ditetapkannya panel BO1 di sebelah barat adalah karena panel BO1 merupakan panel sadapan tanaman karet muda (TM I-III) yang belum memiliki tajuk cukup rimbun sebagai penghalang cahaya matahari. Apabila panel ini menghadap ke timur maka aliran lateks akan cepat menggumpal atau terkoagulasi karena terkena paparan panas sinar matahari langsung. Oleh karena itu, panel BO1 ditempatkan di sebelah barat untuk mecegah koagulasi di parit aliran lateks. Panel BO1 terbagi kedalam tiga partisi, yaitu panel BO1.1, BO1.2, dan BO1.3 dengan masing-masing partisi memiliki proporsi sadap selama satu tahun 31

44 32 sehingga panel BO1 total diekploitasi selama tiga tahun. Pembagian partisi ini juga diterapkan pada panel BO2. Panel HO dibagi menjadi empat sisi bidang sadap, yaitu panel HO1 di sisi barat daya, panel HO2 di sisi barat laut, panel HO3 di sisi timur laut, dan panel HO4 di sisi tenggara. Penel HO1 terbagi kedalam lima partisi, yaitu panel HO1.1, HO1.2, HO1.3, HO1.4, dan HO1.5. Masing-masing partisi memiliki proporsi sadap selama satu tahun sehingga panel HO1 total dieksploitasi selama lima tahun. Pembagian partisi ini juga diterapkan pada panel HO2, HO3, dan HO4. Waktu penyadapan. Kegiatan penyadapan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dimulai pada pukul WIB WIB. Waktu istirahat selama satu jam diberikan kepada para penyadap hingga pukul WIB dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian formic acid untuk menggumpalkan lateks menjadi cup lump hingga pukul WIB. Pengutipan hasil dilaksanakan pada pukul WIB dan dibawa ke stasiun lateks terdekat untuk ditimbang sekitar pukul WIB. Mulai pukul WIB WIB penyadap diberi lembur atau overtime selama 1.5 jam kerja. Penentuan kelas penyadap. Penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE diklasifikasikan kedalam tiga kelas, yaitu kelas I, II, dan III. Penyadap kelas I setara dengan kelas A, kelas II setara dengan kelas B, dan kelas III setara dengan kelas C. Penyadap diklasifikasikan kedalam salah satu kelas berdasarkan jumlah nilai mutu yang diperoleh setelah dilakukannya inspeksi sadapan oleh asisten lapangan. Asisten lapangan akan melakukan inspeksi sadapan setiap sekali sebulan untuk menentukan status kelas penyadap dan jumlah nilai premi yang akan diperoleh pada bulan yang bersangkutan. Kriteria penilaian kelas penyadap dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9 Penilaian kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Kategori penilaian Nilai Waktu penyadapan 0 30 Pemakaian kulit 0 30 Luka kayu 0 10 Kedalaman sadap 0 20 Kebersihan panel,mangkuk, talang, dll Total Sumber : Buku field standard practice (FSP) Tapping Premium Payment PT BSRE Tabel 10 Kriteria kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Kelas penyadap Jumlah nilai A B C < 50 Sumber : Buku field standard practice (FSP) Tapping Premium Payment PT BSRE

45 Pelatihan Penyadapan. Efisiensi dan efektifitas serta kualitas pemakaian kulit pada proses penyadapan sangat bergantung pada tenaga penyadap. Pemahaman harus selalu ditekankan kepada para penyadap bahwa kulit pohon karet itu adalah modal. Salah satu upaya menekankan pemahaman tersebut adalah melalui kegiatan retrainning penyadapan. Kegiatan retrainning di PT BSRE dilakukan setiap sekali tiga bulan di masing-masing divisi. Penulis mengikuti kegiatan ini di Sub-Divisi I Pondok Baru selama empat hari. Pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan adalah mengenai jenis-jenis peralatan sadap dan pemeliharaannya, kriteria pohon karet siap sadap, aturan konsumsi kulit dan perpindahan panel, tata cara penyadapan yang benar, dan faktor keselamatan dan kesehatan kerja. Penulis pada awalnya tidak memahami cara menyadap tanaman karet, akan tetapi setelah mengikuti kegiatan ini penulis mampu melakukan pekerjaan menyadap sesuai kriteria sadap PT BSRE dan memperoleh nilai C. Kegiatan retrainning dapat dilihat pada Gambar A B Gambar 17 Kegiatan retraining : latihan penyadapan (A), hasil penyadapan (B) Premi penyadapan. Penyadap yang mampu mencapai atau melebihi target produksi lateks yang ditetapkan perusahaan akan memperoleh premi penyadapan. Pemberian premi ditujukan sebagai penghargaan atas prestasinya dan diharapkan akan semakin lebih giat dalam bekerja. Premi yang diberikan kepada penyadap di PT BSRE terdiri dari premi dasar dan premi bonus. Penyadap akan menerima premi dasar apabila dapat memperoleh sampai dengan 80 % target produksi yang ditetapkan, sedangkan premi bonus diberikan apabila memperoleh lebih dari 80 % target produksi yang ditetapkan. Jumlah premi yang diterima juga dipengaruhi oleh status kelas penyadap. Ketentuan pemberian premi di Divisi III dolok Ulu PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Pemberian premi penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Kelas penyadap < 80 % target produksi > 80 % target produksi Premi dasar Premi bonus A Rp 75,- Rp 250,- B Rp 50,- Rp 225,- C Rp 25,- Rp 175,- Sumber : Buku field standard practice (FSP) Tapping Premium Payment PT BSRE Perhitungan Premi : Kg cup lump kering ( < 80 % A target ) x pemi dasar B Kg cup lump kering ( > 80 % target ) x premi bonus + Premi yang akan dibayar

46 34 Contoh perhitungan premi bonus penyadapan seorang penyadap kelas A dalam 29 hari kerja dengan rata-rata DRC 48% adalah sebagai berikut : - 15 hari tidak mencapai 80 % target dengan rata-rata produksi 21 kg cup lumb kering hari -1, dimana target perusahaan 25 kg cup lumb kering hari hari melebihi 80 % target dengan rata-rata produksi 30 kg cup lumb kering hari -1, dimana target perusahaan 25 kg cup lumb kering hari -1. Perhitungan premi penyadap tersebut adalah sebagai berikut : 315 kg x Rp 75,- = Rp ,- 420 kg x Rp 250,- = Rp ,- _ + Premi yang akan dibayar = Rp ,- Perhitungan premi tersebut tidak berlaku untuk penyadapan pada kulit perawan. Penyadap hanya menerima premi mati Rp ,- bulan -1 selama enam bulan pertama penyadapan kulit perawan. Premi lain yang juga diberikan kepada penyadap adalah premi buka sadap, premi formic acid, dan premi getah tarik atau scrap. Premi buka sadap diberlakukan menjelang perubahan panel sadapan dan penyadap harus membuka terlebih dahulu panel sadapan baru. Penyadap mendapat bayaran Rp ,- hanca -1 siap untuk pre-opening dan Rp ,- hanca -1 siap untuk new opening. Premi formic acid diberikan sebesar Rp 1 200,- hari -1 karena penyadap menuangkan formic acid 3 % ke mangkuk lateks. Premi getah tarik diberikan sebesar Rp 2 500,- kg -1 scrap yang dikumpulkan. Premi juga diberikan kepada karyawan SKU bulanan atau MP, khususnya para mandor yang mengawasi kegiatan penyadapan. Rincian preminya adalah : 1. Mandor Besar : 2.5 x rata-rata premi penyadap 2. Instruktur Sadap : 2 x rata-rata premi penyadap 3. Mandor Sadap : 1.5 x rata-rata premi penyadap 4. Mandor Boyan (perawatan) : 1 x rata-rata premi penyadap 5. Mandor Fomes (penyakit) dan Stimulan : 1.5 x rata-rata premi penyadap Peralatan sadap. Setiap penyadap bertanggung jawab untuk merawat semua peralatannya agar tetap dalam kondisi baik dan bersih. Jenis-jenis peralatan sadap standar yang digunakan penyadap di PT BSRE antara lain pisau sadap, mangkuk lateks, talang, kawat kakak tua, jerigen peralatan, jerigen lateks, batu asah, dan kaca mata pengaman. Peralatan sadap tersebut akan diperiksa keadaannya setiap hari oleh mandor deres, setiap minggu oleh mandor besar, dan secara periodik oleh asisten lapangan. Krani Sub-Divisi Krani satu mempunyai peranan dalam hal pencatatan data dan administrasi divisi, Krani Sub-Divisi membuat laporan rencana dan realisasi pekerjaan di lapangan dalam hal ini Krani Sub-Divisi mengerjakan pembukuan terkait target hasil, statistik hasil, hasil produksi lateks, kegiatan harian, laporan asisten, dan lain-lain. Hasil pekerjaaan kemudian dilaporkan kepada Asisten Sub-Divisi dan kantor kebun. Dalam melaksanakan pekerjaannya Krani Sub-Divisi dibantu oleh Krani Absen dan Krani Timbang Lateks. Krani Stasiun Lateks Krani Stasiun Lateks memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam memastikan bahwa penyadap mengerjakan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan stasiun lateks sesuai prosedur yang ditetapkan, menyusun laporan produksi dan menyerahkannya ke kantor sub-divisi, melayani penimbangan lateks,

47 cup lumb dan scrap dari para penyadap, menjaga kebersihan stasiun lateks termasuk tangki lateks dan peralatannya, membantu tugas sehari-hari krani subdivisi, dan bertanggung jawab atas Faktur Kiriman Lump sebagai bukti serah terima lateks dari lapangan ke pabrik. Komponen Faktur Kiriman Lump yang harus diisi oleh Krani Stasiun Lateks antara lain adalah identitas stasiun lateks, identitas truk, tanggal dan waktu pengiriman, kuantitas cup lump, kuantitas getah tarik, cuaca, dan jumlah penyadap. Penulis berperan sebagai pendamping krani stasiun lateks di stasiun lateks X-24 dan mepelajari cara menggunakan software penimbangan lateks. Pelaksanaan pengumpulan hasil sudah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan perusahaan. Pengumpulan dan penimbangan hasil. Kegiatan pengumpulan hasil di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE secara serentak dilakukan oleh para penyadap pada pukul WIB ke stasiun lateks terdekat dengan hancanya. Hasil yang dikumpulkan penyadap ke stasiun lateks terdiri atas cup lump dan getah tarik atau scrap. Stasiun lateks dikepalai oleh seorang krani timbang yang memiliki dua orang anggota pemuat hasil ke dalam truk. Mandor sadap turut mendampingi para penyadapnya selama proses pengumpulan hasil berlangsung. Penimbangan cup lump dan getah tarik dilakukan satu persatu dan hasilnya dicatat di buku produksi dan langsung di-input ke komputer krani sesuai nama dan nomor komputer penyadap. Mandor sadap akan menyalin kembali hasil penimbangan di buku laporan produksi miliknya dan pada keesokan paginya akan diperiksa oleh mandor besar. Proses penimbangan cup lump meliputi pembelahan cup lump, penimbangan bobot (weighing), dan penyusunan di atas anjang-anjang batu. Cuplump harus dibelah menjadi empat bagian secara membujur. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pengeluaran air dan memeriksa kandungan kontaminasi di dalam cup lump seperti tatal, daun, talang, ranting kayu, dan cangkang. Cup lump yang ditimbang akan dikenakan pemotongan bobot 15 % dari bobot aktual. Pemotongan sebesar 15 % ini bertujuan untuk menghindari selisih bobot penimbangan yang terlalu besar antara di lapangan dan ketika tiba di pabrik. Selisih bobot penimbangan terjadi karena cup lump yang ditimbang dalam kondisi basah dan air. Cup lump yang telah selesai ditimbang dimuat ke dalam truk berkapasitas 6 ton. Pengiriman cup lump dari lapangan menuju pabrik pengolahan dibuktikan dengan penandatanganan Faktur Kiriman Lump. Faktur ini sebagai bukti bahwa cup lump yang diangkut oleh truk sepenuhnya telah diserahkan dan menjadi tanggung jawab pihak pabrik. Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Bahan untuk Operasional Lapangan Manajemen penerimaan dan pengeluaran dibawahi oleh seorang Asisten FSD (Field Service Departement). Prosedur pengeluaran bahan untuk operasional lapangan yaitu dari Asisten Sub-Divisi yang mengajukan surat permohonan permintaan barang ke kantor kebun. Kemudian disetujui oleh Asisten FSD (Field Service Departement) dan bahan yang dibutuhkan sesuai permintaan Sub-Divisi akan dikirim ke gudang di kantor Sub-Divisi. Prosedur pengeluaran bahan dari gudang harus membawa bon atau bukti pemakaian bahan untuk operasional lapangan yang diperoleh dari kantor kebun. Bon tersebut telah ditandatangani oleh Asisten Sub-Divisi dan Manajer Divisi. 35

48 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pelaksanaan pengamatan aspek khusus pada kegiatan magang dilakukan di areal pembibitan perkebunan karet PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate. Keadaan iklim di PT BSRE menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson termasuk kedalam tipe iklim A (sangat basah) dengan kelembaban udara harian rata-rata + 75 % dan suhu rata-rata harian 30 o C. Rata-rata curah hujan tahunan di perkebunan karet PT BSRE adalah 2377 mm tahun -1 dengan rata-rata bulan basah (BB) 9.30 bulan dan bulan kering (BK) 1.10 bulan dalam setahun. Jenis tanah yang terdapat di perkebunan karet PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate adalah podsolik merah kuning dengan ph antara 6 7. Tanah di perkebunan karet PT BSRE memiliki kemapuan menahan air yang relatif rendah karena kandungan pasirnya yang relatif cukup tinggi. Total luas areal pembibitan (nursery) di BSRE adalah ha terletak di Sub-Divisi I, divisi III Dolok Ulu. Klon karet yang dominan digunakan sebagai batang atas (entres) terdiri dari PB 260, PB 330, PB 340, DMI 11, DMI 13, dan DMI 35. Produktivitas masing-masing klon pada tahun 2013 diantaranya klon PB kg ha -1, klon PB 330 sebesar kg ha -1, klon PB 340 sebesar kg ha -1, klon DMI 13 sebesar kg ha -1 dan klon DMI 35 sebesar kg ha -1. Deskripsi klon yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 7. Kegiatan pembibitan terdiri dari dua bagian inti yaitu kegiatan di kebun entres dan kegiatan di areal pembibitan batang bawah untuk okulasi hingga bibit siap tanam. Kegiatan dimulai dari penyemaian benih, pengolahan lahan pembibitan, pengisian tanah kedalam polybag, penanaman benih untuk batang bawah, pemeliharaan, dan okulasi. Okulasi Kegiatan pengamatan lebih dominan dilakukan pada aspek okulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi. Faktor kondisi batang bawah dan beberapa klon batang atas yang digunakan. Okulasi merupakan aspek penting dalam pembibitan yang merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman lain yang sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat unggul dan dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polybag, atau stum tinggi. Okulasi pada tanaman karet dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu okulasi dini, okulasi hijau, dan okulasi coklat (Amypalupy 2012). Rincian perbedaan antara teknik okulasi dapat dilihat pada Tabel 12.

49 37 Tabel 12 Perbedaan antara okulasi dini, hijau, dan cokelat Parameter Okulasi coklat Okulasi hijau Okulasi dini Umur batang bawah 7 18 bulan 4 6 bulan 2 3 bulan Umur bulan 3 4 bulan 3 4 minggu Ukuran Garis tengah Garis tengah Garis tengah cm cm 0.5 cm warna entres Coklat Hijau Hijau muda Tingkat kesulitan Rendah Sedang Tinggi Umur bibit siap tanam bulan 8 10 bulan 6 8 bulan Mutu genetik Tinggi Tinggi Tinggi Mutu fisiologis Sedang Sedang Tinggi Sumber : Amypalupy 2012 Berdasarkan hasil percobaan Balai Penelitian Sembawa menunjukkan bahwa : 1) kemampuan okulasi HOK -1 untuk okulasi cokelat di lapangan batang, okulasi hijau dan dini di polibag batang, 2) keberhasilan okulasi cokelat 90.95%, okulasi hijau 80.85%, dan okulasi dini 70.75%, dan 3) lama periode okulasi cokelat 8 12 bulan, okulasi hijau 2-3 bulan, dan okulasi dini 1 2 bulan. Semakin tinggi keberhasilan okulasi, waktu yang diperlukan untuk okulasi semakin singkat. Pada dasarnya perbedaan antara ketiga jenis teknik okulasi terletak pada umur batang bawah dan batang atasnya. Okulasi coklat dilakukan pada batang bawah berumur 7 18 bulan di pembibitan sehingga batang sudah berwarna coklat dengan diameter cm. Sementara itu batang atas yang digunakan berwarna hijau kecoklatan, berbatang lurus, dan beberapa mata tunas dalam keadaan tidur (Setiawan dan Andoko 2008). Kelebihan okulasi coklat yaitu memiliki keberhasilan okulasi yang tinggi, lebih mudah dilakukan, masa hidup hasil okulasi lebih lama, dapat disimpan dan dikirim ke tempat lain. Kelemahan okulasi coklat yaitu membutuhkan waktu yang lama, dan biaya yang besar untuk perawatan. Okulasi hijau dilakukan pada batang bawah berusia 5 8 bulan di pembibitan sehingga masih berwarna hijau dengan diameter cm. Batang atas yang digunakan berumur 1 3 bulan setelah pemangkasan dan berwarna hijau. Kelebihan teknik okulasi hijau yaitu pelaksanaan bisa lebih awal, masa hidup di pembibitan lebih pendek, perakaran tidak terganggu saat bibit dipindah ke lapangan, pertautan okulasi lebih baik, dan masa sadap dapat lebih cepat enam bulan. Kekurangan teknik okulasi hijau yaitu kayu entres tidak dapat disimpan atau dikirim ke tempat lain. Selain itu, persentase kematian bibit okulasi lebih tinggi dibandingkan okulasi coklat (Setiawan dan Andoko 2008). Okulasi dini secara genetik dan fisiologis, mutu bibit karet hasil tetap tinggi sehingga dapat menjamin laju pertumbuhan dan daya hasil tinggi, walaupun secara fisik bibit mempunyai diameter tunas lebih kecil dibandingkan dengan bibit yang berasal dari okulasi cokelat. Kelebihan teknik okulasi dini yaitu waktu yang diperlukan untuk menyediakan bibit karet unggul sejak penyemaian biji hingga bibit siap disalurkan dengan teknik okulasi dini lebih singkat dan biaya pengadaan bibit lebih murah dibandingkan dengan teknik okulasi cokelat. Berdasarkan aspek teknis dan ekonomis, penyiapan bibit unggul karet dengan teknik okulasi dini layak untuk dikembangkan dalam skala luas sehingga dapat membantu mengatasi

50 38 masalah dalam pengadaan bibit karet unggul (Boerhendhy 2013). Kekurangan teknik okulasi dini yaitu pelaksanaannya membutuhkan tingkat keahlian yang lebih tinggi atau tenaga terampil dan berpengalaman dibidang okulasi, persentase keberhasilan okulasi dini lebih rendah dibandingkan dengan okulasi hijau dan cokelat, waktu pelaksanaan okulasi lebih singkat (hanya 12 bulan), dan untuk menjamin kesegaran entres, kebun entres harus berdampingan dengan lokasi pembibitan batang bawah karena entres untuk okulasi hijau ataupun okulasi dini hanya dapat bertahan 1 2 hari sejak dipotong dan dengan pengemasan yang baik (Lasminingsih 2012). Pembibitan yang digunakan pada perkebunan PT BSRE yaitu pembibitan dalam polybag dengan teknik okulasi hijau karena batang bawah yang digunakan berumur 3 4 bulan dengan lilit batang berkisar 5 7 cm dan diameter batang ratarata cm pada ketinggian 10 cm sehingga akan lebih rentan terhadap pengaruh lingkungan. Selain kondisi batang bawah pada kegiatan okulasi dipengaruhi oleh kondisi mata tunas dari klon batang entres yang digunakan sebagai batang atas. Klon yang dijadikan batang atas sebaiknya dipilih dengan pertimbangan dalam menentukan pilihan antara lain dengan memperhatikan kondisi lingkungan dimana klon tersebut ditanam, kepentingan pengguna dalam menentukan jenis hasil spesifik hasil, potensi produksi, dan juga harus memperhatikan sifat-sifat sekunder yang meliputi pertumbuhan relatif cepat, tebal kulit baik, tahan terhadap angin, tahan terhadap kering alur sadap (KAS), respon terhadap stimulan yang tinggi, resisten klon terhadap penyakit gugur daun Oidium, Colletotrichum, Corynespora, dan jamur upas atau jamur akar putih (JAP), serta memiliki daya gabung tinggi. Keberhasilan okulasi dan kualitas bibit hasil okulasi dipengaruhi oleh kompatibilitas atara batang bawah dan batang atas. Parameter yang diamati yaitu persentasi keberhasilan okulasi tiap klon untuk melihat kualitas dan potensi batang atas yang digunakan karena penggunaan benih untuk batang bawah di pembibitan perkebunan BSRE menggunakan benih dengan klon campuran. Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat cungkilan pada perisai mata okulasi di luar matanya. Apabila masih berwarna hijau berarti okulasi dinyatakan berhasil (Amypalupy 2012). Adapun rumus persentase keberhasilan okulasi adalah sebagai berikut : % Keberhasilan okulasi = = x 100 % Pengamatan dilakukan pada kontrol ke-2 (42 hari setelah okulasi) sehingga persentasi keberhasilan okulasi dihitung berdasarkan jumlah okulasi yang hidup pada kontrol ke-2. Data persentase keberhasilan okulasi dari 5 klon yang diamati dapat dilihat pada Tabel 13.

51 Tabel 13 Persentase keberhasilan okulasi tiap klon Klon Bedeng Diokulasi Okulasi hidup % Keberhasilan okulasi PB Rata-rata a PB Rata-rata bc PB Rata-rata cd DMI Rata-rata ab DMI Rata-rata d Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menandakan bahwa hasil uji f dengan uji lanjut DMRT pada taraf 5% berbeda nyata. Sumber : Data hasil pengamatan lapang di PT BSRE Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa persentase keberhasilan okulasi pada 5 klon yang diamati berbeda nyata. Rata-rata persentase keberhasilan okulasi masing-masing klon bervariasi. Klon PB 260 memiliki persentasi keberhasilan okulasi tertinggi sebesar 86.13% dan persentase keberhasilan terendah yaitu pada klon DMI 35 sebesar 48.31%. Penelitian yang dilaksanakan BPTP Jambi (2008), menunjukkan bahwa keberhasilan okulasi klon PB 260 dengan batang bawah GT 1 adalah 84% dan dengan batang bawah Avros 2037 adalah 83%. Keadaan ini juga diduga dapat mengindikasikan adanya interaksi yang baik antara batang bawah dengan batang atas pada okulasi tanaman karet. Batang atas akan dapat tumbuh baik apabila mendapat hara dari batang bawah dalam bentuk dan perbandingan yang tepat. Syarat ini akan dapat dipenuhi apabila sifat batang atas dan batang bawah tidak jauh berbeda dan adanya hubungan kekerabatan yang dekat antara batang atas dan batang bawah (Lizawati 2009). Menurut Boerhendy (2013), perbedaan tingkat keberhasilan okulasi dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu: (1) perbedaan karakteristik jaringan mata tunas antar klon, (2) perbedaan kompatibilitas antara jaringan batang atas dan batang bawah. Klon anjuran untuk batang bawah adalah GT 1, PR 300, PR 228, AVROS 2037, LCB 1320, PB 260, BPM 24, PB 330, dan RRIC 100 (Boerhendhy 2012). Benih dari klon anjuran sulit didapatkan, oleh karena itu benih yang digunakan untuk batang bawah yaitu benih dari klon campuran (mix). Hal ini juga mempengaruhi keberhasilan okulasi yang kualitas batang bawahnya tidak merata. 39

52 40 Selanjutnya untuk melihat daya kompatibilitas dari masing-masing klon, maka dilakukan pengamatan terhadap tinggi tunas dalam polybag pada bulan ke-1 dan bulan ke-2 setelah dilakukan penyerongan (cut back). Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 14. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Rata-rata tinggi tunas = Tabel 14 Pengamatan rata-rata tinggi tunas pada 5 klon yang diamati Klon Bedeng tanaman Tinggi Tunas Bulan ke-1 Bulan ke-2 Pertumbuhan PB Rata-rata 12.66a 24.91ab 12.25a PB Rata-rata 19.78a 23.14b 3.36b PB Rata-rata 12.92a 24.14ab 11.22a DMI Rata-rata 12.69a 26.41a 13.72a DMI Rata-rata 12.69a Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menandakan bahwa hasil uji f dengan uji lanjut DMRT pada taraf 5% berbeda nyata. Sumber : Data hasil pengamatan lapang di kebun PT BSRE Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tunas pada 5 klon yang diamati pada bulan ke-1 tidak berbeda nyata tetapi pada bulan ke-2 rata-rata tinggi tunas berbeda nyata dan jika dilihat pertumbuhannya tidak berbeda nyata. Pada saat kegiatan magang memasuki bulan ke-4, tinggi tunas DMI 35 baru mencapai umur 1 bulan setelah penyerongan (cut back). Oleh karena itu, pengamatan tinggi tunas klon DMI 35 pada bulan ke-2 setelah penyerongan tidak teramati. Hasil pengamatan pertumbuhan tinggi tunas hasil okulasi pada 5 klon yang diamati menunjukkan bahwa pertumbuhan tunas yang tertinggi yaitu pada klon DMI 13 sebesar cm bulan -1 tetapi tidak berbeda dengan klon PB 260 sebesar cm bulan -1 dan klon PB 340 sebesar cm bulan -1, sedangkan pertumbuhan tunas terendah yaitu pada klon PB 260 sebesar 3.36 cm bulan -1. Pada umur 31 hari atau 1 bulan pertama (payung pertama) setelah penyerongan, pertumbuhan klon PB 330 memiliki pertumbuhan tunas tertinggi sebesar 19.78

53 cm bulan -1 dan pada bulan ke-2 setelah penyerongan klon DMI 13 memiliki pertumbuhan tunas tertinggi sebesar cm bulan -1. Menurut penelitian Novalina (2009), menunjukkan bahwa panjang tunas hasil okulasi yang terbentuk pada umur 31 hari setelah tanam berkisar 8.90 cm sampai cm. Tinggi rendahnya tunas pertama (payung pertama) pada benih karet ini akan mempengaruhi tinggi rendahnya perkembangan tunas kedua yang secara tidak langsung akan berpegaruh dengan singkat atau lambatnya tanaman karet siap disadap (matang sadap). Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk satu payung tunas berkisar 60 hari. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kompabilitas antara batang bawah dengan batang atas yang menyangkut faktor genetik masingmasing klon. Kompatibilitas mata tunas berpengaruh terhadap laju pertumbuhan panjang tunas karet. Kompatibilitas antara pengabungan batang bawah dengan mata entres yang baik akan mendukung proses pengangkutan unsur hara dan mineral, dengan kata lain penggunaan beberapa klon dalam percobaan ini menyebabkan terjadinya perbedaan panjang tunas dan yang paling kompatibel ditunjukkan oleh klon PB 260. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Tambing et al. (2008) bahwa kompatibilitas batang bawah dengan mata entres sangat mendukung perkembangan tunas okulasi. Pertumbuhan tunas juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kondisi cuaca, dan ketersediaan air. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurlaili (2009) yang menunjukkan bahwa pertambahan tinggi tanaman karet dipengaruhi oleh faktor periode pemberian air. Perlakuan penyiraman air selang 2 hari memberikan pengaruh tertinggi yaitu rata-rata 10,46 cm, kemudian diikuti pemberian air 4 hari rata-rata 8,71 cm, dan yang terendah adalah pemberian air selang 6 hari, yang hanya menghasilkan tinggi tanaman rata-rata 5,28 cm. Keadaan ini diduga dengan ketersediaan air dalam polybag hari -1 tanaman -1 pada kapasitas lapang sangatlah optimal, tetapi pada selang penyiraman 6 hari yang dibutuhkan tanaman dalam polybag sudah tidak lagi optimal untuk pertumbuhan tanaman. Perlakuan penyiraman 4 hari sekali sudah dapat mengoptimalkan pertambahan tinggi tanaman dengan suhu dan kelembaban yang optimal. Kondisi Batang Bawah Pada kegiatan okulasi kondisi kedua lapisan kambium batang bawah dan perisai harus benar-benar menyatu dan tidak boleh teraba jari, terkena cairan atau kotoran, serta terbuka terlalu lama. Selain itu tidak dianjurkan melakukan okulasi pada keadaan batang bawah yang sedang basah, peralatan okulasi harus benarbenar tajam dan bersih atau steril, pekerja okulasi harus teliti dan sabar (Setiawan dan Andoko 2008). Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan pengamatan untuk menganalisis hubungan batang bawah terhadap keberhasilan okulasi tanaman karet. Batang bawah yang digunakan merupakan klon campuran, sedangkan untuk batang atas menggunakan klon PB 330. Pengamatan dilakukan pada juru okulasi yang sama untuk menyeragamkan kondisi tanaman yang diamati. Parameter yang diamati adalah keberhasilan okulasi pada pemeriksaan okulasi ke-2 (42 hari setelah okulasi). Hasil pengamatan keberhasilan okulasi pada kondisi batang bawah dapat dilihat pada Tabel

54 42 Tabel 15 Persentase keberhasilan okulasi pada berbagai kondisi batang bawah Kondisi batang bawah Diokulasi % Keberhasilan Okulasi Flush Rata-rata 55.24b Dorman Rata-rata 81.90a Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menandakan bahwa hasil uji f dengan uji lanjut DMRT pada taraf 5% berbeda nyata. Sumber : Data hasil pengamatan lapang di PT BSRE Hasil analisis data kondisi batang bawah menunjukkan bahwa persentase keberhasilan okulasi pada kondisi batang bawah yang sedang dorman dan flush berbeda nyata. Kondisi daun batang bawah yang sedang dorman (81.90%) mempunyai keberhasilan okulasi yang lebih baik dari pada kondisi daun batang bawah yang sedang flush (55.24). Kondisi daun batang bawah yang sedang dorman dicirikan oleh kulit batang yang tidak lengket karena getah yang keluar sedikit sehingga pertautan batang atas dan batang bawah lebih sempurna jika dibandingkan saat kondisi daun batang bawah yang sedang flush. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kondisi tunas batang bawah yang baik untuk okulasi yaitu tunas batang bawah dalam keadaan tidur (dorman) atau daun tua (Amypalupy 2012). Selain itu teori lain menyebutkan bahwa kondisi terbaik batang bawah dalam kegiatan okulasi yaitu pada fase pertumbuhan yang optimum, kambium aktif, sehingga memudahkan dalam pengupasan dan proses merekatnya mata tempel ke batang bawah (Prastowo dan Roshetko 2006). Teori kendali umpan balik menjelaskan bahwa semakin meningkatnya transpirasi karena pertumbuhan dan perkembangan tunas-tunas muda, luas permukaan transpirasi bertambah dengan cepat sedemikian rupa sehingga akar tidak mampu lagi mengimbanginya dengan suplai air yang cukup. Akibatnya terjadi cekaman air sehingga ujung-ujung tumbuhan pada bagian tunas menjadi dorman. Pada keadaan tersebut daun masih tetap berfungsi, tetapi karena tunas tidak lagi menjadi sink (penampung), fotosintat banyak dialirkan ke akar, dengan akibat akar tumbuh lagi, berramifikasi lagi. Pada giliran air berikut hara mineral dan hormon (terutama sitokinin yang diproduksi diakar) dialirkan lagi ke bagian atas tumbuhan, tunas kuncup yang dorman terpicu lagi, tunas yang kuncup mulai pecah, flushing, dan daun berkembang (Akyas 2011). Hal ini menjelaskan bahwa pada kondisi batang flush terdapat aliran air dan asimilat yang dihasilkan tanaman untuk pertumbuhan daun sehingga getah akan banyak keluar dan akan menyebabkan lengketnya kulit pada kayu. Kondisi tersebut menyebabkan pertautan mata tunas dan kayu batang bawah tidak sempurna karena kecenderungan bahwa semakin muda daun yang terdapat pada batang bawah, maka semakin banyak getah yang keluar dari batang tanaman sehingga akan menyulitkan pada saat pembuatan jendela okulasi. Hal ini menyebabkan persentase keberhasilan okulasi pada kondisi batang bawah yang flush rendah.

55 43 Waktu Okulasi Kondisi lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap persentase keberhasilan okulasi. Oleh karena itu, waktu okulasi dan keadaan iklim sangat menentukan. Menurut (Andoko dan Setiawan 2008) Okulasi sangat baik dilaksanakan pada musim hujan karena saat itu kelembapan lingkungan tinggi dan tidak dianjurkan melakukan okulasi pada pertengahan musim kemarau karena resiko kegagalannya sangat tinggi akibat udara yang kering dan panas. Okulasi di kebun PT BSRE biasanya mulai dilakukan pagi hari pukul WIB sampai pukul WIB. Hal ini tergantung dari kondisi lingkungan, apabila hujan kegiatan okulasi dihentikan. Kebutuhan bibit yang meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah areal yang akan dilakukan replanting okulasi tetap dilakukan pada rentang waktu tersebut, tetapi jumlah tenaga kerja atau juru okulasi yang akan ditambah. Waktu pelaksanaan kegiatan okulasi di kebun PT BSRE diasumsikan tidak berpengaruh terhadap keberhasilan okulasi. Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan pengamatan perbedaan waktu okulasi terhadap persentase keberhasilan okulasi. Pengamatan dilakukan pada 3 waktu yaitu pukul , , dan WIB pada 3 bedeng yang berbeda. Keberhasilan okulasi dilihat pada pemeriksaan ke-2 (42 hari setelah okulasi). Adapun hasil pengamatan persentase keberhasilan okulasi berdasarkan waktu dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Hasil pengamatan perbedaan waktu okulasi terhadap persentase keberhasilan okulasi Waktu Diokulasi Okulasi % Keberhasilan Bedeng okulasi (pohon) hidup (pohon) okulasi Rata-rata a Rata-rata a Rata-rata a Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menandakan bahwa hasil uji f dengan uji lanjut DMRT pada taraf 5% tidak berbeda nyata. Sumber : Data hasil pengamatan lapang di areal pembibitan kebun PT BSRE Berdasarkan hasil analisis data terhadap pengamatan waktu okulasi, persentase keberhasilan okulasi pada 3 kondisi waktu okulasi tidak berbeda nyata. Hasil pengamatan waktu okulasi pada pukul menunjukkan rata-rata persentase keberhasilan okulasi sebesar 74.39%, pada pukul menunjukkan rata-rata persentase keberhasilan okulasi sebesar 67.13% dan pada pukul menunjukkan rata-rata persentase keberhasilan okulasi sebesar

56 %. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut memberikan informasi bahwa semakin siang waktu okulasi, maka persentase keberhasilan okulasi semakin rendah. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa waktu terbaik untuk pelaksanaan okulasi adalah pada pagi hari, antara pukul pagi, karena pada saat tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga kambium tanaman juga dalam kondisi aktif dan optimum. Pelaksanaan okulasi diatas pukul siang kurang baik karena kondisi daun mulai layu dan kualitas entres sudah menurun (Prastowo dan Roshetko 2006). Kondisi suhu terbaik untuk pertumbuhan kalus adalah antara o C o C. Apabila temperatur lebih tinggi dari o C dapat menimbulkan kerusakan pada pembentukan kalus, sedangkan bila temperatur kurang dari 21 o C akan memperlambat pembentukan kalus. Pembentukan kalus memerlukan kelembapan yang tinggi, bila kelembapan rendah dapat menimbulkan kekeringan yang dapat menyebabkan sel-sel pada pertautan okulasi mati sehingga dapat menghalangi pembentukan kalus (Robbyana 2002). Kondisi suhu di BSRE pada pagi hari rata-rata 26 o C dan pada siang hari dengan intensitas cahaya matahari yang tinggi dapat mencapai rata-rata 30 o C. Intensitas cahaya matahari yang tinggi pada siang hari dan kondisi suhu tinggi akan mempengaruhi proses okulasi. Oleh karena itu okulasi sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari pada saat intensitas cahaya matahari dan kondisi suhu cenderung rendah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan magang secara umum dapat dijadikan acuan tentang aspek teknis maupun aspek manajerial yang dilakukan di lapangan. Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang pengelolaan tanaman karet dengan baik. Selain itu mahasiswa dapat memahami tentang aspek manajerial perkebunan dengan baik, sehingga mahasiswa dapat melihat relevansi dan kesesuaian antara proses pendidikan dengan lapangan pekerjaan. Secara khusus, aspek pembibitan pada tanaman karet dipengaruhi oleh kegiatan okulasi yang dilakukan. Okulasi yang dilakukan di perkebunan PT BSRE adalah okulasi hijau. Persentase keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya kondisi batang bawah, kompatibilitas klon yang digunakan sebagai batang atas (mata tunas) dan waktu okulasi. Kondisi batang bawah yang sedang dorman (81.90%) mempunyai persentase keberhasilan okulasi lebih tinggi dari pada kondisi batang bawah yang sedang flush (55.24%). Persentasi keberhasilan okulasi pada 5 klon yang diamati berbeda nyata. Persentasi keberhasilan okulasi tertinggi yaitu klon PB 260 sebesar % dengan rata-rata pertumbuhan tunas cm bulan -1 dan persentase keberhasilan terendah yaitu pada klon DMI 35 sebesar %. Waktu yang terbaik untuk melakukan okulasi pada tanaman karet adalah pada pukul WIB karena transpirasi dan intensitas cahaya matahari rendah. Cahaya yang terlampau kuat akan mengurangi daya tahan batang entres.

57 45 Saran Dalam pelaksanaan magang ini terdapat beberapa kekurangan terkait manajemen waktu pengamatan dan proses kerja magang. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan yang matang untuk melaksanaan magang. Serta saran untuk perkebunan khususnya dalam aspek pembibitan yaitu perlu adanya evaluasi berkelanjutan terhadap klon yang digunakan dan untuk batang bawah sebaiknya digunakan klon batang bawah yang mempunyai identitas serta merupakan klon anjuran untuk batang bawah. DAFTAR PUSTAKA Akyas AM Dasar Teknologi (biologi) Pengendalian Panen Mangga. Bandung (ID) : Agrotek. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Amypalupy K Produksi Bahan Tanam Karet. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Sumatera Selatan (ID) : Balai Penelitian Karet Sembawa. Anwar C Budidaya Karet. Medan (ID) : Pusat Penelitian Karet. Anwar C Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Makalah disampaikan pada Pelatihan Tekno Ekonomi Agribisnis Karet, 18 Mei Jakarta (ID). Balai Penelitian Sembawa Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Palembang(ID) : Balai Penelitian Sembawa. [BPTPJ] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Teknik pembibitan dan budi daya karet unggul di Provinsi Jambi. Jambi (ID) : BPTPJ [BPTPL] Bali Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Teknologi Budidaya Karet. Lampung (ID) : BPTPL. Boerhendhy I, Amypalupy K Optimalisasi produktivitas karet melalui penggunaan bahan tanama, pemeliharaan, sistem eksploitasi dan peremajaan tanaman. J. Litbang Pert. 30(2): Boerhendhy I Pembangunan Batang Bawah. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Sumatera Selatan (ID) : Balai Penelitian Karet Sembawa. Boerhendhy I, Suryaningtyas H Persiapan Lahan dan Penanaman. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Sumatera Selatan (ID) : Balai Penelitian Karet Sembawa. Boerhendhy I Prospek perbanyakan bibit karet unggul dengan teknik okulasi dini. J. Litbang Pert. 32(2): Direktorat Jenderal Perkebunan Produksi, Luas Areal dan Produktivitas Perkebunan di Indonesia. Jakarta (ID). Gomez KA, Gomez AA Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari : Statistical Procedur for Agricultural Research. Ed ke-2. Gozali A.D, Boerhendhy I Pembangunan Batang Bawah. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Balai Penelitian Karet Sembawa. Sumatera Selatan. Lasminingsih M Pembangunan Kebun Entres. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Sumatera Selatan (ID) : Balai Penelitian Karet Sembawa.

58 46 Lizawati Analisis interaksi batang bawah dan batang atas pada okulasi tanaman karet. Jurnal Agronomi 13(2): Novalina Pewarisan beberapa karakter kualitatif pada tanaman karet. Jurnal Agronomi 13(1): Nurlaili Tanggap beberapa klon anjuran dan periode pemberian air terhadap pertumbuhan bibit karet dalam polibag. Jurnal AgronobiS 1(1): Prastowo N, Roshetko JM Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor (ID) : World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International. P.100 Robbyana Y Pembibitan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall. Arg) di Kebun Batulawang PTPN VII (Persero) Ciamis, Jawa Barat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Setiawan D H, Andoko A Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta (ID) : AgroMedia Pustaka. Siregar T Teknik Penyadapan Karet. Yogyakarta (ID) : Kanisius. Supijatno, Iskandar SH Budi Daya dan Pengolahan Karet. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Tambing Y, Adelina E, Budiarti T, dan Murniati E Kompatibilitas batang bawah nangka tahan kering dengan entris nangka asal Sulawesi Tengah dengan cara sambung pucuk. Jurnal Agroland. 15: Tim Penulis PS Karet, Strategi Pemasaran, Budidaya, dan Pengolahan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Wijaya T, Hidayati U Pemupukan. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Sumatera Selatan (ID) : Balai Penelitian Karet Sembawa.

59 47 Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL Tanggal Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan HK -1 ) Mahasiswa Pekerja Norma Lokasi 10/2/2014 Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja Kantor kebun (FSD) 11/2/2014 Mempelajari QSP (Quality System Procedure) dan survei pembibitan Kantor FSD dan areal pembibitan 12/2/2014 Pewiwilan/penunasan bibit hasil okulasi 5100 tan 7500 tan 4800 tan Areal pembibitan, divisi III,sub-divisi I 13/2/2014 Seleksi bibit siap tanam 79 tan 300 tan 300 tan Areal pembibitan, divisi III,sub-divisi I 14/2/2014 Pengangkutan bibit siap tanam 178 bibit 250 bibit 250 bibit Areal pembibitan, divisi III,sub-divisi I 15/2/2014 Pembukaan okulasi pada kontrol I 480 tan 2005 tan 1800 tan Areal pembibitan, divisi III,sub-divisi I 17/2/2014 Pengendalian gulma manual 4 baris 6 baris 10 baris Areal pembibitan, divisi III,sub-divisi I 18/2/2014 Pembuatan bedengan semai dan penyemaian bibit karet 1 bedeng 1.5 bedeng 1 bedeng Areal pembibitan, divisi III,sub-divisi I 19/2/2014 Seleksi calon batang bawah (culiing) 6 bedeng 11.5 bedeng 13 bedeng Areal pembibitan, divisi III,sub-divisi I 20/2/2014 Belajar okulasi 35 pokok 300 pokok 112 pokok Areal pembibitan, divisi III,sub-divisi I 21/2/2014 Belajar membuat jendela okulasi 35 pokok 300 pokok 112 pokok Areal pembibitan, divisi III,sub-divisi I 22/2/2014 Belajar membungkus okulasi 35 pokok 300 pokok 112 pokok Areal pembibitan, divisi III,sub-divisi I 24/2/2014 Pengisian polibag dan pembongkaran persemaian benih 50 polybag 160 polybag 160 polybag Areal pembibitan, divisi III,sub-divisi I 25/2/2014 Pemeliharaan kebun entres Areal kebun entres, blok N-31, 27/2/2014 Pengamatan Batang Bawah Okulasi Areal pembibitan, sub-divisi I, divisi III 6/3/2014 pemancangan (titik nol) ha ha 1 ha Blok F-30, sub-divisi G, divisi II 7/3/2014 pemancangan (pancang kepala) 7 ha 7 ha 7 ha Blok F-30, sub-divisi G, divisi II 8/3/2014 Pemancangan (pancang batas) 7 ha 7 ha 7 ha Blok G-30, sub-divisi G, divisi II

60 48 Lampiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Mandor Tanggal Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan HK -1 ) Luas Areal yang Diawasi (ha) Jumlah KHL yang Diawasi (orang) Lama Kegiatan (jam) Lokasi 26/2/2014 Menunas tanaman untuk entres Blok N-31, sub-divisi E, divisi II 27/2/2014 Okulasi Areal pembibitan, Sub-divisi I, divisi III 28/2/2014 Sensus data produksi blok klon percobaan Blok R-27, sub-divisi F, divisi II 3/3/2014 Pemancangan (pancang kepala) Areal replanting blok E-31, divisi II 4/3/2014 Pemancangan lanjutan Areal replanting blok E-31, divisi II 10/3/2014 Pemupukan dasar lahan pembibitan Areal pembibitan, Sub-divisi I, divisi III 11/3/2014 Membongkar tunggul dan penebangan pohon Areal replanting, sub-divisi J, divisi III 12/3/2014 Penyadapan Blok Y-25, sub-divisi I, divisi III 13/3/2014 Semprot sarang buaya Blok BB-26, sub-divisi I, divisi III 14/3/2014 Semprot strip (Strip spraying) Blok BB-21, sub-divisi I, divisi III 18/3/2014 Latihan penyadapan Blok X-24, sub-divisi I, divisi III 19/3/2014 Latihan penyadapan Blok X-24, sub-divisi I, divisi III 20/3/2014 Latihan penyadapan Blok X-24, sub-divisi I, divisi III 21/3/2014 Pemupukan TBM Blok Z-24, sub-divisi I, divisi III 24/3/2014 Pengolahan lahan (Ripping 1) Blok U-21, sub-divisi I, divisi III 25/3/2014 Pengolahan lahan (Teraching) Blok T-22, sub-divisi I, divisi III 27/3/2014 Pembibitan LCC (Mucuna bracteata) Blok V-23, sub-divisi I, divisi III 28/3/2014 Penanaman stek LCC (Mucuna bracteata) Blok V-23, sub-divisi I, divisi III

61 49 Tanggal Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan HK -1 ) Luas Areal yang Diawasi (ha) Jumlah KHL yang Diawasi (orang) Lama Kegiatan (jam) Lokasi 2/4/2014 Pengamatan jumlah tanaman siap sadap Blok Y-26, sub-divisi I, divisi III 3/4/2014 Pengamatan jumlah tanaman siap sadap Blok Z-25, sub-divisi I, divisi III 5/4/2014 Pengamatan waktu Okulasi Areal Pembibitan, sub-divisi I, divisi III 7/4/2014 Aplikasi stimulansia Blok W-26, sub-divisi I, divisi III 8/4/2014 Pengamatan jumlah tanaman siap sadap Blok Y-25, sub-divisi I, divisi III 9/4/2014 Pengamatan jumlah tanaman siap sadap Blok Y-25, sub-divisi I, divisi III 10/4/2014 Menunas Blok BB-26, sub-divisi I, divisi III 12/4/2014 Inspeksi sadapan Blok Z-25, sub-divisi I, divisi III 14/4/2014 Pengamatan parameter penyadapan Blok Z-25, BB-22,sub-divisi I, divisi III 15/4/2014 Pengamatan parameter penyadapan Blok Y-26, sub-divisi I, divisi III 16/4/2014 Pengamatan parameter penyadapan Blok Y-25, T-25, sub-divisi I, divisi III 21/4/2014 Semprot daun Blok BB-26, sub-divisi I, divisi III 22/4/2014 Semprot daun Blok V-24, W-24, sub-divisi I, divisi III 23/4/2014 Pengamatan lingkar batang Blok V-23, X-26, V-25,sub-divisi I 24/4/2014 Pengamatan lingkar batang Blok Y-26, W-23, X-23,sub-divisi I 26/4/2014 Pengamatan tinggi tunas dan jumlah daun Areal pembibitan, sub-divisi I, divisi III 28/4/2014 Penimbangan hasil (Cup lumb) 32 1 Stasiun lateks X-24, sub-divisi I, divisi III

62 50 Tanggal Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan HK -1 ) Jumlah KHL yang Diawasi (orang) Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi 19/5/2014 Pemancangan Blok V-22, AA-26, sub-divisi I, divisi III 20/5/2014 Pengamatan tinggi tunas Areal pembibitan, sub-divisi I, divisi III 21/5/2014 Pengamatan jumlah daun Areal pembibitan, sub-divisi I, divisi III 24/5/2014 Pengamatan tinggi tunas dan jumlah daun Areal pembibitan, sub-divisi I, divisi III Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Assistan Sub-divisi Tanggal Kegiatan Lokasi Hasil Kegiatan 22/5/2014 Belajar laporan mandor Kantor sub-divisi I, divisi III Mempelajari laporan pembukuan mandor 23/5/2014 Belajar laporan assistant Kantor sub-divisi I, divisi III Mempelajari laporan harian asistant sub-divisi 26/5/2014 Wawancara pekerja Menanyakan pengalaman kerja dan tingkat Areal pembibitan, sub-divisi I, divisi III okulasi pendidikan terakhir 28/5/2014 Belajar software Mempelajari cara penimbangan hasil dengan Kantor sub-divisi I, divisi III penimbangan menggunakan software 2/6/2014 Kontrol lapangan Blok V-23, U-22, T-21, sub-divisi I, divisi Mengawasi Penyadapan, pembibitgan LCC, 3/6/2014 Kontrol lapangan Mengawasi Penyadapan, pembibitgan LCC, Blok V-23, U-22, T-21, sub-divisi I, pemancangan, dan bantalan pemotongan hasil 4/6/2014 Kontrol lapangan Blok V-26, V-23, Z-22,W-23, W-26, U-22, sub-divisi I, divisi III Mengawasi Penyadapan, pembibitan LCC, pemancangan, pruning, dan semprot strip 6/6/2014 Kontrol lapangan Blok V-26, V-23, Z-22,W-23, W-26, U-22, sub-divisi I, divisi III Mengawasi Penyadapan, pembibitan LCC, pemancangan, pruning, dan semprot strip 9/6/2014 Pamitan Kantor sub-divisi I, divisi III Silaturahmi dan perpisahan bersama pekerja

63 Lampiran 4 Peta Kebun PT BSRE 51

64 52 Lampiran 5 Data curah hujan kebun PT BSRE Year Rainfall Month TOTAL JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC Rainfall BB BK BL 2004 Day mm Day mm Day mm Day mm Day mm Day mm Day mm Day mm Day mm Day mm Rata-rata Sumber : Field Service Department PT BSRE (2014)

65 Lampiran 6 Struktur Organisasi Divisi III PT BSRE 53

66 54 Lampiran 7 Deskripsi Klon yang digunakan Klon Deskripsi Keragaan bibit PB 260 (PB 5/51 PB 49) Klon penghasil lateks Rata-rata produksi kg karet kering hektar -1 tahun -1 Potensi hasil sangat baik Sesuai di daerah basah maupun kering dengan CH mm tahun bulan kering serta bergelombang tetapi tidak sesuai di daerah angin 30 50km jam -1 Pertumbuhan TBM baik Pertumbuhan TM, tebal kulit, dan kering alur sadap sedang Ketahanan terhadap Oidium, Colletotrichum, Corynespora dan Jamur upas baik hingga sangat baik Klon PB 260 PB 330 (PB 5/51 PB 32/36) PB 340 (PB 235 PR 107) Sumber : Balit Sembawa 2010 Klon penghasil lateks Rata-rata produksi kg karet kering hektar -1 tahun -1 Potensi hasil baik Cukup sesuai di daerah kering, sesuai di daerah bergelombang dan berbukit Pertumbuhan TBM sangat baik Pertumbuhan TM, tebal kulit, dan kering alur sadap sedang Ketahanan terhadap Oidium, Colletotrichum, Corynespora dan Jamur upas baik hingga sangat baik Klon PB 330 Klon penghasil lateks Rata-rata produksi kg karet kering hektar -1 tahun -1 Potensi hasil baik Sesuai pada ketinggian m dpl, dan daerah bergelombang berbukit Pertumbuhan TBM baik Pertumbuhan TM, tebal kulit sedang, ketahanan angin dan kering alur sadap baik Ketahanan terhadap Oidium, Colletotrichum, Corynespora dan Jamur upas baik hingga sangat baik Klon PB 340

Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus Pembibitan

Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus Pembibitan Bul. Agrohorti 4(1) : 94-103 (2016) Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus Pembibitan Crop Management Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg) in

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI BATANG BAWAH, KLON BATANG ATAS, DAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI DAN PERTUMBUHAN BIBIT KARET

PENGARUH KONDISI BATANG BAWAH, KLON BATANG ATAS, DAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI DAN PERTUMBUHAN BIBIT KARET PENGARUH KONDISI BATANG BAWAH, KLON BATANG ATAS, DAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI DAN PERTUMBUHAN BIBIT KARET Suwarto, Radhiya Nur Anwar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI DOLOK MERANGIR ESTATE, PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA

MANAJEMEN PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI DOLOK MERANGIR ESTATE, PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA MANAJEMEN PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI DOLOK MERANGIR ESTATE, PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA HENDRA WIGUNA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tentang Benih Pada Tanaman Karet Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagian tanaman

Lebih terperinci

Teknologi Pembibitan Karet Klon Unggul

Teknologi Pembibitan Karet Klon Unggul ISBN : 978-602-1276-03-7 Teknologi Pembibitan Karet Klon Unggul MENDUKUNG PROGRAM m-p3mi DI PROVINSI JAMBI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAMBI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Chart Title Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Data statistic Ditjen perkebunan tahun 2007, hanya 9 dari 33 propinsi yang tidak ditemukan pohon karet yaitu : DKI-Jakarta, Nusa Tenggara Barat,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama PENDAHULUAN Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya

Lebih terperinci

BISNIS BUDIDAYA KARET

BISNIS BUDIDAYA KARET BISNIS BUDIDAYA KARET TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut: Syarat tumbuh tanaman karet

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Karet Dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus 2.1.2 Morfologi Spesies : Plantae

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasilensis Muell) adalah komoditas utama dalam bidang perkebunan yang merupakan produksi non migas dan menjadi sumber devisa negara yang cukup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman karet Pohon karet pertama kali tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara,dimana

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET DI SUSUN OLEH: ROBIANTO, SP Latar Belakang Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Karet

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KARET

MODUL BUDIDAYA KARET MODUL BUDIDAYA KARET I. PENDAHULUAN Tujuan utama pasaran karet (hevea brasiliensis) ndonesia adalah ekspor. Di pasaran internasional (perdagangan bebas) produk karet Indonesia menghadapi persaingan ketat.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Karet Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai 40 m dan 35 cm

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

Okulasi Cokelat Pada Tanaman Karet

Okulasi Cokelat Pada Tanaman Karet Okulasi Cokelat Okulasi Cokelat Pada Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Pelaksanaan okulasi untuk jenis okulasi cokelat agak berbeda

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala-gejala yang ada di permukaan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala-gejala yang ada di permukaan 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

Oleh : Ulfah J. Siregar

Oleh : Ulfah J. Siregar 11 MODULE PELATIHAN BUDIDAYA TANAMAN KARET Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH Oleh: Dr. Desi Hernita BPTP Jambi Duku Kumpeh memiliki rasa manis, legit, daging buah bening, tekstur daging kenyal, tidak berserat, dan hampir tidak berbiji. Rasa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : 0901618 JURUSAN : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. Sembiring STIP-AP Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebuan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.) Vegetalika Vol.2 No.2, 2013 : 31-39 KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.) THE CORRELATION OF SEED WEIGHT WITH ROOTSTOCK VIGOROUS IN RUBBER (Hevea

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class :

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet Berdasarkan (Budiman, 2012), sistematika tanaman karet, diuraikan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class : Dicotyledoneae; Ordo

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA

PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA Oleh SYUKUR, SP, MP NIP. 19720401 200604 1 019 BALAI PELATIHAN PERTANIAN

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Yang dimaksud dengan bahan tanaman karet adalah biji karet (calon

Lebih terperinci

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN Kriteria matang sadap Tanaman karet dapat disadap apabila telah memenuhi kriteria matang sadap pohon dan matang sadap kebun, yaitu: a. Matang sadap pohon - Umur tanaman

Lebih terperinci

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU Afrizon, Dedi Sugandi, dan Andi Ishak (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu) afrizon41@yahoo.co.id Pengkajian Keragaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

Penyiapan Bahan Tanam Tanaman Karet

Penyiapan Bahan Tanam Tanaman Karet Penyiapan Bahan Tanam Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Penyiapan bahan tanam dilakukan setelah okulasi dinyatakan berhasil, bahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Negeri Baru yang merupakan salah satu desa berpotensial dalam bidang perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa Teknik Penyediaan Bibit Kelapa Engelbert Manaroinsong, Novalisa Lumentut dan Maliangkay, R.B. BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN PENDAHULUAN Usaha perbaikan produktifitas tanaman kelapa harus

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) Tanaman karet berasal dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman karet ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Perkebunan Karet di Simalungun, Sumatera, Utara

Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Perkebunan Karet di Simalungun, Sumatera, Utara Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Perkebunan Karet di Simalungun, Sumatera, Utara Tapping Management of Rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.) on Rubber Plant in Simalungun, North

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah 71 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Way Kanan Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah Kabupaten Lampung Utara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci