IV. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN"

Transkripsi

1 IV. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN Dalam menganalisis aspek pasar dan pemasaran, beberapa hal yang diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan perkembangan permintaan produk, dan kemungkinan persaingan. Kotler (2000) mengemukakan bahwa untuk memasuki pasar harus memperkirakan pasar potensial agar sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara efektif. Pasar potensial adalah sejumlah konsumen yang mempunyai kadar minat tertentu pada tawaran tertentu. Katekin dan tanin termasuk kategori produk industri, konsumen produk katekin dan tanin terfragmentasi berdasarkan aplikasi katekin dan tanin di dalam produk turunan yang dihasilkan oleh konsumen industri. A. POTENSI PASAR Katekin dan tanin merupakan produk pemurnian gambir yang banyak dibutuhkan oleh berbagai industri hilir. Katekin biasanya digunakan untuk industri farmasi, kosmetik, dan minuman. Di lain pihak tanin digunakan untuk berbagai keperluan seperti penyamak kulit, farmasi, peluruh anti karat, pelapis logam, anti kerak pada boiler, tinta, pewarna, antiseptik, dan adhesive. Sampai saat ini tidak tersedia data pasti mengenai kebutuhan dalam negeri, nilai ekspor, maupun impor produk katekin dan tanin sebab belum terdapat industri yang mengolah gambir menjadi katekin dan tanin di Indonesia. Oleh karena itu untuk mengetahui potensi konsumsi katekin dan tanin yang akan diproduksi dapat diperkirakan dari volume kebutuhan industri pengguna yang menggunakan produk katekin dan tanin. Data produksi industri pengguna tidak tersedia, data yang tersedia adalah data ekspor produk potensial pengguna katekin dan tani. Jadi, kebutuhan katekin dan tanin hanya diduga berdasarkan kebutuhan ekspor produk potensial pengguna katekin dan tanin. Berarti permintaan potensial akan produk katekin dan tanin sebenarnya akan jauh lebih besar dari perkiraan ini, terutama apabila diketahui kebutuhan katekin dan tanin untuk produksi dalam negeri. 37

2 Perkiraan kebutuhan katekin dan tanin dihitung dari produk yang potensial menggunakan produk katekin dan tanin dengan berbasis data ekspor produk yang dikalikan dengan kebutuhan katekin dan tanin dalam bahan. 1. Katekin Kebutuhan katekin dari industri tersebut didekati dengan menggunakan data-data paten mengenai produk yang memakai katekin, beberapa skripsi mengenai penggunaan katekin pada produk, dan berbagai sumber yang menjelaskan komposisi penggunaan katekin dalam suatu bahan. Jumlah katekin yang dibutuhkan untuk ekspor berdasarkan perhitungan penggunaan katekin pada produk potensial pengguna katekin dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Katekin Potensial yang Dibutuhkan untuk Ekspor No Produk Potensial Pengguna Katekin Ekspor (Kg) Persen Katekin yang Dibutuhkan dalam Bahan (%) Volume Kebutuhan Katekin (Kg) 1 Pasta gigi , ,27 2 Obat cuci mulut dll ,2 144,36 3 Preparat kulit luar ,56 4 Krim anti jerawat ,53 5 Kosmetika perawatan rambut rusak , ,56 6 Bedak mampat maupun powder , ,58 7 Face & skin cream &lotion ,80 8 Sabun mandi , ,61 9 Preparat perawatan kulit luar lainnya (skin protection and improvement) , ,15 10 Obat untuk kanker ,10 11 Minuman ,77 Jumlah 1,089, Sumber: Ahyarudin (2009), BPS (2009), Gumbira-Sa id et al. (2009), US Patent (2010), Yanita (2005). Produk utama yang diproduksi adalah katekin, sedangkan tanin merupakan produk hasil samping yang bernilai tambah cukup tinggi. Potensi pasar katekin 38

3 cukup besar karena banyak industri hilir yang menggunakan katekin dalam pembuatan produk hilir tersebut diantaranya farmasi, kosmetika, dan minuman. Di lain pihak terdapat banyak produk yang dibuat di dalam negeri yang menggunakan katekin di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun karena keterbatasan data produksi industri pengguna maka pada perhitungan tidak dimasukkan, hal ini berarti permintaan potensial sebenarnya jauh lebih bisar dari nilai yang diperkirakan. Nilai pasar dari produk katekin yang diperkirakan pada penelitian ini mencapai 6,5 trilyun rupiah. Berdasarkan data pada Tabel yang disajikan di atas, permintaan pasar produk katekin dianggap cukup besar dan dibutuhkan oleh berbagai industri hilir terutama industri kosmetik, farmasi, dan minuman. Pasar potensial yang menjadi sasaran pasar katekin adalah ketiga industri di atas dengan mempertimbangkan kemampuan internal perusahaan dalam pemenuhan permintaan pasar yang dibidik. Penggunaan katekin yang cukup besar pada berbagai industri hilir memberikan peluang besar untuk pengembangan produk tersebut. Dalam industri kosmetika, gambir dapat digunakan untuk astringent yang berfungsi untuk melembutkan kulit dan menambah kelenturan, daya regang kulit, dan dapat menghilangkan jerawat. Hal ini menjadikan katekin sebagai bahan yang dapat diaplikasikan pada berbagai produk perawatan kulit baik dalam bentuk krim, lotion, bedak, pelembab, dan sebagainya. Salah satu lembaga penelitian di Amerika yang bernama American Catechin Institute sudah mengembangkan berbagai macam produk kosmetik yang menggunakan katekin di dalamnya dan sudah mengkomersialkan produk penelitian tersebut. Menurut informasi dari Balai Industri Agro dan Biomedika, hingga saat ini produk yang dibuat di dalam negeri rata-rata masih menggunakan ekstrak katekin dari gambir dalam bentuk kasar tanpa melalui proses pemurnian, namun katekin murni yang dibuat memiliki kualitas yang tinggi sehingga memungkinkan mensubstitusi penggunaan katekin kasar pada berbagai industri kosmetik dalam negeri. Selain digunakan oleh industri kosmetik, katekin banyak digunakan oleh indutri farmasi. Sebagai contoh, secara modern gambir dimanfaatkan oleh perusahaan Zyma dari Swiss yaitu dengan melakukan isolasi katekin dari daun gambir yang digunakan untuk obat penyakit hati dengan nama paten Catergen 39

4 (Amos et al., 1993). Di lain pihak, Jepang mengembangkan permen pelega tenggorokan khusus untuk para perokok karena gambir mampu menetralkan nikotin. PT Ciba Geigy merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan katekin dari gambir untuk beragam obat-obatan (Nazir, 2009). Industri minuman yang mengandung antioksidan saat ini sedang menjadi trend dalam kehidupan konsumen, terutama konsumen dalam negeri. Sebagai contoh pada produk minuman cola merek Coca Cola saat ini diberikan dibuat inovasi produk baru dengan melakukan penambahan katekin di dalamnya, untuk meningkatkan kadar antioksida, contoh lain produk minuman yang menggunakan katekin tambahan di dalamnya yaitu minuman Yuva yang tinggi antioksidan buatan American Catechin Institute. Minuman teh yang sering dikonsumsi saat ini pun mengandung katekin di dalamnnya, untuk meningkatkan kadar antioksidan, terkadang dilakukan penambahan katekin kembali ke dalam produk tersebut. Contoh produk pengguna katekin dapat dilihat pada Lampiran Tanin Selain katekin, industri yang akan didirikan tersebut menghasilkan produk samping berupa tanin yang memiliki nilai tambah cukup tinggi. Sama halnya dengan katekin, tidak terdapat data produksi industri pengguna tanin,sehingga permintaan tanin dihitung dengan menggunakan data ekspor produk pengguna. Kebutuhan ekspor tanin dihitung berdasarkan data pendekatan kebutuhan tanin pada produk indutri pengguna dengan komposisi mengacu pada beberapa paten, skripsi, dan sumber yang menjelaskan mengenai komposisi tanin dalam produk potensial pengguna tanin. Jumlah permintaan tanin pada produk ekspor pengguna tanin disajikan pada Tabel 9. 40

5 Tabel 9. Jumlah Tanin Potensial yang Dibutuhkan untuk Ekspor No Produk Potensial Pengguna Tanin Ekspor (Kg) Persen Tanin Yang Dibutuhkan Dalam Bahan (%) Volume Kebutuhan Tanin (Kg) 1 Penyamak kulit , ,31 2 Pewarna alami makanan , ,41 3 Peluruh dan anti karat pada logam , ,20 4 Pelapis logam , ,07 5 Adhesive Pewarna alami non makanan ,86 7 Tinta ,85 8 Antiseptik ,24 9 Insektisida ,60 10 Desinfektan Total ,53 Sumber: BPS (2009), Gumbira-Sa id et al. (2009), US Patent (2010) Pada perhitungan tersebut, nilai produksi industri pengguna tidak diketahui sehingga nilai permintaan akan tanin sebenarnya lebih besar dari nilai perkiraan tersebut. Hal ini didukung dengan data mengenai nilai ekspor dan impor tanin Indonesia tahun menurut UN Comtrade (2008) (Tabel 10). 41

6 Tabel 10. Permintaan Ekspor dan Impor Tanin Dunia Tahun No Tahun Impor (Kg) ,175, ,805, ,974, ,278, ,498, ,237, ,725, ,314,530 Sumber : UN Comtrade (2008) Perhitungan perkiraan permintaan yang dilakukan masih jauh lebih kecil dari permintaan pasar tanin yang sebenarnya. Kebutuhan tanin yang diperkirakan hanya 0,15% dari total kebutuhan tanin dunia. Tabel 10 di atas menunjukkan besar kebutuhan dunia terhadap produk tanin dengan nilai yang cukup tinggi, misalnya pada tahun 2007 saja kebutuhan tanin sekitar kg. Produk samping dari industri ini adalah tanin yang digunakan oleh berbagai industri hilir sebagai bahan penunjang pada produk yang diproduksi. Pasar tanin yang potensial dibidik adalah industri penyamak kulit, industri tekstil, indutri farmasi, industri bahan perekat, dan industri pelapis logam. Contoh beberapa produk potensial pengguna tanin dapat dilihat pada Lampiran 3. Adapun target utama pasar adalah industri farmasi. Volume kebutuhan tanin untuk penyamak kulit lebih besar dibanding kebutuhan pada produk lain, namun penggunaan tanin kasar yang berharga murah menjadi hambatan bagi masuknya tanin murni yang diproduksi untuk menggantikan tanin untuk penyamak kulit saat ini. Oleh sebab itu target pasar tanin adalah industri farmasi. Hal ini menjadi 42

7 peluang besar bagi industri tanin yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan tanin pada industri farmasi dan industri tekstil domestik maupun luar negeri. Berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian (2009), permintaan pasar akan kulit mencapai ton per tahun. Proses penyamakan kulit dengan menggunakan tanin berdasarkan hasil observasi lapang dapat dilihat pada Lampiran 4. Industri penyamak kulit hanya satu dari beragam industri yang menggunakan produk tanin, di luar itu masih banyak industri hilir lainnya yang menggunakan katekin dan tanin dalam produk. Namun untuk industri penyamakan kulit, kecil kemungkinan untuk mensubstitusi penggunaan tanin yang saat ini biasa digunakan dengan tanin murni dari gambir. Hal ini dikarenakan tanin alami yang digunakan oleh industri penyamak kulit saat ini merupakan tanin yang diekstrak dari beberapa jenis tanaman dan biasanya diproduksi dari hasil samping suatu produksi tanpa melalui proses pemurnian sehingga harga tanin tersebut murah, sedangkan tanin yang diproduksi oleh industri yang akan didirikan adalah tanin murni. Tanin dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku perekat kayu. Saat ini kebutuhan bahan perekat industri perkayuan di Indonesia sangat besar yaitu lebih dari 1,4 juta ton per tahunnya atau lebih dari 9 trilyun rupiah per tahun (Praselya, B. 2009). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan tanin dalam negeri hanya untuk industri perkayuan saja sudah cukup besar, sehingga kebutuhan sebenarnya lebih besar pada berbagai industri pengguna tanin. Industri lain yang dapat memanfaatkan tanin gambir adalah industri batik. Berdasarkan hasil observasi lapang, sudah dicoba penggunaan tanin gambir pada pewarnaan batik tulis di daerah Yogyakarta yang diuji coba oleh pengrajin batik Fakhrudin AlRozi yang juga mengaplikasikan penggunaan tanin untuk menyamak kulit ikan pari. Harga yang dipatok untuk setiap potong batik tersebut adalah minimal Rp ,-. Berdasarkan berbagai informasi di atas, potensi pasar tanin berdasarkan kebutuhan pada industri pengguna sudah cukup besar. Selain itu, kebutuhan tanin dalam negeri selama ini masih mengandalkan impor. Sebagai contoh, berdasarkan observasi pada industri penyamakan kulit, tanin yang digunakan adalah didatangkan dari Argentina, Austria, Cina, dan Slovenia. Terdapat banyak 43

8 industri hilir yang menggunakan katekin dan tanin dalam produk. Dengan demikian, industri pembuatan katekin dan tanin ini prospektif untuk dikembangkan, mengingat kebutuhan dalam negeri yang besar dan nilai impor yang masih tinggi. Pada industri farmasi, tanin digunakan oleh industri obat diare, industri antiseptic, insektisida, dan desinfektan. Dilihat dari fungsinya sebagai pewarna alami, tanin dapat digunakan pada industri cat, industri tinta, industri pewarna tekstil, dan sebagainya. Berdasarkan data-data yang disajikan pada Tabel 15, total kebutuhan potensial katekin pada produk ekspor mencapai ton per tahun, sedangkan kebutuhan tanin potensial pada produk ekspor diperkirakan sekitar 207 ton per tahun. Dari jumlah kebutuhan tanin dan katekin dibandingkan dengan kemampuan ketersediaan bahan baku, maka perusahaan menargetkan sebanyak 1% pasar katekin yang akan diambil dari perkiraan permintaan pasar. Perusahaan hanya menargetkan 1% dari potensi pasar dengan didasarkan pada berbagai pertimbangan, yaitu produk katekin dan tanin yang diproduksi masih tergolong produk baru sehingga membutuhkan fase pengenalan produk. Selain itu dibutuhkan kemampuan mencari pasar yang mampu menyerap produk katekin dan tanin yang diproduksi, serta menyesuaikan dengan kemampuan perusahaan memproduksi yang berkaitan dengan kemampuan teknis pabrik dan investasi yang tersedia. Dikaji dari jumlah produk yang potensial menggunakan katekin dan tanin yang sangat tinggi maka peluang untuk mendirikan industri katekin dan tanin diduga cukup prospektif, terutama ditelaah dari besarnya nilai ekspor dan impor. Hal ini mendukung pendirian industri katekin dan tanin untuk menjadi salah satu bahan baku maupun bahan penunjang yang digunakan dalam produk hilir. B. STRATEGI PEMASARAN Faktor yang menentukan dalam pencapaian keberhasilan suatu industri adalah kemampuan industri tersebut memenuhi kebutuhan konsumen melalui pemasaran prosuk yang dilakukan oleh industri yang bersangkutan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut diperlukan sebuah strategi yang tepat dalam 44

9 memasarkan produk katekin dan tanin yang dibuat. Industri katekin dan tanin memerlukan strategi pemasaran dan bauran pemasaran yang tepat. Pemasaran produk difokuskan pada konsumen industri dengan penjualan melalui strategi bisnis ke bisnis. Secara lebih spesifik, strategi pemasaran yang akan dilakukan pada tahap awal meliputi: 1. Segmenting Segmentasi pasar adalah usaha pemisahan pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan yang memerlukan bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan menetapkan berbagai cara yang berbeda dalam memisahkan pasar tersebut, kemudian mengembangkan profil-profil yang ada pada setiap segmen pasar, dan penentuan daya tarik masing-masing segmen. Katekin dan tanin merupakan produk turunan gambir yang memiliki nilai tambah yang tinggi dan dibutuhkan oleh berbagai industri hilir. Katekin dan tanin dapat digunakan sebagai bahan baku, bahan penunjang, maupun bahan substitusi dari fungsi suatu bahan lain dalam sebuah produk. Katekin dan tanin memiliki beberapa kelebihan sebagai produk yang berasal dari bahan alami (tumbuhan) yang berkualitas dengan tingkat kemurnian tinggi dan aman digunakan baik untuk produk pangan maupun non pangan. Segmentasi pasar produk katekin dan tanin adalah dibedakan berdasarkan jenis industri pengguna yakni beberapa industri hilir pengguna katekin dan tanin sebagai bahan baku maupun bahan pembantu dalam produk tersebut yang menjadi konsumen dari produk katekin dan tanin. Konsumen industri menggunakan katekin dan tanin sebagai bahan baku produksi dalam industri tersebut. Segmen pasar produk katekin dan tanin dibedakan berdasarkan jenis industri pengguna. Secara lebih lengkap, segmentasi pasar katekin dan tanin akan dijelaskan berikut ini. a. Segmentasi Pasar Katekin Segmen pasar katekin berdasarkan jenis industri dibagi menjadi pasar industri kosmetik, industri farmasi, dan industri minuman. Industri kosmetik menggunakan katekin dalam bahan untuk membuat berbagai produk diantaramya krim anti aging, krim anti acne, krim pengencang kulit. Krim perawatan kulit siang dan malam, body lotion, serum anti penuaan, sabun, 45

10 perawatan rambut rusak, lotion perawatan kaki dan tangan, pelembab, dan bedak. Industri farmasi menggunakan tanin dalam bentuk tablet anti diare, tablet sakit perut, obat penyakit kanker, obat hepatitis, obat penyakit epilepsi, obat untuk mengatasi hipotensi, obat penyakit otak, obat untuk alergi purpura, obat Viagra untuk pria, obat antiseptik, sediaan obat kumur, pasta gigi, dan tablet pastiles. Adapun dalam industri minuman katekin digunakan sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan kadar antioksidan dan untuk menjaga kestabilan warna minuman tersebut. Sebagai contoh produk minuman cola yang dibuat oleh PT.Coca Cola Company melakukan inovasi pada produk minumannya yaitu dengan menambahkan katekin dalam produk minuman Coca Cola plus catechin dan produk minuman kesehata Yuva hasil penelitian dari American catechin institute. b. Segmentasi Pasar Tanin Segmen pasar tanin berdasarkan jenis industri dibagi menjadi pasar industri pangan, industri pewarna tekstil, industri kulit, industri batik, industri farmasi, industri perekat, industri cat, industri tinta, dan industri pelapis logam. Pasar industri pangan menggunakan tanin sebagai pewarna dalam produk pangan tersebut. Industri pewarna digunakan untuk pewarnaan pada tekstil. Industri batik menggunakan tanin untuk mewarnai batik yang dibuat, harga batik yang dibuat dengan pewarna gambir memberikan nilai tambah berupa warna alami yang dihasilkan dan warna yang stabil sehingga memiliki nilai dan harga jual yang lebih tinggi. Industri farmasi digunakan untuk obat anti diare, obat sakit perut, obat bisul, dan obat luka bakar.industri kayu lapis saat ini banyak menggunakan tanin dari tumbuhan akasia untuk dijadikan bahan perekat, dengan jumlah kebutuhan perekat yang cukup tinggi yaitu sebesar 1,4 juta ton per tahunnya memungkinkan produk tanin yang diproduksi untuk menggantikan penggunaan tanin dari bahan lain. Pada industri penyamak, tanin digunakan untuk menyamak pada proses tanning dan retanning. Namun berdasarkan observasi lapang, tanin yang biasa digunakan pada industri penyamakan kulit adalah tanin hasil samping dari industri pembuatan kertas maupun industri lain tanpa melalui proses 46

11 pemurnian. Artinya tanin yang digunakan merupakan ekstrak kasar dari bahan tertentu, dimana harga tanin yang digunakan jauh lebih rendah dari pada tanin murni yang diproduksi pada industri katekin dan tanin yang akan didirikan, sehingga tanin yang diproduksi tidak memungkinkan menjadi substitusi dari tanin yang biasa digunakan saat ini pada proses penyamakan kulit. Tanin dapat pula digunakan sebagai peluruh karat dan pelapis pada logam. Dengan kondisi saat ini bahwa produk berbahan dasar logam banyak di pasaran dengan daya tahan rendah dan rentan terhadap pengkaratan, tanin yang diproduksi sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pelapis logam dan peluruh karat pada logam. Berdasarkan aspek geografis, segmen utama yang dituju adalah industri dalam negeri yang memproduksi produk pengguna katekin dan tanin untuk ekspor. Namun tidak menutup kemungkinan setelah produksi stabil dan pasar luas maka segmen meluas menjadi industri luar negeri atau impor produk. Pemilihan segmen di atas akan disesuaikan pada kapasitas produksi, ketersediaan bahan baku, peluang pasar, kemudahan promosi dan pendistribusian, serta kondisi rantai pasokan. Segmen tersebut akan semakin diperluas seiring dengan perkembangan perusahaan. 2. Targeting Setelah proses segmentasi pasar selesai dilakukan, maka dapat diketahui beberapa segmen yang dianggap potensial untuk dimasuki. Secara umum, penetapan pasar sasaran dilakukan dengan mengevaluasi kelebihan setiap segmen, kemudian dilakukan penentuan target pasar yang akan dilayani. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Target pasar dari produk katekin dan tanin dijelaskan sebagai berikut. Target pasar produk katekin adalah industri farmasi, industri kosmetika, dan industri minuman. Konsumen industri bagi produk tanin meliputi industri farmasi, industri tinta, industri perekat, dan industri pelapis logam. Pasar yang dijadikan target utama pemasaran produk tanin adalah industri farmasi dan industri pewarna tekstil, namun segmen pasar lain yang potensial menggunakan tanin akan dilayani dengan persentase lebih kecil dibanding pasar utama. 47

12 a. Target Pasar Katekin Target pasar katekin ditentukan dari industri pengguna katekin yang memberikan nilai yang tinggi pada penggunaan katekin di dalamnya. Berdasarkan evaluasi pada setiap segmen pasar, segmen industri kosmetika merupakan segmen yang memberikan nilai tertinggi baik dari volume penggunaan bahan maupun nilai tambah dan kemungkinan perkembangan di masa yang akan datang memberikan nilai tertinggi dibandingkan dengan segmen pasar lainnya. Pasar industri kosmetik merupakan target utama pasar yang akan dilayani, namun segmen pasar lainnya pun akan dilayani namun bukan segmen utama yang dilayani. b. Target Pasar Tanin Sama halnya dengan penentuan target pasar katekin, penentuan pasar tanin juga dikaji dari segmen pasar yang memiliki nilai tertinggi baik dari segi kebutuhan pasar, nilai tambah yang dihasilkan, dan perkembangan di masa yang akan datang. Berdasarkan dari evaluasi pada setiap segmen, target pasar tanin yang dibidik adalah industri farmasi. Industri farmasi adalah segmen utama yang dilayani, namun tidak menutup kemungkinan segmen lain pun akan dilayani menyesuaikan dengan kapasitas produksi yang dimiliki. 3. Positioning Salah satu elemen penting dari strategi pemasaran adalah positioning, yaitu bagaimana menempatkan keunggulan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Dengan menempatkan keunggulan di benak konsumen hal ini akan menumbuhkan kepuasan konsumen sekaligus akan membedakan produk dari para pesaing di benak target pasar. Jika diamati pada keadaan pasar, produk katekin dan tanin masih sangat jarang ditemukan terutama kalangan produsen dalam negeri, sehingga masih sangat potensial untuk dikembangkan. Namun perlu diperhatikan saat ini pesaing produk katekin dan tanin adalah produsen dari India, Amerika Serikat, Argentina, Austria, dan Cina. Selain itu pesaing muncul dari industri yang menghasilkan produk yang dapat disubstitusi oleh produk katekin dan tanin. 48

13 Melalui kegiatan positioning, perusahaan harus mampu membentuk citra produk unggulan dimana persepsi konsumen terhadap katekin dan tanin yang diproduksi sebagai produk yang lebih unggul dibanding dengan produk pesaing dengan kualitas yang dapat dipercaya. Elemen positioning yang dimiliki oleh produk katekin dan tanin adalah elemen benefit positioning. Benefit positioning dari produk katekin dan tanin yaitu produk katekin dan tanin dibuat sesuai dengan kebutuhan konsumen industri yang akan menggunakan produk, lebih menekankan pada spesifikasi produk yang dibutuhkan oleh masing-masing perusahaan pengguna. Positioning dari produk katekin dan tanin lebih menguatamakan kualitas dan spesifikasi terstandar dari industri pengguna produk tersebut, karena pengguna bukan merupakan konsumen akhir melainkan konsumen industri yang akan menggunakan kembali katekin dan tanin dalam produk hilir industri tersebut. Oleh karena itu positioning dari katekin dan tanin adalah barang berkualitas dengan tingkat kemurnian yang tinggi. 4. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran (Kotler, 2000). Alat-alat itu diklasifikasiikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P dalam pemasaran yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). 1. Strategi Produk Strategi produk sangat perlu disiapkan dengan baik oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkannya. Strategi produk yang tepat akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih unggul daripada pesaingnya. Produk yang dihasilkan oleh industri pengolahan gambir adalah katekin dan tanin. Menurut tujuan pemakaian, produk katekin dan tanin yang diproduksi tergolong barang industri, karena katekin dan tanin tersebut digunakan kembali pada proses produksi berikutnya. Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Katekin dibuat untuk 49

14 memenuhi permintaan industri kosmetik, farmasi, dan industri minuman. Contoh penampakan produk katekin yang diproduksi dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Penampakan Katekin Sebelum Dikemas Di lain pihak tanin dibuat untuk memenuhi permintaan industri farmasi dan industri pewarna tekstil. Pada Gambar 11 diperlihatkan penampakan tanin yang diproduksi sebelum dikemas. Gambar 11. Penampakan Tanin Sebelum Dikemas. Standarisasi yang digunakan dalam produksi tanin pada perusahaan ini adalah mengacu pada standar tanin GB untuk industrial grade. Standar tanin GB dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Standar Tanin Industrial Grade GB Grade I II III Tannic acid content (%) 81,0 78,0 75,0 Loss in drying (%) 9,0 9,0 9,0 Water insoluble (%) 0,6 0,8 1,0 Total colour (lovibond) 2,0 3,0 4,0 Sumber: CIFOR Occasional Paper No.6 NWFPs in China (1995) Katekin dan tanin yang dihasilkan dari gambir asalan memiliki pesaing kuat di dalam industri hilir, selain industri yang menghasilkan produk yang sama, yang menjadi pesaing utama dalam pasar industri adalah produk sejenis yang 50

15 dihasilkan dari tanaman lain. Pesaing utama katekin adalah industri penghasil katekin dari bahan baku teh, dimana katekin dari bahan teh saat ini paling banyak tersedia di pasaran, selain dari teh, katekin diperoleh dari tanaman genus uncaria. Namun katekin dan tanin yang dihasilkan dari gambir memiliki keunggulan dibanding produk substitusinya yaitu tingkat kemurnian yang tinggi dan terstandar untuk mendukung kualitas produk hilir pengguna. Di lain pihak, tanin di pasaran memiliki pesaing yang cukup banyak. Baik industri penghasil tanin yang dari bahan yang sama, industri tanin yang diekstrak dari bahan baku lain. Pesaing penghasil tanin dari bahan nabati lain yaitu industri penghasil tanin dari kayu akasia, pinus, eukaliptus, wattle, quebracho, dan cesnat. Katekin dan tanin tergolong barang-barang industri yang tergolong baru yang memerlukan pengujian produk secara ekstensif di laboratorium untuk mengukur kinerja keandalan, rancangan, dan biaya operasi. Pada industri katekin dan tanin yang akan didirikan, pengujian produk dilakukan secara intensif pada produk yang dibuat dengan melakukan kerjasama dengan lembaga pengujian yang sudah tersertifikasi yaitu PT. Sucofindo. Sistem pengujian (sertifikasi) produk dilakukan dengan cara pengujian sampel tiap kali produksi sehingga katekin dan tanin yang dihasilkan terstandar dan memenuhi kualitas yang dibutuhkan industri pengguna. Orientasi perusahaan ke arah pasar menggunakan pendekatan konsep produk dimana dalam implementasi pemasarannya sangat mengutamakan keunggulan produk baik dari dari segi kemurnian, tingkat mutu, kualitas bahan baku, keamanan mengkonsumsi, dan kehalalan. Pendekatan konsep itu dibentuk dengan harapan katekin dan tanin dapat bersaing di pasaran. Produk yang dihasilkan dalam bentuk bubuk kemudian dikemas dalam tiga jenis kemasan. Produk katekin dan tanin dikemas dalam kemasan primer berupa alumunium foil, kemasan sekunder berupa kaleng, dan kemasan tersier berupa dus. Kemasan dalam bentuk kaleng berkapasitas 5 kg per kaleng. Penampakan kemasan produk katekin dan tanin berupa kaleng dapat dilihat pada Lampiran Strategi Harga 51

16 Perusahaan melakukan penetapan harga dengan cara membandingkan harga produk yang sedang digunakan di pasaran atau biasa disebut dengan industri standar yaitu membandingkan dengan harga yang ditetapkan oleh pesaing yang saat ini berlaku di pasaran pada umumya. Harga jual katekin yang beredar di pasaran pada tingkat pengecer adalah berkisar antara Rp ,00 Rp ,00 per Kg, sedangkan harga jual tanin pada tingkat pengecer berada pada kisaran harga Rp ,00 Rp ,00 per Kg (Gumbira-Sa id et al., 2009). Untuk menetapkan harga katekin dan tanin yang diproduksi, digunakan data harga katekin dan tanin yang berada di bawah harga pasar saat ini. Kebijakan ini diambil sebagai upaya penetrasi pasar. Harga jual katekin yang diproduksi adalah Rp ,- dan tanin dijual dengan harga Rp ,-. Harga produk katekin dan tanin yang diproduksi tidak tetap, melainkan terjadi peningkatan harga. Kenaikan harga ditetapkan secara bertahap mengingat pasar katekin dan tanin merupakan pasar yang baru dibangun sehingga sangat memerlukan strategi pemasaran sebagai tahap awal pengenalan produk di pasaran. 3. Strategi Tempat dan distribusi Menurut Kotler (2000) saluran pemasaran dapat dilihat sebagai sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu dengan lainnya serta terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk digunakan. Saluran pemasaran dicirikan dengan jumlah tingkat saluran. Katekin dan tanin sebagai barang industri memiliki tipe saluran pemasaran untuk memasarkan produk tersebut ke indutri hilir pengguna produk. Terdapat beberapa alternatif saluran pemasaran yang dapat digunakan. Pertama, PT. Gambir Agro Farmaka (PT. GAF) dapat membentuk organisasi penjualan produk katekin dan tanin untuk menjual secara langsung produk ini ke pelanggan industri melalui metode bisnis ke bisnis. Kedua, produk katekin dan tanin disalurkan melalui distributor industri pada wilayah dan industri pengguna akhir yang berbeda-beda. Tipe saluran distribusi katekin dan tanin merupakan tipe saluran distribusi untuk barang industri. Namun untuk tahap penetrasi pasar pada awal produksi dilakukan alternative pertama, yaitu memasarkan langsung melalui organisasi penjualan yang dibentuk oleh perusahaan. Hal ini dilakukan karena 52

17 produk katekin yang dibuat masih dalam jumlah terbatas dan kegiatan pemasaran yang digunakan adalah bisnis ke bisnis yang memasarkan barang industri sehingga dibutuhkan komunikasi langsung antara penjual dan konsumen industri. Pemilihan strategi ini mengharuskan PT. Gambir Agro Farmaka mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pemasaran produk katekin dan tanin yang dihasilkan, diantaranya pembentukan, tim pemasaran, tempat persediaan produk, dan strategi pemasaran. 4. Strategi Promosi Dalam pelaksanaan pemasaran produk katekin dan tanin diperlukan strategi promosi yang tepat karena produk katekin dan tanin masih tergolong produk baru yang berada pada tahap pengenalan. Promosi merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam pemasaran karena promosi dapat dijadikan alat pengenalan produk sekaligus meraih pangsa pasar. Bauran komunikasi pemasaran (bauran promosi) terdiri dari empat perangkat utama, yaitu iklan, promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation), dan penjualan personal (personal selling) (Kotler, 2000). Bauran promosi yang digunakan yaitu melalui promosi penjualan melalui internet (e-commerce), melalui pameran-pameran, dan melakukan penjualan personal bisnis ke bisnis dengan cara penawaran-penawaran ke industri pengguna katekin dan tanin dan selanjutnya menjalin hubungan kemitraan dengan perusahaan pengguna produk katekin dan tanin tersebut. Strategi pemasaran yang paling tepat digunakan adalah strategi bisnis ke bisnis karena target pasar produk katekin dan tanin adalah konsumen industri. Hal utama yang dipertimbangkan dalam strategi bisnis ke bisnis adalah spesifikasi sari produk katekin dan tanin yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan industri hilir yang akan menggunakan produk tersebut. Strategi bisnis ke bisnis dilakukan melalui promosi dengan menitik beratkan pada metode penjualan personal melalui presentasi penjualan, pertemuan pejualan, komunikasi melalui media elektronik (telepon,fax, ), program insentif, sample pada pelanggan-pelanggan industri serta melalui pameran dagang nasional maupun internasional.dalam melakukan promosi produk katekin dan tanin akan dilakukan melalui dua cara yaitu melakukan penjualan dengan menjual sendiri menggunakan tenaga pemasar yang 53

18 dimiliki perusahaan dan menjual produk dengan bekerjasama dengan distributor bahan kimia dan produk lainnya yang saat ini sudah bergerak di bidang tersebut. Konsumen dari industri katekin dan tanin yaitu beberapa industri hilir yang masih sedikit mengetahui kehadiran produk katekin dan tanin dari gambir asalan. Oleh karena itu tahapan untuk memperkenalkan kepada konsumen dimulai dari menarik perhatian (awareness), stelah itu tumbuh minat (interest), kemudian berkehendak (desire) untuk melakukan (action) pembelian produk tersebut. Di Indonesia, produk katekin dan tanin sudah digunakan oleh beberapa industri hilir, namun katekin dan tanin yang digunakan berasal dari bahan baku sumber daya alam non gambir sehingga PT. Gambir Agro Farmaka perlu menciptakan pasar. Selain itu saat ini kebanyakan industri hilir menggunakan katekin dan tanin dengan menggunakan ekstrak dari gambir dalam bentuk crude tanpa pemurnian. Sehingga untuk memperoleh pasar perlu diciptakan pasar pengguna katekin dan tanin serta memperkenalkan produk yang dibuat pada pasar dengan menciptakan citra produk pada benak konsumen industri sebagai produk terstandar yang memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan oleh masing-masing industri hilir. 54

I. PENDAHULUAN. dari kemiringan rendah hingga sangat curam (Gumbira-Sa id et al., 2009).

I. PENDAHULUAN. dari kemiringan rendah hingga sangat curam (Gumbira-Sa id et al., 2009). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambir merupakan ekstrak daun dan ranting yang berasal dari tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb.) yang telah dikeringkan. Produk tersebut telah lama dikenal oleh masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama gambir (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 2009)

Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 2009) Lampiran 1. Pohon Industri Gambir (Gumbira Sa id et al., 29) Pohon Gambir Daun Gambir Ranting Gambir Muda Batang Gambir Tua Kompos (Dari Daun Sisa Gambir Asalan Kayu Bakar Pelet Kayu Gambir untuk Menginang

Lebih terperinci

RENCANA PASAR DAN PEMASARAN

RENCANA PASAR DAN PEMASARAN IV. RENCANA PASAR DAN PEMASARAN Dalam menganalisis aspek pasar dan pemasaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti kedudukan produk saat ini, komposisi, dan perkembangan permintaan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis BAB 7 Manajemen Pemasaran 7.1. Konsep-Konsep Inti Pemasaran Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pemasaran 2.1.1 Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Pembahasan konsep pemasaran dimulai dari adanya kebutuhan manusia. Kebutuhan dasar manusia bisa dibedakan berupa fisik seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena peranannya yang cukup menonjol sebagai sumber pendapatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. karena peranannya yang cukup menonjol sebagai sumber pendapatan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kopi merupakan komoditas perkebunan yang sangat terkenal di seluruh dunia khususnya di Indonesia. kopi merupakan andalan sub sektor perkebunan karena peranannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus,

I. PENDAHULUAN. Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus, I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus, artinya, upaya untuk memperindah tubuh manusia secara keseluruhan, mulai dari rambut, mata,

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6 Pemasaran Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si Definisi Pemasaran Kotler dan Lane (2007): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL Gambir merupakan salah satu produk ekspor Indonesia yang prospektif, namun hingga saat ini Indonesia baru mengekspor gambir dalam bentuk gambir asalan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perubahan lingkungan bisnis seperti globalisasi dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perubahan lingkungan bisnis seperti globalisasi dan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perubahan lingkungan bisnis seperti globalisasi dan perkembangan teknologi membuat keinginan konsumen berubah seiring dengan waktu. Perubahan - perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan dalam dunia bisnis bukanlah hal yang asing, tidak dipungkiri lagi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan dalam dunia bisnis bukanlah hal yang asing, tidak dipungkiri lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini persaingan dalam dunia bisnis bukanlah hal yang asing, tidak dipungkiri lagi bahwa pengusaha di Indonesia berlomba lomba untuk memberikan produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batik. Batik Indonesia dibuat di banyak daerah di Indonesia dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. batik. Batik Indonesia dibuat di banyak daerah di Indonesia dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan kerajinan yang mempunyai nilai seni tinggi dan menjadi warisan budaya Indonesia. Batik di Indonesia merupakan produk kebanggaan dari sisi produk

Lebih terperinci

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM MAKALAH KEGIATAN PPM Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM Oleh: Muniya Alteza, M.Si 1 Disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan Usaha bagi UKM di Desa Sriharjo, Bantul Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Priestley, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan bahwa CO2 yang

BAB I PENDAHULUAN. Priestley, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan bahwa CO2 yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perubahan ekonomi serta kegiatan bisnis, maka dibutuhkan strategi untuk menarik dan mempertahankan konsumen dan pelanggan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Pemasaran Suparyanto & Rosad (2015:3) mengatakan bahwa manajemen pemasaran adalah ilmu yang mempelajari tentang perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia pada umumnya dewasa ini sangat cepat berubah demikian

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia pada umumnya dewasa ini sangat cepat berubah demikian Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia pada umumnya dewasa ini sangat cepat berubah demikian pesatnya, terlebih pada era globalisasi ini perubahan informasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KERAJINAN KESET DARI LIMBAH GARMEN PADA KOPERASI WANITA MELATI. A. Strategi Pemasaran Koperasi Wanita Melati

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KERAJINAN KESET DARI LIMBAH GARMEN PADA KOPERASI WANITA MELATI. A. Strategi Pemasaran Koperasi Wanita Melati BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KERAJINAN KESET DARI LIMBAH GARMEN PADA KOPERASI WANITA MELATI A. Strategi Pemasaran Koperasi Wanita Melati Pada bab IV ini peneliti akan membahas hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimal untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang bersifat heterogen.

BAB I PENDAHULUAN. maksimal untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang bersifat heterogen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya teknologi membuat perkembangan di sektor industri semakin pesat. Banyak perusahaan baru dan tentu saja hal ini menyebabkan persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga kini masih memperhatikan perkembangan cukup baik. Jumlah pabrik

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga kini masih memperhatikan perkembangan cukup baik. Jumlah pabrik 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kemasan kaleng tinplate di Indonesia telah dirintis sejak lama, dan hingga kini masih memperhatikan perkembangan cukup baik. Jumlah pabrik kaleng tidak banyak

Lebih terperinci

FUNGSI PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN.

FUNGSI PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN. FUNGSI PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN Definisi Sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis Merencanakan menentukan harga Mempromosikan Mendistribusikan barang dan jasa memuaskan kebutuhan pembeli. Pemasaran meliputi:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sering diartikan oleh banyak orang sebagai kegiatan atau aktivitas dalam menjual beli barang di pasaran. Sebenarnya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA SWOT, PEMASARAN, DAN LINGKUNGAN BISNIS

BAB V ANALISA SWOT, PEMASARAN, DAN LINGKUNGAN BISNIS 65 BAB V ANALISA SWOT, PEMASARAN, DAN LINGKUNGAN BISNIS 5.1. Analisa SWOT 5.1.1. Strength (Kekuatan) - Mempunyai ragam variasi kegunaan yang tinggi (masak, membuat roti, minum, mengobati penyakit autisme,

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar belakang Penelitian Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di antara berbagai perusahaan yang sejenis. Oleh karena itu semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di antara berbagai perusahaan yang sejenis. Oleh karena itu semua perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia bisnis sedang mengalami keterpurukan. Persaingan yang ketat terjadi di antara berbagai perusahaan yang sejenis. Oleh karena itu semua perusahaan baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan semakin ketat, khususnya pada perusahaan sabun mandi. Saat ini ada

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan semakin ketat, khususnya pada perusahaan sabun mandi. Saat ini ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam dunia bisnis yang semakin pesat membuat tingkat persaingan semakin ketat, khususnya pada perusahaan sabun mandi. Saat ini ada banyak sekali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam bisnis yang meliputi pencarian bahan baku produk hingga produk tersebut sampai ke konsumen. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menawan sangat penting bagi wanita. Hal ini dapat dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang menawan sangat penting bagi wanita. Hal ini dapat dibuktikan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, produk kosmetik khususnya kosmetik wanita memberikan suatu peluang bisnis. Kulit wajah dan tubuh yang menawan sangat penting

Lebih terperinci

Kebutuhan. Keinginan. Pasar. Hubungan. Permintaan. Transaksi. Produk. Nilai & Kepuasan. Pertukaran

Kebutuhan. Keinginan. Pasar. Hubungan. Permintaan. Transaksi. Produk. Nilai & Kepuasan. Pertukaran Kebutuhan Pasar Keinginan Hubungan Permintaan Transaksi Produk Pertukaran Nilai & Kepuasan Memaksimumkan konsumsi Memaksimumkan utilitas (kepuasan) konsumsi Memaksimumkan pilihan Memaksimumkan mutu hidup

Lebih terperinci

Kata Kunci: pemasaran, penetrasi pasar, 4P, segmentasi, target, posisi

Kata Kunci: pemasaran, penetrasi pasar, 4P, segmentasi, target, posisi ABSTRAK Pangan sebagai kebutuhan pokok manusia mengalami perkembangan menjadi sebuah industri yang besa.r Di Indonesia, industri pangan terus bertumbuh, seriring dengan tren pertumbuhan penduduk yang positif.

Lebih terperinci

BAB 4 Marketing Mix Strategy

BAB 4 Marketing Mix Strategy BAB 4 Marketing Mix Strategy Marketing Mix Strategy Kombinasi dari 4P: 1. Product 2. Price 3. Place 4. Promotion Product Adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, demi mendapatkan dan. mempertahankan kecantikan dari waktu ke waktu. Inilah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, demi mendapatkan dan. mempertahankan kecantikan dari waktu ke waktu. Inilah yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kosmetik sangat identik dengan keindahan dan kesehatan tubuh dari ujung rambut sampai kaki. Bagi wanita, produk kosmetik selalu menjadi bagian dari kehidupan

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 58 BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Faktor Internal-Eksternal Perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk dalam kegiatannya memiliki beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal yang dapat

Lebih terperinci

SISTEMATIKA BUSINESS PLAN (RENCANA BISNIS) Dr. FX. Suharto, M. Kes

SISTEMATIKA BUSINESS PLAN (RENCANA BISNIS) Dr. FX. Suharto, M. Kes SISTEMATIKA BUSINESS PLAN (RENCANA BISNIS) Dr. FX. Suharto, M. Kes Hasil yg diharapkan Setiap Kelompok terdiri dari 5-6 orang Setiap Kelompok membuat 1 (satu) Rencana Bisnis Bidang usaha yang dipilih harus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran menurut Kotler, (2002 :18) adalah Seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dewasa ini, strategi pemasaran menjadi faktor penting bagi suatu perusahaan untuk dapat bersaing dan bertahan. Menghadapi kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif pada perkembangan sektor perdagangan. Kondisi tersebut sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. positif pada perkembangan sektor perdagangan. Kondisi tersebut sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia yang berkembang, memberikan dampak positif pada perkembangan sektor perdagangan. Kondisi tersebut sejalan dengan timbulnya perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Pemasaran Home Industry Manik-manik Beads Flower. Pemasaran merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu industri

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Pemasaran Home Industry Manik-manik Beads Flower. Pemasaran merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu industri BAB IV ANALISIS DATA A. Strategi Pemasaran Home Industry Manik-manik Beads Flower Pemasaran merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu industri besar maupun kecil. Pemasaran bertujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (beranda.miti.or.id)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (beranda.miti.or.id) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produksi makanan dan minuman di Indonesia saat ini menunjukkan dampak yang cukup positif dibandingkan beberapa tahun ke belakang. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi dan

BAB II LANDASAN TEORI. adalah Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2005 : 18) adalah Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik sesuai dengan pertanyaan penelitian adalah:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik sesuai dengan pertanyaan penelitian adalah: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, kesimpulan yang dapat ditarik sesuai dengan pertanyaan penelitian adalah: 1. Kualitas produk berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI 9 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011) pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara manapun di dunia ini termasuk di Indonesia apabila perekonomian bangsa dikelola secara jujur, adil dan profesional, maka pertumbuhan ekonomi akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini mengalami kemunduran dibandingkan dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini mengalami kemunduran dibandingkan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini mengalami kemunduran dibandingkan dengan perekonomian dunia yang mengalami perkembangan yang sangat baik. Kemunduran ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII RESEARCH BY Ricky Herdiyansyah SP, MSc Ricky Herdiyansyah SP., MSc rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII PEMASARAN : Aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih sekarang ini mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia menghadapi persaingan yang cukup berat. Perusahaan harus mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di mana bisnis dan perekonomian juga semakin mengglobal, membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. di mana bisnis dan perekonomian juga semakin mengglobal, membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia bisnis, terlebih dalam era globalisasi ini, di mana bisnis dan perekonomian juga semakin mengglobal, membuat persaingan yang dihadapi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar pasar industri perawatan pribadi dan kosmetik semakin

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar pasar industri perawatan pribadi dan kosmetik semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar pasar industri perawatan pribadi dan kosmetik semakin kompetitif. Terbukti dengan banyaknya jenis kosmetika yang beredar baik produksi dalam negeri

Lebih terperinci

2. Aspek pasar & pemasaran. Definisi Pasar:

2. Aspek pasar & pemasaran. Definisi Pasar: 2. Aspek pasar & pemasaran Definisi Pasar: Tempat bertemunya penjual dan pembeli Tempat bertemunya kekuatan permintaan dan penawaran Tempat dikoordinasikan orang-orang untuk melakukan tawar menawar sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri bagi setiap orang. Untuk itu yang selalu ingin berpenampilan menarik,

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri bagi setiap orang. Untuk itu yang selalu ingin berpenampilan menarik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecantikan dan keindahan wajah merupakan dambaan dan daya tarik tersendiri bagi setiap orang. Untuk itu yang selalu ingin berpenampilan menarik, perawatan wajah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang diteliti adalah keragaan dan strategi pemasaran agroindustri

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang diteliti adalah keragaan dan strategi pemasaran agroindustri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek yang diteliti adalah keragaan dan strategi pemasaran agroindustri kerajinan rotan untuk meningkatkan volume penjualan ekspor. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Bauran Pemasaran 2.1.1. Pengertian Bauran Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat ini belum juga berakhir. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya permasalahan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak terlepas dari pengaruh manusia lain dalam berinteraksi sehari-hari. Terutama dalam memenuhi kebutuhannya, karena setiap manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan semakin berkembang. Hal tersebut terjadi seiring dengan pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan semakin berkembang. Hal tersebut terjadi seiring dengan pengaruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dewasa ini, kondisi dunia bisnis telah berkembang menjadi semakin kompetitif, bergerak dengan cepat serta semakin sulit untuk diprediksi. Konsumsi masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TEORI DASAR / TEORI UMUM 2.1.1 DEFINISI PUBLIC RELATIONS Hubungan masyarakat ( humas ) atau yang lebih dikenal dengan istilah Public Relation merupakan serangkaian kegiatan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya perkembangan zaman maka kebutuhan

I. PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya perkembangan zaman maka kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya perkembangan zaman maka kebutuhan manusia ikut pula meningkat, tidak hanya dalam pemenuhan kebutuhan primer tetapi meluas kekebutuhan yang

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

Bab I Mendefinisikan Pemasaran untuk Abad ke- 21

Bab I Mendefinisikan Pemasaran untuk Abad ke- 21 Bab I Mendefinisikan Pemasaran untuk Abad ke- 21 Ruang Lingkup Definisi pemasaran : Fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberi nilai kepada pelanggan dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia pada umumnya dewasa ini sangat cepat berubah demikian

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia pada umumnya dewasa ini sangat cepat berubah demikian Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia pada umumnya dewasa ini sangat cepat berubah demikian pesatnya, terlebih pada era globalisasi ini perubahan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas konsumen terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: berbelanja, melakukan pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, konsumen

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran 2.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran Strategi Produk

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran 2.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran Strategi Produk 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran atau marketing mix adalah kumpulan dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha teknologi bertambah hari bertambah ketat,

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha teknologi bertambah hari bertambah ketat, BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dunia usaha teknologi bertambah hari bertambah ketat, banyaknya produk produk sejenis dengan segmentasi pasar yang sama menambah

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN - 2 STRATEGI PEMASARAN

KEWIRAUSAHAAN - 2 STRATEGI PEMASARAN KEWIRAUSAHAAN - 2 Modul ke: STRATEGI PEMASARAN Fakultas Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak Program Studi www.mercubuana.ac.id 1 PEMASARAN Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. konsumen sasaran, menentukan peranan periklanan dan bauran promosi, menunjukkan tujuan dan besarnya anggaran promosi, memilih strategi

BAB V PENUTUP. konsumen sasaran, menentukan peranan periklanan dan bauran promosi, menunjukkan tujuan dan besarnya anggaran promosi, memilih strategi 95 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pemasaran merupakan sekumpulan rancangan kegiatan yang berkaitan untuk mengetahui kebutuhan konsumen dan pengembangan, mendistribusikan, mempromosikan, serta menetapkan harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini di mana perubahan teknologi dan arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini di mana perubahan teknologi dan arus informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian semakin maju, terlebih pada masa globalisasi seperti sekarang ini di mana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan. memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

LANDASAN TEORI. memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan. memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Manajemen, Pemasaran, dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sering diartikan oleh banyak orang sebagai kegiatan atau aktivitas dalam menjual

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumah penduduk lebih dari 220 juta, ditambah kunjungan wisatawan manca negara sekitar 5 juta per tahun merupakan pasar yang empuk bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .(http://news.id.msn.com) Kotler,2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .(http://news.id.msn.com) Kotler,2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan dunia usaha saat ini khususnya di Indonesia sangat ketat, hal ini dapat diketahui karena setiap perusahaan berusaha untuk merebut market share dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang (www.agro.kemenperin.go.id)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang (www.agro.kemenperin.go.id) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Para pelaku bisnis barang dan jasa yang jumlahnya meningkat dengan pesat akhir-akhir ini membawa dampak yang tinggi dalam tingkat pesaingan dunia bisnis. Sikap selektif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Industri Kecil

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Industri Kecil 6 II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Industri Kecil Industri kecil menurut Biro Pusat Statistik (BPS, 1997) adalah sebuah perusahaan industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang, termasuk pekerja yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan untuk merancang dan mengaplikasikan strategi pemasaran seakurat mungkin dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) pada abad 21 dan reformasi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) pada abad 21 dan reformasi sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi (TI) pada abad 21 dan reformasi sosial politik memberi perubahaan besar pada industri media masa di Indonesia. Fungsi media masa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus mampu bertahan, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan antar pasar industri perawatan pribadi dan kosmetik semakin kompetitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetik yang beredar baik produksi

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN LION STAR DALAM MENARIK MINAT KONSUMEN

BAB V STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN LION STAR DALAM MENARIK MINAT KONSUMEN BAB V STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN LION STAR DALAM MENARIK MINAT KONSUMEN Setelah peneliti melakukan wawancara dan observasi pada objek penelitian, selanjutnya peneliti akan melakukan analisis untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tak hanya mencakup penjualan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tak hanya mencakup penjualan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran ( Marketing ) merupakan suatu rangkaian proses kegiatan yang tak hanya mencakup penjualan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi perubahaan gaya hidup. Manusia selalu berusaha untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi perubahaan gaya hidup. Manusia selalu berusaha untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang tidak terbatas semakin berkembang dari waktu ke waktu, kemajuan teknologi dan informasi telah membawa dampak besar bagi perubahaan gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemasaran menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai jenis usaha. Di era globalisasi saat ini, tingginya tingkat persaingan dalam menguasai pangsa pasar,

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: 10 Entrepreneurship and Inovation Management Berisi : SEGMENTATION TARGETING - POSITIONING Fakultas Ekonomi Dr. Tukhas Shilul Imaroh,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar maupun perusahaan kecil, bersama-sama berjuang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar maupun perusahaan kecil, bersama-sama berjuang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tantangan persaingan di dunia industri dewasa ini semakin berat, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil, bersama-sama berjuang mempertahankan produknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6) : Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai

Lebih terperinci

1. Pengertian Pemasaran Menurut H. Nystrom Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. 2.

1. Pengertian Pemasaran Menurut H. Nystrom Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. 2. Pengantar Manajemen Pemasaran Pengertian Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran Menurut H. Nystrom Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. 2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini, masyarakat Indonesia sudah mulai terpengaruh dan mengadaptasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini, masyarakat Indonesia sudah mulai terpengaruh dan mengadaptasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, masyarakat Indonesia sudah mulai terpengaruh dan mengadaptasi gaya hidup orang asing yang dikenal dengan istilah westernisasi, mulai dari gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional sangat penting karena sektor ini mampu menyerap sumber daya yang paling besar dan memanfaatkan sumber daya yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak industri yang juga mengalami fenomena tersebut. Industri fast moving

BAB I PENDAHULUAN. banyak industri yang juga mengalami fenomena tersebut. Industri fast moving BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern, persaingan dalam dunia bisnis dari tahun ke tahun semakin kompetitif. Berbagai perusahaan melakukan segala usaha untuk mempertahankan dan merebut hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia dan salah satu sumber pendapatan bagi para petani. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 ternyata. Food Utama (YFU), satu-satunya perusahaan lokal yang bergerak dalam

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 ternyata. Food Utama (YFU), satu-satunya perusahaan lokal yang bergerak dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 ternyata memiliki dampak positif terhadap beberapa perusahaan. Bagi PT. Yummy Food Utama (YFU), satu-satunya perusahaan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan, dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi ekonomi, keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi ekonomi, keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari suatu kondisi Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era globalisasi ekonomi, keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN 7.1 Ragam Bidang Usaha UMKM mitra binaan IPB terdiri dari beragam jenis bidang usaha, diantaranya UMKM pangan, jasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era perkembangan zaman seperti ini telah terjadi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era perkembangan zaman seperti ini telah terjadi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era perkembangan zaman seperti ini telah terjadi perkembangan bisnis yang sangat pesat, khususnya di bidang yang menghasilkan produk kebutuhan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, susu dapat dikonsumsi oleh semua orang dengan semua umur namun

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, susu dapat dikonsumsi oleh semua orang dengan semua umur namun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kebutuhan akan susu sangat dibutuhkan karena merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tentunya sangat berguna untuk kesehatan. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya industri pangan dan non-pangan di Indonesia, telah menyebabkan kebutuhan bahan baku dan bahan penolong bagi industri tersebut menjadi hal yang sangat penting. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggannya akan barang

Lebih terperinci