Gambar 1. Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus)
|
|
- Dewi Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan hewan avertebrata air yang memiliki pelindung tubuh berupa rangka eksoskeleton yang keras. Lobster air tawar tergolong sebagai hewan krustasea dari Famili Parastacidae. Hewan ini umumnya dikenal dengan sebutan red claw, karena memiliki sepasang capit yang berwarna merah. Lobster air tawar selain dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi juga dimanfaatkan sebagai lobster hias karena memiliki keunggulan pada bentuk dan warna tubuhnya (Hartono dan Wiyanto 2006). Cherax quadricarinatus adalah salah satu jenis lobster air tawar yang berasal dari Australia. Lobster jenis ini banyak ditemukan di sungai air deras serta danau di pantai utara dan daerah timur laut Queensland (Lukito dan Prayugo 2007). Klasifikasi lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) menurut Holthuis (1950) adalah sebagai berikut: Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea Kelas : Malacostraca Ordo : Decapoda Famili : Parastacidae Genus : Cherax Spesies : Cherax quadricarinatus (von Martens) Gambar 1. Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus)
2 Tubuh lobster air tawar terbungkus oleh cangkang yang berfungsi menjaga organ-organ yang ada didalamnya dari hewan pemangsa atau kelompoknya sendiri. Cangkang lobster juga mempermudah pergerakan lobster air tawar. Hampir seluruh tubuh lobster air tawar mempunyai ruas tubuh yang tampak jelas. Tubuh red claw berwarna biru kehijauan. Jantan yang sudah dewasa memiliki capit berwarna merah dibagian luarnya (Lukito dan Prayugo 2007). Tubuh lobster air tawar terbagi menjadi dua, yaitu cephalothorax dan abdomen. Cephalothorax secara keseluruhan dilingkupi oleh cangkang yang disebut karapas. Cephalothorax terdiri dari mata, dua pasang antena, mulut, serta lima pasang kaki jalan. Abdomen pada lobster air tawar terdiri dari lima pasang kaki renang dan lima lembar ekor (Lukito dan Prayugo 2007). Lobster air tawar bernapas menggunakan insang. Walaupun lobster air tawar bernapas menggunakan insang, namun pada beberapa jenis lobster air tawar dapat berada lama di daratan asalkan insangnya tetap dalam keadaan lembab. Insang pada lobster air tawar dilengkapi dengan serangkaian kipas yang akan mensirkulasikan air kaya oksigen melalui insangnya untuk bernapas dan mengeluarkannya dalam bentuk karbondioksida (CO 2 ) (Lukito dan Prayugo 2007). 2.2 Budidaya Lobster Air Tawar Awalnya lobster air tawar dibudidayakan untuk tujuan sebagai ikan hias karena bentuknya yang unik dan warnanya yang menarik. Saat ini lobster air tawar sudah dibudidayakan untuk tujuan konsumsi karena tekstur dagingnya yang lunak dan rasanya hampir sama dengan lobster air laut (Suryaningrum et al. 2007). Budidaya lobster air tawar juga cenderung lebih mudah bila dibandingkan dengan budidaya udang galah atau jenis udang lainnya karena lobster air tawar memiliki ketahanan hidup yang lebih kuat. Budidaya lobster air tawar dapat dilakukan dengan menggunakan kolam, bak semen atau bak fibre glass yang dilengkapi dengan aerasi karena lobster air tawar akan tumbuh dengan cepat di kolam yang sirkulasi air dan oksigennya terjadi secara terus menerus. Pada dasarnya lobster lebih menyukai kolam yang yang berdasar lumpur, akan tetapi jika lobster dibudidayakan dalam bak semen
3 sebaiknya ditambahkan potongan pipa plastik yang akan digunakan sebagi shelter (tempat berlindung) (Suryaningrum et al. 2007). Keberhasilan budidaya lobster air tawar harus didukung dengan kualitas air yang sesuai untuk pemeliharaannya. Beberapa faktor fisika dan kimia air yang dapat mempengaruhi hidup lobster air tawar adalah suhu, oksigen terlarut (dissolved oxygen), karbondioksida (CO 2 ) bebas, ph, alkalinitas, amoniak, nitrat dan nitrit. Air yang digunakan untuk pemeliharaan lobster air tawar secara umum memiliki beberapa persyaratan seperti suhu, ph, degree of hardness (dh), alkalinitas, oksigen terlarut, CO 2, amoniak dan H 2 S. Pemberian pakan juga mempengaruhi tingkat pertumbuhan lobster saat proses pembesaran karena pakan merupakan sumber energi bagi lobster. Pakan yang dapat diberikan untuk lobster diantaranya adalah pelet komersial, ubi-ubian, dan cacahan daging yang bisa berasal dari udang segar. Kedalaman air untuk pemeliharaan lobster disesuaikan dengan ukuran lobster. Semakin besar ukuran lobster yang dipelihara dalam suatu wadah, akan semakin rendah kepadatan penebaran dan semakin tinggi kedalaman air dalam bak pemeliharaan akan semakin tinggi pula. Oleh karena itu, untuk menghindari kompetisi ruang dan dan tingginya tekanan air jenis wadah pemeliharaan yang dianjurkan akuarium, fibre glass, atau bak permanen dengan padat penebaran juvenil yang ideal ekor/m 2 dan kedalaman air 25 cm (Lukito dan Prayugo 2007). Lobster air tawar sudah banyak dibudidayakan di beberapa daerah seperti Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jakarta. Beberapa jenis lobster yang telah dibudidayakan diantaranya adalah Cherax quadricarinatus, Cherax albertisi, Cherax lorentzi, Cherax monticola, Cherax tenuimatus, dan jenis Pocambarus clarkii. Dari semua lobster tersebut Cherax quadricarinatus merupakan lobster air tawar yang paling banyak dibudidayakan (Suryaningrum et al. 2007). 2.3 Penanganan dan Transportasi Lobster Air Tawar Lobster air tawar yang akan ditransportasikan umumnya merupakan lobster ukuran konsumsi dengan berat tubuh lebih besar atau sama dengan 60 gram/ekor sesuai dengan SNI :2011. Lobster yang telah dipanen melalui tahap
4 penanganan untuk ditransportasikan sebagaimana yang ditetapkan oleh SNI :2011 yaitu penanganan awal, pengangkutan, sortasi, penampungan dan pengkondisian, penenangan dan pengemasan (BSN 2011). Penanganan awal lobster air tawar setelah dipanen adalah dengan mencuci lobster dengan air mengalir dalam bak penampungan selama 24 jam. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masuk dalam karapas. Setelah itu, lobster disortasi sesuai dengan ukurannya. Dalam perdagangan terdapat enam kategori ukuran lobster, yaitu ukuran kecil (35-50 g), ukuran medium (50-70 g), ukuran besar (70-90 g), ukuran ekstra besar ( g), ukuran XX ( g), dan ukuran jumbo (lebih dari 150 g). Lobster yang akan ditransportasikan harus dalam kondisi yang sehat, bugar, antena dan kaki lengkap, tidak sedang ganti kulit (moulting) dan sebaiknya tidak sedang bertelur (Suryaningrum et al. 2005). Sistem penampungan lobster diperlukan apabila lobster yang dipasarkan tidak langsung dikirim ke konsumen atau jumlah loster yang akan dijual dikumpulkan terlebih dahulu dalam bak penampungan. Hal penting yang perlu diperhatikan selama penampungan berlangsung adalah kualitas air dalam bak penampungan. Untuk menjaga kualitas air dapat dilakukan dengan menerapkan sistem filtrasi sehingga mutu air terjaga dengan baik tanpa harus mengganti air (Suryaningrum et al. 2007). Selama penampungan, lobster juga diberok selama 1-2 hari. Pemberokan ini bertujuan untuk mengurangi kotoran yang ada pada organ pencernaan lobster sebanyak mungkin serta mengurangi aktivitas metabolisme lobster selama transportasi (Suryaningrum et al. 2005). Penenangan lobster sebelum ditransportasikan perlu dilakukan untuk mengkondisikan lobster pada tingkat aktivitas dan metabolisme yang rendah. Penenangan lobster dapat dilakukan dengan cara penurunan suhu atau menggunakan bahan antimetabolit. Penurunan suhu merupakan cara yang paling efektif, ekonomis, dan aman digunakan pada persiapan transportasi lobster hidup sistem kering (Suryaningrum et al. 2005). Penurunan suhu ini terdiri dari dua metode yaitu penurunan suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap (Nitibaskara et al. 2006).
5 Pengemasan lobster untuk transportasi dilakukan segera setelah proses penenangan, dengan cara membungkus lobster menggunakan kertas koran di bagian badan dan ekor dengan bagian kepala terbuka dan/atau disusun berlapis dalam media kemasan kemudian dimasukkan ke dalam kotak stirofoam dan ditutup rapat (BSN 2011). Setelah proses pengemasan selesai lobster siap untuk ditransportasikan. 2.4 Transportasi Lobster Air Tawar Hidup Sistem Kering Salah satu keunggulan lobster air tawar dibandingkan dengan lobster air laut adalah kemampuan hidup diluar media air dalam lingkungan yang lembab dengan waktu yang lebih lama (Suryaningrum et al. 2007). Hal ini mendukung untuk pengaplikasian transportasi sistem kering pada lobster air tawar. Transportasi sistem kering merupakan sistem pengangkutan biota tanpa air. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam transportasi sistem kering adalah suhu dalam kemasan. Suhu kemasan perlu diperhatikan tetap dalam keadaan dingin untuk menekan tingkat metabolisme lobster selama transportasi (Andasuryani 2003 diacu dalam Ahdiyah 2011). Keuntungan yang diperoleh pada transportasi lobster air tawar dengan sistem kering adalah mengurangi stress, menurunkan kecepatan metabolisme, dan tidak perlu media air sehingga daya angkut akan lebih besar. 2.5 Imotilisasi Imotilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menurunkan aktivitas dan metabolisme biota perairan selama transportasi berlangsung. Imotilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan antimetabolit (alami maupun buatan) atau menggunakan suhu rendah (Suryaningrum et al. 2005). Bahan antimetabolit alami yang biasa digunakan adalah ekstrak biji karet dan minyak cengkeh, sedangkan metabolit sintetis yang biasa digunakan adalah MS-222 (tricaine methanesulphate) dan CO 2. Pemakaian CO 2 yang disarankan adalah dengan mencelupkan campuran gelembung CO 2 dan O 2 (1:1) dalam air untuk transportasi ikan hidup (Itazawa 1990 diacu dalam Nitibaskara et al. 2006). Imotilisasi dengan menggunakan suhu rendah terdiri dari dua metode, yaitu imotilisasi dengan menggunakan penurunan suhu secara langsung dan bertahap
6 (Nitibaskara et al. 2006). Penurunan suhu secara bertahap dapat mengurangi stress (panik) pada lobster karena aktivitas, respirasi dan metabolismenya direduksi secara perlahan tetapi memerlukan waktu yang cukup panjang hingga lobster pingsan, sedangkan imotilisasi dengan penurunan suhu secara langsung lobster akan berada pada tingkat respirasi dan metabolisme rendah setelah melewati masa panik pada tiga menit pertama (Nitibaskara et al. 2006; Suryaningrum et al. 2007). Imotilisasi dengan suhu rendah, baik secara bertahap maupun langsung akan menyebabkan berkurangnya aktivitas fisiologi dan lobster menjadi tenang. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan konsumsi oksigen dalam darah sehingga suplai oksigen ke jaringan syaraf juga berkurang, akibatnya gangguan keseimbangan terjadi pada lobster. Kekurangan oksigen yang lebih lanjut akan menyebabkan lobster menjadi limbung dan roboh (Suryaningrum et al diacu dalam Ahdiyah 2011). 2.6 Pengemasan Pengemasan memiliki peran yang penting dalam transportasi komoditas perikanan. Pengemasan berfungsi untuk menjaga komoditas dalam kondisi baik saat pengangkutan berlangsung. Pengemasan yang biasa dilakukan untuk transportasi lobster sistem kering menggunakan kotak styrofoam sebagai kemasan primer. Kotak styrofoam berfungsi sebagai isolator panas untuk mencegah panas masuk dalam kemasan (Junianto 2003). Pengemasan lobster yang biasa dilakukan oleh eksportir adalah dengan menyusun lobster dalam kotak pengemas sebanyak 4-5 lapis dengan dilapisi serbuk gergaji di setiap lapisannya. Setelah kotak ditutup lalu disegel dengan menggunakan lakban. Di bagian dasar kemasan biasanya ditambahkan es untuk mempertahankan suhu media. Banyaknya es dalam kemasan perlu diperhitungkan terlebih dahulu karena jika jumlah es yang ditambahkan terlalu banyak akan menurunkan suhu media dan beresiko meningkatkan mortalitas lobster karena suhu yang terlalu rendah (Suryaningrum et al. 2007). Pengemasan dngan menggunakan kotak styrofoam yang ditambahkan es dibagian dasarnya akan terus meningkat selama penyimpanan pada suhu kamar.
7 Hal ini dapat terjadi karena adanya penetrasi panas dari lingkungan di luar kemasan yang lebih tinggi sehingga meningkatkan suhu dalam kotak styrofoam (Kumum 2006). Jika suhu dalam kemasan terus meningkat maka komoditas yang berada didalam kemasan akan terancam tingkat kelangsungan hidupnya (Herodian et al. 2004). Suhu awal pengemasan juga akan mempengaruhi pola perubahan suhu. Suhu awal yang terlalu tinggi akan mempercepat laju peningkatan suhu dalam kemasan (Nitibaskara et al. 2006). 2.7 Media Pengisi Kemasan Media pengisi kemasan adalah bahan yang ditempatkan di antara biota hidup dalam kemasan untuk menahan atau mencekal biota tersebut dalam posisinya (Herodian et al. 2004). Media pengisi yang digunakan dalam transportasi hidup sistem kering berfungsi untuk mencegah lobster mengalami pergeseran dalam kemasan, menjaga suhu lingkungan di dalam kemasan tetap rendah sehingga lobster tetap dalam keadaan pingsan serta memberikan kelembaban dan lingkungan udara yang memadai untuk kelangsungan hidup biota tersebut (Prasetyo 1993; Wibowo dan Soekarto 1993; Junianto 2003). Syarat media pengisi kemasan yang baik adalah memiliki sifat berongga, dapat mempertahankan posisi biota dalam kemasan, tidak mudah rusak atau menimbulkan bau serta memiliki nilai ekonomis yang rendah ditinjau dari harga bahan baku (Prasetyo 1993). Media pengisi yang baik juga harus memiliki daya serap air yang tinggi, mampu mempertahankan suhu rendah dalam waktu relatif lama dan kondisi media harus stabil (Suryaningrum et al. 2007). Jenis media pengisi yang dapat digunakan dalam transportasi lobster hidup sistem kering antara lain yaitu serbuk gergaji, sekam padi, serutan kayu, kertas koran, karung goni, rumput laut terutama jenis Gracilaria sp. dan spons busa. Serbuk gergaji merupakan jenis media pengisi yang paling sering digunakan pada transportasi biota perairan hidup sistem kering. Serbuk gergaji dapat digunakan sebagai media pengisi karena mempunyai panas jenis yang lebih besar daripada sekam padi atau serutan kayu. Serbuk gergaji juga memiliki tekstur yang baik dan seragam serta nilai ekonomisnya relatif rendah. Serbuk gergaji yang digunakan sebaiknya berasal dari jenis kayu yang sedikit mengandung getah atau
8 resin, kurang beraroma terpenten, tidak beracun, tidak berbau tajam dan bersih (Junianto 2003). Jenis kayu yang umum digunakan antara lain kayu mindi (Melia azedarach), jeungjing (Albizia falcata) dan jati (Tectona grandis) (Karnila dan Edison 2001). Spons busa dapat digunakan sebagai media pengisi untuk transportasi lobster air tawar (Suryaningrum et al. 2007). Spons memiliki banyak rongga udara sehingga dapat mempertahankan kelembaban dalam kemasan. Banyaknya rongga pada spons menyebabkan spons dapat menyerap air hingga empat belas kali berat spons itu sendiri (Hastarini et al diacu dalam Suryaningrum et al. 2008). Kestabilan suhu media kemasan dalam transportasi biota hidup sistem kering merupakan faktor yang harus diperhatikan apapun jenis media pengisi yang digunakan. Suhu media kemasan harus dapat dipertahankan serendah mungkin mendekati titik imotil, yaitu pada kisaran o C. Pada suhu di bawah 12 o C, udang akan pingsan dan menyebabkan kematian. Pada suhu di atas 21 o C, aktivitas lobster atau udang akan kembali normal sehingga memerlukan banyak oksigen untuk respirasi dan metabolismenya (Wibowo et al diacu dalam Suryaningrum et al. 1999). Suhu media kemasan yang rendah berperan dalam mempertahankan tingkat terbiusnya lobster selama pengangkutan sehingga ikut mempertahankan kelangsungan hidup hingga di temp at tujuan (Junianto 2003).
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air Sebagai Tempat Hidup Ikan Bawal Air Tawar Hasil analisis kualitas media air yang digunakan selama penelitian ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis kualitas
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Pemeliharaan Lobster Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kondisi lobster air tawar. Air yang digunakan dalam proses adaptasi,
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.
Lebih terperinciPEMBIUSAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) DENGAN SUHU RENDAH SECARA BERTAHAP DAN CARA PENGEMASANNYA PADA TRANSPORTASI HIDUP SISTEM KERING
PEMBIUSAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) DENGAN SUHU RENDAH SECARA BERTAHAP DAN CARA PENGEMASANNYA PADA TRANSPORTASI HIDUP SISTEM KERING GUSTI ADI NIRWANSYAH DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
Lebih terperinciMorfologi ikan jambal siam mempunyai badan memanjang dan pipih, punggung berduri dan bersirip tambahan serta terdapat garis lengkung mulai
"4 - a II. TINJAUAN PUSTAKA 2A. \kan Jamba\S\an\ {Pangasius hypophthalmusf) Ikan jambal slam {Pangasius hypophthalmus F) merupakan ikan ekonomis tinggi, karena dagingnya mempunyai citarasa yang khas dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. komoditas ini diminati sebagai lobster hias. Beberapa tahun belakangan,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lobster air tawar (LAT) saat ini mulai marak dibudidayakan di Indonesia. Awalnya, komoditas ini diminati sebagai lobster hias. Beberapa tahun belakangan, pembudidaya mulai
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Persiapan
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2011 di Laboratorium Bahan Baku Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium
Lebih terperinciAPLIKASI RAK DALAM WADAH PENYIMPANAN UNTUK TRANSPORTASI LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) TANPA MEDIA AIR
APLIKASI RAK DALAM WADAH PENYIMPANAN UNTUK TRANSPORTASI LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) TANPA MEDIA AIR Shelf Applications in Storage Container for Freshwater Prawn (Cherax quadricarinatus)
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Lobster air tawar capit merah (Cherax quadricarinatus) (Sumber: dokumentasi pribadi)
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus) Lobster air tawar capit merah (Cherax quadricarinatus) termasuk ke dalam Keluarga Parasticidae. Klasifikasi lobster
Lebih terperinciTEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1
TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1 Komariah Tampubolon 1 dan Wida Handini 2 ABSTRAK Penelitian ini mengkaji berbagai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitlan ^ ^' ' Peiaksanaan penelitian berlangsung di Laboratorium Teknologi Budidaya Perairan Fakuttas Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Riau. Penelitian
Lebih terperinci3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama.
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA Desember 2010, Sekolah Tinggi Perikanan
PEMBIUSAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus ) DENGAN METODE PENURUNAN SUHU BERTAHAP UNTUK TRANSPORTASI SISTEM KERING 1 Ruddy Suwandi 2, Afiat Wijaya 2, Tati Nurhayati 2 dan Roni Nugraha 2 ABSTRACT
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Lobster Air Tawar Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), klasifikasi lobster air tawar adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili
Lebih terperinciGambar 1. Ikan nila (Oreochromis niloticus) Sumber: Kuncoro (2009)
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ikan nila sangat dikenal oleh masyarakat penggemar ikan air tawar, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Di Asia Tenggara,
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENANGANAN DAN TRANSPORTASI LOBSTER AIR TAWAR
Squalen Vol. 2 No. 2, Desember 2007 TEKNOLOGI PENANGANAN DAN TRANSPORTASI LOBSTER AIR TAWAR ABSTRAK Th. Dwi Suryaningrum, Syamdidi dan Diah Ikasari *) Lobster air tawar yang diperdagangkan dalam keadaan
Lebih terperinciSTUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR
STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR Satria Wati Pade, I Ketut Suwetja, Feny Mentang Pascasarjana Prodi Ilmu Pangan, UNSRAT, Manado lindapade@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciPEMBIUSAN IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) DENGAN SUHU RENDAH SECARA BERTAHAP DALAM TRANSPORTASI SISTEM KERING AURISMARDIKA NOVESA
PEMBIUSAN IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) DENGAN SUHU RENDAH SECARA BERTAHAP DALAM TRANSPORTASI SISTEM KERING AURISMARDIKA NOVESA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN
Lebih terperinciPENGGUNAAN JERAMI DAN SERBUK GERGAJI SEBAGAI MEDIA PENGISI PADA PENYIMPANAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR
PENGGUNAAN JERAMI DAN SERBUK GERGAJI SEBAGAI MEDIA PENGISI PADA PENYIMPANAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR UMI LAILATUL AHDIYAH DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN
Lebih terperinciORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan)
ORDO DECAPODA Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan) Lobster Air Tawar (LAT) Crayfish/ crawfish atau yang dikenal sebagai lobster air tawar merupakan salah satu jenis Crustacea yang memiliki
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B.
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian berjudul Pengujian Biji Pala (Myristica sp.) sebagai Bahan Anestesi Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) dilaksanakan di Laboratorium Bahan Baku dan Industri
Lebih terperinci515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)
515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini) KERAGAAN PERTUMBUHAN BENIH Cherax quadricarinatus DARI BERBAGAI LOKASI UNTUK MENCAPAI UKURAN 5 6 INCI ABSTRAK Irin Iriana Kusmini dan Gleni
Lebih terperinciPenanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan
Standar Nasional Indonesia Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords : Biofilter, Cherax quadricarinatus, Glochidia
Maintenance Juveniles of Freshwater Crayfish (Cherax quadricarinatus) Using Biofilter Kijing Taiwan (Anadonta woodiana, Lea) With System of Recirculation By Yunida Fakhraini 1), Rusliadi 2), Iskandar Putra
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Danau Toba Danau Toba merupakan danau vulkanik dengan panjang sekitar 100 km dan lebar 30 km yang terletak pada beberapa kabupaten dalam Propinsi Sumatera Utara. Pada pemekaran
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Lobster Air Tawar ( Cherax quadricarinatus
4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Air Tawar (Cherax quadricarinatus) air tawar (Cherax quadricarinatus) termasuk ke dalam keluarga Parasticidae. Cherax quadricarinatus dikenal dengan nama
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan Benur udang vannamei yang digunakan dalam penelitian berasal dari Balai Benih Air Payau (BBAP) Situbondo menggunakan transportasi
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Tahap Pertama Penelitian tahap pertama dilakukan persiapan media uji bahan pemingsan dan hewan yaitu hati batang pisang dan ikan bawal air tawar. Tahap ini juga dilakukan
Lebih terperinciUJI KETAHANAN HIDUP IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN TEKNIK IMOTILISASI SUHU RENDAH DALAM TRANSPORTASI SISTEM KERING
58 UJI KETAHANAN HIDUP IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN TEKNIK IMOTILISASI SUHU RENDAH DALAM TRANSPORTASI SISTEM KERING (Survival Test of Tiger Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) with
Lebih terperinciII. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian
II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013
18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 bertempat di Laboratorium Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilakukan pada bulan November Desember 2013, bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat
Lebih terperinciOleh. Ir. Ernawati, MP STAFF PENGAJAR
MAKALAH IPTEK PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR (LAT) RED CLAW DENGAN SISTEM BOTOL Oleh Ir. Ernawati, MP STAFF PENGAJAR FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat
SNI 7585:2010 Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7585:2010 Daftar isi Daftar isi...i
Lebih terperinciMANAJER UTAMA MANAJER PEMASARAN MANAJER SDM
Pendahuluan Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar daratannya berupa perairan. Indonesia dikenal dengan hasil lautnya yang sangat kaya dan bermacam macam. Sebagian besar masyarakat berprofesi
Lebih terperinciTeknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan
Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan keseragaman.induk yang baik untuk pemijahan memiliki umur untuk
Lebih terperinciPENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2 DAN RASIO SHELTER
PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M 2 DAN RASIO SHELTER 1 DAN 0,5 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR, Cherax quadricarinatus Erik Sumbaga SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI
Lebih terperinciII. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI
II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya ikan nila semakin diminati oleh pembudidaya ikan air
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan budidaya ikan nila semakin diminati oleh pembudidaya ikan air tawar. Permintaan benih ikan nila yang semakin meningkat menyebabkan penyediaan benih harus dilakukan
Lebih terperinciII. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad
II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah belut sawah (Monopterus albus) yang diperoleh dari pengumpul ikan di wilayah Dramaga. Kegiatan penelitian terdiri
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
PENDAHULUAN Latar Belakang Udang windu merupakan salah satu komoditas ekspor non migas dalam sektor perikanan. Kegiatan produksi calon induk udang windu merupakan rangkaian proses domestifikasi dan pemuliaan
Lebih terperinciTeknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk
Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Benih ikan patin siam di
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011. Benih ikan patin siam di trasportasikan dari hatchery pembenihan Balai Benih Ikan Inovatif (BBII) Provinsi
Lebih terperinciDeskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)
1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Pada tahap pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen,
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis udang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan negara lain seperti: Australia, Amerika dan Inggris.
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan
Lebih terperinciPENGARUH TEMPAT PERLINDUNGAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH (Cherax quadricarinatus)
PENGARUH TEMPAT PERLINDUNGAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH (Cherax quadricarinatus). Sj Djunaidi 1, Eka Indah Raharjo 2, Farida 3 1. Alumni Fakultas
Lebih terperinciPengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara
Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga II TINJAUAN PUSTAKA. Genus Scylla mempunyai tiga spesies lain yaitu Scylla serata, S. oseanica dan S.
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kepiting Bakau Klasifikasi Scylla paramamosain menurut King (1995) dan Keenan (1999) dalam Pavasovic (2004) adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Subfilum: Crustacea
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus von Martens)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi dan Ekologi Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus von Martens) Holthuis (1991) dan Merrich (1993) mengklasifikasikan lobster air tawar capit merah ke dalam
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2012. Penelitian dilaksanakan di Ruang Penelitian, Hanggar 2, Balai Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciTRANSPORTASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) HIDUP SISTEM KERING DENGAN MENGGUNAKAN PEMBIUSAN SUHU RENDAH SECARA LANGSUNG DAN PRATISARI C
TRANSPORTASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) HIDUP SISTEM KERING DENGAN MENGGUNAKAN PEMBIUSAN SUHU RENDAH SECARA LANGSUNG DAN PRATISARI C34050814 DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan
Lebih terperinciPENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP
PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENDINGINAN (Cooling / Refrigerasi) : Adalah penyimpanan bahan pangan (Nabati/Hewani) diatas suhu titik beku tetapi kurang dari 15oC Pendinginan merupakan
Lebih terperinciPEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI
PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 1997 / 1998 KATA PENGANTAR Upaya para nelayan dalam mempertahankan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei
2.1 Biologi Udang Vannamei 2.1.1 Klasifikasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) sebagai berikut : Kingdom Sub kingdom Filum Sub
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :
TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Pisces
Lebih terperinciManajemen Pemeliharaan Ayam Jantan
Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan- Tidak seperti layaknya beternak ayam broiler maupun ayam petelur. Beternak ayam jantan lebih membutuhkan pengalaman dilapangan sebagai
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit,
Lebih terperinciSTUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (Cyprinus Caprio-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR
STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (Cyprinus Caprio-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR I KETUT SUWETJA 1, FENY MENTANG 2, SATRIA WATI PADE 3 1) STAF DOSEN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNSRAT 2) STAF
Lebih terperinciTRANSPORTASI BASAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KAMBOJA (Plumeria acuminata) ABSTRAK
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 2 Februari 2015 ISSN: 2302-3600 TRANSPORTASI BASAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KAMBOJA (Plumeria acuminata)
Lebih terperinciUSAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)
USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) Melalui berbagai media komunikasi pemerintah selalu menganjurkan kepada masyarakat untuk makan ikan. Tujuannya adalah untuk
Lebih terperinciPENERAPAN TEKNIK IMOTILISASI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides) PADA TRANSPORTASI BASAH
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENERAPAN TEKNIK IMOTILISASI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum
Lebih terperinciPengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara
SNI 7586:2010 Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7586:2010 Daftar isi Daftar isi...i
Lebih terperinciMORTALITAS BENIH IKAN KOI (Cyprinus carpio) PADA KETINGGIAN DASAR MEDIA GABUS AMPAS TEBU DAN LAMA WAKTU PENGANGKUTAN YANG BERBEDA ABSTRACT
JPK19.1.JUNI 2014/08/78-89 JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN ISSN 0853-7607 MORTALITAS BENIH IKAN KOI (Cyprinus carpio) PADA KETINGGIAN DASAR MEDIA GABUS AMPAS TEBU DAN LAMA WAKTU PENGANGKUTAN YANG BERBEDA
Lebih terperinciGambar 4. Uji Saponin
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Kandungan Senyawa Saponin Pada Biji Barringtonia asiatica Biji Barringtonia asiatica memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder triterpenoid dan saponin.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD. Populer yang terletak di Jalan Raya Cerme Lor no. 46, Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik
Lebih terperinciOLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI
OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya
Lebih terperinciBAB 4. METODE PENELITIAN
BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari bulan Maret sampai September 2014 di Laboratorium UPT Kolam Pembenihan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Lebih terperinciProduksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar
Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1
Lebih terperinciAPLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)
APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) Oleh Adi Hardiyanto, Marwa dan Narulitta Ely ABSTRAK Induk ikan mandarin memanfaatkan pakan untuk reproduksi. Salah satu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Universitas
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar
Lebih terperinciCARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO
CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus DIPELIHARA PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA
Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 109 114 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 109 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalmus 2.2. Transportasi Ikan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam adalah jenis ikan patin yang diintroduksi dari Thailand (Khairuman dan Amri, 2008; Slembrouck et al., 2005). Ikan patin
Lebih terperinciPengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara
Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH GI MACRO II
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH GI MACRO II DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun karena memiliki daya tarik yang sangat kuat, salah satu jenisnya adalah lobster air tawar (Cherax
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Lukito (2002), adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces
Lebih terperinciKARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO Oleh : R. muhammad Taufiq Sujatmikanto 11.01.2893 11/D3TI/02 SEKOLAH TINGGI MANAJEMENT INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Jl. Ring Road
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar
SNI : 02-6730.3-2002 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar Prakata Standar produksi benih kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar
Lebih terperinciBAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi penanganan pasca panen Penanganan pasca panen dilakukan untuk memperbaiki cita rasa dan meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,
Lebih terperinci[Pemanenan Ternak Unggas]
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciBAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
Lebih terperinciBudidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22
Dikenal sebagai nila merah taiwan atau hibrid antara 0. homorum dengan 0. mossombicus yang diberi nama ikan nila merah florida. Ada yang menduga bahwa nila merah merupakan mutan dari ikan mujair. Ikan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN. (Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Oksigen Lingkungan)
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Oksigen Lingkungan) Disusun oleh : Aida Fitriah (1110016100006) Musliyadi (1110016100025) Qumillailah (1110016100026) Izkar Sobhah
Lebih terperinciIkan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinci