EVALUASI TAMAN RUMAH SAKIT SEBAGAI HEALING GARDEN (STUDI KASUS: SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL) RACHMA KANIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI TAMAN RUMAH SAKIT SEBAGAI HEALING GARDEN (STUDI KASUS: SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL) RACHMA KANIA"

Transkripsi

1 EVALUASI TAMAN RUMAH SAKIT SEBAGAI HEALING GARDEN (STUDI KASUS: SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL) RACHMA KANIA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN RACHMA KANIA. A Evaluasi Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden (Studi Kasus: Santosa Bandung International Hospital). Dibimbing oleh QODARIAN PRAMUKANTO. Ruang terbuka hijau dirancang untuk beberapa fungsi. Salah satu dari fungsi ini adalah menyembuhkan atau mengandung nilai-nilai pengobatan bagi penggunanya (terapeutik). Namun, perhatian terhadap fungsi tersebut masih kurang. Penelitian yang lebih mendalam yang memperhitungkan taman sebagai elemen yang penting dalam proses penyembuhan terhadap penggunanya masih diabaikan. Pemanfaatan ruang terbuka hijau yang bersifat menyembuhkan tersebut sangatlah dibutuhkan khususnya di Indonesia dengan kondisi masyarakat sedang dihimpit oleh berbagai tekanan fisik, psikis, dan kebutuhan hidup. Salah satu area yang telah menerapkan konsep healing garden adalah Rumah Sakit Internasional Santosa yang berada di daerah pusat kota Bandung, Jawa Barat. Rumah sakit ini menyediakan healing garden sebagai bagian yang bersinergi dengan pelayanan perangkat klinik, dokter, dan paramedis serta fasilitas dalam mewujudkan fungsi cure and care. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi konsep dan desain berdasarkan fungsi healing garden di Santosa Bandung International Hospital, Bandung, Jawa Barat. Tujuan selanjutnya adalah mengamati pengaruh dari keberadaaan healing garden terhadap pengguna berdasarkan konsep dan fungsi healing garden tersebut, dan yang terakhir adalah menyusun suatu usulan pemecahan masalah berupa rekomendasi dan saran apabila ditemukan ketidaksesuaian. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memahami peran dari keberadaan suatu ruang terbuka hijau yang bersifat menyembuhkan yang diwujudkan dalam bentuk healing garden. Rekomendasi yang diajukan dalam studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan rancangan dari healing garden yang sejenis di tempat lainnya. Penelitian dilakukan di Bandung, Jawa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital (SBIH) pada tiga tapak healing garden, dua tapak pada lantai empat dan satu tapak pada lantai sembilan. Waktu pengumpulan data dilakukan dari bulan Agustus hingga Oktober Penelitian dilakukan dalam lima tahap, yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, evaluasi, dan sintesis. Pada tahap pertama dilakukan desk study untuk menyusun konsep dan kriteria evaluasi berdasarkan studi pustaka yang terkait dengan permasalahan, serta mempersiapkan masalah administrasi yang diperlukan. Pada tahap selanjutnya pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan cara observasi lapang dan wawancara. Kemudian pada tahap analisis dilakukan penilaian area, elemen desain dan elemen taman berdasarkan kriteria desain fungsional healing garden pada ketiga taman dengan pengamatan, pencatatan, dan penilaian terhadap desain healing garden aktual. Analisis yang digunakan menggunakan analisis deskriptif dan kualitatif dengan menggunakan metode KPI (Key Performance Index). Pada tahap evaluasi dibandingkan desain healing garden dan kriteria desain fungsional, konfirmasi, dan verifikasi fungsi berdasarkan program aktivitas terapi yang dilakukan terhadap kesesuaian desain taman dengan kriteria standar dan pengaruh keberadaan healing garden di

3 lingkungan rumah sakit. Nilai KPI yang diperoleh menggambarkan perbedaan kualitas dari healing garden, antara kondisi aktual dan kualitas standar untuk setiap indikator. Aspek terapi yang terdapat pada healing garden SBIH ditinjau dari fasilitas dan keberadaan program terapi yang dilakukan di taman. Pada tahap terakhir dikembangkan hasil analisis dan evaluasi mengenai kesesuaian desain taman dan bagaimana pengaruh healing garden terhadap penggunanya. Hasil yang didapatkan berupa kesimpulan apakah healing garden tersebut sesuai atau tidak secara desain dan apakah keberadaannya berpengaruh terhadap penggunanya. Jika terdapat ketidaksesuaian, diusulkan pemecahan masalah. Solusi berupa suatu usulan program mengenai pemanfaatan tapak secara maksimal, usulan perbaikan rancangan, atau tambahan rancangan pada healing garden. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, healing garden lantai sembilan SBIH memiliki nilai KPI 0,72, lantai empat utara memiliki nilai KPI 0,63, dan lantai empat selatan 0,67. Pengaruh yang dirasakan oleh pengguna setelah kedatangan mereka ke taman menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna merasakan efek kedatangan ke taman dengan hasil yang baik dan positif. Sebanyak 95,24% dari keseluruhan pengguna menyetujui bahwa dengan datang ke taman, stress-nya hilang dan 4,76% merasa tidak yakin; sebesar 90,48% berpendapat bahwa mereka merasakan efek positif dari kedatangan ke taman ini dan sisanya 9,52% merasa tidak yakin. Aktivitas pengguna taman yang dominan berupa berjalan mengelilingi taman, duduk-duduk, dan mencoba fasilitas refleksi. Hasil verifikasi melalui pengamatan perilaku diperoleh bahwa konsentrasi pergerakan pengguna dominan dilakukan pada jalur area tempat duduk atau area pasif. Nilai KPI yang dihasilkan dari evaluasi ketiga healing garden, diperoleh nilai KPI<1. Berdasarkan konfirmasi terhadap nilai KPI tersebut melalui pendapat responden dan verifikasi pengamatan perilaku pengguna healing garden SBIH dapat disimpulkan bahwa healing garden SBIH kurang sesuai dengan kriteria desain fungsional taman terapeutik berdasarkan kriteria desain menurut Marcus (1999, 2000), McDowell & McDowell (1998), dan Stigsdotter & Grahn (2002). Beberapa usulan rekomendasi diajukan untuk menyempurnakan fungsi healing garden pada aspek-aspek yang kurang sesuai tersebut, yaitu pada aspek fisik dan desain, aspek kualitas, aspek ruang, dan aspek elemen. Kata kunci: healing garden, taman rumah sakit, key performance index, evaluasi taman

4 EVALUASI TAMAN RUMAH SAKIT SEBAGAI HEALING GARDEN (STUDI KASUS: SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap RACHMA KANIA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

5 LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Evaluasi Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden (Studi Kasus: Santosa Bandung International Hospital) Nama : Rachma Kania NIM : A Disetujui, Pembimbing Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si NIP Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Tanggal lulus:

6 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-nya sehingga pembuatan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul Evaluasi Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden (Studi Kasus: Santosa Bandung International Hospital) membahas tentang healing garden yang berada di Santosa Bandung International Hospital, Bandung, Jawa Barat. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan baik materi maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. keluarga tercinta, kedua orang tua Ayah dan Bunda, serta adik atas segala dukungan dan doa yang senantiasa diberikan kepada penulis; 2. Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, dan nasihatnya dalam penyusunan skripsi ini; 3. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. dan Dr. Ir. Afra DN Makalew, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukannya untuk skripsi ini; 4. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, dukungan, dan nasihatnya dalam pengarahan akademik; 5. Dr. Danny Widjaja, yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian ini dan membimbing selama pengambilan data berlangsung, serta Dr. Toto Tanumihardja, SpRM dan Dr. Kiki, SpPDJ atas kesediaannya untuk diwawancara; 6. Ibu Panca, Ibu Naziyah, Bapak Adam, dan pihak SBIH lainnya yang telah membantu pencarian data dan tidak dapat disebutkan satu per satu; 7. keluarga di Cikutra (Opung Djalil, Nini Djuju, Om Fardin, dll.) yang telah menerima penulis dengan tangan terbuka selama penulis tinggal di Bandung; 8. teman seperjuangan bimbingan (Handika, Dina, Nurina, dan Azi); 9. Nurina, Resa, Mega W., dan Cindy atas kebersamaannya yang berarti;

7 10. teman-teman ARL 42 (Arsyad, Azi, Bayu, Chandra, Cindy, Danand, Dara, Dian, Diar, Dina, Dewi, Eka Chandra, Endah, Fajar, Ferbi, Fran, Hadrian, Handika, Hernando, Heru, Hudi, Ian, Jania, Kalla, Kartika, Kartika Sari, Lia, Lisa, Lya, M. Iqbal, M. Mudhofir, M. Rizki, M. Saepulloh, M. Zaini, Mega A., Mega W., Munawir, Nanang, Nurina, Nur Farida, Puput, Rakhmat, Ramanda, Resa, Rina, Rindha, Rizka, Samuel, Uut, Vabianto, Vella, Yulianti, Yosep, Yolla dan Yuni) atas kebersamaannya dalam empat tahun terakhir, dan kakak kelas ARL 39, 40 dan 41, serta adik kelas ARL 43, 44, dan 45; 11. teman-teman kost Harmoni 2 (Astrid, Febriona, Megawati, Avissa, Santi, Atika, Mutiara, Anggi) atas suka, duka, dan cerita yang dibagi bersama; 12. Arief Rachman, atas doa, dukungan, dan inspirasinya. Semoga dukungan dan kebaikan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan setimpal dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Mei 2010 Rachma Kania

8 RIWAYAT HIDUP Rachma Kania, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Desember 1987 dari ayah Firman Rachman Masjhur dan ibu Andanti Roesli. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dengan adik Adinda Rahma Kirana. Penulis menempuh pendidikan di TK Mutiara Indonesia Jakarta ( ), kemudian melanjutkan pendidikan di SD Adik Irma Suryani Nasution Jakarta ( ), selanjutnya penulis meneruskan pendidikan menengah pertama di SLTPN 109 Jakarta ( ), dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMUN 81 Jakarta ( ). Selama di SLTP, penulis aktif sebagai anggota di kegiatan ekstrakurikuler Tae Kwon Do dan PMR. Pada saat SMU, penulis aktif di keanggotaan Rohis dan ekstrakurikuler fotografi ZOOM 81. Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2006, penulis diterima di Mayor Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP).

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Tujuan Manfaat... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau Taman dan Hubungannya dengan Kesehatan Manusia Healing Garden Taman Rumah Sakit BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Metode dan Tahapan Penelitian Persiapan Inventarisasi Analisis Evaluasi Sintesis Alur Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Santosa International Bandung Hospital Sejarah dan Struktur Organisasi Visi, Misi, dan Tujuan Fasilitas Layanan Unggulan Rekan Kerja dan Perusahaan Tapak Healing Garden Aspek Fisik dan Desain Aspek Pengguna dan Pengelola Aspek Terapi Elemen Taman Fasilitas Evaluasi Evaluasi Aspek Fisik Evaluasi Aspek Kualitas Tapak Evaluasi Aspek Ruang-Ruang Taman v vi vii

10 Evaluasi Aspek Elemen Taman Evaluasi Aspek Sosial dan Aktivitas Sintesis Rekomendasi Rekomendasi Aspek Umum Rekomendasi Aspek Konsep dan Desain Rekomendasi Aspek Terapi BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Jenis, Bentuk dan Sumber Data Tabel 3.2 Kriteria Desain Fungsional Berdasarkan Para Ahli Tabel 3.3 Kriteria Standar Healing Garden Modifikasi dari McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999), Marcus (2000) serta Stigsdotter dan Grahn (2002) Tabel 4.1 Dominasi Taman yang Sering Didatangi Tabel 4.2 Kondisi dan Aktivitas Pengunjung Healing Garden SBIH Tabel 4.3 Kondisi Pengunjung Setelah Kunjungan ke Healing Garden SBIH 51 Tabel 4.4 Elemen Taman dan Permasalahan di Healing Garden SBIH Tabel 4.5 Nilai Penting Taman Tabel 4.6 Penjelasan Pasien tentang Nilai Penting Taman Tabel 4.7 Persepsi terhadap Nilai Fungsi dan Elemen Taman Tabel 4.8 Kesan dan Pesan Pengunjung Taman Tabel 4.9 Daftar Elemen Lunak di Ketiga Healing Garden Tabel 4.10 Daftar Elemen Keras di Ketiga Healing Garden Tabel 4.11 Penilaian Kondisi Aktual Healing Garden Lantai Empat Bagian Utara Berdasarkan Kriteria Standar Tabel 4.12 Penilaian Kondisi Aktual Healing Garden Lantai Empat Bagian Selatan Berdasarkan Kriteria Standar Tabel 4.13 Penilaian Kondisi Aktual Healing Garden Lantai Sembilan Berdasarkan Kriteria Standar Tabel 4.14 Hasil Rekapitulasi Penilaian Aktual, Verifikasi Pengamatan Perilaku Pengguna, dan Konfirmasi Responden Taman Lantai Empat Bagian Utara Tabel 4.14 Hasil Rekapitulasi Penilaian Aktual, Verifikasi Pengamatan Perilaku Pengguna, dan Konfirmasi Responden Taman Lantai Empat Bagian Selatan Tabel 4.16 Hasil Rekapitulasi Penilaian Aktual, Verifikasi Pengamatan Perilaku Pengguna, dan Konfirmasi Responden Taman Lantai Sembilan Tabel 4.17 Evaluasi dan Rekomendasi untuk Ketiga Healing Garden SBIH 88

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Skema Tahapan Penelitian Gambar 4.1 Peta dan Tampak Atas SBIH Gambar 4.2 Struktur Organisasi SBIH yang Berhubungan dengan Taman 28 Gambar 4.3 Fasilitias dan Layanan Unggulan SBIH Gambar 4.4 Denah Healing Garden Lantai Empat Gambar 4.5 Denah Healing Garden Lantai Sembilan Gambar 4.6 Aksesibilitas Healing Garden Lantai Empat Gambar 4.7 Aksesibilitas Healing Garden Lantai Sembilan Gambar 4.8 Lokasi dan Aksesibilitas Gambar 4.9 Jalur Ramp Pada Taman Gambar 4.10 Ruang dalam Taman Gambar 4.11 Kualitas Visual Healing Garden Lantai Empat Gambar 4.12 Kualitas Visual Healing Garden Lantai Sembilan Gambar 4.13 Kualitas Audio Healing Garden Lantai Empat Gambar 4.14 Kualitas Audio Healing Garden Lantai Sembilan Gambar 4.15 Taman dengan Konsep Taman Cina Gambar 4.16 Elemen Keras Gambar 4.17 Elemen Lunak Gambar 4.18 Spasial Pengamatan Pengguna Healing Garden Lantai Empat Gambar 4.19 Spasial Pengamatan Pengguna Healing Garden Lantai Sembilan Gambar 4.20 Fasilitas di Taman Lantai Sembilan Gambar 4.21 Rekomendasi Healing Garden Lantai Empat Utara Gambar 4.22 Rekomendasi Healing Garden Lantai Empat Selatan Gambar 4.23 Rekomendasi Healing Garden Lantai Sembilan Gambar 4.24 Rekomendasi Aspek Umum Gambar 4.25 Rekomendasi Aspek Konsep dan Desain Gambar 4.26 Rekomendasi Aspek Terapi... 98

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Kuesioner untuk Survei Lampiran 2 Pertanyaan untuk Wawancara

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Simonds (1983) menjabarkan bahwa ruang terbuka hijau dikembangkan untuk beberapa fungsi. Fungsi tersebut antara lain dapat meluaskan fungsi dari sebuah struktur, contohnya seperti area parkir kendaraan di bagian depan sebuah rumah atau halaman belakang yang memperluas ruang makan ataupun dapur. Salah satu dari fungsi yang berkaitan dengan kesehatan adalah terapeutik atau fungsi yang berkaitan dengan pengobatan bagi penggunanya. Sejak hampir seribu tahun yang lalu, di kawasan Asia dan Barat sudah dipahami bahwa tanaman dan taman dapat bermanfaat dalam proses penyembuhan pasien di lingkungan perawatan kesehatan (Ulrich, 2002). Namun, penerapan fungsi terapi yang memperhitungkan taman sebagai elemen yang penting dalam proses penyembuhan terhadap pasien di tempat perawatan kesehatan seperti di rumah sakit masih diabaikan. Dalam beberapa dekade terakhir, telah timbul kesadaran tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang berfungsi efisien, higienis, dan juga menyenangkan serta dapat mengurangi stress. Hal ini didukung dengan adanya penelitian yang menunjukkan bahwa kondisi psikologis seseorang memiliki pengaruh terhadap kondisi kesehatannya (Ulrich, 2002). Begitu pula dengan kondisi dan situasi yang menyehatkan dan dapat mengurangi stress untuk lebih dipertimbangkan ketika membangun sebuah fasilitas perawatan kesehatan. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang jelas dalam kesembuhan pasien yang cepat dari stress dan peningkatan kesehatan setelah melihat pemandangan alam atau berada di tempat alami (Marcus, 2000). Terdapat bukti ilmiah yang masih sedikit, tetapi berkembang mengenai pandangan bahwa taman dapat mengurangi keadaan stress pasien dan meningkatkan kesehatan pasien. Hal tersebut merupakan fakta yang mendukung dan menjadi elemen kunci dalam peningkatan perhatian terhadap penyediaan taman dalam rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya (Ulrich, 2002).

15 2 Kebutuhan penggunaan ruang terbuka hijau yang bersifat menyembuhkan tersebut sangatlah dibutuhkan, terutama di Indonesia, dengan kondisi masyarakat sekarang yang sedang dihimpit oleh berbagai tekanan fisik, psikis, dan kebutuhan hidup. Terdapat banyak rumah sakit yang memiliki potensi untuk menyediakan taman penyembuhan (healing garden) yang dapat membantu penyembuhan pasien yang ada. Salah satunya yang telah menyediakan healing garden adalah Santosa Bandung International Hospital yang berada di daerah pusat kota Bandung, Jawa Barat. Rumah sakit ini menyediakan healing garden sebagai bagian yang bersinergi dengan pelayanan perangkat klinik, dokter, dan paramedis serta fasilitas dalam mewujudkan fungsi cure and care. Healing garden atau dapat disebut juga taman penyembuhan merupakan suatu konsep perancangan suatu taman atau ruang yang mengaplikasikan ruang luar sebagai bagian dari terapi terintegrasi dengan kesehatan. Konsep ruang pada taman ini bertujuan untuk meningkatkan daya penyembuhan pasien dengan melihat keindahan taman dan suasana alami sehingga stress selama sakit dapat terobati. Tidak hanya bagi pasien, healing garden ini juga dapat dinikmati dan dikunjungi oleh pengunjung pasien dan karyawan dari rumah sakit tersebut. Beberapa kualitas dan elemen yang terdapat pada healing garden berdasarkan penelitian dan observasi lapangan telah dilakukan di lebih dari 70 fasilitas kesehatan di AS, Inggris, Canada dan Australia. Kualitas dan elemen tersebut antara lain, mencakup, kesempatan untuk membuat pilihan dan mencari ruang privasi, kesempatan yang mendukung untuk bersosialisasi, kesempatan untuk pergerakan fisik dan gerak tubuh, bersentuhan dengan alam, jarak penglihatan taman, aksesibilitas, rasa aman, kenyamanan fisiologis, ketenangan, keakraban serta desain yang jelas dan tidak abstrak (Marcus, 2000) Tujuan Penelitian ini bertujuan 1. mengevaluasi konsep dan desain taman berdasarkan fungsi healing garden di Santosa Bandung International Hospital, Bandung, Jawa Barat; 2. mengamati pengaruh dari keberadaaan healing garden terhadap pengguna berdasarkan konsep dan fungsi healing garden tersebut;

16 3 3. menyusun suatu usulan pemecahan masalah berupa rekomendasi dan saran apabila ditemukan ketidaksesuaian Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah pemahaman mengenai peran ruang terbuka hijau untuk penyembuhan yang diwujudkan dalam bentuk healing garden. Rekomendasi yang diajukan dalam studi ini digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan rancangan healing garden yang sejenis di tempat lainnya.

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Hijau Menurut Simonds (1983) ruang terbuka hijau mengasumsikan suatu karakter arsitektural ketika ruang tersebut tertutup secara keseluruhan ataupun hanya sebagian saja oleh elemen struktural. Ruang terbuka hijau, terbuka ke arah langit, memiliki keuntungan seperti limpahan sinar matahari, pola-pola bayangan, banyaknya udara yang mengalir, warna langit, dan keindahan dari awan-awan yang bergerak. Selanjutnya, Simonds (1983) juga menjabarkan bahwa ruang terbuka hijau umumnya dikembangkan untuk beberapa fungsi. Fungsi tersebut antara lain dapat meluaskan fungsi dari sebuah struktur, contohnya seperti area parkir kendaraan di bagian depan sebuah rumah atau halaman belakang yang memperluas ruang makan ataupun dapur. Ruang terbuka hijau juga memiliki beberapa fungsi yang berbeda, seperti pada area rekreasi pada grup asrama atau tempat latihan militer yang diapit oleh barak tentara. Tetapi terlepas dari apakah ruang terbuka hijau tersebut berkaitan atau tidak dengan struktur yang digunakan, ruang tersebut haruslah berada dalam karakter struktur tersebut. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau adalah taman. Taman yang memiliki fungsi terapeutik bagi penggunanya antara lain disebut dengan healing garden. Suatu konsep perancangan suatu taman atau ruang yang mengaplikasikan ruang luar sebagai bagian dari terapi terintegrasi dengan kesehatan. Konsep ruang pada taman ini bertujuan untuk meningkatkan daya penyembuhan pasien dengan melihat keindahan taman. Beberapa kualitas dan elemen yang terdapat pada healing garden berdasarkan penelitian dan observasi lapangan telah dilakukan di lebih dari 70 fasilitas kesehatan di AS, Inggris, Canada dan Australia. Kualitas dan elemen tersebut antara lain, mencakup, kesempatan untuk membuat pilihan dan mencari ruang privasi, kesempatan yang mendukung untuk bersosialisasi, kesempatan untuk pergerakan fisik dan gerak tubuh, bersentuhan dengan alam, jarak penglihatan taman, aksesibilitas, rasa aman, kenyamanan fisiologis, ketenangan, keakraban serta desain yang jelas dan tidak abstrak (Marcus, 2000).

18 Taman dan Hubungannya dengan Kesehatan Manusia Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan alam yang tepat dapat bermanfaat positif bagi kesehatan manusia. Menurut Tyson, Lambert dan Beattie (2002), hal tersebut dapat mengurangi stress; menurut Parsons and Hartig (2001) dan Ulrich (1999) dapat meningkatkan kesehatan; dan menurut Ulrich (1984) memandangi alam membantu dalam mengatasi rasa sakit (Smith, 2007). Hasil yang paling memungkinkan dari semua penelitian tersebut adalah keuntungan dalam mengurangi kegelisahan/stress dari pasien, karyawan dan pengunjung (Ulrich, 1984). Dannenmaier (1995) menjabarkan sebuah studi terkenal dari Ulrich yang mempelajari dua kelompok dari pasien rumah sakit yang sembuh dari operasi yang sama. Kelompok pasien dengan jendela kamar yang menghadap taman atau suasana alami menjalani rawat inap pasca operasi yang lebih pendek, berkurangnya evaluasi negatif dari perawat, dan mendapat asupan obat atau penahan sakit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan grup pasien dengan ruang kamar yang sama namun dengan jendela kamar yang menghadapi tembok bata. Hal ini menunjukkan bahwa terdapatnya pengaruh dari nuansa dan suasana alam terhadap kemampuan seseorang dalam proses penyembuhan dirinya. Selanjutnya Ulrich menyimpulkan bahwa penciptaan dari desain lanskap atau pemandangan yang natural dapat bermanfaat. Menurutnya, secara umum manusia memilih pemandangan yang alami dibandingkan dengan pemandangan yang megah atau indah dari lingkungan terbangun perkotaan. Ulrich juga menambahkan bahwa desainer juga harus melihat yang disebut desain yang mendukung. Desain yang mendukung antara lain adalah desain yang menyediakan pasien rasa kendali terhadap lingkungan mereka, tempat untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman untuk dukungan sosial, dan pengalihan yang positif untuk pengurangan stress yaitu bersentuhan dengan alam. Studi lain melakukan percobaan untuk meneliti apakah pemandangan ke alam terbuka dengan perawatan yang intensif dapat mempercepat penyembuhan pasien yang menjalani operasi jantung. Dibandingkan dengan kelompok pasien lain yang diperlihatkan gambar yang abstrak dan kelompok pasien yang sama sekali tidak diberi gambar, kelompok yang diberi pemandangan ke alam terbuka

19 6 lebih tidak gelisah dan penggunaan obat pengurang rasa sakit yang lebih sedikit (Ulrich, 2000). Studi mengenai hasil medis lainnya yang dilakukan Ulrich pada tahun 1984 membandingkan catatan kesembuhan dari pasien operasi kandung empedu yang memiliki akses pandangan keluar jendela yang memperlihatkan pepohonan dan yang menghadap dinding bata. Metode ini meyakinkan bahwa kelompok yang menghadap pepohonan dan yang menghadap dinding bata memiliki umur, berat badan, frekuensi merokok, dan riwayat medis yang serupa untuk menjaga agar factor lainnya tetap dalam keadaan konstan. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok pasien dengan akses pandang menghadap pepohonan memiliki jumlah hari rawat inap yang lebih pendek dan mengalami komplikasi pasca operasi yang lebih ringan (seperti pusing dan sesak napas) dibandingkan dengan kelompok pasien yang menghadap dinding bata. Selanjutnya, pasien yang menghadap pemandangan alam ini lebih sering menerima komentar positif dari karyawan mengenai kondisi dalam catatan medisnya (contohnya, pasien dalam kondisi baik). Sementara itu, mereka yang termasuk dalam kelompok pasien yang kamarnya menghadap dinding bata mendapat komentar evaluasi yang negatif (contohnya, pasien butuh dukungan). Perbedaan signifikan lainnya adalah pasien yang menghadap ke pemandangan alam membutuhkan obat penahan rasa sakit yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang menghadap ke dinding bata (Ulrich, 2002). Selain itu, Dannenmaier (1995) juga menerangkan tentang Patrick Mooney, seorang profesor arsitektur lanskap di Universitas British Columbia, yang membangun taman di Cedarview Lodge, sebuah fasilitas tempat tinggal untuk pasien Alzheimer di Vancouver, Canada. Taman tersebut meliputi trellis sebagai orientasi pusat taman dan rimbunan pohon yang mengarahkan jalan yang berbelok dan kembali ke tempat masuk tanpa mengalami rintangan atau halangan. Mooney membandingkan keefektifan tamannya dalam mengurangi perilaku kekerasan dengan taman yang terdapat pada fasilitas bagi Alzheimer lainnya dan fasilitas bagi Alzheimer yang tidak memiliki taman. Hasil yang didapatkan mengejutkan, karena pasien pada fasilitas yang terdapat taman, perilaku kekerasan yang terjadi menurun sebesar 19 persen antara tahun 1989 dan

20 Pada fasilitas yang tidak memiliki taman, kekerasan tersebut meningkat sebesar 681 persen. 2.3 Healing Garden Menurut Vapaa (2002), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kata health sebagai suatu kondisi atau keadaan dari fisik, mental dan sosial yang baik dan bukan hanya ketidakhadiran atas penyakit atau kelemahan belaka. Penggunaan kata healing pada kasus healing garden membuat defenisi-defenisi yang telah ada pada umumnya tidak dapat dijadikan pedoman. Manfaatnya lebih berkaitan bahwa taman ini dapat menyembuhkan seseorang, pengurangan rasa stress dan kemampuannya untuk melegakan, menenangkan, meremajakan atau memperbaiki kesehatan mental dan emosi seseorang. Peranan penting dari taman ini adalah untuk menyediakan perlindungan, memberikan tempat untuk bermeditasi atau untuk menimbulkan sifat yang diinginkan oleh pengguna taman. Marcus dan Barnes (1999) menerangkan bahwa menurut seorang psikologi lingkungan, Ulrich, pada sebuah taman harus terdapat sejumlah kandungan alam yang dikenal antara lain seperti vegetasi hijau, bunga, dan air (Vapaa, 2002). Selanjutnya Ulrich mengatakan bahwa memberikan nama pada sebuah taman seperti healing garden, taman tersebut harus memiliki unsur therapeutic (nilai pengobatan) atau efek yang bermanfaat pada mayoritas penggunanya. Defenisi Ulrich mengenai healing garden ini lebih sederhana dan membiarkan berbagai macam bentuk yang dapat digunakan garden tersebut sama seperti berbagai macam tingkatan yang dapat dicapai healing. Pemikiran bahwa sebuah taman harus memiliki elemen seperti vegetasi hijau, tanaman berbunga dan air jadi terbuka untuk dibantah. Menurut Ulrich (1984) taman terapeutik merupakan area taman yang didesain untuk menyediakan kebutuhan spesifik bagi kelompok pengguna dalam lingkungan perawatan. Taman sejenis ini digambarkan sebagai tempat untuk mencapai tahap yang meringankan atau waspada terhadap gejala fisik, tempat untuk memfasilitasi kemajuan dalam kesehatan secara keseluruhan, serta pengharapan bahwa seorang individu mengalami suatu pengalaman dan dengan demikian membantu dalam kemajuan kesehatan fisiknya. Menurut Smith (2007),

21 8 Joanne Westphal, menjelaskan dan mengkategorikan taman terapeutik sebagai berikut: 1. Healing Garden Taman yang menyediakan kesempatan untuk memulihkan fungsi tubuh. Fokus utamanya adalah untuk mengembalikan kesehatan dari segi fisik, psikologis, dan spiritual. 2. Enabling Garden Taman yang menyediakan kebutuhan psikologis bagi penggunanya agar dapat merawat dan meningkatkan kondisi fisik mereka. Taman ini juga meningkatkan sebagian tahap kehidupan dan memungkinkan para pengguna untuk merawat dan meningkatkan kondisi fisik mereka melalui aktivitas dan membiarkan pertumbuhan dan perkembangan spiritual melalui aktivitas secara kognitif dan yang menenangkan. 3. Meditative Garden Taman yang didesain secara khusus agar pengguna, baik individu atau berkelompok, dapat bermeditasi dan berpikir tenang dalam batin. Fokus utamanya adalah merawat secara spiritual dan psikologis dengan penekanan sekunder terhadap kesehatan fisik. 4. Rehabilitative Garden Taman yang dimaksudkan untuk melakukan secara bersamaan program perawatan terhadap populasi pasien yang ditargetkan dalam tujuan meraih hasil kesehatan medis yang diharapkan. Fokus utamanya adalah rehabilitasi fisik, sedangkan manfaat sekundernya adalah psikologis dan emosi pasien. 5. Restorative Garden Taman yang didesain untuk tujuan memperoleh kondisi tubuh yang stabil (homeostasis) dalam kelompok pasien atau pengguna. Fokusnya adalah pada sisi psikologis/emosi dari penggunanya. Tujuan utamanya adalah membiarkan tubuh meraih keseimbangan secara pasif, setelah melalui kejadian yang menyebabkan stress.

22 9 Marcus dan Barnes (1999) menyatakan beberapa prinsip desain healing garden, yaitu sebagai berikut: 1. Menyediakan keragaman ruang Ruang untuk berkumpul dan ruang untuk menyendiri. Dengan tersedianya pilihan atas beberapa ruang, akan menciptakan rasa pengendalian pengguna terhadap sekelilingnya yang akan menurunkan tingkat stress. Ruang untuk menyendiri tersedia bagi mereka yang ingin menjauh dari lingkungan rumah sakit. Sedangkan ruang untuk kelompok kecil (seperti anggota keluarga atau penunjang) menyediakan dukungan sosial kepada pasien. 2. Meratanya tanaman Material keras dikurangi dan material tanaman mendominasi taman. Tujuannya adalah untuk meminimalisasi penggunaan dari material keras menjadi sepertiga dari keseluruhan taman. Melalui tanaman yang terdapat pada lanskap sekitarnya, pasien dapat merasakan kemajuan pada kesehatannya. 3. Mendukung aktivitas Taman yang mendukung untuk aktivitas berjalan sebagai bentuk latihan yang berkaitan dengan penurunan tingkat depresi. 4. Menyediakan pengalihan yang positif Pengalihan yang alami seperti tanaman, bunga, water features menurunkan tingkat stress. Kegiatan lainnya seperti bekerja dengan tanaman dan berkebun juga dapat menyediakan pengalihan yang positif di taman. 5. Meminimalisasi gangguan Faktor-faktor yang negatif seperti kebisingan kota, asap dan cahaya buatan diminimalisasi di taman. Pencahayaan yang alami dan bunyi merupakan tambahan dari efek positif pada taman. 6. Meminimalisasi ketidakjelasan (ambigu) Lingkungan yang abstrak (seperti tempat-tempat yang misterius dan rumit) dapat menarik dan menantang bagi orang yang sehat, tetapi tidak kepada orang yang sakit. Sejumlah studi menunjukkan bahwa keabstrakan sebuah desain tidak dapat diterima oleh orang yang sakit atau stress. Fitur-fitur dan

23 10 elemen taman yang dapat diidentifikasi haruslah terdapat pada desain taman. Seni yang abstrak pada fasilitas dan taman seringkali tidak tepat. Menurut Stigsdotter dan Grahn (2002), sebuah healing garden memiliki kriteria sebagai berikut: 1. mempertimbangkan siapa pengguna utama dan tingkat kekuatan mentalnya; 2. menstimulasi kelima panca indra; 3. mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif; 4. memiliki kemampuan berkomunikasi dengan pengguna melalui cara yang suportif dan positif; 5. memiliki akses yang mudah dicapai. McDowwel dan McDowwel (1998) menyatakan bahwa elemen desain pada healing garden adalah 1. pembuatan pintu masuk khusus yang mengundang dan mengajak pengunjung ke taman; 2. penyediaan elemen air untuk efek psikologi, spiritual, dan fisik; 3. penggunaan warna dan pencahayaan yang kreatif (dapat dengan tanaman atau cahaya buatan) untuk mendatangkan emosi, ketenangan dan kekaguman kepada pengunjung; 4. penekanan (emphasis) terhadap aspek alami, seperti penggunaan material batu, kayu, pagar alami, atau angin, suara, dan lain-lain; 5. penggabungan dengan seni untuk meningkatkan keseluruhan nilai taman; 6. penggunaan elemen pada taman yang menarik binatang liar dan menyediakan habitat bagi keanekaragaman jenis binatang tersebut. Penting untuk mengingat bahwa healing (penyembuhan) tidak sama dengan cure (menyembuhkan). Menurut Marcus (2007), sebuah taman tidak dapat memperbaiki kaki yang patah atau menyembuhkan kanker, tapi manfaat yang dapat diperoleh, antara lain, adalah a. memfasilitasi pengurangan stress yang dapat membantu tubuh untuk meraih keadaan yang lebih seimbang; b. membantu pasien membangkitkan daya sembuh yang berasal dari dalam diri; c. membantu pasien menenangkan diri dalam kondisi medis yang tidak dapat disembuhkan;

24 11 d. menyediakan tempat bagi karyawan untuk melaksanakan terapi fisik, terapi holtikultur, dan lain-lain; e. menyediakan tempat bagi karyawan untuk sejenak melepas stress dari pekerjaan; f. menyediakan tempat yang nyaman bagi pasien dan pengunjung untuk berinteraksi terlepas dari suasana rumah sakit. Istilah lainnya untuk menyebut taman yang memiliki fungsi-fungsi di atas adalah terapeutik, restoratif, rehabilitatif. Smith (2007) menyatakan bahwa beberapa tujuan desain pada lingkungan yang bersifat terapeutik termasuk: a. meningkatkan kondisi kerja; b. menyediakan aksesibilitas ke alam; c. menenangkan dan ramah terhadap pengguna; d. menggabungkan jarak penglihatan dan perhatian visual ke dalam/ke luar taman; e. menyediakan keamanan dan perasaan aman; f. meningkatkan perasaan untuk mengontrol lingkungan sekitar; g. menstimulasi kelima panca indera; h. menekankan perbedaan yang jelas dengan keadaan ruang dalam (interior); i. menyeimbangkan variasi desain fungsional dan estetika. Menurut Marcus (2007), aktivitas yang potensial, baik aktif atau pasif, untuk dilakukan pada healing garden antara lain melihat pemandangan dari jendela, duduk-duduk di taman, beristirahat, meditasi, berdoa, latihan rehabilitasi yang ringan, berjalan menuju area tertentu, makan, membaca, mengerjakan sesuatu di ruang luar, berjalan-jalan mengelilingi taman, anak-anak bermain di taman, berkebun dengan semak berbunga, olahraga ringan. Pendapat ini berdasarkan pedoman yang menyatakan bahwa taman membantu mengurangi stress hingga pada tingkat bahwa taman a. menciptakan kesempatan untuk pergerakan fisik dan latihan; b. menciptakan kesempatan untuk menentukan pilihan, mencari privasi dan dukungan sosial; c. menyediakan tempat bagi orang untuk berkumpul dan saling memberi dukungan sosial;

25 12 d. menyediakan akses ke alam dan pengalihan yang positif lainnya. Healing garden populer sekarang ini, tetapi konsep tersebut bukanlah sesuatu yang baru. Menurut Gerlach-Spriggs, Kaufman, dan Warner (1998), healing garden bagi orang yang sakit telah menjadi bagian dari lanskap penyembuhan sejak jaman Medieval. Taman-taman seperti itu telah menjadi bagian dari rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan akhir-akhir ini perawatan di rumah bagi orang cacat dan manula Taman Rumah Sakit Taman merupakan sebuah hal fenomenal yang telah berusia beberapa ratus tahun, dan dianugerahi sebagai tempat untuk menyehatkan sejak dibentuk pada masa-masa awalnya (Stigsdotter dan Grahn, 2002). Hal tersebut mengawali penggunaan taman pada fasilitas rumah sakit dan kesehatan lainnya dalam waktu yang cukup lama. Pemikiran tentang hubungan yang ada antara kesehatan dengan taman dapat ditelusuri sejak jaman Medieval, Kekaisaran Romawi, dan sejauh Kekaisaran Persia. Penting untuk menunjukkan bahwa studi tentang healing garden yang telah dilakukan berkaitan dengan rumah sakit dan fasilitas perawatan kesehatan. Marcus dan Barnes (1999) melakukan studi tentang ruang outdoor pada rumah sakit. Sebagai bagian dari studi ini, mereka mempelajari healing garden sebagai bagian dari tempat perawatan kesehatan. Marcus dan Barnes (1999) menggunakan perpaduan antara observasi perilaku dan metode interview dalam mengevaluasi empat taman rumah sakit di California. Mereka menemukan bahwa penyembuhan dari stress, termasuk perbaikan suasana hati, merupakan hasil terbanyak dari keuntungan yang dirasakan oleh hampir semua pengguna taman baik pasien, keluarga, maupun karyawan (Ulrich, 2002). Menurut Marcus dan Barnes (1999) terdapat tiga tipe taman yang terdapat pada rumah sakit, yaitu Healing Garden, Meditation Garden, dan Sanctuary Garden. Menurut ilmu bahasa, healing garden didefinisikan sebagai sebuah kategori yang di dalamnya termasuk ruang outdoor atau indoor di rumah sakit yang didesain secara khusus sebagai healing garden oleh pemilik dan sang desainer. Manfaat terbesar memiliki healing garden di fasilitas perawatan kesehatan adalah pengguna dapat memperkirakan bahwa beberapa ide telah

26 13 diberikan untuk menciptakan lingkungan yang memiliki unsur terapeutik (nilai pengobatan). Selanjutnya, tipe taman yang kedua, meditation garden didefinisikan sebagai sebuah taman tertutup yang kecil, sangat tenang secara khusus diberi label atau nama oleh pemilik dan/atau sang desainer. Taman-taman ini memiliki manfaatnya tersendiri pada tempat perawatan kesehatan. Meditation garden merupakan aset karena menyediakan ruang yang tenang dan bersifat kontemplasi di area rumah sakit. Istilah meditation mengindikasikan bahwa ruang tersebut memindahkan dari aktivitas yang mengalihkan perhatian, seperti makan, merokok, dan lain-lain. Bagaimanapun juga, pemikiran tentang meditation garden tidak didesain secara utuh, membuat pengguna ruang tersebut memiliki kesadaran diri dikarenakan oleh ukuran dan lokasinya. Selain itu, dengan memberi label taman tersebut dengan meditation garden, beberapa pengguna potensial dari tapak dapat berkurang minatnya untuk menggunakan ruang tersebut jika mereka berpikir taman tersebut hanya digunakan untuk tujuan meditasi atau ibadah. Tetapi, kerugian ini membantu menekankan fakta bahwa taman adalah ruang personal. Lokasi yang lebih baik bagi taman dengan tipe ini mungkin pada rumah pribadi dan fasilitas perawatan kesehatan alternatif karena tempat-tempat ini mendukung penggunaan terapi alternatif dan lengkap. Meditation garden pada area perumahan dapat membuat pengguna untuk memanfaatkan aspek yang bersifat meditasi dan kontemplasi pada tipe taman ini karena ini merupakan taman personal milik penggunanya. Tipe ketiga dari taman, sanctuary garden, apa yang disebut dengan perlindungan alam; secara umum sebagai perlindungan alami atau kehidupan liar yang dapat diakses yang menyediakan pengalaman outdoor, terutama bagi para karyawan pada jam makan siang mereka (Vapaa, 2002). Selanjutnya, manfaat memiliki perlindungan alam pada tapak sangat banyak, pada satu sisi, ruang dengan tipe seperti ini 1. dapat mengambil manfaat dari lanskap alami di sekitar rumah sakit ketika berlokasi di luar kota; 2. dapat menyediakan pemandangan yang menarik untuk pasien rumah sakit dengan jenis spesies yang banyak;

27 14 3. dapat menyediakan rute latihan yang dapat menarik karyawan ke luar ruangan ketika beristirahat; 4. dapat menyediakan sumber pendidikan dan komunitas. Selain itu, perlindungan alam tidak dapat digunakan secara bebas seperti pada halaman. Tergantung pada iklim lokal, perlindungan alam tersebut mungkin tidak dapat digunakan sepanjang tahun. Hal ini dapat mengembangkan persoalan mengenai pengawasan pada unit keamanan. Lokasi dari tipe ruang outdoor ini dapat menjadi manfaat bagi rumah sakit walaupun pengunjung yang banyak dapat dicapai jika ruangnya tersedia untuk di luar fasilitas perawatan kesehatan, seperti perumahan dan tempat-tempat bisnis. Jika perhatian khusus pada detail dan desain pada ruang-ruang ini di perumahan dipertimbangkan, maka ruang inipun dapat membuat semua orang untuk menikmati manfaat dengan berada di dalamnya (Vapaa, 2002). Menurut Ulrich (1999), fakta yang menunjukkan stress merupakan permasalahan yang mendalam, tercatat secara resmi, dan masalah penting yang terkait dengan kesehatan di rumah sakit mengimplikasikan penemuan utama bahwa penyembuhan adalah kunci dalam memotivasi seseorang untuk menggunakan taman pada fasilitas kesehatan. Teori Ulrich mengenai taman yang suportif sebagai tempat pelepasan stress merupakan salah satu contoh tipe penelitian yang menggambarkan alam sebagai komponen penting pada lingkungan perawatan. Pasien yang kontak langsung dengan alam telah menunjukkan tingkat ketahanan terhadap rasa sakit yang lebih tinggi menurut Smith (2007). Selanjutnya, seorang administrator rumah sakit nasional di Amerika Serikat telah mengevaluasi peran taman dalam pasar persaingan yang tinggi dari manajemen perawatan dan keefektifan taman tersebut untuk meningkatkan kualitas perawatan dan kepuasan pasien atau konsumen. Kemudian, administrator tersebut mendukung pembuatan taman sebagai fasilitas yang efektif dalam membantu rumah sakit untuk mencapai identitas pasar yang positif dan selanjutnya akan meningkatkan segi ekonomi dan finansialnya (Ulrich, 2002). Menurut Smith (2007), pertimbangan akan desain yang suportif berdasarkan intuisi dan fungsional untuk ruang tertentu beserta penggunanya.

28 15 Pertimbangan juga harus mencantumkan misi dari institusi dan hubungan dengan komunitasnya, serta 1. memiliki area masuk yang mudah ditemukan dan sirkulasi yang jelas; 2. memiliki aksesibilitas yang baik; 3. memiliki akses ke area pribadi; 4. memiliki tempat duduk yang memfasilitasi interaksi social; 5. memiliki kesempatan untuk berlatih; 6. memiliki kontak dengan alam; 7. mendukung rasa akan bermasyarakat; 8. meningkatkan kesan yang baik terhadap institusi; 9. meningkatkan kualitas keseluruhan dari ruang.

29 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital. Tapak berupa healing garden pada lantai empat dan sembilan. Waktu persiapan, pengumpulan, dan pengolahan data dilakukan dari bulan Agustus sampai Oktober 2009 dan penyusunan skripsi dilakukan dari November Peta U Tanpa Skala Sumber gambar: Situs Indotravelers dan situs SBIH, April (2009) Jl. Pasir Kaliki Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

30 Alat dan Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini merupakan literatur dari studi pustaka dan data dari lokasi studi. Alat yang digunakan adalah kuesioner untuk survei, tabel kriteria standar untuk penilaian terhadap healing garden, alat tulis, alat gambar, kamera, dan perangkat komputer dengan program yang mendukung Metode dan Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yang meliputi persiapan, inventarisasi data, analisis, evaluasi, dan sintesis untuk memformulasikan hasil analisis Persiapan Pada tahap pertama ini, dilakukan desk study untuk menyusun konsep dan kriteria evaluasi berdasarkan studi pustaka seperti artikel, paper, skripsi, tesis, jurnal, atau makalah yang terkait dengan permasalahan. Hasil studi yang diperoleh kemudian dianalisis. Melalui berbagai sumber-sumber tersebut, dicari berbagai pendapat baik yang sama maupun berbeda mengenai definisi dan konsep healing garden, perumusan kriteria desain fungsional healing garden menurut beberapa ahli yang dianggap mewakili, dan data lainnya yang terkait. Studi pustaka ini berperan dalam mengumpulkan dan memilah berbagai sumber informasi yang didapatkan sebelum memulai penelitian. Selanjutnya, dilakukan pengenalan terhadap tapak dengan mendatangi langsung lokasi penelitian, serta mengenai data apa saja yang akan diambil. Selain itu, mempersiapkan masalah administrasi yang diperlukan untuk kepentingan penelitian, seperti surat perizinan penelitian, proposal dan lain-lain Inventarisasi Tahap ini merupakan tahap pengambilan data di lapangan, yaitu peneliti pengumpulan data secara langsung di lokasi penelitian. Inventarisasi dilakukan untuk mengetahui keadaan tapak sebenarnya sebagai acuan untuk dianalisis. Data yang dibutuhkan berupa data mengenai desain aktual, keadaan sosial dari pengguna taman, dan data dari aspek terapi (lihat Tabel 3.1).

31 18 Tabel 3.1 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data No Jenis Data Bentuk Data Sumber Data 1. Desain aktual a. Kondisi fisik tapak (letak, aksesibilitas, luas, dan batas tapak) Observasi lapang dan lokasi studi healing garden b. Konsep dan denah rancangan awal healing garden Observasi lapang dan lokasi studi c. Zonasi ruang dan area yang ada Observasi lapang d. Kualitas pada tapak Observasi lapang, dan studi pustaka e. Elemen taman (cahaya, tanaman, warna, wangi, suara) Observasi lapang dan studi pustaka 2. Aspek pengguna a. Pengetahuan dan pendapat pengguna mengenai healing garden Wawancara dan survei sederhana b. Identitas pengguna (nama, umur, pekerjaan) Wawancara dan survei sederhana c. Jumlah, jenis, dan kriteria pengguna Wawancara dan survei sederhana d. Bentuk aktivitas dan tujuan pengguna yang datang ke healing garden Wawancara dan survei sederhana e. Pengaruh adanya healing garden menurut pengguna Wawancara dan survei sederhana f. Pola perilaku pengguna Observasi lapang 3. Aspek a. Program/aktivitas terapi yang telah ada Wawancara terapi b. Kriteria kondisi pasien dalam Wawancara melaksanakan terapi c. Kriteria kegiatan terapi yang dapat Wawancara dilakukan di ruang luar d. Fasilitas yang dibutuhkan dalam terapi Wawancara e. Kriteria desain taman terapi Studi pustaka berikut. Penjelasan mengenai data yang dikumpulkan dideskripsikan sebagai 1. Data mengenai denah rancangan fisik dan konsep awal healing garden seperti lokasi, aksesibilitas, luas, dan batas tapak diperoleh dari lokasi studi. Selanjutnya, dianalisis kesesuaiannya berdasarkan kriteria desain fungsional modifikasi dari McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999, 2000), serta Stigsdotter dan Grahn (2002) yang dapat dilihat pada Tabel Konsep dan denah rancangan awal dari healing garden diperoleh untuk mengetahui kesesuian konsep taman dengan konsep dari healing garden yang memiliki kriterianya tersendiri. Denah rancangan awal diperoleh untuk membandingkan perubahan yang terjadi antara rancangan awal dengan rancangan yang terdapat pada saat ini (aktual).

32 19 Tabel 3.2 Kriteria Desain Fungsional Berdasarkan Para Ahli No Kriteria Healing Garden Aspek yang Dinilai di Tapak Aktual Menurut McDowwel dan McDowwel (1998) 1. Pintu masuk khusus yang mengundang Fisik (aksesibilitas) dan mengajak pengunjung ke taman 2. Elemen air untuk efek psikologi, Elemen taman (elemen pendukung) spiritual, dan fisik 3. Penggunaan warna dan pencahayaan Kualitas tapak (pencahayaan dan warna) yang kreatif 4. Penekanan (emphasis) terhadap aspek Fisik (area), kualitas tapak (pemandangan) alami 5. Penggabungan dengan seni Elemen taman (elemen pendukung) Menurut Marcus (1999, 2000) 1. Keragaman ruang Ruang-ruang taman (jenis/macam ) 2. Meratanya material hijau Fisik (area) 3. Mendukung aktivitas Sosial dan aktivitas (jenis aktivitas) 4. Menyediakan pengalihan yang positif Kualitas tapak (pemandangan, penciuman, pendengaran, perabaan) 5. Meminimalisasi gangguan Kualitas tapak (keamanan) 6. Meminimalisasi ketidakjelasan(ambigu) Kualitas tapak (kenyamanan) 7. Kesempatan untuk membuat pilihan dan Ruang-ruang taman (jenis/macam) mencari ruang privasi 8. Kesempatan yang mendukung untuk Ruang-ruang taman (jenis/macam) bersosialisasi 9. Kesempatan untuk pergerakan fisik dan Ruang-ruang taman (jenis/macam) gerak tubuh 10. Bersentuhan dengan alam Fisik (area) 11. Jarak penglihatan taman Fisik (luasan) 12. Aksesibilitas Fisik (aksesibilitas) 13. Rasa aman Kualitas tapak (keamanan) 14. Kenyamanan fisiologis Kualitas tapak (kenyamanan, keamanan) 15. Ketenangan Kualitas tapak (kenyamanan) 16. Keakraban Kualitas tapak (kenyamanan) 17. Desain yang jelas dan tidak abstrak Ruang taman (desain area dan ruang) Menurut Stigsdotter dan Grahn (2002) 1. Mempertimbangkan siapa pengguna Sosial dan aktivitas (Jenis pengunjung) utama dan tingkat kekuatan mentalnya 2. Menstimulasi kelima panca indra Kualitas tapak (pemandangan, penciuman, pendengaran, perabaan) 3. Mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif Ruang-ruang taman (jenis/macam) 4. Berkomunikasi dengan pengguna melalui Ruang-ruang taman (desain area dan cara yang suportif dan positif ruang), kualitas tapak (pemandangan, penciuman, pendengaran, warna, keamanan, kenyamanan) 5. Akses yang mudah dicapai Fisik (aksesibilitas) Sumber: McDowwel dan McDowwel (1998), Marcus (1999, 2000), Stigsdotter dan Grahn (2002) 3. Data zonasi, ruang, kualitas, dan elemen pada tapak diamati dari observasi lapang. Data tersebut memberi gambaran mengenai aspek desain tapak secara keseluruhan agar dapat dievaluasi kesesuaiannya dengan konsep dari healing garden.

33 20 4. Data mengenai pengguna adalah tentang pengetahuan dan pendapat pengguna mengenai healing garden identitas pengguna, jumlah dan jenis pengguna, bentuk aktivitas dan tujuan pengguna, serta pendapat mereka dengan keberadaan healing garden dan pengaruh apa yang dirasakan. Data tersebut diperoleh dengan serangkaian pertanyaan sederhana pada survei yang dilakukan pada pengunjung taman. Hasilnya digunakan dalam analisis untuk mengetahui seberapa jauh healing garden ini berpengaruh terhadap penggunanya. 5. Data mengenai pola perilaku pengguna healing garden diperoleh langsung dari observasi ke lapangan dengan mengamati pergerakan dan perilaku pengguna serta pusat aktivitas selama berada di tapak. Pengamatan dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari untuk melihat pada waktu mana pengguna paling banyak mengunjungi tapak. Pengamatan dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan data yang sesuai. 6. Data mengenai aspek terapi meliputi program/aktivitas terapi yang telah ada, kriteria kondisi pasien dalam melaksanakan terapi, kriteria kegiatan terapi yang dapat dilakukan di ruang luar, dan fasilitas yang dibutuhkan dalam terapi. Data tersebut diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap dokter spesialis tertentu sebagai bahan rujukan dalam melakukan evaluasi. 7. Data mengenai kriteria desain taman terapi didapatkan dari studi pustaka berdasarkan teori Marcus McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999, 2000) serta Stigsdotter dan Grahn (2002). Kriteria ini kemudian dimodifikasi dan dijadikan rujukan sebagai bahan pembanding dalam menentukan desain healing garden yang tepat. Jenis data yang diambil pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang berupa data fisik dan non fisik. Data primer diperoleh dengan observasi lapang, teknik wawancara, dan kuesioner sederhana. Data sekunder sebagai data penunjang yang tidak didapatkan dari observasi lapang diperoleh melalui kepustakaan atau dokumen seperti profil instansi terkait. a. Observasi lapang dilakukan untuk mengetahui langsung kondisi tapak. Hal ini dilakukan dengan memetakan atau menggambarkan desain dari taman, dan mengamati langsung kondisi fisik lanskap pada tapak, pemotretan

34 21 untuk mendokumentasikan kegiatan lapang dan gambaran tapak, karakter lanskap dan lingkungan sekitarnya, serta mengamati aktivitas dan perilaku pengguna tapak. Situasi dan kondisi taman dan perilaku pengguna tapak yang diamati yaitu pada pada pagi, siang dan sore hari. b. Wawancara dan kuesioner dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dari pengguna tapak yaitu pasien dan pengunjung pasien, serta pihak-pihak yang bersangkutan. Data yang didapatkan berkaitan dengan kondisi desain tapak aktual, kondisi sosial pengguna dan aspek terapi yang berpengaruh. Wawancara dilakukan terhadap dokter spesialis yang bersangkutan dalam menangani terapi yang dapat dilakukan di ruang luar, sedangkan kuesioner ditanyakan kepada pengguna tapak. Pengguna tapak yaitu pasien dan pengunjung pasien yang menggunakan tapak sehari-hari. Kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode sampling yang ditentukan secara sistematik, yaitu pengunjung yang datang ke taman pada urutan nomor ganjil. Jumlah responden yang disurvei berjumlah 42 orang Analisis Pada tahap ini dilakukan pengamatan, penilaian, dan pencatatan terhadap desain healing garden aktual yang terdapat di tapak. Hasil tersebut kemudian dibandingkan kesesuaiannya dengan kualitas standar healing garden dan komponennya menurut kriteria McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999, 2000) serta Stigsdotter dan Grahn (2002). Analisis yang digunakan dalam penilaian kriteria desain fungsional healing garden ini menggunakan analisis deskriptif. Analisis kondisi aktual taman dilakukan dengan format yang dimodifikasi dari penilaian Key Performance Index (KPI) menurut Arifin, Munandar, Arifin, Pramukanto, dan Damayanti (2008). KPI didapatkan berdasarkan perbandingan nilai aktual (lapang) dengan nilai standar. Nilai aktual memiliki kisaran nilai dari 1 sampai 3. Sedangkan nilai standar adalah 3. Kisaran nilai dari hasil pembagian tersebut adalah 0,33 hingga 1. Kisaran tersebut memiliki kriteria kesesuaian standar, dimana 0,33 KPI < 0,67 berarti Tidak sesuai kriteria standar, dan kisaran KPI 0,67 berarti Sesuai dengan standar. Cara penilaian adalah dengan membubuhkan angka pada kolom Nilai Aktual antara 1 sampai 3, dimana nilai 1 berarti Tidak sesuai menurut

35 22 kriteria, nilai 2 berarti Kurang sesuai menurut kriteria, dan nilai 3 berarti Sesuai menurut kriteria. Penilaian kriteria standar desain fungsional healing garden menggunakan tabel checklist (Tabel 3.3). Indikator dari komponen-komponen healing garden disusun berdasarkan kualitas standar yang ditetapkan menurut McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999, 2000) serta Stigsdotter dan Grahn (2002). Penilaian dilakukan berdasarkan interpretasi penulis terhadap setiap komponen indikator. Interpretasi tersebut dinyatakan berdasarkan acuan standar tersebut. Pada Tabel 3.3 terdapat contoh penilaian dan perhitungannya untuk komponen pertama (Fisik) dengan nilai KPI sebesar 0,6. Tabel 3.3 Kriteria Standar Healing Garden Modifikasi dari McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999, 2000), Stigsdotter dan Grahn (2002) No Komponen Lapang* Nilai Indikator Kualitas Standar 1. Fisik Aksesibilitas Akses yang mudah dicapai, aksesibilitas 2 3 Pintu masuk khusus yang mengundang dan mengajak 1 3 pengunjung ke taman Tidak berbahaya, dapat dilalui oleh pengunjung dengan 3 3 keterbatasan fisik Area Penekanan (emphasis) terhadap aspek alami, bersentuhan dengan alam dan meratanya material 1 3 hijau Luasan Tidak terlalu sempit, jarak penglihatan pada taman 2 3 Jumlah Kualitas Pemandangan tapak Pencahayaan Warna Penciuman Penekanan (emphasis) terhadap aspek alami Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra Tidak terlalu gelap/terang, bayangan alami dan sinar matahari cukup/tidak berlebihan Penggunaan warna dan pencahayaan yang kreatif Tidak monoton, perpaduan yang kreatif dengan kualitas lain Menimbulkan wangi yang menenangkan Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra Nilai Standar KPI ** 9/15 = 0,6

36 23 Lanjutan Tabel 3.3 No Komponen 3. Ruangruang taman 4. Elemen taman Indikator Pendengaran Perabaan Keamanan Kenyamanan Desain area dan ruang Jenis/macam Luasan Sirkulasi Soft material Kualitas Standar Tidak gaduh, suara alami Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra Tekstur dari material yang beragam, Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra Memberi rasa aman, tidak membahayakan Bebas vandalisme Meminimalisasi gangguan Suhu nyaman, kenyamanan fisiologis Desain jelas dan tidak abstrak, meminimalisasi ketidakjelasan (ambigu) Ketenangan, keakraban Desain yang jelas dan tidak abstrak, tidak disorientasi Jumlah Kesempatan untuk membuat pilihan dan mencari ruang privasi Kesempatan yang mendukung untuk bersosialisasi Keragaman ruang, kesempatan untuk pergerakan fisik dan gerak tubuh, mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif Tidak sempit, nyaman Nyaman, tidak panas Jumlah Jenis tanaman lokal Bentuk ornamental dan tidak abstrak Pertumbuhan sepanjang tahun Aman, tidak toksik, tidak berduri Lokasi sesuai dengan fungsinya Mudah dipelihara Nilai Lapang* Nilai Standar KPI **

37 24 Lanjutan Tabel 3.3 No Komponen 4. Elemen taman 5. Sosial dan aktivitas Indikator Hard material Elemen pendukung Jenis pengunjung Jenis aktivitas Kualitas Standar Jenisnya berupa jalur jalan dan site furniture (bangku taman, tempat sampah, dll.) Bentuk ornamental, bertekstur, tidak abstrak Aman, tidak licin, dilengkapi handrails Tidak memantulkan cahaya panas, tidak mudah pecah Adanya fasilitas terapi (jalur refleksi, dll.) Elemen air untuk efek psikologi, spiritual, dan fisik Penggabungan dengan seni, benda seni yang tidak abstrak dan ambigu Jumlah Mempertimbangkan siapa pengguna utama dan tingkat kekuatan mentalnya (pasien, pengunjung dan karyawan) Mendukung aktivitas aktif dan pasif Jumlah Jumlah Total Nilai Lapang* Nilai Standar Keterangan: * Nilai 1 : tidak sesuai dengan kriteria standar Nilai 2 : kurang sesuai dengan kriteria standar Nilai 3 : sesuai dengan kriteria standar **KPI: Key Performance Index *** Format tabel berdasarkan modifikasi dari Arifin, Munandar, Arifin, Pramukanto, dan Damayanti (2008) KPI ** Evaluasi Setelah analisis dilakukan, selanjutnya adalah evaluasi desain healing garden dengan kriteria desain yang fungsional menurut McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999, 2000), serta Stigsdotter dan Grahn (2002). Evaluasi ini dilakukan untuk mendapatkan nilai KPI yang menggambarkan perbedaan kualitas dari healing garden, bagian atau komponen tamannya antara kondisi aktual dengan kualitas standar bagi setiap indikator. Nilai KPI diperoleh dari perhitungan yang dilakukan, yaitu membagi jumlah nilai yang berada di kolom Nilai Lapang dengan jumlah nilai yang berada di kolom Nilai Standar (Tabel 3.3). Nilai lapang, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan nilai yang didapatkan melalui pengamatan kondisi aktual healing garden terhadap semua indikator.

38 25 Nilai standar adalah nilai maksimum yang terdapat pada setiap indikator. Hasil penilaian KPI berupa nilai selang antara nilai terendah 0,33 dan nilai tertinggi 1. Konfirmasi atau verifikasi dilakukan terhadap fungsi yang berdasarkan ada atau tidaknya program aktivitas terapi yang dilakukan terhadap proses penyembuhan pasien, tinjauan pustaka terhadap kriteria desain taman yang seharusnya, dan konsultasi dengan dokter spesialis mengenai aspek terapi. Aspek terapi yang dikonfirmasi adalah mengenai jenis terapi yang dapat dibawa ke ruang luar dan fasilitas yang dibutuhkannya. Hasil yang akan didapatkan berupa simpulan apakah healing garden tersebut sesuai atau tidak secara keseluruhan dan apakah terdapat pengaruh terhadap penggunanya dengan keberadaan healing garden tersebut Sintesis Tahapan ini dilakukan dengan mengembangkan hasil analisis dan evaluasi yang telah dilakukan mengenai kesesuaian desain taman menurut definisi dari healing garden menurut para ahli dan bagaimana pengaruh healing garden terhadap penggunanya. Simpulan diperoleh berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap penilaian kriteria standar desain fungsional healing garden, keadaan sosial dari pengguna taman yang diperoleh dari hasil survei dengan kuesioner sederhana serta data dari aspek terapi, serta adanya potensi dan kendala dari healing garden yang mempengaruhi penggunanya. Hasil simpulan tersebut dapat berupa sesuai atau tidaknya healing garden tersebut dengan kriteria desain yang fungsional menurut McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999, 2000) serta Stigsdotter dan Grahn (2002) dan peran healing garden tersebut dalam keberadaannya di lingkungan rumah sakit. Jika hasil yang didapatkan menyatakan bahwa healing garden tersebut sesuai menurut kriteria desain yang fungsional menurut para ahli dan adanya pengaruh yang positif dari keberadaan taman tersebut di lingkungan rumah sakit, sintesis yang akan dihasilkan adalah upaya mempertahankan konsep tersebut dan dapat menjadikannya acuan bagi pembuatan healing garden serupa di tempat lainnya. Sedangkan, sintesis untuk mencari solusi pemecahan masalah dilakukan jika dari hasil analisis dan evaluasi ditemukan ketidaksesuaian yang diperoleh menurut kriteria desain yang fungsional menurut McDowell dan McDowell

39 26 (1998), Marcus (1999, 2000) serta Stigsdotter dan Grahn (2002) serta tidak terdapatnya pengaruh positif yang didapatkan dari keberadaan tapak. Solusi dapat berupa suatu usulan program mengenai pemanfaatan tapak secara maksimal atau berupa usulan rancangan healing garden. 3.4 Alur Penelitian Berikut adalah skema alur penelitian berlangsung yang dapat dilihat pada Gambar 3.2. Taman Healing garden Desain healing garden aktual A. Aspek fisik B. Denah rancangan C. Konsep dan rancangan awal D. Zonasi ruang yang ada E. Elemen taman (cahaya, tanaman, warna, wangi, suara) F. Kondisi sosial G. Aspek terapi Kriteria desain dan fungsi Kriteria desain fungsional (McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999, 2000) serta Stigsdotter dan Grahn (2002): - Penggunaan warna dan pencahayaan yang kreatif - Penekanan (emphasis) terhadap aspek alami - Kesempatan yang mendukung untuk bersosialisasi - Meminimalisasi gangguan - Menstimulasi kelima panca indra - dll. Wawancara mengenai aspek terapi Konfirmasi Evaluasi Pengamatan pola dan perilaku pengguna Survei pengguna Verifikasi Konfirmasi Tidak sesuai kriteria desain dan fungsional Sesuai kriteria desain dan fungsional Pemecahan masalah Dipertahankan Gambar 3.2 Skema Tahapan Penelitian

40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Santosa International Bandung Hospital Lokasi penelitian dilakukan di Santosa International Bandung Hospital (SBIH) di Jl. Kebonjati nomor 38 di kawasan Central Business District (CBD) Bandung, Jawa Barat, dengan ketinggian berkisar 709 mdpl. Tapak berupa tiga healing garden: dua taman terletak di lantai empat dan satu taman di lantai sembilan. Curah hujan rata-rata kota Bandung adalah 190,2 mm/bulan, suhu ratarata adalah 27,8 o C, dan Thermal Humidity Index (THI) adalah 26. Batas dari SBIH adalah sebagai berikut: a. Utara : Jl. Stasiun Barat, rel kereta api (Perumka) b. Selatan : Jl. Kebonjati, pertokoan dan perkantoran c. Barat : Pertokoan Pusat Tekstil Bandung d. Timur : Pemukiman penduduk U Tanpa Skala Stasiun Bandung Pusat Tekstil Bandung Pemukiman Penduduk Sumber: Situs SBIH dan Google Maps, April (2009) Gambar 4.1 Peta dan Tampak Atas SBIH

41 Sejarah dan Struktur Organisasi Rumah sakit yang berdiri di atas lahan seluas 1.3 Ha dengan total luas bangunan m 2 ini dibangun mulai dari tahun 2002, dan diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Siti Fadilah Supari, SpJP(K) pada tanggal 4 November 2006, sedangkan healing garden yang ada di rumah sakit ini sudah diselesaikan pelaksanaannya sejak Proses pembangunannya menggunakan bantuan konsultan dari Australia, Dr. Roger Boyd, dan konsultan mutu dari SES (Senior Experten Service) Germancentre. Pemilik sekaligus Presiden Direktur dari SBIH adalah Drs. Jahja Santoso, Apt. Struktur organisasi dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut. President Director Medical Advisory Council K3RS Committees Director IT Marketing Quality Chief Medical Officer Chief Operating Officer SM Nursery SM Medic SM HR-GA SM Finance Manager Ambulatory Manager HRD Finance Medical Service Maintenance Accounting Medikolega Keterangan: IT : Information Technology K3RS : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit SM : Senior Manager HR-GA : Human Resources and General Affairs HRD : Human Resources Development ISS : Integrated Service Solution (Outsource maintenance) Manager GA Training Education Manager Housekeeping ISS Laundry Apartment Garden Gambar 4.2 Struktur Organisasi SBIH yang berhubungan dengan taman

42 Visi, Misi, dan Tujuan Visi dari SBIH ini adalah untuk menjadi rumah sakit internasional unggulan di Indonesia. Misinya adalah memberikan pelayanan medis, keperawatan, dan perhotelan dengan standar profesional yang setinggi mungkin, ikut berpartisipasi dalam pendidikan dan riset di bidang kedokteran, serta memberikan suasana pelayanan rumah sakit yang nyaman, aman, ramah, efisien, dan efektif. Tujuannya adalah menjadi rumah sakit unggulan dalam pelayanan medis khususnya bidang jantung dan saraf. Motto dari SBIH adalah Friendly and Caring Fasilitas SBIH terdiri dari sembilan lantai dan dua basement untuk parkir. Dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih dan didukung oleh lebih dari 50 dokter full time dan 120 dokter spesialis part time, tenaga medis dan paramedis, serta 400 tempat tidur dengan standar internasional. Fasilitas lainnya yang tersedia di SBIH adalah studio apartment untuk keluarga pasien, healing garden (taman penyembuhan), dan helipad untuk evakuasi pasien melalui udara (Gambar 4.3). Sumber: Survei, Agustus (2009) (a) Pintu masuk depan SBIH Sumber: Survei, Agustus (2009) (b) Tampak depan SBIH Sumber: Situs SBIH, April (2009) Sumber: Situs SBIH, April (2009) (c) Helipad (d) Studio apartment Gambar 4.3 Fasilitias dan Layanan Unggulan SBIH

43 Layanan Unggulan Terdapat banyak layanan spesialis atau sub-spesialis yang tersedia di SBIH dengan layanan unggulannya berupa Neuroscience Centre (Pusat Pengobatan Penyakit Saraf & Stroke), Cardiac Centre (Pusat Pengobatan Penyakit Jantung & Pembuluh Darah), Minimally Invasive Surgery (Bedah Laparoskopi), dan Skin Health & Beauty Centre. SBIH telah mendapatkan sertifikat 'Penuh Tingkat Lengkap' dari Departemen Kesehatan RI Rekan Kerja dan Perusahaan SBIH bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, dan juga menjalin kolaborasi dengan institusi/rumah sakit di luar negeri seperti Singapore dan Australia. Selain itu, juga terdapat kerja sama dengan bank, rumah sakit dalam negeri, perusahaan asuransi, hotel, dan perusahaan-perusahaan lainnya Tapak Healing Garden Terdapat tiga healing garden di SBIH yang menjadi tempat penelitian, yaitu dua taman yang berada di lantai empat, pada bagian utara dan selatan gedung, serta healing garden yang berada di lantai sembilan atau lantai paling atas dari SBIH. Berikut akan dibahas mengenai aspek desain dan fisik dari ketiga taman tersebut, aspek pengguna dan pengelola dari taman, dan keberadaan aspek terapi berdasarkan masing-masing healing garden Aspek Fisik dan Desain a. Data fisik tapak Luasan ketiga tapak adalah sebagai berikut: taman lantai empat bagian utara kurang lebih 857,03 m 2, taman lantai empat bagian selatan kurang lebih 474,09 m 2, dan taman lantai sembilan kurang lebih 823,64 m 2. Letaknya yang berada di lantai atas membuat healing garden ini tergolong sebagai roof garden atau taman atap, dengan batas tapak sekelilingnya berupa dinding gedung atau ujung gedung itu sendiri. Pada taman lantai empat bagian utara, batas sisi utara dan timur merupakan ujung gedung; pada sisi selatan dan barat berbatasan dengan dinding gedung rumah sakit yang merupakan unit ruang perawatan bagi ibu bersalin (Gambar 4.4 dan Gambar 4.5).

44 31

45 32

46 33 Berbeda dengan bagian utara, batas taman lantai empat bagian selatan sisi utara dan timurnya berbatasan dengan gedung rumah sakit yang merupakan area unit bersalin dan kamar bayi, serta sisi selatan dan baratnya merupakan ujung gedung. Pada taman lantai sembilan, sisi utara dan selatan berbatasan dengan pintu darurat A dan B, serta ujung gedung, dan sisi timur dan sebagian dari sisi barat merupakan ujung dari gedung, serta sebagian sisi barat lainnya berbatasan dengan gedung rumah sakit. Berdasarkan aksesibilitas dan lokasi tapaknya, pada taman lantai empat bagian utara dan selatan, pintu masuk hanya terdapat satu buah serta terdapat pintu di dalam taman yang menuju area pekerja maintenance taman (Gambar 4.6 dan Gambar 4.7). Terdapat pintu darurat yang berada di dekat pintu masuk pada kedua taman tersebut, tetapi kedua taman ini berada di area khusus, yaitu bagian kamar bersalin untuk bagian selatan dan bagian kamar bayi untuk bagian utara. Akses dari tangga dan lift tidak langsung menuju taman, sehingga untuk mencapai taman harus melalui bagian tersebut. Selain itu, pintu masuk pada kedua taman tersebut kurang mengundang minat pengunjung selain disebabkan oleh letaknya yang kurang strategis, pintu masuk ini tidak terlalu menarik pengguna untuk datang dan masuk ke area taman serta tidak semua pengguna mengetahui tentang taman di lantai empat karena dari media informasi yang ada hanya mempromosikan healing garden di lantai sembilan. Pada taman yang berada di lantai sembilan, akses dari lift ataupun tangga langsung menuju taman melalui pintu masuk utama yang letaknya tidak terlalu jauh dari lift dan tangga, terdapat dua pintu darurat, yang salah satu pintu darurat tersebut terhubung dengan pintu darurat yang berada pada lantai empat dekat taman bagian utara (Gambar 4.8).

47 34

48 35

49 36 Sumber: Survei, Agustus (2009) (a) Akses lift di lantai empat Sumber: Survei, Agustus (2009) (b) Akses tangga di lantai empat Healing garden bagian Utara Sumber: Survei, Agustus (2009) Sumber: Survei, Agustus (2009) (c) Akses lift di lantai sembilan (d) Akses tangga di lantai sembilan Gambar 4.8 Lokasi dan Aksesibilitas Akses pada taman di lantai empat dan sembilan juga tersedia bagi pengguna taman yang handicap. Hal ini dapat tercapai dengan adanya ramp dari pintu masuk taman dan di area sekitar tempat duduk yang mengakomodasi pasien dengan keterbatasan fisik sehingga kenyamanan dan keamanannya dapat terjamin (Gambar 4.9). Sumber: Survei, Agustus (2009) Sumber: Survei, Agustus (2009) (a) Jalur ramp di area tempat duduk (b) Jalur ramp di pintu masuk Gambar 4.9 Jalur ramp pada taman

50 37 b. Ruang dan area Area yang terdapat di ketiga taman relatif nyaman dilihat dengan meratanya material hijau, yaitu tanaman-tanaman yang berada di sepanjang sisisisi taman. Hanya saja bagian tengah area pada taman lantai empat bagian utara terlalu kosong dan luas tanpa adanya tanaman sehingga menimbulkan kesan kurang nyaman dan lebih panas jika dibandingkan dengan kedua healing garden lainnya. Mengenai aspek luasan taman secara visual, pada taman lantai empat bagian utara, area yang terlalu kosong membuat jarak penglihatan taman terlalu luas dan kurang nyaman; pada taman lantai empat bagian selatan, area yang cukup luasannya, tidak terlalu luas ataupun terlalu sempit membuat jarak penglihatan di taman nyaman untuk dinikmati; dan pada taman di lantai sembilan bentuk area yang memanjang menjadikan jarak penglihatan taman cenderung mengarah hanya ke satu sisi. Bentuk tapak pada ketiga healing garden yang berbeda tidak terlalu membuat perbedaan pada ruang tapak yang ada di masing-masing taman. Taman pada lantai empat memiliki bentuk tapak yang relatif menyerupai persegi, sedangkan taman lantai sembilan bentuknya menyerupai persegi panjang. Ruangruang yang ada pada taman-taman tersebut umumnya terbagi menjadi area bagi pengunjung dan area untuk maintenance (Gambar 4.10). Ruang untuk maintenance merupakan tempat para pekerja mempersiapkan alat-alat dalam pelaksanaan pemeliharaan taman, tetapi pada area ini terdapat deretan pohon yang masih dapat dilihat oleh pengunjung melalui pembatas kaca tebal. Ruang bagi pengunjung terbagi menjadi ruang untuk kegiatan aktif dan ruang untuk kegiatan pasif. Kegiatan aktif yang terlihat, antara lain, berjalan-jalan mengelilingi taman, berolahraga ringan untuk menggerakkan badan, berfoto, berjalan sambil mengobrol, serta berjalan di atas jalur refleksi. Sedangkan kegiatan pasifnya berupa duduk-duduk, melihat pemandangan sekeliling, mengobrol, membaca, berjemur matahari pagi/sore, dan menunggu. Pada kedua taman yang berada di lantai empat, area bagi kegiatan pasifnya berada pada area bangku-bangku taman berada karena hampir semua area yang dapat dilalui berupa perkerasan. Antara area kegiatan aktif dan dengan kegiatan pasif tidak terlalu memiliki batasan yang jelas. Apalagi dengan bangku taman yang bisa dipindah sewaktu-waktu, menjadikan area ruang pasifnya juga berpindah.

51 38 Sumber: Survei, Agustus (2009) (a) Ruang pengguna taman lantai empat bagian utara Sumber: Survei, Agustus (2009) (b) Ruang maintenance taman lantai empat bagian utara Sumber: Survei, Agustus (2009) (c) Ruang pengguna taman lantai empat bagian selatan Sumber: Survei, Agustus (2009) (d) Ruang maintenance taman lantai empat bagian selatan Sumber: Survei, Agustus (2009) (e) Ruang pengguna taman lantai sembilan c. Kualitas tapak Gambar 4.10 Ruang dalam taman Sumber: Survei, Agustus (2009) (f) Ruang maintenance taman lantai 9 Kualitas yang diamati di healing garden ini berupa kualitas visual, kualitas audio, dan kualitas aromatik. Kualitas visual taman pada lantai empat bagian utara terlalu terbuka dengan jarak pandang yang jelas dan luas karena area yang terlalu kosong pada bagian tengah namun terdapat good view ke arah pegunungan dan berlatarkan langit terbuka yang luas sehingga pada saat cuaca cerah pemandangannya bagus, lalu terdapat beberapa good view lainnya yang mengarah

52 39 ke taman. Bad view yang terdapat pada taman disebabkan oleh banyaknya mesin AC yang merusak keindahan pemandangan taman. Taman lantai empat bagian selatan ditunjang dengan kondisi taman yang didominasi oleh hijauan dan dengan jarak pandang yang cukup nyaman, tidak terlalu jauh ataupun terlalu luas. Good view mengarah ke dalam tapak diperoleh dari pemandangan taman dan terdapat bad view yang mengarah keluar tapak karena kondisi sekeliling yang tidak mendukung seperti adanya pembangunan gedung atau gedung yang tidak terawatt (Gambar 4.11). Kualitas visual pada taman di lantai sembilan didukung dengan pemandangan lantai paling atas yang dapat melihat ke berbagai arah dan good view berupa pegunungan namun terdapat pula bad view karena terhalang oleh gedung. Pada taman di lantai ini, pemandangan di dalam tamannya cenderung mengarah ke satu sisi karena bentuk tapaknya yang memanjang. Selain itu, terdapat visual bayangan cahaya matahari pada pagi dan siang hari dari ketiga taman. Pandangan bayangan ini berpotensi sebagai rangsangan indera penglihatan sebagai bagian dari proses terapi ruang luar. Akan tetapi, pada malam hari pencahayaan di taman sangat kurang sehingga untuk malam hari tidak ada rangsangan bagi indera penglihatan (Gambar 4.12).

53 40

54 41

55 42 Kualitas audio pada taman lantai empat bagian utara didominasi dengan suara bising dari stasiun yang berada dekat dengan SBIH. Pada taman lantai empat bagian selatan, pada waktu-waktu tertentu terdengar suara bising yang berasal dari mesin AC yang membuat tidak nyaman dan suara bising kendaraan dari jalan raya yang berada di bagian depan SBIH. Secara spasial, kualitas audio pada kedua taman lantai empat dapat dilihat pada Gambar Pada taman lantai sembilan, suara bising samar terdengar dengan suara bising dari stasiun yang tetap mendominasi. Namun, pada ketiga taman tersebut suara alami seperti angin yang bertiup, daun yang bergesekan dan kicauan burung masih dapat terdengar dan dapat menjadi potensi yang masih dapat dikembangkan lagi. Selain itu, pada taman lantai sembilan, di dalam bangunan peneduh terdapat speaker yang memasang lagu-lagu tradisional sunda dan musik klasik, hal ini menjadi potensi dalam merangsang indera pendengaran yang bersifat menenangkan. Bentuk spasial dari kualitas audio pada taman lantai sembilan dapat dilihat pada Gambar Kualitas aromatik taman tidak tercapai di taman ini. Aspek aroma dari tanaman sendiri tidak terasa, padahal terdapat tanaman aromatic seperti Pandanus sp. Hal ini disebabkan oleh kurang tepatnya penempatan desain tanaman. Tanaman aromatic diletakkan secara terpisah dari jangkauan mengindra sehingga aromanya tidak cukup kuat untuk menstimulasi indera penciuman. Oleh karena itu, diperlukan penataan tanaman yang ada dengan tepat.

56 43

57 44

58 45 d. Konsep dan desain Melihat desain yang ada pada ketiga healing garden, dapat disimpulkan bahwa taman ini mengambil konsep lanskap di daerah timur, yaitu negeri Cina. Hal tersebut dapat dilihat dari desain dan penataan lanskap tamannya yang mengandung harmonisasi alami pada pola yang formal, terdapat kombinasi antara garis geometri dan natural menunjukkan bahwa manusia adalah bagian dari alam yang merupakan sebuah filosofi lanskap di negeri bagian timur (Arifin, 2008). Taman di Cina sendiri memiliki salah satu fungsi yaitu sebagai area kontemplasi seperti untuk bermeditasi sehingga cocok untuk diterapkan sebagai konsep bagi healing garden di area rumah sakit dimana pengguna yang mengunjungi taman menginginkan area yang tenang bagi fisik yang membutuhkan kesembuhan. Desain tamannya yang berbukit dan bergelombang, serta adanya batu-batu yang tersebar di beberapa titik dan batu-batuan kecil yang disusun menjadi suatu aliran menggambarkan lanskap daerah Cina yang terdiri dari dataran yang luas, lembah dan pegunungan, serta sungai-sungai besar seperti pada zaman dulu. Adanya gazebo yang memiliki arsitektur pavilion Cina memperkuat kesan tersebut (Gambar 4.15). Sumber: Survei, Agustus (2009) Sumber: Survei, Agustus (2009) (a) Arsitektur gazebo menyerupai b) Desain taman yang pavilion Cina menggambarkan lanskap Cina Gambar 4.15 Taman dengan Konsep Taman Cina Penggunaan elemen keras (hard material) juga sesuai dengan konsep dimana batu-batuan berukuran kecil yang disusun menyerupai aliran sungai dan batu hias yang menggambarkan elemen alam, namun terdapat juga beberapa elemen keras yang tidak sesuai dengan konsepnya, seperti tempat sampah dan lampu taman yang terkesan terlalu minimalis untuk konsep taman Cina. Bentukan sculpture yang berupa lentera, manusia dan hewan lainnya seperti angsa, penyu

59 46 dan kodok menggambarkan makhluk hidup yang harmonis dengan alam, seperti yang dapat dilihat pada Gambar Sumber: Survei, Agustus (2009) (a) Susunan batuan yang menyerupai aliran sungai Sumber: Survei, Agustus (2009) (b) Sculpture lentera Sumber: Survei, Agustus (2009) Sumber: Survei, Agustus (2009) (c) Sculpture ibu dan anak (d) Tempat sampah Gambar 4.16 Elemen keras Elemen lunak (soft material) yang terdapat pada taman secara umum berupa tanaman yang mencirikan lanskap di Cina, namun terdapat beberapa tanaman yang tidak sesuai dengan konsep tersebut seperti Agave (Agave attenuata), Dracaena sp., dan Palem Botol (Mascarena lagenicaulis). Tanaman yang tidak cocok dengan konsep taman Cina tersebut umumnya terdapat pada taman dengan konsep taman country, mediterania, minimalis atau taman kering (Lestari dan Kencana, 2008). Selain itu, beberapa vegetasi mengalami penyesuaian terhadap lokasi area yang merupakan taman atap sehingga beberapa tanaman, terutama pohon, tidak sesuai dengan spesifikasi seperti tinggi dan percabangannya. Tanaman yang sesuai dengan konsep antara lain tanaman air Lotus (Nelumbo nucifera) dan pohon Pinus (Pinus merkusii), dapat dilihat pada Gambar 4.17.

60 47 Sumber: Survei, Agustus (2009) Sumber: Survei, Agustus (2009) (a) Teratai (Nelumbo nucifera) (b) Agave (Agave attenuata) Gambar 4.17 Elemen lunak Mengenai konsep pemakaian oleh pengguna, dari pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bahwa pemakaian taman pada lantai sembilan bersifat lebih publik dan terbuka untuk umum, umum di sini adalah pasien yang menjalani rawat jalan, membeli obat di apotek, dan pengunjung pasien. Hal ini juga terlihat pada media promosi yang disampaikan lebih memperkenalkan healing garden bagi para pengunjung SBIH di lantai sembilan. Pada kedua healing garden di lantai empat, walaupun dapat dikunjungi oleh siapa saja, keberadaan yang terletak di ruang perawatan dan unit bagian khusus membuat kedua taman tersebut tidak terlalu banyak dikunjungi selain dari pasien dari ruang perawatan dari lantai yang sama. Taman bagian utara yang terletak di unit perawatan bayi diperuntukkan agar dapat menjemur bayi pada pagi dan sore hari Aspek Pengguna dan Pengelola a. Pengguna Berdasarkan Kuesioner Letaknya yang berada di rumah sakit menjadikan taman ini merupakan taman khusus dengan pengguna yang terbatas berada di SBIH. Pengguna healing garden yang ada di rumah sakit ini antara lain pasien rawat inap, pasien rawat jalan, pengunjung, dan staff rumah sakit. Pembagian kuesioner dengan jumlah responden 42 orang yang terdiri dari 22 laki-laki dan 20 perempuan dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis karakteristik pengguna healing garden SBIH. Responden merupakan pengguna taman yaitu pasien, baik yang rawat inap maupun rawat jalan, dan pengunjung pasien. Pada kuesioner tersebut, bagian awal mendata dan menanyakan kondisi umum pengguna, seperti jumlah kedatangan dari pengguna di tiap taman dan umur dari pengguna.

61 48 Berdasarkan hasil kuesioner tersebut, taman yang paling sering didatangi dari ketiga taman tersebut adalah taman yang berada di lantai sembilan, lalu selanjutnya taman lantai empat bagian selatan dan terakhir adalah taman lantai empat bagian utara, untuk hasil persentasenya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Hal ini menunjukkan pengguna taman lebih menyadari keberadaaan taman di lantai sembilan, dibandingkan dengan kedua taman yang di lantai empat, penyebabnya berkaitan dengan promosi ataupun pemberitahuan taman lantai sembilan sebagai healing garden melalui brosur ataupun situs SBIH sendiri, dibandingkan dengan taman lantai empat yang berada khusus di bagian unit persalinan ibu dan bayi yang baru dilahirkan. Tabel 4.1 Dominasi Taman yang Sering Didatangi Letak Taman Persentase (%) n Lantai 9 78,57 33 Lantai 4 bagian Selatan 16,67 7 Lantai 4 bagian Utara 4,76 2 Pengguna taman didominasi oleh pengguna dengan usia berkisar tahun jika melihat karakteristik pengunjung berdasarkan usianya, dan paling sedikit oleh pengguna dengan usia berkisar dan lebih dari 50 tahun. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2. Mengenai informasi dari mana para pengguna mengetahui tentang healing garden, mayoritas menjawab bahwa mereka mengetahuinya dari media informasi rumah sakit berupa brosur, signboard yang berada di ruang tunggu, ataupun website SBIH. Hal ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh media informasi dari rumah sakit terhadap kedatangan pengguna taman. Karena taman yang dipromosikan berupa healing garden yang di lantai sembilan, maka mayoritas pengguna lebih menyadari keberadaan taman tersebut dibanding kedua taman lainnya. Jawaban responden lainnya mengenai informasi tentang keberadaan taman lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2. Ketika ditanya apakah para pengguna tersebut pernah berkunjung sebelumnya atau tidak, yang menjawab belum lebih dari setengah dari jumlah keseluruhan responden, alasannya sebagian besar karena memang baru pertama kali dirawat atau mengunjungi SBIH. Responden yang menjawab pernah mendatangi healing garden sebelumnya beralasan karena pernah dirawat juga pernah mengunjungi kerabat yang sebelumnya dirawat di rumah sakit tersebut.

62 49 Selanjutnya, pada bagian berikut dari kuesioner, ditanyakan mengenai aktivitas yang biasa dilakukan di taman, elemen yang terdapat di taman dan kendala atau permasalahan yang ditemui di taman. Untuk bagian aktivitas yang dipilih dapat lebih dari satu pilihan dan terdapat kesempatan untuk mengisi jawaban sendiri. Berdasarkan pilihan aktivitas yang diberikan, mayoritas pengguna lebih memilih untuk duduk dan bersantai di taman. Kemudian diikuti dengan sesuai banyaknya pilihan responden yaitu berjalan mengelilingi taman, mengobrol, berinteraksi dengan pasien atau pengguna taman yang lain, dan menikmati waktu untuk sendiri. Pengguna yang menjawab kegiatan lainnya yaitu berupa tidur-tiduran, padahal di taman (pada lantai sembilan) terdapat papan peringatan agar para pengunjung taman untuk tidak tidur-tiduran. Pada Tabel 4.2 dijelaskan secara rinci mengenai persentase pengguna terhadap pilihan aktivitas. Sementara itu, untuk data frekuensi dan waktu kunjungan ke taman, mayoritas para pengguna lebih banyak datang ke taman dengan frekuensi yang cukup rendah, dimana kurang dari seminggu sekali. Hal ini berkaitan dengan waktu rawat inap bagi pasien rawat inap yang tergolong tidak terlalu lama, dan waktu kunjungan ke rumah sakit bagi pasien rawat jalan dan pengunjung orang yang dirawat inap. Hasil keseluruhan frekuensi kedatangan para pengguna taman dapat dilihat di Tabel 4.2. Lalu untuk jam kunjungan ke taman, jumlah para pengguna tidak berbeda jauh tersebar dalam waktu kunjungan pada pukul antara , , dan , dan hanya sebagian kecil dari pengguna yang berkunjung pada pukul antara , seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Hal ini menunjukkan bahwa hampir tiap waktu taman memiliki pengunjung, yang mayoritas juga berada di lantai sembilan karena pengguna lebih menyadari keberadaan taman pada lantai tersebut. Mengenai waktu lamanya berada di taman, sebagian besar pengguna berada di taman selama menit (lihat Tabel 4.2).

63 50 Tabel 4.2 Kondisi dan Aktivitas Pengunjung Healing Garden SBIH Hasil Kuesioner Persentase (%) n Karakteristik Pengguna Berdasarkan Usia < 20 tahun tahun tahun tahun > 50 tahun Perolehan Informasi Tentang Taman Media informasi RS 40,48 17 Teman atau keluarga 26,19 11 Dokter/perawat/staf RS 16,67 7 Lainnya 16,67 7 Kunjungan ke Healing Garden SBIH Sebelumnya Tidak pernah 69,05 29 Pernah 30,95 13 Frekuensi Kedatangan ke Taman <1 kali seminggu 64, kali seminggu 16, kali seminggu 14, kali sehari 0 0 >1 kali sehari 4,76 2 Jam Kedatangan ke Taman , , , ,76 2 Lama Keberadaan di Taman < 10 menit 11, menit 45, menit 21,43 9 > 30 menit 14,29 6 > 60 menit 7,14 3 Aktivitas Pengguna Duduk dan bersantai 73,81 31 Berjalan mengelilingi taman 38,1 16 Mengobrol 28,57 12 Berinteraksi dengan pengguna lain di taman 19,05 8 Menikmati waktu sendiri 16,67 7 Lainnya; tidur-tiduran 2,38 1

64 51 Lalu mengenai pendapat para pengguna tentang healing garden yang dapat menghilangkan stress, sebanyak 95,24% dari keseluruhan pengguna menyetujui bahwa dengan datang ke taman, stressnya hilang sementara 4,76% merasa tidak yakin (Tabel 4.3). Sedangkan ketika ditanya apakah merasakan efek positif dari kedatangan di taman, sebanyak 90,48% berpendapat bahwa mereka merasakan efek positif dari kedatangan ke taman ini, dan sisanya 9,52% merasa tidak yakin (Tabel 4.3). Efek positif yang dirasakan oleh pengguna dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Kondisi Pengunjung Setelah Kunjungan ke Healing Garden SBIH Hasil Kuesioner Persentase (%) n Stress Hilang Setelah Datang ke Taman Ya 95,24 40 Tidak Yakin 4,76 2 Tidak 0 0 Merasakan Efek Positif dengan Datang ke Taman Ya 90,48 38 Tidak Yakin 9,52 4 Tidak 0 0 Efek Positif yang Dirasakan Setelah Datang ke Taman Lega, rileks - 13 Badan menjadi lebih segar - 13 Lebih tenang - 6 Pikiran jernih - 6 Nyaman - 4 Tidak stress - 1 Senang - 1 Sementara, dalam pertanyaan mengenai elemen di taman yang membuat keadaan tubuh menjadi lebih baik secara fisik, spiritual ataupun sosial, pilihan elemen tanaman, pepohonan, dan nuansa alami merupakan elemen yang dipilih oleh mayoritas responden, selanjutnya memilih karena pemandangannya, bunyibunyian dan udara segarnya, lalu fungsinya sebagai tempat untuk privasi atau berkumpul dengan kerabat, dan yang menjawab pilihan lainnya karena kondisi rumah sakitnya yang mendukung dari adanya fasilitas pemeliharaan yang baik, kenyamanan yang diperoleh di taman, serta semua hal yang ada di taman. Lalu, sebagian kecil memilih karena fitur yang ada di taman (bangku taman, gazebo,

65 52 sculpture). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Sementara itu, berdasarkan elemen taman yang dirasakan mirip dengan taman yang lain dengan nuansa yang sama (bersifat menenangkan dan menyembuhkan), mayoritas memilih tanaman, pepohonan, dan nuansa alami kemudian memilih pemandangan atau area tertentu, dan bunyi dan udara yang segar dengan nilai yang sama. Nilai persentase yang sama juga dipilih oleh pengunjung untuk tidak terdapatnya elemen taman yang dirasa sama dengan taman lain dengan nuansa yang sama. Selain itu, elemen taman sebagai fungsinya untuk berkumpul dan fitur lainnya memperoleh jumlah suara yang kecil. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Sementara itu, untuk preferensi pengunjung terhadap warna yang ingin ditambahkan ke dalam taman, warna hijau dipilih oleh mayoritas responden, menyusul dengan yang menjawab pilihan lainnya yang semua menjawab tidak ada warna yang ingin ditambahkan. Warna putih, biru, dan merah dipilih dengan nilai yang sama yaitu sebesar 11,9%. Warna ungu sebesar 9,52%, dan warna jingga dan kuning dengan nilai yang sama yaitu sebesar 7,14%. Warna yang mayoritas dipilih menunjukkan bahwa responden menginginkan ketenangan dan area yang bersifat kontemplatif karena warna hijau dapat menenangkan secara fisik dan mental, mengurangi rasa deperesi, gugup dan cemas, serta penekanan terhadap aspek alami dengan warna hijau yang menyimbolkan ekologi yaitu tumbuhan dan memang merupakan warna yang menempati ruang banyak dalam spektrum sinar tampak dalam penglihatan manusia (Smith, 2009). Persentase untuk pilihan warna lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Bagi faktor permasalahan yang ditemui di taman, mayoritas responden berpendapat bahwa tidak adanya permasalahan yang ditemui pada taman, menunjukkan bahwa mereka cukup puas dengan keadaan taman yang sekarang. Sedangkan ada yang merasa akses menuju taman sulit dan info yang ada kurang, lalu selanjutnya merasa bahwa polusi udara dan suara masih menjadi masalah. Sedangkan responden yang menjawab pilihan lainnya berupa area yang sempit, tanaman yang terlalu rimbun, dan area yang kurang luas, serta sisanya merasa keamanan di area taman masih kurang. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 4.4.

66 53 Tabel 4.4 Elemen Taman dan Permasalahan di Healing Garden SBIH Hasil Kuesioner Persentase (%) n Elemen Taman yang Dirasakan Memenuhi Kebutuhan Tanaman, pepohonan, nuansa alami 61,9 26 Pemandangan tertentu (good view) 28,57 12 Bau-bauan,bunyi, udara segar 21,43 9 Tempat privasi/kumpul dengan teman atau kerabat 9,52 4 Lainnya 7,14 3 Fitur taman; bangku, gazebo, sculpture 2,38 1 Elemen Taman yang Dirasakan Sama dengan Taman Bertema Sama Tanaman, pepohonan, nuansa alami 52,38 22 Pemandangan tertentu (good view) 16,67 7 Bau-bauan,bunyi, udara segar 16,67 7 Tidak ada 16,67 7 Fitur taman; bangku, gazebo, sculpture 2,38 1 Tempat privasi/kumpul dengan teman atau kerabat 2,38 1 Lainnya 0 0 Warna yang Ingin Ditambahkan ke Taman Hijau 40,48 17 Lainnya; tidak ada 16,67 7 Merah 11,9 5 Biru 11,9 5 Putih 11,9 5 Ungu 9,52 4 Jingga 7,14 3 Kuning 7,14 3 Merah muda 0 0 Permasalahan yang Ditemui di Taman Tidak ada 52,38 22 Akses sulit dicapai/kurang informasi 26,19 11 Polusi udara dan suara (bising) 16,67 7 Lainnya 7,14 3 Keamanan kurang, berbahaya 2,38 1 Jalur perkerasan yang tidak nyaman 0 0 Pada bagian selanjutnya dari kuesioner dinilai bagaimana persepsi mengenai pentingnya keberadaan taman bagi penggunanya, responden diminta untuk memilih nilai dengan kisaran satu sampai lima, dengan kisaran satu hingga dua bernilai tidak penting hingga kurang penting, angka tiga bernilai agak

67 54 penting, dan kisaran empat hingga lima bernilai penting hingga sangat penting. Hasilnya seperti yang tertera pada Tabel 4.5, seluruh responden setuju bahwa keberadaan healing garden di SBIH penting. Lalu para responden diminta menuliskan apa yang menurut mereka menjadi nilai kepentingan dari keberadaan healing garden di rumah sakit ini, tidak semuanya mengisi pendapat mereka, tetapi yang memberi gambaran nilai penting taman di mata penggunanya sebagaimana yang disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.5 Nilai Penting Taman Hasil Kuesioner Persentase (%) n Persepsi Mengenai Pentingnya Keberadaan Taman 4-5 (sangat penting penting) (agak penting) (kurang penting tidak penting) 0 0 Tabel 4.6 Penjelasan Pasien tentang Nilai Penting Taman Hasil Kuesioner n Nilai Penting Taman Agar pasien tidak bosan di kamar 6 Mengurangi stress 5 Agar lebih tenang 3 Membantu pasien dari segi psikologis 2 Rekreasi 1 Menikmati keindahan 1 Mendapat sirkulasi udara dari RTH 1 Dapat digunakan untuk pengunjung 1 Menyegarkan 1 Sebagai bagian dari proses terapi 1 Jumlah jawaban responden 22 Selanjutnya, responden diminta menilai lagi berdasarkan kisaran nilai satu hingga lima seperti pada Tabel 4.5 sebelumnya, mengenai beberapa fungsi yang terdapat dari taman dan seberapa pentingnya nilai fungsi tersebut. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.7. Melihat tabel tersebut, terlihat secara keseluruhan bahwa fungsi taman untuk mendapatkan waktu seorang diri atau pribadi memiliki kisaran nilai paling tinggi menurut pengguna di antara fungsi lainnya dalam kisaran nilai satu sampai dua yang bernilai kurang penting hingga tidak penting. Sementara dalam kisaran nilai empat sampai lima yang bernilai penting hingga sangat penting, nilai tertinggi diperoleh dalam fungsi taman untuk berada di luar

68 55 ruangan dan agar merasa tenang, hal ini menunjukkan bahwa pengguna yang datang ke healing garden ini mencari kesegaran di ruangan terbuka hijau dan merasa rileks karenanya. Tetapi, secara keseluruhan pada tiap fungsi taman, hampir dari setengah responden berpendapat bahwa fungsi-fungsi tersebut termasuk dalam kisaran penilaian empat sampai lima, yang menunjukkan bahwa pengguna merasakan semua fungsi taman dengan baik. Selain itu, terdapat penilaian terhadap elemen-elemen di taman yaitu cahaya, warna, suara atau bunyi-bunyian, wangi, dan tanaman, dengan penilaian berdasarkan nilai sangat penting, penting dan tidak begitu penting, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.7. Elemen yang menunjukkan nilai tertinggi pada penilaian sangat penting adalah elemen tanaman, menegaskan bahwa elemen tanaman yang membuat pengguna merasakan nilai vital tanaman sebagai elemen taman. Sementara nilai tertinggi dalam kisaran nilai tidak begitu penting adalah elemen wangi, hal ini menunjukkan bahwa para pengguna tidak begitu mempermasalahkan perlunya wangi yang harum, selama bau-bauan yang ada tidak mengganggu atau tidak sedap Tabel 4.7 Persepsi terhadap Nilai Fungsi dan Elemen Taman Hasil Kuesioner Persentase (%) Persepsi terhadap Nilai Fungsi Taman Kisaran Nilai Memiliki suasana yang berbeda dari indoor 2,48 23,81 73,81 Untuk dilihat dari jendela/ruangan 7,14 30,95 61,9 Untuk dikunjungi ketika cuaca cerah/kondisi baik 7,14 14,29 78,57 Untuk dikunjungi bersama keluarga/teman 4,76 23,81 71,43 Untuk mendapatkan waktu seorang diri/pribadi 21,43 26,19 52,38 Untuk berada di luar ruangan&merasa tenang 2,38 9,52 88,1 Untuk merasakan sinar matahari, angin dan daun 4,76 9,52 85,71

69 56 Lanjutan Tabel 4.7 Hasil Kuesioner Persentase (%) Kisaran Nilai Tidak Persepsi terhadap Nilai Elemen Taman Sangat begitu Penting penting penting Cahaya 0 54,76 45,24 Warna 7,14 61,9 30,95 Suara/bunyi 16,67 47,62 35,71 Wangi 23,81 57,14 19,05 Tanaman 0 14,29 85,71 Selain kuesioner dengan pilihan ganda, para pengguna yang diminta kesediaannya sebagai responden juga diminta menuliskan kesannya terhadap taman ini untuk melihat bagaimana persepsi mereka terhadap taman secara umum. Lalu pesan dan harapan para pengguna bagi healing garden di SBIH ini juga diminta untuk melihat bagaimana para responden tersebut melihat taman ini untuk ke depannya. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Kesan dan Pesan Pengunjung Taman Hasil Kuesioner n Kesan Pengunjung Bagus 15 Nyaman 9 Perasaan jadi tenang dan rileks 7 Indah dan menyejukkan 5 Belum ada taman seperti ini di RS lain yg dikunjungi 5 Tidak terlalu bising 4 Berkumpul dengan teman dan keluarga 4 Baik sebagai sarana untuk menunjang proses pemulihan pasien 4 Taman tampak rapi dan terawat baik 3 Udaranya segar 2 Alami dan asri 2 Waktu menunggu lift lama 2 Jalur refleksi nyaman untuk digunakan 2 Memberi udara segar daripada hanya diam di kamar 2 Area relatif sempit tapi nyaman untuk jalan-jalan 1 Tempat untuk rekreasi dan santai bagi pasien dan pengunjung 1 Tanaman dan bunga kurang jumlahnya 1 Tenang karena berada di lantai atas yang relatif jauh dari bising 1 Tidak mengganggu pasien lain ketika ada keluarga berkunjung 1

70 57 Lanjutan Tabel 4.8 Hasil Kuesioner n Harapan dan Pesan Pengunjung Memperluas taman 13 Menambahkan kolam ikan atau fitur air lainnya 5 Memperbanyak jenis pohon dan tanaman 5 Menjaga kebersihan dan kerapihan 5 Menambah variasi bunga agar indah dan wangi serta sejuk 5 Menambah fasilitas toilet 3 Memberi informasi tentang taman kepada pasien yang di kamar 3 Meningkatkan keindahan dan sarana-prasarana 3 Menambah pohon bunga yang dapat menarik hewan (kupu-kupu, burung) 2 Menambah tanaman untuk mengusir nyamuk 1 Memasang AC di gazebo karena siang hari panas 1 Membuat taman lebih nyaman dan bagus 1 Menambah pohon sebagai tempat berteduh 1 Menjaga agar tetap bagus dan terbaik 1 Menambah pepohonan agar lebih rimbun 1 a. Pengamatan Pengguna Taman Setelah bagian kuesioner, dibahas mengenai perilaku penggunanya berdasarkan observasi lapang yang telah dilakukan. Perilaku yang diamati antara lain adalah pola pergerakan, pola berkumpulnya para pengguna di titik-titik tertentu, serta aktivitas yang dilakukan di dalam taman (Gambar 4.18 dan 4.19). Dalam pola pergerakan, umumnya setelah memasuki taman para pengguna berjalan mengelilingi taman terlebih dahulu sambil melihat-lihat dengan santai, kemudian duduk di salah satu bangku taman yang tersedia pada taman, ada pula yang sebaliknya. Dominasi pergerakan tersebut terlihat pada ketiga healing garden, pada kedua taman lantai empat, pengguna mengelilingi area tempat duduk yang berada di pusat taman yang memiliki ketinggian level yang berbeda dengan area sekitarnya sehingga membentuk jalur melingkar. Sedangkan pada lantai sembilan para pengguna menyusuri jalan kemudian berputar mengelilingi bak tanaman yang berada di tengah pada bagian ujung taman lalu kembali menyusuri jalan yang sama. Sementara itu, untuk pola berkumpulnya pengguna pada titik tertentu, terlihat bahwa umumnya berkumpul pada lantai empat bagian utara, pengguna banyak berada di area tempat duduk yang terlindung oleh bayang-bayang gedung,

71 58 hal ini dikarenakan area tempat duduk yang terletak di tengah taman terlalu terbuka yang menimbulkan rasa tidak nyaman ketika duduk karena angin yang kuat ataupun matahari yang terlalu panas dan menyilaukan. Pada bagian selatan, pengguna berkumpul di area tempat duduk yang berada di bagian tengah taman dan di samping pintu masuk maintenance bagi karyawan, lalu titik dimana dapat memandang sculpture utama pada taman dengan jelas, serta titik untuk duduk di pinggiran taman yang ternaungi oleh bayangan gedung. Pada lantai sembilan, mayoritas penggunanya berkumpul di gazebo dan sekitar fasilitas refleksi, serta di dalam gedung yang terdapat tempat duduk. Terdapat pengguna lainnya yang duduk-duduk di pinggiran taman pada beberapa titik.

72 59

73 60

74 61 b. Pengelola Ketika SBIH dibangun, pihak pengusul, perencana, dan perancang taman berasal dari SBIH sendiri. Hal ini menunjukkan adanya pemahaman pihak pemilik akan pentingnya keberadaan ruang terbuka hijau sebagai bagian integral dari fasilitas rumah sakit melalui penyediaan healing garden. Penempatan fasilitas yang berupa taman atap merupakan siasat dalam penggunaan lahan yang terbatas dan memberi suasana yang berbeda dari rumah sakit lainnya. Pembangunan taman menggunakan jasa kontraktor. Setelah pembangunan taman dan gedung rumah sakit selesai, dilakukan pengecekan ulang terlebih dahulu terhadap taman agar ketika rumah sakit sudah beroperasi taman dan healing garden dapat digunakan pula. Aktivitas pemeliharaan dilakukan oleh perusahaan jasa ISS (Integrated Service Solution) yang merupakan perusahaan outsource dalam pengelolaan keseluruhan di SBIH. Perusahaan tersebut memiliki tim konsultan lanskap dalam melakukan pengelolaan taman. Pada pemeliharaan fisik, satu orang pekerja bertanggung jawab dalam menangani satu healing garden. Selama masa pengelolaan, terdapat perubahan khususnya desain penanaman tanaman, dengan tetap berusaha memperhatikan tema dan konsep taman pada awalnya. Terdapat pula kendala dalam masa pengelolaan ini, antara lain, hama yang resisten terhadap insektisida yang diberikan, dan payung penaung pada taman lantai empat bagian utara yang beberapa kali terjatuh karena tiupan angin kencang. Kendala mengenai payung diatasi dengan membuat penyangga yang permanen agar tidak terjatuh lagi Aspek Terapi Aspek terapi yang terdapat pada healing garden SBIH ini dapat ditinjau dari fasilitas terapi yang ada pada tamannya. Tidak terdapat fasilitas terapi yang tersedia di taman-taman lantai empat, sedangkan pada taman lantai sembilan terdapat jalur refleksi dan elemen suara. Desain yang memiliki unsur ketenangan dan keakraban seperti elemen air belum tersedia dalam ketiga taman tersebut. Pada tahap perawatan (care), pasien akan dirujuk dari bagian spesialis ke bagian rehabilitasi medik 1. Unit rehabilitasi medik merupakan gerbang akhir dari rumah sakit tempat pasien yang menjalani rawat inap ataupun rawat jalan 1 Hasil wawancara dengan salah satu dokter spesialis SBIH.

75 62 menjalani pemulihan. Agar proses adaptasi dari kondisi penyembuhan (cure) dan perawatan (care) dapat berjalan baik, diperlukan program pemulihan yang dapat dilakukan di healing garden ataupun ruang luar lainnya. Namun, program ini belum dilaksanakan sebagai bagian dari terapi di SBIH, kecuali atas inisiatif dari dokter rehabilitasi yang menyarankan atau keinginan dari pasien tersebut 2. Tidak terdapatnya program terapi yang dilakukan di luar luar di SBIH tidak menutup kemungkinan disusunnya program tersebut, terutama dengan adanya permintaan dari beberapa pasien yang lebih nyaman dalam menjalankan terapi di healing garden. Proses pemulihan bagi pasien terdiri dari beberapa tahap. Banyaknya tahap ini bergantung pada kondisi pasien tersebut, semakin lama waktu pasien berbaring, tahap pemulihan dimulai dari paling dasar. Tahapan pemulihan tersebut dimulai dari latihan mobilisasi untuk bangun atau berdiri yang merupakan tahap dasar, latihan di dalam ruang, kemudian berpindah ke gym khusus di unit rehabilitasi medik untuk melatih pergerakan motorik secara keseluruhan hingga sembuh total. Selain fasilitas ruang gym, tersedia juga kursi roda, berbagai macam jenis alat bantu berjalan (kruk), dan bola sebagai alat bantu melatih pergerakan motorik. Kondisi pasien menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menjalani terapi. Pasien harus berada dalam kondisi yang stabil, mampu berkomunikasi dan sadar, serta tanda-tanda kondisi tubuhnya yang tidak membahayakan. Selain itu, terdapat koordinasi dengan spesialis bidang lain yang menyatakan bahwa kondisi pasien tersebut dapat menjalankan terapi Elemen Taman Secara umum, elemen taman terbagi menjadi dua, yaitu soft materials atau elemen lunak yang berupa tanaman, dan hard materials atau elemen keras seperti perkerasan, dan sebagainya. Tanaman yang ada disesuaikan dengan konsep taman yang spesifikasinya sebagai tanaman yang dapat digunakan pada taman atap. Daftar elemen lunak dan elemen keras yang terdapat pada ketiga healing garden dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Tabel Hasil wawancara dengan Ketua Rehabilitasi Medik SBIH

76 63 Tabel 4.9. Daftar Elemen Lunak di Ketiga Healing Garden Nama Lokal Nama Latin Jumlah Jenis Lantai empat bagian utara Aliander Nerium oleander 50 Semak Anggrek tanah Spathoglottis plicata 20 Penutup tanah Anggrek tanah Spathoglottis plicata 30 Penutup tanah Azalia Rose Rhododendron mucronatum 49 Semak Bougenville Bougenvilia spectabilis 3 Semak Bunga sepatu Hibiscus rosa sinensis 15 Semak Cyclop Agave angustifolia 3 Semak Euphorbia Euphorbia milii 10 Semak Helikonia Heliconia spp. 10 Semak Kristiamon Chrysanthemum sp. 23 Semak Lantana hibrida Lantana hibrida 20 Semak Lili madia Hymenocalis sp. 20 Semak Lili paris Chlorophytum comosum 27 Penutup tanah Lotus Nelumbo nucifera 7 Tanaman air Mentomori Brunfelsia aniflora 13 Semak Miana Coleus hybrid 30 Penutup tanah Nanas merah Ananas bracteatus 2 Semak Pacar Impatiens sp. 63 Semak Palem Buditia Mascarena lagenicaulis 18 Pohon Pandan bali Pandanus tectona 30 Pohon Philodendron Philodendron melanochrysum 40 Merambat Porty laka Portulaca grandiflora 75 Penutup tanah Puring Brazil Codiaeum variegatum 12 Semak Pusaka Hamelia patens 11 Semak Rumput Manila Zoysia matrella 43 Penutup tanah Soka Holland Ixora japanica 9 Semak Taiwan beauty Cuphea sp. 2 Penutup tanah Tree colour Dracaena treecolour 90 Semak Walisongo Schefflera actinophylla 32 Pohon Yucca king Yucca aloifolia 11 Pohon Lantai empat bagian selatan Aglaonema Aglonema sp. 10 Penutup tanah Aliander Nerium oleander 15 Semak Air Mancur Russelia equisetiformis 29 Semak Airis Kuning Iris sp. 5 Tanaman air Anggrek Tanah Spathoglottis plicata 3 Penutup tanah Azalea Rose Rhododendron mucronatum 70 Semak Bougenville Bougenvilia spectabilis 50 Semak Bunga Sepatu Hibiscus rosa sinensis 3 Semak

77 64 Lanjutan Tabel 4.9 Nama Lokal Nama Latin Jumlah Jenis Cemara Piramid Cupressus sp. 124 Pohon Cyclop Agave angustifolia 50 Semak Heliconia Heliconia spp. 93 Semak Kaca Piring Gardenia augusta 3 Semak Kamboja Bali Plumeria exotica 5 Pohon Kana Canna indica 42 Semak Kastuba Euphorbia pulcherrima 6 Semak Kecubung Kuning Datura metel 39 Pohon Lantana Hybrida Lantana Hybrida 32 Semak Lili Madia Hymenocalis sp. 3 Semak Lili Paris Chlorophytum comosum 35 Penutup tanah Lotus Nelumbo nucifera 20 Tanaman air Mentomori Brunfelsia aniflora 7 Semak Miana Coleus hybrid 2 Penutup tanah Nanas Merah Ananas bracteatus 1 Semak Palem Botol Mascarena lagenicaulis 5 Pohon Palem Kuning Chrysalidocarpus lutescens 31 Pohon Pandan Bali Dracaena draco 12 Pohon Pasif Flora Passiflora foetida 90 Merambat Philodendron Philodendron melanochrysum 25 Merambat Puring Brazil Codiaeum variegatum 100 Semak Pusaka Hamelia patens 6 Semak Rumput Manila Zoysia matrella 16 Penutup tanah Sikas Cycas revoluta 2 Semak Soka Holland Ixora japanica 150 Semak Song Of India Pleomele reflexa 11 Semak Taiwan Beauty Cuphea sp. 3 Penutup tanah Tree Colour Dracaena treecolour 8 Semak Tree Colour Dracaena treecolour 6 Semak Walisongo Schefflera actinophylla 15 Pohon Wihwa Dracaena sp. 2 Semak Yucca King Yucca aloifolia 3 Pohon Lantai sembilan Airis Kuning Iris sp. 66 Tanaman air Alamanda Allamanda cathartica 3 Merambat Aliander Nerium oleander 19 Semak Anggrek Tanah Spathoglottis plicata 81 Penutup tanah Azalea Rose Rhododendron mucronatum 80 Semak Bougenville Bougenvilia spectabilis 60 Semak Bunga Sepatu Hibiscus rosa sinensis 3 Semak

78 65 Lanjutan Tabel 4.9 Nama Lokal Nama Latin Jumlah Jenis Cemara Piramid Cupressus sp. 90 Pohon Cyclop Agave angustifolia 30 Semak Euphorbia Euphorbia milii 50 Semak Helikonia Heliconia spp. 18 Semak Hortensia Hydrangea macrophylla 21 Semak Kaca Piring Gardenia augusta 3 Semak Kamboja Bali Plumeria exotica 25 Pohon Kamboja Jepang Adenium obesum 3 Semak Kastuba Euphorbia pulcherrima 20 Semak Kristiamon Chrysanthemum sp. 90 Semak Lantana Hybrida Lantana hybrida 3 Semak Lili Madia Hymenocalis sp. 7 Semak Lili Paris Chlorophytum comosum 81 Penutup tanah Lotus Nelumbo nucifera 3 Tanaman air Miana Coleus hybrid 30 Semak Mentomori Brunfelsia aniflora 130 Semak Nanas Merah Ananas bracteatus 28 Semak Palem Buditia Mascarena lagenicaulis 45 Pohon Pandan Bali Pandanus sp. 6 Pohon Pinus Pinus merkusii 12 Pohon Poenix Phoenix roebelenii 34 Pohon Puring Brazil Codiaeum variegatum 17 Semak Pusaka Hamelia patens 123 Semak Rumput Axonopus compressus 30 Penutup tanah Soka Holland Ixora japanica 12 Semak Song Of India Pleomele reflexa 5 Semak Sutra Bombay Portulaca grandiflora 200 Penutup tanah Taiwan Beauty Cuphea sp. 50 Penutup tanah Taiwan Leaf Cuphea sp. 1 Semak Walisongo Schefflera actinophylla 4 Pohon Yucca King Yucca aloifolia 4 Pohon Total 3387 (individu) Sumber: Data Sekunder ISS, Outsource Maintenance SBIH (2009).

79 66 Tabel Daftar Elemen Keras di Ketiga Healing Garden No. Nama Elemen Jumlah Kondisi Keterangan Taman Lantai 4 Utara 1 Tempat sampah 1 Baik Kelompok 2 Bangku taman (single) 2 Baik Kelompok 3 Bangku taman (double) 3 Baik Kelompok 4 Meja 1 Baik Kelompok 5 Lampu taman 1 Cukup Baik Tiang 6 Perkerasan (paving) 238,97 Cukup Baik m 2 7 Patung (sculpture) 3 Baik Kelompok 8 Pot tanaman air 6 Baik Kelompok 9 Papan rambu 2 Baik Kelompok 10 Saluran air 14,2 Baik m 2 Taman Lantai 4 Selatan 1 Tempat sampah 1 Baik Kelompok 2 Bangku taman (single) 4 Baik Kelompok 3 Bangku taman (double) 1 Baik Kelompok 4 Meja 1 Baik Kelompok 5 Lampu taman 1 Baik Tiang 6 Perkerasan (paving) 166,05 Baik m 2 7 Patung (sculpture) 3 Baik Kelompok 8 Pot tanaman air 10 Baik Kelompok 9 Papan rambu 1 Cukup Baik Kelompok 10 Saluran air 14,6 Baik m 2 Taman Lantai 9 1 Tempat Sampah 2 Baik Kelompok 2 Bangunan peneduh 1 Baik Kelompok 3 Bangku 1 Baik Kelompok 4 Lampu Taman 2 Cukup Baik Tiang 5 Perkerasan (paving) 279,55 Baik m 2 6 Patung (sculpture) 3 Baik Kelompok 7 Pot tanaman air 10 Baik Kelompok 8 Papan rambu 3 Baik Kelompok 9 Saluran air 35,96 Baik m 2 10 Jalur Reflexi 3,96 Cukup baik m 2 Sumber: Inventarisasi Lapang(2009) Fasilitas Tidak terdapat fasilitas khusus atau tertentu pada kedua taman di lantai empat. Fasilitas yang terdapat di taman lantai sembilan berupa fasilitas jalur refleksi yang terdapat handrail di sepanjang salah satu sisinya untuk memudahkan

80 67 pengguna dalam berpijak dan bangunan peneduh atau gazebo dengan tempat duduk, speaker untuk mendengarkan lagu yang dilengkapi dengan tombol volume suara yang dapat diatur dan lampu Evaluasi Sumber: Survei, Agustus (2009) Sumber: Survei, Agustus (2009) (a) Jalur refleksi (b) Speaker dengan tombol pengatur volume Gambar 4.20 Fasilitas di Taman Lantai Sembilan Pada saat pengamatan di lapang, dilakukan evaluasi penilaian pada kondisi aktual taman dengan menggunakan tabel penilaian kriteria standar menurut McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999, 2000), serta Stigsdotter dan Grahn (2002). Ketiga tapak dinilai masing-masing secara terpisah sehingga akan dapat dilihat taman yang lebih sesuai dengan konsep dan desain dari healing garden. Evaluasi pada healing garden SBIH ini dilakukan untuk mendapatkan nilai KPI (Key Performance Index) dari keterkaitan komponen dan kualitas standar healing garden terhadap pemanfaatan atau penggunaannya pada taman aktual. Nilai lapang yang didapatkan memiliki kisaran yang menentukan apakah nilai tersebut sesuai atau tidak dengan kriteria standar. Kemudian dari nilai lapang tersebut akan dibagi dengan nilai standar untuk mendapatkan nilai KPI yang menentukan apakah taman tersebut sudah memenuhi standar healing garden. Terdapat kisaran nilai yang menentukan kesesuaian taman. Kisaran tersebut memiliki kriteria kesesuaian standar, dimana nilai 0,33 KPI < 0,67 berarti Tidak sesuai kriteria standar, dan kisaran nilai KPI 0,67 berarti Sesuai dengan standar. Evaluasi penilaian kondisi aktual terhadap ketiga healing garden dapat dilihat pada Tabel 4.11, Tabel 4.12, dan Tabel 4.13 berikut.

81 68 Tabel 4.11 Penilaian Kondisi Aktual Healing Garden Lantai Empat Bagian Utara Berdasarkan Kriteria Standar No Komponen Lapang Standar Nilai Nilai Indikator Kualitas Standar KPI* 1. Fisik Aksesibilitas Akses yang mudah dicapai, aksesibilitas 2 3 Pintu masuk khusus yang mengundang dan mengajak 1 3 pengunjung ke taman Tidak berbahaya, dapat dilalui oleh pengunjung dengan keterbatasan fisik 3 3 Area Penekanan (emphasis) terhadap aspek alami, bersentuhan dengan alam dan meratanya material 2 3 hijau Luasan Tidak terlalu sempit, jarak penglihatan pada taman 2 3 Jumlah ,67 2. Kualitas Pemandangan aspek alami Penekanan (emphasis) terhadap tapak 2 3 Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra 3 3 Pencahayaan Tidak terlalu gelap/terang, bayangan alami dan sinar 1 3 matahari cukup/tidak berlebihan Penggunaan warna dan pencahayaan yang kreatif 1 3 Warna Tidak monoton, perpaduan yang kreatif dengan kualitas lain 1 3 Penciuman Menimbulkan wangi yang menenangkan 1 3 Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra 1 3 Pendengaran Tidak gaduh, suara alami 2 3 Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra 2 3 Perabaan Tekstur dari material yang beragam, 1 3 Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima 1 3 panca indra Keamanan Memberi rasa aman, tidak membahayakan 3 3 Bebas vandalisme 3 3 Meminimalisasi gangguan 3 3

82 69 Lanjutan Tabel 4.11 No Komponen 3. Ruangruang taman 4. Elemen taman 5. Sosial dan aktivitas Indikator Kenyamanan Desain area dan ruang Jenis/macam Kualitas Standar Nilai Lapang Nilai Standar KPI* Suhu nyaman, kenyamanan fisiologis 1 3 Desain jelas dan tidak abstrak, meminimalisasi ketidakjelasan 3 3 (ambigu) Ketenangan, keakraban 2 3 Jumlah ,61 Desain yang jelas dan tidak abstrak, tidak disorientasi 2 3 Kesempatan untuk membuat pilihan dan mencari ruang privasi 2 3 Kesempatan yang mendukung untuk bersosialisasi 2 3 Keragaman ruang, kesempatan untuk pergerakan fisik dan gerak tubuh, mengakomodasi kegiatan 2 3 aktif dan pasif Luasan Tidak sempit, nyaman 2 3 Sirkulasi Nyaman, tidak panas 1 3 Jumlah ,61 Soft material Jenis tanaman lokal 2 3 Bentuk ornamental dan tidak abstrak 2 3 Pertumbuhan sepanjang tahun 3 3 Aman, tidak toksik, tidak berduri 3 3 Lokasi sesuai dengan fungsinya 2 3 Mudah dipelihara 1 3 Hard material Elemen pendukung Jenis pengunjung Jenis aktivitas Jenisnya berupa jalur jalan dan site furniture (bangku taman, tempat sampah, dll.) 3 3 Bentuk ornamental, bertekstur, tidak abstrak 2 3 Aman, tidak licin, dilengkapi handrails 1 3 Tidak memantulkan cahaya panas, tidak mudah pecah 1 3 Adanya fasilitas terapi (jalur refleksi, dll.) 1 3 Elemen air untuk efek psikologi, spiritual, dan fisik 1 3 Penggabungan dengan seni, benda seni yang tidak abstrak dan ambigu 2 3 Jumlah ,61 Mempertimbangkan siapa pengguna utama dan tingkat kekuatan mentalnya (pasien, 3 3 pengunjung dan karyawan) Mendukung aktivitas aktif dan pasif 2 3 Jumlah 5 6 0,83 Total Komponen ( ) ,63

83 70 Tabel 4.12 Penilaian Kondisi Aktual Healing Garden Lantai Empat Bagian Selatan Berdasarkan Kriteria Standar No Komponen Lapang Standar Nilai Nilai Indikator Kualitas Standar KPI* 1. Fisik Aksesibilitas Akses yang mudah dicapai, aksesibilitas 2 3 Pintu masuk khusus yang mengundang dan mengajak 1 3 pengunjung ke taman Tidak berbahaya, dapat dilalui oleh pengunjung dengan keterbatasan fisik 3 3 Area Penekanan (emphasis) terhadap aspek alami, bersentuhan dengan 2 3 alam dan meratanya material hijau Luasan Tidak terlalu sempit, jarak penglihatan pada taman 2 3 Jumlah ,67 2. Kualitas Pemandangan aspek alami Penekanan (emphasis) terhadap tapak 2 3 Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra 3 3 Pencahayaan Tidak terlalu gelap/terang, bayangan alami dan sinar matahari 2 3 cukup/tidak berlebihan Penggunaan warna dan pencahayaan yang kreatif 1 3 Warna Tidak monoton, perpaduan yang kreatif dengan kualitas lain 1 3 Penciuman Menimbulkan wangi yang menenangkan 1 3 Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra 1 3 Pendengaran Tidak gaduh, suara alami 2 3 Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra 2 3 Perabaan Tekstur dari material yang beragam, 1 3 Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca 1 3 indra Keamanan Memberi rasa aman, tidak membahayakan 3 3 Bebas vandalisme 3 3 Meminimalisasi gangguan 3 3

84 71 Lanjutan Tabel 4.12 No Komponen 3. Ruangruang taman 4. Elemen taman 5. Sosial dan aktivitas Indikator Kenyamanan Desain area dan ruang Jenis/macam Kualitas Standar Nilai Lapang Nilai Standar KPI* Suhu nyaman, kenyamanan fisiologis 3 3 Desain jelas dan tidak abstrak, meminimalisasi ketidakjelasan 3 3 (ambigu) Ketenangan, keakraban 2 3 Jumlah ,67 Desain yang jelas dan tidak abstrak, tidak disorientasi 2 3 Kesempatan untuk membuat pilihan dan mencari ruang privasi 2 3 Kesempatan yang mendukung untuk bersosialisasi 2 3 Keragaman ruang, kesempatan untuk pergerakan fisik dan gerak tubuh, mengakomodasi kegiatan 2 3 aktif dan pasif Luasan Tidak sempit, nyaman 3 3 Sirkulasi Nyaman, tidak panas 3 3 Jumlah ,77 Soft material Jenis tanaman lokal 2 3 Bentuk ornamental dan tidak abstrak 2 3 Pertumbuhan sepanjang tahun 3 3 Aman, tidak toksik, tidak berduri 3 3 Lokasi sesuai dengan fungsinya 2 3 Mudah dipelihara 1 3 Hard material Elemen pendukung Jenis pengunjung Jenis aktivitas Jenisnya berupa jalur jalan dan site furniture (bangku taman, tempat sampah, dll.) 3 3 Bentuk ornamental, bertekstur, tidak abstrak 2 3 Aman, tidak licin, dilengkapi handrails 1 3 Tidak memantulkan cahaya panas, tidak mudah pecah 1 3 Adanya fasilitas terapi (jalur refleksi, dll.) 1 3 Elemen air untuk efek psikologi, spiritual, dan fisik 1 3 Penggabungan dengan seni, benda seni yang tidak abstrak dan ambigu 2 3 Jumlah ,61 Mempertimbangkan siapa pengguna utama dan tingkat kekuatan mentalnya (pasien, 3 3 pengunjung dan karyawan) Mendukung aktivitas aktif dan pasif 2 3 Jumlah 5 6 0,83 Total Komponen ( ) ,67

85 72 Tabel 4.13 Penilaian Kondisi Aktual Healing Garden Lantai Sembilan Berdasarkan Kriteria Standar No Komponen Lapang Standar Nilai Nilai Indikator Kualitas Standar KPI* 1. Fisik Aksesibilitas Akses yang mudah dicapai, aksesibilitas 3 3 Pintu masuk khusus yang mengundang dan mengajak 2 3 pengunjung ke taman Tidak berbahaya, dapat dilalui oleh pengunjung dengan keterbatasan fisik 3 3 Area Penekanan (emphasis) terhadap aspek alami, bersentuhan dengan 2 3 alam dan meratanya material hijau Luasan Tidak terlalu sempit, jarak penglihatan pada taman 2 3 Jumlah ,8 2. Kualitas Pemandangan aspek alami Penekanan (emphasis) terhadap tapak 2 3 Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra 3 3 Pencahayaan Tidak terlalu gelap/terang, bayangan alami dan sinar matahari 3 3 cukup/tidak berlebihan Penggunaan warna dan pencahayaan yang kreatif 2 3 Warna Tidak monoton, perpaduan yang kreatif dengan kualitas lain 1 3 Penciuman Menimbulkan wangi yang menenangkan 1 3 Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra 1 3 Pendengaran Tidak gaduh, suara alami 2 3 Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra 2 3 Perabaan Tekstur dari material yang beragam, 1 3 Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca 1 3 indra Keamanan Memberi rasa aman, tidak membahayakan 3 3 Bebas vandalisme 3 3 Meminimalisasi gangguan 3 3

86 73 Lanjutan Tabel 4.13 No Komponen 3. Ruangruang taman 4. Elemen taman 5. Sosial dan aktivitas Indikator Kenyamanan Desain area dan ruang Jenis/macam Kualitas Standar Nilai Lapang Nilai Standar KPI* Suhu nyaman, kenyamanan fisiologis 2 3 Desain jelas dan tidak abstrak, meminimalisasi ketidakjelasan 3 3 (ambigu) Ketenangan, keakraban 2 3 Jumlah ,69 Desain yang jelas dan tidak abstrak, tidak disorientasi 3 3 Kesempatan untuk membuat pilihan dan mencari ruang privasi 2 3 Kesempatan yang mendukung untuk bersosialisasi 3 3 Keragaman ruang, kesempatan untuk pergerakan fisik dan gerak tubuh, mengakomodasi kegiatan 2 3 aktif dan pasif Luasan Tidak sempit, nyaman 2 3 Sirkulasi Nyaman, tidak panas 2 3 Jumlah ,78 Soft material Jenis tanaman lokal 2 3 Bentuk ornamental dan tidak abstrak 2 3 Pertumbuhan sepanjang tahun 3 3 Aman, tidak toksik, tidak berduri 3 3 Lokasi sesuai dengan fungsinya 2 3 Mudah dipelihara 1 3 Hard material Elemen pendukung Jenis pengunjung Jenis aktivitas Jenisnya berupa jalur jalan dan site furniture (bangku taman, tempat sampah, dll.) 3 3 Bentuk ornamental, bertekstur, tidak abstrak 2 3 Aman, tidak licin, dilengkapi handrails 3 3 Tidak memantulkan cahaya panas, tidak mudah pecah 1 3 Adanya fasilitas terapi (jalur refleksi, dll.) 3 3 Elemen air untuk efek psikologi, spiritual, dan fisik 1 3 Penggabungan dengan seni, benda seni yang tidak abstrak dan ambigu 2 3 Jumlah ,71 Mempertimbangkan siapa pengguna utama dan tingkat kekuatan mentalnya (pasien, 3 3 pengunjung dan karyawan) Mendukung aktivitas aktif dan pasif 2 3 Jumlah 5 6 0,83 Total Komponen ( ) ,72

87 Evaluasi Aspek Fisik Aksesibilitas pada taman lantai empat bagian utara dan selatan kurang strategis. Hal ini disebabkan oleh letaknya yang tidak dapat langsung diakses melalui lift dan tangga, melainkan harus melalui unit bagian perawatan bayi pada taman bagian utara dan unit perawatan ibu bersalin bagi taman bagian selatan. Nilai yang diberikan adalah 2 untuk masing-masing taman. Selain itu, penilaian terhadap pintu taman yang kurang mengundang pengunjung untuk masuk mendapat nilai 1 untuk masing-masing taman karena kurang menarik. Aksesibilitas yang terdapat pada taman lantai sembilan strategis karena akses sangat mudah dicapai dan letak pintu masuk khusus sangat dekat dengan lift dan tangga. Selain itu, pada lantai ini pintu hanya terdapat dua, yang mengarah ke taman dan yang mengarah ke helipad, sehingga pengguna taman lebih mudah diarahkan. Taman lantai sembilan cukup sesuai dengan kriteria McDowwel dan McDowwel (1998) karena pintu masuk ke sebuah healing garden harus dapat memudahkan untuk diakses dan mengundang pengguna untuk masuk ke dalamnya, nilainya 3. Namun, pintu taman masih agak kurang mengundang sehingga pada penilaiannya mendapat nilai 2. Sementara itu, jalur dari pintu masuk yang aman dan memadai bagi pengguna yang menggunakan kursi roda karena adanya ramp pada beberapa titik di taman, mendapat penilaian sebesar 3 pada ketiga taman. Pada aspek area, perkerasan pada taman lantai empat bagian utara terlihat lebih mendominasi dibandingkan dengan kedua taman lainnya. Hal tersebut membuat taman menjadi lebih panas pada siang hari karena kurangnya naungan oleh tanaman. Terdapat upaya dalam penekanan aspek alami, namun masih terasa kurang bersentuhan dengan alam karena adanya larangan untuk menginjak rumput serta kurangnya variasi karena area hijau (tanaman) hanya ada di pinggiran saja pada ketiga taman sehingga mengurangi nilai ketiga taman dalam penekanan terhadap aspek alami (McDowwel dan McDowwel, 1998). Nilai yang diberikan adalah 2. Luasan pada taman lantai empat bagian utara cukup besar, namun dengan area yang kosong pada bagian tengahnya membuat jarak pandang di taman ini terlalu luas, sedangkan pada bagian selatan luas taman tidak terlalu besar namun cukup variatif dengan adanya tanaman yang berada di tengah perkerasan, serta

88 75 jarak penglihatan pada taman yang cukup nyaman. Pada taman lantai empat bagian selatan memiliki luasan yang cukup. Sementara itu, pada taman lantai sembilan, bentuk area yang memanjang membuat taman terkesan sempit, jarak penglihatan taman terkesan memanjang hanya ke salah satu sisi saja namun masih cukup nyaman. Penilaian aspek luasan mendapat nilai yang sama pada ketiga taman yaitu nilai 2. Setelah dijumlahkan semua nilai lapang komponen pada aspek fisik dan kemudian dibagi dengan jumlah nilai standarnya, didapatkan hasil sebesar 0,67 masing-masing untuk kedua taman di lantai empat dan hasil sebesar 0,8 untuk taman lantai sembilan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai KPI aspek fisik pada ketiga taman sesuai dengan standar kriteria karena nilai KPI 0,67. Selain itu, terdapat konfirmasi dan verifikasi dari kuesioner mengenai aspek fisik kepada pengguna taman. Konfirmasi dan verifikasi tersebut adalah sebagai berikut: a. akses menuju taman lantai sembilan relatif mudah, tetapi informasinya masih kurang sehingga banyak pasien atau pengunjung yang tidak tahu; b. taman lantai empat kurang diketahui keberadaan atau lokasinya jika tidak dirawat inap di kamar pada lantai yang sama atau menghadap ke taman tersebut; c. pemberitahuan informasi tentang taman kepada pasien yang di kamar; d. kurangnya variasi tanaman, terutama taman lantai empat bagian utara yang masih terkesan kosong; e. pada taman lantai empat bagian utara yang lebih luas dari bagian selatan, bagian tengah area yang terlalu kosong membuat pengguna taman merasa kurang nyaman; f. taman lantai sembilan diperluas Evaluasi Aspek Kualitas Tapak Pemandangan dengan aspek alami kurang ditekankan pada taman lantai empat bagian utara, namun terdapat pemandangan yang menarik jika disandingkan antara taman dengan pemandangan gedung SBIH sebagai latar belakangnya. Begitu juga dengan taman lantai empat bagian selatan, aspek alami dengan nuansa teduh yang cukup lama sehingga tidak terlalu panas atau silau dan adanya stimulasi dan pengalihan yang positif. Aspek alami pada pemandangan di

89 76 taman lantai sembilan cukup terlihat, akan tetapi kurangnya naungan menjadikan area pada healing garden ini silau dan panas pada siang hari. Penilaian terhadap aspek alami dan adanya pengalihan yang positif pada ketiga taman mendpatkan nilai masing-masing 2 dan 3. Sinar matahari yang terlalu terik pada siang hari dan hampir sebagian besar tersinari matahari dan hanya sebagian kecil yang berada di bawah bayangan gedung, membuat pencahayaan pada taman lantai empat bagian utara menjadi berlebihan atau silau sehingga nilainya adalah 1. Perpaduan warna dan cahaya dari tanaman dengan kondisi sekitar masih kurang dan mendapat nilai 1 untuk penilaiannya. Pada taman lantai empat bagian selatan, areanya memiliki waktu teduh yang relatif lama dikarenakan berada di balik bayangan gedung sehingga minim pencahayaan, nilai evaluasi lapangnya adalah 2. Perpaduan kualitas cahaya dengan kualitas elemen lain masih kurang dalam menonjolkan taman, sehingga penilaiannya 1. Sementara itu, sinar matahari pada taman lantai sembilan yang tidak terhalang bayang-bayang gedung karena berada pada lantai atas cukup nyaman. Akan tetapi, sinar matahari terlalu terik menjelang siang hari hingga pukul dua siang membuat silau dan daerah berteduh hanya ada di di gazebo. Karena itu, penilaian bagi aspek pencahayaan mendapat nilai 3, sedangkan untuk perpaduan warna dan cahaya yang kurang mendapat nilai 2. Variasi warna di ketiga taman tidak terlalu monoton, tapi masih kurang tambahan warna lainnya, serta perpaduan dengan kualitas atau elemen lain masih dapat dikembangkan lagi. Pemecah kemonotonan hanya beberapa tanaman berbunga atau daun yang berwarna, tapi tidak banyak. Perpaduan dengan kualitas atau elemen lain pun masih bisa dikembangkan lagi. Berdasarkan evaluasi tersebut, penilaian yang diberikan terhadap warna adalah 1. Berdasarkan penilaian menurut kualitas penciuman yang terdapat di tapak, tidak terdapat tanaman atau sumber lain yang mengeluarkan bau-bauan tertentu pada ketiga taman. Hal tersebut berkaitan dengan tidak adanya stimulasi terhadap indera penciuman. Nilai yang diberikan pada masing-masing penilaian taman adalah 1. Suara yang berasal dari stasiun kereta api dan kendaraan yang lalu lalang menyebabkan suara yang agak bising di taman lantai empat bagian utara, namun

90 77 terdapat pula suara alami seperti gesekan dedaunan dan kicauan burung yang dapat merangsang indera pendengaran. Sementara itu, di taman lantai empat selatan terdapat suara bising yang berasal dari kendaraan yang lalu lalang dan suara mesin pendingin suhu ruangan atau AC (air conditioner) yang menyala pada saat-saat tertentu, serta terdapat pula suara alami seperti gesekan dedaunan dan kicauan burung. Kualitas suara di kedua taman lantai empat tersebut merangsang indera pendengaran, tetapi pengalihan tersebut kurang bersifat positif dengan suara gaduh yang ada. Kualitas suara pada taman lantai sembilan tidak begitu bising, hanya sayup-sayup suara yang berasal dari stasiun kereta api dan jalan raya karena letaknya yang lebih tinggi dari lantai empat, terdapat pula suara alami seperti gesekan dedaunan dan kicauan burung. Pada gazebo ada alunan musik yang diputar, umumnya instrumental musik tradisional sunda dan musik klasik. Adanya pengalihan positif yang merangsang indera pendengaran. Nilai yang diberikan pada penilaian masing-masing taman adalah 2. Secara keseluruhan, tekstur dari material yang ada pada ketiga taman kurang beragam, tidak ada material keras yang disediakan secara khusus untuk diraba, hanya bangku taman dengan tekstur kayu yang umum ditemui. Lainnya berupa material hijau dalam bentuk tanaman. Tidak ada pengalihan yang bersifat positif ataupun negatif disini. Pada ketiga taman diberikan nilai 1 masing-masing untuk penilaian macam tekstur dan untuk tidak adanya pengalihan yang bersifat positif. Peraturan atau tata tertib yang terdapat pada ketiga taman mampu menjaga keamanan dan ketertiban bagi para pengunjungnya sehingga terbebas dari vandalisme dan minimal gangguan. Daerah pinggiran yang diberi pembatas berupa dinding kaca sehingga membatasi tetapi tidak menghalangi pandangan keluar tapak dan tentunya menjaga keamanan bagi pengguna taman di lantai atas tersebut. Adanya akses ke area pinggiran yang khusus bagi petugas maintenance sehingga para pengguna tidak sembarangan mendekat ke pinggiran. Nilai atas evaluasi ini adalah 3 untuk masing-masing penilaian pada ketiga taman. Suhu yang nyaman pada pagi hari dan menjelang matahari terbenam di taman lantai empat bagian utara, namun tidak nyaman pada siang hari karena teriknya sinar matahari serta tidak adanya shelter atau naungan sehingga

91 78 mendapat nilai 1 untuk kenyamanan. Hal tersebut berbeda pada taman bagian selatan dimana hampir sepanjang hari mendapat bayangan dari gedung, menjadikan area ini teduh. Sementara pada taman lantai sembilan hampir mirip dengan lantai empat bagian utara yang nyaman pada pagi hari dan menjelang matahari terbenam dan tidak nyaman pada siang hari, namun terdapat shelter atau naungan berupa gazebo yang ada di taman sehingga cukup memadai bagi pengguna. Karena itu, penilaian yang diberikan adalah 2 pada kedua taman tersebut. Bagi aspek kenyamanan dalam desain, desain yang ada pada ketiga taman cukup jelas dan tidak abstrak sehingga pengguna tidak akan kebingungan, penilaian lapangnya mendapat nilai 3. Ketenangan yang ada pada ketiga taman karena berada di lantai yang tinggi sehingga suara bising kendaraan kurang berpengaruh. Taman lantai empat bagian utara dan taman lantai sembilan kurang tenang karena suara bising dari stasiun kereta api dan kendaraan. Pada taman lantai empat bagian selatan dengan adanya suara bising dari jalan raya dan mesin pendingin ruangan (AC), serta angin yang cukup kencang. Penilaian pada ketiga taman adalah 2. Setelah dijumlahkan semua nilai lapang komponen pada aspek kualitas taman dan kemudian dibagi dengan jumlah nilai standarnya, didapatkan hasil sebesar 0,61 pada taman lantai empat bagian utara, 0,67 untuk taman lantai empat bagian selatan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai KPI pada aspek kualitas pada kedua taman kurang sesuai dengan standar kriteria karena berada pada kisaran nilai 0,34 hingga 0,67. Sementara itu, taman lantai sembilan mendapatkan hasil sebesar 0,69 yang menunjukkan nilai KPI aspek kualitas taman yang sesuai dengan standar kriteria karena berada pada kisaran nilai 0,68 hingga 1. Terdapat pula hasil konfirmasi dan verifikasi dengan pengguna taman mengenai kualitas tapak, hasilnya dapat dilihat berikut ini: a. penambahan variasi bunga agar indah dan menambah wangi serta sejuk; b. pepohonan yang kurang rimbun; c. penambahan pohon sebagai tempat berteduh; d. penambahan warna lainnya terutama warna hijau pada taman Evaluasi Aspek Ruang-Ruang Taman

92 79 Desain area dan ruang pada kedua taman lantai empat cukup jelas dan tidak abstrak, namun masih membingungkan dengan tidak terdapat batasan yang jelas antara ruang aktif dan pasifnya sehingga nilai evaluasi lapangnya adalah 2. Sementara itu, pada taman lantai sembilan adanya gazebo memberi penegasan pada area ruang pasif dan aktif, penilaiannya adalah 3. Terdapat tempat duduk berupa bangku taman yang terpisah-pisah untuk pengguna pada tapi tidak ada batasan dalam memberi ruang untuk privasi atau untuk terjadinya sosialisasi sehingga penilaian lapangnya adalah 2 untuk masingmasing kriteria., yang cukup besar memberi peluang sosialisasi bagi pengguna, sementara ruang untuk privasi ada beberapa titik pada taman namun tidak tersedia bangku taman sehingga nilai lapang keseluruhannya. Jenis ruang kurang beragam, tapi terdapat akomodasi untuk kegiatan aktif terbatas seperti pergerakan fisik dan untuk kegiatan pasif seperti duduk-duduk, melihat-lihat atau membaca. Karena itu, penilaian untuk keragaman ruang dan akomodasi pergerakan fisiknya 2. Mengenai aspek ruang taman yang berkaitan dengan luasnya, luasan ruang taman pada taman lantai empat bagian utara terlalu luas sehingga ada beberapa bagian yang sebenarnya tidak efisien dan kosong, sedangkan pada bagian selatan, luasnya cukup pas, tidak terlalu luas, tapi juga tidak sempit, membuat jarak penglihatan taman yang nyaman. Sementara itu, taman lantai sembilan dengan bentuknya yang memanjang, meski kurang luas, namun dengan penglihatan taman yang mengarah ke satu sisi sehingga terkesan luas. Penilaian lapang yang diberikan secara keseluruhan adalah 2. Sirkulasi yang jelas dan tidak membingungkan serta tidak ada hambatan membuat pergerakan antara ruang satu dan yang lainnya mudah dalam ketiga tapak. Namun, ketika siang hari menjadi panas dan bahan yang memantulkan cahaya membuatnya jadi silau karena dominan perkerasan. Taman lantai empat bagian selatan tidak terlalu panas karena daerah yang berbayang hampir sepanjang hari. Karena itu, penilaian lapang secara keseluruhan adalah 2. Setelah dijumlahkan semua nilai lapang komponen pada aspek ruang taman dan kemudian dibagi dengan jumlah nilai standarnya, didapatkan hasil sebesar 0,61 untuk taman di lantai empat bagian utara. Lalu taman lantai empat bagian selatan sebesar 0,77, dan untuk taman lantai Sembilan sebesar 0,78. Nilai

93 80 KPI aspek ruang taman pada taman lantai empat bagian utara kurang sesuai dengan kriteria taman, berada pada kisaran 0,34-0,66. Sementara nilai KPI taman lantai empat bagian selatan dan taman lantai empat sesuai dengan standar kriteria karena berada pada kisaran nilai 0,67 hingga 1. Hasil konfirmasi dan verifikasi dengan pengguna taman mengenai ruang taman, diusulkan untuk perluasan taman lantai sembilan dan penambahan fasilitas toilet Evaluasi Aspek Elemen Taman Jenis soft material atau tanaman yang ada cukup bervariasi, namun tidak semuanya lokal, membuat penilaian lapangnya 2. Bentuknya ornamental dan tidak abstrak, tanaman sepanjang tahun, aman, toksik, tidak berduri dan tidak melukai atau berbahaya, masing-masing nilai lapangnya 3. Karena merupakan tanaman yang pemeliharaannya dengan intensifikasi tinggi, maka nilai lapangnya adalah 1. Pada taman lantai empat bagian utara dan selatan, hard material yang ada jenisnya berupa perkerasan dan site furniture yang berupa bangku taman, tong sampah, lampu taman, dan pot bunga untuk tanaman air. Penilaian untuk aspek ini adalah 3. Bentuk dari hard material tersebut jelas, tidak abstrak dengan tekstur yang umum, namun tidak semuanya sesuai dengan konsep taman sehingga nilai lapangnya 2. Perkerasannya cukup aman dan tidak licin, namun tidak ada handrails dan bahannya memantulkan cahaya dan menyerap panas sehingga silau dan panas pada siang hari. Pada bagian jalur refleksi yang terdapat di lantai hembilan, tersedia handrails namun bebatuannya yang menyilaukan ketika terkena sinar matahari membuat penilaian lapang secara keseluruhan menjadi 2. Bagi aspek elemen pendukung, di ketiga taman tidak terdapat elemen air yang menstimulasi psikologis, spiritual ataupun fisik, menjadikan nilai lapangnya 1. Terdapat sculpture yang berbentuk hewan berupa kodok dan lampu batu dengan gaya Cina, serta pada taman lantai empat bagian selatan sculpture yang berupa sosok seorang wanita dan anak bayinya, menggambarkan area unit bersalin yang berada pada lantai yang sama. Penilaian lapang secara keseluruhannya 3. Setelah dijumlahkan semua nilai lapang komponen pada aspek elemen dan kemudian dibagi dengan jumlah nilai standarnya, didapatkan hasil sebesar 0,61 masing-masing untuk kedua taman di lantai empat dan 0,71 di taman lantai sembilan. Nilai KPI aspek fisik pada kedua taman di lantai empat tidak sesuai

94 81 dengan standar kriteria karena berada pada kisaran 0,33 KPI < 0,67. Sementara taman lantai sembilan berada di kisaran KPI 0,67 yang berarti sesuai dengan standar kriteria. Terdapat pula hasil konfirmasi dan verifikasi dengan pengguna taman mengenai elemen pada tapak, hasilnya dapat dilihat berikut ini: a. perbanyak variasi bunga agar indah dan menambah wangi serta sejuk; b. penambahan pohon sebagai tempat berteduh; c. penambahan pohon bunga yang dapat menarik hewan (kupu-kupu, burung); d. penyemenan batu-batuan pada fasilitas terapi agar tidak berbahaya; e. penambahan kolam ikan atau taman air Evaluasi Aspek Sosial dan Aktivitas Jenis pengguna pada ketiga tapak, antara lain, adalah pasien yang ditemani oleh anggota keluarga atau petugas kesehatan. Pasien wajib ditemani dan tidak diperbolehkan datang sendiri walaupun tidak memerlukan perawatan khusus. Selain itu, anggota keluarga dan orang-orang yang datang menjenguk datang untuk menghilangkan kebosanan. Namun, pada taman di lantai sembilan, jenis penggunanya lebih beragam dan lebih umum atau terbuka jika dibandingkan dengan kedua taman yang berada di lantai empat, hal ini berkaitan dengan sasaran promosi healing garden oleh pihak SBIH yang menargetkan lantai sembilan sebagai area bagi pegunjung yang lebih umum atau terbuka. Sementara itu, jenis aktivitas yang terdapat pada ketiga taman berupa aktivitas pasif seperti duduk, mengobrol, dan membaca, sedangkan aktivitas aktif berupa aktivitas aktif yang terbatas seperti berjalan-jalan mengelilingi taman dan berfoto. Setelah semua nilai lapang komponen pada aspek sosial dan aktivitas dijumlahkan, lalu kemudian dibagi dengan jumlah nilai standarnya, didapatkan hasil sebesar 0,83 masing-masing untuk ketiga taman. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai KPI aspek sosial dan aktivitas pada ketiga taman sesuai dengan standar kriteria karena berada pada kisaran KPI 0,67.

95 Sintesis Hasil evaluasi healing garden SBIH terhadap fungsi terapeutik menyatakan jumlah total nilai lapang adalah 87 dan nilai standar sama dengan 129 sehingga nilai KPI yang dihasilkan yaitu 0,67. Hasil tersebut menunjukkan bahwa healing garden SBIH sesuai menurut kriteria standar yang telah ditentukan karena nilai KPI 0,67, akan tetapi belum mencapai nilai 1. Aktivitas yang dominan berupa berjalan mengelilingi taman dan menggunakan fasilitas refleksi. Hasil verifikasi terhadap pengamatan perilaku diperoleh terdapat konsentrasi pergerakan pengguna pada area pasif, yaitu area tempat duduk pada taman sebagai perilaku dominan. Berdasarkan hasil evaluasi yang menyatakan nilai KPI kurang dari 1 (KPI= 0,67), konfirmasi persepsi pengunjung dan verifikasi pengamatan perilaku pengguna healing garden SBIH, dapat disimpulkan bahwa healing garden SBIH sesuai menurut kriteria desain fungsional dari healing garden berdasarkan Marcus (1999, 2000), McDowell & McDowell (1998) dan Stigsdotter & Grahn (2002). Pada Tabel 4.14, Tabel 4.15 dan Tabel 4.16 dapat dilihat hasil rekapitulasi penilaian aktual, konfirmasi responden, dan verifikasi pengamatan perilaku pengguna dari ketiga taman. Tabel 4.14 Hasil Rekapitulasi Penilaian Aktual, Verifikasi Pengamatan Perilaku Pengguna, dan Konfirmasi Responden Taman Lantai Empat Utara Indikator Standar Kriteria KPI a b Evaluasi* Aspek Fisik Taman Aksesibiltas Akses yang mudah dicapai, aksesibilitas 0,67 Tidak Tidak E1 Pintu masuk khusus yang mengundang 0,33 Tidak Tidak E2 dan mengajak pengunjung ke taman Tidak berbahaya, dapat dilalui oleh 1 Ya Ya pengunjung dengan keterbatasan fisik Area Penekanan (emphasis) terhadap aspek 0,67 Tidak E3 alami, bersentuhan dengan alam dan meratanya material hijau Luasan Tidak terlalu sempit, jarak penglihatan pada taman nyaman 0,67 Tidak Tidak E4 Aspek Kualitas Taman Pemandangan Penekanan (emphasis) terhadap aspek 0,67 Tidak Ya E3 alami Menyediakan pengalihan yang positif, 1 Ya menstimulasi kelima panca indra Pencahayaan Tidak terlalu gelap/terang, bayangan 0,33 Tidak Tidak E5 alami dan sinar matahari cukup/tidak berlebihan Penggunaan warna dan pencahayaan yang kreatif 0,33 Tidak E5

96 83 Lanjutan Tabel 4.14 Indikator Standar Kriteria KPI a b Evaluasi * Warna Tidak monoton, perpaduan yang kreatif 0,33 Tidak E5 dengan kualitas lain Penciuman Menimbulkan wangi yang menenangkan 0,33 Tidak Tidak E6 Menyediakan pengalihan yang positif, 0,33 Tidak E6 menstimulasi kelima panca indra Pendengaran Tidak gaduh, suara alami 0,67 Tidak Tidak E7 Menyediakan pengalihan yang positif, 0,67 Tidak E7 menstimulasi kelima panca indra Perabaan Tekstur dari material yang beragam 0,33 Tidak Tidak E8 Menyediakan pengalihan yang positif, 0,33 Tidak E8 menstimulasi kelima panca indra Keamanan Memberi rasa aman, tidak 1 Ys Ya membahayakan Bebas vandalisme 1 Ya Ya Meminimalisasi gangguan 1 Ya Ya Kenyamanan Suhu nyaman, kenyamanan fisiologis 0,33 Tidak Tidak E9 Desain jelas dan tidak abstrak, 1 Ya Ya meminimalisasi ketidakjelasan (ambigu) Ketenangan, keakraban 0,67 Ya Ya Aspek Ruang Taman Desain area dan ruang Desain yang jelas dan tidak abstrak, tidak disorientasi 0,67 Ya Ya Jenis/macam Kesempatan untuk membuat pilihan dan 0,67 Tidak E10 mencari ruang privasi Kesempatan yang mendukung untuk 0,67 Ya bersosialisasi Keragaman ruang, kesempatan untuk pergerakan fisik dan gerak tubuh, mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif 0,67 Ya Luasan Tidak sempit, nyaman 0,67 Tidak Tidak E4 Sirkulasi Nyaman, tidak panas 0,33 Tidak Tidak E11 Aspek Elemen Lunak Jenis tanaman lokal 0,67 Tidak E12 Bentuk ornamental dan tidak abstrak 0,67 Ya Pertumbuhan sepanjang tahun 1 Ya Aman, tidak toksik, tidak berduri 1 Ya Lokasi sesuai dengan fungsinya 0,67 Ya Mudah dipelihara 0,33 Tidak E13 Aspek Elemen Keras Jenisnya berupa jalur jalan dan site 1 Ya Ya furniture (bangku taman, tempat sampah, dll.) Bentuk ornamental, bertekstur, tidak 0,67 Ya Ya abstrak Aman, tidak licin, dilengkapi handrails 0,33 Tidak Tidak E14 Tidak memantulkan cahaya panas, tidak mudah pecah 0,33 Tidak Tidak E11 Adanya fasilitas terapi (jalur refleksi, dll.) 0,33 Tidak E15 Aspek Elemen Pendukung Elemen air untuk efek psikologi, spiritual, dan fisik Penggabungan dengan seni, benda seni yang tidak abstrak dan ambigu 0,33 Tidak Tidak E16 0,67 Ya

97 84 Lanjutan Tabel 4.14 Indikator Standar Kriteria KPI a b Aspek Pengguna dan Aktivitas Pengunjung Mempertimbangkan siapa pengguna 1 Ya utama dan tingkat kekuatan mentalnya (pasien, pengunjung dan karyawan) Jenis Aktivitas Mendukung aktivitas aktif dan pasif 0,67 Ya Ya Evaluasi * Keterangan : a : Pengamatan peneliti b : Responden * Rekomendasi diberikan jika nilai KPI: 0.33 KPI < 0.67, hasil pengamatan dan pendapat responden menampilkan ketidaksesuaian. E : kode evaluasi ke-n E1. Infomasi mengenai taman masih kurang sehingga mengurangi pengguna yang berpotensi E2. Pintu masuk kurang mengundang dan menarik minat pengguna menambah variasi tanaman pada area yang masih terlalu kosong E3. Ruang pada taman yang masih kosong dan tidak meratanya material hijau E4. Pengguna yang merasa bahwa taman tidak nyaman luasannya E5. Kurangnya warna dan pencahayaan yang menarik pada taman E6. Tidak ada aroma tertentu yang bernilai postif dan menstimulasi indera penciuman E7. Suara bising yang masih terdengar dari jalan raya dan stasiun kereta E8. Tidak ada material yang beragam untuk menstimulasi indera peraba E9. Suasana yang panas dan terik di siang hari tanpa adanya peneduh E10. Tidak adanya pemisahan ruang yang jelas untuk kegiatan aktif-pasif ataupun untuk area pribadi-sosial E11. Material yang memantulkan cahaya sehingga area menjadi silau dan panas E12. Tanaman yang tidak semuanya lokal dan kurang sesuai konsep desain E13. Pemeliharaan yang intensif karena taman merupakan taman atap yang butuh pemeliharaan yang intensif E14. Tidak adanya handrails bagi pasien yang datang E15. Fasilitas terapi tidak tersedia di tiap taman, dan kalaupun ada kurang sesuai dengan kriteria E16. Tidak ada elemen air yang dapat member efek positif pada pengguna taman Tabel 4.15 Hasil Rekapitulasi Penilaian Aktual, Verifikasi Pengamatan Perilaku Pengguna, dan Konfirmasi Responden Taman Lantai Empat Selatan Indikator Standar Kriteria KPI a b Evaluasi * Aspek Fisik Taman Aksesibiltas Akses yang mudah dicapai, aksesibilitas 0,67 Tidak Tidak E1 Pintu masuk khusus yang mengundang 0,33 Tidak Tidak E2 dan mengajak pengunjung ke taman Tidak berbahaya, dapat dilalui oleh 1 Ya Ya pengunjung dengan keterbatasan fisik Area Penekanan (emphasis) terhadap aspek 0,67 Ya Ya alami, bersentuhan dengan alam dan meratanya material hijau Luasan Tidak terlalu sempit, jarak penglihatan pada taman nyaman 0,67 Aspek Kualitas Taman Pemandangan Penekanan (emphasis) terhadap aspek 0,67 Ya Ya alami Menyediakan pengalihan yang positif, menstimulasi kelima panca indra 1 Ya Ya

98 85 Lanjutan Tabel 4.15 Indikator Standar Kriteria KPI a b Evaluasi * Pencahayaan Tidak terlalu gelap/terang, bayangan 0,67 Tidak Tidak E5 alami dan sinar matahari cukup/tidak berlebihan Penggunaan warna dan pencahayaan 0,33 Tidak Tidak E5 yang kreatif Warna Tidak monoton, perpaduan yang kreatif 0,33 E5 dengan kualitas lain Penciuman Menimbulkan wangi yang menenangkan 0,33 Tidak Tidak E6 Menyediakan pengalihan yang positif, 0,33 E6 menstimulasi kelima panca indra Pendengaran Tidak gaduh, suara alami 0,67 Tidak Ya E7 Menyediakan pengalihan yang positif, 0,67 E7 menstimulasi kelima panca indra Perabaan Tekstur dari material yang beragam 0,33 Tidak Tidak E8 Menyediakan pengalihan yang positif, 0,33 E8 menstimulasi kelima panca indra Keamanan Memberi rasa aman, tidak 1 Ya Ya membahayakan Bebas vandalisme 1 Ya Ya Meminimalisasi gangguan 1 Kenyamanan Suhu nyaman, kenyamanan fisiologis 1 Ya Ya Desain jelas dan tidak abstrak, 1 Ya Ya meminimalisasi ketidakjelasan (ambigu) Ketenangan, keakraban 0,67 Aspek Ruang Taman Desain area Desain yang jelas dan tidak abstrak, 0,67 Ya Ya dan ruang tidak disorientasi Jenis/macam Kesempatan untuk membuat pilihan dan 0,67 Tidak Tidak E10 mencari ruang privasi Kesempatan yang mendukung untuk 0,67 bersosialisasi Keragaman ruang, kesempatan untuk pergerakan fisik dan gerak tubuh, mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif 0,67 Luasan Tidak sempit, nyaman 1 Ya Ya Sirkulasi Nyaman, tidak panas 1 Ya Ya Aspek Elemen Lunak Jenis tanaman lokal 0,67 Tidak E12 Bentuk ornamental dan tidak abstrak 1 Ya Pertumbuhan sepanjang tahun 1 Ya Aman, tidak toksik, tidak berduri 1 Ya Lokasi sesuai dengan fungsinya 0,67 Ya Mudah dipelihara 0,33 Tidak E13 Aspek Elemen Keras Jenisnya berupa jalur jalan dan site 1 Ya Ya furniture (bangku taman, tempat sampah, dll.) Bentuk ornamental, bertekstur, tidak 0,67 Ya Ya abstrak Aman, tidak licin, dilengkapi handrails 0,33 Tidak Tidak E14 Tidak memantulkan cahaya panas, tidak mudah pecah 0,33 Tidak Tidak

99 86 Lanjutan Tabel 4.15 Indikator Standar Kriteria KPI a b Evaluasi * Adanya fasilitas terapi (jalur refleksi, 0,33 Tidak E15 dll.) Aspek Elemen Pendukung Elemen air untuk efek psikologi, 0,33 Tidak Tidak E16 spiritual, dan fisik Penggabungan dengan seni, benda seni 0,67 Ya yang tidak abstrak dan ambigu Aspek Pengguna dan Aktivitas Pengunjung Mempertimbangkan siapa pengguna 1 Ya utama dan tingkat kekuatan mentalnya (pasien, pengunjung dan karyawan) Jenis Aktivitas Mendukung aktivitas aktif dan pasif 0,67 Ya Ya Keterangan : a : Pengamatan peneliti b : Responden * Rekomendasi diberikan jika nilai KPI: 0.33 KPI < 0.67, hasil pengamatan dan pendapat responden menampilkan ketidaksesuaian. E : kode evaluasi ke-n E1. Infomasi mengenai taman masih kurang sehingga mengurangi pengguna yang berpotensi E2. Pintu masuk kurang mengundang dan menarik minat pengguna menambah variasi tanaman pada area yang masih terlalu kosong E5. Kurangnya warna dan pencahayaan yang menarik pada taman E6. Tidak ada aroma tertentu yang bernilai postif dan menstimulasi indera penciuman E7. Suara bising yang masih terdengar dari jalan raya dan stasiun kereta E8. Tidak ada material yang beragam untuk menstimulasi indera peraba E10. Tidak adanya pemisahan ruang yang jelas untuk kegiatan aktif-pasif ataupun untuk area pribadi-sosial E12. Tanaman yang tidak semuanya lokal dan kurang sesuai konsep desain E13. Pemeliharaan yang intensif karena taman merupakan taman atap yang butuh pemeliharaan yang intensif E14. Tidak adanya handrails bagi pasien yang datang E15. Fasilitas terapi tidak tersedia di tiap taman, dan kalaupun ada kurang sesuai dengan kriteria E16. Tidak ada elemen air yang dapat member efek positif pada pengguna taman Tabel 4.16 Hasil Rekapitulasi Penilaian Aktual, Verifikasi Pengamatan Perilaku Pengguna, dan Konfirmasi Responden Taman Lantai Sembilan Indikator Standar Kriteria KPI a b Evaluasi * Aspek Fisik Taman Aksesibiltas Akses yang mudah dicapai, aksesibilitas 1 Ya Ya Pintu masuk khusus yang mengundang 0,67 Tidak Tidak E2 dan mengajak pengunjung ke taman Tidak berbahaya, dapat dilalui oleh pengunjung dengan keterbatasan fisik 1 Ya Ya Area Penekanan (emphasis) terhadap aspek 0,67 Ya Ya alami, bersentuhan dengan alam dan meratanya material hijau Luasan Tidak terlalu sempit, jarak penglihatan pada taman nyaman 0,67 Lanjutan Tabel 4.16 Indikator Standar Kriteria KPI a b Eva-

100 87 luasi * Aspek Kualitas Taman Pemandangan Penekanan (emphasis) terhadap aspek 0,67 Ya Ya alami Menyediakan pengalihan yang positif, 1 Ya Ya menstimulasi kelima panca indra Pencahayaan Tidak terlalu gelap/terang, bayangan 1 Ya Tidak E5 alami dan sinar matahari cukup/tidak berlebihan Penggunaan warna dan pencahayaan 0,67 Ya Ya E5 yang kreatif Warna Tidak monoton, perpaduan yang kreatif 0,33 Tidak Tidak E5 dengan kualitas lain Penciuman Menimbulkan wangi yang menenangkan 0,33 Tidak Tidak E6 Menyediakan pengalihan yang positif, 0,33 E6 menstimulasi kelima panca indra Pendengaran Tidak gaduh, suara alami 0,67 Tidak Tidak E7 Menyediakan pengalihan yang positif, 0,67 E7 menstimulasi kelima panca indra Perabaan Tekstur dari material yang beragam 0,33 Tidak Tidak E8 Menyediakan pengalihan yang positif, 0,33 E8 menstimulasi kelima panca indra Keamanan Memberi rasa aman, tidak 1 Ya Ya membahayakan Bebas vandalisme 1 Ya Ya Meminimalisasi gangguan 1 Kenyamanan Suhu nyaman, kenyamanan fisiologis 0,67 Ya Ya Desain jelas dan tidak abstrak, 1 Ya Ya meminimalisasi ketidakjelasan (ambigu) Ketenangan, keakraban 0,67 Aspek Ruang Taman Desain area Desain yang jelas dan tidak abstrak, 1 Ya Ya dan ruang tidak disorientasi Jenis/macam Kesempatan untuk membuat pilihan dan 0,67 Tidak Tidak E10 mencari ruang privasi Kesempatan yang mendukung untuk 1 bersosialisasi Keragaman ruang, kesempatan untuk pergerakan fisik dan gerak tubuh, mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif 0,67 Ya Ya Luasan Tidak sempit, nyaman 0,67 Ya Ya Sirkulasi Nyaman, tidak panas 0,67 Ya Ya Aspek Elemen Lunak Jenis tanaman lokal 0,67 Tidak E12 Bentuk ornamental dan tidak abstrak 0,67 Ya Pertumbuhan sepanjang tahun 1 Ya Aman, tidak toksik, tidak berduri 1 Ya Lokasi sesuai dengan fungsinya 0,67 Ya Mudah dipelihara 0,33 Tidak E13 Lanjutan Tabel 4.16 Indikator Standar Kriteria KPI a b Eva-

101 88 luasi * Aspek Elemen Keras Jenisnya berupa jalur jalan dan site 1 Ya Ya furniture (bangku taman, tempat sampah, dll.) 0,67 Ya Ya Bentuk ornamental, bertekstur, tidak abstrak Aman, tidak licin, dilengkapi handrails 1 Tidak Ya E14 Tidak memantulkan cahaya panas, tidak 0,33 Tidak Tidak E11 mudah pecah Adanya fasilitas terapi (jalur refleksi, 1 Ya Ya dll.) Aspek Elemen Pendukung Elemen air untuk efek psikologi, 0,33 Tidak Tidak E16 spiritual, dan fisik Penggabungan dengan seni, benda seni 0,67 Ya yang tidak abstrak dan ambigu Aspek Pengguna dan Aktivitas Pengunjung Mempertimbangkan siapa pengguna 1 Ya utama dan tingkat kekuatan mentalnya (pasien, pengunjung dan karyawan) Jenis Aktivitas Mendukung aktivitas aktif dan pasif 0,67 Ya Ya Keterangan : a : Pengamatan peneliti b : Responden E : kode evaluasi ke-n * Rekomendasi diberikan jika nilai KPI: 0.33 KPI < 0.67, hasil pengamatan dan pendapat responden menampilkan ketidaksesuaian. E2. Pintu masuk kurang mengundang dan menarik minat pengguna menambah variasi tanaman pada area yang masih terlalu kosong E5. Kurangnya warna dan pencahayaan yang menarik pada taman E6. Tidak ada aroma tertentu yang bernilai postif dan menstimulasi indera penciuman E7. Suara bising yang masih terdengar dari jalan raya dan stasiun kereta E8. Tidak ada material yang beragam untuk menstimulasi indera peraba E10. Tidak adanya pemisahan ruang yang jelas untuk kegiatan aktif-pasif ataupun untuk area pribadi-sosial E11. Material yang memantulkan cahaya sehingga area menjadi silau dan panas E12. Tanaman yang tidak semuanya lokal dan kurang sesuai konsep desain E13. Pemeliharaan yang intensif karena taman merupakan taman atap yang butuh pemeliharaan yang intensif E14. Tidak adanya handrails bagi pasien yang datang E16. Tidak ada elemen air yang dapat member efek positif pada pengguna taman 4.5 Rekomendasi Rekomendasi disusun berdasarkan pengelompokan terhadap setiap komponen nilai KPI yang tergolong kurang sesuai (0,33 KPI < 0,67) sebagaimana yang disajikan pada Tabel 4.17 berikut. Tabel Evaluasi dan Rekomendasi untuk Ketiga Healing Garden SBIH Evaluasi Rekomendasi

102 89 1. Infomasi mengenai taman masih kurang sehingga mengurangi pengguna yang berpotensi (E1). 2. Pintu masuk kurang mengundang dan menarik minat pengguna (E2). 3. Ruang pada taman yang masih kosong dan tidak meratanya material hijau (E3). 4. Ruang pada taman yang masih kosong dan tidak meratanya material hijau (E4). 5. Pengguna yang merasa bahwa taman tidak nyaman luasannya (E5). 6. Kurangnya warna dan pencahayaan yang menarik pada taman (E6). 7. Tidak ada aroma tertentu yang bernilai postif dan menstimulasi indera penciuman (E7). 8. Suara bising yang masih terdengar dari jalan raya dan stasiun kereta (E8). 9. Tidak ada material yang beragam untuk menstimulasi indera peraba (E9). 10. Suasana yang panas dan terik di siang hari tanpa adanya peneduh (E10). 11. Tidak adanya pemisahan ruang yang jelas untuk kegiatan aktifpasif ataupun untuk area pribadisosial (E11). 12. Material yang memantulkan cahaya sehingga area menjadi silau dan panas (E12). 1. Menegaskan perbedaan fungsi taman pada lantai sembilan dan lantai empat, serta penempatan informasi yang tepat (R1). 2. Membuat pintu masuk taman lebih menarik dan sesuai konsep taman (R2). 3. Menambah variasi tanaman pada area yang masih terlalu kosong (R3). 4. Menambah ruang agar lebih bervariasi dan menciptakan luasan dan jarak penglihatan di taman yang nyaman (R4). 5. Menambah ruang agar lebih bervariasi dan menciptakan luasan dan jarak penglihatan di taman yang nyaman (R5). 6. Menciptakan kreasi cahaya dan bayangan melalui penggunaan tanaman dengan bentuk daun yang bermacam-macam atau dengan objek lainnya; Menambah variasi tanaman dengan daun atau bunga berwarna hijau dan warna cerah seperti kuning (R6). 7. Menambah variasi tanaman aromatic (R7). 8. Menggunakan tanaman yang berfungsi sebagai barrier dari suara bising (R8). 9. Menggunakan bahan material yang lebih beragam pada elemen taman seperti sculpture atau paving (R9). 10. Menambah kanopi yang disesuaikan dengan kondisi atap bangunan yang berfungsi sebagai peneduh (R10). 11. Menegaskan perbedaan jenis ruang dengan penggunaan tanaman pembatas atau perbedaan material paving (R11). 12. Menggunakan bahan perkerasan atau elemen taman yang tidak memantulkan cahaya sehingga jadi silau dan panas (R12). Lanjutan Tabel Tanaman yang tidak semuanya 13. Menanam tanaman yang sesuai

103 90 lokal dan kurang sesuai konsep desain (E13). 14. Pemeliharaan yang intensif karena taman merupakan taman atap yang butuh pemeliharaan yang intensif (E14). 15. Tidak adanya handrails bagi pasien yang datang (E15). 16. Fasilitas terapi tidak tersedia di tiap taman, dan kalaupun ada kurang sesuai dengan kriteria (E16). 17. Tidak ada elemen air yang dapat memberi efek positif pada pengguna taman (E17). dengan konsep desain taman (R13). 14. Menanam tanaman yang cukup mudah dipelihara, khususnya untuk taman atap (R14). 15. Menyediakan handrails yang sesuai kriteria bagi pasien yang datang (R15). 16. Membuat jalur refleksi yang sesuai kriteria pada tiap taman; Mengusulkan suatu program terapi yang mengaplikasikan interaksi manusia dengan tanaman seperti terapi hortikultur (R16). 17. Menyediakan elemen air sederhana yang disesuaikan dengan kondisi kapasitas atap bangunan (R17). Gambar rekomendasi pada ketiga tapak healing garden SBIH dapat dilihat pada Gambar 4.21, Gambar 4.22, dan Gambar Rekomendasi terbagi menjadi rekomendasi aspek umum, rekomendasi aspek konsep dan desain, serta rekomendasi aspek terapi.

104 91

105 92

106 93

107 Rekomendasi Aspek Umum Rekomendasi yang diajukan pada aspek umum adalah hal-hal yang berkaitan dengan kondisi umum ketiga taman (Gambar 4.24). Rekomendasirekomendasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Menambah variasi tanaman pada area yang masih terlalu kosong (R3). b. Menambah ruang agar lebih bervariasi dan menciptakan luasan dan jarak penglihatan di taman yang nyaman (R4). c. Menciptakan kreasi cahaya dan bayangan melalui penggunaan tanaman dengan bentuk daun yang bermacam-macam atau dengan objek lainnya (R6). d. Menggunakan tanaman yang berfungsi sebagai barrier dari suara bising (R8). e. Menambah kanopi yang disesuaikan dengan kondisi atap bangunan yang berfungsi sebagai peneduh (R10). f. Menegaskan perbedaan jenis ruang dengan penggunaan tanaman pembatas atau perbedaan material paving (R11). g. Menggunakan bahan perkerasan atau elemen taman yang tidak memantulkan cahaya sehingga jadi silau dan panas (R12). h. Menyediakan handrails yang sesuai kriteria bagi pasien yang datang (R15). Sumber: Survey (2009) (a) Contoh Gambar Rekomendasi R3 Gambar Rekomendasi Aspek Umum

108 95 Lanjutan Gambar Rekomendasi Aspek Umum Sumber: (2009) (b) Contoh Gambar Rekomendasi R4 Sumber: (2009) dan (2009) (c) Contoh Gambar Rekomendasi R6 Sumber: (2009) (d) Contoh Gambar Rekomendasi R8 Gambar Gambar Rekomendasi Aspek Umum

109 96 Lanjutan Gambar Rekomendasi Aspek Umum Sumber: Marcus (2008) dan (2009) (e) Contoh Gambar Rekomendasi R10 Sumber: (2009) dan (2009) (f) Contoh Gambar Rekomendasi R11 Sumber: (2009) (g) Contoh Gambar Rekomendasi R12 Gambar Gambar Rekomendasi Aspek Umum Lanjutan Gambar Rekomendasi Aspek Umum

110 97 Sumber: (2009) dan (2009) (h) Contoh Gambar Rekomendasi R15 Gambar Gambar Rekomendasi Aspek Umum Rekomendasi Aspek Konsep dan Desain Rekomendasi yang diajukan pada aspek konsep dan desain adalah hal-hal yang berkaitan dengan konsep dan desain pada ketiga taman (Gambar 4.25). Rekomendasi-rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Menegaskan perbedaan fungsi taman pada lantai sembilan dan lantai empat, serta penempatan informasi yang tepat (R1). b. Membuat pintu masuk taman lebih menarik dan sesuai konsep taman (R2). c. Menanam tanaman yang sesuai dengan konsep desain taman (R13). Sumber: Survey (2009) (a) Contoh Gambar Rekomendasi R1 Gambar Gambar Rekomendasi Aspek Konsep dan Desain

111 98 Lanjutan Gambar Rekomendasi Aspek Konsep dan Desain Sumber: (2009) (b) Contoh Gambar Rekomendasi R2 Sumber: (2009) (c) Contoh Gambar Rekomendasi R13 Gambar Gambar Rekomendasi Aspek Konsep dan Desain Rekomendasi Aspek Terapi Rekomendasi yang diajukan pada aspek terapi adalah hal-hal yang berkaitan dengan terapi yang dapat diterapkan pada ketiga taman (Gambar 4.26). Rekomendasi-rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Menambah variasi tanaman dengan daun atau bunga berwarna hijau dan warna cerah seperti kuning (R6). b. Menambah variasi tanaman aromatic (R7). c. Menggunakan bahan material yang lebih beragam pada elemen taman seperti sculpture atau paving (R9). d. Mengusulkan suatu program terapi yang mengaplikasikan interaksi manusia dengan tanaman seperti terapi hortikultur (R16). e. Membuat jalur refleksi yang sesuai kriteria pada tiap taman (R16).

112 99 f. Menyediakan elemen air sederhana yang disesuaikan dengan kondisi kapasitas atap bangunan (R17). Sumber: (2009) (a) Contoh Gambar Rekomendasi R6 Sumber: (2009) (b) Contoh Gambar Rekomendasi R7 Sumber: (2009) dan (2009) (c) Contoh Gambar Rekomendasi R9 Gambar Gambar Rekomendasi Aspek Terapi

113 100 Lanjutan Gambar Rekomendasi Aspek Terapi Sumber: (2009) (d) Contoh Gambar Rekomendasi R16 Sumber: (2009) dan (2009) (e) Contoh Gambar Rekomendasi R16 Sumber: (2009) dan (2009) (f) Contoh Gambar Rekomendasi R17 Gambar Gambar Rekomendasi Aspek Terapi

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital.

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI TAMAN KOTA SEBAGAI TAMAN TERAPEUTIK

STUDI EVALUASI TAMAN KOTA SEBAGAI TAMAN TERAPEUTIK STUDI EVALUASI TAMAN KOTA SEBAGAI TAMAN TERAPEUTIK (Studi Kasus: Taman Cilaki Atas, Kota Bandung) AZI MUHAMAD ALIF HIDAYAH DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala.

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:  dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala. 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Penelitian ini dilakukan di Taman Cilaki Atas (TCA), Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Kota Taman kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang terletak di kota dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai tempat aktivitas sosial. Secara umum,

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI TAMAN KOTA SEBAGAI TAMAN TERAPEUTIK

STUDI EVALUASI TAMAN KOTA SEBAGAI TAMAN TERAPEUTIK STUDI EVALUASI TAMAN KOTA SEBAGAI TAMAN TERAPEUTIK (Studi Kasus: Taman Cilaki Atas, Kota Bandung) AZI MUHAMAD ALIF HIDAYAH DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hubungan Manusia dengan Alam dalam Konteks Kesehatan Sehat alami adalah sehat rohani dan jasmani yang diupayakan sendiri secara alami. Tentu saja hal ini sudah dilakukan sejak

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan)

Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan) LAMPIRAN 106 Lampiran 1 Kuesioner untuk Survey Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan) Responden yang terhormat. Perkenalkan, nama saya Rachma Kania. Saya sebagai mahasiswa Institut Pertanian

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber: dan

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber:  dan BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Studi Studi ini dilakukan di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah yang terletak di jalan Jambore No.4 Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. Peta lokasi studi dapat

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA Oleh : Mustika Retno Arsyanur A34204025 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan dalam perkembangannya, selsel kanker ini dapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN KARTIKA NURHAYATI. Pemeliharaan Lanskap Padang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan pelayanan jasa kesehatan sering kali menimbulkan tekanan psikologis dan ekonomi bagi konsumennya. Selama

Lebih terperinci

MEDICAL SPA (DESTINATION SPA)

MEDICAL SPA (DESTINATION SPA) MEDICAL SPA (DESTINATION SPA) LAPORAN TUGAS AKHIR DESAIN INTERIOR / DI 40Z0 SEMESTER II TAHUN 2006-2007 SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA DARI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Oleh : Sita Fitriana

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi menengah dan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN RUANG TERHADAP KENYAMANAN LANSKAP WILAYAH PENGEMBANGAN BOJONAGARA, KOTA BANDUNG YOSEP PERMATA

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN RUANG TERHADAP KENYAMANAN LANSKAP WILAYAH PENGEMBANGAN BOJONAGARA, KOTA BANDUNG YOSEP PERMATA PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN RUANG TERHADAP KENYAMANAN LANSKAP WILAYAH PENGEMBANGAN BOJONAGARA, KOTA BANDUNG YOSEP PERMATA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya disebabkan oleh pelayanan sarana kesehatan yang belum memadai. Dengan memperbaiki pelayanan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 158 BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Diagram 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Rumah Sakit Jantung ini merujuk pada tema Healing Environment yang mengedepankan aspek

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Utama Perencanaan Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta ini bertujuan merancang sebuah fasilitas pembinaan remaja dengan menghasilkan konsep tata ruang yang mendukung

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PUSAT REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PUSAT REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA-KOTA PANTAI INDONESIA (STUDI KASUS KOTA PADANG, DENPASAR, DAN MAKASSAR) IAN PRANITA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA-KOTA PANTAI INDONESIA (STUDI KASUS KOTA PADANG, DENPASAR, DAN MAKASSAR) IAN PRANITA IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA-KOTA PANTAI INDONESIA (STUDI KASUS KOTA PADANG, DENPASAR, DAN MAKASSAR) IAN PRANITA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT

BAB III TINJAUAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT BAB III TINJAUAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT III.1. Pengertian Healing Environment Menurut Jones (2003) dalam bukunya Health and Human Behaviour (Kurniawati, 2011), faktor lingkungan memegang peran besar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa oleh karena itu, proses tumbuh kembang anak merupakan hal yang perlu untuk diperhatikan baik secara fisik, emosional, sosial

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Panti Rumah; tempat (kediaman); - asuhan, tempat memelihara anak yatim (piatu); - derma, rumah tempat merawat yatim piatu (orang tua dsb). Poerwadarminta, W. J.S. (1003)

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A

PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A44050670 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar (tata ruang luar) tetapi juga bagian dalam (tata ruang dalam) bangunan. Inti dari konsep

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR DIAGRAM... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruang luar dan ruang dalam. Masing-masing dari dua bagian tersebut mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. ruang luar dan ruang dalam. Masing-masing dari dua bagian tersebut mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang, pada dasarnya terjadi oleh adanya hubungan antara sebuah obyek dan manusia yang melihatnya. Hubungan itu mula-mula ditentukan oleh penglihatan, tetapi bila

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PERANCANGAN VERTICAL GARDEN PADA DINDING JALAN UNDERPASS BOGOR MENGGUNAKAN BARANG BEKAS, SEBAGAI SOLUSI MENGHINDARI VANDALISME DAN PERBAIKAN LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN : PKM

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO RUMAH SAKIT KANKER DI SEMARANG TUGAS AKHIR ALIFIA DIAN FARIZHA NIM FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

UNIVERSITAS DIPONEGORO RUMAH SAKIT KANKER DI SEMARANG TUGAS AKHIR ALIFIA DIAN FARIZHA NIM FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS DIPONEGORO RUMAH SAKIT KANKER DI SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik ALIFIA DIAN FARIZHA NIM. 21020112130083 FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit Rumah sakit seharusnya menjadi tempat penyembuhan penyakit, namun sayangnya rumah sakit seringkali mengingatkan masyarakat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun,

BAB III METODE PERANCANGAN. data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Perancangan adalah adalah aktivitas kreatif menuju sesuatu yang baru dan berguna yang tidak ada sebelumnya (http://ocw.gunadarma.ac.id). Terdapat bermacam-macam

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN CABANG PAJAJARAN, BOGOR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN Oleh YUGI RAMDHANI A.14101057 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4.1 Alternatif Zoning 1 ANALISA : Letak zona publik berada di dekat pintu masuk karena zona tersebut diperunttukan bagi pengunjung yang baru datang. Pada alternative zona

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG. Oleh Mufidah Atho Atun A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG. Oleh Mufidah Atho Atun A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG Oleh Mufidah Atho Atun A34204020 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN MUFIDAH ATHO ATUN.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KOTA DATARAN RENDAH DI INDONESIA (Studi Kasus: Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan Medan)

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KOTA DATARAN RENDAH DI INDONESIA (Studi Kasus: Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan Medan) IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KOTA DATARAN RENDAH DI INDONESIA (Studi Kasus: Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan Medan) YUNI PUJIRAHAYU DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

mempunyai sirkulasi penghuninya yang berputar-putar dan penghuni bangunan mempunyai arahan secara visual dalam perjalanannya dalam mencapai unit-unit

mempunyai sirkulasi penghuninya yang berputar-putar dan penghuni bangunan mempunyai arahan secara visual dalam perjalanannya dalam mencapai unit-unit BAB VI KESIMPULAN Dari hasil analisa konsep hemat energi pada bangunan tinggi rumah sakit kanker di Surabaya dalam usaha untuk menghemat energi, yang diperoleh melalui kajian literatur, preseden, analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki kebutuhan primer yang merupakan kebutuhan utama manusia yang harus dipenuhi. Salah satu kebutuhan utama manusia adalah kebutuhan untuk kesehatan. Pada

Lebih terperinci

Tugas Akhir 138 Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Semarang BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir 138 Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Semarang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) adalah sebuah sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut perorangan untuk pelayanan pengobatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, masyarakat menuntut pelayanan yang lebih optimal dalam segala aspek termasuk dalam dunia kesehatan. Pada zaman

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar.  Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi

Lebih terperinci

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, BAB.IV. KONSEP DESAIN IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, Refreshing, berarti tidak kaku, mampu memotivasi pengguna Relaxing, mampu

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Lanskap Menurut Marsh (2005) perencanaan lanskap perkotaan merupakan cakupan besar yang fokus terhadap seluruh area metropolitan. Kebanyakan aktivitas dalam merencana

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan BAB III METODE PERANCANGAN Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan masalah dan tujuan perancangan hingga menghasilkan suatu produk (hasil rancangan). Dengan metode perancangan

Lebih terperinci

A (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR. Oleh: Cahyo Nugroho

A (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR. Oleh: Cahyo Nugroho (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR Oleh: Cahyo Nugroho A02495006 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Ide rancangan pada Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa di Surabaya berawal dari fakta di lapangan, yaitu fasilitas-fasilitas umum yang kurang memberikan kemudahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan merupakan penjelasan tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan perancangan pusat rehabilitasi medis pasca stroke di Malang. Sebelum melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Penelitian Kualitatif Penelitian untuk perancangan Rumah Sakit Ibu dan Anak ini penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI TAMAN KOTA SEBAGAI TAMAN TERAPEUTIK STUDI KASUS: TAMAN CILAKI ATAS, KOTA BANDUNG

STUDI EVALUASI TAMAN KOTA SEBAGAI TAMAN TERAPEUTIK STUDI KASUS: TAMAN CILAKI ATAS, KOTA BANDUNG STUDI EVALUASI TAMAN KOTA SEBAGAI TAMAN TERAPEUTIK STUDI KASUS: TAMAN CILAKI ATAS, KOTA BANDUNG Evaluation Study of Urban Park as Therapeutic Park (Case: Upper Cilaki Park, Bandung City) Azi Muhamad Alif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan Peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang saat ini menjadi persoalan yang memprihatinkan. Peningkatan jumlah pengguna dari tahun ke tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana kesehatan memiliki pengertian sebagai suatu lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN PUSTAKA. Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/

BAB V KAJIAN PUSTAKA. Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/ BAB V KAJIAN PUSTAKA 5.1. Kajian Teori Penekanan/ Tema Desain Arsitektur Humanis Tema desain pada proyek Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci