PERAN SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT. Oleh: DODY YULI PUTRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT. Oleh: DODY YULI PUTRA"

Transkripsi

1 1 PERAN SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT ARTIKEL Oleh: DODY YULI PUTRA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2011

2 2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak buah dan panjang garis pantai mencapai km (Bakosurtanal, 2006). Total luas laut Indonesia sekitar 3,544 juta km 2 (Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2010) atau sekitar 70% dari wilayah Indonesia. Keadaan tersebut seharusnya meletakan sektor perikanan menjadi salah satu sektor riil yang potensial di Indonesia. Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potens lainnya pun dapat dikelola, seperti sumber daya yang tidak terbaharukan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan Indonesia. Berdasarkan laporan FAO Year Book 2009, Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai dengan tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia dengan tingkat produksi perikanan tangkap pada periode mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%. Disamping itu, Indonesia juga merupakan produsen perikanan budidaya dunia. Sampai dengan tahun 2007 posisi produksi perikanan budidaya Indonesia di dunia berada pada urutan ke-4 dengan kenaikan

3 3 rata-rata produksi pertahun sejak 2003 mencapai 8,79%. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi penghasil produk perikanan terbesar dunia, karena terus meningkatnya kontribusi produk perikanan Indonesia di dunia pada periode Menurut Daryanto (2007), sumber daya pada sektor perikanan merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi nasional. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pertama, Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Kedua, Industri di sektor perikanan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya. Ketiga, Industri perikanan berbasis sumber daya nasional atau dikenal dengan istilah national resources based industries, dan keempat Indonesia memiliki keunggulan (comparative advantage) yang tinggi di sektor perikanan sebagimana dicerminkan dari potensi sumber daya yang ada. Namun mencermati pembangunan Indonesia selama ini sangatlah ironis karena secara empiris, dengan potensi yang besar, pembangunan sektor perikanan kurang mendapatkan perhatian dan selalu diposisikan sebagai pingiran. Hal ini karena, selama ini strategi pembangunan yang berbasis sumber daya alam lebih mengutamakan kepada sektor pertanian dan pertambangan. Selain itu penekanan pembangunan sektor perikanan selama ini lebih bersifat eksploitasi sumber daya sehingga mengakibatkan penurunan kualitas ekosistem lingkungan dan tidak memperhatikan nilai tambah ekonomis yang dapat diperoleh dari sektor tersebut. Kesuksesan negara lain dalam pengembangan sektor perikanan seperti di Islandia, Norwegia, Thailand, China dan Korea Selatan, yang dalam hal sumber

4 4 daya berada di bawah Indonesia, seharunya dapat menjadi pembelajaran. Pada negara tersebut, sektor perikanan mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar. Sebagai contoh Islandia dan Norwegia, kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 60% dan 25%. Keadaan tersebut jauh berbeda dengan kontribusi sektor perikanan Indonesia terhadap PDB nasional yang hanya mencapai 2,77% pada tahun Tabel 1.1. Produk Domestik Bruto Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (miliar rupiah) Lapangan Usaha * 2009** Pertanian, , , , , , ,0 Peternakan, Kehutanan dan Perikanan a. Tanaman , , , , , ,9 Bahan Makanan b. Tanaman , , , , , ,1 Perkebunan c. Peternakan , , , , , ,0 d. Kehutanan , , , , ,1 e. Perikanan , , , , , ,9 Produk , , , , , ,7 Domestik Bruto % PDB Perikanan Terhadap : - Kelompok Pertanian 16,11 16,38 17,16 18,3 19,18 20,71 - PDB Total 2,31 2,15 2,23 2,47 2,77 3,17 Sumber : Keterangan: *Angka Sementara; ** Angka Sangat Sementara Dengan melihat potensi dan kesuksesan negara lain, pembagunan sektor perikanan harusnya dapat menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik dari pada keadaan sekarang. Adanya kesalahan orientasi pembangunan dan pengelolaan sumber daya menyebabkan Indonesia belum dapat

5 5 mengoptimalkan manfaat dari potensi sumber daya yang ada. Munculnya kesadaran untuk menjadikan pembangunan berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai motor pengerak pembangunan nasional, sebagaimana terimplementasi pada Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, sudah merupakan suatu hal yang tepat Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini melihat peran sektor perikanan dalam perekonomian dan penyerapan tenaga kerja Indonesia dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana peran sektor perikanan dan keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkage) dalam perekonomian Indonesia. 2. Seberapa besar angka pengganda output, angka pengganda pendapatan rumah tangga dan angka pengganda lapangan pekerjaan pada sektor perikanan. 3. Bagaimana dampak permintaan akhir terhadap pembentukan output total dan kebutuhan tenaga kerja serta dampak penambahan investasi pada sektor perikanan terhadap kebutuhan tenaga kerja Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain adalah: 1. Menganalisis peran sektor perikanan dan keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkage) dalam perekonomian Indonesia.

6 6 2. Menganalisis angka pengganda output, angka pengganda pendapatan rumah tangga dan angka pengganda lapangan pekerjaan pada sektor perikanan. 3. Menganalisis dampak permintaan akhir terhadap pembentukan output total dan kebutuhan tenaga kerja serta dampak penambahan investasi pada sektor perikanan terhadap kebutuhan tenaga kerja Ruang Lingkup Penelitian Sektor perikanan pada panelitian ini merupakan sektor perikanan secara umum, mencakup semua kegiatan dan tanpa membedakan antara perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Hal ini sejalan dengan pengertian output dalam tabel input-output yang merupakan nilai dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam perekonomian tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Sedangkan kinerja sektor perikanan pada penelitian ini berdasarkan data pada Tabel Input-output Indonesia Upadating 2008 dan menghiraukan permasalahan dalam pemanfaatan potensi sektor perikanan secara illegal atau tidak resmi seperti kegiatan illegal fishing. Analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis inputouput dengan menggunakan Tabel Input-output Indonesia Updating 2008 berdasarkan Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, dengan melakukan agregasi klasifikasi sektor menjadi 19 sektor. Sedangkan data-data pendukung lainnya, selain dari BPS juga diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta instansi terkait lainnya.

7 7 Penelitian dengan metode analisis input-output ini dibatasi pada: 1. Analisis deskriptif adalah suatu cara atau tehnik mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menganalisa data kuantitatif sehingga dapat memberikan gambaran yang teratur tentang suatu peristiwa (Sofyardi, 2010). Pada penelitian ini analisis deskriptif akan menyajikan gambaran secara umum keadaan struktur perekonomian secara keseluruhan dengan menfokuskan pada peran sektor perikanan dalam perekonomian dilihat dari struktur permintaan, struktur input dan struktur output. 2. Analisis keterkaitaan antar sektor (linkage analysis), dalam hal ini keterkaitan sektor perikanan dengan sektor lainnya dari segi keterkaitan ke belakang (backward lingkage) dan keterkaitan ke depan (forward lingkage) dalam struktur perekonomian Indonesia. 3. Analisis angka pengganda (multiplier analysis) untuk melihat apa yang terjadi terhadap pembentukan output, pendapatan rumah tangga dan lapangan pekerjaan, apabila terjadi perubahan pada variabel permintaan akhir dalam perekonomian. Tiga angka pengganda yang akan dilihat adalah angka pengganda output (output multiplier) yang merupakan analisis output dari sektor perekonomian, angka pengganda pendapatan rumah tangga (household income multiplier) atau sering juga disebut sebagai efek pendapatan (income effect), angka pengganda lapangan kerja (employment multiplier) atau disebut juga efek lapangan kerja (employment effect). 4. Analisis dampak permintaan akhir terhadap pembentukan output total dan kebutuhan tenaga kerja serta dampak penambahan investasi pada sektor

8 8 perikanan terhadap kebutuhan tenaga kerja. Penambahan investasi disini dapat berasal dari penanam modal dalam negeri, penanam modal asing maupun dari pengeluaran pemerintah dalam bentuk pembentukan modal atau investasi. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Definisi Berdasarkan Undang-Undang 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, yang dimaksud dengan perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Sedangkan berdasarkan BPS dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Tahun 2009, yang termasuk dalam sektor perikanan adalah kegiatan usaha yang mencakup penangkapan dan budi daya ikan, jenis crustacea (seperti udang, kepiting), moluska, dan biota air lainnya di laut, air payau dan air tawar. Sumber daya perikanan termasuk kepada kelompok sumber daya alam yang dapat diperbaruhi (renewable source). Meskipun demikian dalam pemanfaatan sumber daya ini harus rasional sebagai usaha untuk menjaga keseimbangan produksi dan kelestarian sumber daya. Hal ini perlu adanya penegasan karena sumber daya perikanan merupakan sumber daya milik bersama (common property resources) dalam artian hak properti atas sumber daya tersebut

9 9 dipegang secara bersama-sama sehingga tidak ada larangan bagi siapapun untuk memanfaatannya. Secara garis besar, sumber daya perikanan dapat dimanfaatkan melalui penangkapan ikan (perikanan tangkap) dan budidaya ikan. Sehingga usaha perikanan merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan termasuk menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersil dan mendapatkan laba dari kegiatan yang dilakukan (Monintja, 2001). Berdasarkan Undang-undang 45 Tahun 2009, Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun. Sedangkan pembudidaya ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan dan/atau membiakan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Menurut Ningsih (2005) sumber daya perikanan laut dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar yaitu: (1) sumber daya ikan demersal, yaitu jenis ikan yang hidup di atau dekat dasar perairan; (2) sumber daya ikan pelagis, yaitu jenis sumber daya ikan yang hidup di sekitar permukaan perairan; (3) sumber daya ikan pelagis besar, yaitu jenis ikan oceanik seperti tuna, cakalang, tenggiri dan lain-lain; (4) sumber daya udang dan biota laut non ikan lainnya seperti kuda laut. Sedangkan potensi pengembangan pada perikanan budidaya dapat dilakukan pada (1) budidaya laut terdiri dari budidaya ikan, moluska dan rumut laut; (2) budidaya air payau; (3) air tawar yang terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai dan rawa), kolam air tawar dan mina padi sawah. (KKP, 2010)

10 10 Melihat keadaan sumberdaya perikanan Indonesia khususnya perikanan tangkap, telah mengalami over fishing pada beberapa daerah dan adanya tren penurunan dari produksi perikanan tangkap dunia, maka dalam pembangunan perikanan Indonesia kedepan lebih memfokuskan kepada peningkatan produksi di perikanan budiaya. Hal ini terlihat pada trilogi pembangunan perikanan Indonesia yaitu (1) kendalikan perikanan tangkap; (2) kembangkan perikanan budidaya; (3) tingkatkan mutu dan nilai tambah. Selain itu juga dibutuhkan kebijakan terintegrasi dan konvergen untuk membangun ocean economic dalam 3 pilar (a) national ocean policy, (b) national ocean economic policy, dan (c) national ocean governance. (KKP, 2010) 2.2. Pembangunan Sektor Perikanan Sebagai negara kepulauan dengan potensi perikanan yang besar, seharusnya sektor perikanan menjadi andalan dalam pembangunan Indonesia. Selain itu sektor perikanan juga berpotensi untuk dijadikan penggerak utama (prime mover) ekonomi Indoneisa. Namun secara empiris pembangunan sektor perikanan selama ini kurang mendapatkan perhatian sehingga kontribusi dan pemanfaatnnya dalam perekonomian Indonesia masih kecil. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya perikanan dan menjadikan sektor ini sebagai prime mover pembangunan ekonomi nasional, diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam pembangunan kelautan dan perikanan yang didukung dengan kebijakan politik dan ekonomi serta iklim sosial yang kondusif. Dalam kaitan ini, koordinasi dan dukungan lintas sektor serta

11 11 stakeholders lainnya menjadi salah satu prasyarat yang sangat penting (KKP, 2010) Revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan, merupakan suatu langkah untuk mewujudkan hal tersebut. Dengan revitalisasi diharapkan sektor perikanan mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan (petani ikan), menyumbang terhadap ekspor nonmigas, mengurangi kemiskinan, dan menyerap tenaga kerja nasional. Sehingga lebih dapat meningkatkan kontribusinya dalam perekonomian Indonesia. Menurut Kurniawan (2010) Pembangunan di sektor kelautan dan perikanan, tidak boleh dipandang sebagai hanya sebagai cara untuk menghilangkan kemiskinan dan pengangguran. Namun, lebih dari itu, karena sektor kelautan dan perikanan merupakan basis perekonomian nasional, maka sudah sewajarnya jika sektor perikanan dan kelautan ini dikembangkan menjadi sektor unggulan dalam kancah perdagangan internasional. Dengan demikian, dukungan sektor industri terhadap pembangunan di sektor perikanan dan kelautan menjadi suatu hal yang bersifat keharusan. Karena itu, pembangunan perikanan dan kelautan dan industri bukanlah alternatif yang dipilih, namun adalah komplementer dan saling mendukung baik bagi input maupun output. Secara teoritis pengembangan perikanan memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Keterkaitan umum antara sumber daya perikanan, produksi, usaha penangkapan, kebijakan pemerintah, dan pasar akan berpengaruh kepada GDP yang selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. (Soemokaryo, 2001)

12 12 Gambar 2.1. Keterkaitan Pengembangan Perikanan Dengan Pertumbuhan Ekonomi Kebijakan Pemerintah (Investasi, Produksi Infrastruktur dll) Produksi Tuna Sumberdaya Ikan Usaha Penangkapan Produksi Udang Laut Produksi Agroindustri Sumberdaya Tambak Budidaya Tambak Produksi Udang Produksi Ikan Lainnya Permintaan Tenaga Kerja Pasar Ekspor Produk Segar Pasar Ekspor Produk Olahan Pasar Domestik Produk Nasional Sektor Perikanan Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pembangunan perikanan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan (petani ikan) dengan jalan meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan usaha (Reksohadiprodjo dan Pradono, 1988). Namun mengingat kegiatan perikanan yang dapat dikatakan sebagai usaha yang sangat tergantung pada alam dan ketersediaan sumber daya disuatu perairan

13 13 menyebabkan ada fluktuasi kegiatan usaha perikanan yang sangat jelas. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi aktifitas nelayan (petani ikan) dalam berusaha. Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar, strategi pembangunan dengan basis sumber daya alam dapat pulih (seperti sektor perikanan) merupakan suatu hal yang tepat. Hal ini di karenakan (1) potensi sumber daya Indonesia yang sangat besar; (2) keterkaitan industri hulu (backward-linkages industri) dan keterkaitan industri hilir (foward-linkages industries) yang kuat dan diharapkan dapat menciptakan efek ganda (multiplier efects) yang besar; (3) penyerapan tenaga kerja yang besar; (4) dapat mengatasi ketimpangan pembangunan antar wilayah dikarenakan kegiatan ekonomi berbasis sumberdaya alam yang dapat pulih bisa dan biasanya berlangsung di daerah pedesaan; (5) karena bersifat dapat pulih, maka bisa mewujudkan pola pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. (Dahuri, 2002) Menurut Kusumastanto (2000), salah satu persoalan yang mendasar dalam perencanaan pengembangan sektor perikanan adalah lemahnya akurasi data statistik perikanan. Hal ini menyebabkan kendala dalam penerapan kebijakan pengembangan sektor perikanan. Selain itu, untuk menjadikan sektor perikanan sebagai motor penggerak sektor riil, dalam pengembangnya harus memperhatikan kaidah ekonomi dengan memperhatikan keterkaitan dengan berbagai sektor ekonomi. Menurut Fauzie (2009), perencanaan pembangunan kelautan dan perikanan didasarkan pada konsepsi pembangunan berkelanjutan yang didukung oleh pengembangan industri berbasis sumber daya alam dan sumber daya manusia

14 14 dalam mencapai daya saing yang tinggi. Tiga hal pokok yang akan dilakukan terkait arah pembangunan sektor perikanan ke depan, yaitu (1) membangun sektor perikanan yang berkeunggulan kompetitif (competitive advantage) berdasarkan keunggulan komparatif (comparative advantage); (2) menggambarkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan; (3) mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah. Dalam konteks pola pembangunan tersebut, ada tiga fase yang harus dilalui dalam mentransformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan dalam hal daya saing, yaitu (a) fase pembangunan yang digerakkan oleh kelimpahan sumber daya alam (resources driven); (b) fase kedua adalah pembangunan yang digerakan oleh investasi (investment driven) dan; (c) fase ketiga pembangunan yang digerakkan oleh inovasi (inovation driven). Menurut Dahuri (2001), proses pemanfaatan sumber daya perikanan ke depan harus ada kesamaan visi pembangunan perikanan yaitu suatu pembangunan perikanan yang dapat memanfaatkan sumber daya ikan beserta ekosistemnya secara optimal bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia, terutama petani ikan dan nelayan secara berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan visi pembangunan perikanan tersebut, ada tiga syarat mutlak yang harus dipenuhi. Pertama sektor perikanan harus mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi secara nasional melalui peningkatan devisa, peningkatan pendapatan rata-rata para pelakunya serta mampu meningkatkan sumbangan terhadap PDB. Kedua, sektor perikanan harus mampu memberikan keuntungan secara signifikan kepada pelakunya dengan cara mengangkat tingkat kesejahteraan para pelaku perikanan.

15 15 Ketiga, pembangunan perikanan yang akan dilaksanakan selain dapat menguntungkan secara ekonomi juga ramah secara ekologis yang artinya pembangunan harus memperhatikan kelestarian dan daya dukung lingkungan dengan baik. Dalam pengembangan sektor perikanan tidak hanya terkait dalam usaha perikanan tangkap maupun budidaya saja. Menurut Erwadi dan Syafri dalam Hendri (2010) Peluang bisnis kelautan dan perikanan setidaknya dapat dilihat dari dua faktor yaitu (1) faktor internal berupa potensi sumber daya kelautan dan perikanan, potensi sumber daya manusia, teknologi, sarana dan prasarana serta pemasaran, dan (2) faktor eksternal yang berkaitan dengan aspek permintaan produk perikanan dan syarat-syarat yang menyertai permintaan tersebut dalam rangka persaingan. Pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dilasanakan selama ini dalam rangka mewujudkan tiga pilar pembangunan, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), dan pro-growth (pertumbuhan). Dengan melihat potensi yang ada, pembagunan kelautan dan perikanan harusnya dapat menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik dari pada keadaan sekarang. Adanya kesalahan orientasi pembangunan dan pengelolaan sumber daya menyebabkan Indonesia belum dapat mengoptimalkan manfaat dari potensi sumber daya yang ada. (KKP, 2010) 2.3. Tenaga Kerja Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan

16 16 penduduk yang berumur dalam batasan usia kerja, batasan usia kerja berbeda-beda di setiap negara. Batasan usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimal 15 tahun tanpa batasan maksimum. Menurut BPS, tenaga kerja (man power) merupakan penduduk dengan usia tahun yang telah mulai bekerja dan mendapatkan penghasilan dan jikapun umurnya sudah mencapai 65 tahun namun masih bisa memperoleh penghasilan masih di sebut tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut. (Subri, 2003) Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Salah satu permasalahan yang timbul dalam pembangunan ekonomi di negara berkembang dan sekaligus merupakan salah satu ciri negara tersebut adalah adanya ledakan penduduk (population explotion). Keadaan ini menyebabkan pertumbuhan angkatan kerja sehingga terjadi peningkatan penawaran angkatan kerja. Menurut Elfindri dan Bachtiar (2004), hal diatas perlu dimengerti karena dua alasan. Alasan pertama adalah memahami variabel perubahan yang dapat mempengaruhi penawaran tenaga kerja, dapat memberikan masukan yang berarti dalam menyusun strategi untuk merencanakan, melaksanakan dan mengontrol komponen ini. Alasan kedua adalah perubahan-perubahan konstilasi sosial,

17 17 budaya dan keterbukaan pembangunan perlu dicermati sebagai faktor-faktor dalam kaitannya dengan penawaran angkatan kerja. Kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan pekerjaan dan kesempatan untuk bekerja, yang ada dari suatu kegiatan ekonomi. Menurut Fleisher (1980) kesempatan kerja adalah jumlah orang yang mempunyai pekerjaan. Namun menurut Suroto (1986) kesempatan kerja diartikan sebagai lapangan kerja yang ada dalam masyarakat (employment opportunity) baik lapangan pekerjaan yang sudah diisi maupun lowongan pekerjaan yang belum diisi. Menurut Todaro (2000), kesempatan kerja dipengaruhi secara positif oleh laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan pandangan Neoklasik bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi, semakin tinggi pula laju pertumbuhan kesempatan kerja. Hal ini disebabkan karena tiga komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu bangsa adalah akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi Tenaga Kerja Sektor Perikanan Ketenagakerjaan memiliki peran strategis dan menduduki posisi sentral dalam meningkatkan produktivitas dan kinerja suatu industri pengolahan, termasuk pengolahan ikan. Harus disadari, bahwa ketenagakerjaan merupakan aset perusahaan yang paling berharga dan terpenting, mengingat peran dan fungsinya sebagai value creating, diversifikasi produk olahan serta pengembangan manfaat teknologi agar industri mampu selalu menghasilkan produk yang mengikuti dinamika perubahan permintaan pasar. (Arthajaya, 2008).

18 18 Menurut KKP (2010), penyerapan tenaga kerja pada sektor perikanan dibagi pada kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan dan pemasaran, serta jasa penunjang lainnya yang meliputi tenaga kerja yang terlibat pada program-program pemberdayaan di sektor perikanan. Kondisi dan masalah ketenagakerjaan di Indonesia umumnya karena adanya disparatis antara kualitas yang dimiliki dengan yang dibutuhkan oleh dunia usaha, yang pada gilirannya dapat menimbulkan terjadinya pengangguran dan rendahnya produktivitas. Kesenjangan tersebut terjadi karena pendidikan dan pelatihan yang bersifat suplay driven dan tidak berbasis pada kompetensi kerja. (Arthajaya, 2008). Permasalahan tersebut juga terjadi pada ketenagakerjaan di sektor perikanan. Rendahnya kualitas sumber daya manusia di sektor perikanan menjadi penghalang dalam pengembangan sektor tersebut. Pada umumnya kondisi kualitas sumber daya manusia pada sektor perikanan adalah (1) tingkat pendidikan relatif rendah, (2) pendayagunaan relatif rendah, (3) produktivitas relatif rendah, (4) daya saing rendah, dan (5) budaya etos kerja rendah. (Anonim, 2010) 2.4. Keseimbangan Umum Pada setiap perekonomian terdapat berbagai kegiatan ekonomi yang saling berinteraksi sehingga membentuk suatu keseimbangan. Keseimbangan yang terjadi secara ber-asingan tanpa memperhatikan hubungan kait-mengait di antara berbagai aspek kegitan ekonomi merupakan keseimbangan sebagian (partial equilibrium). Sedangkan keseimbangan yang terjadi dengan adanya kait-mengait

19 19 diantara semua kegiatan ekonomi disebut sebagai keseimbangan umum (general equilibrium/ge) (Sukirno, 2000). Unit-unit mikroekonomi dalam perekonomian saling berkaitan sehingga merupakan suatu sistem yang interdependent. Terjadinya interaksi antar unit-unit tersebut dalam suatu keseimbangan disebut general equilibrum (GE). GE merupakan suatu keseimbangan yang simultan, konsisten dan terjadi dalam jangka panjang bagi semua pasar dan unit-unit pengambilan keputusan dalam suatu sistem. (Miller, 1997). Analisa GE berlaku untuk keseluruhan unit ekonomi, sehingga dalam analisa GE sesungguhnya memerlukan banyak persamaan simultan yang nyaris tak terhitung dan boleh dikatakan mustahil diadakan. Hal ini menyebabkan keterbatasan dalam analisis tersebut. Sehingga apabila berbicara tentang GE, sebagai contoh GE pada pasar, hanya akan mengacu pada beberapa pasar saja bukan meliputi semua pasar sekaligus. Keseimbangan umum yang lengkap dan terpakai adalah keseimbangan yang diperkenalkan oleh Leontief yang dikenal dengan model input-output (Rozani, 2007). Menurut Miller dan Blair, dalam Hotman (2007), model keseimbangan umum menjadi dasar pada model input-output Leontief yang memiliki konsep sebagai beriktu: a) Struktur perekonomian tersusun dari beberapa sektor yang saling berintekrasi melalui transaksi jual beli. b) Output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya dan untuk memenuhi permintaan akhir.

20 20 c) Input suatu sektor dibeli dari sektor lain yaitu rumah tangga (dalam bentuk tenaga kerja), pemerintah (pajak), penyusutan, surplus usaha dan impor wilayah lain. d) Hubungan antara output dan input bersifat linear dan dalam suatu periode analisis (satu tahun) jumlah total input sama dengan total output. e) Suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dan tiap sektor hanya menghasilkan satu output dengan satu tingkatan teknologi Kriteria Pareto Dalam perekonomian, sumber daya merupakan suatu hal yang terbatas (scarcity), sedangkan kebutuhan masyarakat terhadap sumber daya tersebut tidak terbatas. Keadaan ini menyebabkan perlu pengalokasian sumber daya sehingga dapat dimanfaatkan secara efisien sehingga dapat mengoptimalkan kepuasan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya tersebut. Kriteria Pareto membentuk basis untuk mengevaluasi efisiensi penggunaan sumber daya. Sutau alokasi sumber daya dikatakan sebagai paretoefficient (atau pareto optimal), jika untuk meningkatkan kepuasan sekurangkuranganya satu anggota masyarakat, akan menyebabkan berkurangnya tingkat kepuasan anggota masyarakat lainnya. Dengkan kata lain, pareto-efficient merupakan titik dimana tidak ada lagi re-alokasi yang dapat dilakukan tanpa mengakibatkan kerugian pada pihak lain. (Miller, 1997). Salah satu cara untuk menjelaskan realokasi tersebut dengan menggunakan kotak edgeworth. Kotak edgeworth merupakan suatu teknik secara grafik untuk menggambarkan interaksi antara dua aktivitas ekonomi dalam keadaan masukan

21 21 (input) yang tersedia tetap. Pada kotak tersebut dapat dilihat semua kemungkinan alokasi dari dua aktivitas ekonomi yang akan menentukan titik keseimbangan (Nicholson, 1995). Gambar 2.2. Kotak Edgeworth X A O A T O T A L Y Y B E Y A O B X B TOTAL X Kotak edgeworth, pada gambar 2.2, menunjukan kemungkinan alokasi barang X dan Y diantara konsumen A dan B. O A dan O B sebagai titik asal A dan B, sehingga alokasi yang dicerminkan oleh titik E menunjukan bahwa A memperoleh X A barang X dan Y A barang Y. Sedangkan B memperoleh X B barang X dan Y B barang Y. Kotak edgeworth untuk menemukan titik alokasi yang paling efisien (Nicholson, 1995). Suatu pengalokasian sejumlah barang yang tertentu jumlahnya dalam suatu ekonomi pertukaran disebut efisien, jika lewat realokasi barang-barang tersebut, tidak ada suatu pihakpun yang dapat memperoleh keuntungan tanpa menguranggi keuntungan pihak lain. Jadi, suatu pengalokasian disebut efisien jika kondisi-kondisi secara jelas dan pasti tidak dapat dibuat lebih baik lagi. Keadaan ini disebut juga sebagai kriteria Pareto (Nicholson, 1995).

22 Analisis Input Output Perekonomian merupakan suatu sistem yang interdependent, sehingga membuat perekonomian menjadi sangat kompleks, tapi juga membuatnya lebih fleksibel dan adaptif. Interdependensi disini maksudnya peristiwa atau perubahan yang terjadi pada suatu sektor akan berpengaruh kepada sektor lain bahkan mempengaruhi sektor itu kembali pada putaran berikutnya. Salah satu analisis yang dapat menelaah struktur perekonomian yang saling berkaitan ini adalah analisis input-output. (Tarigan, 2005) Teknik input-output atau biasa disingkat I-O, merupakan teknik yang dikenalkan oleh Vassily W. Leontief pada tahun Teknik ini digunakan untuk menelaah keterkaitan antar industri dalam upaya untuk memahami kompleksitas perekonomian serta kondisi untuk mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Teknik ini juga dikenal sebagai analisis antar industri (Arsyad, 1999) Menurut Nazara (2005), perencanaan pembangunan utamanya dilakukan dengan menggunakan konsep keseimbangan. Untuk itu dikenal keseimbangan antara permintaan dan penawaran, keseimbangan antar input dan output, dan sebagainya. Menurut Jhingan (2004), keseimbangan input dan output memperlihatkan saling hubungan dan saling ketergantungan antar sektor. Input suatu sektor merupakan output sektor lain dan juga berlaku sebaliknya. Syafrizal (2008) keterkaitan ekonomi antar sektor merupakan unsur penting dalam proses pembangunan ekonomi di daerah karena dengan adanya keterkaitan tersebut akan dapat diwujudkan pembangunan ekonomi yang saling menunjang dan bersinergi satu sama lain. Keterkaitan ini dapat bersifat ke depan

23 23 (forward linkage) ke jalur output dan ke belakang (backward linkage) ke jalur input. Menurut J.R. Hicks, dalam Arsyad (1999), input adalah sesuatu yang dibeli oleh perusahaan, sedangkan output adalah sesuatu yang dijual oleh perusahaan. Sehingga input merupakan pengeluaran perusahaan dan output merupakan penerimaan perusahaan. Menurut Arsyad (1999) dan Jhingan (2004), analisis input-output merupakan varian terbaik dari keseimbangan umum. Analisis ini mempunyai tiga ciri utama, yaitu (1) analisis input-output memusatkan perhatiannya pada perekonomain dalam keadaan keseimbangan. Hal ini tidak ditemui dalam analisis keseimbangan parsial; (2) analisis ini tidak memusatkan perhatiannya pada analisis permintaan tetapi pada masalah teknis produksi; (3) analisis ini didasarkan pada penelitian empiris. Menurut Richardson (1972), asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis input-output adalah : 1. Keseragaman (homogeneity), setiap sektor hanya memproduksi suatu output tunggal dengan satu struktur input tunggal dan tidak ada subtitusi otomatis antara berbagai sektor. 2. Kesebandingan (proportionality), hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linear yaitu tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turunya sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut. 3. Penjumlahan (additivity), efek total dari pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara

24 24 terpisah, di luar sistem input-output semua pengaruh dari luar diabaian termasuk pengaruh teknologi. Dalam analisis input-output, data yang tersaji dalam bentuk tabel inputoutput. Tabel input-output berisi uraian statistik dalam bentuk matriks yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar berbagai satuan kegiatan ekonomi dalam satu periode tertentu yang biasanya dalam satu tahun. Isian masing-masing barisnya menunjukan alokasi output (nilai produksi) suatu sektor yang digunakan untuk kebutuhan input bagi proses produksi lainnya (input antara) maupun untuk permintaan akhir. Isian menurut kolom, mencerminkan pemakaian input antara dan input primer yang berasal dari hasil produksi sektor lain. (BPS, 2008) Menurut Mangiri (2000), keunggulan dari analisis input-output adalah pertama, kemampuan analisis ini untuk melihat sektor demi sektor dalam perekonomian sampai tingkat yang sangat rinci sehingga analisis ini cocok sebagai proses perencanaan. Kedua, analisis ini sangat baik untuk menganalisis keterkaitan dan hubungan antar sektor dalam suatu perekonomian. Analisis hubungan antar sektor ini menjadi penting sejak analisis pembangunan ekonomi tidak hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga pertumbuhan antar faktor produksi dan juga sumber-sumber pertumbuhan itu sendiri. Analisis input-output memiliki keterbatasan, menurut Arsyad (1999) keterbatasan tersebut karena pemakaian asumsi Leontief yakni koefisien input industri yang konstan selama periode analisis atau proyeksi, sehingga teknologi yang digunakan oleh sektor ekonomi pada periode analisis tetap. Hal ini tidak menggambarkan analisis antar industri yang dinamis.

25 25 Walaupun demikian, analisis input-output masih merupakan alat analisis yang lengkap dan komprehensif. Beberapa kegunaan analisis ini antara lain : (BPS, 2005) 1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, permintaan, pajak dan kebutuhan tenaga kerja diberbagai sektor produksi. 2. Untuk melihat sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Untuk menyusun proyeksi variabel ekonomi makro. 4. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa, serta kaitannya terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan subtitusinya. 5. Untuk menganalisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Penelitian Ruang lingkup daerah penelitian adalah Indonesia, dengan memfokuskan terhadap peran sektor perikanan dalam perekonomian dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia Data dan Sumber Data Penelitian ini mengunakan data skunder yaitu Tabel Input-output Indonesia Updating 2008 berdasarkan Transaksi Domestik Atas Dasar Harga

26 26 Produsen yang diagrerasi klasifikasi sektor menjadi 19 sektor dari 66 sektor yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat. Sedangkan data-data pendukung lainnya, selain dari BPS juga diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta instansi terkait lainnya. Tabel 3.1. Kode I-O 19 Sektor Klasifikasi 19 Sektor Tabel Input-output Indonesia Updating 2008 Sektor 1 Padi 2 Tanaman bahan makanan lainnya 3 Tanaman pertanian lainnya 4 Peternakan dan hasil-hasilnya 5 Kehutanan 6 Perikanan 7 Pertambangan dan penggalian 8 Industri makanan, minuman dan tembakau 9 Industri lainnya 10 Pengilangan minyak bumi 11 Listrik, gas dan air bersih 12 Bangunan 13 Perdagangan 14 Restoran dan hotel 15 Pengangkutan dan komunikasi 16 Lembaga keuangan, usaha bangunan dan jasa perusahaan 17 Pemerintah umum dan pertahanan 18 Jasa-jasa 19 Kegiatan yang tak jelas batasannya

27 27 Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen yang digunakan, merupakan tabel yang memperlihatkan hubungan langsung antar sektor tanpa dipengaruhi oleh margin perdagangan dan biaya transport. Koefisien teknis yang diturunkan dari jenis tabel ini lebih memiliki keunggulan analisis karena setiap kenaikan permintaan dapat diukur langsung pegaruhnya terhadap kenaikan produksi dalam negeri. Sehingga tabel tersebut mengambarkan sistem perekonomian secara ringkas, menyeluruh dan terpadu dimana dapat dilihat antara lain alokasi output dan input semua sektor di perekonomian. Ouput yang terbentuk pada tabel analisis yang dipakai, merupakan nilai dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam perekonomian tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Sehingga output yang terbentuk pada sektor perikanan merupakan nilai dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor perikanan secara umum dalam perekonomian tanpa membedakan apakah itu perikanan tangkap atau perikanan budidaya. Tabel Input-output Indonesia Updating 2008 merupakan aktualisasi data dari tabel input-output 2005 dengan metode semi-survei untuk mengaktualisasikan koefisien input, sehingga struktur ekonomi tidak berubah secara nyata. Perbedaan yang mencolok pada data sektor perikanan antara tabel input-output 2005 dengan tabel input-output updating 2008 adalah pada data subsidi (205) dimana pada tabel input-output 2005 tidak ada atau tidak terhitung sedangkan pada tabel input-output updating 2008 ada atau terhitung. Beberapa hal keadaan data sektor perikanan pada tabel input-output updating 2008, adalah: a) Pembentukan modal tetap (303) sektor perikanan pada Tabel Input-output Indonesia Updating 2008 besarannya nol (0). Nilai nol (0) berarti bahwa

28 28 tidak ada realiasai investasi pada sektor perikanan di tahun Menurut data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), yang juga menjadi sumber data investasi bagi BPS, realisasi investasi sektor perikanan pada tahun 2008 tercatat sebesar 2,4 milyar rupiah. Namun apabila angka tersebut dibandingkan dengan realisasi investasi secara total pada tahun 2008, kontribusinya sangat kecil yaitu hanya sebesar 0,0068% b) Permintaan antara sektor perikanan terhadap sektor perdagangan pada Tabel Input-output Indonesia Updating 2008 berdasarkan Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen bernilai nol (0). Hal tersebut karena, output pada sektor perdagangan merupakan margin dari perdagangan, sedangkan pada Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Pembeli, semua baris pada sektor perdagangan bernilai nol (0) dan permintaan antara pada sektor perikanan terhadap sektor perdagangan bernilai nol (0), sehingga artinya margin perdagangan masih menempel pada masingmasing sel pada output sektor perikanan. Sehingga untuk melihat pengaruh sektor perdagangan terhadap sektor perikanan pada Table Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen ini dilihat pada input antara sektor perikanan Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis kuantitatif yang pada prinsipnya merupakan penjabaran dari model analisis inputoutput. Metode analisis input-output merupakan metode yang digunakan dalam analisis peramalan kuantitatif, dimana pada model ini terdapat anggapan bahwa

29 29 perekonomian suatu daerah terdiri dari interaksi beberapa sektor yang masingmasing sektor memproduksi satu jenis barang. Jenis analisis input output yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis input output terbuka, dimana hanya sektor-sektor produksi (output sektoral) yang dianggap sebagai faktor endogen, sedangkan komponen permintaan akhir dan komponen input primer dianggap sebagai komponen eksogen. Analisis yang dilakukan adalah analisis struktur permintaan, struktur input dan struktur output, kemudian keterkaitan antar sektor, analisis angka pengganda dan analisis dampak permintaan akhir terhadap pembentukan output dan kebutuhan tenaga kerja, serta dampak penambahan investasi pada sektor perikanan terhadap kebutuhan tenaga kerja Tabel Input-Output Tabel input-output disusun dengan tujuan untuk menyajikan gambaran tentang hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antara satu kegiatan (sektor) dalam perekonomian secara menyeluruh. Sehingga pada dasarnya tabel inputoutput merupakan uraian statistik yang disajikan dalam bentuk matriks, dimana masing-masing barisnya menunjukan bagaimana output suatu sektor dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Sedangkan masingmasing kolomnya menunjukan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksinya. (BPS, 2009) Tabel input-output pada dasarnya terdiri dari beberapa tabel yang dituangkan dalam suatu sistem kuadran. Pembagian ini sangat penting untuk dapat

30 30 memahami saling keterkaitan antar sektor dalam perekonomian. Pembagian kuadran tersebut terlihat pada gambar dibawah ini: Tabel 3.2. Kerangka Tabel Input-output Alokasi Output Permintaan Antara Sektor Produksi Permintaan Akhir Jumlah Output Struktur Input N 1 Input Sektor 2 Kuadran I Kuadaran II Antara Produksi n Input Primer Total Input Kuadran III Kuadran IV Menurut Tarigan (2005), isi dari masing-masing kuadran tersebut adalah : 1. Kuadran I terdiri dari transaksi antar sektor yang merupakan arus barang/jasa yang dihasilkan suatu sektor (output) yang digunakan oleh sektor lain, termasuk sektor itu sendiri, sebagai input. Matrik yang ada pada kuadran I merupakan sistem produksi dari setiap sektor dalam perekonomain. 2. Kuadran II merupakan permintaan akhir yang terdiri dari pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok (inventori) dan ekspor. Isian sepanjang baris pada kuadran ini menunjukan komposisi permintaan akhir terhadap suatu sektor produksi. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukan distribusi

31 31 masing-masing komponen permintaan akhir dan penyediaan menurut sektor. 3. Kuadran III berisikan input primer yang merupakan semua daya dan dana yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk tetapi di luar input antara. Pada kuadran ini berisikan biaya yang ditimbulkan akibat dari pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi. 4. Kuadran IV menunjukan transaksi langsung antara input primer yang didistribusikan secara langsung ke dalam permintaan akhir. Kuadran ini sering diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam analisis input-output. Untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana suatu tabel input-output, berikut ilustrasi tabel dengan menyederhanakan suatu sistem ekonomi yang terdiri dari n sektor produksi, seperti yang terlihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Ilustrasi Tabel Input Output dengan n x n Sektor. Struktur Input Alokasi Output Permintaan Antara Sektor Produksi n Jumlah Input Antara Permintaan Akhir Jumlah Output 1... F 1 X 1 Input Antara Sektor Produksi 2... F 2 X 2... n... F n X n

32 32 Jumlah Input Antara... Input Primer V 1 V 2... V 3 Impor M 1 M 2... M 3 Total Input X 1 X 2... X 3 Isian sepanjang baris pada Tabel 3.3 memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi permintaan antara dan sebagian lainnya untuk memenuhi permintaan akhir. Sedangakn isian sepanjang kolom menunjukan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor. (BPS, 2009). Gambaran susunan angka-angka pada tabel merupakan dalam bentuk matriks yang memperlihatkan suatu hubungan yang saling terkait dari berbagai kegiatan antar sektor. Sebagai ilustrasi, output sektor 1 sebesar X 1 didistribusikan sepanjang baris sebesar,,..., masing-masing untuk memenuhi permintaan antara sektor 1, 2,... dan n, sedangkan sisanya sebesar F 1 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Begitu juga yang terjadi pada output sektor 2 dan sampai sektor n. Pada saat yang sama untuk menghasilkan output sebesar X 1 pada sektor 1 membutuhkan input dari sektor 1 sendiri sebesar, dari sektor 2 sebesar dan dari sektor n sebesar (BPS, 2009). Alokasi output pada masing-masing sektor tersebut dalam bentuk persamaan aljabar dapat dituliskan sebagai berikut :

33 F 1 = X F 2 = X 2...(3.1) F n = X n Atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai : untuk = 1,2,..., n... (3.2) Dimana : = Output sektor yang digunakan sebagai input sektor j = Permintaan akhir terhadap sektor = Total output sektor Apabila angka-angka dibaca menurut kolom, khusunya pada transaksi antara, maka angka pada kolom (sektor) tertentu menunjukan berbagai input yang diperlukan dalam proses produksi pada sektor tersebut. Dengan mengikuti cara diatas, maka persamaan aljabar dapat dituliskan sebagai berikut :... (3.3) Atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai : Dimana : untuk semua = 1,2,..., n...(3.4) adalah input primer dari sektor j dan adalah total input sektor j Persamaan diatas merupakan persamaan dasar yang digunakan dalam analisis dengan model input-output.

34 Matriks Koefisien Input Koefisien input (sebagaian buku menyebutnya sebagai koefisien teknologi dan koefisien input antara) dapat diterjemahkan sebagai jumlah input yang digunakan untuk memproduksi satu unit output sektor j yang berasal dari sektor i (Nazara, 2005). Hal tersebut dapat dirumuskan dengan:... (3.5) Atau... (3.6) Dimana : adalah koefisien input sektor ke i oleh dari sektor j adalah penggunaan input sektor i oleh sektor j adalah output sektor j Dengan memasukan persamaan (3.6) kepersamaan (3.2) maka diperoleh :...(3.7) Jika terdapat n sektor dalam perekonomian, maka koefisien input akan ada sebanyak n 2 buah. Seluruh koefisien tersebut dapat dinyatakan dalam sebuah matriks, yang lazim disebut matriks A atau matriks koefesien input, yang berbentuk : A =

35 35 Sesuai dengan koefesien input dalam bentuk matrik, maka persamaan (3.7) dapat ditulis dalam notasi matrik sebagai berikut : + = A X + F = X... (3.8) Dapat diubah menjadi : X AX = F... (3.9) (I - A) X = F... (3.10) X = (I A) -1 F... (3.11) Dimana : I adalah matrik identitas berukuran n x n A adalah matrik koefesien input berukuran n x n F adalah matrik permintaan akhir berukuran n x 1 X adalah matrik total output berukuran n x 1 (I A) -1 dikenal sebagai matrik kebalikan Leontief Dari persamaan (3.11) terlihat bahwa output mempunyai hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I A) -1 sebagai koefesion arahanya dan menjadi kerangka dasar dalam berbagai pengembangan analisis model inputoutput Analisis Input-Output Analisis Struktur Permintaan Struktur permintaan barang dan jasa pada analisis input-output dibedakan atas permintaan antara dan permintaan akhir. Permintaan akhir merupakan permintaan yang langsung habis digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen,

36 36 sedangkan permintaan antara dimana permintaan terhadap barang dan jasa yang digunakan sebagai bahan baku berproduksi. Permintaan antara pada tabel inputoutput ditunjukan oleh isian sepanjang garis pada transaksi antara yang memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor lain untuk keperluan produksi. Dalam penelitian ini permintaan akhir yang dipakai terdiri dari komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (301), pengeluaran konsumsi pemerintah (302), pembentukan modal tetap (303), perubahan stock (304) dan ekspor (305) Analisis Struktur Output Output dalam pengertian tabel input-output adalah nilai dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor-sektor produksi di wilayah dalam negeri tanpa membedakan asal usul pelaku produksi. Output dinilai atas dasar harga produsen yaitu harga yang benar-benar di terima produsen tanpa masuknya margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Sementara itu output untuk kegiatan jasa merupakan nilai dari jasa yang diberikan pada pihak lain. Dalam tabel input-output updating 2008, jumlah output diberi tanda (600) Analisis Struktur Input Dalam tabel input-output, input terbagi atas dua yaitu input antara dan input primer. Input antara adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu sektor ekonomi yang kemudian dimanfaatkan oleh sektor lain maupun oleh sektor itu sendiri dalam proses kegiatan produksi. Barang atau jasa pada input antara ini biasanya habis sekali pakai, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan bakar dan

37 37 lain-lain. Pada tabel input-output yang disebut sebagai input antara adalah isian sepanjang kolom yang menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor. Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Input primer disebut juga sebagai nilai tambah bruto yang merupakan selisih antara output dangan input antara. Input primer terdiri dari: a) upah dan gaji (201) yang mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar; b) surplus usaha (202) merupakan balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal; c) penyusutan (203) adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Hal ini merupakan nilai selisih keuntungan perusahaan untuk akumulasi pengganti barang modal yang habis digunakan dalam proses produksi ; d) pajak tak langsung (204) merupakan pajak yang dikenakan pemerintah untuk setiap transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan seperti pajak pertambahan nilai (PPn); e) subsidi (205) yang merupakan subsidi harga dari pemerintah Analisis Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi Analisis input-output dapat digunakan untuk mengukur keterkaitan atau tingkat saling ketergangtungan antar sektor dalam perekonomian. Keterkaitan ini menunjukan sejauh mana pertumbuhan atau perubahan suatu sektor mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pertumbuhan atau perubahan sektor-sektor lainnya. Jenis keterkaitan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah

PERAN SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT Oleh: Dody Yuli Putra, S.

PERAN SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT Oleh: Dody Yuli Putra, S. PERAN SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT Oleh: Dody Yuli Putra, S.Pi RINGKASAN Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dimana sekitar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Bakosurtanal,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya kelautan merupakan salah satu aset yang penting dan memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara fisik Indonesia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan subsektor perikanan tangkap semakin penting dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS, kontribusi sektor perikanan dalam PDB kelompok pertanian tahun

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sejumlah peneltian terdahulu diambil untuk memperkuat penelitian ini dan sekaligus sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di 120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Putra,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang perekonomian pada suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan sejauh

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Investasi Pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok, antara lain konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang pembangunan dan pemerintahan. Perubahan dalam pemerintahan adalah mulai diberlakukannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT THE ROLE OF THE LIVESTOK AND FISHERY SECTOR TO ECONOMY OF RIAU PROVINCE: ANALYSIS OF THE INPUT-OUTPUT

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 224 VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Pada bagian ini akan diuraikan secara ringkas kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan sebelumnya. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan memfokuskan peningkatan investasi pemerintah dan swasta pada sektor unggulan (prime sector) yaitu sektor pertanian, selama ini belum

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai tantangan, baik dari faktor internal ataupun eksternal (Anonim, 2006a). Terkait dengan beragamnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

APLIKASI INPUT OUTPUT

APLIKASI INPUT OUTPUT APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian

Lebih terperinci