Kuantifikasi HbsAg Sebagai Kriteria Penghentian Terapi Pada Pasien Hepatitis B Kronik HbeAg Negatif yang Mendapat Terapi Analog Nukleosida/Nukleotida
|
|
- Ida Siska Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Evidence Based Case Report Kuantifikasi HbsAg Sebagai Kriteria Penghentian Terapi Pada Pasien Hepatitis B Kronik HbeAg Negatif yang Mendapat Terapi Analog Nukleosida/Nukleotida Oleh: Irene Purnamawati Divisi Hepatobilier Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, April 2015
2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 BAB 2 ILUSTRASI KASUS... 3 BAB 3 METODE... 4 BAB 4 HASIL... 6 BAB 5 DISKUSI... 8 BAB 6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA ii
3 BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi virus hepatitis B masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia maupun di dunia. Diperkirakan prevalensi hepatitis B pada populasi sehat di Indonesia mencapai 4-20,3%, sedangkan prevalensi penderita hepatitis B di dunia berkisar antara juta penduduk. Infeksi hepatitis B yang tidak diterapi dengan baik dapat berkembang menjadi sirosis dan karsinoma hepatoselular. 1 Pasien dengan infeksi hepatitis B kronik bisa merupakan HBeAg positif atau HBeAg negatif. HBeAg menunjukkan replikasi virus yang aktif dan sering kali didapatkan kadar HBV DNA yang tinggi. Pada pasien hepatitis B dengan HBeAg negatif, respon terapi jangka panjang lebih sulit diprediksi dan lebih sering dijumpai relaps. 1 Saat ini pengobatan hepatitis B dapat dilakukan dengan pemberian peg-interferon atau dengan analog nukleosida/nukelotida. Peg-interferon memiliki kelebihan lama terapi yang terbatas, maksimal 48 minggu, dengan kemungkinan seroklirens HBsAg yang lebih baik. Sedangkan terapi menggunakan analog nukleosida/nukleotida (NA) umumnya diberikan dalam jangka panjang dengan kemungkinan relaps virologis yang cukup tinggi setelah penghentian terapi. 2 Sesuai pedoman dari Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Asian Pacific Association for the Study of the Liver (APASL), dan European Association for the Study of the Liver (EASL), pada pasien hepatitis B HBeAg positif terapi NA dapat dihentikan 12 bulan setelah mengalami serokonversi HBeAg dengan HBV DNA tidak terdeteksi. 1,3,4 Sedangkan untuk pasien hepatitis B HBeAg negatif, PPHI dan APASL merekomendasikan penghentian terapi NA setelah lama terapi minimal dua tahun dengan pemeriksaan HBV DNA tidak terdeteksi pada tiga pemeriksaan dalam jangka waktu enam bulan. 1,3 Namun, beberapa studi melaporkan tingginya angka relaps pasca penghentian terapi menggunakan pedoman tersebut, yaitu 45% dan 91% satu tahun pasca penghentian terapi. 5,6 American Association for the Study of Liver Diseases (AASLD) dan EASL merekomendasikan penghentian terapi pada hepatitis B HBeAg negatif setelah terjadi seroklirens HBsAg. 4,7 Kendalanya adalah seroklirens HBsAg relatif jarang terjadi, hanya sekitar 0-3% pada terapi NA selama satu tahun dan 0-10% pada terapi NA selama 5 tahun. 2 Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan alternatif yang dapat dijadikan pedoman penghentian terapi pada hepatitis B kronik HBeAg negatif. 1
4 Pemeriksaan HbsAg kuantitatif telah terbukti dapat membantu memprediksi keberhasilan terapi hepatitis B menggunakan peg-interferon, baik pada kelompok HBeAg positif maupun negatif. Pada hepatitis B kronik HBeAg negatif yang mendapat terapi peginterferon, penurunan kadar HbsAg serum telah terbukti dapat memprediksi terjadinya respon virologis maupun seroklirens HBsAg. 8 Namun, bagaimana pengaruhnya pada pasien yang mendapat terapi NA masih belum diketahui dengan pasti. 2
5 BAB 2 ILUSTRASI KASUS 2.1 Ilustrasi Kasus Pasien laki-laki 35 tahun rutin berobat ke poliklinik hepatologi RSCM untuk penyakit hepatitis B. Dari rekam medis didapatkan HBeAg saat pasien pertama kali berobat nonreaktif dan USG abdomen terakhir menunjukkan gambaran chronic liver disease dengan hasil fibroscan F2. Pasien sudah dua tahun terakhir rutin minum obat telbivudin 1x600 mg dan saat ini menanyakan sampai kapan dia harus minum obat karena satu tahun terakhir pemeriksaan HBV DNA sudah tidak terdeteksi. 2.2 Pertanyaan Klinis Dari ilustrasi kasus di atas timbul pertanyaan apakah HBsAg kuantifikasi dapat digunakan sebagai panduan kapan sebaiknya terapi analog nukleosida/nukleotida dapat dihentikan pada pasien hepatitis B kronik dengan HBeAg negatif. P: pasien hepatitis B HBeAg negatif I: pemeriksaan HBsAg kuantifikasi C: tak ada O: penghentian terapi analog nukleosida/nukleotida 3
6 BAB 3 METODE 3.1 Metode Penelusuran Pencarian literatur untuk menjawab pertanyaan klinis tersebut dilakukan menggunakan mesin pencari di situs Pubmed dan Cochrane pada tanggal 12 April 2015 dengan kata kunci (HBsAg quantification OR HBsAg quantitative OR HBsAg levels ) AND (stop OR cessation OR offtherapy OR off-treatment OR discontinuation) AND HBeAg-negative NOT (peginterferon[title]) NOT (interferon[title]). Penelusuran awal tersebut menghasilkan sembilan artikel, tiga di antaranya adalah artikel review sehingga dieksklusi. Dari enam artikel sisanya tersebut, dilakukan abstract review dan didapatkan tiga literatur yang dapat menjawab pertanyaan klinis. Pubmed Cochrane (HBsAg quantification OR HBsAg quantitative OR HBsAg levels ) AND (stop OR cessation OR off-therapy OR off-treatment OR discontinuation) AND HBeAg-negative NOT (interferon[title]) NOT (peginterferon[title]) 9 artikel 0 artikel Abstract review 3 artikel Gambar 1. Diagram alur penelusuran literatur 3.2 Telaah Kritis Penilaian jurnal dilakukan menggunakan alat bantu yang diunduh dari situs Center of Evidence Based Medicine. Hasilnya ditampilkan pada tabel di bawah. 4
7 Tabel 1. Telaah kritis pada studi prognostik Validitas Kriteria Was the defined representative sample of patients assembled at a common (usually early) point in the course of their disease? Was patient follow-up sufficiently long and complete? Were outcome criteria either objective or applied in a blind fashion? If subgroups with different prognoses are identified, did adjustment for important prognostic factors take place? Chan HYL et al Chen CH et al Seto WK et al Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Setelah menelaah artikel tersebut kami simpulkan bahwa studi-studi di atas memiliki validitas yang baik. Studi tersebut juga dapat diaplikasikan mengingat karakteristik sampel pada studi-studi tersebut mirip dengan pasien-pasien di Indonesia. Hasil penelitian dari studistudi tersebut akan dibahas di bab selanjutnya. 5
8 BAB 4 HASIL Tabel 2. Hasil penelusuran literatur Variabel Chan HLY et al 9 Chen CH et al 10 Seto WK et al 5 Design studi Kohort retrospektif Kohort retrospektif Prospektif, multicenter, observasional Domain 53 pasien hepatitis B kronik HBeAg negatif yang mendapat terapi lamivudine > 12 bulan (durasi terapi bulan) dan menjalani follow-up > 12 bulan pasca terapi 188 pasien dengan hepatitis B kronik naïve (83 HBeAg positif dan 105 HBeAg negatif) yang mendapat terapi lamivudine (durasi terapi 89,3 + 35,9 minggu) dan telah stop terapi > 12 bulan Follow-up hingga 6 tahun pasca penghentian terapi 184 pasien dengan hepatitis B kronik HBeAg negatif yang mendapat terapi entecavir > 2 tahun (durasi terapi 3,06 + 0,64 tahun) yang memenuhi kriteria penghentian terapi menurut APASL Follow up hingga 48 minggu pasca penghentian terapi Kriteria eksklusi Koinfeksi dengan hepatitis C Sirosis dekompensata, HCC, pemakaian obat-obat imunosupresan, HBsAg loss saat terapi HCC, sirosis dekompensata, terapi sebelumnya selain entecavir, koinfeksi HCV, riwayat transplantasi atau HCC Intervensi Pemeriksaan serum HBsAg kuantitatif dan Pemeriksaan serum HBsAg kuantitatif HBV DNA dan HBsAg kuantitatif HBV DNA Kontrol Tak ada Tak ada Tak ada Outcome Sustained response (SR-12), yaitu HBV DNA < 200 IU/ml pada bulan ke-12 pasca terapi Relaps virologis pasca terapi, yaitu HBV DNA > 2000 IU/ml pada dua pemeriksaan berurut-turut dengan selang waktu minimal tiga bulan Relaps virologis pasca terapi, yaitu HBV DNA > 2000 IU/ml tanpa memandang serum ALT 6
9 HBsAg loss Hasil Nilai cut-off kadar HBsAg di akhir terapi untuk Kadar HBsAg di akhir terapi < 200 IU/ml Kadar HBsAg saat terapi entecavir memprediksi SR-12 adalah 100 IU/ml dengan dapat memprediksi relaps virologis dengan dimulai, saat terapi dihentikan, dan rerata sensitivitas 78%, spesifisitas 96%, PPV 78%, sensitivitas 97% dan spesifisitas 73%. penurunan HBsAg tidak memiliki dan NPV 96%. Kadar HBsAg < 120 IU/ml dapat hubungan yang signifikan dengan relaps Penurunan kadar HBsAg > 1 log pada akhir memprediksi HBsAg loss dengan virologis. terapi dari baseline dapat memprediksi SR-12 sensitivitas 95% dan spesifisitas 76%. dengan sensitivitas 78%, spesifisitas 96%, PPV 78%, dan NPV 96%. Nilai HBsAg < 100 IU/ml dan penurunan HBsAg > 10 IU/ml dapat memprediksi SR-12 dengan PPV 100%. 7
10 BAB 5 DISKUSI Terapi NA telah diketahui efektif dalam menekan replikasi virus hepatitis B. Namun, relaps virologis pasca penghentian terapi masih sering terjadi karena masih adanya covalently closed circular DNA (cccdna) di hepatosit, yaitu suatu petanda replikasi virus intrahepatik. 11 Pemeriksaan HBsAg kuantitatif telah diketahui memiliki korelasi dengan konsentrasi cccdna di hati. Penurunan kadar HBsAg pada pasien yang mendapat terapi peginterferon dapat menandakan berhasilnya kontrol imun terhadap virus hepatitis B, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi respon terapi. 11,12 Studi-studi yang dibahas di atas merupakan studi-studi yang dilakukan di Asia dimana genotip virus hepatitis B yang dominan adalah genotip B dan C (Seto WK et al tidak mencantumkan genotip virus dalam laporannya). Rerata usia sampel penelitian Chen CH et al sedikit lebih muda dibandingkan sampel Chan HLY et al dan Seto WK et al, yaitu 48 tahun, 56 tahun, 53 tahun berturut-turut. Ketiga studi memiliki baseline kadar HBV DNA yang hampir sama, yaitu 5 log IU/ml pada studi Chen CH et al, 5,8 log IU/ml pada studi Chan HYL et al, dan 2,8 x 5 log IU/ml pada studi Seto WK. Begitu juga dengan baseline kadar HBsAg, yaitu 3,1 log IU/ml pada Chen CH et al, 3,2 log IU/ml pada Chan HYL, dan 3,05 IU/ml pada Seto WK et al. Chan HYL et al dan Chen CH et al melihat respon terapi lamivudine sedangkan Seto WK et al melihat respon terapi entecavir dengan rerata durasi terapi ketiga studi tersebut lebih dari dua tahun dan follow-up pasca penghentian terapi minimal satu tahun. Dari studi yang dilakukan oleh Chan HLY et al, kadar HBsAg di akhir terapi lamivudine dan penurunan kadar HBsAg di akhir terapi dibandingkan baseline pada pasien dengan infeksi hepatitis B HBeAg negatif dapat memprediksi terjadinya sustained response pada 12 bulan pasca terapi. Pasien dengan kadar HBsAg < 100 IU/ml atau penurunan kadar HBsAg > 1 log memiliki sensitivitas 78% dan spesifisitas 96% untuk mengalami sustained response 12 bulan pasca terapi. Nilai cut-off tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen CH et al, dimana kadar HBsAg di akhir terapi < 200 IU/ml dapat memprediksi relaps virologis dengan sensitivitas 97% dan spesifisitas 73%. Hasil yang berbeda didapat oleh Seto WK et al dimana tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kadar HBsAg saat terapi entecavir dimulai, saat terapi dihentikan, ataupun rerata penurunan HBsAg dengan kejadian relaps virologis. Kekurangan dari studi yang dilakukan oleh Chan HLY et al dibandingkan dua studi lainnya adalah jumlah sampel yang relatif lebih sedikit, yaitu 53 sampel, dibandingkan 105 dan 184 sampel 8
11 pada studi Chen CH et al dan Seto WK et al berturut-turut. Selain itu, durasi follow-up studi Chan HYL et al juga relatif lebih singkat dimana hanya melihat sustained response pada 12 bulan pasca penghentian terapi, sedangkan Chen CH et al melihat sustained response hingga enam tahun pasca penghentian terapi dan Seto et al 48 minggu pasca penghentian terapi. Adanya perbedaan tersebut mungkin yang menyebabkan adanya ketidaksamaan hasil pada studi-studi tersebut. Hal lain yang mungkin dapat menjelaskan perbedaan hasil penelitian dari studi-studi di atas adalah definisi relaps virologis yang dipakai sedikit berbeda, dimana Chen CH et al menggunakan kriteria HBV DNA > 2000 IU/ml pada dua pemeriksaan berurut-turut dengan selang waktu minimal tiga bulan, sedangkan Seto WK et al menggunakan kriteria HBV DNA > 2000 IU/ml saja. Berdasarkan data-data di atas, kadar HBsAg mungkin berguna dalam memprediksi reaktivasi virus setelah penghentian terapi nukleosida/nukleotida pada pasien hepatitis B kronik HBeAg negatif, namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut. 9
12 BAB 6 KESIMPULAN Studi-studi mengenai peran HBsAg kuantitatif dalam memprediksi relaps virologis pasca penghentian terapi analog nukleosida/nukleotida pada pasien hepatitis B kronik dengan HBeAg negatif masih memberikan hasil yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk mengetahui peran HBsAg kuantitatif dalam membantu menentukan kriteria penghentian terapi pada pasien hepatitis B kronik HBeAg negatif. 10
13 DAFTAR PUSTAKA 1. Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia. Konsensus nasional penatalaksanaan hepatitis B Jakarta; Pérez-Cameo C, Pons M, Esteban R. New therapeutic perspectives in HBV: when to stop NAs. Liver Int Feb; 34: p Liaw YF, Kao JH, Piratvisuth T, Chan HLY, Chien RN, Liu CJ, et al. Asian-Pacific consensus statement on the management of chronic hepatitis B: a 2012 update. Hepatol Int. 2012; 6: p European Association for the Study of the Liver. EASL clinical practice guidelines: management of chronic hepatitis B virus infection. J Hepatol. 2012; 57: p Seto WK, Hui AJ, Wong VWS, Wong GLH, Liu KSH, Lai CL, et al. Treatment cessation of entecavir in Asian patients with hepatitis B e antigen negative chronic hepatitis B: a multicentre prospective study. Gut Apr; 64(4): p Jeng WJ, Sheen IS, Chen YC, Hsu CW, Chien RN, Chu CM, et al. Off-therapy durability of response to entecavir therapy in hepatitis B e antigen-negative chronic hepatitis B patients. Hepatology Dec; 58(6): p Lok ASF, McMahon BJ. Chronic hepatitis B: update Hepatol September; 50(3): p Viganò M, Invernizzi F, Lampertico P. Optimal therapy of chronic hepatitis B: how do I treat my HBeAg-negative patients? Liver Int Jan; 35: p Chan HLY, Wong GLH, Chim AML, Chan HY, Chu SHT, Wong VWS. Prediction of off-treatment response to lamivudine by serum hepatitis B surface antigen quantification in hepatitis B e antigen-negative patients. Antivir Ther. 2011; 16(8): p Chen CH, Lu SN, Hung CH, Wang JH, Hu TH, Changchien CS, et al. The role of hepatitis B surface antigen quantification in predicting HBsAg loss and HBV relapse after discontinuation of lamivudine treatment. Journal of Hepatology. 2014; 61: p Chen CH, Chiu YC, Lu SN, Lee CM, Jing-Houng Wang THH, Hung CJ. Serum hepatitis B surface antigen levels predict treatment response to nucleos(t)ide analogues. World J Gastroenterol June 28; 20(24): p Hadziyannis E, Hadziyannis SJ. Hepatitis B surface antigen quantification in chronic hepatitis B and its clinical utility. Gastroenterol Hepatol. 2014; 8(2): p
The Role of HBsAg Quantification in the Monitoring and Predicting Outcome of. Chronic Hepatitis B Management
The Role of HBsAg Quantification in the Monitoring and Predicting Outcome of Chronic Hepatitis B Management Pendahuluan I Dewa Nyoman Wibawa Gastroentero-hepatologyDiv, Dept of Internal Medicine, Udayana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di seluruh dunia. Penderita infeksi hepatitis B diperkirakan berjumlah lebih dari 2 milyar orang
Lebih terperinciTerapi Sekuensial Interferon Pada Hepatitis B Kronik
EVIDENCE BASED CLINICAL RESEARCH Terapi Sekuensial Interferon Pada Hepatitis B Kronik Oleh INDHIRA ALIMIN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO FAKULTAS
Lebih terperinciPengobatan Terkini Hepatitis Kronik B dan C
Pengobatan Terkini Hepatitis Kronik B dan C Rino A Gani, Dr, SpPD-KGEH Divisi Hepatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo RS. Internasional Bintaro Jl. MH Thamrin No.1 Sektor 7,
Lebih terperinciPeran Analog Nukleos(t)ida dalam Meningkatkan Kesintasan Pada Pasien Hepatitis B yang mengalami Acute on Chronic Liver Failure
Peran Analog Nukleos(t)ida dalam Meningkatkan Kesintasan Pada Pasien Hepatitis B yang mengalami Acute on Chronic Liver Failure (ACLF): Sebuah Laporan Kasus Berbasis Bukti Jerry Nasarudin Abstrak Latar
Lebih terperinciEvidence based Case Report
Evidence based Case Report Pengaruh Stres Psikososial terhadap Keparahan Penyakit Hepatitis Kronik Disusun Oleh: dr. Resultanti NPM: 1006767506 Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
Lebih terperinciEVALUASI TERAPI PADA PASIEN HEPATITIS B DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA. Rahmannisa Wikan Trisnaningtyas*, Chynthia Pradiftha Sari, Ndaru Setyaningrum
EVALUASI TERAPI PADA PASIEN HEPATITIS B DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Rahmannisa Wikan Trisnaningtyas*, Chynthia Pradiftha Sari, Ndaru Setyaningrum Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Islam Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH. Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan salah. satu masalah kesehatan utama dengan tingkat morbiditas
1 BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia meskipun vaksin
Lebih terperinciHasil. Hasil penelusuran
Pendahuluan Karsinoma hepatoselular (KHS) adalah keganasan kelima tersering di seluruh dunia, dengan angka kematian sekitar 500.000 per tahun. Kemajuan dalam pencitraan diagnostik dan program penapisan
Lebih terperincion/switching) Sebuah Laporan Kasus Berbasis Bukti Disusun oleh NPM :
Efektivitas Terapi Sekuensial (Add on/switching) Pegylated Interferon-α (PegIFN-α) Pada Pasien Hepatitis B Kronik Dengan Analog Nukleosida Sebuah Laporan Kasus Berbasis Bukti Disusun oleh dr. Ruth Vonky
Lebih terperinciEVALUASI TERAPI PADA PASIEN HEPATITIS B DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
Jurnal Ilmiah Farmasi13(1) Januari-Juli 2017, 29-34 ISSN: 1693-8666 available at http://journal.uii.ac.id/index.php/jif EVALUASI TERAPI PADA PASIEN HEPATITIS B DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Rahmannisa
Lebih terperinciLAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI
LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI EFEKTIVITAS VAKSINASI HEPATITIS B YANG DIBERIKAN DALAM 24 JAM PERTAMA SETELAH KELAHIRAN PADA BAYI DENGAN IBU HBSAG POSITIF TERHADAP PREVALENSI TRANSMISI PERINATAL Oleh: dr.
Lebih terperinciPeran sorafenib pada HCC yang refrakter terhadap TACE Ruben Salamat P
Peran sorafenib pada HCC yang refrakter terhadap TACE Ruben Salamat P Abstrak Latar Belakang: Hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan kanker terbanyak ke 6 dan merupakan penybab kematian ke 3 akibat kanker
Lebih terperinciTERAPI ANTIVIRAL PADA SIROSIS HATI DEKOMPENSATA TERKAIT INFEKSI VIRUS HEPATITIS B
Majalah Kedokteran Andalas, Vol.39, No.1, April 2016, hal. 35-41 Tinjauan Pustaka TERAPI ANTIVIRAL PADA SIROSIS HATI DEKOMPENSATA TERKAIT INFEKSI VIRUS HEPATITIS B Fadrian 1 Abstrak Hepatitis B masih merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Infeksi hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Infeksi hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Lebih terperinciKonsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) 2012 x+56 Halaman 15 x 23 cm ISBN 978-602-18991-0-6 Cetakan Kedua Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Lebih terperinciEvidence Based Case Report
Evidence Based Case Report Nucleotide Analogs for Patients with HBV- Related Hepatocellular Carcinoma Increase the Survival Rate through Improved Liver Function Presentan: dr. Prima Yuriandro (1006767506)
Lebih terperinciPREVALENSI DAN HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA INFEKSI VIRUS HEPATITIS B PADA IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN PERILAKU BERISIKO IBU DI BALI
ABSTRAK PREVALENSI DAN HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA INFEKSI VIRUS HEPATITIS B PADA IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN PERILAKU BERISIKO IBU DI BALI Infeksi virus hepatitis B (VHB) di Indonesia
Lebih terperinciKapankah waktu yang tepat penggunaan tripel terapi (fokus pada boceprevir) pada pasien ini dan efek samping apa saja yang mungkin muncul.
PENDAHULUAN Sejak ditemukan pada tahun 1989, virus hepatitis C (VHC) telah menjadi salah satu penyebab utama penyakit hati kronik di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi
Lebih terperinciPenilaian Skor APRI sebagai Penanda Fibrosis Hati pada Hepatitis B Kronik
Evidance-Based Case Report Penilaian Skor APRI sebagai Penanda Fibrosis Hati pada Hepatitis B Kronik Oleh: David Santosa DIVISI HEPATOLOGI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
Lebih terperinciVIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri
78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang perlu penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis penyakit yang
Lebih terperinciBAB II ILUSTRASI KASUS
BAB I PENDAHULUAN Infeksi virus hepatitis C merupakan salah satu penyebab utama penyakit hati kronik. 1 Prevalensinya terus meningkat, dan diperkirakan saat ini terdapat lebih dari 184 juta penderita hepatitis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) yang dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis (WHO, 2015). Penularan hepatitis virus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Virus hepatitis B (VHB) merupakan penyebab infeksi. hepatitis B yang masih menjadi masalah kesehatan global
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Virus hepatitis B (VHB) merupakan penyebab infeksi hepatitis B yang masih menjadi masalah kesehatan global dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi.hal
Lebih terperinciPenggunaan Granulocyte-Colony Stimulating Factor (G-CSF) pada Pasien Acute on Chronic Liver Failure
Evidence Base Clinical Review Penggunaan Granulocyte-Colony Stimulating Factor (G-CSF) pada Pasien Acute on Chronic Liver Failure Penyusun : Anggilia Stephanie Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. fosfolipid dan asam asetoasetat (Amirudin, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hati adalah organ dari sistem pencernaan terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat komplek. Beberapa fungsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi yang disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
Lebih terperinciFrekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012
Artikel Penelitian Frekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012 Dewi Oktavia 1, Rismawati Yaswir 2, Nora Harminarti 3 Abstrak Infeksi
Lebih terperinciABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah.
ABSTRAK Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah. Natalia, 2006 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping : Johan Lucianus, dr., M.Si.
Lebih terperinciRINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk
RINGKASAN Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang. paling sering disebabkan oleh infeksi virus.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Secara khusus hepatitis B yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan Masalah Karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan kanker terbanyak kelima pada laki-laki (7,9%) dan ketujuh pada wanita 6,5%) di dunia, sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular. berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB).
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini menginfeksi melalui cairan tubuh manusia secara akut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limfoid, dan sel neuroendocrine. Dari beberapa sel-sel tersebut dapat berubah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hati merupakan organ tubuh manusia yang terbentuk dari berbagai tipe sel, seperti hepatosit, epitel biliaris, endotel vaskuler, sel Kupfer, sel stelata, sel limfoid,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Virus hepatitis B (VHB) merupakan virus yang dapat. menyebabkan infeksi kronis pada penderitanya (Brooks et
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Virus hepatitis B (VHB) merupakan virus yang dapat menyebabkan infeksi kronis pada penderitanya (Brooks et al., 2008). Virus ini telah menginfeksi lebih dari 350 juta
Lebih terperinciABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS
ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS Ardo Sanjaya, 2013 Pembimbing 1 : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing 2 : Ronald Jonathan, dr., MSc., DTM & H. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatoma ( karsinoma hepatoseluler ) merupakan salah satu tumor yang paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu di Asia dan Afrika
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan Hepatitis D
Asuhan Keperawatan Hepatitis D Hepatitis D (sering disebut Hepatitis Delta) adalah suatu peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Virus Hepatitis D (HDV) adalah virus
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) semakin menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia.
Lebih terperinciPenatalaksanaan Hepatitis B Kronik
Penatalaksanaan Hepatitis B Kronik Kiah Hilman, Syarif H.Djajadiredja, Edhiwan Prasetya, Meilianau Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Pendahuluan Hepatitis B masih
Lebih terperinciFrenky Jones, Juwita Sembiring, Lukman Hakim Zain Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
ARTIKEL PENELITIAN Akurasi Diagnostik Fibrosis Hati berdasarkan Rasio Red Cell Distribution Width (RDW) dan Jumlah Trombosit Dibanding dengan Fibroscan pada Penderita Hepatitis B Kronik Abstrak Frenky
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. varises pada pasien dengan sirosis sekitar 60-80% dan risiko perdarahannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perdarahan varises esofagus (VE) merupakan satu dari banyak komplikasi mematikan dari sirosis karena tingkat mortalitasnya yang tinggi. Prevalensi varises
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Infeksi virus hepatitis B (VHB) masih merupakan. masalah kesehatan pokok dengan tingkat morbiditas dan
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Infeksi virus hepatitis B (VHB) masih merupakan masalah kesehatan pokok dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi di dunia meskipun vaksin dan pengobatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di Indonesia. Penyakit ini merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014 Jeanatasia Kurnia Sari, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked dan Pembimbing II : Teresa Lucretia Maria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan neoplasma yang jarang terjadi di sebagian
Lebih terperinciAntibiotik Profilaksis terhadap Spontaneous Bacterial Peritonitis pada Asites dengan Sirosis
Evidence-based Case Report Antibiotik Profilaksis terhadap Spontaneous Bacterial Peritonitis pada Asites dengan Sirosis Penulis: dr. Oldi Dedya NPM: 1006824421 Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B (VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit peradangan hati akut atau menahun disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuh seperti saliva, ASI, cairan
Lebih terperinciABSTRAK (STUDI PUST AKA) Interferon Sebagai Terapi Terhadap Penderita Hepatitis C Roni Aldiano, Pembimbing : dr. Fanny Rahardja, MSi.
ABSTRAK (STUDI PUST AKA) Interferon Sebagai Terapi Terhadap Penderita Hepatitis C Roni Aldiano, 2004. Pembimbing : dr. Fanny Rahardja, MSi. Interferon (IFN) adalah salah satu jenis molekul sitokin yang
Lebih terperinciInterpretasi dan Aspek Legalitas Hasil. Pemeriksaan Laboratorium pada HIV/AIDS
nterpretasi dan Aspek Legalitas Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada HV/ADS Diajukan oleh: Agnes R ndrati Dept. Patologi Klinik, RS Hasan Sadikin/ FK Universitas Padjadjaran Bandung Pada Acara: Simposium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai macam penyakit hati kronik. Istilah sirosis pertama kali diperkenalkan oleh Laennec
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka konsep penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, kerangka konsep mengenai angka kejadian relaps sindrom nefrotik
Lebih terperinciABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA
ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA Latar Belakang: Virus Hepatitis B atau (HBV) adalah virus DNA ganda hepadnaviridae. Virus Hepatitis B dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang. menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang diikuti dengan timbulnya gejala ataupun tidak. WHO-IARC menggolongkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data
Lebih terperinciHepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini
Hepatitis Virus Oleh Dedeh Suhartini Fungsi Hati 1. Pembentukan dan ekskresi empedu. 2. Metabolisme pigmen empedu. 3. Metabolisme protein. 4. Metabolisme lemak. 5. Penyimpanan vitamin dan mineral. 6. Metabolisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengancam jiwa sehingga sampai saat ini menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan
Lebih terperinciANALISIS MUTASI GEN PENGEKSPRESI DOMAIN B DAN C DNA POLIMERASE HBV DARI PASIEN YANG TERINFEKSI DENGAN TITER TINGGI
ABSTRAK ANALISIS MUTASI GEN PENGEKSPRESI DOMAIN B DAN C DNA POLIMERASE HBV DARI PASIEN YANG TERINFEKSI DENGAN TITER TINGGI Anton Mulyono., 2003 ; Pembimbing I: Johan Lucianus, dr, M.Si. Pembimbing II:
Lebih terperinciHUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B
HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELSY NASIHA ALKASINA G0014082 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepatitis B 2.1.1 Etiologi Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). HBV merupakan famili Hepanadviridae yang dapat menginfeksi manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anemia merupakan masalah kesehatan global yang mempengaruhi derajat kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Istilah penyakit hati kronik merupakan suatu kondisi yang memiliki etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis kronik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke masih menjadi perhatian dunia karena angka kematiannya yang tinggi dan kecacatan fisik yang ditimbulkannya. Berdasarkan data WHO, Stroke menjadi pembunuh nomor
Lebih terperinciManado
PREVALENSI VIRUS HEPATITIS PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 1 Alvisco Y. Belung 2 E. Moeis 2 Frans Wantania
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hepatitis merupakan infeksi yang dominan menyerang hepar atau hati dan kemungkinan adanya kerusakan sel-sel hepar. Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari
Lebih terperinciABSTRAK. Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah. di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006
ABSTRAK Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006 Raykendran Arfellia Nawaarta, 2007 Pembimbing : Freddy Tumewu Andries,dr.,
Lebih terperinciANALISIS KADAR ALBUMIN SERUM TERHADAP ASPARTATE TRANSAMINASE
ANALISIS KADAR ALBUMIN SERUM TERHADAP ASPARTATE TRANSAMINASE (AST), ALANIN TRANSAMINASE (ALT) DAN RASIO DE RITIS PADA PASIEN HEPATITIS B DI RSUP SANGLAH, DENPASAR (The Analysis of Serum Albumin Level with
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciPeranan Anti Virus pada Hepatitis B akut
EVIDENCE-BASED CASE REPORT Peranan Anti Virus pada Hepatitis B akut Oleh: dr. Adeputri Tanesha Idhayu PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI HEPATOLOGI - DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sirosis hati merupakan penyebab kematian kesembilan
Lebih terperinciDISTRIBUSI GEOGRAFIS DAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN KARSINOMA HEPATOSELELULER ETIOLOGI VIRUS HEPATITIS B DI RS.DR KARIADI
DISTRIBUSI GEOGRAFIS DAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN KARSINOMA HEPATOSELELULER ETIOLOGI VIRUS HEPATITIS B DI RS.DR KARIADI Muhammad Nadhim RP. 1, Ch. Suharti 2, Hardian 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Insiden penyakit ini masih relatif tinggi di Indonesia dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hepatitis virus masih menjadi masalah serius di beberapa negara. Insiden penyakit ini masih relatif tinggi di Indonesia dan merupakan masalah kesehatan di beberapa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Hepatitis Hepatitis adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh beberapa etiologi. Etiologi yang menyebabkan peradangan hati ini antara lain berupa virus, kelainan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA
ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit hati (liver) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Kerusakan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh dunia dan penyebab terjadinya proses fibrosis hati dan berakhir pada sirosis hati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.
Lebih terperinciDistribusi Geografis dan Tingkat Keparahan Pasien Karsinoma Hepatoseluler Etiologi Virus Hepatitis B di RS.Dr Kariadi LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
Distribusi Geografis dan Tingkat Keparahan Pasien Karsinoma Hepatoseluler Etiologi Virus Hepatitis B di RS.Dr Kariadi LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciPERBEDAAN HASIL LABORATORIUM PENDERITA HEPATITIS B DAN C KRONIS DENGAN DERAJAT FIBROSIS HATI
Betharina,N.dkk. Perbedaan Hasil Laboratorium Penderita... PERBEDAAN HASIL LABORATORIUM PENDERITA HEPATITIS B DAN C KRONIS DENGAN DERAJAT FIBROSIS HATI Nudyan Betharina 1, FX. Hendriyono 2,, Mashuri 3
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama,
Lebih terperinciHEPATITIS FUNGSI HATI
HEPATITIS Hepatitis adalah istilah umum untuk pembengkakan (peradangan) hati (hepa dalam bahasa Yunani berarti hati, dan itis berarti pembengkakan). Banyak hal yang dapat membuat hati Anda bengkak, termasuk:
Lebih terperinciEvidence-based Case Report
Evidence-based Case Report Diabetes melitus sebagai faktor risiko hepatocellular carcinoma dan keluarannya yang kurang baik Penulis: dr. Suzy Maria NPM: 1006767512 Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sirosis adalah suatu keadaan patologik yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.
digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi telah didapatkan data-data penelitian yang disajikan dalam tabel pada Bab IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel
Lebih terperinciManfaat Terapi Statin pada Tatalaksana Hepatitis C
Manfaat Terapi Statin pada Tatalaksana Hepatitis C EVIDENCE-BASED CASE REPORT Oleh: Sharon Sandra NPM: 1306399821 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI HEPATOLOGI - DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati (cirrhosis hati / CH) adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hati yang ditandai dengan distorsi arsitektur hati dan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
39 DAFTAR PUSTAKA American Liver Foundation, 2012. Info about the Liver - Cirrhosis. Available from: http://www.liverfoundation.org/abouttheliver/info/cirrhosis/ [Accessed 19 Mei 2014]. Arief, S., 2011.
Lebih terperinciKEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA
PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,
Lebih terperinci