TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga
|
|
- Liani Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masingmasing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman 1998). Keluarga adalah sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, darah, atau adopsi; terdiri dari satu orang kepala rumahtangga, interaksi dan komunikasi satu sama lainnya dalam peran suami istri yang saling menghormati, ibu dan ayah, anak laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki dan perempuan, dan menciptakan serta mempertahankan kebudayaannya (Duvall dan Miller 1985). Sedangkan pengertian keluarga menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami, istri, dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah suatu kelompok atau orang-orang yang disatukan oleh perkawinan, darah, dan adopsi yang berkomunikasi satu sama lain dan menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara lakilaki dan perempuan serta merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama. Keluarga khususnya orangtua bertanggung jawab dalam menjaga, menumbuhkan, dan mengembangkan anggota-anggotanya. Ibu pada masa kini di samping mengurus rumahtangga juga bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Menurut Megawangi (1999) keluarga adalah sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi agar sistem tersebut berjalan. Tugas tersebut berkaitan dengan pencapaian tujuan, integritas dan solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga. Ada delapan fungsi keluarga utama menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 dalam BKKBN tentang penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan. Rice dan Tucker (1986) membagi fungsi keluarga menjadi dua fungsi utama, yaitu fungsi instrumental dan fungsi ekspresif. Contoh dari fungsi instrumental adalah memberikan nafkah, memenuhi kebutuhan biologis dan fisik pada anggota keluarga. Memenuhi kebutuhan psikologis, sosial, dan emosi, kasih sayang, kehangatan, aktualisasi dan pengembangan diri anak adalah contoh dari fungsi ekspresif. Keseimbangan
2 8 dalam menjalankan peran/fungsi instrumental dan ekspresif sangat diperlukan agar dapat mengintegrasikan suasana keluarga yang harmonis. Teori Struktural-Fungsional Teori ini adalah teori yang menyatakan bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang memiliki beberapa bagian (biasa disebut subsistem) dan subsistem tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Teori ini menerima adanya keanekaragaman dalam kehidupan sosial dan sistem tersebut dilandaskan pada nilai-nilai agar terjadi keseimbangan, serta stabil. Dimensi penting dalam struktur fungsional ini adalah adanya kejelasan mengenai peran dan fungsi. Fungsi tersebut terstruktur pada hirarki yang harmonis dan terselenggara secara konsisten. Peran adalah beberapa kegiatan terkait fungsi yang diharapkan dapat dilakukan dengan baik oleh setiap anggota dalam keluarga untuk mencapai tujuan sistem secara optimal. Fungsi adalah sejumlah kegiatan yang memiliki kesamaan sifat dan tujuan. Adapun persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar struktur keluarga menurut Levy (Megawangi 1999) sebagai sistem dapat berfungsi adalah : 1. Diferensiasi peran: Serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga sehingga mengharuskan adanya alokasi peran untuk setiap anggota di dalam keluarga. Diferensiasi peran dapat mengacu pada umur, gender, generasi, juga posisi status ekonomi dan politik. 2. Alokasi solidaritas: Distribusi relasi antar anggota keluarga menurut cinta, kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta atau kepuasan mengambarkan hubungan antar anggota. Sedangkan intensitas adalah kedalaman relasi antar anggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan. 3. Alokasi ekonomi: Distribusi barang-barang dan jasa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Differensiasi tugas juga ada dalam hal ini, terutama dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga. 4. Alokasi politik: Distribusi kekuasaan dalam keluarga dan siapa bertanggung jawab atas setiap tindakan anggota keluarga. Agar keluarga dapat berfungsi maka distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu diperlukan. 5. Alokasi integrasi dan ekspresi: Distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi, internalisasi dan pelestarian nilai-nilai serta perilaku untuk memenuhi tuntunan norma yang berlaku untuk setiap anggota keluarga.
3 9 Perbedaan fungsi ini bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi, bukan untuk kepentingan individu. Struktur dan fungsi dalam sebuah organisasi ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat (Megawangi 1999). Teori Sosial-Konflik Asumsi teori sosial konflik berlawanan dengan teori struktur fungsional. Asusmsi Karl Marx menyatakan bahwa walaupun relasi sosial menggambarkan karakteristik yang sistematik, pola relasi sebenarnya menggambarkan kepentingan pribadi, konflik yang tidak dapat dihindari dari sistem sosial, konflik akan terjadi pada keterbatasan pendistribusian sumberdaya terutama kekuasaan dan konflik adalah sumber utama dari perubahan. Situasi konflik dalam lingkungan sosial adalah sesuatu yang normal terjadi. Hubungan yang penuh konflik ini juga terjadi pada keluarga, sumber dari konflik tersebut adalah struktur dan fungsi dari keluarga itu sendiri. Seorang suami sebagai kepala keluarga dapat menjadi sumber konflik dengan istri sebagai ibu rumahtangga karena dalam struktur, mutlak terjadi penindasan oleh orang yang memiliki kekuasaan lebih tinggi kepada orang yang berada di bawahnya. Keluarga, menurut teori ini, bukan sebuah kesatuan yang normatif (harmonis dan seimbang), melainkan lebih dilihat sebagai sebuah sistem penuh konflik yang menganggap bahwa keragaman biologis dapat dipakai untuk melegitimasi relasi sosial yang operatif. Keragaman biologis yang menciptakan peran gender dianggap konstruksi budaya, sosialisasi kapitalisme, atau patriarki. Menurut para feminis Marxis dan sosialis institusi yang paling eksis dalam melanggengkan peran gender adalah keluarga dan agama, sehingga usaha untuk menciptakan perfect equality (kesetaraan gender 50/50) adalah dengan menghilangkan peran biologis gender, yaitu dengan usaha radikal untuk mengubah pola pikir dan struktur keluarga yang menciptakannya (Megawangi 1999). Menurut perspektif sosial konflik, perempuan sebagai istri harus dapat dibebaskan dari belenggu keluarga agar dapat menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab dengan dirinya sendiri dan dapat mengaktualisasikan diri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan penghapusan atau perubahan dari suami sebagai pencari nafkah sedangkan istri hanya sebagai ibu rumahtangga. Hasil perubahan tersebut adalah terjadi perubahan peran yang
4 10 lebih fleksibel dan istri dapat lebih mengaktualisasikan diri, misalnya dengan bekerja. Teori Gender Peran ganda Michelle et al. (1974) menyatakan bahwa peran ganda disebutkan dengan konsep dualisme cultural yakni adanya konsep lingkungan domestik dan publik. Peran domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan pengelola rumahtangga. Sementara peran publik meliputi pengertian perempuan sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat, dan organisasi masyarakat. Pada peran publik perempuan sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia. Peran ganda perempuan berimplikasi pada: (1) Peran kerja sebagai ibu rumahtangga, meski tidak langsung menghasilkan pendapatan, secara produktif bekerja membantu kaum laki-laki untuk mencari penghasilan, dan (2) Berperan sebagai pencari nafkah (tambahan ataupun utama). Peran ganda perempuan adalah peran perempuan di suatu pihak keluarga sebagai pribadi yang mandiri, ibu rumahtangga, mengasuh anak-anak dan sebagai istri serta dipihak lain sebagai anggota masyarakat, sebagai pekerja dan sebagai warga negara yang dilaksanakan secara seimbang. Perempuan dianggap melakukan peran ganda apabila ia bertanggung jawab terhadap tugas-tugas domestik yang berhubungan dengan rumahtangga seperti membersihkan rumah, memasak, melayani suami dan merawat anak-anak, serta ketika perempuan bertanggung jawab atas tugas publik yang berkaitan dengan kerja di sektor publik yakni bekerja di luar rumah dan bahkan seringkali berperan sebagai pencari nafkah utama. Peran ganda adalah jumlah peran yang berorientasi pada pendekatan hubungan dengan orang lain dan frekuensi peran (frekuensi kontak face to face dengan orang lain selama satu tahun) (Chen 2010). Peran ganda dan efek kesejahteraan berbeda untuk setiap budaya yang berbeda dan peran ganda lebih menguntungkan untuk kesejahteraan psikologi laki-laki daripada perempuan di Jepang dan Barat (Sugihara 2008). Hasil penelitian Chen (2010) menyatakan bahwa klasifikasi peran ganda istri terdiri dari 12 aspek: sebagai anak, istri, orangtua, nenek, saudara kandung, teman, bagian dari keluarga besar, tetangga, pekerja, anggota grup, aktivis keagamaan, dan sukarelawan.
5 11 Herzog et al. (1998) yang menyatakan bahwa perempuan yang terlibat dalam peran ganda seperti aktivitas grup akan meningkatkan kesejahteran subjektifnya. Strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga Persepsi kesuksesan keseimbangan antara bekerja dan keluarga adalah hasil proses kompleks psikologi ketika individu mengevaluasi antara permintaan bekerja dan sumberdaya keluarga dengan permintaan keluarga dan sumberdaya kerja (Voydanof 2005). Terdapat dua adaptasi strategis yaitu menambah sumberdaya keluarga dan mengurangi permintaan jam kerja. Voydanof (2005) melaporkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara adaptasi strategis dengan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Clarke et al. (2004) mengungkapkan bahwa hubungan antara adaptasi strategis dengan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga bervariasi tergantung pada karakteristik personalnya. Karakteristik personal juga berkontribusi untuk kesuksesan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga seiring dengan peran ganda. Lai (1995) mengungkapkan bahwa konflik antara pekerjaan dan keluarga berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan psikologis dan Milkie (1999) menyatakan bahwa jam kerja dan pembagian pekerjaan domestik yang adil akan mempengaruhi keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Keene (2004) menyatakan bahwa jam kerja berhubungan negatif signifikan dengan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga dan anak terkecil berhubungan negatif dengan kesuksesan dalam menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan (Milkie 1999). Strickland (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan keseimbangan pekerjaan dan keluarga kemudian Lee (2006) menyatakan bahwa tujuan keluarga, pendidikan, keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, manajemen aktifitas berhubungan positif dengan kesejahteraan. Hasil penelitian Beham (2010) mengungkapkan bahwa keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh terhadap kepuasan. Milkie (2010) menyatakan bahwa jam kerja berhubungan negatif dengan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga, alokasi waktu dengan anak berhubungan negatif dengan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Hasil penelitian Sidin (2010) menyatakan bahwa konflik antara pekerjaan dan keluarga berhubungan dengan kesejahteraan subjektif.
6 12 Kontribusi Ekonomi Perempuan Penelitian Ministry of Health, Labour and Welfare (2005) menyebutkan bahwa meningkatnya partisipasi perempuan yang sudah menikah sebagai pekerja dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga. Hal tersebut dapat menyimpulkan bahwa kontribusi ekonomi perempuan terhadap total pendapatan keluarga tidak dapat diabaikan urgensinya. Urgensi tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa besarnya kontribusi yang diberikan oleh buruh perempuan terhadap pendapatan keluarga cukup besar yakni sebesar 52,3 persen (Fadah et al. 2004). Kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen (Ukoha 2003). Herawati (2000) mengungkapkan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga, meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan dan teknologi yang semakin maju. Hal ini dapat dikatakan bahwa alasan perempuan mencari penghasilan tambahan, yaitu: uang, peranan sosial dan pengembangan diri. Hasil laporan penelitian di Wellington menyebutkan bahwa 86 persen perempuan Pasifik memberikan kontribusi ekonomi pada keluarganya, kontribusi tersebut digunakan untuk biaya pengeluaran hidup sehari-hari (Koloto 2005). Hasil penelitian Yamato (2003) menjelaskan bahwa istri dengan kontribusi pendapatan yang tinggi dan rendah akan meningkatkan kepuasan pernikahannya jika suami ikut andil dalam pengasuhan anaknya. Buruh perempuan Buruh merupakan pekerja di sektor informal yaitu industri kecil dan rumahtangga. Ketika kita melihat Indonesia, kelas buruh ternyata didominasi oleh kalangan perempuan. Jumlah angkatan kerja di Indonesia adalah sebesar orang dan 87 persen dari angkatan kerja tersebut merupakan perempuan (Sakernas; Survei Angkatan Kerja Nasional 2003). Pada satu sisi, masuknya perempuan ke dalam sektor industri adalah sebagai proses upaya pemberian kontribusi perempuan sebagai istri pada ekonomi keluarga. Pada sisi lain kondisi buruh ini masih sangat memprihatinkan (masih terjadi marginalisasi, subordinasi dan stereotipe), seperti kondisi upah yang masih sangat rendah, persoalan-persoalan kesehatan reproduksi, diskriminasi, pelecehan seksual, dan lain-lain (Daulay 2006). Padahal, keputusan perempuan untuk bekerja sebagai buruh merupakan suatu upaya koping strategi keluarga dalam hal ekonomi demi terwujudnya kesejahteraan keluarga.
7 13 Kesejahteraan Keluarga Pengukuran tingkat kesejahteraan dapat dilakukan dengan pendekatan objektif dan subjektif. Pengukuran kemiskinan menggunakan pendekatan objektif didasarkan pada standar yang telah disepakati negara atau provinsi, namun pada pengukuran kesejahteraan subjektif didasarkan pada pertimbangan individual (Raharto dan Romdiati) (2000). Kesejahteraan subjektif ini biasa disebut Quality of life (QOL), Subjective Quality of life (SQOL) atau Subjective Well- Being (SWB). Menurut UU No. 52 tahun 2009 ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin ( BKKBN membagi keluarga dalam lima tahapan, yaitu Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III), dan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus). Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dan Keluarga Sejahtera I (KS I) termasuk dalam kategori miskin. Ada lima indikator yang harus dipenuhi agar suatu keluarga dikategorikan sebagai Keluarga Sejahtera I, yaitu: 1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai agama yang dianut masingmasing; 2) Seluruh anggota keluarga pada umumnya makan 2 kali sehari atau lebih; 3) Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda di rumah, sekolah, bekerja dan bepergian; 4) Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah; dan 5) Bila anak sakit atau PUS (Pasangan Usia Subur) ingin mengikuti KB pergi ke sarana/petugas kesehatan serta diberi cara KB modern. Adapun suatu keluarga termasuk Keluarga Pra-Sejahtera jika tidak memenuhi salah satu dari lima indikator tersebut (BPS 2008). Sunarti (2001) melakukan penelitian ketahanan keluarga dengan menggunakan pendekatan sistem (input-prosesoutput). Hasilnya ditemukan faktor laten ketahanan keluarga, yaitu ketahanan fisik, sosial, dan psikologis. Ketahanan fisik mencakup kesejahteraan fisik, ketahanan sosial mencakup kesejahteraan sosial, dan ketahanan psikologis mencakup kesejahteraan psikologis. Kesejahteraan fisik menggambarkan kondisi tingkat pemenuhan kebutuhan fisik seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Adapun kesejahteraan sosial dicerminkan dari persepsi dan harapan terhadap lingkungan yang merupakan hasil dari suatu rangkaian proses interaksi sosial. Sedangkan, kesejahteraan psikologi terukur dari frekuensi emosi
8 14 tertentu, harapan terhadap masa datang, tingkat kepuasan, konsep diri, dan kepedulian suami terhadap isteri. Quality of life (QOL) adalah kesejahteraan yang menyeluruh berdasarkan standar personal yang bernama kesejahteraan subjektif (Kamitsuru 2004). Definisi dari kesejahteraan subjektif adalah kepuasan hidup berdasarkan atas standar personal (Chen 2010). Subjective Well-Being (SWB) adalah kategori besar dari fenomena yang terdiri dari respon emosional, domain kepuasan dan pendapat global dari kepuasan hidup (Hoorn 2007). Spesifikasi dari SWB terdiri dari 2 komponen berbeda: bagian afektif yang dapat menimbulkan efek positif dan negatif. Bagian afektif adalah evaluasi hedonik yang diarahkan oleh emosi dan perasaan, bagian kognitif adalah informasi dengan dasar harapan hidup yang ideal. Dimensi dari SWB adalah: 1) Faktor personality, 2) Faktor kontekstual dan situasional, 3) Faktor demografi, 4) Institusional, 5) Lingkungan, dan 6) Ekonomi. Beberapa studi menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif adalah umur, gender dan pendidikan, status finansial (Zhang 2007), status perkawinan dan kesehatan fisik (Chen 2000). Hasil penelitian Chen (2010) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan lansia di China adalah perbedaan gender dan frekuensi peran. Semakin banyak frekuensi peran, kontak dengan tetangga dan aktivitas grup maka semakin tinggi rata-rata kesejahteraan perempuan. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai kontribusi ekonomi perempuan, peran ganda dan kesejahteraan keluarga telah banyak dilakukan. Kontribusi ekonomi istri terhadap ekonomi keluarga memiliki proporsi yang cukup tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Irzalinda (2010) yang menyatakan bahwa rata-rata kontribusi nilai ekonomi pekerjaan istri terhadap pendapatan total keluarga adalah sebesar 16,4 dan 46,2 persen pada desa dan kota Bogor. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Ukoha (2003) yang menyebutkan bahwa kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen, merupakan angka yang cukup signifikan. Fadah et al. (2004) juga mengungkapkan bahwa kontribusi ekonomi buruh perempuan terhadap pendapatan keluarga sebesar 52,3 persen.
9 15 Herawati (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga, meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan dan teknologi yang semakin maju. Chen (2010) mengungkapkan bahwa semakin banyak jumlah peran yang dimiliki perempuan, semakin sering kontak dengan tetangga dan banyak aktivitas grup lainnya maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif perempuan. Penelitian Rambe (2004) menyatakan bahwa faktor determinan kesejahteraan subjektif adalah pendidikan kepala rumah tangga, umur kepala rumah tangga, persepsi kerja, dan pendapatan. Perempuan yang memiliki peran ganda akan berusaha untuk melakukan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga untuk mencapai keluarga yang sejahtera. Beberapa penelitian mengenai penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga, yaitu Lai (1995), Milkie (1999), Keene (2004), Milkie (1999), Strickland (2006), Lee (2006), Beham (2010), Milkie (2010), dan Sidin (2010). Judul dan hasil penelitian pendahulu terkait topik penelitian secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian No. Tahun Penulis Judul Hasil Lai Work and Family Roles and Pscychologycal Well- Being in Urban China Konflik antara pekerjaan dan keluarga berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan psikologis Milkie et. al Playing All The Roles: Gender and The Work-Family Balancing Act Jam kerja dan pembagian pekerjaan domestik yang adil mempengaruhi keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan Herawati Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Remaja SMU tentang Peran Gender Tradisional Anak terkecil berhubungan negatif dengan kesuksesan dalam menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan Semakin tinggi jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga, meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan dan teknologi yang semakin maju
10 16 Lanjutan Tabel 1 No. Tahun Penulis Judul Hasil Ukoha Contibution of Women to Farm Family Income in Ikuwano Local Government Area of Abia State, Nigeria Rambe Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga dan Tingkat Kesejahteraan Fadah et al. Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi Buruh Perempuan serta Kontribusinya terhadap Pendapatan Keluarga Keene et. Al Predictors Of Perceived Work- Family Balance Strickland The Relationship Between Work Role Centrality, Social Support System, Work-Family Dynamics, and Job Satisfaction in Women Lee et. Al Work Roles, Management and Perceived Well-Being for Married Women Within Family Businesses Beham et. Al Satisfaction With Work-Family Balance Among German Office Workers Chen Factor Related to Well-Being Among The Elderly In Urban China Focusing on Multiple Roles Firdauasi Analisis Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Manajemen Keuangan Keluarga terhadap Kesejahteraan Kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen Faktor determinan kesejahteraan subjektif adalah pendidikan kepala rumah tangga, umur kepala rumah tangga dan pendapatan Kontribusi ekonomi buruh perempuan terhadap pendapatan keluarga sebesar 52,3 persen Jam kerja berhubungan negatif signifikan dengan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan keseimbangan pekerjaan dan keluarga Tujuan keluarga, pendidikan, keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, manajemen aktifitas berhubungan positif dengan kesejahteraan Keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh terhadap kepuasan Semakin banyak jumlah peran yang dimiliki perempuan, semakin sering kontak dengan tetangga dan banyak aktivitas grup lainnya maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif perempuan Kontribusi ekonomi TKW tidak berpengaruh pada kesejahteraan keluarga Kesejahteraan subjektif dipengaruhi nyata positif oleh jumlah anak
11 17 Lanjutan Tabel 1 No. Tahun Penulis Judul Hasil Milkie Time With Children, Children's Well- Being, and Work- Family Balance Among Employed Parents Jam kerja berhubungan negatif dengan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga Alokasi waktu dengan anak berhubungan negatif dengan penyeimbangan antara Sidin et. Al Relationship between work-family conflict and quality of life Vivi Irzalinda Kontribusi Ekonomi, Peran Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga di Kota dan Kabupaten bogor pekerjaan dan keluarga Konflik antara pekerjaan dan keluarga berhubungan dengan kesejahteraan subjektif Rata-rata kontribusi nilai ekonomi pekerjaan istri terhadap pendapatan total keluarga adalah 16,4 dan 46,2 persen pada masingmasing dua dearah lokasi penelitian Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah permasalahan keluarga. Firdausi (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kesejahteraan subjektif dipengaruhi nyata positif oleh jumlah anak dan menurut hasil penelitian Irzalinda (2010) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif (Subjective Quality of Life) adalah permasalahan keluarga. Meskipun menurut hasil penelitian Firdausi (2010) kontribusi ekonomi TKW tidak berpengaruh pada kesejahteraan keluarga namun tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh sebaliknya pada hasil penelitian ini. Berdasarkan dari hasilhasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga cukup tinggi yaitu 66,6 persen (Ukoha 2003), 16,4 dan 46,2 persen di desa dan kota Bogor (Irzalinda 2010), 52,3 persen (Fadah et al. 2004). Hal-hal yang dapat mempengaruhi kesejahteraan adalah pendidikan dan umur kepala rumah tangga, persepsi kerja dan pendapatan (Rambe 2004), jumlah anak (Firdausi 2010), permasalahan keluarga (Irzalinda 2010), peran ganda (Chen 2010) terdapat hubungan anatara karakteristik keluarga, tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga (Firdaus 2008). Lai (1995) mengungkapkan bahwa konflik antara pekerjaan dan keluarga berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan psikologis. Lee (2006) menyatakan bahwa tujuan keluarga, pendidikan, keseimbangan antara
12 18 pekerjaan dan keluarga, manajemen aktifitas berhubungan positif dengan kesejahteraan. Hasil penelitian Beham (2010) mengungkapkan bahwa keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh terhadap kepuasan. Hasil penelitian Sidin (2010) menyatakan bahwa konflik antara pekerjaan dan keluarga berhubungan dengan kesejahteraan subjektif. Hasil-hasil tersebut digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.
TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Teori Keluarga
TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Teori Keluarga Pengertian Keluarga Keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri
Lebih terperinciKONTRIBUSI EKONOMI, PERAN GANDA PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA BURUH PABRIK (Kasus di Kecamatan Dramaga-Kabupaten Bogor) LATIFATUL HAYATI
1 KONTRIBUSI EKONOMI, PERAN GANDA PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA BURUH PABRIK (Kasus di Kecamatan Dramaga-Kabupaten Bogor) LATIFATUL HAYATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI
Lebih terperinciR Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = 0.007 R Sq Linear = 0.027 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah
Lebih terperinci* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik
Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga
7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Teori Keluarga Teori Struktural Fungsional
TINJAUAN PUSTAKA Teori Keluarga Menurut Soekanto (1990), keluarga kecil (nuclear family) merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, isteri beserta anak-anaknya yang belum menikah. Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Teori Struktural Fungsional
7 TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Keluarga menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah
7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Anonim. (2008). Buruh Perempuan dan Relasi Industrial. Women Research Institute. Diambil dari
73 DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2008). Buruh Perempuan dan Relasi Industrial. Women Research Institute. Diambil dari http:// www.wri.or.id [5 Juni 2011] [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional
5 TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional Para sosiolog ternama seperti William F. Ogburn dan Talcott Parsons mengembangkan pendekatan struktural-fungsional dalam kehidupan keluarga
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh suatu negara. Berdasarkan data BPS tahun 2010, persentase kemiskinan saat ini mencapai 13,3 persen. Kemiskinan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu.sedangkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian Keluarga Narwoko dan Suyanto, (2004:23) : Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan kota yang inovatif dan serba maju dalam aspek kehidupan sosial ternyata telah menimbulkan berbagai permasalahan didalamnya seperti, semakin bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik perhatian dewasa ini karena tidak hanya berkaitan dengan masalah demografi, tetapi juga mempunyai
Lebih terperinciKONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc
KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah, mengurus, mendidik, dan mengasuh anak.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, keluarga mempunyai dua sosok penanggung jawab dalam segala hal yang berkaitan dengan keberlangsungan rumah tangga. Sosok ayah sebagai kepala
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis
Lebih terperinciMenurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia
57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang
BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Keluarga
5 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Keluarga Undang-Undang No.52 tahun 2009 mendefinisikan keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kata gender dalam istilah bahasa indonesia sebenarnya berasal dari bahasa
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Gender. Kata gender dalam istilah bahasa indonesia sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, yaitu Gander. Jika dillihat dalam kamus bahasa Inggris, tidak secara jelas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Riwayat Contoh Sebagai Pekerja Buruh
29 HASIL DAN PEMBAHASAN Tempat Bekerja Contoh Riwayat Contoh Sebagai Pekerja Buruh Pada periode 2006-2008 jumlah angkatan kerja perempuan mengalami peningkatan sebesar 4,2 juta orang (Survei Angkatan Kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi
Lebih terperinciBUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,
Lebih terperinciMARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!
MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup didunia memiliki keinginan untuk saling berinteraksi. Interaksi social yang biasa disebut dengan proses sosial merupakan syarat utama terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah. Dalam ruang lingkup mikro, kesehatan berpengaruh
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Negara dapat dikatakan maju apabila memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Pembangunan sumberdaya manusia sangat penting dan strategis guna menghadapi era persaingan ekonomi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Teori Keluarga Pengertian Keluarga Teori Struktural Fungsional
9 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Teori Keluarga Pengertian Keluarga Keluarga menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 6 adalah "unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian
46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja. Pernyataan Freud ini menggambarkan dua ranah utama dari kehidupan orang dewasa, dimana pekerjaan merupakan
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psychological well-being (kesejahteraan psikologis) merupakan suatu kondisi tertinggi yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh
24 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagian yang terkecil dan yang pertama kali digunakan manusia sebagai sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga inilah kemudian
Lebih terperinciPENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY
PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY MANAJEMEN Manajemen adalah upaya untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki seoptimal mungkin untuk mencapai hasil yang diharapkan. Proses dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Keluarga 2.1.1. Defenisi Keluarga Banyak ahli yang mendefenisiskan tentang keluarga berdasarkan perkembangan sosial di masyarakat. Hal ini bergantung pada orientasi yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Pengertian keluarga menurut BKKBN adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan
Lebih terperinciBAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di
Lebih terperinciMei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns.
Mei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns. Definisi keluarga Family (yunani) kumpulan individu yang hidup di bawah seorang KK dan di dalam rumah terdiri dari org tua, org dewasa, anak-anak, saudara & pembantu
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah
PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah sejak dikeluarkannya UU No 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Keluarga
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Definisi Keluarga Berdasarkan undang-undang Nomor 10 Tahun 1992, keluarga merupakan suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang telah disatukan oleh ikatan perkawinan,
Lebih terperinciBUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA
BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang
Lebih terperinciPEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari
PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pekembangan zaman yang modern di Indonesia, semakin memberikan kesempatan pada setiap perempuan untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,
Lebih terperinciPOLA HUBUNGAN DALAM KELUARGA (Suatu Kajian Manajemen Keluarga) Oleh : Dr. Ravik Karsidi, M.S.
POLA HUBUNGAN DALAM KELUARGA (Suatu Kajian Manajemen Keluarga) Oleh : Dr. Ravik Karsidi, M.S. Hubungan Suami Istri Dalam perkembangan sejarah, hubungan antar suami-istri pada kelas menengah berubah dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dewasa, anak juga memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dengan baik, dalam tumbuh kembangnya menjadi manusia dewasa, anak juga memiliki harkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Selama 10 tahun saya menjanda, tidak ada pikiran untuk menikah lagi, karena pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinan saya. Tapi anak sudah besar,
Lebih terperinciPERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI HORTIKULTURA
PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI HORTIKULTURA (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur) NOVI PUSPITASARI DEPARTEMEN ILMU
Lebih terperinciAgenda Besar Memperkuat Keluarga Indonesia
Agenda Besar Memperkuat Keluarga Indonesia Tahun 2014 ini merupakan momen bersejarah bagi masyarakat Indonesia dalam memasuki periode demokrasi baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hiruk pikuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan kaum perempuan pada tahap dewasa dini pada saat ini secara umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan pada saat ini dihadapkan pada berbagai macam peran. Perempuan juga diharapkan dapat memilih dan bertanggung jawab atas peranan yang telah dipilihnya
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh
2 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.
1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam memenuhi kewajiban maupun tanggung jawab kepada anak-anaknya. Pengasuhan dan pendidikan pertama
Lebih terperinciAnalisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani
Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Pokok bahasan dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tentang analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di daerah Yogyakarta cukup memprihatinkan dan tidak terlepas dari permasalahan kekerasan terhadap perempuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Subjective Well-Being A. Subjective Well-Being Kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang ( pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sosial yang semakin kompleks menuntut keluarga untuk dapat beradaptasi secara cepat (Sunarti 2007). Duvall (1971) menjelaskan bahwa perubahan ini berdampak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan
Lebih terperinci