IMPLEMENTASI MODEL Verifikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI MODEL Verifikasi"

Transkripsi

1 213 IMPLEMENTASI MODEL Verifikasi Proses verifikasi merupakan rangkaian kegiatan dalam perancangan model. Tahap verifikasi merupakan tahap untuk memeriksa kesesuaian format dan kinerja model dengan tujuan yang dikehendaki. Basis data, basis model dan basis pengetahuan atau aturan yang telah dibuat dalam program komputer perlu diperiksa logika kerjanya dan konsistensi hasil terhadap konsep yang digunakan. Proses verifikasi dilakukan dalam 3 hal yaitu, 1) pemeriksaan elemen-elemen dalam model terhadap kesesuaian dengan sistem nyata dan dapat diproses dengan benar,2) algoritma yang digunakan, dan 3) keluaran dari model. Elemen-elemen dalam model yang disusun disesuaikan dengan elemenelemen yang diperoleh pada tahap analisis dan identifikasi sistem. Dasar teori yang digunakan adalah manajemen krisis dan sistem manajemen chaotika dan teori chaos. Model ini mengintegrasikan teori chaos dengan manajemen krisis yang terdiri dari elemen-elemen tersebut. Data harga tapioka dan bahan baku diperoleh dari data sekunder yang tidak diketahui formulasi matematiknya. Oleh karena itu untuk penghitungan bilangan eksponen Lyapunov dan dimensi fraktal digunakan algoritma. Algoritma disusun berdasarkan konsep teori chaos dan referensi penelitian terdahulu yang diacu dari Muhyidin (2007). Teknik forcasting yang digunakan adalah dengan Jaringan Syaraf Tiruan yang diproses dengan software Matlab 7.1. Di dalam software Matlab telah tersedia menu untuk Jaringan Syaraf Tiruan dengan propagasi balik, sehingga pada proses peramalan tidak disusun algoritma secara manual, melainkan memanfaatkan fasilitas Matlab dan menyesuaikannya dengan konsep dan substansinya. Verifikasi dlakukan dengan cara menjalankan program komputer yang telah dibuat dengan input data pada studi kasus. Verifikasi model dilakukan untuk setiap sub-model untuk data yang berbeda-beda agar proses dilakukan lebih cermat. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat mendeteksi kekurangan dari setiap bagian apabila ditemukan kekurangan atau kesalahan-kesalahan. Pemeriksaan pertama dilakukan dengan menelusuri kinerja program yaitu apakah program dapat bekerja dengan baik, dan yang kedua melihat

2 214 apakah program mampu menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan. Indikator kemampuan program dapat bekerja dengan baik apabila tidak ditemukan error atau warning pada saat menjalankan program. Program Matlab memberikan fasilitas informasi error atau warning yang mudah ditelusuri. Biasanya error atau warning terjadi karena kesalahan penulisan perintah program atau kesalahan logika program. Indikator kemampuan program menghasilkan output yang sesuai dengan diharapkan apabila disimulasikan untuk beberapa input dapat menghasilkan output yang logis dan stabil. Ketidak andalan program dapat dilacak dengan memperbaiki logika pemrogramannya. Kemudahan penggunaan sistem penunjang keputusan dibuat dalam bentuk human-computer interface. Setiap modul interface didukunng oleh modul perhitungan yang tidak ditampilkan prosesnya,melainkan hanya ditampilkan hasil keluarannya maupun input dinamis. Akan tetapi kedua modul ini berinteraksi secara terintegrasi. Seluruh rangkaian proses verifikasi telah dilakukan mulai dari pemeriksaan secara konseptual, logika dan operasional program komputer. Kesalahan dan kekurangan model dan program komputer ditelusuri dan diperbaiki sehingga mampu menghasilkan kinerja sesuai dengan yang diharapkan. Validasi Perancangan sistem penunjang keputusan Simak-Chaotica dilakukan dengan pendekatan sistem. Studi perilaku sistem yang kompleks pada agroindustri tapioka menuntut adanya suatu pendekatan yang bersifat holistik menyeluruh dan mengacu pada efektivitas hasil. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kombinasi dari Soft System Methodology (SSM) dan Hard System Methodology (HSM). SSM digunakan dalam proses akuisisi pendapat pakar untuk penentuan faktor kunci sebagai sumber krisis agroindustri tapioka dan akuisisi pengetahuan dalam penyusunan strategi kebijakan pengendalian dampak krisis. Metoda yang digunakan adalah Fucus Group Discusion (FGD). HSM digunakan pada perumusan model matematika dan algoritma penghitungan eksponen Lyapunov, peramalan dan penghitungan kelayakan industri. Model yang dihasilkan dari kombinasi SSM dan HSM ini membutuhkan teknik validasi yang tepat.

3 215 Efektivitas sebagai kinerja model dibutuhkan untuk menyakinkan bahwa model sudah sesuai dengan kondisi nyata. Oleh karena itu teknik validasi diunakan teknik face validity yaitu penilaian dari pakar berdasarkan kemampuan model dalam pengelolaan dan pengendalian krisis agroindustri tapioka. Proses validasi dilakukan terhadap konsep dan implementasi pada studi kasus pada perusahaan tapioka di Ciluar kabupaten Bogor. Uji Eksistensi Chaos Pada tahap pertama telah diidentifikasi faktor kunci sebagai sumber krisis adalah harga tapioka halus dan pasokan bahan baku (tapioka kasar). Input data harga tapioka dan pasokan bahan baku telah dilakukan sebagai proses inisiasi. Input data dapat dilakukan pada media software matlab dengan file Datahargatapioka.m dan data disimpan dalam file HargaTOH.txt dalam format ASCII. Input data pasokan bahan baku dilakukan dengan membuka file DatapasokanBB.m dan data disimpan pada file PasokanBB.txt dalam format ASCII. Proses input data ini juga bisa dilakukan pada media Microsoft Excel. Penggunaan data-data ini dilakukan dengan perintah Load data sebagi contoh untuk memanggil data harga tapioka X1=load('dataHargaTOH.txt ). Pengguna membuka jendela pengujian eksistensi chaos kemudian mengklik menu harga tapioka maka akan terbuka jendela pengujian eksistensi chaos untuk harga tapioka, dan selanjutnya klik proses maka akan muncul keluaran yang dihasilkan oleh model seperti yang ditunjukkan pada gambar 35. Dari keluaran yang ditampilkan pada gambar terlihat hasilnya sesuai dengan informasi yang diinginkan, yaitu nilai eksponen Lyapunov, kecepatan meluruh informasi, dan dimensi fraktal. Proses eksekusi pada submenu ini adalah memanggil dan menjalankan file ChaoshargaTOH.m, kemudian menampilkan hasilnya pada jendela interaktif.

4 216 Gambar 35 Tampilan hasil eksekusi program untuk sub-model uji eksistensi chaos harga tapioka Analisis teori Chaos pada data harga tapioka halus selama 200 perioda menampakan bukti bahwa harga tapioka halus dibangun oleh deterministik chaos. Data time series harga tapioka ditemukan memiliki chaos attractor dengan bilangan eksponen Lyapunov terbesar bertanda positif yang mengindikasikan sensitive terhadap kondisi awal. Eksponen Lyapunov terbesar memberikan informasi kecepatan meluruh dari informasi yang diketahui tentang data time series. Pada pengolahan data terlihat eksponen Lyapunov untuk harga tapioka konvergen menuju 0, pada evolusi ke 160. Kecepatan kehilangan untuk memprediksi adalah sebesar 1/0, = 8,897 minggu. Sehingga harga tapioka sangat cepat berubah dan tidak dapat diprediksi lebih dari 2 bulan. Eksponen Lyapunov bernilai positif 0, mengindikasikan bahwa data harga tapioka chaos, oleh karena itu memunculkan sinyal Harga Tapioka berpotensi Chaos. Dimensi fraktal mempertahankan nilainya seiring dengan peningkatan nilai m. Hal ini disebabkan dimensi fraktal akan mempertahankan dimensi aslinya apabila dimasukkan ke dalam sebuah dimensi fraktal yang lebih tinggi. Dimensi fraktal untuk harga tapioka sebesar 1, Dimensi fraktal ini akan melekat pada dimensi bilangan bulat terdekat, sehingga embedding dimension untuk harga tapioka ini adalah: (54)

5 217 Embedding dimension untuk harga tapioka halus adalah : yang menunjukkan bahwa perilaku data harga tapioka dibentuk oleh 1,2 atau 3 variabel yang mempengaruhi. Dari identifikasi sumber turbulensi variabel yang berpengaruh dominan ( > 10%) terhadap harga tapioka yaitu volume impor tapioka, harga bahan baku dan biaya produksi. Selanjutnya 3 variabel ini akan menjadi input pada model prediksi harga tapioka untuk 9 periode ke depan. Gambar 36 Tampilan hasil eksekusi program untuk sub-model uji eksistensi chaos pasokan bahan baku Pengujian eksistensi chaos Pasokan bahan baku dilakukan dengan prosedur yang sama, hanya diklik opsi pasokan bahan baku pada jendela pengujian eksistensi chaos. Berikut ini adalah keluaran untuk input data 200 periode. Analisis dengan teori Chaos pada data pasokan bahan baku selama 200 minggu menampakan bukti bahwa pasokan bahan baku dibangun oleh deterministik chaos. Data time series harga tapioka ditemukan memiliki chaos attractor dengan bilangan eksponen Lyapunov terbesar bertanda positif yang mengindikasikan sensitif terhadap kondisi awal. Eksponen Lyapunov terbesar memberikan informasi kecepatan meluruh dari informasi yang diketahui tentang data time series.

6 218 Variable pasokan bahan baku diperoleh bilangan eksponen Lyapunov positif 0,15656 bits/minggu. Pada pengolahan data terlihat eksponen Lyapunov konvergen menuju 0,15656 dan mendapat sinyal Pasokan bahan baku berpotensi Chaos. Kecepatan kehilangan untuk memprediksi adalah sebesar =1/0,15656=6,349 minggu. Sehingga pasokan bahan baku sangat cepat berubah dan tidak dapat diprediksi lebih dari 1,5 bulan. Dimensi fraktal sebesar 1,596, pembulatan embedding dimension adalah [2,4]. Terlihat bahwa pasokan bahan baku memiliki karateristik chaos, kompleks dan tidak dapat diprediksi. Semakin besar bilangan eksponen Lyapunov positif maka akan semakin besar dimensi fraktalnya, yang berati semakin banyak variabel penyusun pasokan bahan baku. Hasil verifikasi sub-model dinyatakan layak karena program dapat berjalan dengan baik sesuai dengan konsep model yang dirancang. Validasi hasil diklarifikasi dengan pakar yaitu pengusaha tapioka halus, dan dinyatakan valid sangat dimungkinkan menyerupai perilaku sistem nyata. Prediksi harga tapioka dan pasokan tapioka kasar Prediksi Harga Tapioka Pada sub-menu prediksi harga tapioka didukung oleh file Traininghargatapioka.m, Testinghargatapioka.m dan Forcaashargatapioka.m. File tersebut telah diseleksi melalui simulasi berbagai struktur jaringan dan jumlah variabel sesuai dengan embedding dimension harga tapioka. Seleksi ini dalam rangka menguji keandalannya untuk memprediksi. Data yang digunakan telah diinput tersendiri dan disimpan pada basis data. Tampilan user interface jendela prediksi ini adalah seperti disajikan pada gambar 37. Dari tampilan yang dihasilkan program dapat memberikan informasi kepada pengguna tentang kinerja JST dalam melakukan prediksi yaitu dengan indikator MSE. Selain itu terdapat informasi tentang pola data dan nilai prediksi untuk harga tapioka yang akan digunakan sebagai input untuk menganalisis apakah akan membawa dampak krisis pada perusahaan tapioka. Hasil prediksi harga tapioka

7 219 disimpan dalam file XFRC.txt yang dapat dipanggil sebagai data input pada submodel analisis krisis. Gambar 37 Tampilan hasil prediksi harga tapioka dengan jaringan syaraf tiruan Tabel 22 Hasil prediksi harga tapioka dengan JST diperoleh Minggu ke Harga Tapioka 1 Rp. 5225,20 2 Rp.5216,30 3 Rp.5424,40 4 Rp.4900,60 5 Rp.5060,80 6 Rp.5224,80 7 Rp.5321,00 8 Rp.5234,90 9 Rp.5230,20 Harga tapioka bualan Juli hingga September 2009 berkisar antara Rp.5000,- hingga Rp.6000,-. Dengan demikian hasil prediksi dapat diterima.

8 220 Prediksi Pasokan Tapioka Kasar Proses kerja jendela Prediksi pasokan bahan baku didukung oleh file TrainingpasokanBB.m, TestingpasokanBB.m dan ForcaspasokanBB.m. Input data telah dilakukan terlebih dahulu dan disimpan pada database dengan file ekstensi txt yang bisa diinput dari media Matlab (Mathwork,2009) maupun Microsoft Excel (Microsoft,2009). Jumlah variabel input disesuaikan dengan dimensi fraktal, dan hasil pembobotan fuzy perbandingan berpasangan yang telah dilakukan lebih awal. Variabel tersebut adalah harga ubikayu dan produksi ubikayu. Struktur jaringan yang digunakan pada file ini didasarkan pada pemilihan dari proses simulasi dengan berbagai struktur jaringan yang disesuaikan dengan dimensi fraktal pasokan bahan baku. Tampilan jendela prediksi bahan baku dapat dilihat pada gambar 38. Hasil prediksi harga tapioka disimpan dalam file BBFRC.txt yang nantinya akan dipanggil sebagai input submodel analisis krisis. Gambar 38 Tampilan hasil prediksi pasokan bahan baku dengan jaringan syaraf tiruan

9 221 Analisis keadaan krisis Selanjutnya untuk mendeteksi keadaan krisis sebagai dampak sistem chaos pada perioda prediksi dilakukan dengan penentuan ambang batas kemudian memeriksa hasil prediksi terhadap ambang batas. Submenu ini didukung oleh data hasil prediksi harga tapioka, data hasil prediksi pasokan bahan baku, data dinamis yang dimasukkan secara interaktif, data struktur biaya yang telah diinputkan lebih awal dan tersimpan pada database. File pendukung sub-menu ini adalah Finansial.m dan fungsi callback yang tersedia pada Matlab yang berkaitan dengan perhitungan kapasitas produksi. Dengan beberapa asumsi masukan, maka keluaran sub-menu analisis krisis adalah sebagai berikut Gambar 39 Tampilan hasil Analisis Sinyal Krisis Dari keluaran pada gambar diatas apabila harga bahan baku sebesar Rp.4200,-/kg, jumlah tenaga kerja perhari 7 orang, jam kerja perhari 8 jam, hari kerja 6 hari/minggu upah tenaga kerja langsung per-orang Rp ,- per hari maka 84,4654 ton perminggu, dan harga pokok produk (HPP) sebesar Rp. 5227,55. Dari hasil prediksi pasokan bahan baku dari minggu ke 1,2 dan ke 3 pasokan bahan baku tidak mencukupi kapasitas BEP sebesar 84,4654 ton/minggu, dan harga jual tapioka sebagian besar dibawah HPP. Oleh karena itu kondisi ini memberi sinyal BAHAYA dan perlu dilakukan kebijakan. Selanjutnya pengguna akan menuju pada sub-menu kebijakan dengan menekan tombol kebijakan dan sesuai dengan

10 222 pengguna sistem manajemen ahli. Jendela Kebijakan Keadaan BAHAYA akan terbuka dan siap digunakan. Apabila keadaan tidak terindikasi krisis maka pengguna dapat langsung keluar dari sub-menu ini dan diasumsikan tidak perlu dilakukan rekomendasi strategi kebijakan, karena dianggap kebijakan yang sedang berjalan masih cukup efektif. Kebijakan Pengendalian Krisis Implikasi kebijakan ini merupakan analisis terhadap langkah tindakan penanggulangan dan pencegahan keadaan krisis sebagai suatu strategi pengembangan agroindustri tapioka. Persoalan agroindustri tapioka merupakan persoalan yang kompleks dan rumit serta melibatkan banyak pihak, oleh karena itu strategi penentuan kebijakan menggunakan pendekatan struktural yang melibatkan campur tangan pemerintah. Sinyal krisis menunjukkan keadaan bahaya, artinya dari sektor hulu dengan indikator pasokan bahan baku dan sektor hilir dengan indikator harga tapioka, memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap kemungkinan terjadinya keadaan krisis. Oleh karena itu diperlukan rekomendasi kebijakan yang dapat mengakomodir kepentingan terkait backward linkage yaitu dari industri tapioka hingga ke petani ubikayu dan mengakomodir kepentingan terkait forward linkage yaitu industri hilir dan faktor eksternal yang terkait dengan pengembangan agroindustri tapioka. Pada proses pemilihan strategi terlebih dahulu fokus pada manfaat dan dampak kebijakan terhadap parameter yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengisian nilai berdasarkan 3 kategori R untuk rendah, S untuk sedang dan T untuk tinggi. Sebagai contoh manfaat kebijakan terhadap kestabilan harga sangat mendesak, maka pengguna akan mengisi nilai manfaat untuk parameter kestabilan harga adalah T. Apabila kebijakan tersebut diperkirakan akan memberikan dampak rendah terhadap kestabilan harga maka pengguna akan mengisi nilai R pada parameter dampak untuk kestabilan harga. Kebijakan yang dihasilkan mengarah kepada memaksimalkan manfaat dan meminimalkan dampak yang mungkin terjadi.

11 223 Gambar 40 adalah hasil eksekusi program Simak-Chaotica pada validasi model oleh pemilik industri tapioka halus yang menghasilkan rekomendasi: Segera melakukan pembelian tapioka kasar kepada koperasi dan Menjual tapioka halus kepada koperasi. Gambar 40 Tampilan sub-model kebijakan Agroindustri tapioka pada keadaan BAHAYA Dari simulasi pendapat stake holder menunjukkan bahwa agroindustri membutuhkan koperasi sebagai wadah usaha ekonomi masyarakat agroindustri tapioka rakyat menuju kemandirian kelompok usaha dalam meraih nilai tambah ekonomi maupun nilai tambah sosial kultural. Koperasi sebagai lembaga yang mengkoordinasikan semua potensi sumberdaya yang tersebar dalam komunitas masyarakat petani ubi kayu dan agroindustri tapioka rakyat menjadi satu kekuatan untuk menghadapi sistem perekonomian yang tidak kondusif. Peluang Koperasi Agroindustri Tapioka dalam Pembangunan Ekonomi Reformasi perekonomian yang didasarkan atas prinsip demokrasi ekonomi yang sesuai dengan amanat konstitusi ( Pasal 33 UUD 1945). Ayat (1) Pasal 33 menyebutkan Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan, hal ini menunjukkan bahwa koperasi yang berasaskan kekeluargaan seharusnya didukung sepenuhnya oleh pemerintah, karena dijamin dalam Undangundang. Ayat (2) Pasal 33 berbunyi : Cabang-cabang produksi yang penting bagi

12 224 negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan ayat (3) berbunyi : Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa seharusnya pemerintah memposisikan rakyat sebagai sentral-substansial, kemakmuran masyarakat lebih utama daripada kemakmuran individu orang seorang. Hal ini sejalan dengan prinsip demokrasi ekonomi yang dijamin dalam ayat (4) Pasal 33 UUD 1945 yaitu: Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Peranan koperasi agroindustri tapioka dengan menempatkan petani ubi kayu sebagai plasma yang ikut memiliki saham pada industri pengolahan tapioka sebagai inti, diharapkan dapat menggusur kemiskinan bukan menggusur orang miskin dan membangun perekenomian nasional yang berorientasi pada kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Keterbatasan Model Pada tahap identifikasi sumber turbulensi digunakan pembobotan dengan pendekatan fuzzy perbandingan berpasangan. Kelemahan dari model ini adalah tidak mengakomodir hubungan keterkaitan antar elemen yang dipilih. Dalam sistem nyata, perilaku sistem lebih banyak dibangun oleh sistem kompleks yang melibatkan banyak elemen dan saling berkaitan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang mengakomodir hubungan saling keterkaitan dalam sistem yang kompleks. Submodel uji eksistensi chaos yang dirancang dalam penelitian ini hanya berfokus pada sistem yang chaos. Akan lebih baik lagi apabila dilanjutkan suatu penelitian mengenai periode kapan sistem akan mulai chaos dan perioda bifurkasi. Keterbatasan penelitian ini tidak membahas lebih mendalam tentang sistem dan struktur organisasi dan rancangan operasional koperasi yang efektif. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai model koperasi yang efektif dan mampu berperan dalam menanggulangi krisis sehingga agroindustri tapioka dan usaha tani akan resisten terhadap keadaan chaos.

SISTEM MANAJEMEN AHLI

SISTEM MANAJEMEN AHLI 201 SISTEM MANAJEMEN AHLI Konfigurasi model Pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan dikenal dengan istilah sistem manajemen ahli. (Eriyatno, 2009). Didalam sistem manajemen

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 41 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan adalah bagaimana ini mem menyediakan memenuhi syarat ke konsumennya. Sebagai salah satu bagian dari rantai pasok berbasis, di sangat tergantung

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Sistem ekonomi demokrasi pancasila Kajian ilmiah tentang

Lebih terperinci

Kelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan)

Kelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan) Kelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan) Pokok Bahasan: 1. Indonesia Kapitalis atau sosialis? 2. Kelembagaan ekonomi Indonesia( sistem regulasi, konstitusi, institusi) 3.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis properti yang maju pesat khususnya di Pulau Jawa seperti saat ini, menuntut pemborong bangunan dan konsumen bisnis properti untuk dapat

Lebih terperinci

7 RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL

7 RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL 7 RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL 7.1 Persyaratan Implementasi Model Model Proses Penerimaan Pesanan ini dirancang untuk mencapai empat tujuan, yaitu untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi informasi pesanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini kita banyak mendengar banyak berita bahwa Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengalami kerugian yang sangat besar setiap tahunnya yang disebabkan faktor-faktor

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi

BAB 3 METODOLOGI. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi kepustakaan dan studi laboratorium dimana penulis mempelajari teori-teori teknik pencarian

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR

PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR I. SEJARAH PENGEMBANGAN PROGRAM - PROGRAM BANYAK BERISI INSTRUKSI GOTO - BERISI PROSES YANG MELOMPAT MUNDUR KEBARIS SEBELUMNYA Mulai : GOTO Hitung Hitung : GOTO Hitung IDE-IDE :

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Bertolak dari kondisi, potensi, dan prospek usaha mikro dan kecil makanan ringan, maka penelitian ini diarahkan untuk menghasilkan model untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan produksi sebagai suatu keputusan awal yang mempengaruhi aktifitas pada kegiatan lainnya memiliki peran penting untuk mengantisipasi terjadinya inefisiensi

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem

PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem 65 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Sistem Rantai Pasokan Agroindustri Tapioka secara garis besar terdiri dari 4 level pelaku utama, yaitu: petani ubi kayu, pedagang ubi kayu, industri tapioka, pedagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang

BAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Universitas Muhammadiyah Ponorogo merupakan salah satu universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang terdiri dari : 3 program studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat pasar dengan lokasi yang terlalu jauh sehingga dapat membuang waktu.

BAB I PENDAHULUAN. pusat pasar dengan lokasi yang terlalu jauh sehingga dapat membuang waktu. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini mungkin dikalangan banyak masyarakat memungkinkan perlu untuk mengunjungi yang biasanya disebut dengan pusat perbelanjaan atau pusat pasar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang semakin maju ini, teknologi telah memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari, sehingga kemajuannya sangat dinantikan dan dinikmati para

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Pertemuan kedelapan INSTITUT PERTANIAN BOGOR Program Keahlian Manajemen Informatika Fokus Pembahasan Implementasi, Pengujian, dan Operasional Sistem Sub Pokok Pemrograman Pengujian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi perangkat lunak dewasa ini tidak terlepas dari berkembangnya studi mengenai kecerdasan buatan. Ada dua hal yang termasuk dari kecerdasan buatan

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 STMIK GI MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 APLIKASI SISTEM KEAMANAN PADA RUMAH BERBASIS CITRA WAJAH DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Hendra 2007250083

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Pada bab ini akan dijelaskan tampilan hasil dari perancangan sistem yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada

Lebih terperinci

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model 97 REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH Konfigurasi Model Model untuk sistem penunjang manajemen produksi bersih agroindustri karet remah dirancang dalam satu paket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

VI. IMPLEMENTASI SISTEM

VI. IMPLEMENTASI SISTEM VI. IMPLEMENTASI SISTEM Implementasi sistem merupakan tahap akhir dalam pengembangan suatu perangkat lunak yang mengimplementasikan hasil rancangan arsitektur sistem dan desain antarmuka pnegguna ke dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berdasarkan hasil analisa dan perancangan sistem yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dilanjutkan ke tingkat implementasi, implementasi program aplikasi menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Dalam bab ini akan dijelaskan dan ditampilkan bagaimana hasil dari rancangan program beserta pembahasan tentang program. Dimana di dalam program ini terdapat tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengambilan keputusan berkaitan dengan ketidakpastian dari hasil keputusan yang diambil. Untuk mengurangi faktor ketidakpastian tersebut, keputusan membutuhkan informasi

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Secara garis besar manajemen modern mencakup 4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu: (1) perencanaan (planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating);

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Dalam membangun aplikasi belajar matematika untuk anak sekolah dasar kelas 5 SD. Tahap analisis adalah tahap awal dalam membangun sebuah aplikasi. Pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rasio Konsumsi Normatif Rasio konsumsi normatif adalah perbandingan antara total konsumsi dan produksi yang menunjukkan tingkat ketersediaan pangan di suatu wilayah. Rasio konsumsi

Lebih terperinci

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY 62 BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY A. Ketentuan Pengecualian Pasal 50 huruf a UU Nomor 5 Tahun 1999 1. Latar

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pemotongan kayu sering dialami oleh industri yang memproduksi batangan-batangan kayu menjadi persediaan kayu dalam potonganpotongan yang lebih

Lebih terperinci

Bab III PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Bab III PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI 35 Bab III PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI 3.1 Spesifikasi Rumusan Rancangan Perancangan program aplikasi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu proses, yaitu : proses input dan hasil keluaran atau output Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media penyimpanan data yang memiliki ukuran hingga ratusan gigabyte bahkan

BAB I PENDAHULUAN. media penyimpanan data yang memiliki ukuran hingga ratusan gigabyte bahkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer dewasa ini memungkinkan disimpannya data dalam bentuk file dalam jumlah yang besar karena adanya media penyimpanan data yang memiliki

Lebih terperinci

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Perekonomian Jambi yang mampu tumbuh sebesar 5,89% pada tahun 2006 merupakan prestasi tersendiri. Pada awal tahun bekerjanya mesin ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Tampilan Hasil Berikut adalah tampilan hasil dan pembahasan dari sistem pakar kerusakan dinamo listrik dengan metode forward chaining. IV.1.1 Tampilan Menu Utama Tampilan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Tampilan Hasil Berikut adalah tampilan hasil dan pembahasan dari Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Bonus Berdasarkan Penilaian Kinerja Karyawan Pada PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat dalam mencari informasi yang sekarang mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat dalam mencari informasi yang sekarang mengalami peningkatan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi dan arus informasi berkembang dengan pesat. Fenomena teknologi informasi ini harus dicermati dengan baik, terutama untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Langkah-Langkah Penelitian Untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan kemudian disusun metodologi penelitian yang terdiri dari langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar, cepat, tepat dan pastinya mudah. dengan transaksi keuangan dengan tepat dan akurat. Sebagai contoh penulis

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar, cepat, tepat dan pastinya mudah. dengan transaksi keuangan dengan tepat dan akurat. Sebagai contoh penulis BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, setiap manusia menginginkan cara cepat dalam penuntasan masalah dalam kesehariannya. Tidak berbeda dengan perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Berbagai pembangunan terus dilaksanakan di setiap wilayah di Indonesia,

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Berbagai pembangunan terus dilaksanakan di setiap wilayah di Indonesia, BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Latar Belakang Permasalahan Berbagai pembangunan terus dilaksanakan di setiap wilayah di Indonesia, khususnya Jakarta Selatan. Seperti diketahui, semakin berkembanganya

Lebih terperinci

BAB VII KONVERSI BAHASA PEMROGRAMAN DAN DESAIN ANTARMUKA SISTEM PAKAR ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN

BAB VII KONVERSI BAHASA PEMROGRAMAN DAN DESAIN ANTARMUKA SISTEM PAKAR ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN BAB VII KONVERSI BAHASA PEMROGRAMAN DAN DESAIN ANTARMUKA SISTEM PAKAR ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN 7.1. Konsolidasi Program Program ESC-2 merupakan konsolidasi dari basis pengetahuan ESC-1 dengan algoritma

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut adalah tampilan hasil dan perbandingan dari sistem pemotongan pajak dengan Net Method dan Gross Up Method pada DPRD Provinsi Sumatera Utara. IV.1.1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data-data historis beban harian yang akan diambil sebagai evaluasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Data-data historis beban harian yang akan diambil sebagai evaluasi yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Beban Listrik dari PLN Data-data historis beban harian yang akan diambil sebagai evaluasi yaitu selama lima tahun pada periode 2006-2010, selanjutnya data

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

APLIKASI MATLAB UNTUK PERAMALAN BEBAN JARINGAN DISTRIBUSI DI UPJ RANDUDONGKAL TAHUN

APLIKASI MATLAB UNTUK PERAMALAN BEBAN JARINGAN DISTRIBUSI DI UPJ RANDUDONGKAL TAHUN APLIKASI MATLAB UNTUK PERAMALAN BEBAN JARINGAN DISTRIBUSI DI UPJ RANDUDONGKAL TAHUN 2008-2013 TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Elektro Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1 Tampilan Hasil Berikut adalah tampilan hasil dan pembahasan dari Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Management Fee Jasa Outsourcing Pada PT. Dara Indonesia. IV.1.1 Halaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

Muhammad Yudin Ritonga ( )

Muhammad Yudin Ritonga ( ) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRODUKSI MAKANAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DENGAN METODE TSUKAMOTO (STUDI KASUS : PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR MEDAN) Muhammad Yudin Ritonga (0911555) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar yang akan digunakan sebagai landasan berpikir seperti beberapa literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan begitu akan mempermudah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1 Tampilan Hasil Berikut adalah tampilan hasil dan pembahasan dari Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit celebral palsy Dengan Metode Forward Chaining. IV.1.1 Tampilan Menu Utama

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAGAN KENDALI MUTU UNTUK KOMPOSISI. simplex-lattice adalah (q+ m-1)!/(m!(q-1)!) (Cornell 1990).

PENGEMBANGAN BAGAN KENDALI MUTU UNTUK KOMPOSISI. simplex-lattice adalah (q+ m-1)!/(m!(q-1)!) (Cornell 1990). Lalu bagan Shewhart dapat dibentuk dengan rumus sebagai berikut: simplex-lattice adalah (q+ m-1)!/(m!(q-1)!) (Cornell 1990). p = Rata-rata proporsi produk cacat n = Ukuran contoh yang diambil UCL = Batas

Lebih terperinci

UNIKOM. Pendesainan Model. Pemodelan Simulasi

UNIKOM. Pendesainan Model. Pemodelan Simulasi UNIKOM Pendesainan Model Pemodelan Simulasi Rani Susanto,S.Kom 12/11/2009 Langkah langkah pendesainan suatu Model Secara umum, tahapan yang harus dilewati untuk membuat model dan simulasi adalah : Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meniru sistem visual manusia (human vision).

BAB I PENDAHULUAN. untuk meniru sistem visual manusia (human vision). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutama pada teknologi komputer sehingga membuat pekerjaan pengolahan data dapat ditangani dengan lebih cepat dan tepat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak di era ini sangat mempengaruhi pola pemakaian komputer. Komputer dapat di program seolah-olah seperti manusia. Salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perdagangan dan investasi internasional. melemahnya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dolar AS,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perdagangan dan investasi internasional. melemahnya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dolar AS, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai tukar merupakan perbandingan nilai mata uang suatu negara dibandingkan dengan negara lain. Nilai tukar mata uang suatu negara memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

Materi minggu ke-2 r a z I q h a s a n

Materi minggu ke-2 r a z I q h a s a n pengertian Simulasi dan pemodelan Materi minggu ke-2 r a z I q h a s a n PENGERTIAN SISTEM, PEMODELAN DAN SIMULASI DEFINISI SISTEM Sekelumpulan / sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan berperan dominan di dalam menentukan keberhasilan pelayanan

Lebih terperinci

c. Pembangunan sistem Berdasarkan analisa sistem yang telah dilakukan, dibuat rancangan/desain sistem yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk

c. Pembangunan sistem Berdasarkan analisa sistem yang telah dilakukan, dibuat rancangan/desain sistem yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tujuan sistem perencanaan pembangunan adalah untuk mendukung koordinasi

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM 5.1 Kebutuhan Perangkat Lunak Sistem Pendukung Keputusan Pendukung Penempatan Jabatan dibutuhkan perangkat lunak Visual Studio 2010 dengan menggunakan bahasa pemrograman C# untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir untuk melakukan dan mengatasi segala permasalahan yang dihadapi dengan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir untuk melakukan dan mengatasi segala permasalahan yang dihadapi dengan bantuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan dan peranan komputer yang cukup signifikan acapkali membuat manusia berpikir untuk melakukan dan mengatasi segala permasalahan yang dihadapi dengan bantuan

Lebih terperinci

Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining

Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining Maria Shusanti F Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR

BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 3.1 Sistem Pakar Sistem pakar adalah suatu program komputer cerdas yang menggunakan knowledge (pengetahuan) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam perusahaan atau instansi tentu nya memiliki data yang cukup besar, salah satunya adalah inventory. Suatu kegiatan dalam proses pengolahan data pada suatu gudang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama penduduk berasal dari perkebunan agroindustri. Dari banyaknya perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. utama penduduk berasal dari perkebunan agroindustri. Dari banyaknya perkebunan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pematang Siantar merupakan Kabutapen agraris dengan mata pencaharian utama penduduk berasal dari perkebunan agroindustri. Dari banyaknya perkebunan yang ada di pematang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Indonesia memiliki potensi bahan baku industri agro, berupa buah buahan tropis yang cukup melimpah. Namun selama ini ekspor yang dilakukan masih banyak dalam bentuk buah segar

Lebih terperinci

TESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

TESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. TESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 4 TESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM Dasar-dasar Pengujian Perangkat Lunak Dasar-dasar Pengujian Perangkat Lunak. Pengujian White Box.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi yang demikian cepatnya telah memasuki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi yang demikian cepatnya telah memasuki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang demikian cepatnya telah memasuki segala bidang kehidupan. Sejalan dengan perkembangan zaman, komputer berdampak pada persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang adalah alat pembayaran dalam transaksi jual beli barang atau jasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Uang adalah alat pembayaran dalam transaksi jual beli barang atau jasa. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang adalah alat pembayaran dalam transaksi jual beli barang atau jasa. Pada dasarnya ada dua jenis uang yang beredar di masyarakat, yaitu uang kartal dan uang giral.

Lebih terperinci

6.1 HASIL APLIKASI DAN OPERASIONAL SISTEM

6.1 HASIL APLIKASI DAN OPERASIONAL SISTEM VI. APLIKASI SISTEM 6.1 HASIL APLIKASI DAN OPERASIONAL SISTEM Sistem operasi adalah software pada lapisan pertama yang ditaruh pada memori komputer pada saat komputer dinyalakan. Sedangkan software-software

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Impelementasi Aplikasi Latihan Soal UN SMP Implementasi sendiri adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.

Lebih terperinci

Analisis Dan Perancangan Sistem ( Systems Analysis And Design)

Analisis Dan Perancangan Sistem ( Systems Analysis And Design) BAB 12 DESIGN INPUT Tujuan Perancangan Input : Kualitas sistem input menentukan kualitas sistem outputnya. Bentuk formulir input tampilan layar, dokumen-dokumen jaringan interaktif berdasrkan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan hayati dengan beranekaragam tanaman. Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris, dimana budidaya tanaman menjadi mata pencaharian sebagian

Lebih terperinci

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1 DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1 Tanto Lailam, S.H., LL.M. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. era globalisasi, di mana perdagangan mulai bersifat internasioanal. Banyak usahawan

BAB 1 PENDAHULUAN. era globalisasi, di mana perdagangan mulai bersifat internasioanal. Banyak usahawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sepuluh tahun terakhir ini perekonomian negara Indonesia telah mendekati era globalisasi, di mana perdagangan mulai bersifat internasioanal. Banyak usahawan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Dengan adanya otonomi daerah Pemerintah Provinsi memiliki peran yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN PROGRAM III.1 Analisis Permasalahan Tahapan analisis terhadap suatu sistem dilakukan sebelum tahapan perancangan dilakukan. Adapun tujuan yang dilakukannmya analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerupai otak manusia yang dikenal dengan jaringan syaraf tiruan.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerupai otak manusia yang dikenal dengan jaringan syaraf tiruan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi saat ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dan menggantikan kelemahan-kelemahan manusia, salah satu bentuk dari kecanggihan teknologi tersebut adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Integrasi dan Pengujian Penggunaan dan Pemeliharaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Integrasi dan Pengujian Penggunaan dan Pemeliharaan list($this->jumlah,$this>nilai_grafik,$this- >persentase, $this->std)=$this->getgrafikvalue_emeg(); }else{ list($this->jumlah, $this->nilai_grafik, $this- >persentase,$this->std)=$this- >GetGrafikValue_Fakdep();

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk dapat meraih suatu tujuan yang dikehendaki, akhir akhir ini dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat meliputi kemampuan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasar valuta asing telah mengalami perkembangan yang tak terduga selama beberapa dekade terakhir, dunia bergerak ke konsep "desa global" dan telah menjadi salah satu pasar

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pada sektor transportasi di Indonesia semakin meningkat seperti transportasi udara, laut, dan darat. Hal itu disebabkan oleh kebutuhan manusia

Lebih terperinci