EVALUASI TERHADAP KINERJA KEMITRAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DENGAN USAHA KECIL (Kasus: Kota Medan)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI TERHADAP KINERJA KEMITRAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DENGAN USAHA KECIL (Kasus: Kota Medan)"

Transkripsi

1 EVALUASI TERHADAP KINERJA KEMITRAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DENGAN USAHA KECIL (Kasus: Kota Medan) SKRIPSI BILLY AGRIVA SINULINGGA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 ABSTRAK Billy Agriva Sinulingga ( ), dengan judul Evaluasi Terhadap Kinerja Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan Usaha Kecil (Kasus: Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara). Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2009 dan dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi dan Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, Msi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. Mengetahui pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian. 2. Mengevaluasi kinerja kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian. 3. Mengetahui peran kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian. 4. Mengetahui masalah apa saja yang terdapat pada kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian. Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja) yaitu di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dan metode penarikan sampel yang digunakan adalah Stratified Random Sampling yaitu berdasarkan jumlah penjualan Usaha Kecil pertahun, jumlah sampel yang diambil sebanyak 57 Usaha Kecil. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pola kemitraan antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil adalah dana kemitraan yang bersumber dari penyisihan laba PTPN III disalurkan sebagai pinjaman berupa modal kerja untuk membiayai hal-hal yang menyangkut peningkatan produktivitas mitra binaan. 2. Kinerja kemitraan antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil termasuk memiliki kinerja yang tinggi. 3. PT. Perkebunan Nusantara III dan usaha kecil memiliki peran masing-masing dalam kemitraan ini. 4. Terdapat beberapa masalah dalam kemitraan antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil.

3 RIWAYAT HIDUP Billy Agriva Sinulingga, dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 19 Mei Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Bahagia Sinulingga, SE dan Ibu Anita Chairani Br. Sembiring. Jenjang Pendidikan: 1. Tahun 1992 masuk SD Inpres No Rantau Parapat dan tamat pada tahun Tahun 1998 masuk SLTP Negeri 1 Tebing Tinggi dan tamat pada tahun Tahun 2001 masuk SMU Negeri 1 Medan dan tamat pada tahun Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). 5. Bulan Juni - Juli Tahun 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Nagori Purba Dolok Kecamatan Silima Kuta Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. 6. Tahun 2009 melakukan penelitian skripsi di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) USU.

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Evaluasi Terhadap Kinerja Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan Usaha Kecil (Kasus: Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara). Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus yang melimpahkan kasih dan anugerahnya sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingannya pada saat penyusunan usulan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian khususnya dan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada umumnya.

5 6. Kepala Bagian, Kepala Urusan dan seluruh staf dan karyawan yang ada di Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan (KBL) PT. Perkebunan Nusantara III Medan, yang telah memberikan informasi serta dukungan selama penulis mengerjakan skripsi ini. 7. Seluruh pengelola usaha kecil di Kota Medan yang menjadi sampel pada penelitian ini, yang telah memberikan informasi serta dukungan selama penulis mengerjakan skripsi ini. 8. Ayahanda Bahagia Sinulingga, SE dan Ibunda Anita Chairani Br. Sembiring, adik-adik tercinta Beby Andrea dan Frisky Agashi, Nek Bulang Drs. B. Sembiring dan Nek Karo N. Br. Karo, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara. 9. Sahabat-sahabat yang telah membantu penulis selama pengerjaan skripsi ini (Ky, Lilid dan Eci), teman setia di kede kopi (Fajar Ireng dan Jelput), teman satu Dosen Pembimbing (Erdina dan Roma) serta teman-teman Mahasiswa SEP 04 dan juga kepada Lias Karina Br. Ginting yang selalu memberikan semangat dan mendukung penulis dalam doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6 Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan kualitas skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk pembaca, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Desember 2009 Penulis

7 DAFTAR ISI Hal ABSTRAK... DAFTAR RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Identifikasi Masalah... 5 Tujuan Penelitian... 6 Hipotesis Penelitian... 6 Kegunaan Penelitian... 6 TINJAUAN PUSTAKA Kemitraan... 8 Kinerja Evaluasi Landasan Teori Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Metode Penarikan Sampel Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Definisi dan Batasan Operasional... 35

8 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK ANGGOTA SAMPEL Sejarah Perusahaan Keadaan Fisik dan Geografis Struktur Organisasi Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan (KBL) Karakteristik Anggota Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Kemitraan antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan Usaha Kecil di Daerah Penelitian Kinerja Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan Usaha Kecil di Daerah Penelitian Peran Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan Usaha Kecil di Daerah Penelitian Masalah-masalah yang Dihadapi oleh PT. Perkebunan Nusantara III dengan Usaha Kecil dalam Kemitraan dan Upaya-upaya yang Dilakukan Untuk mengatasi Masala-masalah Tersebut KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 DAFTAR TABEL No Judul Halaman 1. Penyebaran Mitra Binaan di Kota Medan Jumlah Sampel Penelitian Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III dengan Usaha Kecil Dilihat dari Jumlah Penjualan Per Tahun Kinerja Kemitraan PTPN III dengan Usaha Kecil Skor Kinerja Kemitraan PTPN III dengan Usaha Kecil Karakteristik Sampel Kemitraan PTPN III dengan Usaha Kecil Penilaian Kinerja Kemitraan PTPN III dengan Usaha Kecil di Daerah Penelitian Penilaian Kinerja Kemitraan Tahun 2008 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Dana Kemitraan dan Mitra Binaan PTPN III Selama 3 Tahun Terakhir... 46

10 DAFTAR GAMBAR No Judul Halaman 1. Siklus Sistem Evaluasi Pengembangan Model Evaluasi Skema Kerangka Pemikiran Struktur Organisasi Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan (KBL)... 39

11 DAFTAR LAMPIRAN No Judul Halaman 1. Karakteristik Sampel Kemitraan PTPN III dengan Usaha Kecil a. Daftar Pertanyaan Mengenai Kinerja Kemitraan antara PTPN III dengan Usaha Kecil b. Jawaban Responden atas Kinerja Kemitraan antara PTPN III dengan Usaha Kecil (Context) c. Jawaban Responden atas Kinerja Kemitraan antara PTPN III dengan Usaha Kecil (Input) d. Jawaban Responden atas Kinerja Kemitraan antara PTPN III dengan Usaha Kecil (Process) e. Jawaban Responden atas Kinerja Kemitraan antara PTPN III dengan Usaha Kecil (Product) a. Tingkat Efektivitas Penyaluran Dana Tahun b. Tingkat Efektivitas Pengembalian Dana Tahun c. Tingkat Efektivitas Penyaluran Dana Tahun d. Tingkat Efektivitas Pengembalian Dana Tahun e. Tingkat Efektivitas Penyaluran Dana Tahun f. Tingkat Efektivitas Pengembalian Dana Tahun

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun terakhir ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi yang ditunjukkan oleh kemajuan fisik yang sangat menakjubkan. Beberapa indikator penting yang mencerminkan keberhasilan pembangunan tersebut antara lain berkurangnya jumlah penduduk miskin secara drastis dan meningkatnya kesejahteraan rakyat. Sebagai ilustrasi makin membaiknya taraf hidup rakyat adalah meningkatnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup serta tingkat pendidikan yang semakin baik (Hafsah, 2000). Dalam pembangunan ekonomi, pola kemitraan merupakan perwujudan cita-cita untuk melaksanakan sistem perekonomian gotong royong yang dibentuk antara mitra yang kuat dari segi permodalan, pasar dan kemampuan teknologinya bersama petani golongan lemah serta miskin yang tidak berpengalaman. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan usaha atas kepentingan bersama. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi dengan pola kemitraan dianggap sebagai usaha yang menguntungkan, terutama ditinjau dari pencapaian tujuan pembangunan nasional jangka panjang (Darmono, 2004). Program kemitraan ini sudah banyak diterapkan oleh perusahaan, salah satunya adalah PT Pos Indonesia. Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara, PT Pos Indonesia berkewajiban menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk melaksanakan program kemitraan. PT Pos Indonesia melaksanakan program

13 kemitraan dengan usaha kecil yang tidak memiliki keterkaitan usaha seperti perdagangan, jasa, dan industri (Saputro, 2008). Bentuk program kemitraan yang dilaksanakan PT Pos Indonesia Provinsi Lampung adalah pinjaman modal umum dengan Pola Inti Plasma. Pengelolaan dana pinjaman modal dalam program kemitraan berasal dari penyisahan laba 2% BUMN tersebut dan dana yang berputar dari pengembalian program kemitraan tahun sebelumnya. Dalam program kemitraan ini, PT Pos Indonesia selaku inti (BUMN Pembina) membina dan mengembangkan usaha kecil sebagai mitra binaan yang menjadi plasmanya melalui pembiayaan berupa pinjaman modal (Saputro, 2008). Begitu juga dengan PT. Perkebunan Nusantara VII yang melaksanakan program kemitraan dengan usaha kecil dari berbagai sektor sebagai mitra binaan. Penelitian ini ditujukan untuk mengukur Efektivitas Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara VII terhadap masing-masing sektor perdagangan, jasa dan industri Tahun 2008 (Fitriana, 2008). Kesimpulan dari kemitraan ini bahwa Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara VII efektif tinggi sebesar 79.35% terhadap mitra binaan sektor perdagangan, efektif tinggi 81.72% terhadap mitra binaan sektor jasa dan efektif tinggi sebesar 84.69% terhadap mitra binaan sektor industri (Fitriana, 2008). Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemitraan dapat membawa dampak positif bagi perkembangan ekonomi di Indonesia, khususnya perkembangan ekonomi pada usaha kecil dan menengah. Strategi pembangunan di negara sedang berkembang masih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi atau growth oriented strategy. Strategi tersebut

14 berpusat pada investasi modal luar negeri yang cukup besar di beberapa sektor seperti industri dan pertambangan, sedangkan pemerintah mengarahkan modalnya pada sektor pedesaan (Dieter Evers dan Sumardi, 1982). Dalam memacu pembangunan saat ini pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada swasta untuk berperan serta di berbagai sektor pembangunan. Peran swasta sangat diharapkan terutama untuk pembangunan di bidang-bidang yang menjadi pemicu untuk menghasilkan devisa, menyerap tenaga kerja, mempercepat pembangunan wilayah dan meningkatkan pendapatan masyarakat (Hafsah, 2000). Di samping swasta pelaku ekonomi lainnya yang diharapkan berperan serta dalam pembangunan adalah Badan Usaha Milik Negara dan usaha kecil/koperasi. Ketiga pelaku ekonomi ini memang diisyaratkan sebagai Tri Tunggal pelaku pembangunan seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Khusus swasta, dari skala ekonominya dikenal skala ekonomi besar, menengah dan kecil. Sesuai dengan UU No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil, kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar. Mayoritas pelaku ekonomi Indonesia adalah pengusaha dengan omset penjualan tahunan jauh di bawah Rp 1 milyar per tahun yang dikenal dengan istilah pengusaha kecil atau small enterprises termasuk juga usaha kecil sekali seperti kaki lima, bakul, warung-warung dan kegiatan usaha rumah tangga yang disebut micro enterprises (Hafsah, 2000). Persaingan bisnis saat ini dirasakan semakin berat, ditambah lagi dengan kehadiran pemain-pemain global yang sangat terasa dampaknya pada usaha kecil

15 di Indonesia. Usaha kecil di sektor perdagangan eceran misalnya semakin terpuruk dengan hadirnya para raksasa ritel internasional. Pengusaha kecil perdagangan eceran perlu bekerja keras bersama-sama dengan pengusaha kecil lainnya dan menjadikannya mitra yang bisa dipercaya, bukannya sebagai pesaing. Ilustrasi di atas hanyalah salah satu contoh kasus dimana kemitraan dianggap perlu sebagai solusi untuk memenangkan persaingan bisnis di salah satu sektor usaha kecil. Ada banyak kasus serupa di sektor usaha kecil lainnya yang bisa diatasi dengan program kemitraan (Harijanto, 2008). Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam memecahkan masalah kesenjangan ini adalah melalui kemitraan usaha antara yang besar dan yang kecil, antara yang kuat dan yang lemah. Melalui kemitraan diharapkan dapat secara cepat bersimbiose mutualistik sehingga kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil dapat teratasi. Di samping itu sekaligus diharapkan dapat mempercepat kemampuan golongan ekonomi lemah, memecahkan masalah pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat (Hafsah, 2000). Kemitraan yang ingin diwujudkan dengan misi utamanya adalah membantu memecahkan masalah ketimpangan dalam kesempatan berusaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah, ketimpangan kota dengan desa. Kemitraan yang dibangun atas landasan saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan fungsi dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut (Hafsah, 2000). Salah satu lembaga yang melaksanakan program kemitraan di Sumatera Utara adalah Bidang Kemitraan dan Bina Lingkungan (KBL) PT.

16 Perkebunan Nusantara III. Sebagaimana yang diamanatkan Pemerintah selaku pemegang saham melalui Kementrian BUMN, selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT. Perkebunan Nusantara III yang bergerak pada core business tanaman perkebunan di wilayah Provinsi Sumatera Utara, juga bertugas sebagai pelaksana program kemitraan dengan usaha kecil. Dengan adanya program kemitraan yang dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara III, usaha kecil yang ada di sekitar wilayah PT. Perkebunan Nusantara III yang ikut ambil bagian dalam program tersebut diharapkan dapat berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti bagimana kinerja kemitraan antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu: Bagaimana pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian? Bagaimana kinerja kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian? Apa peran kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian? Masalah apa saja yang terdapat pada kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian?

17 Tujuan Penelitan Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian, untuk mengevaluasi kinerja kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian, untuk mengetahui peran kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian dan untuk mengetahui masalah apa saja yang terdapat pada kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil di daerah penelitian. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian ini adalah pola kemitraan antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil adalah dana kemitraan yang bersumber dari penyisihan laba PTPN III disalurkan sebagai pinjaman berupa modal kerja untuk membiayai hal-hal yang menyangkut peningkatan produktivitas mitra binaan. Kinerja kemitraan antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil adalah baik. Ada beberapa peran kemitraan antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil. Ada beberapa masalah yang dihadapi antara PT. Perkebunan Nusantara III dan usaha kecil dalam bermitra. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan untuk pengembangan

18 kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

19 TINJAUAN PUSTAKA Kemitraan Dalam UU tentang Usaha Kecil Nomor 9 Tahun 1995, konsep kemitraan dirumuskan dalam pasal 26 sebagai berikut: 1. Usaha menengah dan usaha besar melaksanakan hubungan kemitraan dengan usaha kecil, baik yang memiliki maupun yang tidak memiliki keterkaitan usaha. 2. Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diupayakan ke arah terwujudnya keterkaitan usaha. 3. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi. 4. Dalam melaksanakan hubungan ke dua belah pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara (Anoraga dan Sudantoko, 2002). Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan mengevaluasi sampai target sasaran tercapai. Proses ini harus benar-benar dicermati sejak awal sehingga permasalahan yang timbul dapat diketahui baik besarnya permasalahan maupun langkah-langkah yang perlu diambil. Disamping itu perubahan peluang dan pangsa pasar yang timbul dapat segera diantisipasi sehingga target yang ingin dicapai tidak mengalami perubahan. Rangkaian urutan

20 proses pengembangan kemitraan merupakan suatu urutan tangga yang ditapaki secara beraturan dan bertahap untuk mendapatkan hasil yang optimal (Hafsah, 2000). Komitment perusahaan terhadap masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dari kegiatan perusahaan. Membangun masyarakat yang sehat dan kinerja yang tinggi merupakan tujuan setiap perusahaan, sehingga perusahaan akan terus berupaya mencapai pengakuan, termasuk dalam kepedulian masyarakat. Indonesia adalah salah satu negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya, termasuk sumber daya alam yang berdampingan bahkan milik langsung dari masyarakatnya. Dengan demikian, banyak perusahaan beroperasi pada lahan yang bersentuhan langsung dengan kehidupan hajat hidup orang banyak. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan akan dengan mudah memberikan kemampuan tanggung-jawab sosialnya kepada masyarakat, namun dilain sisi, perusahaan juga bisa saja mengalami dilema dalam melakukan kegiatan sosial ini akibat banyaknya permintaan dan motivasi tertentu dari masyarakat itu sendiri (Informasi Training, 2009). Untuk mencapai keberlangsungan, lahirlah konsep yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Dimana CSR merupakan suatu konsep terintegrasi yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan selaras agar perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteraan stakeholders, serta dapat mencapai profit yang maksimum yang dapat meningkatkan harga saham (Tresnawati, 2008). Coorporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 UU Perseroan

21 Terbatas (UUPT). Dengan adanya UU ini, maka perusahaan, industri atau korporasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya atau dengan kata lain, sebuah korporasi juga dituntut untuk memperhatikan aspek sosial, dan lingkungan selain daripada aspek keuangannya. Namun demikian, CSR belum seluruhnya dilakukan oleh setiap korporasi, oleh karena CSR dianggap tidak mampu memberikan dampak keuntungan keuangan dalam jangka pendek dan mungkin juga karena ketidak-tahuan dalam mengelolah CSR dengan baik. Coorporate Social Responsibility (CSR) adalah merupakan tanggung jawab sosial perusahaan dimana terdapat keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan (Informasi Training, 2009). Perkembangan dalam dunia bisnis secara global telah diikuti oleh peningkatan kesadaran publik akan tanggungjawab perusahaan, terutama dalam 40 tahun terakhir. Indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di dalam dunia bisnis adalah profit dan pertumbuhan. Kini perusahaan tidak hanya bertujuan mencapai profit dan pertumbuhan, tetapi juga keberlangsungan dimana untuk mencapainya, perusahaan dituntut untuk menunjukkan rasa tanggungjawab dan kepedulian terhadap isu-isu sosial baik di dalam perusahaan maupun yang berkembang di dalam masyarakat (Tresnawati, 2008). Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III memiliki fungsi utama melaksanakan fungsi manajemen dalam pemanfaatan dana kemitraan dan bina lingkungan, sehingga terwujud misi perusahaan sebagai perwujudan Coorporate Social Responsibility di lingkungan Wilayah Usaha Perusahaan.

22 Adapun yang menjadi tugas Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan adalah: 1. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan untuk diusulkan ke Meneg BUMN. 2. Menyusun Strategic Planning (SP) dan Rencana Jangka Panjang (RJP) di Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan. 3. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Biaya Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan. 4. Menjalin dan membina hubungan baik dengan stake holder dan instansi terkait. 5. Melaksanakan Evaluasi Kinerja Bidang Kemitraan dan Bina Lingkungan. 6. Melaksanakan Sistem Manajemen PT. Perkebunan Nusantara III (SM-PN3). 7. Melaksanakan Sistem Penilaian Karya (SPK). 8. Menyampaikan Laporan Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang meliputi laporan berkala, baik triwulan, semester, dan tahunan kepada Menteri terkait maupun Koordinator BUMN Pembina.

23 Manfaat kemitraan bagi PTPN III: 1. Mengangkat pamor dan kredibilitas perusahaan (PTPN III). 2. Salah satu upaya dalam membentuk hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar (masyarakat tidak lagi meminta sumbangan atau menjarah hasil produksi dan properti milik PTPN III). 3. Adanya kepuasan secara sosial karena dapat membantu masyarakat. Manfaat kemitraan bagi Usaha Kecil: 1. Meningkatkan volume produksi. 2. Meningkatkan pendapatan. 3. Mengembangkan Usaha Kecil. 4. Membuka lapangan pekerjaan. 5. Menjadi mandiri. Kinerja Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu lembaga atau perusahaan dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.

24 Peranan manajemen indikator kinerja antara lain: 1. Sebagai alat untuk memastikan pemahaman para pelaksana terhadap ukuran yang digunakan untuk mencapai kinerja. 2. Sebagai sarana untuk memonitor sejauhmana upaya yang telah dilakukan mendekati pencapaian kinerja yang telah direncanakan. Oleh karena itu, jika terdapat tanda-tanda deviasi dari kinerja yang direncanakan, maka dapat dilakukan upaya penyesuaian/ penyempurnaan terhadap langkah pelaksanaan kegiatan. 3. Sebagai sarana untuk mengevaluasi pencapaian kinerja dengan membandingkannya dengan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian dapat dilakukan upaya perbaikan-perbaikan. 4. Sebagai alat untuk memberikan penghargaan ataupun hukuman yang objektif bagi para pelaksananya. 5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi. 6. Menjadi alat untuk memperbaiki kualitas pelayanan kepada masyarakat. 7. Menjadi alat untuk membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. 8. Menjadi alat untuk memastikan pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif (Litbang Kabupaten, 2009).

25 Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik dalam tahap perancanaan, tahap pelaksanaan maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi (Mahsun, 2006). Menurut inspektorat kinerja kelembagaan terdapat tiga jenis penilaian kinerja kelembagaan yaitu: Penilaian kinerja tentang pelaksanaan manajemen tugas pokok dan fungsi unit kerja atau kelembagaan yang dalam hal ini diimplementasikan untuk melihat kinerja struktur. Penilaian kinerja terhadap pelaksanaan program atau kegiatan oleh unit kerja atau kelembagaan, meliputi penilaian terhadap hasil kajian isu strategis dan penilaian terhadap hasil kajian prakarsa strategis dalam hal ini untuk melihat pelaksanaan program kelembagaan. Penilaian kinerja terhadap pelaksanaan fungsi kelembagaan untuk melihat peran kelembagaan secara nyata (BAPPENAS, 2007). Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasiinformasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan (Lababa, 2008).

26 Menurut Worthen dan Sanders evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula (Lababa, 2008). Evaluasi terhadap rencana pengembangan usaha penting dilakukan agar dapat dideteksi secara dini persoalan yang timbul dalam pengelolaan usaha. Hal ini penting dilakukan agar rencana yang tidak bisa dilaksanakan dapat segera diperbaiki dan sekaligus memperkirakan masalah apa yang mungkin akan muncul untuk diambil tindakan pencegahan. Sebuah usaha yang dirintis dari bentuk usaha yang kecil jika di masa datang dapat dikembangkan menjadi besar, biasanya akan memiliki tingkat penyesuaian yang sangat tinggi terhadap berbagai perubahan yang terjadi yang berpengaruh terhadap dunia usaha (Anoraga dan Sudantoko, 2002). Sebagai suatu sub sistem, proses evaluasi dalam pelaksanaan program merupakan suatu siklus yang berkesinambungan yang dapat memberikan masukan sebagai alternatif pengambilan kebijakan pada penyusunan perencanaan tahun berikutnya. Secara mikro, evaluasi dapat digunakan untuk menilai pelaksanaan program, apakah proses pembangunan telah berjalan sesuai dengan rencana (visi dan misi), apakah desain tersebut didasarkan pada masalah-masalah yang ada di lapangan secara nyata, dan apakah pemecahan masalah tersebut dapat dijadikan

27 sebagai bahan pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan program pembangunan. Dalam pembuatan sebuah program perlu diperhatikan dan dievaluasi setiap tahapan program tersebut, mulai dari perencanaan program yang bertujuan untuk mengetahui apakah program tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan, tahap pelaksanaan program dan penerapan strategi yang digunakan untuk pengembangan program tersebut serta mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai hingga pada tahap pembuatan rencana program selanjutnya. Siklus proses evaluasi dapat diterapkan dalam kerangka sistem seperti berikut: Pelaksanaan Program Membuat Rencana Baru Desain Strategi Program Identifikasi Tujuan Gambar 1. Siklus Sistem Evaluasi Pengembangan

28 Menurut Stephen Isaac dan Willian B. Michael seperti yang dikutip oleh Lababa (2008), model-model evaluasi dapat dikelompokan menjadi enam yaitu: 1. Goal Oriented Evaluation Dalam model ini, seorang evaluator secara terus menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian yang terus-menerus ini menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program serta efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah program. Salah satu model yang bisa mewakili model ini adalah discrepancy model yang dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang adanya kesenjangan (Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai. 2. Decision Oriented Evaluation Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product. 3. Transactional Evaluation Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program tersebut.

29 4. Evaluation Research Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari solusisolusi terkait dengan strategi instruksional. 5. Goal Free Evaluation Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini yakni Goal Free Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model Goal Oriented Evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi selama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif. 6. Adversary Evaluation Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum. Dalam prakteknya, model adversary terdiri atas empat tahapan yaitu: 1. Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan. 2. Mengurangi jumlah isu yang dapat diukur. 3. Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen. 4. Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan argument-argumen dan bukti sebelum mengambil keputusan.

30 Salah satu contoh Model Evaluasi Decision Oriented Evaluation adalah Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Model ini melihat kepada empat dimensi yaitu dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses, dan dimensi Produk. Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses, dan produk (Isaac and Michael, 1981). Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (reality) dengan kondisi yang diharapkan (ideality). Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan on going. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang (Isaac and Michael, 1981).

31 Evaluasi input meliputi analisis personal yang behubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumbersumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan efisien (Isaac and Michael, 1981). Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur baik tatalaksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitior perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tindak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses seperti yang dikemukakan oleh Worthen and Sanders, yaitu: 1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan. 2. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan.

32 3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi dilaksanakan (Isaac and Michael, 1981). Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement outcomes dalam hubungannya dengan konteks, input, dan proses, kemudian diinterpretasikan harga dan jasa yang diberikan. Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan menyusun penafsiran secara rasional (Isaac and Michael, 1981). Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai berupa skor tes, prosentase, data observasi, diagram data, sosiometri dll, yang dapat ditelusuri kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu (Isaac and Michael, 1981). Keputusan-keputusan yang diambil dari penilaian implementasi pada setiap tahapan evaluasi program diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu rendah, moderat dan tinggi. Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu:

33 1. Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan program. 2. Evaluasi masukan (input) untuk keputusan strukturisasi yaitu menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud. 3. Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan. 4. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan. (Isaac and Michael, 1981). Tujuan

34 Indikator Input Proses Produk Efisiensi Produktivitas Gambar 2. Model Evaluasi Untuk mengukur keberhasilan program yang tercermin dari pencapaian tujuan, terlebih dahulu dirumuskan indikator kinerja yang benar-benar terukur. Penilaian produktivitas dapat dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan kegiatan (proses) dengan hasil yang dicapai (output). Apakah output yang dihasilkan oleh program tersebut mencapai tujuan seperti yang dijabarkan dalam tolak ukur, jika benar, maka program tersebut dapat dikatakan memiliki efektifitas yang tinggi. Landasan Teori

35 Jumlah perusahaan yang menjadi wajib retribusi di Kotamadya Medan pada tahun 2008 adalah sebesar perusahaan. Jenis usaha yang memperoleh izin usaha perdagangan dari Disperindag Kota Medan didominasi perusahaan pemasok ataupun pengadaan barang sebanyak perusahaan. Sementara perusahaan pengecer termasuk Usaha Kecil Menengah (UKM) sebanyak perusahaan. Dari jumlah tersebut unit di antaranya berbentuk CV, unit berbentuk PT, dan 76 unit berbentuk koperasi, serta sisanya terdiri dari firma, dan perorangan. Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil. Usaha kecil ini selain memiliki arti strategis bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai (Anoraga dan Sudantoko, 2002). Berbagai usaha kecil yang terdapat di Indonesia dapat digolongkan menurut bentuk-bentuk, jenis serta kegiatan yang dilakukannya. Penggolongan menurut bentuk berdasarkan pada pola kepemimpinan dan pertanggungjawabannya. Penggolongan menurut jenis berdasarkan pada jenis produk atau jasa yang dihasilkan serta aktivitas yang dilakukannya (Subanar, 1990). Filosofi hakiki dari kemitraan adalah kebersamaan dan pemerataan. Melalui kemitraan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil dapat meningkatkan produktifitas, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan keuntungan, sama-sama menanggung risiko, menjamin pasokan bahan baku, menjamin distribusi pemasaran (Hafsah, 2000).

36 Penerapan dasar-dasar etika bisnis dalam kemitraan yang diwujudkan dalam tindakan nyata identik dengan membangun suatu fondasi sebuah rumah atau bangunan. Jhon L. Marioti mengemukakan 6 dasar etika berbisnis, dimana 4 yang pertama merupakan hubungan interaksi manusia dan selebihnya merupakan perspektif bisnis (Hafsah, 2000). Dasar-dasar etika bisnis tersebut adalah: 1. Karakter, Integritas dan Kejujuran. 2. Kepercayaan. 3. Komunikasi yang Terbuka. 4. Adil. 5. Keinginan Pribadi dari Pihak yang Bermitra. 6. Keseimbangan antara Insentif dan Risiko (Hafsah, 2000). Manfaat dari Kemitraan yaitu: 1. Produktivitas. 2. Efisiensi. 3. Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas. 4. Risiko. 5. Sosial. 6. Ketahanan Ekonomi Nasional (Hafsah, 2000). Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dalam

37 prinsip saling membesarkan. Karena merupakan suatu strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan (Hafsah, 2000). Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006). Tolok ukur hasil kemitraan dapat diketahui dengan adanya evaluasi, evaluasi kinerja dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil yang didapat dari kemitraan, padahal antara keduanya punya arti yang berbeda meskipun saling berhubungan. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dan satu ukuran (kuantitatif), sedangkan menilai berarti mengambil satu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun pengertian evaluasi meliputi keduanya. Proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan (Fuddin, 2008). Secara umum alasan dilaksanakannya program evaluasi yaitu: 1. Pemenuhan ketentuan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. 2. Mengukur efektivitas dan efesiensi program. 3. Mengukur pengaruh, efek sampingan program. 4. Akuntabilitas pelaksanaan program. 5. Akreditasi program. 6. Alat mengontrol pelaksanaan program.

38 7. Alat komunikasi dengan stakeholder program. 8. Keputusan mengenai program: Diteruskan Dilaksanakan di tempat lain Dirubah Dihentikan (Fuddin, 2008). Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi sebagai salah satu fungsi manajemen berurusan dan berusaha untuk mempertanyakan efektifitas dan efeisiensi pelaksanaan dari suatu rencana sekaligus untuk mengukur se-obyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan itu dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima pihak-pihak yang mendukung maupun yang tidak mendukung suatu rencana.(aji dan Sirait, 1990). Kerangka Pemikiran Dalam melaksanakan fungsi manajemen dalam pemanfaatan dana kemitraan dan untuk mewujudkan misi perusahaan sebagai perwujudan Corporate Sosial Responsibility di lingkungan wilayah usaha perusahaan maka dibentuklah Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan (KBL) pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi kerakyatan sehingga tercapai kinerja maksimal mitra binaan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan Usaha Kecil, maka PT. Perkebunan Nusantara III selaku Badan

39 Usaha Milik Negara (BUMN) berpedoman kepada keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara dapat melaksanakan kerjasama (kemitraan) dengan usaha kecil di sekitar Wilayah Usaha Perusahaan. PTPN III selaku BUMN Pembina atau Mitra Pembina menyisihkan 1% sampai dengan 3% dari laba perusahaan setelah pajak untuk disalurkan dalam dana kemitraan terhadap Usaha Kecil atau Mitra Binaan yang diharapkan dapat memandirikan usaha kecil di sekitar wilayah usaha perusahaan. Dengan adanya kemitraan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja dari PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil, sehingga dapat dirasakan manfaatnya bagi PT. Perkebunan Nusantara III dan usaha kecil itu sendiri. Dimana hal ini dapat dilihat dari meningkatnya volume produksi yang dihasilkan oleh mitra binaan, terserapnya tenaga kerja khususnya di bidang mitra binaan, kemampuan untuk mengembangkan usaha kecil dan terwujudnya hubungan yang lebih harmonis dengan masyarakat sekitar wilayah PTPN III dengan usaha kecil. Berdasarkan penilaian terhadap kinerja kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil, maka dapat dilihat bagaimana peran kemitraan tersebut di dalam manfaatnya bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut. PTPN III kemitraan USAHA KECIL

40 KINERJA KEMITRAAN EVALUASI MODEL CIPP TINGGI / BAIK RENDAH / TIDAK BAIK Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Evaluasi Terhadap Kinerja Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan Usaha Kecil Keterangan: Menyatakan hubungan Menyatakan mitra Menyatakan dievaluasi dengan METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel

41 Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja) yaitu di Kota Medan. Alasan memilih daerah ini karena di daerah ini terdapat PT. Perkebunan Nusantara III yang melaksanakan kemitraan dengan usaha kecil. Tabel 1. Penyebaran Mitra Binaan (Usaha Kecil) di Kota Medan Tahun 2008 No Kecamatan Populasi 1 Medan Tuntungan 7 2 Medan Johor 8 3 Medan Amplas 3 4 Medan Denai 3 5 Medan Area 8 6 Medan Kota 9 7 Medan Maimun 5 8 Medan Polonia 9 9 Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia 8 13 Medan Petisah Medan Barat 3 15 Medan Timur 5 16 Medan Perjuangan 4 17 Medan Tembung 4 18 Medan Deli 2 19 Medan Labuhan 2 20 Medan Marelan 3 21 Medan Belawan 2 Jumlah 132 Sumber: Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN III 2008 Metode Penarikan Sampel

42 Sampel (objek) dalam penelitian ini ditentukan secara stratified random sampling yaitu populasi dibagi dalam kelompok yang homogen lebih dahulu atau dalam strata. Anggota sampel ditarik dari setiap strata (Nazir, 1998). Adapun populasi usaha kecil di daerah penelitian adalah sebanyak 132. Penetapan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla, 1993). Besar Sampel n tot = N 1+ Ne 2 Keterangan: n : Sampel N : Populasi E : Margin Error (10%) n tot 132 = (0,01) n tot = 57 Maka jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 57 Usaha Kecil. Alokasi Proporsional n 1 = N 1+ Ne n 1 = (0,01) n 1 = 52 n 2 = 4 3 = 1 n Tabel 2. Jumlah Sampel Penelitian Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III dengan Usaha Kecil Dilihat dari Jumlah Penjualan per Tahun pada

43 Tahun 2008 No Range Penjualan/Tahun Populasi Sampel TOTAL Sumber: Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN III 2008 Dari range terdapat jumlah populasi 110 usaha kecil dan diambil sampel sebanyak 52 usaha kecil, Dari range terdapat jumlah populasi 21 usaha kecil dan diambil sampel sebanyak 4 usaha kecil, Dari range terdapat jumlah populasi 1 usaha kecil dan diambil sampel sebanyak 1 usaha kecil. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mewawancarai langsung sampel (anggota) Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Perkebunan Nusantara III Medan dan juga usaha kecil berdasarkan kuesioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait, literatur, buku maupun media lain yang sesuai dengan penelitian. Metode Analisis Data Hipotesis 1, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjelaskan bagaimana pola kemitraan antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil.

44 Hipotesis 2, dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan Model Evaluasi CIPP (Contexts, Input, Process, Product) dan memberikan pertanyaan kepada PT. Perkebunan Nusantara III dan usaha kecil mengenai kinerja kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil, kemudian jawaban dari sampel tersebut diskoringkan berdasarkan pemberian skor atas kinerja kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil, skor penilaiannya ditentukan sebagai berikut: Pertanyaan dijawab A Skor 3 Pertanyaan dijawab B Skor 2 Pertanyaan dijawab C Skor 1 Tabel 3. Kinerja Kemitraan PTPN III dengan Usaha Kecil No Model CIPP Indikator Kinerja 1. Context 1. Perencanaan peningkatan dana kemitraan PTPN III. 2. Meningkatkan pangsa pasar bagi usaha kecil. 3. Perencanaan peningkatan penjualan bagi usaha kecil. 4. Perencanaan peningkatan jumlah mitra binaan. 2. Input 1. Adanya kepercayaan dari pihak yang bermitra. 2. Adanya komunikasi yang terbuka dari pihak yang bermitra. 3. Jaminan hukum dalam bermitra. 4. Jaminan kontinuitas (keberlanjutan) dalam bermitra. 3. Process 1. Frekuensi laporan pelaksanaan program kemitraan PTPN III kepada Menteri terkait maupun Koordinator BUMN Pembina. 2. Kemampuan usaha kecil dalam menumbuh kembangkan usahanya. 3. Frekuensi PTPN III dalam memonitor, mengevaluasi dan memberikan pembinaan terhadap usaha kecil. 4. Klaim terhadap keterlambatan pengembalian dana kemitraan.

45 4. Product 1. Persentase peningkatan dana kemitraan PTPN III. 2. Kemampuan usaha kecil dalam pengembalian pinjaman secara tepat waktu. 3. Persentase peningkatan jumlah mitra binaan. 4. Kepuasan PTPN III dan usaha kecil dalam melaksanakan kemitraan. 5. Tingkat kemandirian usaha kecil dengan adanya kemitraan. 6. Peningkatan jumlah karyawan/anggota pada usaha kecil dengan adanya kemitraan. Untuk mengetahui hasil penjumlahan seluruh skor dari masing-masing kinerja kemitraan PTPN III dengan usaha kecil, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Skor Kinerja Kemitraan PTPN III dengan Usaha Kecil No Model CIPP Jumlah Parameter Skor Nilai Jumlah Penilaian 1. Context Input Process Product Total Hasil penilaian menghasilkan skor, dari skor tersebut akan ditentukan bagaimana kinerja kemitraan PTPN III dengan usaha kecil. Keterangan: Skor Skor Skor : Kinerja baik : Kinerja kurang baik : Kinerja tidak baik Hipotesis 3, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjelaskan peran kemitraan antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan usaha kecil. Hipotesis 4, dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan masalah dalam kemitraan antara PT. Perkebunan Nusantara III dan usaha kecil.

A. Pengertian Evaluasi Program

A. Pengertian Evaluasi Program A. Pengertian Evaluasi Program Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Pengertian evaluasi menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam memecahkan masalah kesenjangan ini adalah melalui kemitraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan usaha agribisnis di pedesaan yang selanjutnya disebut dengan PUAP adalah bagian dari pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGARUH KOPERASI DALAM KETERSEDIAAN SARANA PRODUKSI DAN PENYULUHAN TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT

PENGARUH KOPERASI DALAM KETERSEDIAAN SARANA PRODUKSI DAN PENYULUHAN TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT PENGARUH KOPERASI DALAM KETERSEDIAAN SARANA PRODUKSI DAN PENYULUHAN TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT (Kasus: KUD Harta, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara) SKRIPSI SAKHTI M. LUBIS 040309026

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM POLA KEMITRAAN PTPN III TERHADAP SOSIAL EKONOMI USAHA KECIL MENENGAH MASYARAKAT SEKITAR SKRIPSI OLEH : ESTER SILABAN PKP

DAMPAK PROGRAM POLA KEMITRAAN PTPN III TERHADAP SOSIAL EKONOMI USAHA KECIL MENENGAH MASYARAKAT SEKITAR SKRIPSI OLEH : ESTER SILABAN PKP DAMPAK PROGRAM POLA KEMITRAAN PTPN III TERHADAP SOSIAL EKONOMI USAHA KECIL MENENGAH MASYARAKAT SEKITAR (Studi Kasus : Masyarakat Sekitar Perkebunan PTPN III di Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI OLEH : ESTER

Lebih terperinci

EVALUASI SKIM KREDIT TRADISIONAL DALAM PEMBIAYAAN USAHATANI JAGUNG

EVALUASI SKIM KREDIT TRADISIONAL DALAM PEMBIAYAAN USAHATANI JAGUNG EVALUASI SKIM KREDIT TRADISIONAL DALAM PEMBIAYAAN USAHATANI JAGUNG Kasus : Skim Kredit Tradisional di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo SKRIPSI OLEH : SUHERI SITEPU 040309031 SEP/PKP DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pisang barangan akhir-akhir ini terus meningkat, terutama di kota-kota besar di Sumatera Utara,

TINJAUAN PUSTAKA. pisang barangan akhir-akhir ini terus meningkat, terutama di kota-kota besar di Sumatera Utara, TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Pisang barangan merupakan salah satu buah spesifik Sumatera Utara. Permintaan buah pisang barangan akhir-akhir ini terus meningkat, terutama di kota-kota besar di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : RIZKY RIDHANI RANGKUTI SEP / AGRIBISNIS

SKRIPSI. Oleh : RIZKY RIDHANI RANGKUTI SEP / AGRIBISNIS ANALISIS PENDAPATAN, KESEMPATAN KERJA DAN NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN ASIN ( Studi kasus : Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara) SKRIPSI Oleh : RIZKY RIDHANI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SIKAP PENGURUS DAN ANGGOTA TERHADAP ORGANISASI CREDIT UNION ( CU )

PERBANDINGAN SIKAP PENGURUS DAN ANGGOTA TERHADAP ORGANISASI CREDIT UNION ( CU ) PERBANDINGAN SIKAP PENGURUS DAN ANGGOTA TERHADAP ORGANISASI CREDIT UNION ( CU ) (Studi Kasus : Desa Negara Beringin, Kecamatan STM Hilir dan Desa Kuala Lau Bicik, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deliserdang)

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA KEMITRAAN KELOMPOK TANI DENGAN PERUSAHAAN EKSPORTIR PD RAMA PUTRA

PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA KEMITRAAN KELOMPOK TANI DENGAN PERUSAHAAN EKSPORTIR PD RAMA PUTRA PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA KEMITRAAN KELOMPOK TANI DENGAN PERUSAHAAN EKSPORTIR PD RAMA PUTRA (Kasus : Kelompok Tani Lau Lengit, Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo) Febrina Soraya Tanjung*),

Lebih terperinci

OLEH : MEYLANY SINAGA PKP

OLEH : MEYLANY SINAGA PKP EVALUASI PELAKSANAAN METODE PARTISIPATIF DALAM KEGIATAN PENYULUHAN PROGRAM SISTEM LEGOWO 4:1 PADA PETANI PADI SAWAH DI DESA JANGGIR LETO KECAMATAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI OLEH : MEYLANY SINAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI ANAK NELAYAN UNTUK SEKOLAH

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI ANAK NELAYAN UNTUK SEKOLAH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI ANAK NELAYAN UNTUK SEKOLAH (Kasus : Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan) SKRIPSI VINA LUSIANA 050309040

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN SEMI ORGANIK PADA KOMODITI CABAI MERAH

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN SEMI ORGANIK PADA KOMODITI CABAI MERAH FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN SEMI ORGANIK PADA KOMODITI CABAI MERAH (Kasus: Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH: MAHARANI JUITA SARI 060309031 SEP

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: AGUSWANTO SIHOMBING PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

SKRIPSI. Oleh: AGUSWANTO SIHOMBING PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN ANALISIS PERBEDAAN KETERLIBATAN WANITA DAN PRIA SEBAGAI PEDAGANG SAYUR MAYUR DAN SUMBANGANNYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus : Pusat Pasar Pagi Kota Medan) SKRIPSI Oleh: AGUSWANTO SIHOMBING

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN HARGA PEMBELIAN DAN KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN KARO

ANALISIS PERBEDAAN HARGA PEMBELIAN DAN KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN KARO ANALISIS PERBEDAAN HARGA PEMBELIAN DAN KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH : RIKKI ANDRI YANTO.S 060309012 SEP-PKP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN MEDAN 2013 ANALISIS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemilikinya atau

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA KEMITRAAN KELOMPOK TANI DENGAN PERUSAHAAN EKSPORTIR

PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA KEMITRAAN KELOMPOK TANI DENGAN PERUSAHAAN EKSPORTIR PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA KEMITRAAN KELOMPOK TANI DENGAN PERUSAHAAN EKSPORTIR (Kasus : Kelompok Tani Lau Lengit, Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH : FEBRINA SORAYA TANJUNG

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS KACANG KEDELAI

PENGARUH BEBERAPA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS KACANG KEDELAI PENGARUH BEBERAPA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS KACANG KEDELAI (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI Oleh : RINI TRIWANDANI 060309030

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH DENGAN PRODUKSI DAN HARGA BERAS DI TINGKAT KONSUMEN DI SUMATERA UTARA SKRIPSI

ANALISIS HUBUNGAN KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH DENGAN PRODUKSI DAN HARGA BERAS DI TINGKAT KONSUMEN DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH DENGAN PRODUKSI DAN HARGA BERAS DI TINGKAT KONSUMEN DI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH: BUNGA HATI SINURAYA 040304022 SEP AGRIBISNIS DEPARTEMEN SOSIAL

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan kesejahteraan rakyat. Selain itu akivitas dan keberhasilan pembangunan juga

PENDAHULUAN. dan kesejahteraan rakyat. Selain itu akivitas dan keberhasilan pembangunan juga PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan di Indonesia telah menunjukkan hasil nyata bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Selain itu akivitas dan keberhasilan pembangunan juga membawa dampak pada terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi yang strategis serta tanggung jawab terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Lebih terperinci

EVALUASI menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa: Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang

EVALUASI menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa: Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang EVALUASI menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa: Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) SKRIPSI

PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) (Studi Kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI OLEH : DAVID PAKPAHAN 070309031

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN SKRIPSI OLEH : FRISKA JULIANA SIMBOLON 070304047 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN AGRIBISNIS KOPI ARABIKA DI DESA TANJUNG BERINGIN KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI

ANALISIS JARINGAN AGRIBISNIS KOPI ARABIKA DI DESA TANJUNG BERINGIN KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI ANALISIS JARINGAN AGRIBISNIS KOPI ARABIKA DI DESA TANJUNG BERINGIN KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI SKRIPSI OLEH : GANESIA ARTDINI SITUMORANG 070304064 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi suatu negara, hal ini menjadi

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : SUSFRI ANITA PURBA SEP-AGRIBISNIS

SKRIPSI OLEH : SUSFRI ANITA PURBA SEP-AGRIBISNIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN ( Studi kasus : Konsumen Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Brastagi Swalayan, Kota Medan) SKRIPSI

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 STRATEGI PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA MEDAN (Kasus :Pasar tradisional Sei Kambing Kec. Medan Helvetia, Pajak Pagi Pasar Lima Padang Bulan Kec. Medan Baru Kota Medan) SKRIPSI OLEH : EKO ARISTON

Lebih terperinci

SKRIPSI DAVID HISMANTA DEPARI AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

SKRIPSI DAVID HISMANTA DEPARI AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo) SKRIPSI DAVID HISMANTA

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH TEBU DI PABRIK GULA SEI SEMAYANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH TEBU DI PABRIK GULA SEI SEMAYANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH TEBU DI PABRIK GULA SEI SEMAYANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II SKRIPSI Oleh : RURI UTHAMI 070304033 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PETANI PETERNAK SAPI DENGAN KINERJA PENYULUH SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PETANI PETERNAK SAPI DENGAN KINERJA PENYULUH SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PETANI PETERNAK SAPI DENGAN KINERJA PENYULUH (Kasus: Desa Ara Condong, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat) SKRIPSI OLEH : DEWI PURNAMASARI DAMANIK 090304136 AGRIBISNIS PROGRAM

Lebih terperinci

AKSES PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Sempung Polding Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi)

AKSES PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Sempung Polding Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi) AKSES PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Sempung Polding Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi) SKRIPSI OLEH : MENIKA ASTRI MELIALA 070304046 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan.tidak meratanya distribusi pendapatan

Lebih terperinci

SIKAP DAN PERILAKU NELAYAN TERHADAP KINERJA HIMPUNAN NELAYAN SELURUH INDONESIA (HNSI)

SIKAP DAN PERILAKU NELAYAN TERHADAP KINERJA HIMPUNAN NELAYAN SELURUH INDONESIA (HNSI) SIKAP DAN PERILAKU NELAYAN TERHADAP KINERJA HIMPUNAN NELAYAN SELURUH INDONESIA (HNSI) (Kasus : Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI Oleh : A S N I 080309056 AGRIBISNIS

Lebih terperinci

EVALUASI DAN MONITORING PELAKSANAAN PROGRAM KUD TERHADAP ANGGOTA (Stud Kasus : KUD Setia Tani, Desa Tengah, Kec. Pancurbatu)

EVALUASI DAN MONITORING PELAKSANAAN PROGRAM KUD TERHADAP ANGGOTA (Stud Kasus : KUD Setia Tani, Desa Tengah, Kec. Pancurbatu) EVALUASI DAN MONITORING PELAKSANAAN PROGRAM KUD TERHADAP ANGGOTA (Stud Kasus : KUD Setia Tani, Desa Tengah, Kec. Pancurbatu) SKRIPSI Oleh: RUDIANTO SIMANJUNTAK 050309015 PKP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

kepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun

kepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari pemangku kepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BUMN untuk melaksanakan Program

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KARYAWAN TERHADAP TINGKAT UPAH YANG DITERIMA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BALIMBINGAN SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KARYAWAN TERHADAP TINGKAT UPAH YANG DITERIMA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BALIMBINGAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KARYAWAN TERHADAP TINGKAT UPAH YANG DITERIMA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BALIMBINGAN SKRIPSI Oleh: M. Rian Ramadhan Batubara 090304078 PKP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Jambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP

Jambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan petunjuk, taufik dan hidayah-nya, Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Kota Jambi Tahun 2017

Lebih terperinci

S K R I P S I OLEH : MUSLAINY DALIMUNTHE SEP-AGRIBISNIS

S K R I P S I OLEH : MUSLAINY DALIMUNTHE SEP-AGRIBISNIS ANALISIS USAHATANI DAN USAHA PENGOLAHAN SUKUN (Artocarpus altilis P.) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Studi Kasus : Desa Bantan, Kecamatan Dolok Masihul dan Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN TAHU DAN TEMPE DI KOTAMADYA MEDAN (Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang)

ANALISIS PEMASARAN TAHU DAN TEMPE DI KOTAMADYA MEDAN (Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang) ANALISIS PEMASARAN TAHU DAN TEMPE DI KOTAMADYA MEDAN (Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang) SKRIPSI Oleh : JUNI DEWI E. SIMBOLON 040304044 SEP AGRIBISNIS DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA A. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM TANGGUNG - JAWAB SOSIAL PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SKRIPSI. Oleh : ANWAR REYNOLD W SEP-AGRIBISNIS

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM TANGGUNG - JAWAB SOSIAL PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SKRIPSI. Oleh : ANWAR REYNOLD W SEP-AGRIBISNIS ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM TANGGUNG - JAWAB SOSIAL PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SKRIPSI Oleh : ANWAR REYNOLD W. 040304063 SEP-AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN KENTANG DAN KUBIS UNTUK TUJUAN EKSPOR PADA TINGKAT GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) KABUPATEN KARO SKRIPSI

ANALISIS PEMASARAN KENTANG DAN KUBIS UNTUK TUJUAN EKSPOR PADA TINGKAT GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) KABUPATEN KARO SKRIPSI ANALISIS PEMASARAN KENTANG DAN KUBIS UNTUK TUJUAN EKSPOR PADA TINGKAT GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH RONNY ONTAMA SIHALOHO 070304051 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DI KELURAHAN TUALANG SKRIPSI

SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DI KELURAHAN TUALANG SKRIPSI SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DI KELURAHAN TUALANG (Kasus : P3A Citra Mandiri Kelurahan Tualang, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI PEDAGANG SAYUR DAN BUAH TERHADAP KEBERADAAN PASAR INDUK SAYUR MAYUR DAN BUAH-BUAHAN KOTA MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI PEDAGANG SAYUR DAN BUAH TERHADAP KEBERADAAN PASAR INDUK SAYUR MAYUR DAN BUAH-BUAHAN KOTA MEDAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI PEDAGANG SAYUR DAN BUAH TERHADAP KEBERADAAN PASAR INDUK SAYUR MAYUR DAN BUAH-BUAHAN KOTA MEDAN SKRIPSI RETNO ANGGITA PUTRI 120304045 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: ERWINA SIREGAR SEP/AGRIBISNIS

SKRIPSI OLEH: ERWINA SIREGAR SEP/AGRIBISNIS ANALISIS SISTEM PEMASARAN SALAK (Studi Kasus : Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan) SKRIPSI OLEH: ERWINA SIREGAR 030304019 SEP/AGRIBISNIS DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI HORTIKULTURA TERHADAP KEMITRAAN AGRIBISNIS DENGAN PT. ALAMANDA SEJATI UTAMA

PERSEPSI PETANI HORTIKULTURA TERHADAP KEMITRAAN AGRIBISNIS DENGAN PT. ALAMANDA SEJATI UTAMA PERSEPSI PETANI HORTIKULTURA TERHADAP KEMITRAAN AGRIBISNIS DENGAN PT. ALAMANDA SEJATI UTAMA (Kasus: Gapoktan Maju Bersama Desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo) SKRIPSI Oleh : AIDI SASMITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan penganggaran pemerintah, sehingga

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA USAHA AGRIBISNIS KERAPU SKRIPSI

EVALUASI KINERJA USAHA AGRIBISNIS KERAPU SKRIPSI 1 EVALUASI KINERJA USAHA AGRIBISNIS KERAPU (Studi Kasus: Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat) SKRIPSI OLEH : HAMIDAH 070309002 PKP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SERAT KELAPA (COCO FIBER)

ANALISIS FINANSIAL DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SERAT KELAPA (COCO FIBER) ANALISIS FINANSIAL DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SERAT KELAPA (COCO FIBER) (Studi Kasus : Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI OLEH ADOLF PASKARIS SITOHANG 070304056 AGRIBISNIS PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penelitian Salah satu isu penting yang masih terus menjadi perhatian dalam dunia usaha hingga saat ini yaitu terkait tentang tanggung jawab sosial perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI SKRIPSI ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI SKRIPSI OLEH : ERNA KRISTINA SIAHAAN 040304064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan

Lebih terperinci

S K R I P S I. Oleh : NAMA : ROLLA SURBAKTI NIM : DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

S K R I P S I. Oleh : NAMA : ROLLA SURBAKTI NIM : DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN S K R I P S I PENGARUH PENERAPAN PRINSIP PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) (Studi pada kantor PTPN II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha akan mendukung pemulihan ekonomi indonesia, menciptakan lapangan

BAB I PENDAHULUAN. usaha akan mendukung pemulihan ekonomi indonesia, menciptakan lapangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil menengah mempunyai peranan yang sangat penting dalam ekonomi indonesia, karena menyediakan berjuta lapangan pekerjaan dan menjadi tulang punggung industri

Lebih terperinci

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional

Lebih terperinci

PERANAN TENAGA KERJA WANITA PEDAGANG HORTIKULTURA DI PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

PERANAN TENAGA KERJA WANITA PEDAGANG HORTIKULTURA DI PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PERANAN TENAGA KERJA WANITA PEDAGANG HORTIKULTURA DI PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus: Jalan Seram, Kecamatan Medan Perjuangan, Kotamadya Medan) SKRIPSI LAURA ADELINA LUBIS 050309039

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disebut CSR sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang tentunya mempunyai peranan sangat penting terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 STUDI MENGENAI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) HORTIKULTURA KABUPATEN KARO (Studi Kasus: Desa Serdang, dan Desa Paribun Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH: SYAFRIZAL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia mulai populer setelah ada kewajiban setiap BUMN menyisihkan 1% -3% keuntungan untuk program kredit

Lebih terperinci

PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH

PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus: Desa Rumah Pil-Pil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI OLEH ULIMA HOTMAIDA SIHOMBING 050309008

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JAGUNG. ( Studi kasus : Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH :

ANALISIS PEMASARAN JAGUNG. ( Studi kasus : Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH : ANALISIS PEMASARAN JAGUNG ( Studi kasus : Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH : SISKA YULIANITA LUBIS 030334032 SEP AGRIBISNIS DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

SIKAP PETANI DI LOKALITAS PERCONTOHAN TERHADAP PROGRAM AGROPOLITAN SUMATERA UTARA (Kasus : Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo) SKRIPSI

SIKAP PETANI DI LOKALITAS PERCONTOHAN TERHADAP PROGRAM AGROPOLITAN SUMATERA UTARA (Kasus : Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo) SKRIPSI SIKAP PETANI DI LOKALITAS PERCONTOHAN TERHADAP PROGRAM AGROPOLITAN SUMATERA UTARA (Kasus : Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH DARMA YANTI 050304023/ AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI EKONOMIS PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PERUSAHAAN MINYAK GORENG (Studi kasus : Perusahaan orientasi ekspor dan orientasi lokal)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMIS PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PERUSAHAAN MINYAK GORENG (Studi kasus : Perusahaan orientasi ekspor dan orientasi lokal) ANALISIS EFISIENSI EKONOMIS PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PERUSAHAAN MINYAK GORENG (Studi kasus : Perusahaan orientasi ekspor dan orientasi lokal) SKRIPSI Oleh : FAISAL HAKIM 050304047 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

EVALUASI TERHADAP PELAKSANAAN KESEPAKATAN AGRIBISNIS KOPI ANTARA PT. VOLKOPI INDONESIA DENGAN PETANI

EVALUASI TERHADAP PELAKSANAAN KESEPAKATAN AGRIBISNIS KOPI ANTARA PT. VOLKOPI INDONESIA DENGAN PETANI EVALUASI TERHADAP PELAKSANAAN KESEPAKATAN AGRIBISNIS KOPI ANTARA PT. VOLKOPI INDONESIA DENGAN PETANI (Kasus : Agribisnis Kopi Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasudutan)

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN OLAHAN UBI KAYU DI KECAMATAN PEGAJAHAN (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI

ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN OLAHAN UBI KAYU DI KECAMATAN PEGAJAHAN (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN OLAHAN UBI KAYU DI KECAMATAN PEGAJAHAN (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI OLEH : Novita S Sinaga 110304060 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PACKING HOUSE KOMODITI HORTIKULTURA DI DESA SIBORAS KECAMATAN PEMATANG SILIMAHUTA KABUPATEN SIMALUNGUN

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PACKING HOUSE KOMODITI HORTIKULTURA DI DESA SIBORAS KECAMATAN PEMATANG SILIMAHUTA KABUPATEN SIMALUNGUN STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PACKING HOUSE KOMODITI HORTIKULTURA DI DESA SIBORAS KECAMATAN PEMATANG SILIMAHUTA KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI OLEH : FIKA HARINI SINAGA 090304117 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 ANALISA HARGA PEMBELIAN TBS KELAPA SAWIT PRODUKSI PETANI RAKYAT (Studi Kasus : Kabupaten Labuhan Batu) SKRIPSI Oleh : Wilson P.A. Pasaribu 050304049 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

: DENI PUTRA K. SIANTURI AGRIBISNIS

: DENI PUTRA K. SIANTURI AGRIBISNIS ANALISIS TINGKAT KONSUMSI PANGAN DAN ELASTISITAS PENDAPATAN TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI PANGAN KARYAWAN DI PTP NUSANTARA IV KEBUN AIR BATU KABUPATEN ASAHAN SKRIPSI Oleh : DENI PUTRA K. SIANTURI 060304066

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN SKRIPSI

ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN SKRIPSI ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN SKRIPSI Oleh: HIRORIMUS LIMBONG 080304078 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

KAJIAN PEREKONOMIAN DAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI

KAJIAN PEREKONOMIAN DAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI KAJIAN PEREKONOMIAN DAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI CHRISTIN VIVIANA SINAGA 050304018 AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Menimbang Mengingat SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PROGRAM KEMITRAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II DENGAN PETANI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI ( TRI ) SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PROGRAM KEMITRAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II DENGAN PETANI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI ( TRI ) SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PROGRAM KEMITRAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II DENGAN PETANI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI ( TRI ) SKRIPSI OLEH : HAPOSAN HUTABARAT 060304012 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TENAGA KERJA DI PTP NUSANTARA IV UNIT KEBUN SIDAMANIK SKRIPSI OLEH FITRI SYAHRAINI HASIBUAN AGRIBISNIS

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TENAGA KERJA DI PTP NUSANTARA IV UNIT KEBUN SIDAMANIK SKRIPSI OLEH FITRI SYAHRAINI HASIBUAN AGRIBISNIS ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TENAGA KERJA DI PTP NUSANTARA IV UNIT KEBUN SIDAMANIK SKRIPSI OLEH FITRI SYAHRAINI HASIBUAN 060304067 AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus : Desa Silo Baru Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus : Desa Silo Baru Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus : Desa Silo Baru Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan) SKRIPSI OLEH : INDRI PRATIWI POHAN 090304008 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program bukan pada unit organisasi semata dan memakai output measurement

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program bukan pada unit organisasi semata dan memakai output measurement BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Anggaran Berbasis Kinerja Anggaran Berbasis Kinerja adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PASCA ERUPSINYA GUNUNG SINABUNG SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PASCA ERUPSINYA GUNUNG SINABUNG SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN UNTUK KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PASCA ERUPSINYA GUNUNG SINABUNG (Studi Kasus : Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi,

Lebih terperinci