Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA: PENGEMBANGAN TANAMAN BUDIDAYA PISANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA: PENGEMBANGAN TANAMAN BUDIDAYA PISANG"

Transkripsi

1 Executive Summary 2013 Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA: PENGEMBANGAN TANAMAN BUDIDAYA PISANG Pengenalan Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur. Mempunyai luas wilayah ,10 km²; terletak antara 115º26 Bujur Timur dan 117º36 Bujur Barat serta antara 1º28 Lintang Utara dan 1º08 Lintang Selatan. Kabupaten Kutai Kartanegara terdiri dari 18 kecamatan yang wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Bulungan, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang di sebelah utara; Selat Makassar sebelah timur; Kabupaten Penajam Pasir Utara dan Kota Balikpapan di sebelah selatan; dan dengan Kabupaten Kutai Barat di sebelah barat. Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagian besar bergelombang dan berbukit dengan kemiringan landai sampai curam. Daerah kemiringan datar sampai landai dengan ketinggian antara 7 25 m dpl terdapat dibeberapa bagian yaitu pada kawasan pantai dan sebagian besar daerah aliran sungai Mahakam. Iklim di Kabupaten Kutai Kartanegara dipengaruhi oleh letak geografis yakni iklim hutan tropika dengan suhu udara rata rata 26º C. Jumlah curah hujan wilayah ini berkisar mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata rata hari/tahun. Curah hujan terendah yaitu dari mm/tahun tersebar di wilayah pantai dan semakin meningkat ke wilayah pedalaman atau kearah barat. Peluang Investasi Tanaman Budidaya Pisang Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama pisang di dunia selain Ekuador, Kosta Rika, Panama, dan Filipina.Tendensi permintaan luar negeri terhadap pisang Indonesia relatif tinggi dan selalu meningkat, seperti permintaan dari beberapa negara importir pisang terbesar di dunia yaitu Amerika, Jepang, dan Uni Eropa. Selain itu, permintaan terhadap pisang dari pasar dalam negeri juga mempunyai kecenderungan yang meningkat. Menyadari kondisi permintaan tersebut, pada saat ini di Provinsi Kalimantan Timur sedang digalakkan program pengembangan tanaman budidaya pisang. Kabupaten Kutai 1

2 Executive Summary 2013 Kartanegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki potensi untuk pengembangan tanaman budidaya pisang. Produksi pisang Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun ke tahun cenderung meningkat, dan produksi ini masih bisa ditingkatkan lagi dengan melakukan optimalisasi produksi seperti intensifikasi dan ekstensifikasi lahan. Budidaya tanaman pisang di Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini tersebar di zona tengah yaitu di Kecamatan Sebulu dan zona pesisir di Kecamatan Muara Badak. Pada tahun 2011 produksi pisang di Kecamatan Sebulu sebanyak 282 ton/tahun, dan masih memungkinkan untuk dilakukan perluasan dengan potensi lahan bukan sawah/lahan kering sebesar ha. Sedangkan produksi pisang di Kecamatan Muara Badak sebanyak ton/tahun, dan juga masih bisa dilakukan perluasan dengan potensi lahan yang tersedia sebesar ha. Rencana pengembangan tanaman budidaya pisang di Kabupaten Kutai Kartanegara didukung dengan tersedianya berbagai sarana dan prasarana. Untuk menghubungkan wilayah antar desa, kota, kecamatan, dan ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara dapat menggunakan jalan desa, jalan kabupaten, jalan provinsi, dan jalan negara.panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2011 mencapai 1.547,11 km. Selain tranportasi darat, masyarakat di Kabupaten Kutai Kartanegara juga memanfaatkan Sungai Mahakam sebagai jalur tranportasi untuk melayani kegiatan ekonominya. Kebutuhan dana investasi untuk mengembangkan tanaman budidaya pisang di Kabupaten Kutai Kartanegara diperkirakan sebesar Rp 12 juta per 1 ha lahan tanaman pisang. Sehingga, dengan demikian kebutuhan dana investasi secara total di Kabupaten Kutai Kartanegara berjumlah Rp milyar dengan rincian Rp 500 milyar untuk pengembangan tanaman budidaya pisang di Kecamatan Sebulu dan Rp 925 milyar untuk pengembangan tanaman budidaya pisang di Kecamatan Muara Badak, dengan Internal Rate of Return (IRR) 24% yang lebih besar dari suku bunga 12% per tahun dan Break Even Point (BEP) sekitar 3 tahun. 2

3 Gambaran Wilayah 2013 A. GAMBARAN WILAYAH A.1 Aspek Geografis dan Administrasi Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas wilayah ,10 km² terletak antara 115º26 Bujur Timur dan 117º36 Bujur Barat serta di antara 1º28 Lintang Utara dan 1º08 Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, Kabupaten Kutai Kartanegara dibagi menjadi 18 kecamatan. Kutai Kartanegara merupakan wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Bulungan, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang di sebelah utara; Selat Makassar sebelah timur; Kabupaten Penajam Pasir Utara dan Kota Balikpapan di sebelah selatan; dan dengan Kabupaten Kutai Barat di sebelah barat. Secara rinci luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara tersaji sebagai berikut: No. Tabel A 1 Luas Wilayah Admnistrasi Kabupaten Kutai Kartanegara Kecamatan Luas Wilayah km 2 % 1. Samboja 1.045,90 3, Muara Jawa 754,50 2, Sanga sanga 233,40 0, Loa Janan 644,20 2, Loa Kulu 1.405,70 5, Muara Muntai 928,60 3, Muara Wis 1.108,16 4, Kota Bangun 1.143,74 4, Tenggarong 398,10 1, Sebulu 859,50 3, Tenggarong Seberang 437,00 1, Anggana 1.798,80 6, Muara Badak 939,09 3, Marang Kayu 1.165,71 4, Muara Kaman 3.410,10 12, Kenohan 1.302,20 4, Kembang Janggut 1.923,90 7, Tabang 7.764,50 28,48 19 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012 Jumlah Desa Jumlah ,10 100,

4 Gambaran Wilayah 2013 A.2 Kondisi Fisik A.2.1 Morfologi, Iklim dan Curah Hujan Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagian besar bergelombang dan berbukit dengan kemiringan landai sampai curam. Daerah kemiringan datar sampai landai dengan ketinggian antara 7 25 m dpl terdapat di beberapa bagian yaitu pada kawasan pantai dan sebagian besar daerah aliran Sungai Mahakam. No. Tabel A 2 Luas Wilayah Menurut Ketinggian per Kecamatan Tahun 2011 Kecamatan Kelas Ketinggian (Meter) Samboja Muara Jawa Sanga Sanga Loa Janan Loa Kulu Muara Muntai Muara Wis Kota Bangun Tenggarong Sebulu Tenggarong Seberang Anggana Muara Badak Marang Kayu Muara Kaman Kenohan Kembang Janggut Tabang Total 202, Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012 Wilayah yang tergolong ke dalam kelas ketinggian 7 25 m memiliki sifat berupa permukaan tanah datar sampai landai, kadang tergenang, kandungan air tanah cukup baik, dapat diairi dan tidak ada erosi, sehingga sangat cocok untuk pertanian lahan basah. Untuk mengetahui kondisi kemiringan lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara, dapat dilihat pada tabel berikut: 4

5 Gambaran Wilayah 2013 No. Tabel A 3 Luas Wilayah Menurut Kelas Lereng/Kemiringan per Kecamatan Tahun 2011 Kecamatan Kelas Lereng/Kemiringan (%) > 40 1 Samboja Muara Jawa Sanga Sanga Loa Janan Loa Kulu Muara Muntai Muara Wis Kota Bangun Tenggarong Sebulu Tenggarong Seberang Anggana Muara Badak Marang Kayu Muara Kaman Kenohan Kembang Janggut Tabang Total Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012 Iklim di Kabupaten Kutai Kartanegara dipengaruhi oleh letak geografisnya yakni iklim hutan tropika dengan suhu udara rata rata 26º C. Jumlah curah hujan wilayah ini berkisar mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata rata hari/tahun. Curah hujan terendah yaitu dari mm/tahun tersebar di wilayah pantai dan semakin meningkat ke wilayah pedalaman atau ke arah barat. 5

6 Gambaran Wilayah 2013 A.2.2 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat diklasifikasikan ke dalam kawasan lindung dan budidaya. Untuk kawasan lindung yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara, terdiri atas: a) Hutan Lindung b) Cagar Alam Sedulang di Kecamatan Muara Kaman c) Taman Nasional Kutai di Kecamatan Muara Kaman d) Taman Hutan Raya Bukit Suharto Sedangkan untuk klasifikasi kawasan budidaya, terdiri atas Kawasan Budi Daya Kehutanan (KBK) dan Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK). KBK terbagi lagi menjadi kawasan Hutan Produksi tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi. Sedangkan untuk KBNK meliputi pertanian, perkebunan, pertambangan permukiman, dan tubuh air (termasuk untuk budidaya perikanan). Tabel A 4 Penggunaan Lahan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011 No. Pemanfaatan Ruang Luas (ha) % A Kawasan Lindung 1 Hutan Lindung ,51 2 Cagar Alam ,18 3 Taman Nasional ,86 4 Taman Hutan Raya ,93 Total Kawasan Lindung ,47 B Kawasan Budidaya 1 Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK): Hutan Produksi Tetap (HP) (termasuk kws hutan bakau/fungsi lindung) ,89 Hutan Produksi Terbatas (HPT) ,01 Hutan Produksi yang dapat Dikonversi ,07 Total KBK ,97 2 Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK): Pertanian ,99 Perkebunan ,58 Pertambangan ,89 Permukiman ,72 Tubuh Air (Perikanan) ,38 TOTAL KBNK ,56 Total Kawasan Budidaya ,53 Total (Kawasan Lindung + Kawasan Budidaya) ,00 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka,

7

8 Gambaran Wilayah 2013 A.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan A.3.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kutai Kartanegara tahun 2011 adalah jiwa yang terdiri atas lakilaki dan perempuan. Pada tahun 2011 sebagian besar penduduk Kutai Kartanegara berada di ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu Kecamatan Tenggarong (15,35%), yang lainnya tersebar di Kecamatan Tenggarong Seberang (9,8%), Kecamatan Loa Janan (8,95%), dan di Kecamatan Samboja (8,7%). Sedangkan Kecamatan dengan persentase jumlah penduduk terkecil adalah Muara Wis sebesar 1,37%. Persebaran penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara menurut luas wilayah juga tidak merata. Dengan luas wilayah seluas 398,10 km 2, Kecamatan Tenggarong berpenduduk sebanyak jiwa. Sehingga kepadatan penduduk di Tenggarong adalah 251 jiwa/km 2. Hal ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan Kecamatan Tabang yang merupakan wilayah terluas di Kutai Kartanegara (7.764,50 km 2 ) dihuni oleh jiwa sehingga kepadatan penduduk di Kecamatan Tabang sebesar 1,33 jiwa/ km 2. Tabel A 5 Jumlah Penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011 No. Kecamatan Laki Laki Perempuan Jumlah Persentase (%) 1 Samboja ,70 2 Muara Jawa ,41 3 Sanga Sanga ,81 4 Loa Janan ,95 5 Loa Kulu ,37 6 Muara Muntai ,76 7 Muara Wis ,37 8 Kota Bangun ,99 9 Tenggarong ,35 10 Sebulu ,81 11 Tenggarong Seberang ,80 12 Anggana ,22 13 Muara Badak ,36 14 Marang Kayu ,73 15 Muara Kaman ,41 16 Kenohan ,57 17 Kembang Janggut ,80 18 Tabang ,58 Jumlah ,00 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka,

9 Gambaran Wilayah 2013 A.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Angkatan Kerja di Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2011 sebanyak orang yang terdiri dari orang angkatan kerja laki laki dan orang angkatan kerja perempuan. Angkatan kerja ini terdiri atas penduduk yang bekerja sebanyak orang dan tidak bekerja sebanyak orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kutai Kartanegara sebesar 7,68%. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat dari 67,65% di tahun 2010 menjadi 68,04% pada tahun Menurut jenis kelamin, TPAK laki laki meningkat tetapi TPAK perempuan turun. TPAK laki laki meningkat dari 86,88% menjadi 90,65% pada tahun Sedangkan TPAK perempuan turun dari 45,75% menjadi 42,78%. Tabel A 6 Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011 Kegiatan Utama Laki Laki Perempuan Total Bekerja/Working Pengangguran/Unemployment Sekolah/Studying MengurusRumahTangga/HouseKeeping Lainnya/Others Jumlah/Total Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012 A.4 Kondisi Sarana dan Prasarana A.4.1 Transportasi Darat Untuk menghubungkan wilayah antar desa, kota, kecamatan, dan ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara digunakan jalan desa, jalan kabupaten, jalan provinsi, dan jalan negara. Kondisi Jalan Tabel A 7 Kondisi Jalan di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011 (km) Jenis Permukaan Jalan Aspal Kerikil Batu Tanah Beton Jumlah 1. Baik 103,32 16,73 11,48 131,52 263,05 2. Sedang 112,55 140,54 8,00 70,53 331,62 3. Rusak 78,43 44,61 35,77 37,54 196,35 4. Rusak Berat 104,77 47,24 96,40 507,68 756,09 Jumlah ,07 249,12 151,65 507,68 239, , ,33 272,92 183,37 449,46 305, ,91 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka,

10 Gambaran Wilayah 2013 Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2011 mencapai 1.547,11 km. A.4.2 TransportasiSungai Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang dilalui oleh Sungai Mahakam. Selain tranportasi darat, masyarakat di Kabupaten Kutai Kartanegara juga memanfaatkan Sungai Mahakam sebagai jalur tranportasi untuk melayani pergerakannya. Tabel A 8 Data Angkutan Sungai di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011 Dermaga Kapal Motor Penumpang Barang (Ton) Kendaraan Roda Dua Tiba Berangkat Tiba Berangkat Tiba Berangkat Tiba Berangkat 1. Handil II Muara Jawa Sukmawira Sungai Meriam Kota Bangun Muara Muntai Muara Kaman Pulau Kumala Tepian Pandan Muara Wis Sebulu Jumlah Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka,

11 Gambaran Wilayah 2013 A.5 Kebijakan Pembangunan Daerah A.5.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kutai Kartanegara Visi dan Misi Kabupaten Kutai Kartanegara yang menjadi landasan pembangunan jangka menengah tahun adalah: VISI Menuju Terwujudnya Masyarakat Kutai Kartanegara Yang Sejahtera dan Berkeadilan MISI Visi tersebut akan diwujudkan dengan melaksanakan misi sebagai berikut: 1) Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dengan menitik beratkan pada motivasi dan pengawasan pelaksanaan good governance. 2) Meningkatkan kualitas dan daya saing menuju sumber daya manusia yang unggul, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3) Menumbuhkan sentra perekonomian dan pengembangan usaha rakyat dengan tetap menjaga iklim investasi dalam kerangka penciptaan lapangan kerja. 4) Meningkatkan sumber sumber pendapatan dan pengembangan potensi serta daya saing agribisnis, industri, dan pariwisata. 5) Meningkatkan pemerataan infrastruktur pembangunan untuk menjangkau layanan fasilitas umum baik secara kualitas maupun kuantitas. 6) Menetapkan penyelenggaraan pembangunan berwawasan lingkungan dan pelestarian sumber daya alam. 7) Meningkatkan peran dan partisipasi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. A.5.2 Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Tujuan penataan ruang merupakan arah pengembangan ruang yang akan dicapai selama kurun waktu perencanaan. Atas dasar pertimbangan potensi yang dimiliki, permasalahan, tantangan, dan peluang serta prospek pengembangan wilayah, maka tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara 20 tahun ke depan, yaitu: 11

12 Gambaran Wilayah 2013 Penataan ruang Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten sebagai pusat pertumbuhan dan kawasan andalan dengan menata pemanfaatan potensi pertambangan dan migas serta mengembangkan sektor unggulan pertanian dan pariwisata menuju terwujudnya masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara yang Maju, Mandiri, dan Sejahtera. Dengan rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka strategi penataan ruang Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sebagai berikut: a) Pemantapan fungsi dan kedudukan Kabupaten dalam kawasan andalan dengan strategi meliputi: (1) Memantapkan kedudukan Kabupaten sebagai kawasan andalan. (2) Memantapkan fungsi Kabupaten sebagai pusat pengembangan pertanian, dan pariwisata. (3) Menetapkan lokasi pusat pengembangan kegiatan. (4) Meningkatkan sarana dan prasarana jaringan jalan dari produsen ke daerah pemasaran, perkotaan ke perdesaan serta antar kota dan antar desa. (5) Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung pengembangan kegiatan. b) Pengembangan dan optimalisasi kawasan peruntukan pertanian dengan strategi meliputi: (1) Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian. (2) Meningkatkan produktivitas, diversifikasi, dan pengolahan hasil pertanian. (3) Mengembangkan dan mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan. (4) Mengembangkan sistem pemasaran hasil pertanian. c) Pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan dengan strategi meliputi: (1) Mengembangkan dan meningkatkan daya tarik wisata sesuai potensinya dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. (2) Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata. (3) Mengendalikan pengembangan lahan terbangun pada kawasan pariwisata. (4) Mengembangkan pariwisata dengan keterlibatan masyarakat. d) Pengembangan pusat kegiatan yang terkendali dan berwawasan lingkungan dengan strategi meliputi: 12

13 Gambaran Wilayah 2013 (1) Mendorong pengembangan pusat kegiatan kawasan perkotaan dan perdesaan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan. (2) Meningkatkan sistem prasarana transportasi kawasan perkotaan dan perdesaan. (3) Menyediakan sistem prasarana air bersih kawasan perkotaan dan perdesaan. (4) Mempertahankan dan meningkatkan jaringan irigasi untuk ketahanan pangan. (5) Meningkatkan ketersediaan energi dan jaringan telekomunikasi. (6) Meningkatkan ketersediaan sistem prasarana pengelolaan lingkungan. e) Peningkatan pengelolaan kawasan lindung dengan strategi meliputi: (1) Memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah berubah fungsi. (2) memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. (3) Mempertahankan permukiman perkotaan dan perdesaan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan. (4) Membatasi kegiatan budidaya yang dapat menganggu fungsi kawasan lindung. f) Pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam dengan strategi meliputi: (1) Meningkatkan prasarana jaringan transportasi. (2) Mengembangkan perekonomian pada kawasan budidaya wilayah tertinggal. (3) Meningkatkan akses kawasan budidaya ke jaringan jalan arteri dan jalan kolektor. (4) Mengembangkan sarana dan jaringan prasarana wilayah pendukung. (5) Meningkatkan produktivitas dan komoditas unggulan. g) Pengembangan dan optimalisasi kawasan strategis sesuai penetapannya dengan strategi meliputi: (1) Menetapkan kawasan strategis sesuai dengan nilai strategis dan kekhususannya. (2) Mengembangkan hasil produksi pada kawasan sentra ekonomi unggulan dan sarana prasarana pendukung perekonomian. (3) Membatasi alih fungsi lahan kawasan strategis pada sentra unggulan berbasis potensi pertanian. (4) Melindungi dan melestarikan kawasan dalam mempertahankan karakteristik nilai sosial dan budaya kawasan. 13

14 Gambaran Wilayah 2013 (5) Memanfaatkan kawasan bagi kegiatan dengan nilai ekonomi dan meningkatkan identitas sosial budaya kawasan. h) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara dengan strategi meliputi: (1) Mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara. (2) Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan strategis dengan fungsi pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya. (3) Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun. (4) Turut serta menjaga dan memelihara aset aset pertahanan dan keamanan. 14

15

16 Profil Perekonomian Wilayah 2013 B. PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH B.1 Struktur Perekonomian Perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara sampai saat ini masih bergantung pada sektor pertambangan yang mayoritas diekspor ke pasar global. Secara umum, perekonomian Kutai Kartanegara (diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2011) kembali mengalami peningkatan. Nilai PDRB Kutai Kartanegara tahun 2011 mencapai Rp 123,49 trilyun, mengalami peningkatan sebesar 23,14% dibandingkan tahun 2010 yang sebesar Rp 100,28 trilyun. Ada empat sektor dominan yang berpengaruh tinggi terhadap PDRB dengan migas, yaitu sektor pertambangan (berperan 84,98% terhadap perekonomi Kutai Kartanegara), sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan (5,93%), sektor bangunan (2,90%), dan sektor perdagangan, hotel & restoran (2,74%). Sedangkan sektor sektor yang lain secara keseluruhan berperan sebesar 3,45% terhadap perekekonomian Kutai Kartanegara. Gambar B 1 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dengan Migas Menurut Lapangan Usaha Tabel B 1 Produk Domestik Regional Bruto Dengan Minyak dan Gas Bumi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Sektor Ekonomi PDRB % PDRB % PDRB % 1. Pertanian/Agriculture ,25% ,24% ,93% 2. Pertambangan dan Penggalian/ Mining And Quarrying ,10% ,08% ,98% 3. Industri Pengolahan/ Manufacturing Industry ,90% ,26% ,19% 4. Listrik, Gas dan Air Minum/ Electricity, Gas, And Water Supply ,05% ,05% ,04% 5. Bangunan dan Konstruksi/ Construction ,19% ,17% ,90% 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel/ ,43% ,82% ,74% 16

17 Profil Perekonomian Wilayah 2013 Trade, Restaurant And Hotel 7. Pengangkutan dan Komunikasi/ Transportation and Communication 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan/ Financial, Dwelling And Business Service 9. Jasa Jasa/ Services PDRB/ Gross Domestic Regional Product Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, ,50% ,42% ,39% ,68% ,37% ,37% ,89% ,59% ,46% B.2 Potensi Ekonomi B.2.1 Perikanan dan Kelautan A. Kepiting Bakau Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas wilayah daratan ,10 km2, memiliki potensi perikanan yang sangat besar, yang berasal dari danau, rawa rawa, sungai, perairan pantai dan pesisir maupun hutan bakau yang sangat luas yang terletak di delta sungai Mahakam dengan luas ha, yang sekitar ha masih ditutupi hutan bakau dari berbagai jenis. Dengan luasan delta Mahakam serta potensi hutan bakaunya, masyarakat memanfaatkannya untuk pengembangan usaha berbagai jenis komoditas perikanan termasuk salah satunya adalah pengembangan kepiting bakau. Lokasi sentra produksi kepiting bakau sebagian besar berada di Delta Mahakam (zona pesisir) yang meliputi Kecamatan Samboja, Muara Jawa, Sanga Sanga, Anggana, Muara Badak, dan Marang Kayu. Potensi pengembangan usaha kepiting bakau di Kabupaten Kutai Kartanegara sangatlah besar, baik untuk pengembangan hacthery, bibit bakau maupun budidaya tambak di kawasan pesisir yang lusanya mencapai ha, yang saat ini sebagian besar belum dilakukan budidayanya secara intensif. Produksi kepiting bakau (scylla serrata) Kabupaten Kutai Kartanegara rata rata setiap tahunnya mencapai ton/tahun di mana sebagian besar dikonsumsi masyarakat Kalimantan Timur, sebagian diekspor, dan diantarpulaukan. 17

18 Profil Perekonomian Wilayah 2013 Lahan yang sudah ada adalah milik masyarakat yang merupakan investasi murni maupun inti plasma dengan petani. Sarana dan prasarana yang sudah ada meliputi tersedianya pelabuhan sungai dan pelabuhan laut. Kepiting Bakau (scylla serrata) saat ini telah menjadi salah satu komoditas andalan Kabupaten Kutai Kartanegara karena sangat digemari masyarakat Kalimantan Timur maupun tingginya permintaan ekspor ke Malaysia, Hongkong, dan Singapura dan juga diantarpulaukan ke sejumlah wilayah seperti Makassar, Surabaya, Denpasar, Batam, Semarang, Jakarta, dan Yogyakarta. B. Peluang Usaha Kemitraan Budidaya Ikan Mas di Kolam dan Keramba Kabupaten Kutai Kartanegara adalah produsen utama penghasil perikanan di Kalimantan Timur, di mana lebih dari 60% produksi perikanan Kalimantan Timur berasal dari Kabupaten Kutai Kartanegara. Produksi ini berasal dari hasil tangkapan perairan laut, perairan umum seperti sungai dan danau, maupun dari hasil kegiatan budidaya baik di sungai maupun di kolam bekas tambang batubara. Salah satu komoditas penting yang ramai memberikan kontribusi besar adalah budidaya ikan mas (cyprinus carpio) yang sejak lama dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba haba maupun keramba jaring apung. Budidaya ikan mas hampir tersebar di 18 kecamatan dan beberapa kecamatan yang menjadi sentra budidaya meliputi Kecamatan Loa Kulu, Loa Janan, Tenggarong, Tenggarong Seberang, Sebulu, Muara Kaman, dan Kota Bangun. Produksi ikan di Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2011, untuk ikan kolam mencapai 80,1 ton dan ikan keramba mencapai 8.708,3 ton dengan nilai Rp ,. Budidaya ikan mas di Kabupaten Kutai Kartanegara banyak dilakukan di sepanjang Sungai Mahakam, di kolam kolam bekas tambang batubara, dan di kolam kolam maupun dibudidayakan bersama padi dengan sistem Minapadi. 18

19 Profil Perekonomian Wilayah 2013 C. Peluang Usaha Kemitraan Budidaya Rumput Laut Budidaya rumput laut di Kabupaten Kutai Kartanegara sudah mulai dikembangkan oleh masyarakat pesisir sejak tahun Jenis rumput laut yang diusahakan adalah euchema cottoni. Terdapat dua kecamatan yang mengembangkan usaha ini, yaitu Kecamatan Marang Kayu dan Kecamatan Muara Badak. Rata rata luas lahan yang diusahakan setiap pembudidaya sebesar 0,825 ha. Jumlah pembudidaya di Kecamatan Marang Kayu mencapai 150 kepala keluarga. Lokasi budidaya terbagi menjadi dua karakteristik berdasarkan masa penggunaannya yaitu: Pertama, lokasi budidaya yang dapat dimanfaatkan sepanjang tahun dengan tingkat dinamika perairan yang relatif tenang. Kedua, adalah lokasi pemeliharaan yang hanya dapat dimanfaatkan selama 7 bulan, dikarenakan frekuensi hempasan gelombang yang relatif tinggi tiap harinya. Dengan tersedianya lahan dan sudah adanya masyarakat yang membudidayakan rumput laut maka sangat potensial untuk usaha budidaya dan pendirian pabrik pengolahan rumput laut. Lahan di Kecamatan Marang Kayu dan Muara Badak sebagian berupa daratan pesisir pantai yang dapat dibuat untuk kegiatan kolam, tambak, dan panjang garis pantai yang mencapai puluhan kilometer sehingga sangat cocok untuk budidaya rumput laut. Rumput laut salah satu komoditas andalan Kabupaten Kutai Kartanegara, selain produksinya untuk memenuhi kebutuhan lokal, juga dipasarkan keluar daerah seperti Makassar, Surabaya, Denpasar, dan Batam yang selanjutnya akan diekspor ke Filipina, Amerika Serikat, Hongkong, China, dan Singapura. B.2.2 Pengolahan Hasil Perkebunan A. Karet Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki perkebunan karet yang tersebar di zona hulu, tengah, dan pesisir. Pemasaran hasil karet selama ini diolah dalam bentuk lump beku dan dijual keluar daerah. Pengolahan lump beku dilakukan oleh masing masing petani/kelompok tani di masing masing kecamatan/desa. Saat ini tercatat luas arel kebun karet yang tersebar di zona hulu adaah 559 ha, zona tengah ha, dan zona pesisir ha. Sedangkan 19

20 Profil Perekonomian Wilayah 2013 produksi lump beku di tahun 2011 untuk zona hulu sebesar 168 ton dengan produktivitas rata rata kg lump/ha, zona tengah sebesar ton dengan produktivitas rata rata kg lump/ha, dan zona pesisir sebesar ton dengan produktivitas rata rata kg lump/ha. B. Kelapa Sawit Perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kutai Kartanegara tersebar di tiga zona yaitu Kecamatan Kembang Janggut (zona hulu), Kecamatan Muara Kaman (zona tengah), dan Kecamatan Muara Badak (Zona pesisir). Luas Areal Kebun Kelap Sawit di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah ha yang terdiri dari luas areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) seluas ha, luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) seluas ha. Produksi CPO untuk tahun 2011 sebesar ton dengan produktivitas rata rata kg CPO/ha. Pemasaran hasil kelapa sawit selama ini diolah dalam bentuk CPO/PKO dan diekspor keluar negeri (Inggris, India, dll). Pengolahan CPO/PKO dilakukan oleh Pabrik PBS Kelapa Sawit yang telah berproduksi sebanyak 5 unit dengan kapasitas masing masing yaitu untuk Pabrik CPO di Kecamatan Kembang Janggut (zona hulu) adalah 2 unit dengan kapasitas 80 ton TBS/jam. Pabrik CPO di Kecamatan Muara Kaman (zona tengah) adalah 2 unit dengan kapasitas 60 ton TBS/jam, dan pabrik CPO di Kecamatan Muara Badak (zona pesisir) adalah 1 unit dengan kapasitas 20 ton TBS/jam. Melihat dari perkebunan kelapa sawit yang sudah ada, sangat potensial untuk melakukan pembangunan pabrik turunan CPO. Dengan keberadaan pabrik turunan CPO diharapkan akan membuka peluang kerja baru, membuka peluang dinamika pasar, peningkatan SDM, dan taraf ekonomi masyarakat setempat yang akhirnya akan meningkatkan PAD. B.2.3 Tanaman Pangan dan Hortikulura A. Budidaya Nanas 20

21 Profil Perekonomian Wilayah 2013 Sebagian potensi lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini dimanfaatkan untuk budidaya nanas. Budidaya nanas saat ini tersebar di zona tengah yaitu di Kecamatan Kenohan dan di zona pesisir di Kecamatan Samboja. Nanas pada umumnya dimanfaatkan untuk dikonsumsi sebagai buah segar dan juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pembuatan selai, sirup, dan lainnya.varietas yang digunakan sebagian besar menggunakan varietas Srikaya. Luas panen yang ada saat ini dibandingkan dengan potensi lahan yang tersedia, jumlahnya masih sangat kecil yang berarti pengembangan tanaman nanas belum optimal. Saat ini produksi nanas di Kecamatan Kenohan adalah sebesar ton/tahun, sedangkan produksi sekabupaten Kutai Kartanegara adalah ton/tahun dan masih bisa dilakukan perluasan dengan potensi lahan bukan sawah/lahan kering di Kecamatan Kenohan seluas ha. Sedangkan produksi nanas di Kecamatan Samboja sebesar ton/tahun dan masih bisa dilakukan perluasan dengan potensi lahan bukan sawah/lahan kering seluas ha. B. Budidaya Ubi Kayu/Singkong/Ketela Pohon Daerah yang memproduksi ubi kayu di kabupaten Kutai Kartanegara yaitu Kecamatan Kota Bangun dan Muara Kaman. Saat ini produksi ubi kayu di Kecamatan Kota Bangun sebesar ton/tahun dan masih bisa dilakukan perluasan dengan potensi lahan bukan sawah/lahan kering dengan luas ha. Sedangkan lahan potensial untuk pengembangan budidaya ubi kayu di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah seluas ha. Produksi ubi kayu di Kecamatan Muara Kaman sebesar 949 ton/tahun dan masih bisa dilakukan perluas dengan potensi lahan seluas ha. Produksi di atas sebagian besar merupakan hasil dari petani yang dikelola secara tradisonal dan menggunakan varietas ubi kayu yang biasa, hanya sebagian petani yang menggunakan varietas unggulan Singkong Gajah. 21

22 Peluang Investasi 2013 C. PELUANG INVESTASI C.1 Sektor Unggulan Metode Location Quetion digunakan untuk mengindentifikasi sektor unggulan potensi perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara. Berdasarkan hasil perhitungan LQ Kabupaten Kutai Kartanegara terhadap Provinsi Kalimantan Timur, bahwa sektor unggulan adalah sektor pertambangan dan penggalian diikuti dengan sektor pertanian dan bangunan dan konstruksi. Sektor sektor tersebut memiliki LQ > 1 yang merupakan syarat utama menjadi sektor unggulan. Tabel C 1 Perhitungan LQ Lapangan Usaha di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2012 Nilai PDRB (juta rupiah) Sektor Ekonomi Kabupaten Kutai Provinsi Kalimantan Economic Sector Kartanegara Timur LQ 1. Pertanian/Agriculture 7,317,894 22,290, Pertambangan dan Penggalian/ Mining And Quarrying 104,933, ,460, Industri Pengolahan/ Manufacturing Industry 1,468,346 91,240, Listrik, Gas dan Air Minum/ Electricity, Gas And Water Supply 54,050 1,000, Bangunan dan Konstruksi/ Construction 3,585,481 10,310, Perdagangan, Restoran dan Hotel/ Trade, Restaurant And Hotel 3,381,785 30,670, Pengangkutan dan Komunikasi/ Transportation and Communication 477,249 14,040, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan/ Financial, Dwelling And Business Service 459,479 9,290, Jasa Jasa/ Services 1,807,073 15,330, PDRB/ Gross Domestic Regional Product 123,485, ,630,000 1 Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2012 dan Hasil Analisis, 2013 C.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Secara umum petumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 12% menjadi 23%. Sektor pertambangan merupakan sektor yang memberikan kontribusi terhadap kenaikan laju pertumbuhan tersebut yaitu sebesar 24%. Sektor pertanian juga merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan ekonominya dengan nilai sebesar 17% dan juga memiliki nilai LQ di atas 1 22

23 Peluang Investasi 2013 sehingga dapat dikatakan sektor pertanian merupakan sektor unggulan dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu penopang perekonomian di Kabupaten Kutai Kartanegara. Tabel C 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Sektor Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi Pertanian 10% 13% 17% 2. Pertambangan dan Penggalian 14% 11% 24% 3. Industri Pengolahan 5% 10% 17% 4. Listrik, Gas, dan Air Minum 14% 8% 13% 5. Bangunan dan Konstruksi 10% 10% 13% 6. Perdagangan, Restoran, dan Hotel 17% 20% 20% 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10% 12% 12% 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 8% 10% 22% 9. Jasa Jasa 82% 15% 13% Pertumbuhan Kabupaten 10% 12% 23% Sumber: Hasil Analisis, 2013 C.3 Peluang Investasi Budidaya Pisang Pada saat ini Provinsi Kalimantan Timur sedang mengalakan program pengembangan tanaman hortikultura salah satunya adalah pengembangan budidaya pisang. Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Timur yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya pisang. Produksi pisang Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2012 adalah sebesar ton. Hasil produksi ini masih bisa ditingkatkan lagi dengan adanya optimalisasi produksi seperti intensifikasi dan ekstensifikasi lahan. Budidaya pisang saat ini tersebar di zona tengah yaitu di Kecamatan Sebulu dan zona pesisir di Kecamatan Muara Badak. Pada tahun 2011 produksi pisang di Kecamatan Sebulu sebesar 282 ton/tahun. Masih bisa dilakukan perluasan dengan potensi lahan bukan sawah/lahan kering sebesar ha. Sedangkan produksi pisang di Kecamatan Muara Badak sebesar ton/tahun, dan juga masih bisa dilakukan perluasan dengan potensi lahan yang tersedia sebesar ha. 23

24 Peluang Investasi 2013 C.3.1 Peluang Pasar Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama pisang di dunia selain Ekuador, Kosta Rika, Panama, dan Filipina. Produksi pisang Indonesia saat ini cenderung meningkat tapi tidak diiringi dengan peningkatan konsumsi pisang. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan konsumsi lokal yang sedikit lebih rendah yang diduga akibat jumlah ekspor pisang yang cukup tinggi dan makin beragamnya jenis buah lainnya baik yang lokal maupun hasil impor. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita dalam negeri yang cukup tinggi akan mendorong permintaan pisang. Hal ini menunjukkan bahwa pasar dalam negeri memiliki potensi dan prospek yang cerah dalam pengembangan budidaya pisang. Selain permintaan dalam negeri yang cukup tinggi, terdapat beberapa negara yang merupakan importir pisang terbesar di dunia yaitu Amerika, Jepang, dan Uni Eropa. Kondisi permintaan pisang dari negara negara tersebut selalu meningkat dibandingkan tahun tahun sebelumnya. C.3.2 Lokasi dan Ketersediaan Lahan Dalam rangka untuk meningkatkan hasil produksi tanaman budidaya pisang di Kabupaten Kutai Kartanegara, salah satu upayanya adalah dengan perluasan lahan tanam untuk budidaya pisang. Berdasarkan data yang ada terdapat potensi pengembangan yang cukup luas di Kabupaten Kutai Kartanegara untuk pengembangan tanaman pisang yaitu potensi lahan sebesar ha di Kecamatan Sebulu dan lahan sebesar ha di Kecamatan Muara Badak (BKPMD Kutai Kartanegara) Dengan adanya potensi pengembangan lahan tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi tanaman budidaya pisang di masa yang akan datang. C.3.3 Kelayakan Investasi Sesuai dengan rencana pengembangan tanaman hotikultura khususnya tanaman budidaya pisang di Kabupaten Kutai Kartanegara, maka diperlukan investasi dan modal kerja untuk pengembangannya. Selanjutnya dengan berbagai asumsi yang meliputi rencana produksi 24

25 Peluang Investasi 2013 dan ongkos produksi maka perkiraan investasi dan modal kerja untuk pengembangan tanaman pisang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel C 3 Perkiraan Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja Tanaman Budidaya Pisang (per 1 ha) Uraian Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) INVESTASI 1. Sewa tanah (untuk 2 tahun) 1 ha Bibit 660 Batang Tangki 1 Buah Cangkul 5 Buah Parang 10 Buah Alat Dekortikator 1 Unit Pondok Produksi 1 Unit Jumlah MODAL KERJA PERMANEN 1. Saprodi a. Pupuk kandang/kompos 3,6 Kilogram b. Urea 125 Kilogram c. TSP/SP Kilogram d. Insektisida 2 Kilogram Biaya Tenaga Kerja a. Penyiapan 15 HOK b. Pemupukan 30 HOK c. Pemeliharaan 10 HOK Biaya Panen 20 HOK Gaji Pengelola 1 Orang Administrasi (PBB. dll) 1 Paket Jumlah Modal Kerja Permanen Jumlah Investasi + Modal Kerja Permanen Perhitungan di atas merupakan perkiraan kebutuhan investasi dan modal kerja untuk pengembangan budidaya tanaman pisang seluas 1 ha. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperkirakan investasi dan modal kerja untuk pengembangan tanaman budidaya pisang yang dapat ditanamkan di Kabupaten Kutai Kartanegara sesuai dengan potensi luas lahan untuk pengembangannya adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan tanaman budidaya pisang di Kecamatan Sebulu sebesar 25

26 Peluang Investasi 2013 Rp , x = Rp , (empat ratus sembilan puluh sembilan milyar enam ratus empat puluh enam juta seratus sembilan puluh dua ribu lima ratus rupiah) 2. Pengembangan tanaman budidaya pisang di Kecamatan Muara Badak sebesar Rp , x = Rp , (Sembilan ratus dua puluh enam milyar empat ratus sembilan puluh tujuh juta tujuh ratus lima ribu rupiah) Tabel C 4 Perkiraan Cash Flow Budidaya Tanaman Pisang Di Kec.Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara Uraian Cash In Flow CashO ut Flow NetCa sh FlowI RR Akum ulasi Tahun Ke ( ) ( ) ( ( ) ) Sumber: Hasil Analisis, ( ) Total Uraian Cash In Flow Cash Out Flow Net Cash Flow IRR Akum ulasi Tabel C 5 Perkiraan Cash Flow Budidaya Tanaman Pisang Di Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Ke ( ) ( ( ) 5.000) Sumber: Hasil Analisis, ( ) Total ( )

27 Peluang Investasi 2013 Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat diperkirakan keuntungan dari budidaya tanaman pisang pada tahun ke 6 (enam) di Kabupaten Kutai Kartanegara sesuai dengan potensi luas lahan untuk pengembangannya, yaitu: 1. Perkiraan keuntungan budidaya tanaman pisang di Kecamatan Sebulu Rp Rp = Rp (dua triliun seratus enam puluh empat milyar tiga ratus empat puluh juta tiga ratus dua puluh ribu enam ratus sepuluh rupiah) Kelayakan Investasi NPV IRR BCR BEP ,14 24% 1,21 3 tahun Layak Layak Layak Layak 2. Perkiraan keuntungan budidaya tanaman pisang di Kecamatan Muara Badak Rp Rp = Rp (empat triliun tiga belas milyar tiga ratus lima puluh dua juta lima ratus delapan puluh delapan ribu dua ratus enam puluh rupiah) Kelayakan Investasi NPV IRR BCR BEP ,86 24% 1,21 3 tahun Layak Layak Layak Layak Berdasarkan hasil kelayakan investasi di atas maka dapat dikatakan budidaya tanaman pisang di Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu komoditi tanaman hortikultura yang layak untuk dikembangkan di Kabupaten Kutai Kartanegara. 27

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH. Tenggarong, Agustus 2010 Kepala BPS Kutai Kartanegara. Ir. Gunadi Irianto NIP

SEKAPUR SIRIH. Tenggarong, Agustus 2010 Kepala BPS Kutai Kartanegara. Ir. Gunadi Irianto NIP SEKAPUR SIRIH Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur 71 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Kabupaten Kutai Timur Kabupaten Kutai Timur terdiri atas 18 Kecamatan dengan luas wilayah 3.877.21 ha. Luas wilayah tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Penyerapan dan Efek-vitas Anggaran di Daerah

Penyerapan dan Efek-vitas Anggaran di Daerah Penyerapan dan Efek-vitas Anggaran di Daerah Diskusi Teknis DPRD Kabupaten Kutai Kartanegara Hotel Garden Palace, Surabaya, 17 Feb 2012 Dr. Wahyudi Kumorotomo Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

BAHAN PEMAPARAN DALAM RANGKA MUSRENBANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN OLEH : BUPATI KUTAI KARTANEGARA RITA WIDYASARI, Ph.D

BAHAN PEMAPARAN DALAM RANGKA MUSRENBANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN OLEH : BUPATI KUTAI KARTANEGARA RITA WIDYASARI, Ph.D BAHAN PEMAPARAN DALAM RANGKA MUSRENBANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2016 OLEH : BUPATI KUTAI KARTANEGARA RITA WIDYASARI, Ph.D I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan permasalahan dan isu strategis serta mengacu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT

PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT UNTUK KEGIATAN : REHABILITASI PASAR KANDANGAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

STUDI PENGEMBANGAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 1, Maret 2015 ISSN : 1412 6885 STUDI PENGEMBANGAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Karmini 1 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA Strategi dan Program Prioritas Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Mahulu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

Bismillahirrahmanirrahim Khoirunnas anfauhum linnass (HR. Ahmad, Thabrani) Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya

Bismillahirrahmanirrahim Khoirunnas anfauhum linnass (HR. Ahmad, Thabrani) Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya PENDAHULUAN Bismillahirrahmanirrahim Khoirunnas anfauhum linnass (HR. Ahmad, Thabrani) Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya Berlimpahnya kekayaan alam, luasnya wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan

BAB I PENDAHULUAN. potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang dianugrahi kekayaan alam yang berlimpah. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci