1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 1. PENDAHULUAN Bab ini akan diawali oleh latar belakang yang membahas secara sistematis mengenai masalah dan trend yang terjadi dalam telekomunikasi pedesaan. Latar belakang dan perumusan masalah kemudian akan dijadikan dasar dari penentuan tujuan penelitian. Bagian selanjutnya akan menguraikan mengenai batasan dan asumsi penelitian, kontribusi aplikasi dan keilmuan, penelitian-penelitian terdahulu yang mendekati tema penelitian ini serta sistematika penulisan Latar Belakang Masalah Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat vital, terutama ketika trend perekonomian dunia berubah dari era industri ke era informasi, dari semula perekonomian yang berbasis sumberdaya menjadi perekonomian yang berbasis pengetahuan (Stiglitz, 2006). Saat ini mereka yang menguasai akses terhadap informasi adalah mereka yang dapat menguasai perekonomian (Yunus, 2007). Dalam banyak literatur, terbukti bahwa teknologi telekomunikasi berpengaruh pada kemajuan dan kesejahteraan suatu negara atau komunitas (Hardy P., 1980; Hudson, Heather E. & Parker, B., 1990; Bayes, 2001; Yunus, 2007). Sayangnya, tidak setiap orang dapat menikmati kemajuan teknologi telekomunikasi, mereka yang hidup di daerah pedesaan atau daerah terpencil seringkali tidak memiliki akses terhadap teknologi telekomunikasi. Hal ini mengakibatkan meruncingnya ketimpangan kehidupan pedesaan dan perkotaan, karena ketidaktersediaan akses pada informasi juga menyebabkan masyarakat terbelakang dalam hal kesehatan dan pendidikan. Maka tidak heran jika akses informasi bagi masyarakat pedesaan menjadi salah satu butir action yang dihasilkan World Summit on Information Society (WSIS) akhir tahun 2003, yang pada salah satu butir action-nya menyatakan rencana untuk menghubungkan desa dan menyediakan fasilitas telematika, termasuk telekomunikasi dan internet selambat-lambatnya tahun 2015 (Mastel, 2005). 1

2 Telepon pedesaan memiliki sebutan berbeda di beberapa negara. Di Amerika Serikat, telepon pedesaan dikenal dengan nama Rural Phone (Goldschmidt 1984, Hudson 1990, Venkatachalam 2002, Korsching 2001), sementara di Bangladesh dan Uganda, istilah telepon pedesaan dikenal dengan sebutan Village Phone (Bayes 2001, GFUSA 2005). Di Indonesia, sejak tahun 2003 pemerintah meluncurkan program USO (Universal Service Obligation) pedesaan atau KPU (Kewajiban Pelayanan Universal) Telekomunikasi. Melanjutkan program USO yang pernah dilaksanakan pada tahun , pemerintah kembali mencanangkan untuk melanjutkan pemasangan telepon di desa-desa di Indonesia dengan memperbaharui model yang akan diterapkan. Kali ini pemerintah mencanangkan untuk memasang sambungan di desa di Indonesia pada tahun 2007 sampai dengan 2009 dengan rincian sebanyak sambungan pada tahun 2007, sambungan pada tahun 2008 dan 38 desa pada tahun 2009 (Depkominfo, 2007). Pasar telepon pedesaan di Indonesia sendiri masih besar, tercatat sampai dengan tahun 2006, baru 17% populasi penduduk Indonesia (dari total sekitar 220 juta) yang menggunakan jasa telekomunikasi. Mayoritas wilayah yang belum menikmati layanan telekomunikasi terletak di pedesaan. Dari total desa di Indonesia, baru desa yang tersentuh jasa layanan telekomunikasi dan sisa pedesaan yang jumlahnya lebih dari desa diprogramkan pemerintah untuk mendapatkan layanan jasa telekomunikasi sebelum 2015 (Donny, BU., Mudiarjo, R., 2006; Satria, E., 2004). Besarnya potensi pasar telekomunikasi di pedesaan menarik banyak operator telekomunikasi untuk secara intensif menggarap pasar ini. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah operator telekomunikasi yang mengikuti lelang USO telepon pedesaan pada bulan November 2007 yang dilakukan Depkominfo yang diikuti sebanyak 24 perusahaan penyelenggara layanan telekomunikasi (Depkominfo, 2007). 2

3 Tabel 1.1 Rekapitulasi Target Pemasangan Sambungan Telepon Pedesaan di Indonesia tahun 2007 & 2008 Blok Wilayah Provinsi Jml Desa USO Usulan Pemda Cadangan BW 1 BW 2 BW 3 BW 4 BW 5 BW 6 BW 7 BW 8 BW 9 BW 10 BW 11 NAD SUMUT SUMBAR JAMBI RIAU KEP. RIAU BANGKA BELITUNG BENGKULU SUMSEL LAMPUNG KALBAR KALTENG KALTIM KALSEL SULUT GORONTALO SULTENG SULBAR SULSEL SULTRA PAPUA IRJABAR MALUKU MALUKU UTARA BALI NTB NTT BANTEN JABAR JATENG DIY JATIM GRAND TOTAL Sumber: Depkominfo

4 Selain minat terhadap program USO telepon pedesaan, hal lain yang dapat menjadi indikator bahwa pasar pedesaan menarik para pelaku industri adalah meluasnya layanan telekomunikasi dari operator-operator telekomunikasi yang ada yang semula hanya melayani daerah perkotaan, saat ini telah merambah daerah-daerah pedesaan, mulai dari Telkom, Indosat, dan XL. Bahkan, PT. Sampoerna Telekomunikasi dengan merek dagang Ceria mengkhususkan pada layanan untuk masyarakat di pedesaan terlebih dahulu sebelum menggarap pasar perkotaan. Tentu banyak hal harus dipertimbangkan agar layanan telepon pedesaan dapat dilakukan dengan berkelanjutan dan memberikan kepuasan serta membawa manfaat yang sebesar-besarnya pada masyarakat pedesaan. Salah satu masalah tidak berhasilnya program telepon pedesaan yang dicanangkan pemerintah pada tahun 2003 adalah kesiapan perilaku masyarakat pedesaan untuk menerima dan memanfaatkan teknologi telekomunikasi (Depkominfo, 2007). Beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan telepon pedesaan Indonesia menitikberatkan pada model bisnis (Godong, 2006; Siswanto, 2006) yang mengacu pada model Village Phone yang sukses di Bangladesh dan Uganda (Grameen Foundation USA, 2005), sementara model lainnya lebih menitikberatkan pada teknologi dan kebijakan industri telekomunikasi nasional (Langi Armein Z.,R., 2005; Bandung, Yoanes., Langi Armein Z.,R.; Sumadi B., Supangkat, S P., Machbub, C., 2006; Nugroho A.,Simandjuntak H., Langi Armein Z.,R., Suhardi, Supangkat, S P., 2006). Sementara dalam sistem telekomunikasi, salah satu bagian penting adalah user atau pengguna telepon. Dalam konteks telepon di pedesaan, maka para pemakainya adalah masyarakat pedesaan yang memiliki perilaku yang berbeda dengan konsumen telepon di perkotaan. Venkatachalam dan McDowell (2002) menyatakan bahwa kebutuhan teknologi dan layanan telekomunikasi yang saat ini telah umum ditawarkan untuk masyarakat perkotaan tidak sama dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, mengetahui perilaku masyarakat pedesaan terhadap teknologi telekomunikasi menjadi tema penelitian yang menarik untuk diteliti. 4

5 Mengetahui bagaimana perilaku masyarakat di pedesaan terhadap teknologi telekomunikasi telepon akan membantu para pengambil kebijakan, baik itu pemerintah maupun para manajer perusahaan untuk dapat mengambil keputusan yang tepat tentang seperti apakah regulasi dan strategi pemasaran jasa telekomunikasi untuk masyarakat di pedesaan. Kotler (2000) menyatakan bahwa mempelajari konsumen akan memberikan petunjuk bagi pengembangan produk baru, keistimewaan produk, harga, saluran pemasaran, pesan iklan, dan bauran pemasaran lainnya. Namun tentu perilaku konsumen merupakan kotak hitam yang masih dipenuhi oleh banyak tanda tanya karena perilaku manusia akan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu faktor internal maupun eksternal. Sejak mulai populernya penelitian mengenai perilaku konsumen pada tahun 1960-an, banyak model yang telah diusulkan dan beberapa diadaptasi oleh para peneliti lainnya untuk dapat menjelaskan perilaku konsumen dibanyak jenis industri maupun perilaku sosial. Para peneliti telah dan terus mencoba menyempurnakan model-model perilaku agar dapat menjelaskan perlaku manusia dalam berbagai bidang. Pada awal perkembangan teori perilaku, sikap dipercayai sebagai variabel yang paling berpengaruh terhadap niat dan perilaku seseorang. Kanuk dan Schiffman (2004) mengelompokkan tiga model perilaku yang berhubungan erat dengan sikap yaitu tricomponent attitude model, multiatribute attitude model, trying to consume model dan attitude towards the ad model. Masing-masing model berusaha untuk mengidentifikasi atribut yang paling tepat untuk memahami sikap dan perilaku. Salah satu teori yang dikelompokkan dalam multiattribute model adalah Theory Of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan Fishbein dan Ajzen (1980) sejak tahun Teori ini menampilkan integrasi dari komponen-komponen sikap yang dimaksudkan untuk dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku dengan lebih baik. Dalam model TRA, dinyatakan bahwa selain dipengaruhi oleh sikap (attitude), niat seseorang juga dipengaruhi oleh kontrol sosial (subjective norm). 5

6 Model TRA mendapat banyak dukungan dan dibuktikan dalam banyak penelitian oleh para peneliti (Sheppard, Hartwick & Warshaw, 1988 dalam Gillholm, Erdeus & Garling, 1996). Banyak peneliti kemudian mencoba menyempurnakan model TRA baik itu dengan menambahkan variabel maupun dengan mengubah struktur internalnya (Bagozzi, 1992 dalam Gillholm, et.al., 1996 ). Pada tahun 1991, Ajzen kemudian menambahkan variabel perceived behavioral control ke dalam model TRA untuk mengakomodir kepercayaan diri seseorang dalam berperilaku dengan keterbatasan yang dimilikinya. Model ini kemudian dikenal dengan model The Theory of Planned Behavior (TPB). Di dalam model ini, terdapat tiga hal yang akan mempengaruhi niat/ intensis konsumen yaitu (1) keyakinan tentang kemungkinan akibat dari suatu perilaku dan evaluasi dari akibat perilaku tersebut (behavioral beliefs), (2) keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk mencapai harapan tersebut (normative beliefs) dan (3) keyakinan tentang keberadaan faktor-faktor yang dapat mendukung atau menghambat terjadinya perilaku dan sebesar apa pengaruh faktor-faktor tersebut (control beliefs). Behavioral beliefs menghasilkan attitude towards the behavior (sikap positif atau negatif terhadap perilaku), normative beliefs menghasilkan subjective norms (norma subjektif) dan control beliefs menghasilkan perceived behavioral control (kontrol prilaku). Kombinasi sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku akan mempengaruhi behavioral intensi. Ketentuan umum dari teori ini adalah semakin positif sikap dan norma subjektif, dan semakin besar kontrol perilaku, maka akan semakin kuat juga intensi seseorang untuk berperilaku (Ajzen, 2006). Faktor utama dalam teori ini adalah intensi atau niat seseorang untuk melakukan sesuatu. Intensi diasumsikan mencakup faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku, faktor ini adalah indikator dari seberapa kuat seseorang akan berusaha untuk melakukan sesuatu. Namun perilaku juga tergantung pada aktor non motivasi seperti peluang dan sumber daya (uang, waktu dan keahlian) yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu. 6

7 Model TPB telah digunakan luas untuk menjelaskan perilaku kondumen, beberapa diantaranya adalah penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap konsumsi daging sapi di Irlandia (McCarthy, M., de Boer, M., O Reilly, S., Cotter, L. 2003), penelitian perilaku pencarian kerja dimasyarakat minoritas di Belanda (Van Hooft, Edwin A.J., Born, Marise Ph., Taris, Toon W. And Van Del Flier, H., 2004) dan penelitian mengenai perilaku pengusaha kecil di Chile dalam pemanfaatan e- commerce (Nasco, Suzanne A., Toledo, Elizabeth G., Mykytyn Jr., Peter P., 2007). Beberapa penelitian juga membandingkan atau menggabungkan model TPB ini dengan model lainnya seperti pada penelitian tentang pemanfaatan teknologi personal digital assistant oleh para pegawai dibidang kesehatan (Yi, Mun Y., Jackson, Joyce D., Park, Jae S., Probst, Janice C., 2006), perilaku kepuasan konsumen terhadap penggunaan jasa internet (Liao, et al, 2007) serta penggunaan internet untuk pembelian dan manajemen informasi (Celuch, Kevin., Goodwin, Stephen., Taylor, Steven A., 2007) 1.2. Perumusan Masalah Dalam model theory of reasoned action (Fishbein & Ajzen, 1980), dua variabel predictor dari intensi adalah attitude dan subjective norm, sementara dalam perkembangan teori selanjutnya, tahun 1991 Ajzen memasukan variabel lain ke dalam model, sebagai variabel predictor dari intensi, yaitu variabel perceived control (Ajzen 1991). Tidak hanya menjadi variabel predictor dari intensi, variabel perceived behavior control juga merupakan variabel yang langsung mempengaruhi perilaku, dan juga mampu memoderasi intensi seseorang terhadap perilaku. Dalam penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan perilaku pengusaha kecil menengah di Chile dalam mengadopsi teknologi e-commerce (Nasco, et.al, 2007), ditemukan bahwa attitude dan subjective norm terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi, namun konstruk perceived behavioral control tidak terbukti berpengaruh signifikan. Penelitian tersebut dilakukan pada 212 responden sampel yang merupakan manajer dan pemilik usaha kecil menengah di Chile. Adopsi teknologi e commerce oleh para pengusaha kecil menengah di 7

8 Chille dianalogikan memiliki gejala yang serupa dengan adopsi teknologi telekomunikasi oleh masyarakat pedesaan. Keduanya melibatkan perilaku masyarakat pada strata yang sama, dalam artian masyarakat pedesaan dibandingkan dengan masyarakat perkotaan dan UKM dengan industri besar. Sistem telekomunikasi bagi masyarakat pedesaan juga dapat dipandang sama barunya dengan sistem penjualan dengan sistem e-commerce untuk para pengusaha kecil menengah. Penelitian Nasco et.al (2007) yang menyatakan perceived behavior control (PBC) tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada pembentukan intensi merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Tidak signifikannya pengaruh PBC terhadap intensi juga ditemukan dalam penelitian mengenai adopsi teknologi informasi para manajer usaha kecil menengah di Amerika Serikat (Riemenschneider, Cyntia K., Harisson David A., Mykytyn Jr., Peter P., 2003). Berangkat dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti perilaku masyarakat pedesaan terhadap teknologi telepon dengan menggunakan model TRA dengan memasukkan variabel PBC yang terdapat dalam TPB. Dalam penelitian yang menggunakan model TPB, Celuch, K., Goodwin, S., dan Taylor, A. (2007) menyarankan para peneliti lanjutan untuk meneliti kemungkinan variabel-variabel dalam TPB memiliki kemampuan untuk memoderasi hubungan antara variabel-variabel tersebut dengan intensi. Dari telaah pustaka tersebut, dalam penelitian ini, peneliti menempatkan PBC sebagai variabel moderator yang akan mempengaruhi hubungan antara attitude dengan intensi dan hubungan antara subjective norm dengan intensi. Mengetahui bagaimana perilaku masyarakat pedesaan terhadap layanan telepon akan menjadi pengetahuan penting yang dapat memberikan masukan pada para pengambil kebijakan dan penelitian lain mengenai telepon dipedesaan yang masih didominasi oleh penelitian mengenai perancangan model bisnis, teknologi dan regulasi industri layanan telekomunikasi di pedesaan. Dengan latar belakang perkembangan model TRA dan TPB serta manfaat yang didapatkan dari 8

9 penjelasan perilaku dan niat masyarakat pedesaan terhadap teknologi telekomunikasi, maka masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel-variabel apa saja yang dapat mempengaruhi attitude, subjective norm dan perceived behavioral control masyarakat pedesaan untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon? 2. Bagaimana pengaruh variabel attitude, subjective norm dan perceived behavioral control masyarakat pedesaan terhadap intensi mereka untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon? 1.3. Tujuan Penelitian Dari permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui variabel-variabel apa saja yang dapat mempengaruhi attitude, subjective norm dan perceived behavioral control masyarakat pedesaan untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon 2. Mengetahui bagaimana pengaruh variabel attitude, subjective norm dan perceived behavioral control masyarakat pedesaan terhadap intensi mereka untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai niat masyarakat pedesaan pada teknologi telekomunikasi telepon dengan cara mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi niat mereka dan bagaimana pengaruh variabelvariabel tersebut terhadap niat masyarakat pedesaan untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon. Dengan mengetahui apa saja variabel yang berpengaruh terhadap niat masyarakat pedesaan untuk memiliki dan 9

10 menggunakna teknologi telekomunikasi telepon, maka peneliti dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan model TPB (Ajzen, 2006) selain kontribusi lain yang diberikan oleh banyak peneliti sebelumnya. Selain pada model TPB, hasil penelitin ini juga dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi model telepon pedesaan Indonesia (Siswanto, 2006.; Langi, 2006). Tidak hanya kontribusi teoritis, penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat nyata bagi beberapa pihak mulai dari pemerintah dan industri telekomunikasi Indonesia. Pemerintah merencanakan membangun lebih dari telepon pedesaan demi menyambungkan seluruh wilayah Indonesia dengan sarana telekomunikasi pada tahun Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan layanan dengan pendekatan yang sesuai dengan karakter dan perilaku masyarakat pedesaan. Salah satu faktor kunci keberhasilan bagi industri adalah ketika mereka mengetahui dengan tepat siapa dan bagaimana konsumennya (Lynch, 2000). Dan secara sederhana konsep pemasaran menyatakan bahwa suatu organisasi harus merumuskan kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapar menguntungkan. Untuk para pelaku industri telekomunikasi Indonesia, menerapkan konsep pemasaran pada masyarakat pedesaan berarti perusahaan harus memahami perilaku konsumen pedesaan dan tetap dekat dengan mereka untuk menyajikan produk serta layanan yang akan mereka gunakan (Peter & Olson, 1996). Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana perilaku masyarakat pedesaan terhadap teknologi telekomunikasi telepon. Dengan demikian diharapkan para pelaku industri telekomunikasi dapat memperhatikan variabel tertentu yang dapat mendorong agar perilaku masyarakat menjadi lebih baik. 10

11 1.5. Pembatasan Masalah Penelitian yang akan dilakukan dibatasi oleh asumsi dan kondisi sebagai berikut: 1. Telepon pedesaan di sini tidak dibatasi oleh teknologi teleponnya, sehingga dapat berbentuk analog, PSTN, GSM, CDMA atau after 3G. 2. Layanan telepon pedesaan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup layanan telepon khusus pedesaan dan layanan yang diberikan oleh perusahaan telekomunikasi, yang juga melayani atau secara khusus membidik segmen masyarakat pedesaan. 3. Objek penelitian masyarakat pedesaan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di pedesaan tapi sudah memiliki akses terhadap teknologi telekomunikasi. 4. Masyarakat pedesaan dianggap sebagai segmen konsumen tertentu yang melekat didalamnya gaya hidup dan konsep individu masyarakat pedesaan. 5. Telepon dalam penelitian mencakup handset atau alat dan layanan operator telepon 6. Sifat data yang digunakan diasumsikan sedemikian rupa memiliki distribusi normal 7. Penelitian ini membatasi penelitian hanya untuk mengetahui hubungan hubungan antara variabel bebas, variabel moderator dan variabel terikat 1.6. State Of The Art Berikut adalah beberapa penelitian yang berhubungan dengan telepon pedesaan dan atribut layanan telekomunikasi. 11

12 Tabel 1.2 State of The Art Tahun Peneliti Judul Metoda Penelitian Hasil Akhir 1980 Hardy, Andrew P. The Role of The Telephone in Economic Development Confirmatory Telepon berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Kontribusi ini terlihat dari dukungan telepon terhadap aktifitas ekonomi dan organisasi Richardson, Don., Ramirez, R., Haq, M. Grameen Telecom s Village Phone Programme In Rural Bangladesh: a Multi Media Case Study Study Kasus Telepon pedesaan berpengaruh terhadap kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat pedesaan dan peningkatan peran perempuan dalam masyarakat pedesaan. Study ini juga menganalisis bentuk bisnis, pemilihan teknologi dan regulasi telekomunikasi di Bangladesh. Layanan telekomunikasi di 2001 Bayes, Abdul. Infrastructure and Rural Development: Insight from a Grameen Bank Village Phone Initiative in Bangladesh Survey dan FGD pedesaan menjadi faktor kuat yang mendukung pengentasan kemiskinan dan pembangunan pedesaan, Telepon Pedesaan mendorong privatisasi industri telekomunikasi dengan segmen masyarakat pedesaan, Village Phone mengubah peruntukan teknologi telekomunikasi menjadi pro masyarakat miskin Riemenschnei der, Cynthia K., et.al Understanding IT Adoption Decisions is Small Business: Integrating Current Theories Explanatory, survey Menggabungkan Theory of Planned Behavior dengan Technology Acceptance Model. Penggabungan kedua model menghasilkan fit yang lebih baik, namun variabel perceived behavior control tidak terbukti signifikan dalam penelitian ini 12

13 Tahun Peneliti Judul Metoda Penelitian Hasil Akhir 2005 Yi, Mun Y., et al. Understanding information technology acceptance by individual professionals: toward an integrative view Explanatory, Survey Menggunakan Theory of Planned Behavior untuk mengetahui faktorfaktor yang menjelaskan perilaku penerimaan dan penggunaan Information Technology (Personal Digital Assistant) oleh para professional. Understanding 2005 Celuch, Kevin., et al. small scale industrial user internet purchase and information management intensis: A test of two aptitude Explanatory, survey Penambahkan faktor past behavior pada model Theory of Planned Behavior dapat lebih menjelaskan perilaku UKM dalam membeli dan menggunakan internet serta intensis-nya pada information management. models A Business Model of Modifikasi model Village Phone Village Phone dari Grameen Bank dengan 2006 Siswanto., Joko for Entrepreneurshi Eksploratory, FGD menggunakan teknologi R-NGN. Menghasilkan model bisnis p Development telepon pedesaan yang mungkin in Rural Areas dilakukan di Indonesia of Indonesia 2006 Langi, Armien. Franchising Operasi Telekomunikasi: Strategi Baru untuk USO Indonesia Eksploratory Penyelenggaraan telekomunikasi untuk masyarakat pedesaan menggunakan Low Predictable Network (LPN) dengan menggunakan konsep franchise untuk menjaga kualitas operasi dan layanan 13

14 Tahun Peneliti Judul Metoda Penelitian Hasil Akhir Menggunakan Theory of Planned Behavior untuk menjelaskan Predicting intensi pengusaha UKM di Chile 2007 Nasco, Suzanne A., et al electronic commerce adoption in Explanatory, survey dalam menggunakan e commerce. Ditemukan bahwa Subjective norm dan attitude berpengaruh positif Chilean SME,s dan signifikan terhadap intensi sedangkan perceived behavior control tidak. Studi perilaku masyarakat Menjelaskan intensi masyarakat pedesaan pedesaan terhadap teknologi 2008 Mira Rochyadi terhadap penggunaan Explanatory, survey telekomunikasi telepon dengan menggunakan Theory of Reasoned teknologi Action dan Theory of Planned telekomunikasi Behavior. telepon 1.7. Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini akan dilakukan dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,dan sistematika pembahasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dilakukan dasa-dasar teori dan konsep-konsep yang digunakan sebagai dasar studi kasus. Teori yang akan dipaparkan dalam penelitian mencakup hal-hal tentang perilaku konsumen, Theory of Planned Behavior beserta elemen-elemennya serta metoda yang digunakan untuk mengolah data. Dalam bab ini juga akan dipaparkan penelitian-penelitian terkait yang telah pernah dilakukan. 14

15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi uraian tentang metodologi dan model yang digunakan dalam penelitian. Metodologi penelitian memaparkan tahapantahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan data-data yang diperlukan, proses pengolahan data dan data-data sekunder yang didapatkan dari berbagai literatur dan publikasi ilmiah BAB V ANALISIS Analisis dari pengolahan data pada bab sebelumnya akan dilakukan di bab V dengan menyertakan interpretasi dari hasil analisis. Mencakup analisis mengenai temuan-temuan yang didapatkan dalam penelitian. BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan yang berhasil ditarik dari penelitian ini akan diuraikan dalam BAB VI. Kesimpulan yang diambil berdasarkan pada tujuan penelitian dan menjawab pertanyaan penelitian pada perumusan masalah. 15

5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas analisis hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada Bab 4, disertai dengan hubungannya dengan teori penunjang, data-data empiris, hipotesis penelitian

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung 2.11.3.1. Santri Berdasarkan Kelas Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah (Madin) Tingkat Ulya No Kelas 1 Kelas 2 1 Aceh 19 482 324 806 2 Sumut 3 Sumbar 1 7-7 4 Riau 5 Jambi 6 Sumsel 17 83 1.215 1.298 7 Bengkulu

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

DATA INSPEKTORAT JENDERAL

DATA INSPEKTORAT JENDERAL DATA INSPEKTORAT JENDERAL 1. REALISASI AUDIT BERDASARKAN PKPT TAHUN 2003-2008 No. Tahun Target Realisasi % 1 2 3 4 5 1 2003 174 123 70,69 2 2004 174 137 78,74 3 2005 187 175 93,58 4 2006 215 285 132,55

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VII, 5 Mei 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2017 SEBESAR 101,81

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH Deskriptif Statistik Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pendataan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Tahun 2007-2008 mencakup 33 propinsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi akuntansi belakangan ini banyak menyinggung tentang e-commerce dengan berorientasi pada Business-to-Customer (B2C). Saat ini banyak orang yang menggunakan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18/Th. VI, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan

Lebih terperinci

KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN. Website:

KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN. Website: KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN Pendahuluan Indera penglihatan dan pendengaran saja Data prevalensi kebutaan dan ketulian skala nasional perlu diperbarui Keterbatasan waktu untuk pemeriksaan mata

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th. VI, 5 Agustus 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri telekomunikasi nasional saat ini ditandai dengan tiga tren utama (APJII, 2013). Pertama, tergesernya fitur telepon genggam atau ponsel dengan fungsi

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

CEDERA. Website:

CEDERA. Website: CEDERA Definisi Cedera Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya Definisi operasional: Cedera yang

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6. KESIMPULAN DAN SARAN 6. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menyimpulkan hasil analisis dan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya. Perlu diingat bahwa setiap hasil analisis yang disimpulkan oleh peneliti berada pada asumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku terhadap pelanggaran, ketidakjujuran, dan penyimpangan akademik atau biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III TAHUN 2016 SEBESAR 109,22

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III TAHUN 2016 SEBESAR 109,22 No. 66/11/17/VI, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III TAHUN 2016 SEBESAR 109,22 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan III-2016 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen

2. TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menguraikan ilmu yang melandasi penelitian. Diawali dengan teori mengenai perilaku, Theory of Reasoned Action, Theory of Planned Behavior, metoda, instrumen penelitian

Lebih terperinci

Kesehatan Gigi danmulut. Website:

Kesehatan Gigi danmulut. Website: Kesehatan Gigi danmulut Latar Belakang Survey gigi bersifat nasional Dilaksanakan secara periodik yaitu : SKRT 1995 SKRT 2001 SKRT 2004 RISKESDAS 2007 RISKESDAS 2013 Data diperlukan untuk advokasi, peremcanaan,

Lebih terperinci

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik Kuliah 1 Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik 1 Implementasi Sebagai bagian dari proses/siklus kebijakan (part of the stage of the policy process). Sebagai suatu studi

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Mobile commerce Mobile commerce adalah kegiatan transaksi yang bersifat komersial dengan menggunakan perangkat mobile serta jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini sudah sangat berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya yang terdapat pada bidang

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat ketat bagi para pelaku bisnis, sehingga berdampak pada adanya tuntutan bagi setiap manajemen perusahaan

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2016 SEBESAR 100,57

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2016 SEBESAR 100,57 No. 28/05/17/VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2016 SEBESAR 100,57 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2016 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan I-2016

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH Deskriptif Statistik RA/BA/TA dan Madrasah (MI, MTs, dan MA) A. Lembaga Pendataan RA/BA/TA dan Madrasah (MI, MTs dan MA) Tahun Pelajaran 2007/2008 mencakup 33

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hlm Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2009, hlm 111.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hlm Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2009, hlm 111. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang memegang peranan penting dalam keberhasilan penerapan teknologi informasi salah satunya adalah pengguna atau pemakai. Pengguna merupakan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD JAKARTA, 28 JANUARI 2010 Pendekatan Pengembangan Wilayah PU Pengembanga n Wilayah SDA BM CK Perkim BG AM AL Sampah

Lebih terperinci

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012 4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Jumlah Lembaga No. Provinsi PTAIN PTAIS Jumlah 1. Aceh 3 20 23 2. Sumut 2 40 42 3. Sumbar 3 19 22 4. Riau 1 22 23 5. Jambi 2 15 17 6. sumsel 1 13 14 7. Bengkulu

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015 No. 30/05/17/V, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2015 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2015 di Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS AWAL PENERIMAAN APLIKASI E-KRS MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAM (TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL)

ANALISIS AWAL PENERIMAAN APLIKASI E-KRS MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAM (TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL) ANALISIS AWAL PENERIMAAN APLIKASI E-KRS MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAM (TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL) Ratna Kartika Wiyati STIKOM Bali Jln. Raya Puputan no.86 Renon Denpasar e-mail: ratna@stikom-bali.ac.id

Lebih terperinci

BAB Latar Belakang

BAB Latar Belakang BAB 1 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi pada saat ini, perkembangan informasi dan teknologi sangatlah maju pesat dan tidak terbatas penyebarannya. Dengan informasi yang sangat mudah di dapat membuat

Lebih terperinci

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website:

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website: FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL RUANG LINGKUP Obat dan Obat Tradisional (OT) Obat Generik (OG) Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad) TUJUAN 1. Memperoleh informasi tentang jenis obat

Lebih terperinci

Disabilitas. Website:

Disabilitas. Website: Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 45/08/61/Th. XV, 6 Agustus 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II- 2012 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan Barat pada II-2012 sebesar 109,62;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia bisnis ritel ini, setiap saat akan berkembang sehingga menyebabkan berbagai jenis ritel bermunculan dan persaingan di dalam bisnis ritel yang sejenis

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI INTENSI MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP PENGGUNAAN TEKNOLOGI TELEKOMUNIKASI TELEPON TESIS MIRA ROCHYADI NIM:

STUDI MENGENAI INTENSI MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP PENGGUNAAN TEKNOLOGI TELEKOMUNIKASI TELEPON TESIS MIRA ROCHYADI NIM: STUDI MENGENAI INTENSI MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP PENGGUNAAN TEKNOLOGI TELEKOMUNIKASI TELEPON TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Theory of Planned Behavior/TPB digunakan sebagai model dan kerangka teori karena sudah banyak diterapkan dan teruji dalam menangkap hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN IV TAHUN 2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN IV TAHUN 2015 No. 12/02/17/VI, 5 Februari 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN IV TAHUN 2015 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan IV-2015 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan IV-2015 di

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 65 /11 /61 /Th. XVII, 5 November 2014 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III- 2014 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan III-2014 Indeks Tendensi Konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menyertakan beberapa uraian singkat penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring sosial.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Iklan merupakan sarana komunikasi terhadap produk yang disampaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Iklan merupakan sarana komunikasi terhadap produk yang disampaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1. Periklanan Iklan merupakan sarana komunikasi terhadap produk yang disampaikan melalui berbagai media dengan biaya pemrakarsa agar masyarakat tertarik untuk menyetujui

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 28/ 05/ 61/ Th,XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- 2013 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2013 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu mencapai tujuannya secara efektif dan efisien (Muhson, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu mencapai tujuannya secara efektif dan efisien (Muhson, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mampu bersaing baik dalam skala nasional maupun internasional, pendidikan memegang peranan yang

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014) EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014) P R A W I D Y A K A R Y A P A N G A N D A N G I Z I B I D A N G 1 : P E N I N G K A T A N G I Z I M A S Y A R A K A T R I S E T P E N

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU ART UMUR 10 TAHUN Tujuan Memperoleh informasi tentang pengetahuan, sikap dan perilaku individu maupun RT dalam pencegahan kesehatan dan perilaku berisiko terjadinya penyakit.

Lebih terperinci

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019 Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 Pokok Bahasan 1. Keterpilihan Perempuan di Legislatif Hasil Pemilu 2014 2.

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Website:

KESEHATAN REPRODUKSI. Website: KESEHATAN REPRODUKSI Tujuan Umum: Menyediakan informasi mengenai indikator kesehatan ibu dan besaran masalah kesehatan reproduksi Khusus: Memperoleh informasi kejadian kehamilan di rumah tangga Memperoleh

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 No. 71/XI/17/VII, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Bengkulu Triwulan III - 2017 Indeks

Lebih terperinci

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 No Kode PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 Nama Satuan Kerja Pagu Dipa 1 4497035 DIREKTORAT BINA PROGRAM 68,891,505.00 2 4498620 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI JATENG 422,599,333.00

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data yang berhasil dikumpulkan dan akan digunakan pada penelitian ini merupakan data statistik yang diperoleh dari a. Biro Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Inflai BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 74/11/52/Th VII, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN III-2016 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional, masalah pembiayaan Negara menjadi hal yang sangat penting untuk dikaji. Sejauh ini Negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 5 LAMPIRAN I TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori

Lebih terperinci