BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. fosfolipid dan asam asetoasetat (Amirudin, 2009).
|
|
- Hamdani Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hati adalah organ dari sistem pencernaan terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat komplek. Beberapa fungsi hati diantaranya sintesa protein plasma berupa albumin, protrombin, fibrinogen dan faktor bekuan lainnya, lipoprotein, kolesterol, fosfolipid dan asam asetoasetat (Amirudin, 2009). Hati dapat mengalami gangguan metabolisme yang ditandai dengan adanya peningkatan enzim aminotransferase aspartate aminotransferase (AST)/glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan alanine aminotransferase (ALT) /glutamic pyruvic transaminase (SGPT), biasanya mengarah pada perlukaan hepatoselular atau inflamasi. Keadaan patologis yang mempengaruhi sistem empedu intra dan ekstra hepatis dapat menyebabkan peningkatan fosfatase alkali dan Gamma-glutamyltransferase (γ-gt) (Amirudin, 2009). Penyakit hati dibedakan dalam dua jenis yaitu penyakit hati akut dan kronis. Penyakit hati akut adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri, misalnya penyakit Hepatitis A, sedangkan penyakit hati kronis adalah radang hati yang terus menerus tanpa adanya perbaikan selama lebih dari 6 bulan. Kondisi ini dapat terjadi setelah serangan virus hepatitis akut (seperti : hepatitis B dan C), penyakit autoimun (seperti : hepatitis aktif kronis autoimun) ataupun diakibatkan alkohol 1
2 atau obat-obatan (oksifenisatin, metildopa, isoniazid, dan nitrofurantoin) (Kenward dan Tan, 2002). Glycyrrhiza glabra atau Licorice merupakan tumbuhan liar di Asia dan Eropa, banyak dibudidayakan secara luas di Cina, Rusia, Spanyol, Persia dan India. G. glabra memiliki fungsi farmasetikal seperti detoksifikasi, antiulcer, antiinflamasi, antivirus dan antikarsinogenik. Di Jepang lebih dari 60 tahun, glycyrrhizin dikenal dengan nama Stronger Neo Minophagen C (SNMC) digunakan sebagai antialergi dan antihepatitis (Wang dan Nixon, 2001). SNMC yang mengandung glycyrrhizin, cystein, dan glysin, digunakan untuk mengobati berbagai penyakit hati (Verma dan Thuluvath, 2007). Penelitian yang dilakukan Rossum et al., (1998) secara randomized controlled trials, glycyrrhizin signifikan mengurangi serum aminotransferase dan memperbaiki histologi hati dibanding plasebo. Penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Rossum et al., (1999a) mengenai terapi glycyrrhizin intravena pada penyakit hepatitis C kronik secara a double blind, randomized, placebo-controlled phase I/II trial dengan membandingkan berbagai dosis pemberian SNMC rendah (80 mg), standar (160 mg), tinggi (240 mg) dan plasebo (0 mg). Hasilnya pemberian glycyrrhizin injeksi sampai 240 mg, 3x/minggu menurunkan serum ALT selama terapi, tetapi tidak berefek pada level RNA virus hepatitis C, serta obat aman dan ditoleransi dengan baik. Penelitian yang dilakukan Okuno et al., (1994) mempelajari 8 pasien hepatitis C yang resisten terhadap terapi inisial IFN. Terapi IFN dosis besar dikombinasikan dengan SNMC pada pasien hepatitis C kronis yang resisten 2
3 terhadap terapi interferon saja. Awalnya 8 pasien menerima 6 MU IFN- intramuskuler, 3x/minggu, selama 3 bulan dan ALT tidak turun lebih dari 50% pada akhir terapi dan kembali ke tingkat pretreatment setelah terapi. Enam bulan kemudian, semua pasien menerima IFN- (6 MU) dikombinasikan dengan 80 ml SNMC intravena, 3x/minggu selama 6 bulan. Sebelum terapi inisial IFN saja, semua pasien positif serumnya untuk anti-hcv dan HCV RNA. Dengan terapi IFN, serum HCV RNA menjadi negatif pada 4 dari 8 pasien dan skor histologic activity index (HAI) menurun secara signifikan meskipun tingkat ALT tidak menurun lebih dari 50%, sedangkan dengan IFN dikombinasikan dengan SNMC, tingkat ALT menurun sekitar 70% pada semua pasien (satu menjadi normal), serum HCV RNA menjadi negatif 2 dan skor HAI tidak berubah secara signifikan. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam penurunan HCV RNA dan skor titer HAI antara 2 terapi kecuali tingkat ALT. Sebuah case report di Taiwan menunjukkan bahwa seorang laki-laki yang mengalami hepatitis B kronis dengan eksaserbansi akut mengalami perbaikan dengan cepat setelah pemberian SNMC dikombinasi dengan entecavir (Lin dan Wang, 2012). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui indikasi penggunaan SNMC di beberapa rumah sakit di Yogyakarta dan pengaruh pemberian SNMC terhadap perbaikan fungsi hati pasien melalui penelusuran data rekam medik. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran indikasi pemberian SNMC,dan pengaruh penggunaan SNMC pada gangguan fungsi hati. Hasil penelitian diharapkan dapat 3
4 memberikan informasi tentang penggunaan SNMC, member masukan bagi institusi kesehatan terkait penggunaan SNMC. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana indikasi penggunaan SNMC di beberapa rumah sakit di Yogyakarta? 2. Bagaimana pengaruh pemberian SNMC terhadap penurunan SGOT/SGPT? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui indikasi penggunaan SNMC di beberapa rumah sakit di Yogyakarta. 2. Mengetahui pengaruh pemberian SNMC terhadap penurunan SGOT/SGPT. D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai penggunaan SNMC untuk terapi gangguan fungsi hati telah dilakukan di beberapa tempat yang berbeda, antara lain : 1. Penelitian yang dilakukan Rossum et al., (1999a), mengenai pemberian glycyrrhizin secara intravena untuk terapi hepatitis C kronis dengana double-blind, randomized, placebo-controlled phase I/II trial. Lima puluh tujuh pasien dibagi kedalam 4 kelompok perlakuan, 3 kelompok dalam SNMC (dosis 80mg, 160 mg, dan 240 mg) dan 1 kelompok plasebo. Obat 4
5 diberikan secara intravena 3x/minggu selama 4 minggu dengan followup selama 4 minggu. Hasilnya dalam 2 hari awal terapi, serum ALT turun 15% di bawah baseline pada 3 kelompok dosis. Penurunan ALT pada akhir pengobatan adalah 26%, jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok plasebo (6%). Pemberian glycyrrhizin sampai dosis 240 mg, tiga kali perminggu menurunkan serum ALT selama pengobatan, aman dan dapat ditoleransi dengan baik. 2. Studi lanjutan yang dilakukan Rossum et al., (2001) pada pasien hepatitis C kronis di Eropa. Penelitian ini dilakukan dengan 2 desain penelitian, bagian I (double-blind, randomized, placebo-controlled trial), plasebo (SNMC tanpa glycyrrhizin) dan glycyrrhizin dosis 80 mg, 160 dan 240 mg diberikan 3x/rminggu secara intravena (i.v). Larutan didilusi dengan 100 ml glukosa 5% dan diberikan secara infus drip selama menit. Bagian ke-ii (open study), 200 mg glycyrrhizin (SNMC 100 ml) diberikan 6x/minggu, tidak didilusi, diberikan secara injeksi melalui vena perifer selama 3-5 menit. Hasilnya glycyrrhizin dapat untuk mengobati pasien hepatitis C kronik rawat jalan di Eropa. Pemberian glycyrrhizin 3 atau 6 kali perminggu memicu penurunan ALT yang signifikan pada pasien hepatitis C kronik. Pemberian glycyrrhizin 6x/minggu lebih efektif dari pada pemberian 3x/minggu. 3. Penelitian yang dilakukan Miyake et al., (2002) mengenai efikasi 2 dosis pemberian (40 ml dan 100 ml) SNMC 3x/minggu pada pasien virus hepatitis kronik. Hasilnya secara keseluruhan respon terapetik lebih baik 5
6 pada 53 pasien yang mendapat 100 ml SNMC daripada 59 pasien yang mendapat 40 ml SNMC (P=0,0243). Setelah berakhirnya terapi SNMC, level ALT menurun lebih ekstensif pada pasien yang mendapat 100 ml SNMC daripada 40 ml SNMC (-29 vs -50% dibandingkan dengan nilai baseline P=0,0002). Efek samping minor terjadi pada 2 kelompok, 100 ml (20%) dan 40 ml (12%), tetapi mereka tidak memerlukan terapi. Pemberian SNMC secara berulang akan efisien menekan peningkatan SGOT pada pasien virus hepatitis kronik tergantung dosisnya. Penggunaan terapi jangka panjang dengan mempertimbangkan dosis dan jadwal terapi sangat efisien pada terapi pasien hepatitis kronik dengan menekan proses nekroinflamasi di hati. 4. Terapi jangka panjang penggunaan SNMC untuk mencegah sirosis hati dan kanker hati/ hepatocellular carcinoma (HCC) pada pasien hepatitis C kronis. Pasien hepatitis kronis diterapi dengan 2-5 ampul SNMC (Glycyrrhizin mg) setiap hari selama seminggu. Pretreatment, tingkat ALT rata-rata lebih tinggi secara signifikan pada 181 pasien yang menerima SNMC daripada 221 yang tidak menerima SNMC (P<0,0001), tetapi ini tidak mempengaruhi efikasi SNMC. Meskipun tingkat ALT lebih tinggi sebelum pengobatan, normalisasi tingkat ALT dicapai secara signifikan lebih sering pada pasien dengan SNMC daripada mereka yang tidak mendapat SNMC (47 dari 181 atau 26% vs 17 dari 221 atau 8%, P< 0,001). Sirosis hati jarang terjadi pada 178 pasien yang menggunakan SNMC jangka panjang daripada kontrol (100 pasien) (28 vs 6
7 40% selama 13 tahun, p< 0,002). Penggunaan SNMC jangka panjang mampu menurunkan kejadian HCC. Penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian HCC secara signifikan jarang terjadi pada pasien yang menerima SNMC selama 15 tahun (25 vs 12%, p< 0,032). Pada pretreatment biopsi hati ditemukan fibrosis yang mempengaruhi perkembangan HCC pada pasien dengan atau tanpa SNMC. Tingkat kejadian HCC lebih rendah pada pasien dengan SNMC dibanding mereka yang tidak menerima SNMC. Pengobatan jangka panjang dengan SNMC untuk mencegah kejadian HCC dengan infeksi virus hepatitis C semakin baik dimulai sejak awal, tujuannya untuk menjaga kadar serum ALT tetap rendah (Kumada, 2002). 5. Penelitian yang dilakukan Acharya et al. (2012) di India, mengenai pengobatan hepatitis kronis untuk virus hepatitis C, yaitu membandingkan antara penggunaan interferon-alfa-2b dan ribavirin dengan interferon-alfa- 2b dan glycyrrhizin secara multisenter. Hasilnya 131 pasien diacak dan dikelompokkan dalam kelompok interferon + glycyrrhizin (n = 64) dan kelompok interferon + ribavirin (n = 67). Sekitar 85% (interferon + glycyrrhizin = 53, interferon + ribavirin = 58) menyelesaikan 6 bulan pengobatan dan 89% dari mereka (interferon + glycyrrhizin = 46, interferon + ribavirin = 53) menyelesaikan follow-up setelah 6 bulan pengobatan. Sustaided viral respon (SVR) secara signifikan lebih tinggi pada kelompok interferon + ribavirin daripada kelompok interferon + glycyrrhizin (65,7% vs 46,9%, OR = 2.2, P = 0,03). Leukopenia lebih 7
8 rendah pada terapi dengan interferon + glycyrrhizin (2% vs 17%, P <0,01) dan anemia (8% vs 40%, P <0,001) dibandingkan dengan terapi interferon + ribavirin. Interferon dengan ribavirin dosis harian menunjukkan secara signifikan lebih baik daripada interferon dengan glycyrrhizin. 6. Terapi glycyrrhizin pada pasien yang sebelumnya gagal dengan interferon alfa yaitu mengenai efek biokimia dan histologi setelah 52 minggu. Studi fase III ini bertujuan untuk mengetahui efikasi dan keamanan glycyrrhizin pada terapi yang tidak berespon dengan interferon + Ribavirin dengan a randomized, double-blind, plasebo-terkontrol, dibandingan pemberian glycyrrhizin intravena 5x/ atau 3x/minggu, dan plasebo 5x/ minggu selama 12 minggu untuk 379 pasien secara acak. Open comparison glycyrrhizin i.v. 5x/minggu vs 3x/ minggu selama 40 minggu. Proporsi pengurangan ALT > 50% pada pasien setelah 12 minggu secara signifikan lebih tinggi pada 5x/ minggu pemberian glycyrrhizin (28,7%, P <0,0001) dan 3x/ minggu glycyrrhizin (29,0%, P <0,0001) dibandingkan dengan plasebo (7,0%). Proporsi perbaikan nekroinflamasi pada pasien setelah 52 minggu masing-masing adalah 44,9% dengan 5x/ minggu dan 46,0% dengan 3x/ minggu. Glycyrrhizin secara signifikan menurunkan ALT lebih tinggi dibandingkan dengan plasebo setelah 12 minggu terapi dan memperbaiki nekroinflamasi serta fibrosis setelah pengobatan 52-minggu. Secara umum, terapi glycyrrhizin ditolenransi dengan baik (Manns et al, 2012). 8
9 Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dimana pada penelitian ini dilakukan secara observasional dengan metode retrospektif, multisenter dibeberapa rumah sakit di Yogyakarta untuk mengetahui indikasi penggunaan SNMC dan pengaruh pemberian SNMC terhadap SGOT/SGPT. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi rumah sakit, memberikan informasi mengenai penggunaan SNMC di rumah sakit. 2. Bagi perkembangan ilmu, diharapkan penelitian ini memberikan gambaran mengenai penggunaan SNMC terhadap penurunan SGOT/SGPT. 9
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ atau kelenjar terbesar dari tubuh yang berfungsi sebagai pusat metabolisme, hal ini menjadikan fungsi hepar sebagai organ vital. Sel hepar rentan
Lebih terperinciPengobatan Terkini Hepatitis Kronik B dan C
Pengobatan Terkini Hepatitis Kronik B dan C Rino A Gani, Dr, SpPD-KGEH Divisi Hepatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo RS. Internasional Bintaro Jl. MH Thamrin No.1 Sektor 7,
Lebih terperinciHepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini
Hepatitis Virus Oleh Dedeh Suhartini Fungsi Hati 1. Pembentukan dan ekskresi empedu. 2. Metabolisme pigmen empedu. 3. Metabolisme protein. 4. Metabolisme lemak. 5. Penyimpanan vitamin dan mineral. 6. Metabolisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit liver merupakan peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau bahan- bahan beracun sehingga hati tidak melakukan fungsinya dengan
Lebih terperinciHepatitis C: Bom Waktu didalam Hati
Hepatitis C: Bom Waktu didalam Hati Apa hati itu? Hati adalah organ terbesar dalam tubuh manusia. Berat sekitar 1,5-3 kg pada orang dewasa. Apa saja fungsi hati? Membuat bahan yang diperlukan tubuh u/
Lebih terperinciHEPATITIS. Dr. Untung Sudomo, SpPD RS Sentra Medika 11 Februari 2014
HEPATITIS Dr. Untung Sudomo, SpPD RS Sentra Medika 11 Februari 2014 Fungsi Hati Pembentukan dan ekskresi empedu Hati mengekskresi empedu sekitar 1 liter per hari Komponen empedu: air (97%), garam empedu,
Lebih terperinciBAB III ANALISIS III-1
BAB III ANALISIS 3.1 Data Understanding Phase Pada penelitian ini, data kasus yang digunakan adalah data pasien liver. Data ini dikumpulkan dari timur laut bagian Andhra Pradesh, India. Data pasien liver
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat berteduh, pakaian, termasuk untuk obat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan. menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany &
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany & Hoofnagle, 2004). Hati memiliki beberapa fungsi metabolik, seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah utama pada beberapa negara dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi
Lebih terperinciHEPATITIS FUNGSI HATI
HEPATITIS Hepatitis adalah istilah umum untuk pembengkakan (peradangan) hati (hepa dalam bahasa Yunani berarti hati, dan itis berarti pembengkakan). Banyak hal yang dapat membuat hati Anda bengkak, termasuk:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh dunia dan penyebab terjadinya proses fibrosis hati dan berakhir pada sirosis hati
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan
Lebih terperinciBagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Korelasi Pemeriksaan Laboratorium SGOT/SGPT dengan Kadar Bilirubin pada Pasien Hepatitis C di Ruang Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada Bulan Januari - Desember 2014 Aleya 1,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hepatitis 2.1.1. Definisi Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Dikatakan akut apabila inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan Masalah Karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan kanker terbanyak kelima pada laki-laki (7,9%) dan ketujuh pada wanita 6,5%) di dunia, sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) yang dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis (WHO, 2015). Penularan hepatitis virus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah kecoklatan yang memiliki berat sekitar 1,4 kg atau sekitar 2,5% dari massa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian hati Hati merupakan kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh, berwarna merah kecoklatan yang memiliki berat sekitar 1,4 kg atau sekitar 2,5% dari massa tubuh.letaknya
Lebih terperinciM. ESHA FAHLUTHFI PEMBIMBING : DR. HJ. IHSANIL HUSNA, SP.PD
M. ESHA FAHLUTHFI PEMBIMBING : DR. HJ. IHSANIL HUSNA, SP.PD Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hepatitis merupakan infeksi yang dominan menyerang hepar atau hati dan kemungkinan adanya kerusakan sel-sel hepar. Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey pada tahun 2007 menyatakan terjadi peningkatan konsumsi MSG, di negara-negara Eropa, rata-rata 0,3-0,5 g/hari sedangkan di Asia dapat mencapai 1,2-1,7 g/hari.
Lebih terperinciETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B
HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Parasetamol atau asetaminofen telah ditemukan sebagai obat analgesik yang efektif lebih dari satu abad yang lalu tepatnya pada tahun 1893, tetapi hingga sekarang para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di seluruh dunia. Penderita infeksi hepatitis B diperkirakan berjumlah lebih dari 2 milyar orang
Lebih terperinciDEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya
ASKEP CA. HEPAR DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya sebagian besar fungsi hepar. Kanker
Lebih terperinciKonsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) 2012 x+56 Halaman 15 x 23 cm ISBN 978-602-18991-0-6 Cetakan Kedua Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi mengakibatkan perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke (Nufus, 2012). Stroke menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang perlu penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis penyakit yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Drug Induced Liver Injury Tubuh manusia secara konstan dan terus menerus selalu menerima zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Istilah penyakit hati kronik merupakan suatu kondisi yang memiliki etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis kronik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor yang saling berhubungan dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, yaitu diabetes
Lebih terperinciEtiology dan Faktor Resiko
Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena
Lebih terperinciHepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis
Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak
Lebih terperinciInfeksi pada Pasien Hemodialisis: HIV, Hepatitis & MRSA
Infeksi pada Pasien Hemodialisis: HIV, Hepatitis & MRSA Widodo Divisi Ginjal & Hipertensi Departemen Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya Infeksi pada Pasien
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian buruh Buruh adalah salah satu profesi pekerjaan yang diperintah dan dipekerjakan yang berfungsi sebagai salah satu komponen dalam proses produksi (ml.scribd.com).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. prevalensi tuberkulosis tertinggi ke-5 di dunia setelah Bangladesh, China,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (Price, 2006). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sirosis merupakan suatu penyakit hati kronis yang menggambarkan stadium akhir dari fibrosis hepatik, peradangan, nekrosis atau kematian sel-sel hati, dan terbentuknya
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hati Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat rata-rata 1500 gram pada badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis makanan yang terdapat di masyarakat tidak jarang mengandung bahan kimia berbahaya serta tidak layak makan, penggunaan bahan kimia berbahaya yang marak digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Infeksi dengue merupakan penyakit akut yang. disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini dikenal
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Infeksi dengue merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini dikenal ada empat macam serotipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah HIV/AIDS. Pada tahun 2012, terdapat 8.6 juta orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia hingga saat ini. TB menjadi penyakit infeksi penyebab kematian terbesar kedua di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis
Lebih terperinciABSTRAK (STUDI PUST AKA) Interferon Sebagai Terapi Terhadap Penderita Hepatitis C Roni Aldiano, Pembimbing : dr. Fanny Rahardja, MSi.
ABSTRAK (STUDI PUST AKA) Interferon Sebagai Terapi Terhadap Penderita Hepatitis C Roni Aldiano, 2004. Pembimbing : dr. Fanny Rahardja, MSi. Interferon (IFN) adalah salah satu jenis molekul sitokin yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit akibat infeksi dan sisi yang lain banyak ditemukan masalah
Lebih terperinciPERBEDAAN HASIL LABORATORIUM PENDERITA HEPATITIS B DAN C KRONIS DENGAN DERAJAT FIBROSIS HATI
Betharina,N.dkk. Perbedaan Hasil Laboratorium Penderita... PERBEDAAN HASIL LABORATORIUM PENDERITA HEPATITIS B DAN C KRONIS DENGAN DERAJAT FIBROSIS HATI Nudyan Betharina 1, FX. Hendriyono 2,, Mashuri 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sedangkan tuberkulosis yang menyerang organ diluar paru-paru disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ tubuh terutama paru. Tuberkulosis paru merupakan tuberkulosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jamur telah menjadi bahan pengobatan tradisional di daerah oriental, seperti Jepang, Cina, Korea, dan daerah Asia lainnya sejak berabad-abad lalu, (Ooi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DBD (Demam Berdarah Dengue) DBD adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi
Lebih terperinciBAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nyeri merupakan masalah yang paling sering menyebabkan pasien mencari perawatan ke rumah sakit. Nyeri tidak melakukan diskriminasi terhadap manusia, nyeri tidak membeda-bedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering
Lebih terperinciPeranan Anti Virus pada Hepatitis B akut
EVIDENCE-BASED CASE REPORT Peranan Anti Virus pada Hepatitis B akut Oleh: dr. Adeputri Tanesha Idhayu PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI HEPATOLOGI - DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World Health Organization
Lebih terperinciFARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS
FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS dr HM Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi FK UNLAM Banjarbaru PENGGUNAAN OBAT PADA ANAK Perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh, maupun enzim yang bertanggung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SGPT 2.1.1 Pengertian SGPT Enzim yang paling sering berkaitan dengan kerusakan hati adalah aminotransferase yang mengkatalisis pemindahan revensibel satu gugus amino antara
Lebih terperinciABSTRAK. (Studi Pustaka)
ABSTRAK (Studi Pustaka) GAMBARAN KLINIS DAN HISTOPATOLOGIS HEPATITIS KRONIS AKIBAT VIRUS HEPATITIS C Sarah Suzanna, 2005. Pembimbing : Freddy Tumewu A.,dr., M.Kes. Hepatitis kronis yang disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
37 BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hati adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang memiliki peran dalam proses penyimpanan energi, pembentukan protein, pembentukan asam empedu, pengaturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatoma ( karsinoma hepatoseluler ) merupakan salah satu tumor yang paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu di Asia dan Afrika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis telah menjadi masalah global, dimana dipengaruhi oleh pola makan, kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat, penggunaan obat-obatan, bahkan tingkat ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi sel. Sel hati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak menular puskesmas menunjukkan angka yang selalu meningkat ditiap tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sudah tidak asing lagi bagi masyarakat umum saat ini mengingat kejadian yang terus meningkat. Data terbaru dari Riskesdas 2013 menunjukkan terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis adalah penyakit peradangan pada hati atau infeksi pada hati yang disebabkan oleh bermacam-macam virus. Telah ditemukan 6 atau 7 kategori virus yang menjadi
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN. Pengobatan sirosis hai pada prinsipnya berupa : 1. Simtomais. 2. Supporif, yaitu : a. Isirahat yang cukup
PENATALAKSANAAN Pengobatan sirosis hai pada prinsipnya berupa : 1. Simtomais 2. Supporif, yaitu : a. Isirahat yang cukup b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang; misalnya : cukup kalori, protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex. Tuberkulosis di Indonesia merupakan masalah utama
Lebih terperinciRINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk
RINGKASAN Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu penyakit yang memiliki penyebaran di seluruh dunia. Individu yang terkena sangat sering tidak menunjukkan gejala untuk jangka waktu panjang,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang. agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujungnya yang lain.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sirosis hati merupakan penyebab kematian kesembilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit HIV & AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Indonesia merupakan negara di ASEAN yang paling tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa kini semakin banyak penyakit-penyakit berbahaya yang menyerang dan mengancam kehidupan manusia, salah satunya adalah penyakit sirosis hepatis. Sirosis hepatis
Lebih terperinciEVALUASI TERAPI PADA PASIEN HEPATITIS B DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA. Rahmannisa Wikan Trisnaningtyas*, Chynthia Pradiftha Sari, Ndaru Setyaningrum
EVALUASI TERAPI PADA PASIEN HEPATITIS B DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Rahmannisa Wikan Trisnaningtyas*, Chynthia Pradiftha Sari, Ndaru Setyaningrum Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Islam Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kerja adalah segala kegiatan ekonomis yang dimaksudkan untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerja dan Responden 1. Pengertian Kerja Kerja adalah segala kegiatan ekonomis yang dimaksudkan untuk memperoleh upah, baik berupa kerja fisik material atau kerja intelektual.
Lebih terperinciEVALUASI TERAPI PADA PASIEN HEPATITIS B DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
Jurnal Ilmiah Farmasi13(1) Januari-Juli 2017, 29-34 ISSN: 1693-8666 available at http://journal.uii.ac.id/index.php/jif EVALUASI TERAPI PADA PASIEN HEPATITIS B DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Rahmannisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus merupakan komplikasi kronis berupa makroangiopati dan mikroangiopati yang paling sering kita jumpai diakibatkan
Lebih terperinciMengenal Hepatitis C dan B. Buklet ini ditujukan untuk masyarakat agar lebih mengetahui informasi seputar Hepatitis C dan B.
Mengenal Hepatitis C dan B Buklet ini ditujukan untuk masyarakat agar lebih mengetahui informasi seputar Hepatitis C dan B. 1 3 Pengantar H E P A T I T I S C 4 5 5 5 6 7 8 10 11 13 14 14 15 15 16 16 17
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan
BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Enzim yang berkaitan dengan kerusakan hati antara lain SGOT, SGPT, GLDH, LDH.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi racun dalam tubuh seperti
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit infeksi menular yang masih menjadi permasalah utama kesehatan di dunia. Dengan meningkatnya jumlah penderita dan tingkat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hati 1. Anatomi Hati Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata rata 1500 g atau 2% dari berat tubuh total, hati menerima 1500 ml darah per menit, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hiperlipidemia adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hiperlipidemia adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida yang melebihi batas normal, yakni LDL > 100mg/dl, trigliserida >150mg/dl
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia masalah penyakit hepar masih menjadi masalah kesehatan (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 1999). Kerusakan sel hepar dan fungsi hepar disebabkan oleh
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. berumur 30 tahun (Riskesdas 2013) , dengan usia 15 tahun sebanyak 6,9 %, data Rikesdas 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peningkatan penyakit kronis di Indonesia pada beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup signifikan, apabila dibandingkan dengan penyakit infeksi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah infeksi bakteri melalui udara yang disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru, meskipun organ dan jaringan-jaringan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati (cirrhosis hati / CH) adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hati yang ditandai dengan distorsi arsitektur hati dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Dalam perkembangannya, tuberkulosis telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Handphone adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat dibawa ke mana-mana (portable,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kadar Enzim SGPT dan SGOT Pada Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki Tabel 1. Kadar Enzim SGPT pada mencit betina setelah pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan meliputi kemandirian atau kolaboratif dalam merawat individu, keluarga, kelompok dan komunitas, baik sakit atau sehat dengan segala kondisi yang meliputinya.
Lebih terperinci