BAB I PENDAHULUAN. a. Tingkat pendidikan yang semakin baik, b. Tingkat penghasilan yang semakin meingkat dari tahun ke tahun,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. a. Tingkat pendidikan yang semakin baik, b. Tingkat penghasilan yang semakin meingkat dari tahun ke tahun,"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah penduduk negara kita berdasarkan hasil sensus di tahun 2010 adalah lebih dari 240 juta jiwa dan dengan jumlah tersebut maka negara kita berada di peringkat 4 negara negara didunia dengan jumlah penduduk terbanyak setelah China, India dan Amerika Serikat. Bagi para pengusaha lokal maupun manca negara, Indonesia merupakan pasar dengan potensi yang sangat besar dan sangat menjanjikan bagi pengembangan usaha yang dimilikinya. Disamping jumlah penduduk yang sangat besar, beberapa faktor yang menjadi alasan atau dasar pertimbangan bagi para pengusaha untuk berinvestasi di negara kita adalah : a. Tingkat pendidikan yang semakin baik, b. Tingkat penghasilan yang semakin meingkat dari tahun ke tahun, c. Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dari tahun ke tahun, d. Kondisi politik dan keamanan yang relatif membaik dari waktu ke waktu, e. Sumber informasi dari seluruh dunia yang semakin terbuka lebar bagi penduduk Indonesia, f. Perubahan gaya hidup yang berakibat bagi perubahan pola belanja penduduk Indonesia, 1

2 2 Didalam Undang-undang No 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, mewajibkan perusahaan asing untuk menunjuk perusahaan perdagangan nasional sebagai penyalur/agen didalam memasarkan hasil produksinya. Sebagai upaya untuk meningkatkan pembangunan di negara kita, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan perekonomian Indonesia dengan melakukan perubahan kebijakan-kebijakan yang ada untuk menjadi lebih luwes sehingga dapat lebih menarik bagi pengusaha lokal maupun asing berinvestasi di negara kita. Salah satu peraturan yang merupakan bentuk nyata dari upaya tersebut adalah Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1988 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1977 Tentang Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing Dalam Bidang Perdagangan Didalam Peraturan Pemerintah tersebut, perusahaan asing mendapatkan kesempatan untuk dapat memasarkan hasil produksi perusahaan tersebut, dengan membentuk penyalur/agen dalam bentuk perusahaan patungan dengan perusahaan nasional. Pemasaran yang dilakukan perusahaan patungan tersebut mencakup pemasaran hingga tingkat penyalur (dealer) sebagai agen. Sedangkan pemasaran pada tingkat pengecer (retailer) tetap hanya dapat dilakukan oleh perusahaan nasional di bidang perdagangan. Meskipun terdapat kemudahan seperti yang tertuang didalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1988, akan tetapi untuk melakukan penggarapan

3 3 (coverage) potensial pasar yang ada di Indonesia bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut : a. Luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sekitar km2, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 124 orang per Km2, b. Konsentrasi penduduk di Pulau Jawa sebesar 58% dan 42% tersebar di kepulauan lainnya, c. Masih terbatasnya sarana infra struktur yang ada sebagai sarana penghubung antara wilayah satu dengan wilayah yang lainnya, d. Tingkat serta kwalitas pendidikan yang belum merata disetiap daerah, e. Perbedaan tingkat ekonomi yang berbeda-beda, f. Perbedaan peraturan disetiap daerah sebagai dampak berlakunya otonomi daerah. Kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan asing atau Multi National Company akan lebih kompleks tentunya, karena disamping kesulitan kesulitan seperti yang disebutkan diatas terdapat kesulitan lain yang harus diantisipasi : a. Rendahnya pemahaman atas perbedaan budaya, kebiasaan serta adat istiadat disetiap daerah, b. Rendahnya pemahaman atas perbedaan karakter setiap penduduk baik sebagai mitra, pelanggan ataupun sebagai pengguna atau konsumen akhir dari suatu produk. c. Birokrasi perijinan serta pengurusan yang relatif berbelit-belit dihampir sebagian besar instansi yang ada,

4 4 d. Dan kesulitan kesulitan lainnya yang mungkin dihadapi oleh perusahaan asing yang ingin melakukan pengembangan usaha di negara kita. Akan tetapi kendala-kendala serta kesulitan-kesulitan yang mungkin ada, tidaklah menyurutkan keinginan para pengusaha untuk berinvestasi dan mengembangkan bisnisnya di negara kita. Salah satu bidang usaha yang memiliki potensi besar di Indonesia adalah dengan menyediakan barang barang yang merupakan kebutuhan sehari hari atau biasa disebut dengan istilah consumer goods bagi penduduk Indonesia. Didalam dunia pemasaran (marketing), terjadinya perubahan atau perbaikan kwalitas serta tingkat pendidikkan maupun pendapatan konsumen akan merubah gaya hidup serta perilaku belanja (Shopping Behaviour) dari konsumen. Didalam kerangka awal, setiap manusia akan menerapkan pemenuhan kebutuhan hidupnya berdasarkan skala prioritas, yaitu : a. Kebutuhannya (Need), b. Keinginannya (Want) c. Harapannya (Expectation). Sebagai contoh adalah pada awalnya seseorang membutuhkan (need) minum, dengan bertumbuhnya kwalitas pendidikan serta pendapatannya, seseorang bukan saja membutuhkan minum akan tetapi menginginkan (want) minuman dengan kwalitas yang lebih baik untuk kesehatan serta mudah dibawa-bawa. Semakin meningkatnya kwalitas pendidikan serta pendapatannya, seorang konsumen bukan hanya membutuhkan dan menginginkan air minum yang berkwalitas akan tetapi

5 5 juga mengharapan (Expectation) memperoleh kemudahan untuk mendapatkan air minum berkwalitas tersebut dimanapun konsumen berada. Menyadari hal tersebut diatas, maka para pengusaha yang akan memasuki pasar Indonesia haruslah memahami serta menentukan terlebih dahulu STP (Segmentasi, Targeting & Positioning) dari setiap jenis produk yang dimilikinya. Hal ini sangat penting karena dapat digunakan untuk menentukan Strategi didalam melakukan penggarapan pasar (Road to Market Strategy) atau sering pula digunakan dengan istilah Strategi Distribusi. Strategi Distribusi menjadi bagian yang sangat penting didalam melakukan penggarapan pasar diwilayah Indonesia, karena disamping luas wilayah serta keterbatasan infra struktur, jumlah Toko (Point Of Sales) yang berada dinegara kita cukup banyak dengan mekanisme berjualan yang berbeda beda sehingga memerlukan mekanisme penggarapan / pelayanan yang berbeda pula. Kesalahan penentuan Strategi Distribusi produk dapat menjadi penyebab gagalnya suatu produk atau jasa untuk dapat diterima oleh konsumen di negara kita. Ada 2 cara yang dapat dilakukan oleh Prinsipal (Pemilik Produk/Jasa) dalam menggarap pasa di Indonesia, yaitu : 1. Penggarapan Langsung (Direct Coverage) 2. Penggarapan Tidak Langsung (In-direct Coverage) Penggarapan Langsung (Direct Coverage) akan dipilih oleh pengusaha dengan mempertimbangkan hal hal sebagai berikut : a. Kemasan produk memiliki nilai jual (harga) yang lebih tinggi dari produk yang akan dijual,

6 6 b. Penggarapan hanya dilakukan terhadap pelanggan pelanggan dengan jumlah tertentu (Jenis Pelanggan Tertentu), c. Volume produk yang akan dipasarkan jumlahnya tidak terlalu banyak, d. Pengiriman produk kepada pelanggan tidak perlu dilakukan secara cepat (waktu pengiriman lebih pendek dari kesepakatan jual beli). Didalam mekanisme ini, akan sulit dilakukan untuk produk produk kebutuhan sehari hari (Consumer Goods) karena karakteristik pengguna/konsumen produk tersebut adalah : a. Cenderung tidak loyal terhadap suatu merk tertentu, b. Cenderung mencoba produk baru, c. Sensitif terhadap harga, d. Kebutuhan produk merupakan kebutuhan saat itu, e. Volume penjualan relatif banyak, f. Pengguna atau konsumen cenderung tidak memiliki persedian produk dirumah masing-masing, Prinsipal cenderung menggunakan konsep kerjasama distrusi dengan pengusaha lokal, karena jika pihak prinsipal akan melakukan distribusi atau penggarapan pasar secara langsung, maka prinsipal harus menghadapi beberapa resiko, yaitu : 1. Investasi yang cukup besar (Gudang, Stock, Kantor, Armada dan sebagainya),

7 7 2. Pengelolaan Sumber Daya Manusia yang cukup banyak dengan segala konsekwensinya, 3. Aktivitas kontrol didalam operasional yang sangat tinggi, 4. Resiko piutang tidak terbayar (bad debt) yang cukup besar, 5. Resiko atas terjadinya kehilangan barang. Didalam melaksanakan strategi distribusi ini, Prinsipal menjalin kerjasama usaha dengan perusahaan baik yang berskala Nasional, Regional ataupun lokal (per daerah) untuk menditribusikan produk produk yang dimilikinya. Beberapa bentuk Kerjasama usaha didalam memasarkan suatu produk yang dilakukan oleh Prinsipal multi nasional ataupun lokal adalah dengan melakukan kerjasama ke-agenan, makelar, ataupun distributor dengan lembaga lembaga perdagangan yang didalam kegiatan usahanya adalah melakukan aktifitas distribusi atau penjualan atas barang ataupun jasa. Didalam dunia perdagangan, distributor memiliki peran yang hampir sama dengan lembaga keagenan yaitu sebagai lembaga yang memiliki fungsi untuk memudahkan dan mendekatkan konsumen atau pengguna terhadap produk yang dimiliki oleh prinsipal. Pemerintah dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPM/Kep/1998 Pasal 1 butir 3 memberikan penjelasan tentang Lembaga Perdagangan adalah suatu instansi/badan yang dapat berbentuk perorangan atau badan usaha, baik sebagai eksportir, importir, pedagang besar, pedagang pengecer, ataupun lembaga lembaga perdagangan lain yang sejenis,

8 8 yang didalam tatanan pemasaran barang dan atau jasa, melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memindahkan barang atau jasa, baik langsung maupun tidak langsung dari produsen sampai ke konsumen. Beberapa perusahaan multi nasional ataupun perusahaan nasional yang berinvestasi di negara kita memilih jenis produk kebutuhan sehari hari bagi masyarakat Indonesia sebagai jenis usaha yang akan dikembangkannya. Pemilihan jenis produk tersebut tentunya tidak lepas dari besarnya potensi yang ada dengan mempertimbangkan jumlah populasi, perbaikan tingkat pendidikan serta, meningkatnya penghasilan penduduk, semakin mudahnya informasi yang didapat yang semuanya itu akan berpengaruh kepada gaya hidup serta pola konsumsi dari masyarakat kita. Beberapa perusahaan multi nasional yang menguasai pasar negara kita adalah : PT Unilever Indonesia, PT Nestle Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia, PT Perfeti Van Melle Indonesia dan masih banyak yang lainnya. Sedangkan beberapa perusahaan nasional yang cukup besar dan menguasai pasar di negara kita adalah : PT Softex Indonesia, PT Mayora, PT Agel Langgeng, PT Kinocare Era Kosmetindo, PT Artha Boga Cemerlang serta beberapa perusahaan besar lainnya. Di dalam melakukan pengembangan usahanya tersebut sebagian besar dari perusahaan perusahaan manufaktur yang ada di negara kita cenderung memilih menggunakan kerjasama distribusi dengan pengusaha lainnya dalam format kerjasama penunjukan sebagai Distributor dalam upaya memastikan keberadaan

9 9 produk di toko yang lebih maksimal. Penunjukan kerjasama distribusi ini, dapat dilakukan dengan penunjukan distributor secara per daerah kerja (Kota, Provinsi ataupun Nasional) ataupun per Channel (Traditional Market, Modern Market atau Institusi seperti Rumah Sakit, Hotel, Pabrik dan sebagainya). Didalam melakukan kerjasama tersebut, diperlukan perjanjian tertulis antara pihak Prinsipal dan Distributor sebagai jaminan dan perlindungan hukum bagi para pihak atas hak dan kewajiban yang timbul dari kerjasama tersebut. Perjanjian kerjasama distribusi antara Prinsipal dan Distributor seharusnya adalah merupakan hubungan hukum yang sejajar, dimana akan timbul hak dan kewajiban bagi masing masing pihak sebagai akibat hukum dari perjanjian yang dibuatnya. Akan tetapi didalam praktek yang terjadi adalah didalam perjanjian antar Prinsipal dan Distributor, pihak prinsipal berada pada posisi yang lebih dominan dimana keadaan ini seringkali kurang menguntungkan bagi pihak distributor diantaranya adalah dalam hal pemutusan perjanjian distributor (distributor termination agreement) secara sepihak oleh prinsipal pada saat perjanjian belum berakhir ataupun perpanjangan atas perjanjian distributor yang tidak dilakukan Definisi distributor sendiri tidak dapat diketemukan didalam kamus hukum negara kita, akan tetapi terdapat pegertian Distributor didalam Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No 21/M-DAG/PER/6/2008 Tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian

10 10 didalam Ketentuan Umum Pasal 1 menyebutkan pengertian Distributor adalah sebagai berikut : Distributor adalah usaha perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum ataupun bukan badan hukum yang ditunjuk oleh produsen berdasarkan Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB) untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penyaluran, dan penjualan Pupuk Bersubsidi dalam partai besar di wilayah tanggung jawabnya untuk dijual kepada Petani dan /atau Kelompok Tani melalui Pengecer yang ditunjuknya Meskipun Keputusan Menteri tersebut terbatas mengenai penyaluran pupuk bersubsidi, akan tetapi pengertian distributor termaksud dapat diterapkan sebagai pergertian distributor secara umum didalam hubungan kerja antara Prinsipal dan Distributor didalam bidang usaha lainnya. Sedangkan menurut Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), pengertian Distributor adalah perusahaan/pihak yang ditunjuk oleh prinsipalnya untuk memasarkan dan menjual barang-barang prinsipalnya dalam wilayah tertentu untuk jangka waktu tertentu, tetapi bukan sebagai kuasa prinsipal. Distributor tidak bertindak untuk dan atas nama prinsipalnya, akan tetapi bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam melakukan kegiatannya sehari hari. Distributor harus membeli barang-barang yang telah diperjanjikan dari prinsipalnya, dan kemudian ia harus menjualnya kepada para pembeli (toko ataupun konsumen) yang berada di dalam wilayah kerja yang telah diperjanjikan oleh prinsipal dan distributor sebelumnya. Segala akibat hukum yang timbul (selain dikarenakan kesalahan yang nyata nyata merupakan tanggung jawab

11 11 prinsipal) atas kegiatan sehari hari dari distributor beserta seluruh teamnya akan menjadi tanggung jawab distributor itu sendiri. Perjanjian distributor tidak diatur secara khusus dalam Kitab Undangundang Hukum Perdata (KUHPerdata), akan tetapi mengingat bahwa distributor dan prinsipal adalah lembaga yang menjalankan usaha dan perusahaan, maka segala bentuk kegiatan dan kerjasamanya harus selalu diawali dengan perjanjian. Pada dasarnya hubungan distributor dengan prinsipal diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Pasal 1457 sampai dengan Pasal 1540 tentang Jual Beli Pada Umumnya. 1 Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang Perikatan / Perjanjian terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III Tentang Perikatan Bab I sampai dengan Bab IV, dapat diberlakukan pula didalam perjanjian antara Prinsipal dan Distributor selama tidak diperjanjikan lain didalam Perjanjian yang dibuat dan disepakati oleh para pihak. Perjanjian Distributor berbeda dengan Perjanjian Keagenan, adapun beberapa perbedaannya adalah : 1. Hubungan Kerja sama a. Agen dalam kegiatannya bertindak untuk dan atas nama dari Prisipal b. Distributor bertindak untuk dan atas nama diri sendiri 1 BPHN Departemen Kehakiman, Laporan Pengkajian Tentang Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan Distribusi, 1992/1993, hlm 19

12 12 2. Penyediaan Barang a. Agen tidak diwajibkan memiliki persediaan barang secara standard, b. Distributor harus menyediakan stock barang dengan kalkulasi yang ditetapkan dalam perjanjian kerjasama 3. Infra Strukture / Sarana Pendukung a. Agen tidak memerlukan sarana pendukung yang terlalu banyak, b. Distributor harus menyediakan sarana pendukung sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh pihak prinsipal 4. Keuntungan a. Agen mendapat keuntungan berdasarkan bonus dari penjualan yang didapatkannya, b. Distributor mendapatkan keuntungan berdasarkan selisih antara harga beli dan harga jual, setelah dipotong dengan biaya biaya operasionalnya. 5. Pembayaran a. Agen tidak menerima pembayaran langsung dari pelanggan, b. Distributor menerima pembayaran langsung dari pelanggan 6. Pengiriman Barang a. Agen biasanya tidak mengirimkan barang secara langsung kepada pelanggan, b. Distributor mengirimkan barang atau produk secara langsung kepada pelanggan

13 13 7. Resiko a. Resiko agen terhadap pembayaran dan kerugian relatif rendah, b. Distributor memiliki resiko bad debt dari pelanggan, dan hal ini tidak mempengaruhi kewajiban bayar dari distributor kepada prinsipal 8. Investasi a. Agen tidak terlalu besar dalam mengeluarkan investasinya, b. Distributor harus menyiapkan investasi yang cukup besar, baik untuk infra struktur maupun untuk keperluan lainnya. Secara yuridis Perjanjian Distributor ini adalah merupakan kontrak dagang atau jual beli beserta segala akibat hukumnya didalam transaksi antara Prinsipal dengan distributor. Kontrak dagang merupakan perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh para pihak pada obyek dagang tertentu berupa barang dan jasa. Kontrak dagang merujuk pada pemikiran akan adanya keuntungan komersial yang diperoleh para pihak, sedang perjanjian dapat berarti perjanjian sosial yang belum tentu menguntungkan para pihak. 2 Perjanjian distributor (Distributor Agreement) antara Prinsipal dan Distributor merupakan suatu instrumen bisnis yang saling mengikat para pihak, dan bentuk perjanjiannya merupakan perjanjian yang tertulis. 2 Etty Susilowati, Tahapan pada Pembuatan Kontrak Bisnis, Pelatihan IKM, 24 Juli 2005

14 14 Pada hakekatnya didalam setiap Perjanjian Kerjasama, dibuat dan dipahami sebagai suatu ketentuan dan persyaratan yang disepakati oleh para pihak yang merupakan hasil dari perundingan, negosiasi dan kesepakatan antar pihak yang membuatnya. Seperti didalam setiap perjanjian lainnya, maka didalam pembuatan Perjanjian Distribusi ini pun diperlukan adanya keseimbangan posisi antar pihak sesuai dengan azas kebebasan berkontrak untuk mencapai tujuannya bila para pihak memiliki bargaining position yang seimbang. 3 Akan tetapi didalam prakteknya, bentuk perjanjian kerjasama distribusi antara prinsipal dan distributor dibuat dalam perjanjian yang berbentuk baku (Standardized Contract) yang format dasarnya beserta kondisi kondisi dibuat sepihak oleh Prinsipal serta pihak distributor tidak mempunyai kesempatan untuk bernegosiasi atau merubah isi perjanjian seperti yang diinginkannya, sehingga secara yuridis maupun secara ekonomi sebenarnya distributor berada pada posisi yang lemah. Peran distributor yang sangat penting didalam memastikan keberhasilan suatu produk serta besarnya resiko yang harus dihadapi oleh distributor, seringkali tidak tercermin dari proses pembuatan kerjasama distribusi maupun dari isi yang terkadung didalam setiap perjanjian kerjasama distribusi tersebut. Dalam kondisi tertentu, sangat dimungkinkan seorang distributor yang baru menanamkan investasi sesuai dengan tuntutan prinsipal, perjanjian 3 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia Seri Hukum Perbankan, 1993, hlm 8

15 15 distributor yang masih berlaku dihentikan sepihak oleh prinsipal dengan alasan yang sering kali tidak berada dibawah kendali distributor secara langsung. Bertitik tolak dari uraian di atas maka Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DISTRIBUTOR ATAS PEMUTUSAN PERJANJIAN KERJA SAMA SECARA SEPIHAK YANG DILAKUKAN OLEH PRINSIPAL B. Perumusan masalah Atas dasar uraian Latar Belakang di atas maka permasalahan yang timbul didalam perjanjian kerjasama distribusi (Distributor Agreement) adalah: Bagaimanakah Perlindungan hukum bagi distributor atas pemutusan kerjasama sepihak berdasarkan kondisi kondisi yang tidak dicantumkan secara jelas didalam perjanjian kerjasama antara Prinsipal dan Distributor atau kondisi yang tidak berada dibawah kendali distributor? C. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperjelas serta mengetahui beberapa hal sebagai berikut : 1. Kekuatan hukum dari perjanjian distributor dengan melihat aturan-aturan hukum yang berlaku saat ini, 2. Keseimbangan hak dan kewajiban dari para pihak,

16 16 3. Mengetahui dasar atau alasan yang digunakan oleh prinsipal didalam melakukan pemutusan perjanjian distributor secara sepihak. 4. Dampak pemutusan hubungan kerjasama sepihak oleh prinsipal terhadap distributor D. Manfaat penelitian Dari hasil penelitian serta penulisan tesis ini, diharapakan akan dapat memberikan gambaran jelas serta memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis, yaitu : 1. Teoritis a. Memberikan sumbangan pemikiran dibidang hukum perjanjian, khususnya didalam perjanjian kerjasama distribusi, b. Sebagai tambahan pengetahuan dan literatur dalam materi hukum perjanjian distribusi bagi akademisi maupun pihak lainnya yang tertarik didalam mempelajari aspek aspek hukum yang timbul dari perjanjian distributor, khususnya untuk distributor barang-barang kebutuhan sehari-hari (Consumer Goods) 2. Praktis Bagi pengusaha ataupun pihak lain yang akan memasuki usaha distribusi, penelitian ini dapat dijadikan acuan atau landasan berpikir dan menentukan sikap sebelum melakukan atau menanda tangani perjanjian kerjasama distribusi.

17 17 E. Keaslian penelitian Berdasarkan penelusuran baik kepustakaan ataupun selama proses pembuatan tesis ini dimana penulis mencari informasi dari nara sumber yang ada, Tesis dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DISTRIBUTOR ATAS PEMUTUSAN PERJANJIAN KERJA SAMA SECARA SEPIHAK YANG DILAKUKAN OLEH PRINSIPAL, belum pernah dilakukan sebelumnya.

DAFTAR LAMPIRAN 1. LAMPIRAN I : KETENTUAN UMUM PEMBUATAN SURAT PERJANJIAN JUAL BELI (SPJB) PUPUK BERSUBSIDI ANTARA PRODUSEN DENGAN DISTRIBUTOR

DAFTAR LAMPIRAN 1. LAMPIRAN I : KETENTUAN UMUM PEMBUATAN SURAT PERJANJIAN JUAL BELI (SPJB) PUPUK BERSUBSIDI ANTARA PRODUSEN DENGAN DISTRIBUTOR 23 LAMPIRAN PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/M-DAG/PER/4/2013 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAFTAR LAMPIRAN 1. LAMPIRAN I : KETENTUAN UMUM PEMBUATAN SURAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggannya akan barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Saluran Distribusi Pada perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung menjual barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, maka Indonesia dapat menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh terhadap semakin banyaknya kebutuhan masyarakat akan barang/ jasa tertentu yang diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengecualian Dari Ketentuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pengecualian Dari Ketentuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang BAB I PENDAHULUAN Keagenan menurut Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No.7 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 50 Huruf D Tentang Pengecualian Dari Ketentuan Undang-undang Nomor 5 Tahun

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI 2.1 Sejarah Industri Barang Konsumsi Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir semuanya dimiliki oleh orangasing meskipun jumlahnya relatif

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) 1.1. Sejarah Industri Barang Konsumsi Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir semuanya dimiliki oleh orangasing meskipun jumlahnya relatif sedikit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran 2.1.1 Pengertian Bauran Pemasaran Dalam menjalankan kegiatan pemasaran, perusahaan mengenal dan menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari tujuh unsur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dibidang teknologi, komputer, dan telekomunikasi mendukung perkembangan teknologi internet. Dengan internet pelaku bisnis tidak lagi mengalami kesulitan dalam

Lebih terperinci

Pedagang Perantara Copyright by dhoni.yusra

Pedagang Perantara Copyright by dhoni.yusra Pedagang Perantara Copyright by dhoni.yusra 1 Pedagang Perantara Tugas Utama Pedagang Perantara adalah menghubungkan produsen dan konsumen. Istilah lain Pedagang perantara adalah Pengusaha dan pembantunya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini hampir seluruh negara di dunia terlibat dalam kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini hampir seluruh negara di dunia terlibat dalam kegiatan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini hampir seluruh negara di dunia terlibat dalam kegiatan ekonomi perdagangan bebas. Nilai tukar mata uang mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Dana atau permodalan merupakan salah satu inti utama

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Dana atau permodalan merupakan salah satu inti utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap kegiatan usaha membutuhkan dana sebagai modal dalam rangka untuk menjalankan usahanya. Dana atau permodalan merupakan salah satu inti utama dari berjalannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi sangat menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi dan berproduksi di Indonesia. Era globalisasi juga

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumah penduduk lebih dari 220 juta, ditambah kunjungan wisatawan manca negara sekitar 5 juta per tahun merupakan pasar yang empuk bagi

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Distribusi Perusahaan Untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, PT. ANUGERAH IDEALESTARI telah menunjuk PT. ANUGERAH CENTRAL AUTOMOTIVE sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian perbedaan tersebut diakomodir dan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Seseorang melakukan kegiatan pemasaran pada saat seseorang ingin memuaskan kebutuhannya. Pemasaran juga merupakan kegiatan yang pasti dilakukan oleh semua

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia di akhir tahun 2005 kembali

BABI PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia di akhir tahun 2005 kembali BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia di akhir tahun 2005 kembali melakukan kebijakan mengurangi subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) sebagai upaya untuk mengurangi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Perusahaan melakukan kegiatan pemasaran pada saat perusahaan ingin memuaskan kebutuhannya melalui sebuah proses transaksi. Pemasaran juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk

Lebih terperinci

Strategi Distribusi A. Pengertian Dan Arti Penting Saluran Distribusi

Strategi Distribusi A. Pengertian Dan Arti Penting Saluran Distribusi Strategi Distribusi A. Pengertian Dan Arti Penting Saluran Distribusi Keputusan mengenai saluran distribusi dalam pemasaran adalah merupakan salah satu keputusan yang paling kritis yang dihadapi manajemen.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perjanjian jual beli sangat banyak macam dan ragamnya, salah satunya adalah perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Pertanian Volume 1 No. 1, Mei 2003 : 90-95

Analisis Kebijakan Pertanian Volume 1 No. 1, Mei 2003 : 90-95 CUPLIKAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70/MPP/Kep/2/2003 Tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Pasal 1 Dalam keputusan ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang pesat. Produsen pembuat Pocari. Sweat yakni PT Amerta Indah Otsuka telah mampu merebut 87% pangsa pasar

I. PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang pesat. Produsen pembuat Pocari. Sweat yakni PT Amerta Indah Otsuka telah mampu merebut 87% pangsa pasar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis produk minuman isotonik dengan merek Pocari Sweat dari tahunketahun mengalami perkembangan yang pesat. Produsen pembuat Pocari Sweat yakni PT Amerta Indah Otsuka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG KEMITRAAN ANTARA PASAR MODERN DAN TOKO MODERN DENGAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan, dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sering diartikan oleh banyak orang sebagai kegiatan atau aktivitas dalam menjual beli barang di pasaran. Sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Manajemen, Pemasaran, dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sering diartikan oleh banyak orang sebagai kegiatan atau aktivitas dalam menjual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak semula setiap orang memerlukan orang lain. Seseorang memerlukan orang lain untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang

Lebih terperinci

BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG KONSINYASI DAN DISTRIBUTOR OUTLET / DISTRO

BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG KONSINYASI DAN DISTRIBUTOR OUTLET / DISTRO BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG KONSINYASI DAN DISTRIBUTOR OUTLET / DISTRO A. Pengertian Konsinyasi Penjualan konsinyasi dalam pengertian sehari-hari dikenal dengan sebutan penjualan dengan cara penitipan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di bidang industri yang pesat dan maju dapat terlihat pada jumlah produk dalam setiap produksi dari sebuah perusahaan atau pabrik. Produk yang telah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Sebagai contoh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Sebagai contoh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai laba perusahaan yang optimal dengan cara memfokuskan kegiatan perusahaannya sesuai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR.. xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK UREA UNTUK SEKTOR PERTANIAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PEMBUATAN SURAT PERJANJIAN JUAL BELI (SPJB) PUPUK BERSUBSIDI ANTARA PRODUSEN DENGAN DISTRIBUTOR

KETENTUAN UMUM PEMBUATAN SURAT PERJANJIAN JUAL BELI (SPJB) PUPUK BERSUBSIDI ANTARA PRODUSEN DENGAN DISTRIBUTOR Lampiran I Peraturan Menteri Perdagangan R.I. KETENTUAN UMUM PEMBUATAN SURAT PERJANJIAN JUAL BELI (SPJB) PUPUK BERSUBSIDI ANTARA PRODUSEN DENGAN DISTRIBUTOR 1. Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB) Pupuk Bersubsidi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Marketing 2.1.1 Barang Konsumsi Barang Konsumsi (consumer goods) adalah produk yang ditujukan untuk pengguna akhir. Dasar klasifikasi barang konsumsi yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul Pengaruh Saluran Distribusi Terhadap Peningkatan Volume Penjualan Produk Pocari Sweat pada

Lebih terperinci

1. RINGKASAN EKSEKUTIF

1. RINGKASAN EKSEKUTIF BAB XIV Menyusun Proposal Bisnis Dalam Menyusun Proposal bisnis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni 1. Menggambar keseluruhan (overview) rencana strategi perusahaan yang akan dijalankan. 2.

Lebih terperinci

Copyright Rani Rumita

Copyright Rani Rumita Strategi Distribusi Topik yang Dibahas Bagaimana sifat saluran pemasaran dan mengapa saluran pemasaran penting? Bagaimana perusahaan saluran berinteraksi dan diatur untuk melakukan pekerjaan saluran? Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan kebutuhan utama atau primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan tidak hanya dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup, tetapi

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan Pemasok Dalam kamus istilah keuangan dan perbankan disebutkan bahwa : Consgnment

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari perkembangan ekonomi internasional, bahkan bukan saja dibidang ekonomi namun di bidang lain seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dari perekonomian yang modern dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat. Salah satu kebutuhan itu adalah tentang kebutuhan akan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN DAN SISTEM AKUNTANSI INTERNASIONAL

MANAJEMEN KEUANGAN DAN SISTEM AKUNTANSI INTERNASIONAL MANAJEMEN KEUANGAN DAN SISTEM AKUNTANSI INTERNASIONAL Dhiani Dyahjatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id - info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERDAGANGAN. SEMINAR RETAIL NASIONAL 2006 (RETAILER DAY & AWARD 2006) JAKARTA, 25 Januari 2007 =========================

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERDAGANGAN. SEMINAR RETAIL NASIONAL 2006 (RETAILER DAY & AWARD 2006) JAKARTA, 25 Januari 2007 ========================= KEYNOTE SPEECH MENTERI PERDAGANGAN SEMINAR RETAIL NASIONAL 2006 (RETAILER DAY & AWARD 2006) JAKARTA, 25 Januari 2007 ========================= Yth. Ketua Umum APRINDO dan jajarannya, Yth. Ketua Komisi

Lebih terperinci

BAB II PT. MARKETAMA INDAH. didirikan pada tahun 1988 di Jakarta dan berbasis di Kawasan Industri, Pulo

BAB II PT. MARKETAMA INDAH. didirikan pada tahun 1988 di Jakarta dan berbasis di Kawasan Industri, Pulo 7 BAB II PT. MARKETAMA INDAH A. Sejarah Ringkas PT. Marketama Indah atau dikenal juga dengan nama Enesis Group merupakan perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1988

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. KESIMPULAN Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling terkait mendukung perlunya integrasi ke hulu agar perusahaan mendapatkan pasokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat kita rasakan, sehingga tampak persaingan tajam dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat kita rasakan, sehingga tampak persaingan tajam dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pesatnya pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi di Indonesia sangat kita rasakan, sehingga tampak persaingan tajam dalam merebut serta menguasai

Lebih terperinci

PENERAPAN KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT DALAM USAHA MENINGKATKAN RENTABILITAS PADA DEALER YAMAHA HARPINDO JAYA PURWODADI

PENERAPAN KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT DALAM USAHA MENINGKATKAN RENTABILITAS PADA DEALER YAMAHA HARPINDO JAYA PURWODADI PENERAPAN KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT DALAM USAHA MENINGKATKAN RENTABILITAS PADA DEALER YAMAHA HARPINDO JAYA PURWODADI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

2016, No. -2- Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indones

2016, No. -2- Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indones No.502, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Distribusi Barang. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/M-DAG/PER/3/2016 TENTANG KETENTUAN UMUM DISTRIBUSI BARANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa salah satu pondasi yang dimiliki Indonesia sehingga membuat krisis global

BAB I PENDAHULUAN. bahwa salah satu pondasi yang dimiliki Indonesia sehingga membuat krisis global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Indonesia jika dibandingkan perkembangan ekonomi dunia masih lebih baik. Krisis ekonomi dunia yang dialami beberapa negara termasuk negara maju

Lebih terperinci

Strategi Promotion (Promosi)

Strategi Promotion (Promosi) Strategi Promotion (Promosi) Definisi Promosi Promosi adalah suatu upaya atau kegiatan perusahaan dalam mempengaruhi konsumen aktual maupun konsumen potensial agar mereka mau melakukan pembelian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika

BAB I PENDAHULUAN. tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan secara garis besar tentang latar belakang pembuatan tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika penulisan tesis ini dilakukan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut Adi (2006:6) adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASINYA

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASINYA BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASINYA 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Kesimpulan Hasil Analisis Di Pasar Umum Berdasarkan analisis 5 parameter di pasar umum secara nasional dapat dikatakan performance dari Mie Sedaap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN.  hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia dalam era globalisasi ini semakin menuntut tiap negara untuk meningkatkan kualitas keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di pisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan para pelaku ekonomi yang secara terus menerus dari waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penjualan barang konsumsi (consumer goods) susu bendera atau yang dikenal dengan nama Frisian Flag saat ini adalah adanya peningkatan yang nyata pada setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era modernisasi saat ini persaingan bisnis baik di pasar domestik maupun pasar internasional sangat ketat. Perusahaan yang ingin berkembang dan bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, perkembangan aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, mereka sebagai tenaga penggerak jalannya organisasi dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, mereka sebagai tenaga penggerak jalannya organisasi dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur penting dalam suatu organisasi, mereka sebagai tenaga penggerak jalannya organisasi dengan tujuan untuk mencapai

Lebih terperinci

A. Pengertian dan Fungsi Umum Pemasaran Kata pemasaran sering dipersepsikan oleh orang sebagai promosi dan periklanan, namun makna dari kata

A. Pengertian dan Fungsi Umum Pemasaran Kata pemasaran sering dipersepsikan oleh orang sebagai promosi dan periklanan, namun makna dari kata A. Pengertian dan Fungsi Umum Pemasaran Kata pemasaran sering dipersepsikan oleh orang sebagai promosi dan periklanan, namun makna dari kata pemasaran sendiri lebih luas dari hanya sekedar promosi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam rangka mencapai tujuan negara Indonesia. Hal ini sejalan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam rangka mencapai tujuan negara Indonesia. Hal ini sejalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era pembangunan yang sedang dan terus akan dilakukan Pemerintah, pembangunan aspek ekonomi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 58 BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Faktor Internal-Eksternal Perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk dalam kegiatannya memiliki beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal yang dapat

Lebih terperinci

oleh perdagangan secara konvensional. 1

oleh perdagangan secara konvensional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan internet menyebabkan terbentuknya sebuah arena baru yang lazim disebut dengan dunia maya. Dalam hal ini setiap individu memiliki hak dan kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia dewasa ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional dan dasawarsa terakhir telah menjadikan pembangunan di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah PT Rajawali Nusindo yang mengelola bidang usaha

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah PT Rajawali Nusindo yang mengelola bidang usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) adalah sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara dengan kepemilikan saham 100% adalah Pemerintah Republik Indonesia yang dikendalikan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan global yang telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Salah satu sektor industri yang terkena dampak krisis global adalah industri manufaktur.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin. Transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemasaran Setiap perusahaan didirikan pasti erat dengan pemasaran. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan laba adalah sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain dengan melakukan berbagai perbaikan dan peningkatan. tujuan negara yaitu mensejahterakan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain dengan melakukan berbagai perbaikan dan peningkatan. tujuan negara yaitu mensejahterakan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globlisasi mendorong peningkatan dalam setiap segi kehidupan masyarakat. Indonesia sebagai negara berkembang

Lebih terperinci

Proposed By : Novel G. Harold PT. Jatim Tiga Manunggal. Distribution

Proposed By : Novel G. Harold PT. Jatim Tiga Manunggal. Distribution Proposed By : Novel G. Harold PT. Jatim Tiga Manunggal Distribution Distribusi atau supply chain management merupakan kegiatan terpadu yang melibatkan organisasi, orang, teknologi, kegiatan, informasi

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK DIANA SIMANJUNTAK / D

TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK DIANA SIMANJUNTAK / D TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK DIANA SIMANJUNTAK / D 101 09 185 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Perjanjian Kredit Bank.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak persaingan dan para pelaku ekonomi akan bergelut didalamnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. banyak persaingan dan para pelaku ekonomi akan bergelut didalamnya tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa sekarang ini, dimana situasi dan kondisi perekonomian semakin banyak persaingan dan para pelaku ekonomi akan bergelut didalamnya tanpa mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperluas pasar produk dari perusahaan di Indonesia dan di sisi lain, perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing.

BAB I PENDAHULUAN. memperluas pasar produk dari perusahaan di Indonesia dan di sisi lain, perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun]

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun] Rencana Bisnis [Nama Perusahaan] [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun] [Alamat Lengkap Perusahaan] No. Telepon [Nomor Telepon] No. Fax [Nomor Fax]

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam keberhasilan usaha. Kualitas layanan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam keberhasilan usaha. Kualitas layanan merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis perbankan merupakan bisnis jasa yang berdasarkan pada azas kepercayaan sehingga masalah kualitas layanan menjadi faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan

Lebih terperinci

Konsep Dasar dan Sejarah Singkat Perdagangan Internasional. Pertemuan ke-1

Konsep Dasar dan Sejarah Singkat Perdagangan Internasional. Pertemuan ke-1 Konsep Dasar dan Sejarah Singkat Perdagangan Internasional Pertemuan ke-1 SEJARAH PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN KONSEP DASAR PERDAGANGAN 1) Urgensi Perdagangan 2) Sejarah singkat perdagangan 3) Hak Kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang dengan pesat. memungkinkan terjadinya persaingan di segala bidang. Semua industri jasa

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang dengan pesat. memungkinkan terjadinya persaingan di segala bidang. Semua industri jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang dengan pesat memungkinkan terjadinya persaingan di segala bidang. Semua industri jasa maupun manufaktur dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis waralaba atau franchise sedang berkembang sangat pesat di Indonesia dan sangat diminati oleh para pengusaha karena prosedur yang mudah, tidak berbelit-belit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha untuk melakukan pembelian, konsumen tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha untuk melakukan pembelian, konsumen tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam usaha untuk melakukan pembelian, konsumen tidak terlepas dari karakteristik produk baik mengenai penampilan, gaya, dan mutu dari produk tersebut. Perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

Kebutuhan. Keinginan. Pasar. Hubungan. Permintaan. Transaksi. Produk. Nilai & Kepuasan. Pertukaran

Kebutuhan. Keinginan. Pasar. Hubungan. Permintaan. Transaksi. Produk. Nilai & Kepuasan. Pertukaran Kebutuhan Pasar Keinginan Hubungan Permintaan Transaksi Produk Pertukaran Nilai & Kepuasan Memaksimumkan konsumsi Memaksimumkan utilitas (kepuasan) konsumsi Memaksimumkan pilihan Memaksimumkan mutu hidup

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bidang usaha namun juga terjadi lintas sektor. Setiap badan usaha harus

BAB I PENDAHULUAN. atau bidang usaha namun juga terjadi lintas sektor. Setiap badan usaha harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Persaingan bisnis tidak saja terjadi antar perusahaan dalam suatu industry atau bidang usaha namun juga terjadi lintas sektor. Setiap badan usaha harus memiliki keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi. Barang dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan zaman kerap kali diikuti dengan beranekaragamnya aktivitasaktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan zaman kerap kali diikuti dengan beranekaragamnya aktivitasaktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan zaman kerap kali diikuti dengan beranekaragamnya aktivitasaktivitas yang dilakukan masyarakat pada berbagai segi kehidupan. Semakin kuatnya jumlah

Lebih terperinci

Bisnis produk minuman isotonik dengan merek "Pocari Sweat" dari tahunketahun

Bisnis produk minuman isotonik dengan merek Pocari Sweat dari tahunketahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis produk minuman isotonik dengan merek "Pocari Sweat" dari tahunketahun mengalami perkembangan yang pesat. Produsen pembuat Pocari Sweat yakni PT Amerta Indah Otsuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. triliun atau naik 68% dibanding tahun sebelumnya. Dari angka rencana

BAB I PENDAHULUAN. triliun atau naik 68% dibanding tahun sebelumnya. Dari angka rencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri tekstil di Indonesia sangat pesat. Menurut data BKPM (2015), rencana investasi yang tercatat dalam jumlah izin prinsip yang diperoleh dari

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI DALAM PIUTANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENTABILITAS DI KOPERASI SERBA USAHA MEKAR SURYA DESA BEJEN KECAMATAN KARANGANYAR SKRIPSI

ANALISIS INVESTASI DALAM PIUTANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENTABILITAS DI KOPERASI SERBA USAHA MEKAR SURYA DESA BEJEN KECAMATAN KARANGANYAR SKRIPSI ANALISIS INVESTASI DALAM PIUTANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENTABILITAS DI KOPERASI SERBA USAHA MEKAR SURYA DESA BEJEN KECAMATAN KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci