BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai macam penyakit hati kronik. Istilah sirosis pertama kali diperkenalkan oleh Laennec pada tahun Hal ini berasal dari istilah Yunani scirrhus dan digunakan untuk menggambarkan permukaan oranye atau cokelat pada hati yang diotopsi (Wolf, 2011). Banyak bentuk luka hati yang ditandai oleh fibrosis. Fibrosis didefinisikan sebagai deposisi kelebihan komponen matriksekstraseluler (misalnya kolagen, glikoprotein, proteoglikan) dalam hati, sebagai respon luka hati dan mempunyai potensi reversible. Sebaliknya, pada kebanyakan pasien, sirosis bukanlah proses reversible (Wolf, 2011). Sirosis didefinisikan sebagai proses histologi hati difus ditandai oleh fibrosis dan konversi arsitektur hati yang normal menjadi nodul struktural yang abnormal. Perkembangan luka hati untuk sirosis dapat terjadi selama beberapa minggu sampai tahun. Pasien dengan hepatitis C dapat menderita hepatitis kronik selama 40 tahun sebelum menuju ke sirosis (Wolf, 2011). Sirosis merupakan penyebab kematian utama yang kesembilan di Amerika Serikat, dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh kematian di Amerika Serikat. Beberapa laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, berdasar diagnosis klinis bahwa secara keseluruhan rata-rata prevalensi sirosis adalah 3,5%

2 seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam, atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat (Kusumobroto, 2007). Hepatitis B kronik adalah adanya persistensi virus hepatitis B (VHB) lebih dari 6 bulan, sehingga pemakaian istilah carrier sehat (healthy carrier) tidak dianjurkan lagi.hepatitis B kronik merupakan masalah kesehatan besar terutama di Asia, terdapat sedikitnya 75% dari seluruh 300 juta individu HBsAg positif menetap diseluruh dunia.di Asia sebagian besar pasien hepatitis B kronik mendapat infeksi pada masa perinatal.kebanyakan pasien tidak mengalami keluhan ataupun gejala sampai akhirnya terjadi penyakit hati kronik (Soemohardjo & Gunawan, 2009). Infeksi virus hepatitis B kronik merupakan proses yang berlanjut menjadi sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler. Beberapa faktor patologis yang terkait dengan proses kerusakan jaringan hepar belum dapat dijelaskan secara lengkap. Salah satu faktor yang berperan pada kerusakan jaringan adalah respon tubuh terhadap infeksi virus hepatitis B. Suatu komponen respon tubuh terhadap infeksi adalah dihasilkannya sitokin-sitokin dari makrofag dan monosit meliputi macrophage migration inhibitory factor (MIF), tumor necrosis factor-α (TNF-α), dan interleukin-6 (IL-6). Sitokin secara umum berperan penting pada mekanisme pertahanan tubuh dan hanya pada kondisi tertentu dapat berkontribusi pada manifestasi kerusakan jaringan (Zhang et al., 2002). Infeksi virus hepatitis C kronik merupakan masalah yang besar karena pada sebagian besar kasus menjadi hepatitis kronik yang dapat membawa pasien 30

3 3 pada sirosis hati dan kanker hati.di negara maju, infeksi virus hepatitis C merupakan salah satu indikasi utama transplantasi hati (Gani, 2009). Tumor Necrosis Factor (TNF)-α merupakan sitokin pleiotropik yang menginduksi respon selular seperti proliferasi, produksi mediator inflamasi, dan cell death dan memainkan peran utama pada patofisiologi syok septik dan wasting syndrome (Schwabe & Brenner, 2006). Pada hati, TNF-α terlibat dalam patofisiologi hepatitis viral, penyakit hati alkoholik, nonalcoholic fatty liver disease, dan ischemia-reperfusion (I/R) injury. TNF-α memainkan peran ganda di hati, berperan sebagai mediator cell death dan menginduksi proliferasi hepatosit dan regenerasi hati (Schwabe & Brenner, 2006). TNF-α diproduksi terutama di hati oleh makrofag tetapi juga diproduksi oleh tipe sel yang lain seperti sel limfoid, mast cell, sel endotelial, fibroblas, dan sel neuronal. TNF-α pada awalnya diproduksi sebagai protein transmembran tipe II tetapi dilepaskan dalam bentuk soluble trimetric melalui proteolytic cleavage oleh metalloprotease TNF-converting enzyme (TACE). Sebagai respon terhadap LPS dan produk-produk bekterial yang lain, sejumlah besar TNF-α dibentuk. TNF-α menjalankan fungsi-fungsi biologisnya melalui interaksi dengan dua reseptor membran cognate (seasal), TNF-R1 dan TNF R-2. Meskipun TNF-α dapat berperan sebagai aktivator yang poten terhadap jalur proinflamatori dan proapoptosis, signal jalur-jalur ini berinteraksi dalam jaringan yang komplek pada beberapa tingkat, dan aktivasi salah satu jalur ini sering tergantung pada inaktivasi jalur yang lain, menunjukkan bahwa sel-sel tersebut mampu memilih respon terhadap TNF-α yang diinginkan. Pada pasien dengan infeksi Hepatitis B virus

4 (HBV) kronik dan penyakit hati aktif terjadi peningkatan ekspresi TNF-α intrahepatik dibandingkan pada pasien dengan penyakit hati inaktif (Hussainet al., 1994; Schwabe & Brenner, 2006). B. Pertanyaan Penelitian Apakah rerata kadar TNF-α pada penderita sirosis hatilebih tinggi daripada rerata kadar TNF-α padahepatitis kronik? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa reratakadar TNF-α pada penderita sirosis hati lebih tinggi daripada rerata kadar TNF-α pada hepatitis kronik. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pasien hepatitis kronik dan sirosis hati, peneliti maupun institusi, berupa; a. Manfaat bagi pasien Pasien dapat mengetahui kadar TNF-α sehingga dapat memperkirakan derajat penyakit hati yang diderita sehingga pasien dapat memahami penyakitnya dan melakukan antisipasi pengobatan. b. Manfaat bagi peneliti Peneliti mendapat data mengenai kadar TNF-α pada kasus hepatitis kronik dan sirosis hati, sehingga dapat menghubungkannya dengan derajat kelainan hati, dengan demikian peneliti dapat memperkirakan perjalanan penyakit mulai dari hepatitis kronik sampai sirosis hati. 30

5 5 c. Manfaat bagi institusi Institusi mendapatkan pengetahuan mengenai pentingnya pemeriksaan TNF-α pada pasien hepatitis kronik dan sirosis hati yang diharapkan dapat digunakan untuk memprediksi progresifitas penyakit hepatitis kroniksehingga dapat memperbaiki pelayanan pada penderita-penderita dengan hepatitis kronik dan sirosis hati. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai perbedaan rerata kadar TNF-α pada penderita hepatitis kronik dan sirosis hati sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan di Indonesia.Daftar penelitian yang digunakan sebagai acuan penulis untuk penelitian ini adalah: Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti/Metode Judul Hasil Hussain et al., 1994 Subyek : 19 pasien dengan HBV surface antigen (HBsAg) seropositif Amaro et al., 1994 Case control Study Subyek: 20 pasien hepatitis B dan C kronik pasien dimasukkan dalam analisis Hepatic expression of tumor necrosis factor-α inchronic hepatitis B virus infection Induction of Tumor Necrosis Factor Production by Human Hepatocytes in Chronic Viral Hepatitis Ekspresi intra hepatik TNF alfa meningkat pada pasien dengan infeksi HBV kronik dan penyakit hati aktif dibandingkan dengan penyakit hati yang inaktif. Infeksi virus menginduksi produksi TNF α dalam hepatosit secara in vitro dan in vivo dan mengindikasi bahwaprotein HBV X mengatur ekspresi sitokin ini

6 Zhang et al., 2002 Subyek : 54 pasien dengan hepatitis B kronik, sirosis hati dengan dan tanpa asites Huseyin Atasevenet al., 2006 Subyek : 23 pasien sirosis hati, 22 pasien KHS, 25 kontrol dimasukkan dalam analisis Vedat Goral et al., 2010 Subyek : 50 pasien sirosis hati dengan ensefalopati hepatikum, 30 pasien sirosis hati tanpa ensefalopati hepatikum, dan 30 kontrol Serum and ascites levels of macrophage migration inhibitory factor, TNF-α and IL-6 in patients with chronic virus hepatitis B and hepatitis cirrhosis The Levels of Ghrelin, Leptin, TNF-α, and IL-6 in Liver Cirrhosis and Hepatocellular Carcinoma due to HBV and HDV Infection Relation between pathogenesis of liver cirrhosis, hepatic encephalophaty and serum cytokine levels - what is the role of tumor necrosis factor-alpha? MIF, TNF-α dan IL-6 berperan pada proses patologis hepatitis kronik dan sirosis, bahwa IL-6 berperan penting pada pembentukan asites, dan kadar serum MIF, TNF-α dan IL-6 menunjukkan severitas kerusakan jaringan pada penyakit infeksi virus hepatitis B. Terdapat peningkatan yang bermakna kadar ghrelin, TNF α, dan IL-6 pada sirosis hati dan KHS. Terdapat perbedaan bermakna secara statistik kadar TNF-α, IL-1β, IL-6, IL-2R, IL-8 pada pasien sirosis hati dibandingkan dengan orang sehat dan terdapat hubungan antara kadar sitokin dengan beratnya derajat ensefalopati hepatikum pada sirosis hati berdasarkan skor child pugh. 30