Kajian 2: 3. ANALISIS RADIASI SURYA DI DALAM RUMAH PLASTIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian 2: 3. ANALISIS RADIASI SURYA DI DALAM RUMAH PLASTIK"

Transkripsi

1 Kajian 2: 3. ANALISIS RADIASI SURYA DI DALAM RUMAH PLASTIK Pendahuluan Rumah plastik merupakan salah satu media menjaga agar tanaman terhindar dari kondisi cuaca yang kurang menguntungkan seperti adanya salju, angin kencang dan tanaman selalu hangat pada kondisi malam hari (Seeman 1974; Takakura 1989). Pada umum nya permasalahan rumah plastik yang berada didaerah tropis, adalah suhu rumah plastik pada siang hari dapat mencapai lebih besar dari 40 o C (Conellan 2005). Suhu tersebut dapat menyebabkan tanaman menjadi layu. Salah satu cara untuk menghindari suhu ekstrim tersebut mengendalikan radiasi surya yang masuk ke dalam rumah plastik tersebut. Radiasi surya terdiri atas tiga katagori yaitu radiasi surya ultraviolet, cahaya tampak dan inframerah. Pada pertumbuhan tanaman radiasi surya PAR terletak pada daerah cahaya tampak (380 nm 680 nm) dimanfaatkan untuk proses fotosintesa yang berguna untuk pertumbuhan akar, batang, daun dan buah sebagai hasil produksi tanaman tersebut (Ksenzhek et al., 1986; Waaijenberg et al., 2005; Runkle et al., 2005). Radiasi surya ultraviolet (< 380 nm) memiliki energi kimia yang tinggi dan dapat mempengaruhi inti atom yang dilalui nya, sedangkan spektrum inframerah (> 750 nm) memiliki energi panas yang tinggi dan dapat menggetarkan molekul yang dilalui nya (Beiser, 1982). Ketiga jenis radiasi surya tersebut di transmisikan ke dalam rumah plastik, dan radiasi surya yang di transmisi ke dalam rumah plastik tersebut tergantung dari sifat optik plastik yang digunakan. Sifat optik tersebut adalah: transmisivity, reflectivity dan absorptivity. Radiasi surya inframerah terparangkap kedalam rumah plastik dan menyebabkan meningkat nya suhu di dalam rumah plastik tersebut. Peningkatan suhu di dalam rumah plastik dapat dikendalikan dengan menggunakan plastik yang diberi filter UV dan filter inframerah (Tabatabaie et al., 2005).

2 Tabatabaie et al. (2005) melakukan penelitian dengan memfilter IR pada bahan penutup rumah plastik dan berhasil meningkatkan konsentrasi kalsium dan bobot bersih buah tomat sebesar 15 %. Chunnasit et al. (2006) melakukan penelitian untuk menentukan efisiensi energi di dalam rumah plastik dengan menggunakan plastik double film dan mengatur jarak antara plastik. Hemming et al. (2003) selain mendesain sistem ventilasi juga mengembangkan plastik film setebal 0.2 mm yang terdiri atas bahan proteksi UV dan warna yang bertujuan untuk mencapai efek pendinginan di dalam rumah plastik. Sonneveld et al. (2002) mengembangkan plastik polycarbonate yang terdiri atas dua lapisan dengan bentuk permukaan berkelok-kelok setebal 50 mm. Plastik tersebut mentransmisikan radiasi surya sebesar 78.8 % dan meningkatkan energi yang disimpan sebesar 20 %. Waajenberg et al. (2002) melakukan standarisasi, pengukuran dan pengujian sifat optik material penutup rumah plastik. Sifat optik yang diamati adalah: sifat mentransmisi cahaya UV, dan IR, perbedaan co-polimer film dan kecepatan degradasi sifat fisik bahan plastik. Runkle et al. (2005) melakukan percobaan menggunakan bahan plastik yang berlapis yang terdiri atas lapisan yang memantulkan IR dan lapisan yang memantulkan PAR. Perlakuan tersebut menyebabkan perbedaan suhu udara antara di dalam dan luar rumah plastik sebesar 0.8 o C. Kleeman (2002) melakukan percobaan pada tanaman selada, dengan perlakuan memfilter cahaya merah. Hasil menunjukkan perlakuan filter cahaya merah tidak berpengaruh pada hasil produksi tanaman selada, tetapi kosentrasi kalsium lebih tinggi dan pertumbuhan tanaman berisi lebih sedikit chlorophyl dan zat kering. Spektrum radiasi surya diamati dengan dua perlakuan yaitu: 1) penutup rumah plastik menggunakan plastik PE berproteksi UV 6 %, 14 % dan tanpa proteksi UV, 2) lantai rumah plastik ditanami rumput. Pengujian spektrum radiasi surya di dalam rumah plastik dengan eksperimen di lapangan, serta pengujian model spektrum radiasi surya dengan simulasi.

3 Penelitian ini bertujuan untuk: mendapatkan dan mengkaji persamaan fungsi kurva transmisivity bahan plastik dan pola spektrum, serta suhu di dalam rumah plastik dengan kondisi yang terbaik. Waktu dan Tempat Bahan dan Metode Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2005 Juni 2006 di Laboratorium Lapangan TEP Leuwikopo FATETA IPB Darmaga Bogor. Secara geografis tempat penelitian terletak pada 6 o LS dan 107 o BT. Pengukuran transmisivity plastik PE berproteksi UV dilakukan di Sentral Teknologi Polimer Puspitek Serpong. Pengukuran dilakukan dari pukul 8.00 hingga pukul Data Radiasi surya yang diambil yaitu : ultraviolet (220 nm nm), visible (380 nm 680 nm), dan inframerah (680 nm 1000 nm). Pegambilan data untuk plastik PE berproteksi 6 % UV pada tanggal 11 Juni, 13 Juni dan 20 Juni Pengambilan data untuk plastik PE berproteksi 14 % UV pada tanggal 22 Agustus, 28 Agustus, 29 Agustus, dan 30 Agustus Pengambilan data untuk plastik tanpa proteksi UV pada tanggal 26 Oktober dan 31 Oktober Pada tanggal 12 Juni, dan 13 Juni 2006 pengukuran dilakukan dengan menggunakan plastik PE berproteksi UV 6% dan rumah plastik ditanami rumput. Pada tanggal 19 Juni, 20 Juni, dan 27 Juni 2006 pengukuran dilakukan dengan menggunakan plastik PE berproteksi UV 14 % dan rumah plastik ditanami rumput. Bahan dan Alat Bahan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 1) Plastik Poly Ethylene (PE) berproteksi UV 6 % dengan Tinuvin sebagai zat anti UV produksi Ciba Swiss, 2) Plastik Poly Ethylene (PE) berproteksi UV 14 % dengan ACT sebagai zat anti UV produksi Schulman Jerman 14 %, dan 3) Plastik PE tanpa proteksi UV produksi Schulman Jerman. Ketebalan masing masing plastik PE tersebut sebesar 0.3 mm. Peralatan yang dipergunakan untuk pengujian spektrum radiasi surya yang ditransmisi kedalam rumah plastik terdiri atas: 1) integrating actino recorder, Model PH-11M-2 AT, produk SUGA, Jepang, 2) UV-VIS NIR produk Shimadzu Jepang.

4 Metode Penelitian Penelitian meliputi percobaan laboratorium, lapangan dan pemodelan radiasi surya dan suhu udara di dalam rumah plastik. Data hasil pengamatan lapangan digunakan sebagai dasar penurunan parameter, kalibrasi dan pengujian model. Percobaan Laboratorium Pengukuran sifat transmisi (σ) plastik PE berproteksi UV 0 %, 6 %, dan 14 %, dilakukan di Sentra Teknologi Polimer (STP) Puspitek Serpong. Adapun data radiasi surya yang diamati dengan panjang gelombang 200 nm hingga 1000 nm. Percobaan Lapangan Pengukuran Iklim Mikro di sekitar Rumah Plastik Parameter cuaca yang diamati di sekitar rumah plastik meliputi: intesitas radiasi surya, ultraviolet (UV), visible (VIS), inframerah (IR), suhu udara, ke- lembaban, dan kecepatan angin. Pengukuran Iklim Mikro di dalam Rumah Plastik Pengukuran iklim mikro di dalam rumah plastik menggunakan dua perlakuan yakni: a) menggunakan plastik berproteksi UV, dan b) menggunakan jenis lantai tanah dan rumput. Pengukuran iklim mikro di dalam rumah plastik meliputi:1) Radiasi surya UV, VIS, dan IR, 2) Suhu di dalam rumah plastik (T in ), dan 3) kecepatan angin (V in-wind ) di dalam rumah plastik. Pencatatan pengukuran radiasi surya dan suhu di dalam rumah plastik dilakukan setiap satu jam. Pemodelan Radiasi Surya di dalam Rumah Plastik Pada Gambar 3.1 terlihat radiasi surya yang datang terdiri atas intensitas radiasi surya ultraviolet (I out-uv ), intensitas radiasi surya visible (I out-vis ), dan intensitas radiasi surya inframerah (I out-ir ). Pada mulanya besar intensitas radiasi surya ultraviolet, visible, inframerah yang masuk ke dalam rumah plastik (I in-uv, I in-vis, I in-ir ) tersebut masuk dan menembus rumah plastik bergantung dari koefisien transmisivity radiasi surya ultraviolet, visible, dan inframerah (s uv, s vis, s ir ).

5 ? uv,? visible,? ir I tot τ(λ) I tot τ(λ) α f I tot τ(λ) α f I tot τ(λ) α 2 f I tot τ(λ) α 2 f α f I tot τ(λ) α 3 f Lapisan Tanah Pada zo = 20 cm zo = 20 cm Lapisan Tanah Pada z1 = 30 cm z1 = 30 cm Gambar 3.1 Penangkapan radiasi surya di dalam rumah plastik Secara matematis besarnya radiasi surya mula mula yang masuk menembus rumah plastik dapat dihitung sebagai berikut : I I I in uv in vis in ir = I = = I I out -uv out -vis out -ir σ σ τ ir uv vis (3.1) (3.2) (3.3) Radiasi surya tersebut kemudian diserap oleh lantai akan memanaskan lantai tersebut dan memancarkannya ke ruang rumah plastik dalam bentuk gelombang panjang. Radiasi gelombang panjang tersebut, tidak dapat menembus dinding rumah plastik, sehingga dipantulkan menuju lantai, dan dipantulkan kembali oleh lantai. Hal ini berlangsung secara kontinyu, secara matematis radiasi surya yang dipantulkan oleh lantai tersebut membentuk suatu deret ukur dengan rasio albedo lantai rumah plastik (a f ). Secara matematis besarnya total radiasi surya gelombang panjang yang terperangkap di dalam rumah plastik (I in-? ) dapat dihitung sebagai berikut :

6 I τ in -λ λ -ir I in λ = τ = = λ = ir2 γ = ir1 λ -ir ir 2 α (1 + α ir f f 1 I τ ( λ ) dλ ) I (1 - α f tot-out ) tot-out λ = ir2 λ = ir1 ir 2 I tot-out ir 1 - α τ ( λ ) dλ 1 α f f τ λ - ir (3.4)...(3.5) (3.6) keterangan notasi simbol matematik : I in-? : total radiasi surya gelombang panjang terperangkap di dalam rumah plastik. I tot-out : total radiasi surya gelombang panjang yang datang sebelum masuk ke dalam rumah plastik. a f s : albedo lantai rumah plastik. : koefisien transmisivity s?-ir : koefisien transmisivity rata rata panjang gelombang inframerah. d? : diferensial dari panjang gelombang ir 1 : batas bawah sepektrum inframerah i r2 : batas atas spektrum inframerah Model radiasi surya menduga radiasi surya yang ditransmisikan dan terparangkap di dalam rumah plastik. Radiasi surya yang datang menuju rumah plastik terdiri atas: radiasi surya ultraviolet, visible, dan inframerah. Radiasi surya tersebut oleh cover rumah plastik sebagian diserap oleh plastik, sebagian kecil dipantulkan kembali ke angkasa, dan sebagian besar diteruskan ke dalam rumah plastik. Radiasi surya yang diteruskan ke dalam rumah plastik pada mulanya terdiri atas spektrum ultraviolet, visible, dan inframerah, kemudian radiasi surya tersebut, sebagian diserap oleh permukaan lantai, dan dipantulkan kembali menuju cover rumah plastik, serta sebagian kecil diteruskan ke dalam tanah. Radiasi surya yang diserap oleh lantai akan memanaskan lantai tersebut dan memancarkannya ke dalam ruang rumah plastik dalam bentuk gelombang panjang. Radiasi gelombang panjang tersebut tidak dapat menembus dinding

7 rumah plastik, sehingga dipantulkan menuju lantai, dan dipantulkan kembali oleh lantai. Hal ini berlangsung terus menerus, sehingga intensitas radiasi surya total dengan pola deret ukur seperti yang dirumuskan pada persamaan 3.6. Peubah masukan dalam model tersebut adalah peubah cuaca yang terdiri atas intensitas radiasi surya ( I tot-out ), peubah sifat optik bahan plastik yakni koefisien transmisi bahan (τ), peubah bahan lantai rumah plastik yakni albedo dari lantai (α f ) tersebut. Model radiasi surya yang disusun mempunyai resolusi setiap jam. Suhu di dalam rumah plastik akibat radiasi surya gelombang panjang tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.7 sebagai berikut dan persamaan tersebut diselesaikan secara numerik : ρ C H * dt a a in / dt = hi (Tc Tin ) U (Tin Tout ) + hf ( Tss Tin) hv (T - T ) + [(1+ α )/(1-α )]I τ( λ )...(3.7) out keterangan notasi simbol matematik : in? a : massa jenis udara (kg/m 3 ) C a : panas jenis udara (kj/kg o C) H * : tinggi rumah plastik (m) dt in /dt : operator diferensial perubahan suhu di dalam rumah plastik terhadap waktu. h i : koefisien konveksi alami (W/m 2 o C) h v : koefisien ventilasi (W/m 2 o C) T in : suhu di dalam rumah plastik ( o C) T out : suhu di luar rumah plastik ( o C) T ss : suhu permukaan tanah di dalam rumah plastik ( o C) U : koefisien pindah panas dari luar ke dalam akibat dinding rumah plastik (W/m 2 o C) f f λout Hasil dan Pembahasan Analisis Sifat Transmisivity Bahan Plastik Cover Rumah Plastik Pada Gambar 3.2 terlihat kurva sifat transmisivity plastik PE berproteksi UV masing masing: 6 %, 14 %, dan tanpa proteksi UV sebagai pembanding. Analisis kurva transmisivity terdiri atas: radiasi surya UV B (280 nm 320 nm), UV A (320 nm 400 nm), radiasi surya visible (400 nm 750 nm), dan radiasi surya IR (750 nm 1000 nm).

8 Transmisivity ( % ) Panjang Gelombang (nm) UV14 % UV 6 % UV 0 % Gambar 3.2 Kurva karakteristik plastik PE berproteksi UV 0 %, 6 %, dan 14 % Tabel 3.1 Koefisien transmisivity (t) pada plastik PE berproteksi UV jenis plastik t uv t vis t ir t uva t uvb PE UV 0 % PE UV 6 % PE UV 14 % Analisis Radiasi Surya Ultraviolet Pada Plastik PE berproteksi UV Pada Gambar 3.2 dan Tabel 3.1 tersebut menunjukkan plastik PE berproteksi UV 6 % membuang spektrum UV B dibandingkan plastik PE berproteksi UV 14 %. Pada daerah spektrum UV A, penggunaan plastik PE UV 6 % mentransmisi lebih besar dibandingkan terhadap penggunaan plastik PE UV 14 %. Penggunaan plastik PE tanpa proteksi UV mentransmisi spektrum UV A dan UV B dengan nilai terbesar. Spektrum UV tersebut mempunyai energi kimia, daya tembus yang tinggi dan dapat merusak inti atom. Pada plastik PE tanpa proteksi UV, memiliki nilai transmisivity UV A dan UV B terbesar, sehingga menggunakan plastik tersebut akan menghasilkan energi kimia terbesar yang masuk ke dalam rumah plastik tersebut.

9 Persamaan kurva fungsi transmisivity terhadap panjang gelombang spektrum ultraviolet pada masing masing plastik PE tanpa proteksi UV, berproteksi UV 6 % dan berproteksi UV 14 % adalah sebagai berikut :: t (?) 0 % = ? ? 54.7 ; R 2 = 0.98 (3.8) t (?) 6 % = ? ? ; R 2 = 0.97 (3.9) t (?) 14 % = ? ? ; R 2 = 0.99 (3.10) Analisis Radiasi Surya Visible dan InframerahPada Plastik PE berproteksi UV Gambar 3.2 dan Tabel 3.1 menunjukkan penggunaan plastik PE tanpa proteksi UV memiliki koefisien transmisivity (t vis ) dan t vis yang terbesar, sedangkan penggunaan plastik PE berproteksi UV 14 % memiliki t visible terkecil. Spektrum visible radiasi surya tersebut berimpit dengan spektrum Photo- synthetically Aktive Radiation (PAR), spektrum tersebut sangat berguna bagi tanaman untuk proses fotosintesa. Persamaan kurva fungsi transmisivity terhadap panjang gelombang radiasi surya visible dan inframerah pada masing masing plastik PE tanpa proteksi UV, berproteksi UV 6 % dan berproteksi UV 14 % adalah sebagai berikut :: t (?) 0 % = ? ? 54.7 ; R 2 = 0.98 (3.11) t (?) 6 % = ? ? 46.1 ; R 2 = 0.96 (3.12) t (?) 14 % = ? ? 5.5 ; R 2 = 0.99 (3.12) Persamaan fungsi tersebut (3.8) hingga (3.12) akan disubsitusikan ke persamaan pindah panas (4.1) dan (4.2), sehingga dengan bahan plastik yang berbeda akan mempengaruhi pola suhu di dalam sistem rumah plastik tersebut. Berdasarkan persamaan fungsi tersebut, dapat diprediksi radiasi surya UV, PAR, inframerah (IR), dan suhu di dalam rumah plastik (T in ) yang dihasilkan apabila warna dan jenis plastik yang digunakan diubah ubah dengan jenis lain.

10 Swinkels et al. (2000) melakukan perhitungan koefisien transmisivity (t uv, t vis, dan t ir ) menggunakan plastik polyvinyl chloride (PVC) masing masing sebesar 0.159, 0.896, dan Hasil perhitungan tersebut menunjukkan menggunakan plastik PVC koefisien transmisi t vis, dan t ir lebih tinggi terhadap penggunaan plastik polythelene (PE), tetapi t vis lebih rendah dari pada plastik PE. Sonneveld et al. (2002) mengembangkan plastik polycarbonate yang terdiri atas dua lapisan dengan bentuk permukaan berkelok-kelok setebal 50 mm. Plastik tersebut mentransmisikan radiasi surya sebesar 78.8 % dan meningkatkan energi yang disimpan sebesar 20 %. Penggunaan plastik polycarbonate tersebut cocok dipakai pada cover plastik pengering surya karena mampu meningkatkan transmisi radiasi surya, sedangkan pada cover rumah plastik untuk daerah tropik sebaiknya menggunakan plastik berproteksi UV untuk menurunkan spektrum radiasi surya yang di transmisi ke dalam rumah plastik tersebut. Iklim Mikro di sekitar Rumah Plastik Hasil pengukuran lapangan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3 dan Tabel 3.2 diambil saat hari cerah pada tanggal 22 Agustus Pada Tabel 3.2 terlihat bahwa radiasi surya rata rata W/m 2, spektrum radiasi surya UV rata rata 16.6 W/m 2, VIS rata rata W/m 2, IR rata rata W/m 2, suhu udara rata rata C, kecepatan angin rata rata 0.5 m/s dan kelembaban udara rata rata %. Data tersebut menunjukkan pola cuaca dalam kondisi normal radiasi tertinggi pada siang hari pukul 12.00, kemudian semangkin menurun hingga W/m 2 pada pukul Pada hari cerah pola spektrum radiasi surya UV, VIS, dan mengikuti pola radiasi surya global. Hasil tersebut menunjukkan pada hari cerah, rasio spektrum radiasi surya VIS, IR dan UV terhadap radiasi surya global masing masing sebesar 49 %, 48 %, dan 3 %. Suhu maksimal tejadi pada pukul 13.00, sedangkan radiasi surya maksimal pada pukul Hal ini berarti dibutuhkan waktu selama satu jam untuk mentransfer energi radiasi surya untuk memanaskan suhu di sekitar rumah plastik. Kelembaban terendah terjadi pada pukul 15.00, dan pada pukul kelembaban meningkat kembali secara tajam. Hal ini menunjukkan akibat pemanasan udara di sekitar rumah plastik pada pukul hingga pukul 15.00

11 cukup tinggi, sehingga terjadi penguapan cukup besar ke angkasa dan menyebabkan udara di sekitar rumah plastik menjadi kering. Pada sore hari antara pukul , kecepatan angin 1.3 m/s dan radiasi surya 16 W/m 2 menyebabkan suhu disekitar rumah plastik 29.1 o C. Tabel 3.2 Keadaan cuaca pada tanggal 22 Agustus 05 di sekitar rumah plastik Pukul Rad-tot UV-out VIS-out IR-out Tout Vout-Wind RH-out Rata-rata Rad-tot : Radiasi Total yang datang di luar rumah plastik (W/m 2 ) UV-out : Radiasi ultraviolet yang datang diluar rumah plastik (W/m 2 ) IR-out : Radiasi inframerah yang datang diluar rumah plastik (W/m 2 ) Vout-Wind : Kecepatan angin diluar rumah plastik (m/s) RH-out : Kelembaban udara diluar rumah plastik ( % ) Rad_tot,VIS, IR, UV (W/M2) RH (%),Tout (C) Rad_tot VIS* IR* U V * Tout R H Waktu Gambar 3.3 Keadaan cuaca di luar rumah plastik pada tanggal 22 Agustus 2005 Iklim Mikro di dalam Rumah Plastik Tipe hexagonal Hasil pengukuran lapangan menggunakan plastik PE berproteksi UV 14 % seperti ditunjukkan Tabel 3.3. Hasil pada Tabel 3.3 intensitas spektrum radiasi surya UV, VIS, dan IR hasil pengukuran rata rata masing masing sebesar 3.0 W/m 2, W/m 2, dan W/m 2.

12 Koefisien transmisivity radiasi surya UV, VIS, dan IR rata rata masing masing sebesar 18.2 %, 53 %, dan 73 %. Hasil tersebut menunjukkan penggunaan plastik berproteksi UV 14 %, hanya mentransmisi radiasi surya PAR rata rata sebesar 53 % yang berguna untuk proses fotosintesa tanaman. Suhu rata rata di dalam rumah plastik (T in ) sebesar 37.7 o C, suhu maksimal sebesar 44 o C, dan suhu minimal sebesar 26.5 o C. Pada siang hari suhu di dalam rumah plastik tersebut meningkat drastis, akibat spektrum radiasi yang ditranmisi ke dalam rumah plastik cukup besar, kemudian diserap lantai, dan dipantulkan kembali ke dalam ruang dalam bentuk gelombang panjang, Gelombang panjang tersebut terperangkap di dalam rumah plastik, dan apabila tidak ada pertukaran udara dari luar berupa ventilasi, suhu di dalam ruangan tersebut pada siang hari akan meningkat secara drastis. Tabel 3.3 Pola radiasi surya dan suhu di dalam rumah plastik tipe hexagonal menggunakan plastik PE proteksi UV 14 % pada tanggal 22 Agustus 2005 Pukul Radiasi UV OUT VIS OUT IR Out UV in VIS in IR in Tin* Tin** W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 ( o C ) ( o C ) rerata ** Hasil Pengukuran * Hasil simulasi Iklim Mikro di dalam Rumah Plastik Tipe Tunnel Hasil pengukuran lapangan menggunakan plastik PE berproteksi UV 14 % seperti ditunjukkan Tabel 3.4. Hasil pada Tabel 3.4 intensitas radiasi surya UV,

13 VIS, dan IR hasil pengukuran rata rata masing masing sebesar 3.0 W/m 2, W/m 2, dan W/m 2. Suhu rata rata di dalam rumah plastik (T in ) sebesar 36.3 o C, suhu maksimal sebesar 42 o C, dan suhu minimal sebesar 25.5 o C. Hasil tersebut menunjukkan bahwa suhu rata rata di dalam rumah plastik tipe tunnel pada percobaan ini lebih rendah dari pada suhu rata rata di dalam rumah plastik tipe hexagonal. Hal ini disebabkan luas ventilasi pada rumah plastik tipe tunnel lebih besar dari pada ventilasi rumah plastik tipe hexagonal. Ventilasi pada rumah plastik tersebut sangat berpengaruh pada fluks pertukaran antara udara dari luar dan masuk ke dalam rumah plastik tersebut. Pertukaran udara dari luar rumah plastik tersebut, menyebabkan penurunan suhu di dalam rumah plastik. Tabel 3.4 Pola radiasi surya dan suhu di dalam rumah plastik tipe tunnel plastik PE proteksi UV 14 % pada tanggal 22 Agustus 2005 Pukul Radiasi UV VIS IR UV* VIS* IR* Tin* Tin** W/m2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 ( o C ) ( o C ) rerata ** Hasil Pengukuran * Hasil simulasi Validasi Pada Gambar 3.4, dan Gambar 3.5 menunjukkan hasil simulasi dan hasil percobaan, dengan koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0.93 sehingga model yang dibangun dapat dipercaya keakuratannya.

14 Tin hasil pengukuran (C) y = x 50.0 R 2 = Tin hasil simulasi (C) Gambar 3.4 Validasi suhu di dalam rumah plastik tipe hexagonal Suhu hasil pengukuran (C) y = x R 2 = Suhu hasil simulasi (C) Gambar 3.5 validasi suhu di dalam rumah plastik tipe tunnel Simulasi Simulasi diambil saat hari cerah pada tanggal 22 Agustus Adapun variabel input yang digunakan pada simulasi tersebut adalah : Julian day (n), latitude (φ), albedo (a f ), intensitas radiasi surya ultraviolet (I uv ), intensitas radiasi surya visible (I vis ), dan intensitas radiasi surya inframerah (I ir ). Variabel output yang dianalisa pada simulasi tersebut adalah : intensitas radiasi surya ultraviolet di dalam rumah plastik hasil simulasi (I* uv ), intensitas radiasi surya visible di dalam rumah plastik hasil simulasi (I* vis ), intensitas radiasi surya inframerah di dalam rumah plastik hasil simulasi (I* ir ), dan suhu di dalam rumah plastik hasil simulasi (T* in ). Hasil simulasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.5, Tabel 3.6, dan Tabel 3.7. Hasil simulasi tersebut menunjukkan pada plastik PE berproteksi UV 14 % mempunyai intensitas radiasi surya I* uv, I* vis, dan I* ir yang terendah,

15 sedangkan plastik PE tanpa UV (UV 0 %) mempunyai intensitas radiasi surya I* uv, I* vis, dan I* ir yang tertinggi. Hasil simulasi tersebut dapat dijadikan indikator, untuk mencegah suhu di dalam rumah plastik yang tinggi sebaiknya meng- gunakan plastik PE berproteksi UV 14 %. Pada kajian 1 dijelaskan bahwa besarnya koefisien transmisivity radiasi surya I* uv, I* vis, dan I* ir pada plastik berproteksi UV 14 % masing masing adalah 18.1 %, 52.7 %, dan 62.8 %. Hal ini menunjukkan dengan menggunakan plastik PE berproteksi UV 14 %, maka radiasi surya inframerah di dalam rumah plastik memiliki nilai yang terkecil. Tabel 3.5 Pola radiasi surya dan suhu harian pada rumah plastik tipe hexagonal (plastik UV 14 %) tanggal 22 Agustus 2005 Pukul Radiasi UV VIS IR UV* VIS* IR* Tin* W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 ( o C ) Tabel 3.6 Pola radiasi surya dan suhu harian pada rumah plastik tipe hexagonal (plastik UV 6 %) tanggal 22 Agustus 2005 Pukul Radiasi UV VIS IR UV* VIS* IR* Tin* W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 ( o C )

16 Tabel 3.7 Pola radiasi surya dan suhu harian pada rumah plastik tipe hexagonal (plastik UV 0 %) tanggal 22 Agustus 2005 Pukul Radiasi UV VIS IR UV* VIS* IR* Tin* W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 W/m 2 ( o C ) Radiasi Surya Ultraviolet Hasil simulasi radiasi surya ultraviolet, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.6. Pada Gambar 3.6 hasil simulasi menunjukkan pada penggunaan plastik PE UV 6 %, menghasilkan radiasi surya UV di dalam rumah plastik terkecil, sedangkan menggunakan plastik PE UV 0 % (tanpa proteksi UV), menghasilkan radiasi surya UV terbesar UV** (W/M2) UV**(UV 14 %) UV**(UV 6 %) UV** (UV 0 %) Waktu Gambar 3.6 Pola radiasi surya ultraviolet pada beberapa jenis plastik PE berproteksi UV Penggunaan plastik PE UV 6 % menghasilkan radiasi surya terkecil, disebabkan nilai koefisien transmisi pada panjang gelombang 220 nm hingga 400 nm rata-rata sebesar 13.4 % mempunyai nilai terkecil, sedangkan penggunaan

17 plastik tanpa proteksi UV nilai koefisien transmisi sebesar 25.0 % mempunyai nilai terbesar. Radiasi surya UV tersebut bersifat dapat mempengaruhi inti atom benda yang dilalui. Efek radiasi surya UV pada tanaman, dapat merusak inti dan protoplasma tanaman tersebut, sehingga berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan tanaman (Syakur et al. 2003). Radiasi surya UV tersebut setelah sampai di tanah akan diserap tanah dan memanaskan suhu tanah, kemudian dipantulkan ke dalam ruang sambil memancarkan gelombang panjang. Radiasi Surya Visible Hasil simulasi radiasi surya visible (VIS), seperti ditunjukkan pada Gambar 3.7. Pada Gambar 3.7 hasil simulasi menunjukkan pada penggunaan plastik PE UV 0 % (tanpa proteksi UV), menghasilkan radiasi surya VIS di dalam rumah plastik terbesar, sedangkan menggunakan plastik PE 14 %, menghasilkan radiasi surya VIS yang terendah VIS** (W/M2) Waktu VIS**(UV 14 %) VIS**(UV 6 %) VIS** (UV 0 %) Gambar 3.7 Pola radiasi surya visible pada beberapa jenis plastik PE berproteksi UV. Penggunaan plastik PE UV 14 % menghasilkan radiasi surya terkecil, disebabkan nilai koefisien transmisi pada panjang gelombang 400 nm hingga 750 nm rata-rata sebesar 52.7 % mempunyai nilai terkecil, sedangkan penggunaan plastik tanpa proteksi UV nilai koefisien transmisi sebesar 70.4 % mempunyai nilai terbesar. Radiasi surya visible tersebut mempunyai panjang gelombang berkisar antara 400 nm hingga 750 nm, sedangkan spektrum Photosintheticaly Active

18 Radiation (PAR) di dalam radiasi surya visible berkisar antara panjang gelombang 400 nm hingga 680 nm, radiasi surya PAR tersebut berguna untuk fotosintesa tanaman khususnya pada panjang gelombang 680 nm (cahaya merah). Radiasi surya visible tersebut setelah sampai di tanah akan diserap tanah dan memanaskan suhu tanah, kemudian dipantulkan ke dalam ruang sambil memancarkan gelombang panjang. Radiasi Surya Inframerah Hasil simulasi radiasi surya inframerah (IR), seperti ditunjukkan pada Gambar 3.8 Pada Gambar 3.8 hasil simulasi menunjukkan pada penggunaan plastik PE UV 14 %, menghasilkan radiasi surya UV di dalam rumah plastik terkecil, sedangkan menggunakan plastik PE UV 6 %, dan UV 14 % menghasilkan radiasi surya VIS memiliki nilai yang hampir sama. IR** (W/M2) Waktu IR**(UV 14 %) IR**(UV 6 %) IR** (UV 0 %) Gambar 3.8 Pola radiasi surya inframerah pada beberapa jenis plastik PE berproteksi UV Penggunaan plastik PE UV 6 % dan 14 % menghasilkan radiasi surya IR yang ditransmisikan ke dalam rumah plastik memiliki nilai yang hampir sama, hal ini disebabkan koefisien transmisi plastik PE UV 6 % sebesar 74.5 %, dan koefisien transmisi plastik PE UV 14 % sebesar 72.5 % memiliki nilai yang hampir sama.

19 Radiasi surya inframerah (IR) berkisar antara 700 nm hingga 1000 nm, spektrum IR tersebut bersifat dapat menggetarkan atom atom benda yang dilalui nya. Hal ini menyebabkan akan meningkatkan suhu benda yang dilaluinya. Radiasi surya IR tersebut, setelah sampai dipermukaan tanah sebagian kecil diteruskan ke dalam tanah, sebagian besar diserap tanah, dan sebagian dipantulkan kembali menuju cover rumah plastik. Radiasi surya gelombang panjang (IR) yang dipantulkan oleh lantai tersebut tidak dapat menembus dinding rumah plastik, sehingga gelombang panjang tersebut dipantulkan menuju lantai, dan dipantulkan kembali oleh lantai. Hal ini berlangsung terus menerus, sehingga spektrum gelombang panjang (IR) yang terperangkap akan meningkatkan suhu di dalam rumah plastik (T in ). Efek Perlakuan Plastik PE Berproteksi UV terhadap Suhu di dalam RumaPlastikTipe Hexagonal dengan Lantai Tanah Tabel 3.8 Pola suhu harian pada rumah plastik tipe hexagonal menggunakan plastik PE pada tanggal 22 Agustus 2005 Pukul Radiasi PE UV 14 % PE UV 6 % PE UV 0 % W/M2 T in ( o C) T in ( o C) T in ( o C) rata rata Hasil simulasi menggunakan plastik berproteksi UV dengan lantai tanah ditunjukkan pada Tabel 3.8. Hasil tersebut menunjukkan menggunakan plastik PE berproteksi UV 14 % menghasilkan suhu rata-rata di dalam rumah plastik memiliki nilai terendah (37.7 o C). Perbedaan suhu di dalam rumah plastik tipe hexagonal dengan menggunakan plastik PE tanpa proteksi UV terhadap plastik berproteksi UV 14 % sebesar 3 o C (7.4 %). Hal ini disebabkan koefisien transmisi

20 panjang gelombang inframerah yang ditransmisi pada plastik plastik PE tanpa proteksi UV (87.5 %) lebih besar dari pada PE UV 14 % (72.5 %). Suhu di dalam sistem rumah plastik dipengaruhi oleh beberapa parameter fisis. Adapun parameter parameter fisis yang dianalisis pada sistem rumah plastik tersebut adalah: sifat fisis plastik, sifat absorbsi lantai, parameter pindah panas, dan keadaan ventilasi. Hasil simulasi tersebut menganalisis perubahan suhu di dalam sistem rumah plastik, khususnya pada koefisien transmisivity plastik PE sebagai variabel. Hasil perhitungan nilai koefisien transmisivity gelombang panjang rata rata (t?-ir ) adalah sebesar: t?-ir pada plastik PE UV 14 % (0.725), t?-ir pada PE UV 6 % (0.745), dan pada t?-ir PE UV 0 % (0.875). Berdasarkan nilai koefisien transmisivity spektrum radiasi surya gelombang panjang tersebut, penggunaan plastik PE UV 14 % pada penelitian menghasilkan suhu di dalam rumah plastik yang terkecil. Percobaan penggunaan bahan plastik yang berlapis dan menggunakan zat aditif, sehingga dapat meningkatkan pemantulan spektrum radiasi surya inframerah dan spektrum PAR. Perlakuan tersebut menyebabkan perbedaan suhu udara di luar dan suhu di dalam rumah sebesar 0.8 o C (Runkle et al., 2005). Pada percobaan dengan menggunakan plastik PE berproteksi UV 14 %, menggunakan rumput sebagai lantai dengan kemiringan cover rumah plastik, hanya menyebabkan perbedaan suhu di dalam dan diluar rumah plastik sebesar 4.1 o C. Efek Perlakuan Plastik PE Berproteksi UV terhadap Suhu di dalam Rumah PlastikTipe Tunnel dengan Lantai Tanah Hasil simulasi menggunakan plastik berproteksi UV dengan lantai tanah ditunjukkan pada Tabel 3.8. Hasil simulasi pada Tabel 3.8 tersebut menunjukkan penggunaan plastik PE berproteksi UV 14 %, memiliki suhu di dalam rumah plastik terendah. Perbedaan suhu di dalam rumah plastik tipe tunnel dengan menggunakan plastik PE UV 14 % lebih rendah 1.4 o C (3.7 %) terhadap rumah plastik tipe hexagonal. Hal ini menunjukkan bentuk konstruksi rumah plastik sangat berpengaruh pada perpindahan panas di dalam sistem rumah plastik tersebut.

21 Adapun faktor penting yang sangat berpengaruh pada konstruksi rumah plastik selain sifat fisis material dan bentuk geometri, adalah letak dari ventilasi yang memungkinkan terjadi proses pertukaran udara dari luar dan masuk ke dalam rumah plastik berlangsung lancar. Kuantitas ukuran proses pertukaran udara di dalam rumah plastik ditentukan oleh koefisien ventilasi. Pada rumah plastik tipe tunnel koefisien ventilasi adalah sebesar 55 W/m 2 o C, sedangkan pada rumah plastik tipe tunnel adalah sebesar 50 W/m 2. o C. Hal ini menandakan laju pertukaran udara di dalam rumah plastik tipe tunnel lebih cepat terhadap rumah plastik tipe hexagonal, maka suhu udara di dalam rumah plastik tipe tunnel lebih cepat diturunkan. Tabel 3.9 Pola suhu harian pada rumah plastik tipe tunnel (plastik PE ) pada tanggal 22 Agustus 2005 Pukul Radiasi PE UV 14 % PE UV 6 % PE UV 0 % W/m 2 T in ( o C) T in ( o C) T in ( o C) rata rata Efek Perlakuan Plastik PE berproteksi UV dengan Lantai Rumput terhadap Suhu di dalam Rumah Plastik Hasil simulasi menggunakan plastik berproteksi UV dengan lantai rumput seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.10 dan Tabel Hasil simulasi tersebut menunjukkan penggunaan plastik PE berproteksi UV 14 % pada rumah plastik tipe tunnel memiliki suhu dalam rumah plastik terendah. Perbedaan suhu di dalam rumah plastik tipe tunnel menggunakan lantai rumput lebih rendah 1.6 o C (4.4 %) dari pada lantai tanah. Perbedaan suhu di dalam rumah plastik tipe hexagonal menggunakan plastik PE UV 14 % dengan lantai rumput lebih rendah 1.9 o C (5 %).

22 Tabel 3.10 Pola suhu harian pada rumah plastik tipe hexagonal menggunakan plastik PE pada tanggal 22 Agustus 2005 Pukul Radiasi PE UV 14 % PE UV 6 % W/m 2 T in ( o C) T in ( o C) rata rata Tabel 3.11 Pola suhu harian pada rumah plastik tipe tunnel (plastik PE ) pada tanggal 22 Agustus 2005 lantai rumput Pukul Radiasi PE UV 14 % PE UV 6 % W/m 2 T in ( o C) T in ( o C) rata rata Kondisi Terbaik Hasil simulasi seperti yang disajikan pada Tabel 3.12, menujukkan bahwa kondisi suhu di dalam rumah plastik yang terbaik pada rumah plastik tipe tunnel dengan menggunakan bahan plastik berproteksi PE UV 14 % dan menggunakan rumput sebagai lantai, serta kondisi ventilasi saling berhadapan pada bagian atas dan bawah rumah plastik. Kondisi tersebut dinyatakan terbaik pada penelitian ini disebabkan: a) bentuk tunnel mempunyai koefisien konveksi alami lebih kecil dari pada bentuk hexagonal, sehingga proses perpindahan panas yang berlangsung di dalam rumah plastik tipe tunnel lebih cepat dari pada tipe hexagonal, b) koefisien ventilasi tipe

23 tunnel lebih besar dari pada tipe hexagonal, sehingga menyebabkan fluks pertukaran udara lebih besar dari pada tipe hexagonal, 3) penggunaan plastik PE UV 14 % memiliki koefisien transmisi radiasi surya inframerah yang terendah, sehingga suhu di dalam rumah plastik menjadi rendah, 3) penggunaan rumput sebagai alternatif lantai rumah plastik, karena radiasi yang dipantulkan kembali oleh lantai rumah plastik menjadi lebih kecil dari pada penggunaan tanah sebagai lantai rumah plastik. Tabel 3.12 Suhu rata rata di dalam rumah plastik pada kemiringan cover ß = 25 o tipe rumah jenis lantai jenis plastik plastik PE tanpa UV PE UV 6 % PE UV 14 % hexagonal tanah 40.7 o C 38.0 o C 37.7 o C rumput 37.3 o C 35.8 o C tunnel tanah 39.2 o C 37.0 o C 36.3 o C rumput 36.0 o C 34.7 o C

24 Simpulan 1. Fungsi kurva transmisivity pada plastik berproteksi UV 6 %, berproteksi UV 14 %, dan tanpa proteksi UV pada daerah spektrum ultraviolet masing masing adalah : t (?) 6 % = ? ? ; R 2 = 0.97 t (?) 14 % = ? ? ; R 2 = 0.99 t (?) 0 % = ? ? 54.7 ; R 2 = Fungsi kurva transmisivity pada plastik berproteksi UV 6 %, berproteksi UV14 %, dan tanpa proteksi UV pada daerah spektrum visible, dan inframerah masing masing adalah : t (?) 6 % = ? ? 5.5 ; R 2 = 0.96 t (?)!4 % = ? ? 46.1 ; R 2 = 0.99 t (?) 0 % = ? ? 54.7 ; R 2 = Pola radiasi surya ultraviolet, visible, inframerah radiasi surya rata rata pada hari cerah, menggunakan plastik PE berproteksi UV 14 %, pada kedua tipe rumah plastik, masing masing sebesar 3.00, , dan W/m Hasil simulasi menunjukkan penggunaan plastik PE berproteksi UV 14 % dan rumput sebagai lantai pada kedua tipe rumah plastik, serta ventilasi dipasang saling berhadapan pada bagian atas dan bawah rumah plastik akan memberikan suhu di dalam rumah plastik dengan kondisi yang terbaik, dalam upaya menurunkan suhu di dalam rumah plastik. 5. Hasil simulasi menunjukkan pengaruh penggunaan rumput sebagai lantai pada kedua tipe rumah plastik untuk menurunkan suhu di dalam rumah sistem rumah plastik lebih dominan dibandingkan penggunaan plastik PE berproteksi UV 14 %, pada kondisi posisi dan ukuran ventilasi yang sama.

25 Tata Nama Simbol Simbol Keterangan Satuan d? diferensial dari panjang gelombang nm I in-ir I in-uv I in-vis I in-? I out-ir I out-uv I out-vis I tot-out intensitas radiasi surya inframerah yang masuk ke dalam rumah plastik W/m 2 intensitas radiasi surya ultraviolet yang masuk ke dalam rumah plastik W/m 2 intensitas radiasi surya visible yang masuk ke dalam rumah plastik W/m 2 total spektrum radiasi gelombang panjang yang terperangkap di dalam rumah plastik W/m 2 intensitas radiasi surya inframerah di luar rumah plastik W/m 2 intensitas radiasi surya ultraviolet di luar rumah plastik W/m 2 intensitas radiasi surya visible di luar rumah plastik W/m 2 total radiasi surya gelombang panjang yang datang sebelum masuk ke dalam rumah plastik. W/m 2 IR inframerah W/m 2 IR* intensitas radiasi surya IR** IR Out inframerah hasil simulasi W/m 2 intensitas radiasi surya inframerah hasil pengujian lapangan W/m 2 intensitas radiasi surya inframerah yang datang di luar rumah plastik W/m 2 ir 1 batas bawah radiasi surya inframerah nm i r2 batas atas radiasi surya inframerah nm PAR Photosintheticaly Active Radiation W/m 2 PE polyethylene T in suhu di dalam rumah plastik o C UV ultraviolet W/m 2 UV* intensitas radiasi surya ultraviolet UV** hasil simulasi W/m 2 intensitas radiasi surya ultraviolet hasil pengujian lapangan W/m 2

26 Simbol Keterangan Satuan UV OUT intensitas radiasi surya ultraviolet yang datang di luar rumah plastik W/m 2 V in-wind kecepatan angin di dalam rumah plastik m/s VIS visible W/m 2 VIS* intensitas radiasi surya visible VIS** VIS out hasil simulasi W/m 2 intensitas radiasi surya visible hasil pengujian lapangan W/m 2 intensitas radiasi surya visible yang datang di luar rumah plastik W/m 2 a f albedo lantai rumah plastik % s ir s uv s vis s?-ir koefisien transmisivity radiasi surya inframerah % koefisien transmisivity radiasi surya ultraviolet % koefisien transmisivity radiasi surya visible % koefisien transmisivity rata rata spektrum inframerah. %

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

MODEL RADIASI SURYA DAN SUHU UDARA DI DALAM RUMAH PLASTIK YUSHARDI

MODEL RADIASI SURYA DAN SUHU UDARA DI DALAM RUMAH PLASTIK YUSHARDI MODEL RADIASI SURYA DAN SUHU UDARA DI DALAM RUMAH PLASTIK YUSHARDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

MODEL SPEKTRUM RADIASI SURYA DAN SUHU DI DALAM RUMAH PLASTIK. (The Solar Spectrum and Temperature Model in The PlasticHouse)

MODEL SPEKTRUM RADIASI SURYA DAN SUHU DI DALAM RUMAH PLASTIK. (The Solar Spectrum and Temperature Model in The PlasticHouse) J. Agromet Indonesia 20 (1) : 10 22, 2006 MODEL SPEKTRUM RADIASI SURYA DAN SUHU DI DALAM RUMAH PLASTIK (The Solar Spectrum and Temperature Model The PlasticHouse) Yushardi 1, Y. Koesmaryono 2, H.M.H. Btoro

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2007 sampai dengan Mei 2007 di Greenhouse Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, IPB. Bahan dan Alat Greenhouse Greenhouse

Lebih terperinci

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas Pemanasan Bumi Meteorologi Suhu dan Perpindahan Panas Suhu merupakan besaran rata- rata energi kine4k yang dimiliki seluruh molekul dan atom- atom di udara. Udara yang dipanaskan akan memiliki energi kine4k

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980)

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980) PENDEKATAN TEORITIS Radiasi Matahari pada Bidang Horisontal Matahari merupakan sumber energi terbesar. Radiasi matahari yang sampai permukaan bumi ada yang diserap dan dipantulkan kembali. Dua komponen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Radiasi Matahari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jansen (1995) menyatakan bahwa posisi matahari diperlukan untuk menentukan radaisi surya yang diteruskan melalui kaca dan bahan transparan lain, dimana

Lebih terperinci

POLA ALIRAN TEMPERATUR PADA GEOMETRI BANGUNAN RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN (Green House Tunnel Type ) 1

POLA ALIRAN TEMPERATUR PADA GEOMETRI BANGUNAN RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN (Green House Tunnel Type ) 1 POLA ALIRAN TEMPERATUR PADA GEOMETRI BANGUNAN RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN (Green House Tunnel Type ) 1 Sri Mudiastuti 2, Rizka Avianti Andhika Sari 3 ABSTRAK Penjabaran dengan Surfer 6 dari perhitungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sudut Datang Radiasi Matahari pada Penutup Atap Greenhouse

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sudut Datang Radiasi Matahari pada Penutup Atap Greenhouse HASIL DAN PEMBAHASAN Sudut Datang Radiasi Matahari pada Penutup Atap Greenhouse Data pengukuran yang digunakan dalam simulasi adalah: tanggal 29 Maret, 30 Maret 2007 dipilih mewakili data cuaca berawan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006). 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Surya Pengering surya memanfaatkan energi matahari sebagai energi utama dalam proses pengeringan dengan bantuan kolektor surya. Ada tiga klasifikasi utama pengering surya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi

Lebih terperinci

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1.PANCARAN RADIASI SURYA Meskipun hanya sebagian kecil dari radiasi yang dipancarkan

Lebih terperinci

Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi

Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman. Greenhouse dikembangkan pertama kali dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan akibat aktivitas biologis

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Lab. Surya Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

Gambar 17. Tampilan Web Field Server IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perancangan bangunan. Sebuah bangunan seharusnya dapat mengurangi pengaruh iklim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cuaca dan iklim merupakan peubah utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Alasan utama yang melandasi pentingnya mempelajari pengaruh cuaca pada

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2)

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2) KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2) Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Greenhouse Sebagai Lingkungan Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Greenhouse Sebagai Lingkungan Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Greenhouse Sebagai Lingkungan Tumbuh Tanaman Faktor lingkungan berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan kualitas prima. Karakteristik gen tertentu suatu tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah Analisis distribusi suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat kandang tidak diisi sapi (kandang kosong). Karakteristik

Lebih terperinci

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam RADIASI BENDA HITAM Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam Teori Benda Hitam Jika suatu benda disinari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1 BAB I PENDAHULUAN Klimatologi berasal dari bahasa Yunani di mana klima dan logos. Klima berarti kemiringan (slope) yang diarahkan ke lintang tempat, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi definisi klimatologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembenihan Ikan Pemeliharaan larva atau benih merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan suatu pembenihan ikan. Hal ini disebabkan sifat larva yang merupakan stadia

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Oleh : Imam Hambali Pusat Kajian Kemitraan & Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan Pada awal Februari 2007 yang lalu Intergovernmental Panel on Climate

Lebih terperinci

Atmosphere Biosphere Hydrosphere Lithosphere

Atmosphere Biosphere Hydrosphere Lithosphere Atmosphere Biosphere Hydrosphere Lithosphere Atmosfer Troposfer Lapisan ini berada pada level yang paling rendah, campuran gasgasnya adalah yang paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Di lapisan

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrient Film Technique (NFT) Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : X / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik. 3.1 alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif. Pembentukan

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Genap Halaman 1 01. Spektrum gelombang elektromagnetik jika diurutkan dari frekuensi terkecil ke yang paling besar adalah...

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041 LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

Lebih terperinci

Kita awali fenomena geosfer dari yang pertama: Atmosfer

Kita awali fenomena geosfer dari yang pertama: Atmosfer Geosfer merupakan satu istilah yang tidak pernah lepas dari ilmu geografi, karena pada dasarnya geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya gejala-gejala maupun fenomena geosfer berdasarkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR Gerakan Bumi Rotasi, perputaran bumi pada porosnya Menghasilkan perubahan waktu, siang dan malam Revolusi, gerakan bumi mengelilingi matahari Kecepatan 18,5 mil/dt Waktu:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendugaan Parameter Input 4.1.1. Pendugaan Albedo Albedo merupakan rasio antara radiasi gelombang pendek yang dipantulkan dengan radiasi gelombang pendek yang datang. Namun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

Horizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal

Horizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal Temperatur Air Laut Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur potensial. Temperatur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar Pengeringan Dari sejak dahulu pengeringan sudah dikenal sebagai salah satu metode untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI RADIASI MATAHARI NAMA NPM JURUSAN DISUSUN OLEH : Novicia Dewi Maharani : E1D009067 : Agribisnis LABORATORIUM AGROKLIMAT UNIVERSITAS BENGKULU 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

PENGUKURAN SUHU MENGGUNAKAN THERMOMETER INFRA MERAH

PENGUKURAN SUHU MENGGUNAKAN THERMOMETER INFRA MERAH SEMINAR LITERATUR PENGUKURAN SUHU MENGGUNAKAN THERMOMETER INFRA MERAH ZULFA 0503111062 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2009 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR

Lebih terperinci

3. Kinerja Termal Ruang (...lanjutan)

3. Kinerja Termal Ruang (...lanjutan) 3. Kinerja Termal Ruang (...lanjutan) RH rg.dalam berbeda siang&malam hari. RHluar < RHruang (siang hari) Ruang Dalam Kinerja termal SVV>BC To mempengaruhi ΔT Tanaman menurunkan T: adanya transmitasi radiasi

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V RADIASI. q= T 4 T 4

BAB V RADIASI. q= T 4 T 4 BAB V RADIASI Radiasi adalah proses perpindahan panas melalui gelombang elektromagnet atau paket-paket energi (photon) yang dapat merambat sampai jarak yang sangat jauh tanpa memerlukan interaksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Kejadian kebakaran wilayah di Indonesia sudah menjadi peristiwa tahunan, khususnya di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 2013 kebakaran di Pulau Sumatera semakin meningkat

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) Cahaya

Fisika Umum (MA 301) Cahaya Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini (minggu 11) Cahaya Cahaya adalah Gelombang Elektromagnetik Apa itu Gelombang Elektromagnetik!!! Pendahuluan: Persamaan Maxwell Listrik dan magnet awalnya dianggap sebagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011 hingga Agustus 2011 yang berlokasi di kolam petani Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1980-an para peneliti meteorologi meyakini bahwa akan terjadi beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spasial maupun temporal. Kenaikan temperatur

Lebih terperinci

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan. Global Warming Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 C (1.33 ± 0.32 F)

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR KELAS KONTROL LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR PERCOBAAN 1 PERPINDAHAN KALOR SECARA KONVEKSI FAKTA Proses terjadinya angin laut! Angin laut terjadi pada siang hari, proses terjadi angin laut yaitu

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) 1. Pengertian Atmosfer Planet bumi dapat dibagi menjadi 4 bagian : (lithosfer) Bagian padat

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sebaran Tumpahan Minyak Dari Citra Modis Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12 dan 9 dengan resolusi citra resolusi 1km. Composite RGB ini digunakan

Lebih terperinci

A. EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca (green house effect) memegang peranan penting dalam melindungi kelangsungan makhluk hidup di muka bumi.

A. EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca (green house effect) memegang peranan penting dalam melindungi kelangsungan makhluk hidup di muka bumi. A. EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca (green house effect) memegang peranan penting dalam melindungi kelangsungan makhluk hidup di muka bumi. Disebut sebagai pelindung, karena gas karbondioksida, metana dan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2010. Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, pembuatan,

Lebih terperinci

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN Contoh: Bahan bakar minyak digunakan sebagai sumber energi untuk kendaraan bermotor. Proses Pertumbuhan Tanaman : Merupakan kumpulan dari berbagai aktivitas mulai dari

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN Contoh: Bahan bakar minyak digunakan sebagai sumber energi untuk kendaraan bermotor. Proses Pertumbuhan Tanaman : Merupakan kumpulan

Lebih terperinci

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221)

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221) Suhu, Cahaya dan Warna Laut Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221) Suhu Bersama dengan salinitas dan densitas, suhu merupakan sifat air laut yang penting dan mempengaruhi pergerakan masa air di laut

Lebih terperinci

Sunglasses kesehatan mata

Sunglasses kesehatan mata Sunglasses kesehatan mata Sunglasses atau Kacamata Hitam sudah menjadi barang kebutuhan seharihari, terutama di daerah-daerah tropis seperti Indonesia. Entah untuk digunakan saat sedang berjalan di siang

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengeringan Gabah Proses gabah menjadi beras melalui tahapan dimulai dari kegiatan pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan. Setiap tahap kegiatan memerlukan penanganan

Lebih terperinci

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira Udara & Atmosfir Angga Yuhistira Udara Manusia dapat bertahan sampai satu hari tanpa air di daerah gurun yang paling panas, tetapi tanpa udara manusia hanya bertahan beberapa menit saja. Betapa pentingnya

Lebih terperinci