PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012"

Transkripsi

1

2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL Diselenggarakan oleh: PERTETA Cabang Bali dan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana Tanggal Juli 2012 Diterbitkan oleh: Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana Kampus Unud Bukit Jimbaran, Badung, Bali Telp./Fax No

3 TIM PENYUNTING Prof. Ir. I Made Supartha Utama, MS., Ph.D. Dr. Ir. Ida Bagus Putu Gunadnya, MS. Dr. Ir. I Wayan Widia, MSIE. Dr. Ir. P.K. Diah Kencana, MS. Ir. I Made Anom S. Wijaya, M.App.Sc., Ph.D. Dr. Ir. Yohanes Setiyo, MP. Dr. Sumiyati, S.TP., MP. Ir. I Wayan Tika, MP. Ir. I Made Nada, M.Erg. Ir. I G.N. Apriadi Aviantara, MT. Ni Luh Yulianti, STP., MSi.

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianyalah sehingga Buku Prosiding Seminar Nasional Perteta 2012 ini dapat kami selesaikan dengan baik. Buku Prosiding ini berisi kumpulan makalah keynote speaker dan abstrak beserta makalah lengkap para pemakalah Seminar Nasional Perteta 2012 yang diselenggarakan oleh Perteta Cabang Bali bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis ke 50 Universitas Udayana, Hari Ulang Tahun (HUT) ke 28 dan Badan Kekeluargaan (BK) ke 18 Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, dan dilaksanakan pada Tanggal Juli 2012, bertempat di Kampus Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Bali. Abstrak dan makalah pada Prosiding Seminar Nasional Perteta 2012 yang bertemakan Peran Keteknikan Pertanian dalam Pembangunan Industri Pertanian Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal ini dikelompokkan ke dalam lima bidang, yaitu: 1) bidang Rekayasa Proses dan Teknik Pasca Panen (TPP), 2) bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA), 3) bidang Sistem dan Manajemen Teknik Pertanian (SMP), 4) bidang Rekayasa Alat dan Mesin Pertanian (RAM), dan 5) bidang Emerging Technology (ET). Pada kesempatan ini, panitia Seminar Nasional Perteta 2012 mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas Udayana, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Ketua Program Studi Teknik Pertanian FTP-Unud, Ketua Perteta Cabang Bali, dan Ketua Perteta Pusat atas dukungan moril dan materiil sehingga terwujudnya prosiding ini. Terimakasih juga kami sampaikan kepada para sponsor (PT Cakrawala Angkasa, PT Wisu Varia Analitika, PT Ditek Jaya, dan PT Almega Sejahtera), keynote speaker, para pemakalah dan peserta yang berpartisipasi secara aktif pada seminar nasional ini. Tak lupa terimakasih juga disampaikan kepada para panitia dan mahasiswa yang telah bekerja keras mempersiapkan segala sesuatunya sehingga prosiding ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Denpasar, 31 Oktober 2012 Ketua Panitia Ir. I Made Anom S. Wijaya, M.App.Sc., Ph.D.

5 SAMBUTAN KETUA UMUM PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN TEKNIK PERTANIAN INDONESIA PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 DENPASAR JULI 2012 Pertama-tama marilah kita sampaikan puji dan syukur atas rahmat dan karunianya, sehingga Seminar Nasional PERTETA 2012 telah berlangsung dengan baik dan sukses. Hal ini tidak lain karena kesiapan teman-teman PERTETA Cabang Bali dan teman-teman di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana serta partisipasi dari teman-teman PERTETA dari seluruh Indonesia. Untuk itu saya menyampaikan terima kasih atas segala kerja keras dari teman-teman panitia di Denpasar dan juga para peserta dari seluruh penjuru tanah air. Sebagai pertanggungjawaban dan akuntabilitas dari suatu kegiatan seminar adalah laporan tertulis dalam bentuk Prosiding. Prosiding ini dibuat setelah seminar berlangsung, melalui serangkaian presentasi dan penyesuaian penulisan makalah sesuai dengan format yang telah diatur oleh panitia. Secara umum seluruh makalah telah berusaha untuk menyesuaikan dengan tema yang diambil dalam seminar ini, yaitu Peran Keteknikan Pertanian dalam membangun Industri Pertanian Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal. Semoga Prosiding ini dapat berguna untuk kita semua, seluruh anggota dan masyarakat umum dalam memahami lebih jauh tentang Keteknikan Pertanian di Indonesia. Selain itu media ini juga diharapkan menjadi acuan bagi pengembangan Ilmu Keteknikan Pertanian kedepan. Terakhir, saya ingin menyampaikan sekali lagi terima kasih, kepada seluruh panitia seminar, khususnya Tim Prosiding, yang telah dengan baik menuntaskan kerja akhir dari Prosiding Seminar PERTETA 2012 ini. Salam, Dr. Sam Herodian

6 SUSUNAN PANITIA SEMINAR NASIONAL PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL Pelindung : Steering Committee: Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana Prof. Dr. Ir. G.P. Ganda Putra, MP. 1. Dr. Sam Herodian (Ketua Umum Perteta) 2. Dr. Desrial (IPB) 3. Dr. Lilik Soetiarso (UGM) 4. Dr. Bambang Susilo (UB) 5. Dr. Ida Bagus Putu Gunadnya (UNUD) Organizing Committee: 1. Ketua : Ir. I Made Anom S. Wijaya, M.App.Sc., Ph.D. 2. Wakil Ketua : I Wayan Tika, MP. 3. Bendahara : Ni Luh Yulianti, S.TP. M.Si. 4. Seksi Kesekretariatan dan Makalah a. Prof. Dr. Ir. I Made Supartha Utama, MS. b. Dr. Ir. P.K. Diah Kencana, MS c. Dr. Sumiyati, S.TP., MP. d. Ni Nyoman Sulastri, S.TP., M.Agr. 5. Seksi Acara a. Dr. Ir. Yohanes Setiyo, MP. b. Dr. Ir. Wayan Widia, MSIE. c. Gede Arda, S.TP., M.Sc. d. Ir. I Putu Sarjana, M.Erg. 6. Seksi Konsumsi a. I.A. Rina Pratiwi P., S.TP., MP. b. I Putu Surya Wirawan, S.TP., M.Si. 7. Seksi Transportasi, Perlengkapan, dan Dokumentasi a. Ir. I G.N. Apriadi Aviantara, MT b. Ir. I Made Nada, M.Erg. c. I Putu Gede Budisanjaya, S.TP.

7 Denpasar, Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012] DAFTAR ISI Deskripsi Halaman Judul... Tim Penyunting. Kata Pengantar. Sambutan Ketua PERTETA Pusat... Susunan Panitia... Daftar Isi... Daftar Makalah... Hal i ii iii iv v vi vii Keynote Speaker 1 : Bambang Palgoenadi 1 Keynote Speaker 2: Wayan Windia 14 Keynote Speaker 3: Made Merta 20 Bidang 1. Rekayasa Proses dan Teknik Pasca Panen (TPP) 25 Bidang 2. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) 197 Bidang 3. Sistem dan Manajemen Teknik Pertanian (SMP) 377 Bidang 4. Rekayasa Alat dan Mesin Pertanian (RAM) 463 Bidang 5. Emerging Technology (ET) 613 Makalah Poster 747 vi

8 Denpasar, Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012] No Nama Pemakalah Judul Artikel Halaman 10 Joko Nugroho W.K. Pengeringan Umbi Kimpul (Xanthosoma Sagittifolium Schott) Sawut Menggunakan Pneumatic Dryer 11 Junaedi Muhidong Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Tingkat Penjamuran Biji Kakao Selama Penyimpanan 12 Mulyati M. Tahir Perubahan Mutu Bumbu Picung (Pangium Edule Reinw) Selama Penyimpanan Pada Suhu Ruang 13 Rokhani Hasbullah Disinfestasi Lalat Buah Pada Buah Belimbing (Averrhoa Carambola L) Dengan Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat Treatment) 14 Roni Parulian Damanik Analisa Penggunaan Air Pengencer (Dilution Water) Pada Press Stasion Dan Clarification Station Terhadap Kenaikan Minyak 15 Supratomo Karakteristik Pemanasan Ohmic Selama Proses Alkalisasi Rumput Laut Jenis Eucheuma Cottonii 16 Surya Abdul Muttalib Identifikasi Aroma Campuran (Blending) Kopi Arabika Dan Robusta Dengan Electronic Nose Menggunakan Sistem Pengenalan Pola 17 Y. Aris Purwanto Penentuan Titik Kritis Susut Pasca Panen Pisang (Studi Kasus Di Sentra Produksi Pisang, Cianjur) 18 Yusron Sugiarto Studi Performansi, Stabilitas Dan Mikrobial Pada Digester Hibrid Terhadap Fluktuasi Limbah Cair Tapioka 19 Ida Bagus Putu Gunadnya Penggunaan Giberelin Setelah Panen Mempengaruhi Karakteristik Buah Melon Selama Penyimpanan 20 Jumriah Langkong Kajian Daya Patah Dan Kerenyahan Kripik Kentang (Solanum Tuberosum Linn) Berdasarkan Ketebalan Dan Lama Penggorengan Bidang 2. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) No Nama Pemakalah Judul Artikel Halaman. 1 Ade Moetangad Kramadibrata Kajian Perubahan Karakteristik Fisika-Mekanika Tanah Pada Beberapa Energi Pemadatan Tanah 2 Andreas W. Krisdiarto, Keterkaitan Infrastruktur Jalan Dan Hujan Terhadap Angka Restan Tbs Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) 3 Asep Sapei Perkolasi Lahan Sawah Dengan Lapisan Kedap Buatan (Artificial Impervious Layer / Hardpan) Dalam Kerangka Irigasi Hemat Air viii

9 Denpasar, Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012] No Nama Pemakalah Judul Artikel Halaman. 4 Bambang Rahadi Penilaian Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Terhadap Laju Erosi 5 Chandra Setyawan Analisis Pengelolaan Tata Guna Lahan Untuk Pengendalian Erosi Di Das Hulu Waduk Sempor 6 Fajri Anugroho The Effects Of Solid Compost And Combined With Liquid Compost On Growth Of Leek (Allium Porrum L.) 7 Gatot Pramuhadi Kajian Efektivitas Dan Efisiensi Aplikasi Big Gun Sprinkler Di Kebun Tebu Lahan Kering 8 I Wayan Tika Analisis Surplus Air Irigasi Sebagai Dampak Aplikasi Teknik Ngenyatin Pada Subak Sungi I 9 Indarto Deteksi Kecenderungan Data Hujan Di Jawa Timur Menggunakan Mann-Kendall Test 10 Mahmud Achmad The Analysis Of Hydrology And Sedimentation During Flash Flood Event In Mamasa Catchment 11 Murtiningrum Prediksi Debit Sungai Bedog Dengan Model Arima Sebagai Dasar Penentuan Pola Tanam Daerah Irigasi Cokrobedog 12 Nugroho Tri Waskitho Modal Manusia Pengelola Dalam Pengelolaan Das Brantas 13 Nuraeni Dwi Dharmawati Kajian Variasi Lama Perendaman Pada Pembuatan Kompos Cair Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit 14 Siti Suharyatun Laju Perubahan Lengas Tanah Pada Sistem Lorong Pengatus Dangkal Di Tanah Sawah 15 Sitti Nur Faridah Analisis Sebaran Spasial Iklim Klasifikasi Schmidt-Ferguson 16 Sophia Dwiratna NP. Penerapan Metode Two-Tier Dalam Pemodelan Stokastik Curah Hujan Bulanan 17 Suhardi Model Pendugaan Perubahan Muka Airtanah Selama Pemompaan 18 Suhardjo Widodo Pemetaan Dan Perencanaan Jaringan Distribusi Air : Studi Kasus Di Dusun Krajan Desa Sidomulyo 19 Bambang Aris Sistanto Kajian Interval Pemberian Air Irigasi Dan Teknik Aplikasi Hidrogel Yang Tepat Pada Media Tanam Terhadap Efisiensi Penggunaan Air, Serta Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca Sativa L) Varietas New Red Fire ix

10 ANALISIS SURPLUS AIR IRIGASI SEBAGAI DAMPAK APLIKASI TEKNIK NGENYATIN PADA SUBAK SUNGI I I Wayan Tika Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana tika@ftp.unud.ac.id ABSTRAK Pada Subak Sungi I sebagaimana organisasi subak lainnya, aplikasi teknik ngenyatin merupakan salah satu teknik dalam pengelolaan air irigasi. Aplikasi teknik ngenyatin menyebabkan terjadinya kelebihan(surplus) air irigasi karena tidak ada air yang dialirkan ke lahan, sementara air irigasi masih tetap dialirkan pada pintu pemasukan. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui surplus air irigasi pada Subak Sungi I akibat diterapkannya teknik ngenyatin. Surplus tersebut dianalisis dengan pendekatan imbangan air berdasarkan variabel air irigasi yang dimasukkan dengan air irigasi yang dibutuhkan. Data tambahan yang diperlukan dalam analisis adalah jadual periode ngenyatin yang diperoleh dari beberapa petani pada subak tersebut. Dari hasil penelitian diperoleh surplus air irigasi akibat penerapan teknik ngenyatin hanya terjadi pada periode tanam padi saja. Rata-rata surplus tersebut mencapai 0,84 lt/s/ha. Kelebihan tersebut cukup untuk mengairi lahan sawah yang terletak di hilir seluas 85 ha atau sekitar 85% dari luas areal Subak Sungi I. Key word : subak, surplus air irigasi, ngenyatin PENDAHULUAN Untuk memenuhi kebutuhan air, biasanya tanaman mendapatkannya dari air tanah, air hujan dan atau air irigasi. Air irigasi adalah air yang dialirkan ke lahan pertanian karena ketersediaan air tanah, atau air hujan pada lahan tersebut tidak mencukupi kebutuhan tanaman. Kurangnya air akibat sedikitnya air hujan dan hilangnya air dapat mempengaruhi aktivitas fisiologis dan morfologis tanaman. Umumnya air irigasi pada sawah berasal dari satu Daerah Aliran Sungai (DAS), ataupun mata air. Air irigasi yang masuk ke lahan sawah tidak semuanya digunakan oleh tanaman tetapi ada yang hilang karena keluar menuju saluran pembuangan (drainase) dan sebagian lagi hilang karena penguapan (evapotranspirasi), pergerakan air bawah tanah (perkolasi), dan bocoran-bocoran lainnya. Besarnya nilai kehilangan seperti yang telah disebutkan di atas mempengaruhi besarnya kebutuhan air irigasi dari tanaman. Masyarakat Bali mengelola air irigasi lahan pertaniannya melalui suatu organisasi yang dikenal dengan nama subak (Sutawan, 2008). Dalam Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 02 / PD / DPRD / 1972, dijelaskan bahwa subak adalah masyarakat hukum adat yang bersifat sosio agraris religius, yang secara historis didirikan sejak dahulu kala dan berkembang terus sebagai organisasi pengusahaan tanah dalam bidang pengaturan air di dalam suatu daerah (Cantika, 1986). Pada krama subak termasuk pada subak Sungi I, salah satu teknik yang diterapkan dalam pengelolaan air irigasi pada budidaya tanaman padi adalah teknik ngenyatin.

11 Ngenyatin merupakan proses pembuangan(drainase) air irigasi pada lahan sawah yang dilakukan oleh petani subak untuk beberapa saat pada saat-saat tertentu. Pada lahan sawah, proses ngenyatin dilakukan dengan cara menutup saluran air irigasi yang masuk dan membuka saluran air pembuangan (drainase), sehingga lahan akan kering dengan sendirinya. Teknik ngenyatin biasanya dilakukan pada saat penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan gulma, dan menjelang panen. Dalam keadaan kasus khusus misalnya saat ada serangan hama, juga dilakukan ngenyatin oleh krama subak. Sebagaimana kesepakatan dan kebersamaan jadual tanam pada subak, maka jadual ngenyatin juga dilakukan hampir serentak oleh krama subak. Tersedianya fasilitas saluran drainase yang merupakan fasilitas umum bagi krama subak menyebabkan teknis pelaksanaan ngenyatin yang dilakukan secara serentak tidak menjadi masalah (Tika, 2011). Subak Sungi I adalah salah satu subak yang termasuk dalam Daerah Irigasi (DI) Tinjak Menjangan. Sementara DI Tinjak Menjangan adalah salah datu DI yang terdapat pada Sungai Sungi. Secara administrasi Subak Sungi I berada pada wilayah Kabupaten Tabanan. Diperkirakan luas Subak Sungi I sekitar 105 ha atau sekitar 25% dari total luas lahan sawah yang ada pada DI Tinjak Menjangan. Subak Sungi I termasuk wilayah subak yang terletak di hulu pada wilayah DI Tinjak Menjangan, sehingga ada kecendrungan kebutuhan air irigasinya cukup bahkan diduga berlebih (surplus). Surplus tersebut sangat nyata dapat diamati melalui air yag didrainasekan manakala krama subak menerapkan teknik ngenyatin. Surplus air irigasi tersebut terjadi karena nilai yang digunakan untuk menentukan besarnya kebutuhan air irigasi khususnya untuk tanaman padi sifatnya hampir tetap, tidak disesuaikan dengan usia tanaman padi dan juga sedikit mengabaikan jadual ngenyatin. Menurut Sudjarwadi (1987), nilai kebutuhan tanaman padi secara teknis dapat ditetapkan sebesar 1,1 lt/dt/ha, dengan jumlah yang hampir tetap dalam satu siklus tanaman padi. Dengan adanya proses ngenyatin seperti dijelaskan tersebut di atas secara tidak langsung air yang dibutuhkan tanaman padi besarnya tidak tetap. Dengan kata lain dengan diaplikasikannya teknik ngenyatin seperti dijelaskan tersebut di atas, berarti air irigasi yang dibutuhkan tanaman padi tidak tetap sebesar 1,1 lt/dt/ha dalam satu siklus tanaman padi. Dengan demikian adanya teknik ngenyatin yang dilakukan oleh anggota (krama) subak termasuk pada Subak Sungi I, menyebabkan terjadinya surplus air irigasi tanaman padi dalam satu siklus tanam. Berdasarkan latar belakang di atas berapa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui surplus air irigasi pada Subak Sungi I dengan aplikasi teknik ngenyatin. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi dan refrensi bagi instansi pemerintah khususnya yang terkait dengan pendistribusian air irigasi pada Subak Sungi I khususnya dan DI Tinjak Menjangan pada umumnya. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada wilayah Subak Sungi I, yang merupakan salah satu subak yang terdapat pada DI Tinjak Menjangan. Secara administrasi Subak Sungi I berada pada wilayah Desa Beringkit, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan September 2011 sampai dengan Bulan Januari 2012.

12 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa sampel tanah yang diambil dari tempat penelitian. Sampel tanah tersebut dianalisis porositasnya untuk penentuan kadar airnya. Alat-alat yang digunakan sebagai sarana penunjang penelitian ini adalah pipa diameter 1 inchi dengan panjang 1 m, meteran/mistar, oven, dan timbangan digital. Metode Penelitian dan Asumsi Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan analisis kuantitatif berdasarkan prinsip persamaan imbangan air (neraca air). Variabel dari persamaan tersebut seperti evapotranspirasi potensial (E to ) dihitung menggunakan rumus empiris Penman, laju perkolasi (P) dihitung dengan pendekatan rumus empiris Konzeny dan dikalibrasi dengan pengukuran di lapangan, curah hujan efektif (R e ) dihitung dengan metode Gumbel. Variabel pengolahan tanah (T) seperti tinggi genangan, tinggi lapisan olah, dan ketebalan solum diukur langsung di lapangan, sedangkan porositas tanah ditentukan dengan metode oven (gravimetri). Data jadual dan periode ngenyatin diperoleh dari petugas bendung pada obyek penelitian. Berdasarkan persamaan neraca air maka diperoleh besarnya kebutuhan air irigasi dengan aplikasi ngenyatin. Sedangkan data debit air irigasi yang dimasukkan pada pintu pemasukan (intake) sebagai ketersediaan air irigasi diperoleh dari petugas bendung. Surplus air irigasi dapat dihitung dari selisih antara ketersediaan air irigasi yang digunakan dengan kebutuhan air irigasi sesuai dengan aplikasi ngenyatin yang dilakukan oleh petani (krama subak). Beberapa asumsi yang digunakan dalam penelitian ini untuk penyederhanaan dalam analisis yaitu: Kelembaban relatif (RH), suhu (T 2 ), kecepatan angin (u 2 ), persentase lama penyinaran matahari (n/n), lama persiapan lahan dalam satu periode (t) kondisinya seragam pada tingkat wilayah subak tersebut. Pola tanam yang seragam dalam setahun, yaitu padi-padi-bero. Asumsi ini ditetapkan berdasarkan kondisi di lapangan, dimana petani hampir tidak ada menanam palawija setelah panen padi ke dua. Jadual tanam padi pertama dimulai pada bulan September I dan padi ke dua pada Bulan Januari II, dengan keseragaman jadual tanam tidak melebihi satu minggu. HASIL DAN PEMBAHASAN Variabel Kebutuhan Air Irigasi 1. Evapotranspirasi Berdasarkan data unsur-unsur iklim selama 10 tahun terakhir yang telah dirata-ratakan dan dari persamaan rumus empiris Penman, diperoleh nilai evapotranspirasi potensial (E to ) yang berkisar dari 3,93 mm/hari sampai 5,31 mm/hari. Nilai E to maksimal diperoleh pada bulan Januari periode I, sedangkan terendah pada bulan Juni periode II. Hal ini dapat dipahami karena pada bulan Januari I tingkat suhu, radiasi matahari dan kecepatan angin pada tempat penelitian relatif tinggi dibanding bulan Juni II. Sesuai dengan rumus empiris Penman dalam Tika(2002), semakin tinggi tingkat suhu, radiasi matahari dan kecepatan angin, maka semakin tinggi pula nilai E to. Dan sebaliknya, semakin rendah tingkat suhu, radiasi matahari dan kecepatan angin, maka semakin rendah pula nilai E to yang dihasilkan. Berdasarkan asumsi pola tanam yang diterapkan, diperoleh nilai koefisien tanaman (k c ). Dari nilai k c dan E to, maka nilai evapotranspirasi aktual (E ta ) pada lokasi penelitian dapat dihitung (Supriadi, H. dan M. Herman. 2000). Nilai E ta menunjukkan banyaknya air yang diperlukan oleh tanaman. Dari hasil analisis diperoleh semakin tinggi nilai k c maka semakin tinggi pula nilai E ta yang dihasilkan. Sebaliknya semakin rendah nilai k c maka semakin

13 rendah pula nilai E ta yang dihasilkan. Hal tersebut secara umum dapat diartikan pada stadia vegetatif tanaman padi memerlukan air yang lebih banyak jika dibanding pada stadia generatif. Pada masa bera dan pengolahan tanah nilai E ta tidak ada (nol), karena tidak ada tanaman sehingga tidak terjadi proses evapotranspirasi. 2. Perkolasi Berdasarkan pengukuran di lapangan dan pendekatan dengan rumus Darcy (Tabbal et al., 1986), diperoleh laju perkolasi (P) pada Subak Sungi I sebesar 7,20 mm/hari. Laju perkolasi sebesar itu dapat dikatakan relatif tinggi. Hal ini terjadi karena lahan pertanian pada Subak Sungi I memiliki slope (kemiringan lereng) yang relatif besar. Sebagai suatu perbandingan pada lahan yang agak datar yaitu pada DI Sungai Ho Hilir diperoleh nilai perkolasi sekitar 4,0 mm/hari (Tika, 2002). Besarnya nilai perkolasi dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya nilai koefisien permeabilitas (K) tanah pada lahan. Pada lahan yang slopenya besar nilai K akan relatif tinggi. Semakin tinggi nilai koefisien permeabilitas maka semakin tinggi laju perkolasi, dan sebaliknya semakin rendah nilai koefisien permeabilitas maka semakin rendah pula laju perkolasi yang dihasilkan. 3. Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah Nilai kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah (T) pada lahan sawah yang ada di Subak Agung Yeh Ho relatif tinggi jika dibanding dengan nilai E ta yaitu berkisar dari 14,68 mm/hari sampai dengan 17,70 mm/hari. Hal ini terjadi karena pada saat tanah diolah disamping air hilang karena evaporasi juga air berperan memenuhi pori-pori makro pada tanah(linden,1985). 4. Curah Hujan Efektif Besarnya nilai nilai curah hujan efektif (R e ) pada Subak Sungi I pada Bulan Maret II sampai dengan November I adalah nol, karena musim kemarau. Sedangkan pada Bulan November II sampai dengan Maret I berkisar dari 5,10 sampai dengan 6,40 mm/hari. Nilai nol seperti disebutkan sebelumnya, bukan berarti pada bulan tersebut tidak ada hujan tetapi tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. 5. Pola Kebutuhan Air Irigasi dengan Aplikasi Teknik Ngenyatin Dari hasil diskusi dengan petugas bendung diperoleh debit air yang diamsukkan sebagai air yang tersedia pada Subak Sungi I, seperti di sajikan pada Tabel 1. Sementara informasi tentang jadual teknik ngenyatin yang dilakukan oleh petani (krama subak) sebanyak tiga kali pada satu kali musim tanam padi. Ngenyatin pertama dan kedua dilakukan pada saat padi berumur 15 hari dan 30 hari dengan lama ngenyatin adalah 5-7 hari, sedangkan yang ketiga dilakukan pada saat padi berumur 3 bulan dengan lama ngenyatin adalah 15 hari, yang berarti sampai padi panen. Pada kasus-kasus tertentu misalnya dengan adanya serangan hama tikus, krama subak juga menerapkan teknik ngenyatin. Dalam penelitian ini kasus-kasus seperti itu tidak dianalisis karena sifatnya insidentil. Dari hasil analisis diperoleh pola kebutuhan air irigasi pada Subak Sungi I dengan aplikasi ngenyatin seperti diajikan pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dikatakan pada saat musim kemarau; manakala curah hujan efektif kurang dari 5 mm/hari, nampak bahwa semakin meningkat usia tanaman padi pada stadia vegetatif maka ada kecendrungan kebutuhan air irigasinya meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Doorenbos(1986) bahwa semakin meningkat usia tanaman padi khususnya pada stadia vegetatif maka kebutuhan airnya semakin besar. Jika musim kemarau maka dengan semakin meningkatnya kebutuhan air tanaman maka semakin meningkat pula kebutuhan air irigasinya karena air tambahan dari curah hujan tidak berpengaruh. Tetapi jika musim hujan; manakala

14 curah hujan efektif melebihi 5 mm/hari, maka tidak ada hubungan yang pasti antara besarnya kebutuhan air tanaman dengan kebutuhan air irigasi. Secara grafik kondisi kebutuhan dan ketersediaan air irigasi pada Subak Sungi I disajikan pada Gambar 1. Tabel 1. Ketersediaan dan Kebutuhan Air Irigasi pada Subak Sungi I dengan Ngenyatin dalam Siklus Setahun. No. Bulan Periode Ketersediaan Air Irigasi (lt/dt/ha) Kebutuhan Air Irigasi dengan Ngenyatin (lt/dt/ha) 1 Januari I 2,40 1,23 2 Januari II 1,80 0,65 3 Februari I 1,80 0,43 4 Februari II 1,80 0,84 5 Maret I 1,80 0,44 6 Maret II 1,60 1,51 7 April I 1,60 1,44 8 April II 1,60 0,00 9 Mei I s/d Juli II 0,00 0,00 10 Agustus I 2,20 1,89 11 Agustus II 2,20 1,90 12 September I 1,60 1,32 13 September II 1,60 0,75 14 Oktober I 1,60 1,56 15 Oktober II 1, Nopember I 1,60 1,57 17 Nopember II 1,80 0,88 18 Desember I 1,80 0,00 19 Desember II 2,40 1,15 Catatan : Musim Tanam (MT) padi I pada September I dan MT padi II pada Januari II. Musim kemarau dari Maret II s.d November I Gambar 1. Kondisi kebutuhan dan ketersediaan air irigasi pada Subak Sungi I dalam siklus setahun Tetapi setelah melewati stadia vegetatif maka kebutuhan air tanaman padi hampir tetap bahkan cendrung menurun dengan semakin meningkatnya usia tanaman. Manakala curah hujan rendah maka kebutuhan air irigasi juga tidak akan terjadi peningkatan yang berarti

15 dengan meningkatnya usia tanaman. Pada saat curah hujan relatif tinggi maka tidak ada keteraturan hubungan antara kebutuhan air irigasi dengan usia tanaman padi. Bahkan pada curah hujan yang relatif tinggi, sama sekali tidak diperlukan air irigasi yang berarti kebutuhan air irigasinya nol, atau bahkan perlu dilakukan drainase. Dengan diterapkannya teknik ngenyatin oleh petani, maka pola kebutuhan air irigasi dalam satu siklus tanam akan terputus sesuai dengan banyaknya kegiatan ngenyatin dilakukan. Jika dibandingkan dengan ketersediaan air irigasi, maka diperoleh dalam satu siklus setahun terjadi surplus (kelebihan) air irigasi seperti disajikan pada Tabel 2. Jika dihitung dari Tabel 2 maka diperoleh dengan ngenyatin akan terjadi surplus air rata-rata 0,84 lt/dt/ha. Dari Tabel 2, juga dapat dikemukakan aplikasi teknik ngenyatin hanya menyebabkan terjadinya surplus air irigasi pada masa tanam padi saja, sedangkan pada masa bera tidak. Dari surplus air sebesar tersebut di atas, diperkirakan dapat digunakan mengairi lahan sawah yang terletak di hilir sebanyak 85 ha, dengan catatan pola tanamnya tidak mendahului atau melewati satu minggu dari jadual tanam pada Subak Sungi I. Secara grafik surplus air irigasi pada Subak Sungi I disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Kondisi surplus irigasi pada Subak Sungi I dalam siklus setahun Tabel 2. Surplus Air Irigasi pada Subak Sungi I sebagai Akibat Aplikasi Teknik Ngenyatin dalam Siklus Setahun. No. Bulan Periode Surplus Air Irigasi (lt/dt/ha) 1 Januari I 1,17 2 Januari II 1,15 3 Februari I 1,37 4 Februari II 0,96 5 Maret I 1,36 6 Maret II 0,09 7 April I 0,16 8 April II 1,60 9 Mei I s/d Juli II 0,00 10 Agustus I 0,31 11 Agustus II 0,30 12 September I 0,28 13 September II 0,85 14 Oktober I 0,04 15 Oktober II 0,84 16 Nopember I 0,03 17 Nopember II 0,92 18 Desember I 1,80

16 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan : 1. Kebutuhan air irigasi dengan aplikasi teknik ngenyatin pada Subak Sungi I secara kuantitatif lebih kecil dari jumlah air yang dimasukkan pada subak tersebut. Secara rata-rata besarnya surplus air akibat diterapkannya teknik ngenyatin mencapai 0,84/ldt/ha. 2. Aplikasi teknik ngenyatin hanya mengakibatkan surplus air irigasi pada masa tanam padi saja, sedangkan pada masa bera tidak. Saran Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat presisi penggunaan air irigasi akibat pengaplikasian teknik ngenyatin pada obyek penelitian yang sama. 2. Dengan diaplikasikannya teknik ngenyatin, air yang berlebih diharapkan disaliurkan secara tepat sehingga dapat lebih dimanfaatkan oleh lahan-lahan pertanian yang terletak di bagian hilir. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak Pimpinan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayanaatas donasinya untuk pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Petugas Bendung Tinjak Menjangan dan para petani pada Subak Sungi I selaku responden dalam penelitian ini, serta pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan data dan informasinya. DAFTAR PUSTAKA Cantika, K Perkembangan Nilai-Nilai Ketradisionalan Subak Masa Lalu dan Masa Sekarang. Makalah Seminar Peranan Berbagai Program Pembangunan dalam Melestarikan Subak di Bali. Pusat Penelitian Universitas Udayana, Denpasar. Linden, D.R Predicting Tillage Effects on Evaporation From The Soil. American Society of Agronomi. Soil Science of America, Madison. Sudjarwadi Dasar-Dasar Teknik Irigasi. Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Supriadi, H. dan M. Herman Penentuan Waktu Tanam Tanaman Kelapa, Tanaman Pangan dan Holtikultura di Balai Bekuak, Kalimantan Barat Berdasarkan Analisis Neraca Air. Habitat (11) : Sutawan, N Organisasi dan Manajemen Subak di Bali. Penerbit Bali Post. Denpasar Tabbal, D.F., R.M., Lampayan, and S.I. Bhuiyan Water Efficiement Irrigation Technique for Rice. Soil and Water Science Division. IRRI, Manila. Tika, Analisis Kebutuhan Dasar Air Irigasi dan Waktu Tanam pada Daerah Irigasi Sungai Ho Tabanan Bali. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang. Tika, Sumiyati, Sulastri, Nada, Bintang, M, Analisis Pola Kebutuhan Air Irigasi dengan Aplikasi Teknik Ngenyatin pada DI Tinjak Menjangan. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL Diselenggarakan oleh: PERTETA Cabang Bali dan Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL Diselenggarakan oleh: PERTETA Cabang Bali dan Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Penggunaan Air Irigasi Pada Subak Agung Yeh Sungi. Analysis of Efficiency to the Water Used Irrigation at Subak Agung Yeh Sungi

Analisis Efisiensi Penggunaan Air Irigasi Pada Subak Agung Yeh Sungi. Analysis of Efficiency to the Water Used Irrigation at Subak Agung Yeh Sungi JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/beta Volume 5, Nomor 1, Maret, 2017 Analisis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran. ABSTRAK Daerah Irigasi (DI) Kotapala adalah salah satu jaringan irigasi yang berlokasi di Desa Dajan Peken, Desa Dauh Peken, Desa Delod Peken, dan Desa Bongan yang berada di Kabupaten Tabanan Bali. DI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah

Lebih terperinci

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN M. Taufik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo abstrak Air sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv RIWAYAT HIDUP... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Embung Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berada di bagian hulu. Konstruksi embung pada umumnya merupakan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti diklat ini peseta diharapkan mampu Menjelaskan tentang kebutuhan air tanaman A. Deskripsi Singkat Kebutuhan air tanaman

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F14102075 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS JADWAL TANAM PADI BERDASARKAN KETERSEDIAAN AIR PADA SUBAK JAKA SEBAGAI SUBAK NATAK TIYIS SKRIPSI

ANALISIS JADWAL TANAM PADI BERDASARKAN KETERSEDIAAN AIR PADA SUBAK JAKA SEBAGAI SUBAK NATAK TIYIS SKRIPSI ANALISIS JADWAL TANAM PADI BERDASARKAN KETERSEDIAAN AIR PADA SUBAK JAKA SEBAGAI SUBAK NATAK TIYIS SKRIPSI Oleh : I PUTU RIADI HANDIKA NIM: 1111305009 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 1 Nama Mata Kuliah : Lingkungan Pertanian dan Biosistem 2 Kode Mata Kuliah : FTP 206

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hidrologi Siklus hidrologi menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya Siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi ABSTRAK Waduk Muara Nusa Dua yang terletak di muara Sungai/Tukad Badung, tepatnya di Jembatan by Pass Ngurah Rai, Suwung, Denpasar, dibangun untuk menyediakan air baku guna memenuhi kebutuhan air bersih.

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Udayana ISBN 978-602-7776-09-8 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 Diterbitkan oleh : Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Kampus Unud Bukit Jimbaran, Badung Bali Tlp/Fax

Lebih terperinci

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI JAWA MARAJA BAH JAMBI KABUPATEN SIMALUNGUN

KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI JAWA MARAJA BAH JAMBI KABUPATEN SIMALUNGUN KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI JAWA MARAJA BAH JAMBI KABUPATEN SIMALUNGUN LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III oleh: ADE ADHISTIYA

Lebih terperinci

PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG

PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PENGAIRAN Tujuan peembelajaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian dan Laboratorium Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Tangkapan Hujan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan stasiun curah hujan Jalaluddin dan stasiun Pohu Bongomeme. Perhitungan curah hujan rata-rata aljabar. Hasil perhitungan secara lengkap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI ABSTRAK BAB IPENDAHULUAN DAFTAR ISI halaman i ii iii iv v vii

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

BEKASI, 22 FEBRUARI 2011

BEKASI, 22 FEBRUARI 2011 BEKASI, 22 FEBRUARI 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR BALAI IRIGASI Jl. Cut Meutia, Kotak Pos 147 Telp.: (021) 8801365,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI Halaman JUDUL i PENGESAHAN iii MOTTO iv PERSEMBAHAN v ABSTRAK vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN xvii DAFTAR NOTASI xviii BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki arti penting

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 Purwanto dan Jazaul Ikhsan Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Yogyakarta (0274)387656

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL Universitas Udayana ISBN 978-602-7776-09-8 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 Diterbitkan oleh : Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Kampus Unud Bukit Jimbaran, Badung Bali Tlp/Fax

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus ABSTRAK Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Petanu merupakan salah satu DAS yang berada di Provinsi Bali. DAS Tukad Petanu alirannya melintasi 2 kabupaten, yakni: Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar. Hulu

Lebih terperinci

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR 3.1. Kebutuhan Air Untuk Irigasi BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan

Lebih terperinci

STUDI KASUS TENTANG PENGOLAHAN TANAH DENGAN BAJAK SINGKAL DAN ROTARY TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH SKRIPSI

STUDI KASUS TENTANG PENGOLAHAN TANAH DENGAN BAJAK SINGKAL DAN ROTARY TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH SKRIPSI STUDI KASUS TENTANG PENGOLAHAN TANAH DENGAN BAJAK SINGKAL DAN ROTARY TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH SKRIPSI Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii MOTTO iv DEDIKASI v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tata Guna Lahan Tata guna lahan merupakan upaya dalam merencanakan penyebaran penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana

Lebih terperinci

: GEDE OKA MANDANA NIM:

: GEDE OKA MANDANA NIM: PENGARUH LARUTAN DISINFEKTAN DAN PENGEMASAN ATMOSFER TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN FILM PLASTIK TERPERFORASI TERHADAP SUSUT BOBOT DAN MUTU BUAH CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.) SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan

KATA PENGANTAR. perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan selalu menyertai, yang selalu diberikan kepada

Lebih terperinci

SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI

SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI 1) Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air disawah untuk tanaman padi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain a. Penyiapan lahan b. Penggunaan konsumtif c. Perkolasi dan rembesan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAKAIAN AIR IRIGASI PADA BUDIDAYA PADI BERAS MERAH DENGAN SISTEM TANAM LEGOWO NYISIP (STUDI KASUS DI SUBAK SIGARAN, TABANAN) SKRIPSI

ANALISIS PEMAKAIAN AIR IRIGASI PADA BUDIDAYA PADI BERAS MERAH DENGAN SISTEM TANAM LEGOWO NYISIP (STUDI KASUS DI SUBAK SIGARAN, TABANAN) SKRIPSI ANALISIS PEMAKAIAN AIR IRIGASI PADA BUDIDAYA PADI BERAS MERAH DENGAN SISTEM TANAM LEGOWO NYISIP (STUDI KASUS DI SUBAK SIGARAN, TABANAN) SKRIPSI Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untk mencapai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 ) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke

Lebih terperinci

Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit

Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit Tim KITA PPKS Dalam uraian ini akan ditampilkan Frequently Ask Questions (FAQ) atau pertanyaan yang sering disampaikan terkait

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Kompetensi dasar Mahasiswa mampu melakukan analisis evapotranspirasi pengertian dan manfaat faktor 2 yang mempengaruhi evapotranspirasi pengukuran evapotranspirasi pendugaan evapotranspirasi JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BEBERAPA PRINSIP DASAR DALAM PEMILIHAN SISTEM PENGAIRAN

BEBERAPA PRINSIP DASAR DALAM PEMILIHAN SISTEM PENGAIRAN BEBERAPA PRINSIP DASAR DALAM PEMILIHAN SISTEM PENGAIRAN Penerapan sistem pengairan sangat tergantung pada perencanaan rancangan jaringan pengairan yang dibuat. Hambatan/kendala dlm perancangan Keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional dipusatkan dibidang pertanian. Salah satu sasaran pembangunan

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM NAMA : ARIES FIRMAN HIDAYAT (H1A115603) SAIDATIL MUHIRAH (H1A115609) SAIFUL

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL Diselenggarakan oleh: PERTETA Cabang Bali dan Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Oleh: Made Sudiarsa 1 Putu Doddy Heka Ardana 1

Oleh: Made Sudiarsa 1   Putu Doddy Heka Ardana 1 EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI DAERAH IRIGASI GADUNGAN LAMBUK DI KABUPATEN TABANAN UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGELOLAAN AIR IRIGASI Oleh: Made Sudiarsa 1 Email: msudiarsa55@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA Susilah Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh email: zulfhazli.abdullah@gmail.com Abstrak Kecamatan Banda Baro merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK Faris Afif.O,

ABSTRAK Faris Afif.O, ABSTRAK Faris Afif.O, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, November 2014, Studi Perencanaan Bangunan Utama Embung Guworejo Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Dosen Pembimbing : Ir. Pudyono,

Lebih terperinci

Pengelolaan Air Tanaman Jagung

Pengelolaan Air Tanaman Jagung Pengelolaan Air Tanaman Jagung M. Aqil, I.U. Firmansyah, dan M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna mendukung program pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu 3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR SURAT KETERANGAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR SURAT KETERANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR Kampus Bukit Bukit Jimbaran, 80361, Bali-Indonesia Telp. : (0361) 701806 Kampus Denpasar Jl. P.B. Sudirman, Bali-Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Penelitian sejenis mengenai Kajian Kebutuhan Air Irigasi Pada Jaringan Irigasi sebelumnya pernah ditulis oleh (Oktawirawan, 2015) dengan judul Kajian

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung pengertian yang mendalam, bukan hanya berarti penambahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi pertanian tersebut sangat besar, namun masih diperlukan penanganan yang baik agar kebutuhan

Lebih terperinci

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Musyadik 1), Agussalim dan Pungky Nungkat 2) 1) BPTP Sulawesi Tenggara 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA CABAI RAWIT (Capsicum frutescense) SELAMA PENGERINGAN LAPISAN TIPIS

PERUBAHAN WARNA PADA CABAI RAWIT (Capsicum frutescense) SELAMA PENGERINGAN LAPISAN TIPIS PERUBAHAN WARNA PADA CABAI RAWIT (Capsicum frutescense) SELAMA PENGERINGAN LAPISAN TIPIS OLEH : NUZLUL MUSDALIFAH G 621 08 006 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMANASAN OHMIC SELAMA PROSES ALKALISASI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DAN RENDEMEN SEMI REFINE CARRAGEENAN (SRC) YANG DIHASILKAN

KARAKTERISTIK PEMANASAN OHMIC SELAMA PROSES ALKALISASI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DAN RENDEMEN SEMI REFINE CARRAGEENAN (SRC) YANG DIHASILKAN KARAKTERISTIK PEMANASAN OHMIC SELAMA PROSES ALKALISASI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DAN RENDEMEN SEMI REFINE CARRAGEENAN (SRC) YANG DIHASILKAN Oleh : NONENG FAHRI. G 621 08 281 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN...i KERANGAN PERBAIKAN/REVISI...ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR...iii ABSTRAK...iv UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

APLIKASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DENGAN TEKNIK IRIGASI BERSELANG (NGENYATIN) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI PADA SISTEM IRIGASI SUBAK Sumiyati 1, Wayan Windia 2, I Wayan Tika 1 dan Ni

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN Jonizar 1,Sri Martini 2 Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu penelitian dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar penelitian agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam analisis penelitian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, menyimpan,

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU EROSI DAN SEDIMENTASI DENGAN PROGRAM AGNPS

ANALISIS LAJU EROSI DAN SEDIMENTASI DENGAN PROGRAM AGNPS ANALISIS LAJU EROSI DAN SEDIMENTASI DENGAN PROGRAM AGNPS (Agricultural Non-Point Source Pollution Model) DI SUB DAS CIPAMINGKIS HULU, PROVINSI JAWA BARAT Oleh : Wilis Juharini F14103083 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut : 1.Penyiapan lahan 2.Penggunaan konsumtif 3.Perkolasi dan rembesan 4.Pergantian lapisan air 5.Curah hujan efektif

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

PABRIK PUPUK GRANULER DAN BIJIH PLASTIK DI TPA SUWUNG, DENPASAR

PABRIK PUPUK GRANULER DAN BIJIH PLASTIK DI TPA SUWUNG, DENPASAR Landasan Konseptual Perancangan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana PABRIK PUPUK GRANULER DAN BIJIH PLASTIK DI TPA SUWUNG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk, terutama manusia. Dua pertiga wilayah bumi terdiri dari lautan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air Kondisi Saat ini Perhitungan neraca kebutuhan dan ketersediaan air di DAS Waeruhu dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply

Lebih terperinci

20% dari basket IHK, sementara untuk bahan pangan (raw food) total sekitar 23% dari basket IHK.

20% dari basket IHK, sementara untuk bahan pangan (raw food) total sekitar 23% dari basket IHK. Working Paper 1 1 Jan-08 Mar-08 May-08 Jul-08 Sep-08 Nov-08 Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

SKRIPSI PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN. Oleh: RINI AGUSTINA F

SKRIPSI PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN. Oleh: RINI AGUSTINA F SKRIPSI PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN Oleh: RINI AGUSTINA F14103007 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PEMANFAATAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subak adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan tata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subak adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan tata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Subak Subak adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan tata tanaman di tingkat usaha tani pada masyarakat adat di Bali. Subak bersifat sosioagraris, religius,

Lebih terperinci

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2 Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1 Pertemuan 2 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan : 2 Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

PERENCANAAN FASILITAS SISTEM RESI GUDANG DI GI

PERENCANAAN FASILITAS SISTEM RESI GUDANG DI GI PERENCANAAN FASILITAS SISTEM RESI GUDANG DI GIANYAR ABSTRAK Pertanian memasuki era globalisasi, tetap masih memegang peranan strategis karena merupakan penyedia makanan pokok utamanya beras dan bahan baku

Lebih terperinci

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74226&lokasi=lokal

Lebih terperinci

KEBUTUHAN AIR SAWAH UNTUK TANAMAN PADI PADA DAERAH IRIGASI PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

KEBUTUHAN AIR SAWAH UNTUK TANAMAN PADI PADA DAERAH IRIGASI PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI KEBUTUHAN AIR SAWAH UNTUK TANAMAN PADI PADA DAERAH IRIGASI PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TUGAS AKHIR Ditulis Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus) Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem

Lebih terperinci