PENGARUH BI RATE, THE FED RATE,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH BI RATE, THE FED RATE,"

Transkripsi

1 PENGARUH BI RATE, THE FED RATE, DAN KURS TERHADAP KESEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Ratna Mutia Dewi 1* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Abstract This study aimed to analyze the effects of BI rate, the Fed rate, and exchange rate on balance of payments in Indonesia. The study used quartely data run from to period. Meanwhile, the study utilized Vector Autoregressive (VAR) model to analyze the research problem of the study. The results showed that there was bidirectional causality relationship between balance of payment and exchange rate. Meanwhile, there are unidirectional relationship between balance of payment and BI rate, the Fed rate and BI rate, and exchange rate and BI rate. Central Bank of Indonesia should maintain the stability of balance of payment, exchange rate, and BI rate. To obtain the best results of balance of payment stability it is recommend a research on current account and capital account stability as further research by adding other foreign interest rate. Keywords: Balance of Payments, BI rate, Exchange Rate, The Fed Rate, VAR Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh BI rate, the Fed rate, dan kurs terhadap keseimbangan neraca pembayaran Indonesia. Data dalam penelitian ini menggunakan data time series kuartalan periode tahun Model yang digunakan adalah Vector Autoregressive (VAR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kausalitas dua arah antara neraca pembayaran dan kurs. Sedangkan neraca pembayaran, the Fed rate, dan kurs memiliki hubungan searah dengan BI rate. Berdasarkan hasil penelitian ini, Bank Indonesia perlu melakukan upaya untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran, BI rate dan kurs.untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan pengujian dengan komponen neraca pembayaran, yaitu neraca transaksi berjalan dan neraca modal. Selain itu, dapat menggunakan variabel dunia lainnya, seperti tingkat bunga negara lain. Kata Kunci: Neraca Pembayaran, BI rate, Kurs, The Fed Rate, VAR PENDAHULUAN Situasi dan guncangan yang terjadi terhadap perekonomian dunia umumnya akan berpengaruh ke setiap negara, termasuk Indonesia. Sebagai negara yang memiliki karakteristik small open economy, kondisi perekonomian Indonesia sangat berpotensi mengalami gangguan eksternal. Pada saat perekonomian dunia cerah, maka hubungan perekonomian melalui transaksi internasional juga akan ikut bergairah. Sebaliknya, ketika perekonomian dunia mengalami guncangan, maka hubungan perekonomian Indonesia secara eksternal juga akan ikut terguncang. Setelah berakhirnya krisis Asia, perekonomian Indonesia mulai menunjukkan kinerja yang luar biasa.meskipun begitu, faktor internal maupun eksternal tetap menjadi tantangan utama untuk menjaga kestabilan perekonomian dalam negeri. Pemerintah telah melakukan 542

2 berbagai kebijakan baik dari sisi fiskal maupun moneter. Dari sisi fiskal, pemerintah berupaya untuk meningkatkan pendapatan negara dengan cara meningkatkan efisiensi pemungutan pajak. Sedangkan dari sisi moneter, Bank Indonesia telah berupaya menyeimbangkan kendala internal dan eksternal, khususnya untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran yang di dalamnya memuat seluruh informasi mengenai surplus atau defisitnya suatu negara akibat transaksi ekonomi yang dilakukannya dengan negara lain. Selain itu, keseimbangan neraca pembayaran mencerminkan kestabilan perekonomian suatu negara. Sebagai bagian dari perekonomian global, informasi dari neraca pembayaran Indonesia sangat menentukan hubungan perekonomian Indonesia dengan negara lain, sehingga terlihat apakah Indonesia merupakan pengekspor barang dan modal, atau sebaliknya sebagai pengimpor barang dan modal. Selain itu, neraca pembayaran juga merupakan salah satu indikator yang dapat memengaruhi sentimen para pelaku pasar. Pada triwulan II-2005 kinerja transaksi berjalan mencatat surplus dan Bank Indonesia menyimpulkan bahwa perekonomian Indonesia sampai dengan triwulan II-2005 masih tumbuh cukup tinggi mencapai kisaran 5,5 persen hingga 6,0 persen (yoy). Untuk menghindari risiko eksternal dan internal, kebijakan moneter ketat tetap dilakukan dengan menetapkan BI rate sebesar 8.5 persen selama triwulan III tahun Namun hal ini menyebabkan defisitnya neraca transaksi berjalan. Kinerja neraca modal juga belum menunjukkan perbaikan dengan aliran dana keluar untuk pembayaran utang dan impor yang semakin meningkat sementara aliran dana masuk masih terbatas. Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan neraca pembayaran mengalami defisit sebesar USD 2,3 miliar pada triwulan III-2005 (Bank Indonesia, 2005). Kebijakan moneter Amerika Serikat (A.S) di sisi lain merupakan kebijakan moneter yang menjadi perhatian dan diwaspadai oleh para pelaku ekonomi dunia termasuk Indonesia. Suku bunga the Fed (the Fed rate) merupakan suku bunga yang berada di bawah kendali the Fed dan turut menentukan pergerakan aliran modal (capital flow) negara berkembang. Menurut Al Arif dan Tohari (2006), the Fed rate sebagai representasi dari suku bunga dunia secara signifikan berimplikasi terhadap variabel domestik. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara yang memiliki struktur perekonomian terbuka kecil sangat rentan terhadap guncangan variabel dunia. Selanjutnya, krisis global yang terjadi pada tahun 2008 memberikan tekanan terhadap neraca pembayaran, di mana defisit yang terjadi sebesar US$ 1,9 Miliar yang sebelumnya mencatat surplus pada tahun Namun seiring membaiknya perekonomian domestik dan global pada tahun 2009 dan 2010, neraca pembayaran kembali mencatat surplus. Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (SEKI-BI), diolah Gambar 1. Pergerakan BI rate, the Fed rate, dan kurs terhadap neraca pembayaran Indonesia periode

3 Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa pada tahun 2006 ketika the Fed menaikkan suku bunganya, kurs rupiah menguat, BI rate mengalami penurunan, dan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan angka surplus. Namun pada tahun 2008 ketika the Fed dan BI menurunkan suku bunga acuannya, kurs rupiah terapresiasi, sedangkan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan angka defisit. Masdjojo (2005) menyatakan bahwa depresiasi mata uang Rupiah terhadap Dolar AS akan meningkatkan saldo neraca pembayaran, di mana kenaikan kurs valuta asing memengaruhi perubahan harga barang ekspor dan impor. Apabila Rupiah mengalami depresiasi maka akanmeningkatkan permintaan uang nominal. Jika peningkatan permintaan uang tidak bisa dipenuhi oleh sumber-sumber dari dalam negeri, maka tingkat bunga akan meningkat sehingga mendorong capital inflow dan menyebabkan surplus pada saldo neraca pembayaran. Berdasarkan beberapa kondisi tersebut, maka untuk mengetahui bagaimana suku bunga Bank Indonesia (BI rate), the Fed rate, dan kurs memengaruhi neraca pembayaran Indonesia, perlu dikaji lebih mendalam. TINJAUAN PUSTAKA Neraca pembayaran (balance of payment) merupakan dokumen sistematis dari semua transaksi ekonomi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu. Transaksi yang dicatat dalam neraca pembayaran hanyalah transaksi ekonomi internasional, transaksi bantuan militer tidak termasuk ke dalamnya, karena bantuan tersebut hanyalah merupakan bantuan yang sifatnya tidak imbal beli (Apridar, 2009). Ketidakseimbangan pada neraca pembayaran, bisa terjadi surplus ataupun defisit. Ketidakseimbangan berupa surplus yang memiliki nilai valas yang relatif tinggi bisa dikatakan ideal, sedangkan yang dianggap kurang baik adalah posisi neraca pembayaran yang defisit dan memiliki nilai valas yang rendah sehingga diusahakan untuk diperbaiki melalui mekanisme penyesuaian (Effendy, 2014). Krugman dalam Sakuntala (2015) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi perubahan keseimbangan neraca pembayaran menurut pendekatan moneter, diantaranya yaitu pendapatan domestik riil, tingkat harga domestik, tingkat suku bunga domestik, dan kredit domestik. Dengan mengkondisikan negara perekonomian terbuka kecil dengan sistem kurs mengambang (floating exchange rate) dan dasar teori Purchasing Power Parity (PPP), yang berarti semua tingkat harga (gabungan harga-harga semua komoditi) dari seluruh negara sama besarnya bila diukur dalam satuan mata uang yang sama. Menurut Krugman dan Obstfeld dalam Machpudin (2013), kurs atau nilai tukar merupakan harga suatumata uang terhadap mata uang lainnya. kurs memainkan peranan penting dalamperdagangan internasional, karena kurs memungkinkan kita untukmembandingkan harga segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.perubahan kurs disebut sebagai depresiasi dan apresiasi. Depresiasi menunjukan melemahnya harga mata uang domestik terhadap mata uang asing sedangkan apresiasi adalah menguatnya harga mata uang domestik terhadap mata uang asing. Selain kurs, tingkat suku bunga juga dapat memengaruhi perubahan keseimbangan neraca pembayaran, baik tingkat suku bunga domestik seperti BI rate maupun suku bunga negara lain. BI rateatau suku bunga Bank Indonesia adalah suku bunga acuan Bank Indonesia yang menjadi sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia dan ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur (Ramadhani & Daulay, 2015). Kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI rate sebagai sinyal kebijakan moneter bertujuan untuk mengarahkan dan memengaruhi suku bunga yang 544

4 berlaku di pasar keuangan (Oktavia, 2010). Tingkat suku bunga the Fed atau the Fed rate merupakan tingkat suku bunga moneter yang ditetapkan oleh Federat Open Market Commite (FOMC). Perubahan tingkat suku bunga the Fed secara langsung akan memengaruhi perkembangan ekonomi global, seperti tingkat suku bunga internasional. Hal ini karena nilai mata uang dollar Amerika Serikat yang stabil sehingga banyak dipakai dalam transaksi internasional (Sandra, 2006). Menurut Laksmono, 2001 (dalam Erawati & Lewelyn, 2002), nilai suku bunga domestik di Indonesia sangat terkait dengan suku bunga internasional. Hal inidisebabkan oleh akses pasar keuangan domestik terhadap pasar keuangan internasional dan kebijakan nilai tukar yang fleksibel. Teori Mundell Fleming mengasumsikan bahwa aliran modal internasional cukup memadai untuk mempertahankan tingkat bunga domestik sama dengan tingkat bunga dunia. Dalam perekonomian terbuka kecil, tingkat bunga domestik akan naik selama jangka pendek dan pihak asing akan melihat suku bunga yang lebih tinggi itu dan mulai memberi pinjaman ke negrara tersebut. Kemudian aliran modal akan mendorong tingkat bunga domestik menyesuaikan dengan tingka suku bunga dunia (Mankiw, 2006:329). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder time series dalam kurun waktu yang diperoleh dari berbagai publikasi resmi pemerintah Indonesia, Bank Indonesia, Federal Reserve, maupun publikasi dari institusi terkait lainnya. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Autoregressive (VAR) model. Model VAR yang digunakan dalam penelitian ini adalah VAR dengan empat variabel (BI rate, the Fed rate, kurs, dan neraca pembayaran) yang dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:...(1)...(2)...(3)...(4) Keterangan: RBI = BI rate RFED = the Fed rate EXR = kurs BOP = neraca pembayaran Adapun pengujian yang diperlukan dalam mengestimasi model VAR, yaitu (1) uji akarakar unit(2) uji lag optimal, (3) uji kausalitas Granger, (4) analisis Impulse Response Functions (IRF), dan (5) analisis Forecast Error Variance Decompositions (FEVD). HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Akar-akar Unit (Unit roots test) Tahap awal yang dilakukan dalam mengestimasi model VAR adalah dengan melakukan uji akar-akar unit untuk menghindari kesalahan estimasi. Uji akar-akar unit dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Augmented Dickey-Fuller (ADF). 545

5 Tabel 1. Hasil uji akar-akar ujit (unit roots test) dengan pendekatan Augmented Dickey-Fuller (ADF) Variabel Level ADF Critical Value Variabel First Difference ADF Critical Value BOP D(BOP) RBI D(RBI) RFED D(RFED) EXR D(EXR) Sumber : Hasil olah data dengan Eviews 7 (2016). Hasil uji akar-akar unit pada Tabel 1 menjelaskan bahwavariabel BOP dan RBI stasioner pada tingkat level yang ditandai dengan nilai ADF kedua variabel lebih besar daripada nilai critical value, sedangkan variabel RFED dan EXR stasioner pada tingkat first difference. Uji Lag Optimal Uji lag optimal bertujuan untuk mendapatkan model yang tepat dalam estimasi dan untuk menjelaskan berapa lama pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya. Tabel 2. Hasil uji lag optimal Lag LogL LR FPE AIC SC HQ NA 2.97e e e * e * * 8.59e+12* * e e e Sumber : Hasil olah data dengan Eviews 7 (2016). Lag optimum yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan lag Shwarz (SC). Tabel 2 menunjukkan bahwa model persamaan mengalami lag optimal pada lag 2. Uji Kausalitas Granger Uji kausalitas Granger atau Granger Causality digunakan untuk melihat hubungan kausalitas atau timbal balik antara variabel neraca pembayaran, BI rate, the Fed rate, dan kurs. Tabel 3. Hasil uji Granger Causality Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. RBI does not Granger Cause BOP BOP does not Granger Cause RBI DRFED does not Granger Cause BOP BOP does not Granger Cause DRFED DEXR does not Granger Cause BOP BOP does not Granger Cause DEXR DRFED does not Granger Cause RBI RBI does not Granger Cause DRFED DEXR does not Granger Cause RBI RBI does not Granger Cause DEXR E-06 Sumber : Hasil olah data dengan Eviews 7 (2016). 546

6 Berdasarkan hasil uji Granger Causality pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa neraca pembayaran memengaruhi BI rate dan kurs. BI rate merupakan suku bunga kebijakan moneter Bank Indonesia. Ketika neraca pembayaran mengalami defisit, Bank Indonesia akan menaikkan BI rate untuk mendorong terjadinya capital inflow yang akan memengaruhi kenaikan neraca modal Indonesia. Kenaikan BI rate akan diikuti kenaikan suku bunga deposito yang akan menahan terjadinya capital outflow. Sementara itu, neraca pembayaran dan kurs memiliki hubungan kausalitas (Tabel 3),di mana ketika kurs terdepresiasi, maka akan menyebabkan harga barang luar negeri naik. Akibatnya, impor akan cenderung turun dan ekspor mengalami peningkatan yang selanjutnya akan menyebabkan neraca pembayaran mengalami surplus. Begitu juga ketika kurs mengalami apresiasi (kenaikan harga mata uang domestik) akan menyebabkan harga barang luar negeri turun sehingga impor akan meningkat dibanding ekspor. Hal tersebut akan mengakibatkan neraca pembayaran mengalami defisit. Selanjutnya, neraca pembayaran memengaruhi kurs melalui surplus dan defisitnya neraca modal. Peningkatan neraca modal dan finansial mencirikan adanya peningkatan valuta asing. Naiknya penawaran rupiah akan menyebabkan rupiah terdepresiasi. Hasil uji kausalitas pada Tabel 3 menunjukkan bahwa suku bunga the Fed rate dan kurs memengaruhi pergerakan BI rate. Hal ini menunjukkan bahwa ketika suku bunga the Fed rate meningkat, maka akan menyebabkan arus modal keluar (capital outflow) dari Indonesia. Peningkatan capital outflow mengarah pada penurunan penawaran rupiah yang selanjutnya akan membuat nilai rupiah terapresiasi. Agar rupiah kembali menguat (depresiasi), maka Bank Indonesia akan menaikkan BI rate untuk menarik investor asing. Analisis Impulse Response Functions (IRF) Analisis IRF menggambarkan bagaimana laju dari guncangan (shock) suatu variabel terhadap variabel-variabel yang lain. Sehingga melalui IRF, bisa diketahui lamanya pengaruh dari terjadinya suatu shock/guncangan suatu variabel terhadap variabel-variabel yang lain. a. Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) Pengaruh terhadap Neraca Pembayaran Gambar 2. Pengaruh BI Rate terhadap neraca pembayaran Berdasarkan hasil IRF Gambar 2 menunjukkan bahwa respon neraca pembayaran terhadap guncangan BI rate berpengaruh negatif pada periode 2 dan 3, selanjutnya berpengaruh positif dan bergerak menuju keseimbangan. Artinya, kenaikan BI rate akan menarik investasi masuk ke Indonesia dan penawaran valas meningkat. Akibatnya harga valuta asing mengalami penurunan atau meningkatkan valuta domestik yang berdampak pada competitiveness price. Kondisi akhirnya dapat menyebabkan neraca pembayaran menjadi defisit. 547

7 Gambar 3. Pengaruh the Fed Rate terhadap neraca pembayaran Hasil analisis IRF the Fed rate terhadap neraca pembayaran pada Gambar 3 menunjukkan bahwa the Fed rate memberikan pengaruh positif dalam periode 2 hingga 5, selanjutnya berpengaruh negatif hingga periode akhir. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan the Fed rate akan menyebabkan terjadinya capital outflow dan akan mengarah pada defisitnya neraca pembayaran. Sehingga Bank Indonesia mengambil kebijakan untuk meningkatkan BI rate yang akan berdampak kembali pada capital inflow dan penguatan rupiah, sehingga kondisi tersebut akan menyebabkan neraca pembayaran menjadi surplus. Gambar 4. Pengaruh Kurs terhadap neraca pembayaran Pengaruh kurs Rp/USD terhadap neraca pembayaran seperti yang terlihat pada Gambar 4 secara keseluruhan menunjukkan pengaruh positif. Meskipun pada periode 2 negatif, namun pada periode selanjutnya bergerak secara positif. Hal ini menunjukkan bahwa ketika rupiah mengalami depresiasi, maka akan mendorong daya saing ekspor di pasar dunia. Kondisi tersebut menyebabkan surplus neraca pembayaran. b. Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) Pengaruh terhadap BI rate Gambar 5. Pengaruh neraca pembayaran terhadap BI rate Hasil IRF pada Gambar 5 menunjukkan bahwa respon BI rate terhadap guncangan yang diberikan neraca pembayaran secara negatif, di mana ketika neraca pembayaran mengalami surplus maka Bank Indonesia akan menurunkan BI rate. 548

8 Gambar 6. Pengaruh the Fed rate terhadap BI rate Hasil IRF pada Gambar 6 menunjukkan bahwa BI rate memberikan respon positif atas guncangan the Fed rate. Hal ini menunjukkan kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan menyesuaikan dengan tingkat suku bunga dunia, yaitu the Fed rate dan sesuai dengan asumsi teori Mundell-Flemming. Gambar 7. Pengaruh Kurs terhadap BI rate Hasil IRF pada Gambar 7 menunjukkan BI merespon secara negatif terhadap goncangan yang diberikan kurs. Artinya, ketika rupiah terdepresiasi maka Bank Indonesia akan merespon dengan menurunkan BI rate dan menaikkan kembali seiring dengan berkurangnya tekanan terhadap rupiah. c. Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) Pengaruh terhadap Kurs Gambar 8. Pengaruh neraca pembayaran terhadap kurs Hasil IRF pada Gambar 8 menunjukkan bahwa kurs memberikan respon negatif terhadap goncangan yang diberikan neraca pembayaran. Neraca pembayaran memengaruhi kurs melalui neraca modal dan finansial. Neraca modal dan finansial yang surplus menandakan arus dana masuk yang meningkat. Dalam jangka panjang, kondisi tersebut akan membuat rupiah mengalami kenaikan. 549

9 Gambar 9. Pengaruh BI rate terhadap kurs Hasil IRF pada Gambar 9 menunjukkan bahwa kurs memberikan respon terhadap guncangan yang diberikan oleh BI rate. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan Bank Indonesia dalam menaikkan BI rate dapat memengaruhi fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar. Selanjutnya, hasil IRF pada Gambar 10 menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh dari goncangan yang diberikan oleh the Fed rate. Baik dalam jangka pandek, menengah, maupun jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar tidak dipengaruhi oleh the Fed rate. Gambar 10. Pengaruh the Fed rate terhadap kurs Analisis Forecast Error Variance Decompositions (FEVD) FEVD dapat memberikan keterangan mengenai besarnya shock dan sampai berapa lama proporsi goncangan (shock) sebuah variabel terhadap variabel itu sendiri dan selanjutnya melihat besaran proporsi goncangan (shock) variabel lain terhadap variabel tersebut. a. Forecast Error Variance Decompositions Neraca Pembayaran Tabel 4. Forecast Error Variance Decomposition Neraca Pembayaran (BOP) Variance Decomposition of Neraca Pembayaran Period S.E. BOP RBI DRFED DEXR Sumber : Hasil olah data dengan Eviews 7 (2016). Tabel 4 menjelaskan bahwa pada periode pertama, variabel neraca pembayaran 550

10 dipengaruhi oleh variabel itu sendiri (100 persen) dan berkurang hingga 97,57 persen di periode 10. Sementara itu, variabel yang memberikan kontribusi paling besar dalam menjelaskan neraca pembayaran adalah the Fed rate sebesar 1.19 persen dan BI rate 0,19 persen. Kondisi ini menggambarkan bahwa fluktuasi neraca pembayaran hampir sepenuhnya ditentukan oleh neraca pembayaran itu sendiri. Untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran agar tetap stabil, maka diperlukan kebijakan yang dapat mendukung peningkatan ekspor dan pengendalian impor. b. Forecast Error Variance Decompositions BI Rate Tabel 5. Forecast Error Variance Decomposition BI Rate (RBI) Variance Decomposition of BI Rate Period S.E. BOP RBI DRFED DEXR Sumber : Hasil olah data dengan Eviews 7 (2016). Tabel 5 menunjukkan bahwa pada periode pertama, variabel BI rate dipengaruhi oleh variabel itu sendiri (99,60 persen) dan 78,30 persen di periode 10. Sementara itu, variabel yang memberikan kontribusi paling besar dalam menjelaskan BI rate adalah neraca pembayaran sebesar 17,39 persen pada periode 10, dibanding the Fed rate yang hanya 3,72 persen dan kurs sebesar 0,57 persen. Hal ini menunjukkan bahwa surplus dan defisit dari neraca pembayaran turut memberikan kontribusi terhadap fluktuasi kebijakan BI rate. c. Forecast Error Variance Decompositions Kurs Tabel 6. Forecast Error Variance Decomposition Kurs (EXR) Variance Decomposition of Kurs: Period S.E. BOP RBI DRFED DEXR Sumber : Hasil olah data dengan Eviews 7 (2016). Hasil FEVD kurs yang terlihat pada Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa pada periode pertama, variabel kurs dipengaruhi oleh variabel itu sendiri (86,31 persen) dan menurun hingga 551

11 56,79 persen pada periode 10. Variabel lain yang memberikan kontribusi terbesar dalam memengaruhi kurs adalah neraca pembayaran sebesar 26,83 persen dan BI rate sebesar 16,30 persen. Kondisi ini menjelaskan bahwa fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh keseimbangan neraca pembayaran dan tidak terlepas dari kebijakan moneter melalui penetapan BI rate. Sedangkan the Fed rate hanya memberikan kontribusi sebesar 0,07 persen pada periode 10. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kurs dan neraca pembayaran Indonesia memiliki hubungan kausalitas. Artinya, kurs dan neraca pembayaran saling memengaruhi. Ketika kurs mengalami kenaikan, maka akan berdampak defisit pada neraca pembayaran. Sebaliknya, ketika neraca pembayaran mengalami surplus melalui neraca modal, maka supply valuta asing menyebabkan rupiah terapresiasi. Selanjutnya, neraca pembayaran memiliki hubungan searah dengan BI rate, di mana ketika neraca pembayaran mengalami defisit, maka Bank Indonesia akan merespon dengan menaikkan BI rate untuk mendorong capital inflow. Selain itu, kurs juga memiliki hubungan searah dengan BI rate, di mana fluktuasi kurs akan memengaruhi BI rate. Suku bunga the Fed rate tidak memengaruhi neraca pembayaran. Namun the Fed rate signifikan memengaruhi BI rate. Ketika the Fed rate naik, maka Bank Indonesia akan merespon dengan menaikkan BI rate untuk mencegah terjadinya capital outflow. Berdasarkan hasil analisis Impulse Response Function, kurs tidak memberikan respon terhadap guncangan yang diberikan oleh the Fed rate. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar tidak dipengaruhi oleh the Fed rate. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis FEVD, keseimbangan neraca pembayaran sepenuhnya dipengaruhi oleh neraca pembayaran itu sendiri. Neraca pembayaran dan the Fed rate juga memiliki kontribusi dalam memengaruhi BI rate. Selain itu, BI rate dan neraca pembayaran memiliki kontribusi dalam memengaruhi kurs. Saran Mengingat neraca pembayaran memberikan pengaruh terhadap neraca pembayaran itu sendiri, kurs, dan BI rate, maka kebijakan yang dapat menstabilkan keseimbangan neraca pembayaran perlu dilakukan. Selain itu, perlu didorong ekspor dan seleksi terhadap barang impor agar cadangan devisa lebih baik sehingga neraca pembayaran menjadi stabil. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk menguji bersama komponen neraca pembayaran, yaitu neraca modal dan neraca transaksi berjalan. Selain itu juga dapat menggunakan variabel dunia lainnya. DAFTAR PUSTAKA Al Arif, M. M., & Tohari, A. (2006). Peranan Kebijakan Moneter Dalam Menjaga Stabilitas Perekonomian Indonesia Sebagai Respon Terhadap Fluktuasi Perekonomian Dunia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 9(2), Amalia, L. (2007). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Appa, Y. (2014). Pengaruh Inflasi dan Kurs Rupiah/Dolar Amerika Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Administrasi Bisnis, 2 552

12 (4), Apridar, A. (2009). Ekonomi Internasional: Sejarah, Teori, Konsep, dan Permasalahan dalam Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bank Indonesia. (2005). Perkembangan Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran Indonesia. Jakarta. Effendy, A. K. (2014). Analisis Neraca Pembayaran Indonesia dengan Pendekatan Keynesian dan Monetaris. Ekonomi Bisnis Universitas Brawijaya, 2 (2), Erawati, N., & Llewelyn, R. (2002). Analisa Pergerakan Suku Bunga dan Laju Ekspektasi Inflasi Untuk Menentukan Kebijakan Moneter di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 4 (2), Machpudin, A. (2013). Analisis Pengaruh Neraca Pembayaran terhadap Nilai Tukar Rupiah. Jurnal Dinamika Manajemen, 1 (3), Mankiw, N. G. (2006). Makroekonomi Edisi-6. Jakarta: Erlangga. Masdjojo, G. N. (2005). Analisis Fenomena Moneter Neraca Pembayaran Indonesia: Suatu Studi Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Periode (Doctoral dissertation, Magister Ilmu Ekonomi dan Studi pembangunan). McEachern, W. A., Triandaru, S., & Rosyidi, S. (2001). Ekonomi Mikro: Pendekatan Kontemporer. Singapore: Thomson Learning Asia. Oktavia, S. R. (2012). Analisis Pengaruh Bi Rate, Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Capital Adequecy Ratio dan Implasinya Terhadap Penawaran Kredit Modal Kerja Bank Umum Swasta Nasional. Skripsi Manajemen Perbankan. Ramadhani, R., & Daulay, M. (2015). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transaksi Berjalan Indonesia Periode Ekonomi dan Keuangan, 2 (10), Sakuntala, D. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Neraca Pembayaran Indonesia Melalui Pendekatan Moneter (Doctoral dissertation, UNIMED). Sandra, N. (2008). Analisis Pengaruh Selisih Tingkat Suku Bunga The Fed dengan BI Rate dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Tukar Rupiah. Skripsi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. 553

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: Mirza.winanda38@gmail.com 2)

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract

KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : ibal.2911@gmail.com

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan kemampuan atau sumber daya yang terbatas.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PERIODE

ANALISIS DETERMINASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PERIODE ANALISIS DETERMINASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PERIODE 3-214 JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Virda Oktalara Rosalina 1152471115 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara berkembang. Namun, dua kebijakan tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berintegrasi dengan banyak negara lain baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi 112 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi pergerakan atau fluktuasi nilai tukar, seperti sukubunga dunia, industrial production

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebagai negara small open economy yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap serangan krisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Analisis Bank Indonesia Rate Bank Indonesia rate atau yang disebut dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) merupakan kebijakan moneter (keuangan) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi internasional pada saat ini semakin berkembang pesat sehingga setiap negara di dunia mempunyai hubungan yang kuat dan transparan. Kegiatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

1 Universitas indonesia

1 Universitas indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa pertanyaan menggelitik dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai pelarian modal yang terjadi di suatu Negara cukup menarik perhatian untuk dicermati oleh

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan 1997, kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami kerugian. Kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas saat ini telah meningkatkan interaksi antara Negara berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Tukar (Kurs) Krugman dan Obstfeld (1994:73) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar memainkan peranan

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 6 (1) (2017) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj ANALISIS PENGARUH VOLATILITAS CAPITAL INFLOW DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak ekonom terutama pelaku pasar keuangan, namun belum terdapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak ekonom terutama pelaku pasar keuangan, namun belum terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, istilah stabilitas sistem keuangan (SSK) telah dikenal oleh banyak ekonom terutama pelaku pasar keuangan, namun belum terdapat definisi baku yang diterima

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata, 2004:163). Kurs

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017:

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: ANALISIS HUBUNGAN VARIABEL MAKRO DENGAN PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA DI PERBANKAN UMUM Danil Maulana 1*, Fakhruddin 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan dengan nilai mata uang acuan internasional yaitu Dollar Amerika, merupakan salah satu gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perekonomian Indonesia sedang mengalami pertumbuhan industri yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia untuk suatu negara dalam otoritas moneter yang digunakan untuk menutupi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap Neraca Pembayaran di Indonesia Periode

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap Neraca Pembayaran di Indonesia Periode Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN: 2460-6553 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap Neraca Pembayaran di Indonesia Periode 2008-2014 1 Riza Destiandy A, 2 Ima Amaliah, 3 Atih Rochaeti 1,2,3 Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian A. Pasar Valuta Asing Pasar Valuta Asing menyediakan mekanisme bagi transfer daya beli dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Pasar ini bukan entitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12.

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12. BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan menganalisis mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005:07 2014:12. Empat sistem persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pesat pasar keuangan global di masa sekarang semakin cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi direspon oleh pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini (1993-2012) Indonesia mengalamai dua kali krisis keuangan, yang pertama terjadi pada tahun 1998 yang pada saat itu nilai tukar rupiah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang dari masyarakat untuk disalurakan ke sektor-sektor produktif. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. panjang dari masyarakat untuk disalurakan ke sektor-sektor produktif. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karna pasar modal merupakan wahana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif 4.1.1. Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia Laju inflasi tahunan Indonesia selama kurun waktu 2000 hingga 2011 masih menunjukkan fluktuasi seperti

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu indikator yang menunjukan bahwa perekonomian sebuah negara lebih baik dari negara lain adalah melihat nilai tukar atau kurs mata uang negara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang lebih terbuka (oppeness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci