KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract"

Transkripsi

1 KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, ibal.2911@gmail.com 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, chennyseftarita@gmail.com Abstract This research purposed to analysis the relation of exchange rate variable causality, composite stock price index and gold price in Indonesia. Data used in this research is secondary data which is monthly data from Juny 2005 periode until Juny 2015 period with totality sample are 121 samples. The method used in this research is Vector Autoregressive (VAR). Based on result the research relation of causality just happened among exchange rate variable and gold price. While composite stock price index and exchange rate just have relation in one side is composite price index in significant influenced the exchange rate. The relation in one side also happened between gold price variable and exchange rate, gold price influenced the exchange rate in significant but not in otherwise. Rupiah which is depreciated nowadays influenced by stock market or exchange rate, needed special care of government and related institution, especially Bank Indonesia to preserve the economic mattess stability. Keywords: Exchange Rate, Composite Price Index, Gold Price, Vector Autoregressive Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas variabel kurs, IHSG dan harga emas di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berupa data bulanan periode Juni 2005 hingga Juni 2015 dengan jumlah sampel sebesar 121 sampel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Vector Autoregressive (VAR). Berdasarkan hasil penelitian hubungan kausalitas hanya terjadi antara variabel kurs dan harga emas. Sedangkan IHSG dan kurs hanya memiliki hubungan satu arah yaitu IHSG secara signifikan mempengaruhi kurs. Hubungan searah juga terjadi antara variabel harga emas dan kurs, harga emas mempengaruhi kurs secara signifikan tetapi tidak sebaliknya. Rupiah yang terus terdepresiasi hingga sekarang ini yang diakibatkan oleh pengaruh pasar saham ataupun harga emas, butuh perhatian khusus dari pemerintah dan lembaga terkait, khususnya Bank Indonesia demi menjaga kestabilan perekonomian. Kata kunci : Kurs, IHSG, Harga Emas, Vector Autoregressive 130

2 PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat memberikan dampak hampir pada seluruh sektor di dunia. Krisis keuangan global menyebabkan turunnya kinerja perekonomian dunia secara drastis. Hal tersebut menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan volume perdagangan global terus merosot. Selain itu juga akan mengakibatkan ancaman bagi industriindustri besar serta penurunan kapasitas produksi. Situasi ini dapat merusak perekonomian dan memicu terjadinya krisis ekonomi, terlebih bagi negara-negara berkembang. Krisis tidak hanya mempengaruhi sistem perbankan global, namun juga mempengaruhi sektor riil ekonomi dunia. Hal itu disebabkan karena sektor perbankan Amerika Serikat sedang terpuruk, kurangnya modal serta enggan meminjamkan dollarnya, termasuk ke bank-bank internasional di Eropa dan Asia. Akibatnya, perbankan internasional kekurangan dollar untuk memberi pinjaman kepada para pengusaha dunia yang membutuhkan dollar untuk investasinya. Kekhawatiran atas dampak pelemahan ekonomi global terhadap perekonomian di negara-negara berkembang di tengah krisis keuangan ini telah memberikan tekanan pada mata uang seluruh dunia termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah akan terus terdepresiasi mengingat Indonesia yang merupakan negara yang berbasis impor. Terdepresiasinya nilai tukar rupiah dapat menimbulkan dampak pada pasar modal. Pada saat mata uang terdepresiasi, maka biaya bahan baku akan meningkat terhadap perusahaanperusahaan yang mengimpor dari luar negeri. Akibatnya perusahaan akan mengalami kerugian dan mendorong para investor untuk melakukan aksi jual terhadap saham yang dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan aksi jual saham, maka akan mendorong penurunan Indeks harga saham gabungan (IHSG). Nilai IHSG yang menurun menyebabkan investor mengalihkan investasinya ke sektor yang lebih menjanjikan. Salah satu sektor yang dipilih investor untuk berinvestasi adalah sektor pertambangan, hal itu dikarenakan sektor pertambangan diperkirakan dapat memberi tingkat pengembalian (return) yang lebih tinggi dibandingkan IHSG untuk jangka panjang. Pertambangan merupakan salah satu sektor yang strategis dan juga merupakan penggerak perekonomian Indonesia. Salah satu bahan tambang yang biasa diinvestasikan adalah emas. Emas merupakan investasi yang menjanjikan dan mempunyai harga yang relatif stabil dalam jangka panjang. TINJAUAN PUSTAKA Kurs Kurs merupakan harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya (Muhammadinah, 2011). Sedangkan (Mankiw, 2003) mengemukakan bahwa kurs antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Apabila berbicara tentang nilai tukar rupiah terhadap dollar, maka jumlah mata uang rupiah yang disepakati sama dengan satu unit mata uang dollar tersebut. Menurut (Triyono, 2008), kurs (nilai tukar) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah sering disebut dengan kurs. Nilai tukar biasanya berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi dan apresiasi. Depresiasi merupakan pelemahan suatu nilai tukar mata uang terhadap mata uang lainnya. Sedangkan apresiasi adalah menguatnya suatu 131

3 mata uang terhadap mata uang lainnya. Indeks Harga Saham Gabungan Menurut (Anoraga & Pakarti, 2006), indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kenaikan dibandingkan waktu tertentu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebenarnya merupakan indeks harga saham yang sudah disusun dan dihitung sehingga menghasilkan trend, dimana angka indeks adalah angka yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk membandingkan kejadian yang dapat berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu (Jorgiyanto, 2000). Dalam perhitungan angka indeks ini digunakan waktu dasar dan waktu yang sedang berjalan. Emas Emas merupakan logam mulia yang paling diminati banyak orang (Rosnia, 2010). Orang akan rela mengeluarkan dana untuk membeli emas guna untuk memperoleh keuntungan dalam jangka panjang. Emas tersedia dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah dalam bentuk batangan. Emas batangan dapat diperoleh di PT. Antam. Hubungan Kurs, IHSG dan Harga Emas Menurut (Pohan, 2008) nilai tukar yang naik turun tidak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendapatkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor. Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing akan sangat mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar akan memberikan dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Hal ini juga berdampak kepada larinya modal ke luar negeri yang diakibatkan turunnya kepercayaan investor. Para investor mengganggap investasi dalam negeri kurang menguntungkan (Tesa, 2012). Pada saat rupiah terdepresiasi terhadap mata uang asing bedampak pada peningkatan biaya bahan baku, dengan kata lain melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi nasional yang pada akhirnya menurunkan kinerja saham di pasar saham (Nugroho, 2008). Hal tersebut akan mendorong para investor untuk beralih ke investasi yang lebih menjanjikan, salah satunya adalah emas. Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas resiko (Sunariyah, 2006). Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik serta sangat jarang sekali harga emas turun. Selain itu, emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini membahas tentang hubungan kausalitas kurs, IHSG dan harga emas di Indonesia. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa data bulanan periode Juni 2005 hingga Juni 2015 yang diperoleh dari Bank Indonesia, finance.yahoo.com dan harga- 132

4 emas.org. Metode yang digunakan adalah metode VAR (Vector Autoregressive) dengan menggunakan (1) Uji Unit Root untuk melihat data stasioner atau tidak, (2) Penentuan Lag Optimal digunakan untuk melihat lag trpendek, (3) Uji Granger Causality guna untuk melihat apakah terdapat hubungan kausalitas atau tidak, (4) Impulse Respons Function (IRF) untuk melihat pengaruh shock (guncangan) suatu variabel terhadap variabel itu sendiri dan dalam mempengaruhi variabel lain, dan (5) Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) untuk melihat pengaruh shock (guncangan) suatu variabel terhadap variabel itu sendiri dan variabelvariabel lain dalam mempengaruhi variabel tersebut. HASIL PEMBAHASAN Uji Unit Root Untuk menghasilkan data yang stasioner diperlukan uji pada tingkat level. Apabila hasil uji masih belum stasioner pada tingkat level, maka selanjutnya akan diuji dengan first difference. Pada uji stasioneritas data time series setiap variabel dengan menggunakan uji Phillip-Perron diketahui bahwa kurs, IHSG dan harga emas menunjukkan data yang stasioner pada tingkat first difference. Variabel Tabel 1. Hasil uji unit root first difference dengan metode phillips-perron Nilai statistik Nilai Kritis 1% 5% 10% Prob Kesimpulan Kurs -10,65-3,49-2,89-2,58 0,00 Menolak H0 IHSG -9,53-3,49-2,89-2,58 0,00 Menolak H0 Harga Emas -16,04-3,49-2,89-2,58 0,00 Menolak H0 Hasil uji unit root menggunakan Phillps-Perron menunjukkan bahwa kurs, IHSG dan harga emas telah stasioner pada tingkat first difference. Hal itu dibuktikan dari nilai statistik ketiga variabel tersebut lebih kecil dari nilai kritis, serta nilai probability dibawah 5 persen. Maka dengan demikian dapat disimpulkan kurs, IHSG dan harga emas menolak H0 dan menerima H1. Penentuan Lag Optimal Uji lag optimal digunakan untuk menjelaskan berapa lama pengaruh antara suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam pengujian lag optimal, panjang lag yang dipilih berasal dari lag yang terkecil dan paling banyak bintang (*). Tabel 2. Hasil lag information criteria Lag LogL LR FPE AIC SC HQ ,18 NA 8,02e+21 58, , , ,06 993,4457 9,53e+17 49, ,20296* 50, ,38 36, ,88e+17 49, , ,92785* ,48 14, ,04e+17 49, , , ,72 20,79718* 7,67e+17* 49,69143* 50, , ,1 11, ,02e+17 49, , , ,35 7, ,69e+17 49, , , ,52 2, ,93e+17 49, , ,

5 8-2725,27 8, ,07e+18 50, , ,74346 Berdasarkan uji Lag Information Criteria pada Tabel 2 lag yang terkecil dan paling banyak bintang (*) terjadi pada lag 4. Pemilihan lag 4 dimaksudkan supaya semua informasi dapat dimasukkan ke dalam model analisis. Selain itu, penggunaan lag 4 sangat memungkinkan untuk jumlah sampel yang relatif panjang. Uji Granger Causality Uji Granger Causality digunakan untuk melihat hubungan kausalitas (timbal balik) antara variabel kurs, IHSG dan harga emas. Apabila dalam hasil pengujian H0 ditolak, maka terdapat hubungan kausalitas antara variabel kurs, IHSG dan harga emas. Tabel 3. Hasil uji granger causality Hipotesis Nilai Statistik Prob DIHSG does not Granger Cause DKURS 5, ,0009 DKURS does not Granger Cause DIHSG 0, ,6399 DHARGA_EMAS does not Granger Cause DKURS 3, ,0053 DKURS does not Granger Cause DHARGA_EMAS 2, ,0480 DHARGA_EMAS does not Granger Cause DIHSG 2, ,0367 DIHSG does not Granger Cause DHARGA_EMAS 1, ,1203 Tabel 3 menunjukkan IHSG secara statistik signifikan mempengaruhi kurs, hal itu dapat dilihat dari nilai probability yang menunjukkan nilai 0,0009 dan menolak H0. Sebaliknya kurs secara statistik tidak signifikan mempengaruhi IHSG dengan nilai probability 0,6399. Dengan demikian terjadi hubungan kausalitas satu arah dari IHSG ke kurs. Naik turunnya IHSG akan berpengaruh pada pergerakan kurs. Pada saat IHSG mengalami penurunan maka investor akan menjual sahamnya yang akan menyebabkan terdepresiasinya nilai tukar rupiah. Sebaliknya, pada saat IHSG mengalami kenaikan nilai kurs rupiah akan terapresiasi. Akan tetapi, nilai kurs rupiah tidak menunjukkan pengaruh terhadap IHSG. Melemahnya nilai tukar rupiah tetap membuat investor menanam modal pada pasar saham, hal itu dapat dilihat dari pergerakan IHSG yang menunjukkan nilai positif dari tahun ke tahun walaupun rupiah terus terdepresiasi. Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Sulistyandari, 2011), hasil penelitian menunjukkanbahwa terdapat hubungan kausalitas satu arah dari indeks harga saham gabungan ke nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Harga emas secara statistik signifikan mempengaruhi kurs dengan nilai probability 0,0053. Harga emas naik menyebabkan terdepresiasinya rupiah. Pada saat harga emas mengalami peningkatan, maka investor akan lebih memilih berinvestasi pada emas dibandingkan memegang rupiah. Sebaliknya, menurunnya harga emas menyebabkan menguatnya rupiah. Pengaruh kurs terhadap harga emas juga menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai probability 0,0480. Artinya, pada saat kurs rupiah menguat akan menyebabkan harga emas turun dan melemahnya rupiah akan membuat harga emas meningkat. Hal tersebut diakibatkan investor lebih memilih investasi yang mempunyai return lebih tinggi. Maka dapat disimpulkan terjadinya hubungan kausalitas dua arah antara kurs dan harga emas. Harga emas secara statistik signifikan mempengaruhi IHSG, nilai probability yang didapat menunjukkan nilai 0,0367 dan menolak H0. Hal tersebut dapat diartikan bahwa perubahan harga emas yang terus meningkat akan membuat investor meninggalkan pasar saham. Peralihan tersebut diakibatkan return yang di dapat dari emas lebih menjanjikan dibandingkan pasar saham. Berbeda dengan hasil yang di dapat dari uji kausalitas IHSG terhadap harga emas, hasilnya IHSG secara statistik tidak signifikan mempengaruhi harga emas dengan nilai 134

6 probability 0,1203. IHSG yang meningkat tidak membuat investor meninggalkan emas, karena pada saat yang bersamaan harga emas pun tetap menunjukkan pergerakan positif. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi hubungan kausalitas satu arah dari harga emas ke IHSG. Hasil yang didapat tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Thomas, 2012), dari hasil uji kausalitas menunjukkan bahwa emas dapat mempengaruhi secara signifikan saham IHSG, sedangkan IHSG tidak mempengaruhi emas secara signifikan. Uji Impulse Response Function (IRF) Impulse Respons Function (IRF) digunakan untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap guncangan (shock) variabel tertentu. IRF juga digunakan untuk melihat berapa lama pengaruh tersebut terjadi. Tabel 4. Hasil uji impulse response function kurs Respons of DKURS Period DKURS DIHSG DHARGA_EMAS 1 396, ,98-59,52-84, ,84-32,83-71, ,25-2,35-83, ,75 26,97-82, ,21 50,69-84, ,70 70,38-83, ,70 86,30-82, ,27 99,26-81, ,81 109,73-79,86 Berdasarkan hasil Uji Impulse Respons Function kurs pada tabel 4, variabel kurs merespons shock kurs iu sendiri secara positif, di mana respon tertinggi terjadi pada periode ke dua yaitu sebesar 407,98 SD (Standar Deviasi) yang kemudian mengalami penurunan dalam jangka panjang. Berbeda dengan respon kurs terhadap IHSG, pada awalnya sama sekali tidak merespon. Akan tetapi, pada periode ke dua menunjukkan respon negatif yaitu sebesar -59,52 SD. Pada periode ke lima mulai menunjukkan nilai positif sebesar 26,97 SD dan terus mengalami peningkatan pada periode selanjutnya. Sama halnya respon kurs terhadap harga emas, pada awal periode kurs sama sekali tidak merespon harga emas. Pada periode ke dua shock mulai terlihat dan menunjukkan respon negatif sebesar -84,24 SD yang kemudian mulai mengalami peningkatan sedikit pada periode ke tiga menjadi -71,33 SD dan kembali menurun pada periode ke empat. Dalam jangka panjang respon yang ditunjukkan mulai stabil. Tabel 5. Hasil uji impulse response function IHSG Respons of DIHSG Period DIHSG DKURS DHARGA_EMAS 1 150,39-60, ,15-59,91 25, ,21-44,39 26,15 135

7 4 140,44-30,67 32, ,50-18,76 35, ,50-9,29 38, ,96-1,65 41, ,74 4,37 44, ,56 9,12 46, ,25 12,82 48,74 Tabel 5 menunjukkan bagaimana hasil uji Impulse Respons Function IHSG. Respon IHSG terhadap IHSG itu sendiri menunjukkan nilai positif, shock mulai terjadi pada periode ke dua yaitu sebesar 165,15 SD dan terus mengalami penurunan dalam jangka panjang. Sedangkan respon yang ditunjukkan IHSG terhadap kurs menunjukkan nilai negatif pada awal periode yaitu sebesar -60,89 SD, shock mulai terlihat kembali pada periode-periode selanjutnya dan menunjukkan pola positif dalam jangka panjang. Pada periode ke delapan respon mulai menunjukkan nilai positif sebesar 4,37 SD dan terus meningkat pada periode ke sembilan dan sepuluh. Sementara respon IHSG terhadap harga emas menunjukkan nilai positif walaupun pada periode pertama tidak merespon sama sekali. Pada periode ke dua shock mulai terjadi yaitu sebesar 25,72 SD dan terus meningkat pada periode selanjutnya. Shock terjadi kembali pada periode ke empat dan periode ke tujuh. Tabel 6. Hasil uji impulse Response function harga emas Respons of DHARGA_EMAS Period DHARGA_EMAS DKURS DIHSG , ,93 418, , , , , , , , , , , ,65-755, , ,55-495, ,13 762,62-267, ,69 313,30-121, ,98-73,86-20, ,21-402,52 34,47 Pada tabel 6, hasil uji Impulse Respons Function terlihat respon harga emas terhadap IHSG bernilai positif pada awalnya yaitu sebesar 418,13 SD yang kemudian menjadi negatif pada periode ke dua, dan untuk periode jangka panjang respon yang ditunjukkan kembali membentuk pola positif. Sementara respon harga emas terhadap kurs yang awalnya berada pada titik positif menjadi negatif dalam jangka panjang. Untuk respon harga emas terhadap harga emas itu sendiri bergerak pada nilai positif, pada periode awal nilai yang ditunjukkan sebesar 18503,68 SD. Shock terjadi pada periode ke dua dan ke tiga dan mulai stabil dalam jangka panjang. 136

8 Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Hasil uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) akan memberikan keterangan tentang besarnya dan sampai berapa lama proporsi guncangan (shock) sebuah variabel terhadap variabel itu sendiri dan selanjutnya melihat besaran proporsi guncangan (shock) variabel lain dalam mempengaruhi variabel tersebut. Tabel 7. Hasil uji forecast Error variance decomposition kurs Variance Decomposition of KURS Period DKURS DIHSG DHARGA_EMAS ,81 1,06 2, ,43 0,98 2, ,90 0,79 3, ,32 0,80 3, ,48 1,06 4, ,43 1,60 4, ,20 2,35 5, ,84 3,30 5, ,39 4,38 6,22 Berdasarkan Tabel 7 IHSG sama sekali tidak mempengaruhi kurs pada periode awal, nilai yang didapat masih 0 persen. Pada periode ke dua sudah mulai terlihat pengaruhnya walaupun hanya 1,06 persen. Akan tetapi pada periode ke tiga sampai periode ke empat menurun menjadi 0,79 yang akhirnya kembali meningkat hingga periode ke sepuluh menjadi 4,38 persen. Harga emas juga pada awalnya tidak mempengaruhi kurs, akan tetapi pada periode kedua hingga periode ke sepuluh terus mengalami peningkatan hingga mencapai 6,22 persen. Artinya harga emas lebih mendominasi mempengaruhi kurs dibandingkan IHSG. Sementara pengaruh kurs terhadap variabel itu sendiri menunjukkan nilai 100 persen pada periode pertama, namun pengaruhnya mulai memudar pada periode-periode selanjutnya hingga periode sepuluh. Tabel 8. Hasil uji forecast error variance decomposition IHSG Variance Decomposition of IHSG Period DIHSG DKURS DHARGA_EMAS 1 85,91 14, ,24 12,61 1, ,36 11,03 1, ,06 9,65 2, ,51 8,52 2, ,65 7,63 3, ,54 6,94 4,50 137

9 8 88,21 6,43 5, ,71 6,06 6, ,07 5,79 7,12 Hasil uji FEVD IHSG pada tabel 8 menunjukkan bahwa pengaruh IHSG terhadap IHSG itu sendiri menunjukkan nilai 85,91 persen pada periode pertama. Pada periode selanjutnya terus mengalami peningkatan sedikit demi sedikit hingga periode ke enam menjadi 88,65 persen, namun pada periode ke tujuh hingga periode ke sepuluh menurun kembali tetapi hanya sampai 87,07 persen. Sementara itu, kurs hanya mempengaruhi IHSG 14,08 persen pada periode pertama. Pengaruhnya mulai menurun dari periode ke dua hingga periode ke sepuluh menjadi 5,79 persen. Hal itu berbeda dengan pengaruh harga emas terhadap IHSG, walaupun pada awalnya tidak terdapat pengaruh, akan tetapi dalam jangka panjang harga emas berperan lebih besar mempengaruhi IHSG. Presentasenya terus meningkat hingga periode ke sepuluh menjadi 7,12 persen. Tabel 9. Hasil uji forecast error variance decomposition harga emas Variance Decomposition of HARGA EMAS Period DHARGA_EMAS DKURS DIHSG 1 96,66 3,28 0, ,67 7,23 1, ,80 7,08 1, ,08 6,80 1, ,82 6,17 1, ,52 5,57 0, ,17 5,01 0, ,72 4,53 0, ,18 4,14 0, ,55 3,82 0,61 Tabel 9 menunjukkan kontribusi harga emas dalam mempengaruhi harga emas itu sendiri sebesar 96,66 persen pada periode pertama. Pada periode ke dua turun hingga 91,67 persen, penurunan kontribusi emas berhenti pada periode ke dua dan kembali meningkat dalam jangka panjang. Sementara pengaruh yang ditunjukkan oleh kurs dan IHSG terhadap harga emas berbanding terbalik, pada periode ke dua pengaruh kurs terhadap harga emas mengalami peningkatan dan terjadi penurunan pada periode ke tiga hingga periode-periode selanjutnya. Pengaruh IHSG terhadap harga emas juga meningkat pada periode ke dua dan stabil hingga periode ke tiga dan mulai menurun dari periode ke empat hingga periode ke sepuluh. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil Uji Granger Causality, terdapat hubungan kausalitas satu arah dari IHSG ke kurs, dan Harga Emas ke IHSG. Sementara antara kurs dan harga emas terdapat 138

10 hubungan kausalitas dua arah. Saran Kurs rupiah yang terus terdepresiasi akibat IHSG dan harga emas butuh perhatian khusus dari pemerintah dan lembaga terkait, khususnya Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas perekonomian. DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P., & Pakarti, P. (2006). Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cpta. Jorgiyanto, H. M. (2000). Teori Portofolio dan Analisa Investasi. Edisi Kedua. Yogyakarta. Mankiw, G. (2003). Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Muhammadinah. (2011). Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah atas Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (Jenius). Vol. 1, No. 2, Nugroho, H. (2008). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Lq45. Semarang: Universitas Diponegoro. Pohan, A. (2008). Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Yogyakarta: Rajagafindo Persada. Rosnia, R. A. (2010). Investasi Berkebun Emas Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Sulistyandari. (2011). Hubungan Kausalitas antara Nilai Tukar Mata Uang dan Indeks Pasar Saham di Pasar Modal Indonesia. Performance. Vol. 13, No. 1, Sunariyah. (2006). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima. UPP STIM. Tesa, S. (2012). Pengaruh Suku Bunga Internasional, Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun Economics Development Analysis Journal. Vol. 1, No.1, Thomas, A. (2012). Analisis Hubungan Kausalitas antara Return Emas dengan Return Saham (IHSG) pada periode Oktober Universitas Surabaya. Triyono. (2008). Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 9, No. 2,

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: Mirza.winanda38@gmail.com 2)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

PENGARUH BI RATE, THE FED RATE,

PENGARUH BI RATE, THE FED RATE, PENGARUH BI RATE, THE FED RATE, DAN KURS TERHADAP KESEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Ratna Mutia Dewi 1* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, e-mail:

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang dari masyarakat untuk disalurakan ke sektor-sektor produktif. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. panjang dari masyarakat untuk disalurakan ke sektor-sektor produktif. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karna pasar modal merupakan wahana yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12.

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12. BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan menganalisis mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005:07 2014:12. Empat sistem persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga mengandung resiko. Besar kecilnya resiko di pasar modal sangat dipengaruhi oleh keadaan negara khususnya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia Nilai tukar rupiah adalah perbandingan nilai mata uang rupiah dengan negara lain. Nilai tukar mencerminkan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. representasi untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. representasi untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal dan perbankan merupakan lembaga penyedia jasa keuangan sekaligus pengatur perekonomian Negara dan nilai tukar mata uang. Karena pasar modal merupakan sarana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Kesimpulan yang di dapatkan dari hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil dari tiga tahapan pengujian yang telah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi tentang rata-rata bersyarat pada Y

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi tentang rata-rata bersyarat pada Y BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari- hari sering dijumpai data time series yang terdiri dari beberapa variabel yang saling terkait yang dinamakan dengan data time series

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara membutuhkan modal dalam mengembangkan perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Akumulasi modal sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN.... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4. Manfaat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017:

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: ANALISIS HUBUNGAN VARIABEL MAKRO DENGAN PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA DI PERBANKAN UMUM Danil Maulana 1*, Fakhruddin 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN HARGA EMAS DUNIA DAN KURS RUPIAH PADA RETURN PASAR

PENGARUH PERUBAHAN HARGA EMAS DUNIA DAN KURS RUPIAH PADA RETURN PASAR PENGARUH PERUBAHAN HARGA EMAS DUNIA DAN KURS RUPIAH PADA RETURN PASAR Umi Murtini Sirilus Kristiyo Amijoyo Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wihidin Sudiro Husodo 5-25, Yogyakarta,

Lebih terperinci

Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi dan Bisnis Vol.2 No. 2 Mei 2017 :

Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi dan Bisnis Vol.2 No. 2 Mei 2017 : KONTRIBUSI PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Silvira Afrizal 1*, Talbani Farlian 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci

Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010). Pada akhir tahun 1994, IHSG. mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Pada bulan Oktober 2012 IHSG

Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010). Pada akhir tahun 1994, IHSG. mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Pada bulan Oktober 2012 IHSG " BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Situasi perekonomian Indonesia yang semakin kondustif memberikan dampak positif terhadap pasar modal di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan indeks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas 5.1.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) Tahap pertama dalam metode VAR yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setipa masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia pada dasarnya di mulai seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian Indonesia secara dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yg melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke hampir seluruh dunia dan hampir di seluruh sektor. Krisis keuangan global menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Data penelitian Penelitian interdependensi pasar saham indonesia dengan pasar saham dunia ini menggunakan data sekunder berupa nilai penutupan harian/daily

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saham merupakan bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan suatu variabel yang digunakan dalam penelitian yang diteliti oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian suatu negara merupakan salah satu hal yang penting bagi keberlangsungan negara tersebut. Sebuah negara yang berkembang pasti menghadapi berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri ( capital flight)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri ( capital flight) 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 6 (1) (2017) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj ANALISIS PENGARUH VOLATILITAS CAPITAL INFLOW DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi dimana persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi dimana persaingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi dimana persaingan perdagangan internasional semakin ketat. Untuk itu Indonesia perlu meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current

BAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu selalu dihadapkan dalam beberapa pilihan dalam hidupnya, misalnya saja pilihan dalam menentukan proporsi dana dan sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi

Lebih terperinci

PERAMALAN LAJU INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MENGGUNAKAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERAMALAN LAJU INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MENGGUNAKAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) PERAMALAN LAJU INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MENGGUNAKAN MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) SKRIPSI Disusun Oleh : Fitrian Fariz Ichsandi 24010210141024 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pesat pasar keuangan global di masa sekarang semakin cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi direspon oleh pelaku

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Stasioneritas Dalam meneliti data time series, yang pertama harus dilakukan adalah dengan menggunakan uji stasioneritas. Uji stasioneritas yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

Perkembangan M1 dan M2

Perkembangan M1 dan M2 2011 Juni Des Maret Sept 2013 Juni Des Maret Sept 2015 Juni Des Maret Sept dalam miliar rupiah 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pergerakan Permintaan Uang di Indonesia Dalam melihat pergerakan permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perekonomian suatu negara dituntut untuk dapat memiliki sumber daya yang memenuhi setiap kebutuhan dari negara tersebut. Bukan hanya sumber daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kegiatan investasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut didukung dengan kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena perbankan syariah di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil yang diperoleh dari estimasi VECM pada periode penerapan base

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil yang diperoleh dari estimasi VECM pada periode penerapan base 130 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat terkait dengan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk meningkatkan performa terbaiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara berkembang. Namun, dua kebijakan tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 3.1.1 Hubungan Antar Variabel 3.1.1.1 Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan Melemahnya nilai

Lebih terperinci

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penjualan dan Pasokan Bulan January 2005 2006 2007 Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan 293.57 291.82 325.64 546.955 359.88 762.063 February 297.05 291.82 341.45

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kualitas Instrumen 1. Hasil Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) Uji stasioneritas data menggunakan metode pengujian ADF (Augmented Dickey Fuller)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE Disusun Oleh : NURING TYAS KUSUMO WARDANI B

ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE Disusun Oleh : NURING TYAS KUSUMO WARDANI B ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE 2015.7-2017.12 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak ekonom terutama pelaku pasar keuangan, namun belum terdapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak ekonom terutama pelaku pasar keuangan, namun belum terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, istilah stabilitas sistem keuangan (SSK) telah dikenal oleh banyak ekonom terutama pelaku pasar keuangan, namun belum terdapat definisi baku yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan, hanya saja yang membedakan pasar modal adalah barang barang

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan, hanya saja yang membedakan pasar modal adalah barang barang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal atau bursa merupakan sumber pendanaan yang cukup penting di era globalisasi saat ini. Pasar modal dapat diumpamakan sebagai tempat perbelanjaan, hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia didukung oleh perkembangan pasar modal. Pasar modal dibentuk untuk menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam sistem perekonomian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

Lebih terperinci