ANALISA LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI DI PT. ALAM INDAH BUNGA NUSANTARA, CIPANAS, CIANJUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI DI PT. ALAM INDAH BUNGA NUSANTARA, CIPANAS, CIANJUR"

Transkripsi

1 ANALISA LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI DI PT. ALAM INDAH BUNGA NUSANTARA, CIPANAS, CIANJUR Oleh: ANNE NOOR INAYAH F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISA LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI DI PT. ALAM INDAH BUNGA NUSANTARA, CIPANAS, CIANJUR SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh: ANNE NOOR INAYAH F Dilahirkan pada tanggal 08 Juli 1986 di Bandung Tanggal lulus: 27 Agustus 2007 Menyetujui, Bogor, 29 Agustus 2007 Ir. Meiske Widyarti, M. Eng Pembimbing Akademik Mengetahui, Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian

3 Anne Noor Inayah. F Analisa Lingkungan Dalam Bangunan Greenhouse Tipe Tunnel yang Telah Dimodifikasi di PT. Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas, Cianjur. Di bawah bimbingan Ir. Meiske Widyarti, M. Eng RINGKASAN Setiap jenis tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan kondisi lingkungan yang spesifik, khususnya tanaman krisan. Lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan membuat tanaman dapat berkembang dengan optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman diantaranya adalah suhu udara, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, serta kandungan CO 2. Salah satu cara pengendalian untuk pertumbuhan tanaman diantaranya dengan menggunakan greenhouse. Berbagai jenis bentuk greenhouse telah digunakan di Indonesia, salah satunya yaitu greenhouse tipe tunnel (setengah lingkaran) yang banyak digunakan di negara yang beriklim subtropis. Pada negara yang beriklim tropis seperti di Indonesia perlu dilakukan studi untuk mengetahui kesesuaian greenhouse tipe tunnel yang dipergunakan untuk budidaya tanaman krisan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengukuran dan analisa parameter lingkungan dalam bangunan greenhouse yang telah dimodifikasi dalam budidaya tanaman krisan, membandingkan suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel sebelum modifikasi, sesudah modifikasi dan tipe sere, serta menghitung laju ventilasi udara karena faktor angin pada greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai Juni 2007 bertempat di PT. Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas, Cianjur. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi. Sebagai pembanding, digunakan juga greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi dan tipe sere. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah meteran, termometer bola basah dan bola kering, termokopel dan hybrid recorder, luxmeter, anemometer digital, psychrometric chart, weather station, dan PC (personal computer). Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengambilan data dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan kondisi cuaca cerah. Pengambilan data dilakukan antara pukul WIB dengan interval setiap ½ jam. Data hasil pengukuran diolah dengan menggunakan program komputer Microsof Excel, sedangkan data hasil pengukuran dimensi greenhouse diolah dengan menggunakan program AUTOCAD Berdasarkan hasil pengukuran lingkungan dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi dan di luar greenhouse, suhu udara di luar greenhouse lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara di dalam greenhouse. Suhu udara maksimum di dalam greenhouse pada titik 2 (tengah-tengah greenhouse) 36.4 o C pada pukul WIB dengan perbedaan 5 o C dengan di luar greenhouse. Kelembaban relatif udara di dalam greenhouse bernilai lebih rendah dibandingkan kelembaban relatif udara di luar greenhouse. Kelembaban relatif udara maksimum di dalam greenhouse sebesar 90.6% dan di luar greenhouse sebesar 94.3% terjadi

4 pada pukul WIB, sedangkan kelembaban relatif udara minimum di dalam greenhouse sebesar 46.8% dan di luar greenhouse sebesar 50.7% terjadi pada pukul Berdasarkan hasil pengukuran suhu udara pada ketiga tipe greenhouse, suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi lebih rendah o C daripada suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang belum dimodifikasi. Suhu udara di dalam greenhouse tipe sere lebih rendah o C dibandingkan suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi. Laju ventilasi udara berbanding lurus dengan kecepatan angin. Kecepatan angin yang besar akan menghasilkan laju ventilasi udara yang besar, dan kecepatan angin yang rendah akan menghasilkan laju ventilasi udara yang rendah pula. laju ventilasi udara maksimum yang melewati bukaan terjadi di sebelah Timur sebesar 10 kg/s pada kecepatan angin 0.86 m/s, dan minimum sebesar 0 kg/s pada kecepatan angin 0 m/s. Laju ventilasi udara maksimum yang melewati bukaan sebelah Barat sebesar 5 kg/s pada kecepatan angin 0.45 m/s, dan minimum sebesar 0 kg/s pada kecepatan angin 0 m/s. Tinggi bangunan greenhouse yang diteliti adalah 3.7 m, jarak antar bangunan yang bersampingan ± m, dan jarak antar bangunan yang berhadapan ± 3 m. Berdasarkan teori, sebaiknya jarak antar bangunan 1.5 m dari tinggi bangunan, maka jarak antar bangunan di lokasi penelitian sebaiknya minimal 5.5 m karena jarak antar bangunan yang terlalu berdekatan akan menghalangi pergerakan angin. Agar budidaya tanaman krisan di dalam greenhousei tipe tunnel yang telah dimodifikasi dapat optimal sesuai dengan syarat pertumbuhan tanaman, maka dibutuhkan kondisi lingkungan dalam bangunan yang baik pula. Pada greenhouse yang diteliti terlihat bahwa lingkungan dalam bangunan greenhouse masih kurang sesuai dengan syarat pertumbuhan tanaman yang optimal. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan beberapa cara, diantaranya yaitu dengan menggunakan kembali exhause fan, teknik pengkabutan di atas bangunan, memberikan efek pendinginan, menambah lapisan film pada penutup atap, atau dengan menambah bukaan ventilasi sepanjang lengkungan bangunan greenhouse.

5 RIWAYAT HIDUP Nama lengkap penulis adalah Anne Noor Inayah, dilahirkan di Bandung pada tanggal 08 Juli Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak M. Natsir Noor, BE dan Ibu Maryamah. Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Padasuka II Bandung. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 16 Bandung dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMU PGII 1 Bandung dan lulus pada tahun Pada tahun 2003, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor) di Departemen Teknik Pertanian Laboratorium Lingkungan dan Bangunan Pertanian (LBP), Fakultas Teknologi Pertanian. Selama studi penulis aktif pada beberapa organisasi, antara lain Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) sebagai staf departemen profesi periode , serta Aktif di Paguyuban Mahasiswa Bandung (PAMAUNG) periode Penulis telah melakukan Praktek Lapangan di Rohmat Farm Cisarua, Kab. Bandung dengan judul Mempelajari Aspek Keteknikan Pertanian pada Budidaya Bunga Hebras di Greenhouse Rohmat Farm, Cisarua, Kab. Bandung.

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Analisa Iklim Mikro pada Greenhouse Tipe Tunnel yang Dimodifikasi. Isi skripsi ini ditekankan pada pengaruh iklim mikro seperti suhu udara, kelembaban relatif udara, kecepatan angin, serta intensitas cahaya juga pengaruh perbedaan suhu pada tipe greenhouse yang berbeda. Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu penulis sehingga dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. 2. Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr, dan Chusnul Arif, S.TP selaku dosen penguji. 3. Kedua orang tuaku tercinta (M. Natsir Noor, BE dan Maryamah) atas segala limpahan kasih sayang dan bantuan secara moril maupun materiil. 4. Kakak dan adik-adikku tersayang (Yelli & A Dede, Ridha, Intan, Dilla) yang telah memberikan semangat dan motivasi pada penulis. 5. PT. Alam Indah Bunga Nusantara yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 6. Pak Ahmad, dan Mas Firman yang telah banyak membantu dalam kelancaran penelitian ini. 7. Sahabat-sahabatku: Manda, Dela, Erly, Dias, Leny, Rany, Dyanti, dan Dyah. 8. Eka Utami selaku teman seperjuangan dalam melaksanakan penelitian. 9. Rekan-rekan LBP: Ali Parjito, A. Suhaeli, Eka, Dewi. N, Fuad, Iin, Irawan, Kindi, Murni, Sari, Shinta, Tari, Ukik, Yanu, Yulis, dan Yuni. 10. Teman-teman yang telah membantu selama penelitian (Khafid, Gia, Supri, Deta, Raning, Budi, Riyan, Tso, Irwan, Ale, dan Mba Eni) juga temanteman TEP 40 lainnya. i

7 11. Badudu Crew (Belinda, Winda, Ikqi, Lili, M Ari, Bunga, Yeni, Mieke, Opie, Rahma, Nurul, Ima, Bintang, dan Karin) yang tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, 2007 Penulis ii

8 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. BUDIDAYA BUNGA KRISAN... 4 B. GREENHOUSE... 5 C. SUHU UDARA... 8 D. KELEMBABAN RELATIF UDARA... 9 E. KECEPATAN ANGIN DAN VENTILASI BANGUNAN F. INTENSITAS CAHAYA III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU B. BAHAN DAN ALAT C. TAHAPAN PENELITIAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI B. LAJU VENTILASI UDARA AKIBAT FAKTOR ANGIN PADA GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI.. 27 C. PERBANDINGAN SUHU UDARA DI DALAM GREENHOUSE TIPE TUNNEL SEBELUM DAN SESUDAH MODIFIKASI DAN TIPE SERE iii

9 D. PENGARUH LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI PADA BUDIDAYA BUNGA KRISAN E. EVALUASI TERHADAP DESAIN BANGUNAN V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

10 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Suhu udara maksimum dan minimum di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan Tabel 2. Laju ventilasi udara karena faktor angin pada greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi Tabel 3. Perbedaan suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi dengan greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi dan tipe sere Tabel 4. Perbedaan suhu udara di luar greenhouse dengan suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel sebelum dan sesudah dimodifikasi dan tipe sere v

11 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi... 2 Gambar 2. Greenhouse tipe tunnel sesudah dimodifikasi... 2 Gambar 3. Greenhouse tipe sere... 2 Gambar 4. Berbagai tipe bentuk greenhouse (Nelson, 1981)... 7 Gambar 5. Berbagai tipe bentuk greenhouse yang digunakan di Negara Amerika dan Eropa... 8 Gambar 6. Titik-titik pengukuran pada greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi Gambar 7. Grafik suhu udara rata-rata di dalam dan di luar greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan Gambar 8. Grafik suhu udara rata-rata dan intensitas cahaya di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan Gambar 9. Grafik suhu udara rata-rata di dalam dan di atap greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan Gambar 10. Grafik kelembaban relatif udara rata-rata di dalam dan di luar greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan 24 Gambar 11. Grafik kecepatan angin rata-rata di dalam dan di luar greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan Gambar 12. Grafik suhu udara di dalam dan di luar greenhouse pada hari ke-1 pengamatan Gambar 13. Grafik suhu udara di dalam dan di luar greenhouse pada hari ke-2 pengamatan Gambar 14. Grafik suhu udara dan intensitas cahaya rata-rata di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama Pengamatan Gambar 15. Grafik kelembaban relatif udara rata-rata dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan Gambar 16. Grafik kecepatan angin rata-rata dalam greenhouse selama pengamatan vi

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi Lampiran 2. Greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi Lampiran 3. Psychometric Chart Lampiran 4. Data lingkungan di luar greenhouse Lampiran 5. Data suhu udara, kelembaban relatif udara, dan intensitas cahaya di dalam greenhouse Lampiran 6. Data kecepatan angin di dalam greenhouse Lampiran 7. Data perbandingan suhu udara di dalam greenhouse pada ketiga tipe greenhouse Lampiran 8. Peralatan yang digunakan dalam penelitian vii

13 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap jenis tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan kondisi lingkungan yang spesifik, khususnya tanaman krisan. Lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan membuat tanaman dapat berkembang dengan optimal. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman diantaranya adalah suhu udara, intensitas cahaya, kelembaban, kecepatan angin, serta kandungan CO 2. Faktor-faktor lingkungan tersebut mempengaruhi proses fotosintesis pada tanaman. Salah satu cara pengendalian untuk pertumbuhan tanaman adalah dengan penggunaan greenhouse. Di dalam greenhouse akan dapat dikondisikan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Greenhouse dapat melindungi tanaman dari siraman hujan secara langsung, kecepatan angin yang merusak, juga faktor-faktor eksternal lainnya seperti hama dan intensitas cahaya matahari yang berlebihan. Berbagai jenis bentuk greenhouse telah digunakan di Indonesia, salah satunya yaitu greenhouse tipe tunnel (setengah lingkaran) (Gambar 1). Bangunan rumah tanaman ini biasanya digunakan di negara yang beriklim subtropis karena merupakan pengumpul panas yang baik. Agar greenhouse ini dapat digunakan di iklim tropis, seperti di Indonesia perlu adanya beberapa modifikasi pada konstruksi bangunannya. Modifikasi yang sudah dilakukan yaitu dengan membuat bukaan pada atap bangunan yang berfungsi sebagai ventilasi bangunan. Bagian atap hasil modifikasi terbuat dari besi pipa dengan panjang 60 m, lebar 1.2 m, dan tinggi 0.7 m. Bagian samping ventilasi atap di tutup dengan screen mesh. Tujuan dilakukannya modifikasi yaitu agar suhu udara di dalam greenhouse bisa menurun, kelembaban meningkat, dan angin dapat masuk ke dalam greenhouse sehingga dapat terjadi pertukaran udara dan diharapakan kondisi lingkungan di dalam greenhouse bisa sesuai dengan syarat pertumbuhan optimal tanaman Krisan, karena kondisi lingkungan dalam bangunan greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi belum sesuai dengan syarat pertumbuhan optimal tanaman Krisan. 1

14 Untuk mengetahui kesesuaian bangunan greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi (Gambar 2) dengan kondisi iklim tropis lembab di Indonesia dalam budidaya tanaman Krisan, khususnya di lokasi penelitian perlu adanya pengkajian mengenai kondisi lingkungan di dalam bangunan greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi. Selain itu perlu dilakukan pula perbandingan jenis konstruksi greenhouse yang telah dimodifikasi dengan konstruksi greenhouse yang sering digunakan di iklim tropis, yaitu dengan bangunan greenhouse tipe sere (Gambar 3). Dengan perbandingan tersebut, maka dapat diketahui jenis dan tipe bangunan greenhouse yang lebih cocok digunakan di lokasi penelitian. Gambar 1. Greenhouse tipe Tunnel sebelum dimodifikasi Gambar 2. Greenhouse tipe Tunnel sesudah dimodifikasi Gambar 3. Greenhouse tipe Sere 2

15 B. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Melakukan pengukuran dan analisa parameter lingkungan dalam bangunan greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi. 2. Menganalisa laju ventilasi udara akibat faktor angin di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi. 3. Membandingkan suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel sebelum dan sesudah modifikasi dengan greenhouse tipe sere. 4. Mengetahui kesesuaian lingkungan bangunan greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi untuk budidaya tanaman Krisan. 3

16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. BUDIDAYA BUNGA KRISAN Budidaya tanaman dalam greenhouse merupakan terobosan baru bagi dunia pertanian dewasa ini. Teknik budidaya ini dalam penerapannya memerlukan pemikiran dan perhitungan yang cermat, terutama pada desain rumah tanaman. Menurut Soeseno (1985), dengan menggunakan rumah tanaman, suhu, kelembaban, cahaya dan keperluan lain dari tanaman dapat diatur, sehingga tanaman dapat tetap menghasilkan di luar musimnya. Tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam desain greenhouse yaitu kebutuhan CO 2, suhu, dan kelembaban. Ketiga faktor tersebut ditentukan oleh jenis dan struktur bangunan dan ventilasi udara. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa suhu didalam rumah kaca dipengaruhi oleh besar kecilnya penerimaan panas dari cahaya matahari, hilangnya panas melalui ventilasi, atap, dan dinding (Mastalerz, 1977). Suhu dan kelembaban di dalam rumah tanaman merupakan dua faktor utama yang harus dikendalikan selama proses budidaya. Hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan suhu dan kelembaban di dalam dan di luar bangunan. Mastalerz (1977) menyatakan bahwa suhu di dalam greenhouse lebih tinggi dibanding di luar greenhouse. Tanaman krisan yang berasal dari daerah subtropis dapat tumbuh pada kisaran suhu harian antara C. Pada fase vegetatif, kisaran suhu harian o C pada siang hari dan tidak melebihi 26 o C pada malam hari dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal krisan (Khattak dan Pearson, 1997 dalam Budiarto, et. al, 2006). Suhu harian ideal pada fase generatif adalah o C (Wilkins et. al., 1990 dalam Budiarto, et. al, 2006). Menurut Maaswinkel dan Sulyo (2004) pada suhu diatas 25 o C, proses inisiasi bunga akan terhambat dan menyebabkan pembentukan bakal bunga juga terlambat. Suhu yang terlalu tinggi juga mengakibatkan bunga yang dihasilkan cenderung berwarna kusam, pucat, dan memudar. Langton (1987) dalam Budiarto, et. al (2006) mengemukakan bahwa kepekaan krisan terhadap panjang hari tidak tetap. Pengaruh panjang hari 4

17 terhadap fisiologi pembungaan krisan sering kali berinteraksi dengan suhu harian. Pada kondisi hari panjang dengan suhu siang hari sekitar 22 o C dan 16 o C pada malam hari, penambahan tinggi tanaman dan daun berjalan optimal. Induksi ke fase generatif akan terjadi bila suhu pada siang hari turun kurang dari 18 o C (Lint dan Hejj, 1987 dalam Budiarto, et. al, 2006) dan suhu malam hari naik hingga lebih dari 25 o C (Wilkins et. al., 1990 dalam Budiarto, et. al, 2006). Namun keadaan ini sangat jarang ditemukan pada dataran medium hingga tinggi di Indonesia. Kelembaban udara juga berpengaruh terhadap pertumbuhan bunga krisan. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban 90 95% pada awal pertumbuhan untuk pembentukan akar. Sedangkan pada tanaman dewasa, pertumbuhan optimal dicapai pada kelembaban udara sekitar 70 85% (Mortensen, 2000 dalam Budiarto, et. al, 2006). B. GREENHOUSE Greenhouse merupakan suatu bangunan tempat tanaman tumbuh dan berkembang dengan kondisi lingkungan dalam bangunan yang dapat diatur agar mendekati kondisi yang optimum. Khususnya di Indonesia, fungsi greenhouse lebih mengarah pada perlindungan tanaman dari pengaruh buruk iklim dan mengurangi intensitas matahari yang berlebihan. Menurut Nelson (1981), istilah greenhouse digunakan untuk menyatakan sebuah bangunan yang memiliki struktur atap dan dinding yang bersifat tembus cahaya, sehingga tanaman tetap memperoleh cahaya matahari dan terhindar dari kondisi iklim yang tidak menguntungkan. Kondisi iklim yang tidak menguntungkan antara lain: curah hujan yang deras, tiupan angin yang kencang atau keadaan suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Budiarti (1994) dalam Megasari (2006), menyatakan bahwa greenhouse yang terbuat dari kaca atau plastik merupakan bahan tembus cahaya yang dapat berpengaruh pada: (1) peningkatan suhu udara di dalam greenhouse, (2) melindungi dari siraman hujan secara langsung, (3) 5

18 melindungi dari berbagai hama serta berbagai pengaruh perubahan intensitas cahaya matahari yang mengenai tanaman. Menurut Bot (1983) dalam Romdhonah (2002) didefinisikan bahwa penggunaan greenhouse sebagai rumah tanaman akan berpengaruh terhadap iklim mikro yang berbeda sama sekali dengan lingkungan luar. Hal ini disebabkan oleh: 1. Udara di dalam greenhouse tetap, sehingga pertukaran udara dengan lingkungan luar sangat kurang dibandingkan dengan udara tanpa penutup. Pergerakan udara di dalam greenhouse sangat kecil. Hal ini berpengaruh langsung terhadap keseimbangan massa dan energi dalam greenhouse dan menyebabkan kenaikan suhu. 2. Radiasi panjang gelombang pendek dirubah menjadi radiasi gelombang panjang oleh penutup greenhouse (atap). Perubahan panjang gelombang ini menyebabkan pantulan sinar oleh permukaan lantai atau yang lainnya di dalam greenhouse naik. Menurut Walls (1993), pemilihan bentuk greenhouse yang digunakan pada suatu lahan pertanian tergantung pada keadaan lingkungan dan jenis tanaman yang dibudidayakan. Bentuk-bentuk greenhouse yang telah umum digunakan antara lain bentuk yang menempel pada bangunan yang sudah ada, berdiri sendiri (singlespan greenhouse) dengan kemiringan atap yang sama, atau dengan kemiringan atap yang berbeda yang disesuaikan dengan kemiringan lahan, dan ada yang terdiri dari dua atau lebih greenhouse (multi-span greenhouse) yang berhubungan satu dengan yang lainnya (Nelson, 1981). Berbagai tipe bentuk greenhouse dapat dilihat pada Gambar 4. Bentuk greenhouse yang digunakan di negara Amerika adalah venlo house, vinery house, mansard. Sedangkan bentuk greenhouse yang digunakan di negara Eropa adalah bentuk arch, standard peak, quonset, dan cold frame (Hanan et al.,1978). Berbagai tipe bentuk greenhouse yang digunakan di negara Amerika dan Eropa dapat dilihat pada Gambar 5. 6

19 Lean-to Even-span Uneven-span Ridge-and-furrow Gambar 4. Berbagai tipe bentuk greenhouse (Nelson, 1981). Bentuk greenhouse yang umum digunakan adalah bentuk venlo (rumah), bentuk tunnel, serta bentuk lainnya. Di Indonesia lebih banyak ditemukan greenhouse dengan bukaan pada bagian atap. Bentuk seperti ini lebih cocok untuk penggunaan di negara-negara tropis, dengan pertimbangan bahwa di daerah tropis penerimaan sinar matahari relatif banyak sehingga bentuk ruang harus memungkinkan sirkulasi udara berlangsung lebih lancar (Megasari, 2006). Selain venlo, telah dikembangkan juga konstruksi rangka greenhouse bentuk tunnel. Tunnel memiliki bentuk rangka semi sirkular atau parabolic arch (lengkungan parabolik). Jenis rangka seperti ini jarang digunakan untuk iklim tropis seperti Indonesia, karena bentuk tunnel merupakan pengumpul panas yang baik. Dengan iklim tropisnya, Indonesia merupakan negara yang memiliki radiasi matahari yang melimpah sepanjang tahun. Untuk menambah laju ventilasi pada bangunan biasanya bukaan pada atap bangunan yang berfungsi sebagai ventilasi bangunan (Megasari, 2006). 7

20 Venlo house Arch Vinery house Standard peak Mansard Quonset Cold frame Gambar 5. Berbagai tipe bentuk greenhouse yang digunakan di Negara Amerika dan Eropa. C. SUHU UDARA Suhu merupakan ukuran panas dan dingin dari suatu benda. Suhu udara sangat berpengaruh pada proses-proses yang terjadi pada tanaman seperti proses fotosintesis, transpirasi, dan respirasi. Suhu udara yang optimum sangat diperlukan bagi tanaman agar dapat tumbuh dengan baik. Tanaman memerlukan suhu udara optimum yang berbeda-beda (Tiwari and Goyal, 1998). Hanan et al. (1978) menyatakan bahwa garis lintang merupakan faktor utama yang mempengaruhi suhu greenhouse. Faktor lain adalah ketinggian matahari, kondisi topografi yang mempengaruhi pergerakan angin dan panjang hari. Suhu lingkungan berpengaruh terhadap proses fisik dan kimiawi tanaman dan selanjutnya mengendalikan proses biologi dalam tanaman seperti transpirasi. Harjadi (1984) menyatakan bahwa suhu optimum tanaman berbedabeda tergantung pada spesies dan varietasnya, serta sesuai dengan tahap fisiologis pekembangannya. Suhu rendah menguntungkan bagi proses pertumbuhan tanaman, suhu sedang menguntungkan bagi proses pemanjangan 8

21 batang dan perkembangan buah, sedangkan suhu tinggi menguntungkan bagi proses pembungaan. Suhu yang ekstrim dapat merusak tanaman. Suhu yang terlalu dingin membekukan, dan suhu terlalu tinggi dapat mematikan tanaman sebagai akibat dari koagulasi protein. Terhentinya pertumbuhan pada suhu tinggi merupakan suatu gambaran dari suatu keseimbangan metabolik yang terganggu (Harjadi, 1984). Faktor yang mempengaruhi besarnya suhu dalam greenhouse adalah tingkat intensitas panas dari radiasi matahari, besar kecilnya panas yang hilang melalui atap atau dinding, besar kecilnya rambatan panas yang diserap tanaman untuk proses fotosintesis dan besar kecilnya panas yang hilang melalui ventilasi serta bahan konstruksi (Walker, 1965). Suhu lingkungan selain mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman dan metabolisme, juga berperan di dalam pengendalian tanaman spesies tertentu. D. KELEMBABAN RELATIF UDARA Menurut Esmay dan Dixon (1986), jumlah atau massa air yang bercampur dengan satu unit massa udara kering, dalam gram, dari air yang menguap per kilogram udara kering disebut kelembaban relatif. Kelembaban relatif merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air (Handoko, 1995). Kelembaban udara erat kaitannya dengan unsur-unsur iklim lain yaitu suhu udara, lama penyinaran, curah hujan, dan angin yang secara integral mempengaruhi laju transpirasi suatu tanaman. Selain itu kelembaban udara di dalam rumah tanaman dipengaruhi oleh suhu udara dan jumlah air yang dievapotranspirasikan oleh tanah dan tanaman. Kelembaban udara di dalam rumah tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama terhadap laju fotosintesis, yang secara tidak langsung mempengaruhi laju transpirasi, penyerapan hara dan air, penyerbukan dan perkembangan hama dan penyakit (Silvana, 1991 dalam Megasari, 2006 ). Udara panas mengandung lebih banyak uap air daripada udara sejuk dan jika uap air konstan, maka kelembaban relatif (Relatif Humidity) akan rendah pada suhu tinggi dan sebaliknya kelembaban relatif akan tinggi pada 9

22 suhu rendah. Kisaran spesifik untuk tanaman dalam ruangan cukup sulit untuk ditentukan, tetapi sebagian besar tanaman tumbuh dengan baik jika kelembaban relatifnya lebih besar dari 50.5%, akan tetapi RH di bawah 25% masih cukup baik untuk sebagian besar tumbuhan, khususnya tumbuhan pakis dan familinya. Sebagian besar tanaman dalam ruangan akan terinfeksi hama perusak jika kelembaban relatifnya dibawah 25%, walaupun tanaman tersebut tidak nampak seperti terluka (Briggs dan Calvin, 1987). E. KECEPATAN ANGIN DAN VENTILASI BANGUNAN Angin merupakan suatu vektor yang memiliki besaran dan arah. Besaran yang dimaksud adalah kecepatan sedangkan arahnya adalah darimana datangnya angin. Secara mikro, angin penting artinya dalam proses pertukaran udara khusunya oksigen dan karbondioksida dari dan ke lingkungan (Handoko, 1995). Dalam bentuk yang sangat sederhana, angin dapat dibatasi sebagai gerakan horizontal udara relatif terhadap permukaan bumi. Batasan ini berasumsi bahwa seluruh gerakan udara secara vertikal kecepatannya dapat diabaikan karena relatif rendah (<1 m/s) akibat diredam oleh gaya gravitasi bumi (Handoko, 1995). Sedangkan arah angin dibatasi sebagai arah asal angin itu bertiup (merupakan lawan arah gerak udara). Walaupun aliran udara ke atas penting dalam pembentukan awan dan hujan, kecepatan pergerakan horizontal jauh lebih besar dan mempengaruhi proses-proses cuaca. Menurut Esmay dan Dixon (1986), pada umumnya kecepatan angin sebesar m/s yang mengenai permukaan daun akan memudahkan daun menangkap CO 2. Untuk kecepatan angin sebesar 0.5 m/s, CO 2 yang ditangkap akan berkurang. Untuk kecepatan angin sebesar 1.0 m/s akan menghambat pertumbuhan dan kecepatan angin diatas 4.5 m/s akan terjadi kerusakan proses fisik tanaman. Pengendalian iklim mikro dalam bangunan agar sesuai bagi tanaman diperlukan ventilasi. Ventilasi merupakan faktor penting dalam sistem pengendalian lingkungan pada bangunan pertanian seperti perkandangan dan rumah tanaman. 10

23 Ventilasi adalah proses pertukaran antara udara yang ada di dalam dan di luar bangunan untuk memindahkan panas yang disebabkan radiasi matahari, mengisi oksigen dan membantu mengontrol tingkat kelembaban udara. Laju ventilasi diukur dengan satuan jumlah massa udara yang dipertukarkan per satuan unit waktu seperti jam, menit, detik (Mastalerz, 1977). Dengan adanya ventilasi maka dimaksudkan agar: 1) suhu udara di dalam bangunan mendekati suhu udara luar, 2) menghilangkan udara lembab di dalam bangunan dengan asumsi udara luar lebih kering, dan 3) mengembalikan konsentrasi O 2 di dalam bangunan. (Takakura, 1991). Menurut Randall dan Boon (1997), ventilasi adalah pergerakan udara melewati bangunan. Ventilasi terjadi jika terdapat perbedaan tekanan udara melewati bukaan bangunan. Pada sistem ventilasi alami, perbedaan tekanan melalui bukaan timbul dari dua sumber yaitu: panas yang dihasilkan dalam bangunan dan angin. Panas yang dihasilkan di dalam bangunan meningkatkan suhu udara di dalam bangunan, dan menurunkan kerapatan udara di dalam bangunan sehingga terjadi perbedaan kerapatan udara antara dalam dan luar bangunan. Udara masuk melewati bagian yang lebih rendah dari bukaan dan keluar melewati bagian yang lebih tinggi dari bukaan (Barrington et all, 1994). Sistem ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan melalui bukaan yang timbul akibat faktor angin dan termal. Efek angin dan termal, bergerak sendiri maupun bersama-sama, dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan udara yang akan menentukan besarnya laju ventilasi alam yang melewati bangunan. Pada ventilasi alam, besarnya laju pertukaran udara dipengaruhi oleh total luas bukaan, arah bukaan, kecepatan angin, dan perbedaan antara suhu di luar dan di dalam greenhouse (Mastalerz, 1977). Kemampuan sistem ventilasi alami dalam menurunkan suhu ruangan tanpa didukung fasilitas lain sangat terbatas. Penurunan suhu yang dapat dicapai maksimal mendekati atau sama dengan tingkat suhu udara lingkungan luar. Penggunaan ventilasi alami sangat berpotensi dalam mengurangi biaya operasi. Menurut Brockett dan Albright (1987) dalam Apriliani (2006), sistem ventilasi alami membutuhkan energi dan biaya yang lebih kecil dibandingkan 11

24 dengan sistem ventilasi mekanis, disamping itu lebih tenang karena sistem ventilasi mekanis digerakkan oleh kipas listrik yang mengeluarkan suara berisik bila sedang berfungsi. F. INTENSITAS CAHAYA Energi cahaya yang diserap tanaman dirubah menjadi energi kimia dengan proses fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman. Bagian spektrum PAR (Photosynthetically Active Radiation) yang paling potensial dalam fotosintesis adalah spektrum biru (0.41 nm 0.51 nm). Penurunan intensitas cahaya, khususnya spektrum biru menyebabkan penurunan kadar ATP dan NADPH 2, sehingga laju fotosintesis akan berkurang. Peningkatan intensitas cahaya dapat meningkatkan kecepatan fotosintesis. Salah satu komponen yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah titik kompensasi cahaya. Pada saat tanaman ditempatkan pada lingkungan yang mempunyai intensitas cahaya sebanding atau lebih rendah daripada titik kompensasi cahaya, pertumbuhan akan terhenti dan tanaman akan mati dalam periode waktu yang pendek (Briggs and Calvin, 1987). Secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Pengaruh pada metabolisme secara langsung melalui fotosintesis sedangkan secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Harjadi, 1984). Fotosintesis yang terjadi dalam keadaan ternaungi sangat bergantung kepada intensitas cahaya yang ada. 12

25 III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian ini dilakukan di tiga greenhouse milik PT. Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas, Cianjur pada bulan Mei - Juni B. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan yang digunakan adalah: Greenhouse Greenhouse yang digunakan dalam penelitian ini bertipe tunnel yang telah dimodifikasi sebanyak satu buah. Konstruksi utama greenhouse menggunakan bahan pipa galvanis berukuran 2 inch dan penutup transparan poliethylene (PE) dengan UV stabilizer setebal m. Greenhouse ini mempunyai panjang 60 m, lebar 8.5 m, dan tinggi di tengah hingga atap 3.70 m. Bagian atap hasil modifikasi terbuat dari besi pipa dengan panjang 60 m, lebar 1.2 m, dan tinggi 0.7 m. Ventilasi atap ditutupi dengan screen mesh. Bagian depan dan belakang greenhouse ditutupi dengan paranet hitam. Di dalam greenhouse ditanami tanaman krisan yang berumur 4 minggu. Gambar teknik greenhouse tipe tunnel yang dimodifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1. Sebagai pembanding, digunakan juga greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi dan greenhouse tipe sere. Greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi mempunyai panjang 60 m, lebar 8.5 m, dan tinggi di tengah 3 m. Di dalam greenhouse ditanami tanaman krisan yang berumur 2 minggu. Gambar teknik greenhouse tipe tunnel sebelum dimodifikasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan greenhouse tipe sere merupakan multispan greenhouse dengan lima span. Konstruksi greenhouse menggunakan kayu. Panjang greenhouse 58 m, dengan lebar 32 m. tinggi greenhouse 3 m dipinggir dan 4.5 m di tengah. Atap dan dinding setinggi 2 m ditutupi plastik UV. Dinding greenhouse dari ketinggian 2 3 m serta lubang pada bagian atap selebar 0.40 m ditutupi kawat kasa dengan diameter anyaman 1 mm 2 sebagai lubang ventilasi. 13

26 2. Alat yang digunakan adalah: Meteran Meteran digunakan untuk mengukur dimensi greenhouse. Termometer bola basah dan bola kering Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu di dalam greenhouse tipe tunnel sebelum dan setelah modifikasi, serta greenhouse tipe sere. Termokopel dan Hybrid recorder Termokopel digunakan untuk mengukur suhu udara di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi. Termokopel tersebut dihubungkan dengan hybrid recorder dengan tujuan agar data pengukuran terekam dan dapat langsung dicetak sesuai dengan set waktu yang telah ditentukan. Hybrid recorder yang digunakan yaitu hybrid recorder Merk Yokogawa, di set dalam satuan o C. Luxmeter Luxmeter yang digunakan adalah luxmeter Merk Extech, dengan menggunakan satuan foot-candle (fc) Luxmeter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya di dalam greenhouse. Anemometer digital Anemometer yang digunakan adalah anemometer digital Merk Smart Sensor. Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan angin di dalam greenhouse dan diset pada satuan m/s. Psychrometric Chart Psychrometric Chrat digunakan untuk mendapatkan data kelembaban relatif udara Stasiun Cuaca (Weather Station) Weather Station adalah stasiun cuaca mini model RM Young yang terdiri dari sensor kecepatan dan arah angin (anemometer), sensor suhu dan kelembaban, sensor tekanan udara (barometer), dan sensor radiasi matahari (pyranometer). Sensor ini dihubungkan pada translator dan nilai hasil dari pengukuran dapat ditampilkan lewat layar display. Setiap sensor melakukan pengukuran setiap detik. Satuan pengukuran dapat diset sesuai kebutuhan pemakai. Pada penelitian ini, sensor suhu 14

27 diset dalam satuan o C, kecepatan angin dalam satuan m/s, arah angin dalam satuan derajat, tekanan udara dalam milibar, dan kelembaban udara dalam persen. PC (Personal Computer) PC dihubungkan dengan display yang berfungsi untuk menyimpan data hasil pengukuran dari weather station. C. TAHAPAN PENELITIAN 1. Pengambilan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder yang didapatkan dari pengamatan langsung, dan studi literatur. a. Data primer meliputi: Suhu udara di dalam dan di luar greenhouse Pengukuran suhu udara di dalam greenhouse dilakukan dengan menggunakan termokopel yang dihubungkan dengan hybrid recorder, serta termometer bola basah dan bola kering. Termokopel yang diperlukan sebanyak 5 buah yang diletakkan di 5 titik pengukuran pada greenhouse tipe tunnel yang dimodifikasi. Titiktitik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 6. Sedangkan, termometer bola basah dan bola kering yang diperlukan sebanyak 3 buah yang diletakkan di tengah-tengah bangunan pada greenhouse tipe tunnel sebelum dan setelah modifikasi, dan greenhouse tipe sere. Suhu udara di luar greenhouse diukur menggunakan sensor suhu yang terdapat pada weather station. Pengukuran dilakukan setiap setengah jam sekali dari pukul sampai Kecepatan angin Kecepatan angin di dalam greenhouse diukur dengan menggunakan anemometer digital. Pengukuran dilakukan pada 3 titik, yaitu di bagian atap sebelah kanan dan kiri serta di depan/belakang bangunan. Titik-titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 6. Di luar greenhouse, kecepatan angin diukur menggunakan sensor kecepatan udara yang terpasang pada weather station. Pengambilan 15

28 data dilakukan setiap setengah jam sekali dari pukul WIB. Intensitas cahaya Pengukuran dilakukan dengan menggunakan luxmeter sebanyak 2 buah. Alat ini diletakkan tepat diatas tanaman, sehingga dapat diketahui besarnya intensitas cahaya yang diterima di dalam greenhouse. Titik-titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 6. Pengukuran dilakukan dari pukul WIB dengan interval setiap setengah jam. Tampak depan m 3 m 5 m 25 m 25 m 5 m 5 m 25 m 25 m 5 m Tampak samping kanan Tampak samping kiri Ket: 1 = Termokopel di Barat 6 = Anemometer di Selatan 2 = Termokopel di tengah greenhouse 7 = Anemometer di Utara 3 = Termokopel di Timur 8 = Anemometer dalam greenhouse 4 = Termokopel di Selatan 9 = Luxmeter di tengah greenhouse 5 = termokopel di Utara 10 = Luxmeter di Timur Gambar 6. Titik-titik pengukuran pada greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi. 16

29 Dimensi greenhouse Data yang dikumpulkan meliputi panjang, lebar, tinggi greenhouse, tinggi ventilasi atap, serta jarak antar bangunan. b. Data sekunder meliputi data kelembaban relatif udara, dan tipe greenhouse. 2. Pengolahan dan Analisa Data a. Pengolahan Data Data-data hasil pengukuran suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan kecepatan angin yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel untuk memperoleh grafik hubungan antara lingkungan mikro dan waktu. Dari hasil pengukuran suhu dapat diperoleh suhu udara harian di dalam greenhouse dengan persamaan sebagai berikut: T = (2T T T )/4.. (1) dimana: T = Suhu udara harian (Handoko, 1995) Besarnya laju ventilasi udara yang melewati bukaan G (kg/s) dihitung dengan persamaan: G = Q. ρ out (2) dimana: Q = laju aliran udara volumetrik (m 3 /s) ρ out = kerapatan udara luar greenhouse (kg/m 3 ) Nilai Q (m 3 /s) yang merupakan laju aliran udara volumetrik dihitung dengan menggunakan persamaan: Q = Cd U. da.. (3) A dimana: Cd = koefisien discharge (tanpa dimensi) U = kecepatan aliran udara yang melewati bukaan (m/s) A = luas bukaan ventilasi (m 2 ) Koefisien discharge Cd menyatakan nilai perbandingan antara luasan efektif yang merupakan bidang normal tegak lurus aliran dengan luasan lubang itu sendiri. Cd yang digunakan dalam perhitungan ini adalah 0.44 untuk ventilasi dinding dan 0.29 untuk ventilasi atap (Kozai and Sase dalam Apriliani, 2006). 17

30 Data-data hasil pengukuran dimensi greenhouse akan diolah dengan menggunakan program komputer AUTOCAD b. Analisa Data Analisa data yang akan dilakukan meliputi hubungan lingkungan dalam bangunan terhadap greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi pada budidaya bunga Krisan. Selain itu dilakukan juga analisa pengaruh suhu udara di dalam greenhouse terhadap konstruksi greenhouse, baik pada greenhouse tipe tunnel sebelum dan sesudah modifikasi, juga terhadap greenhouse tipe sere. 18

31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI 1. Suhu Udara dan Intensitas Cahaya Suhu udara merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam suatu bangunan pertanian. Terutama bangunan greenhouse yang sering dipakai untuk membudidayakan berbagai jenis tanaman. Pada umumnya suhu di dalam greenhouse lebih tinggi daripada di luar greenhouse. Hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan budidaya tanaman. Begitu juga dengan intensitas cahaya. Faktor ini berperan besar terhadap lingkungan greenhouse. Besarnya intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman di dalam greenhouse berbeda-beda, salah satunya tergantung dari jenis bahan penutup atap atau naungan. Bahan penutup atap yang digunakan dapat terbuat dari kaca, dan plastik. Penutup plastik dapat menggunakan plastik standard (UV), dan plastik kaku (FRP, polyethylene, plexiglass, dan PVC) (Widyarti, 2005). Pengambilan data untuk mendapatkan suhu udara dan intensitas cahaya di dalam greenhouse dimulai sejak pukul hingga pukul WIB dengan interval setiap ½ jam. Pengambilan data dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan kondisi cuaca cerah. Pengukuran suhu udara di dalam greenhouse dilakukan di 3 titik yaitu di arah barat (titik 1), di tengahtengah greenhouse (titik 2), dan di arah timur (titik 3) (lihat Gambar 6.) Berikut merupakan grafik suhu udara rata-rata di dalam dan di luar greenhouse selama pengamatan berlangsung. Seperti yang terlihat pada Gambar 7, suhu udara rata-rata di dalam dan di luar greenhouse nilainya berfluktuasi. Terjadinya fluktuasi suhu udara disebabkan oleh adanya keseimbangan antara panas yang diperoleh dari radiasi surya dengan panas yang hilang dari permukaan bumi. Mulai dari matahari terbit hingga pukul WIB panas yang diterima oleh permukaan bumi dan atmosfer lebih besar daripada panas yang hilang. Hal 19

32 ini dikarenakan posisi matahari berada di arah timur yang menyebabkan suhu udara di titik 3 lebih tinggi 1-4 o C dibandingkan di titik 1 dan 2. Mulai pukul WIB suhu udara di titik 2 lebih tinggi daripada suhu udara di titik 1 dan titik 3. Hal ini menunjukkan bahwa aliran udara panas di dalam bangunan tidak seragam. Pada titik 1 dan titik 3 sirkulasi udara lebih tinggi daripada di titik 2. Suhu Udara ( o C) Waktu (Jam) Suhu Luar Suhu Dalam Titik 1 Suhu Dalam Titik 2 Suhu Dalam Titik 3 Rad. Matahari Radiasi Matahari (W/m 2 ) Gambar 7. Grafik suhu udara rata-rata di dalam dan di luar greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan. Setelah melewati pukul WIB, bayangan mulai muncul kembali hingga sore hari. Setelah bayangan mulai muncul, suhu udara di ketiga titik mulai menurun hingga mencapai minimum dan mendekati suhu udara luar. Tetapi tidak semua suhu udara di ketiga titik mengalami penurunan. Di titik 3 terlihat bahwa suhu udara ada yang tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti sering dibuka tutupnya pintu greenhouse, adanya penghuni dan peralatan yang dapat memacu pergerakan udara dari luar ke dalam greenhouse sehingga suhunya meningkat. Secara keseluruhan, suhu udara di luar greenhouse lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara di dalam greenhouse. Hal ini terjadi karena adanya penghalang berupa bahan penutup atap yang akan berpengaruh terhadap suhu udara di dalam greenhouse. Perbedaan suhu udara di dalam dan di luar greenhouse sekitar 2.2 o C. Suhu udara harian di luar greenhouse 20

33 sebesar 25.3 o C. sedangkan di dalam greenhouse sebesar 25.8 o C pada titik 1, 26.6 o C pada titik 2, dan 27.1 o C pada titik 3. Pada pengamatan di dalam greenhouse dilakukan pengukuran intensitas cahaya di 2 titik yaitu di tengah-tengah greenhouse (titik 2), dan di arah Timur (titik 3). Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap suhu udara di dalam greenhouse. pengaruh tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. Suhu Udara di Dalam Greenhouse ( o C) Waktu (Jam) Suhu Dalam Titik 2 Suhu Dalam Titik 3 Int.Cahaya Titik 2 Int.Cahaya Titik Intensitas Cahaya (fc) Gambar 8. Grafik suhu udara rata-rata dan intensitas cahaya di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa intensitas cahaya mempengaruhi besarnya suhu udara di dalam greenhouse. Suhu udara akan naik dengan meningkatnya nilai intensitas cahaya, dan suhu udara akan turun jika intensitas cahaya berkurang. Namun, pada waktu-waktu tertentu perubahan suhu udara tidak sebanding dengan perubahan intensitas cahaya. Walaupun intensitas cahaya meningkat/menurun cukup drastis, tetapi perubahan suhu udara tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan suhu udara tidak dapat berubah cepat seperti intensitas cahaya, karena ada pengaruh dari pergerakan udara. Terlihat pada titik 3 dari pukul WIB ke pukul WIB, intensitas cahaya meningkat tajam sebesar 1391 fc, tetapi suhu udaranya hanya naik 0.1 o C. Intensitas cahaya maksimum terjadi pada titik 3 pukul WIB 21

34 sebesar 4973 fc dengan suhu udara 34 o C, dan minimum terjadi pada titik 2 pukul WIB sebesar 27 fc dengan suhu udara 24.4 o C. Pada pengamatan di dalam greenhouse dilakukan pula pengukuran terhadap suhu udara di tiga titik yaitu pada suhu atap yang menghadap Utara (kiri), suhu atap yang menghadap Selatan (kanan), serta suhu ruang (titik 2). Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui besarnya suhu udara yang terjadi di tengah-tengah greenhouse pada ke tiga titik tersebut. Besarnya suhu udara yang tercatat pada ketiga titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar Suhu Udara ( o C) Waktu (Jam) Titik 2 Atap Kanan Atap Kiri Gambar 9. Grafik suhu udara rata-rata di dalam dan di atap greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa suhu yang paling tinggi terjadi di bagian atap kiri, kemudian atap kanan, dan suhu yang paling rendah terjadi pada titik 2. Suhu atap kiri bernilai lebih tinggi karena titik pengukurannya berada di dekat titik tengah atap greenhouse, sehingga panas yang diserap lebih tinggi bila dibandingkan dengan titik yang lain. Suhu atap kanan bernilai lebih rendah dari suhu atap kiri, karena titik pengukuran berada lebih jauh dari titik tengah atap greenhouse. Berdasarkan pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa semakin jauh dari titik tengah atap greenhouse, suhu udaranya semakin rendah. Lokasi titik pengukuran pada 22

35 greenhouse dapat dilihat pada Gambar 6. Sedangkan suhu di titik 2 bernilai lebih rendah dibandingkan dengan suhu atap, karena suhu yang masuk terhalangi oleh penutup atap sehingga radiasi matahari yang diteruskan ke dalam ruang nilainya lebih rendah dari radiasi yang diterima oleh atap greenhouse. Selama pengamatan berlangsung, dilakukan pula pencatatan suhu maksimum dan minimum yang terjadi pada ketiga titik tersebut. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Suhu udara maksimum dan minimum di dalam greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan. Titik Pengukuran Titik 2 Atap Kanan Atap Kiri Tmax ( o C) Jam Tmin ( o C) Jam Dari Tabel 1. terlihat bahwa suhu udara maksimum terjadi pada siang hari antara pukul WIB dan suhu minimum terjadi pada pagi atau sore hari. Suhu udara maksimum yang tercatat sebesar 44.9 o C pada atap kiri, dan suhu minimum sebesar 23.7 o C pada titik Kelembaban Relatif Udara Kelembaban relatif udara merupakan perbandingan (rasio) antara tekanan uap aktual yang ada di udara dengan tekanan uap jenuh yang dapat dikandung udara pada suhu tertentu. Semakin tinggi suhu udara maka kelembaban relatif udara akan semakin rendah dan begitu juga sebaliknya. Kelembaban relatif udara merupakan fungsi dari suhu, jika suhu udara bervariasi lebar maka kelembaban relatif juga bervariasi lebar (Handoko, 1995). Nilai kelembaban relatif udara diperoleh berdasarkan data suhu bola kering (Tbk) dan suhu bola basah (Tbb) dengan menggunakan Psychrometric Chart. Titik pengukuran yang dapat diperoleh data kelembabannya yaitu titik 2 (tengah-tengah bangunan). Titik 1 dan titik 3 (arah Barat dan Timur) tidak dapat diperoleh data kelembabannya, karena 23

36 pada titik-titik tersebut pengukuran dilakukan dengan menggunakan termokopel. Sedangkan pada titik 2 selain menggunakan termokopel, suhu udara diukur juga dengan menggunakan termometer. Gambar 10. menunjukkan grafik hubungan antara kelembaban relatif udara rata-rata di dalam dan di luar greenhouse selama pengamatan. Kelembaban Relatif Udara (%) Waktu (Jam) RH Ruang RH Luar Radiasi Matahari Radiasi Matahari (W/m 2 ) Gambar 10. Grafik kelembaban relatif udara rata-rata di dalam dan di luar greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi selama pengamatan. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10. bahwa kelembaban relatif udara di dalam greenhouse bernilai lebih rendah dibandingkan dengan kelembaban relatif udara di luar greenhouse. Besarnya nilai kelembaban relatif udara dipengaruhi oleh suhu udara dan radiasi matahari. Nilai kelembaban relatif udara berbanding terbalik dengan suhu udara dan radiasi matahari. Semakin tinggi suhu udara dan radiasi matahari, maka kelembaban akan semakin rendah. Semakin rendah suhu udara dan radiasi matahari, maka kelembaban akan semakin tinggi. Sama halnya dengan suhu udara, kenaikan atau penurunan kelembaban tidak setara dengan kenaikan atau penurunan radiasi matahari. Jika radiasi matahari kenaikannya besar, maka kelembaban hanya turun sedikit saja begitupun sebaliknya. Perbedaan kelembaban relatif udara di dalam dan di luar greenhouse sekitar 3.3%. Pengamatan kelembaban relatif udara dalam greenhouse 24

KARAKTERISTIK TEMPERATUR DAN ALIRAN LARUTAN NUTRISI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT)

KARAKTERISTIK TEMPERATUR DAN ALIRAN LARUTAN NUTRISI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) KARAKTERISTIK TEMPERATUR DAN ALIRAN LARUTAN NUTRISI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) OLEH : DEWI NURNA WAHYUNININGSIH F14103055 2007 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

POLA ALIRAN TEMPERATUR PADA GEOMETRI BANGUNAN RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN (Green House Tunnel Type ) 1

POLA ALIRAN TEMPERATUR PADA GEOMETRI BANGUNAN RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN (Green House Tunnel Type ) 1 POLA ALIRAN TEMPERATUR PADA GEOMETRI BANGUNAN RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN (Green House Tunnel Type ) 1 Sri Mudiastuti 2, Rizka Avianti Andhika Sari 3 ABSTRAK Penjabaran dengan Surfer 6 dari perhitungan

Lebih terperinci

Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi

Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman. Greenhouse dikembangkan pertama kali dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

Gambar 17. Tampilan Web Field Server IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Greenhouse Sebagai Lingkungan Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Greenhouse Sebagai Lingkungan Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Greenhouse Sebagai Lingkungan Tumbuh Tanaman Faktor lingkungan berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan kualitas prima. Karakteristik gen tertentu suatu tanaman

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL Oleh : DEWI RUBAEATUL ADAWIYAH F14103089 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE

ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE MENGGUNAKAN PRINSIP PINDAH PANAS DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh : MURNIWATY F 14103131

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA

KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA Skripsi KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA ( Euphorbia phulcherrima) DENGAN SISTEM HIDROPONIK DI PT SAUNG MIRWAN BOGOR Oleh: LENI ANDRIANI F14103028 2007 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air. KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.)

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.) PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.) Oleh : Ali Parjito F14103039 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Unsur Cuaca = unsur iklim. Keadaan fisik atmosfir bumi yang dapat diukur.

Unsur Cuaca = unsur iklim. Keadaan fisik atmosfir bumi yang dapat diukur. Unsur Cuaca = unsur iklim. Keadaan fisik atmosfir bumi yang dapat diukur. Biasanya keadaan atmosfer yang dipengaruhi oleh radiasi matahari (sumber utama energi pada sistem iklim) adalah (1) radiasi mthr

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. metabolisme, dan tubuh tanaman itu sendiri. Menurut Foth (1998), untuk

I. PENDAHULUAN. metabolisme, dan tubuh tanaman itu sendiri. Menurut Foth (1998), untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman membutuhkan air dalam proses evapotranspirasi, fotosintesis, aktivitas metabolisme, dan tubuh tanaman itu sendiri. Menurut Foth (1998), untuk menghasilkan 1

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN CAHAYA Faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi Fotosintesis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sudut Datang Radiasi Matahari pada Penutup Atap Greenhouse

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sudut Datang Radiasi Matahari pada Penutup Atap Greenhouse HASIL DAN PEMBAHASAN Sudut Datang Radiasi Matahari pada Penutup Atap Greenhouse Data pengukuran yang digunakan dalam simulasi adalah: tanggal 29 Maret, 30 Maret 2007 dipilih mewakili data cuaca berawan

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDINGINAN SIANG/MALAM LARUTAN NUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT

PENGARUH PENDINGINAN SIANG/MALAM LARUTAN NUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT SKRIPSI PENGARUH PENDINGINAN SIANG/MALAM LARUTAN NUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) PADA BUDIDAYA SECARA NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) Oleh : ELVIANA F14104045 2008

Lebih terperinci

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar STRUKTUR BUMI 1. Skalu 1978 Jika bumi tidak mempunyai atmosfir, maka warna langit adalah A. hitam C. kuning E. putih B. biru D. merah Jawab : A Warna biru langit terjadi karena sinar matahari yang menuju

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER

PENGGUNAAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER SKRIPSI PENGGUNAAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) UNTUK PENGENDALIAN KELEMBABAN UDARA DAN TEMPERATUR LARUTAN NUTRISI PADA BUDIDAYA TANAMAN HIDROPONIK DENGAN SISTEM EBB AND FLOW Oleh : HARIATUN KUSYUNARTI

Lebih terperinci

SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut

SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut OLEH NAMA : ANA MARIYANA BR SINAGA NPM : E1B009024 HARI / TANGGAL : RABU, 03 NOVEMBER 2010 KELOMPOK : IV CO-ASS : GATRA BAYU JAGA NOVA SAMOSIR PENDAHULUAN Suhu

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Rumah Tanaman (Greenhouse)

II. TINJAUAN PUSTAKA Rumah Tanaman (Greenhouse) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Tanaman (Greenhouse) Menurut Nelson (1978) dalam Suhardiyanto (2009) mendefinisikan rumah tanaman sebagai suatu bangunan untuk budidaya tanaman yang memiliki struktur atap

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW Oleh : Ai Rukmini F14101071 2006 DEPATEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERANCANGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembenihan Ikan Pemeliharaan larva atau benih merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan suatu pembenihan ikan. Hal ini disebabkan sifat larva yang merupakan stadia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2007 sampai dengan Mei 2007 di Greenhouse Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, IPB. Bahan dan Alat Greenhouse Greenhouse

Lebih terperinci

SKRIPSI RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING PARAMETER LINGKUNGAN MIKRO PADA RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS INTERNET OLEH ANJAR RINALDI F

SKRIPSI RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING PARAMETER LINGKUNGAN MIKRO PADA RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS INTERNET OLEH ANJAR RINALDI F SKRIPSI RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING PARAMETER LINGKUNGAN MIKRO PADA RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS INTERNET OLEH ANJAR RINALDI F14102131 Anjar Rinaldi. F14102131. Rancang Bangun Sistem Monitoring

Lebih terperinci

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Rumah tanaman yang digunakan terletak di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo Leuwikopo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Tanaman

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Tanaman II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Tanaman Rumah tanaman merupakan suatu tempat tanaman untuk tumbuh dan berkembang dengan kondisi lingkungan mikro yang telah diatur agar mendekati kondisi yang optimum. Khusunya

Lebih terperinci

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2)

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2) KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2) Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034%

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034% Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034% Ozon (O 3 ) mempunyai fungsi melindungi bumi dari radiasi sinar Ultraviolet Ozon sekarang ini

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari DATA METEOROLOGI 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari Umum Data meteorology sangat penting didalam analisa hidrologi pada suatu daerah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Radiasi Matahari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jansen (1995) menyatakan bahwa posisi matahari diperlukan untuk menentukan radaisi surya yang diteruskan melalui kaca dan bahan transparan lain, dimana

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah (Arachis hypogaeal.) Fachruddin (2000), menjelaskan bahwa klasifikasi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1.PANCARAN RADIASI SURYA Meskipun hanya sebagian kecil dari radiasi yang dipancarkan

Lebih terperinci

Kajian 2: 3. ANALISIS RADIASI SURYA DI DALAM RUMAH PLASTIK

Kajian 2: 3. ANALISIS RADIASI SURYA DI DALAM RUMAH PLASTIK Kajian 2: 3. ANALISIS RADIASI SURYA DI DALAM RUMAH PLASTIK Pendahuluan Rumah plastik merupakan salah satu media menjaga agar tanaman terhindar dari kondisi cuaca yang kurang menguntungkan seperti adanya

Lebih terperinci

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C)

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C) Pengaruh Kadar Gas Co 2 Pada Fotosintesis Tumbuhan yang mempunyai klorofil dapat mengalami proses fotosintesis yaitu proses pengubahan energi sinar matahari menjadi energi kimia dengan terbentuknya senyawa

Lebih terperinci

ANALISA TEMPERATUR UDARA DALAM SINGLE SPAN GREENHOUSE, KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN, IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP GANDA (DOUBLE LAYER)

ANALISA TEMPERATUR UDARA DALAM SINGLE SPAN GREENHOUSE, KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN, IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP GANDA (DOUBLE LAYER) ANALISA TEMPERATUR UDARA DALAM SINGLE SPAN GREENHOUSE, KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN, IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP GANDA (DOUBLE LAYER) Oleh BABY APRILIANI F14102098 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus) Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA Waktu: 120 menit. Laju (m/s)

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA Waktu: 120 menit. Laju (m/s) SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA Waktu: 120 menit A. SOAL PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Sebuah mobil bergerak lurus dengan laju ditunjukkan oleh grafik di samping.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980)

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980) PENDEKATAN TEORITIS Radiasi Matahari pada Bidang Horisontal Matahari merupakan sumber energi terbesar. Radiasi matahari yang sampai permukaan bumi ada yang diserap dan dipantulkan kembali. Dua komponen

Lebih terperinci

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L. PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) Husnul Jannah Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram E-mail: nung_okas@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi iklim yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Greenhouse atau yang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi iklim yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Greenhouse atau yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Greenhouse adalah sebuah bangunan yang berkerangka atau dibentuk menggelembung, diselubungi bahan bening atau tembus cahaya yang dapat meneruskan cahaya secara optimum

Lebih terperinci

PENENTUAN ENERGI SPESIFIK PROTOTIPE EVAPORATOR TIPE FALLING FILM PADA PROSES PEMEKATAN LARUTAN GELATIN. Oleh MOHAMAD SUJAI F

PENENTUAN ENERGI SPESIFIK PROTOTIPE EVAPORATOR TIPE FALLING FILM PADA PROSES PEMEKATAN LARUTAN GELATIN. Oleh MOHAMAD SUJAI F PENENTUAN ENERGI SPESIFIK PROTOTIPE EVAPORATOR TIPE FALLING FILM PADA PROSES PEMEKATAN LARUTAN GELATIN Oleh MOHAMAD SUJAI F14103038 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA) HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST. MT. js1 1. Kelembaban Mutlak dan Relatif Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cuaca dan iklim merupakan peubah utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Alasan utama yang melandasi pentingnya mempelajari pengaruh cuaca pada

Lebih terperinci

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Variasi Suhu Udara Harian Bagaimana Suhu Lingkungan Diatur? Data Suhu Udara Suhu Udara dan Rasa Nyaman Pengukuran Suhu Udara Variasi Suhu Udara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PHPT, Muara Angke, Jakarta Utara. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April sampai September 2007. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

2.1. Konsep dan Rancangan Rumah Tanaman

2.1. Konsep dan Rancangan Rumah Tanaman Rumah Tanaman untuk Di kawasan yang beriklim subtropika dengan empat musim, rumah tanaman memiliki peran penting sebagai fasilitas produksi sayuran daun, sayuran buah, dan bunga. Rumah tanaman memungkinkan

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI TELEPON SELULER

SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI TELEPON SELULER SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI TELEPON SELULER Oleh : TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1 BAB I PENDAHULUAN Klimatologi berasal dari bahasa Yunani di mana klima dan logos. Klima berarti kemiringan (slope) yang diarahkan ke lintang tempat, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi definisi klimatologi

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II) HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST. MT 5. Penyebaran Suhu Menurut Ruang dan Waktu A. Penyebaran Suhu Vertikal Pada lapisan troposfer,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah Analisis distribusi suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat kandang tidak diisi sapi (kandang kosong). Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KOLEKTOR SURYA UNTUK RUANG PEMBENIHAN IKAN. Oleh : DIDIK HANANTO F

RANCANG BANGUN KOLEKTOR SURYA UNTUK RUANG PEMBENIHAN IKAN. Oleh : DIDIK HANANTO F RANCANG BANGUN KOLEKTOR SURYA UNTUK RUANG PEMBENIHAN IKAN Oleh : DIDIK HANANTO F 14102018 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Pada awal penanaman sudah memasuki musim penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Unsur-unsur Iklim 1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran - 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Puncak Atmosfer ( 100 km ) Tekanan Udara

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN BAB 3 14 Variasi Suhu Udara Harian Pemanasan Siang Hari Pemanasan permukaan bumi pada pagi hari secara konduksi juga memanaskan udara di atasnya. Semakin siang, terjadi perbedaan suhu yang besar antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrient Film Technique (NFT) Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse

Lebih terperinci

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan selama 3 hari terhitung mulai dari tanggal 4 Juni 2009 sampai dengan 7 Juni 2009. Bertempat disalah satu rumah petani modern dan

Lebih terperinci