IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG RYO FANDY TINDAON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG RYO FANDY TINDAON"

Transkripsi

1 i IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG RYO FANDY TINDAON DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 2009

2 ii IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG SKRIPSI OLEH : RYO FANDY TINDAON / TEKNIK PERTANIAN Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 2009

3 iii Judul Skripsi : Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Nama : Ryo Fandy Tindaon NIM : Depatemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknik Pertanian Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing (Achwil P. Munir, STP, M.Si) Ketua (Taufik Rizaldi, STP, MP) Anggota Mengetahui Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen Teknologi Pertanian Tanggal Lulus: Agustus 2009

4 i ABSTRACT Tea of North Sumatera which is known as black tea and still under profit. Bah Butong Plantataion as one unit of PT. Perkebunan Nusantara IV which produce tea, had a descend of production. To formulate programme and scenario to ascend Bah Butong product, system approach was applied by taking information from stakeholders. The system of tea production was interpreted into blackbox diagram. They consisted of environmental input, controllable and uncontrollable input, controllable and uncontrollable output, parameter, and feed back control of production system. It was found that 79% of respondent was between 40 to 59 years old. It means that most of them would enter unproductive age. Beside that, 35% of respondent was less satisfied with their monthly salary. Environmental aspect and labour condition were the most important factors which influenced the system. Because of the significant change of climate, Ha of tea plantation was converted into oil palm plantation. It reduced the number of afdeling and rationalization of labour. Key words: system, production, tea plantation, Bah Butong, blackbox diagram ABSTRAK Teh Sumatera Utara yang dikenal dengan teh hitam masih belum menguntungkan. Kebun Bah Butong sebagai salah satu unit usaha PT. Perkebunan Nusantara IV yang mengembangkan komoditas teh mengalami penurunan produksi. Untuk merumuskan kebijaksanaan dan skenario peningkatan produksi teh Bah Butong digunakan pendekatan sistem (system approach) dengan cara menggali informasi dan pengetahuan dari para stakeholder. Hasil dari identifikasi sistem produksi teh ini diinterpretasikan kedalam diagram kotak hitam (blackbox diagram) yang terdiri dari input lingkungan, input terkendali dan tidak terkendali, output terkendali dan tidak terkendali, parameter, dan pengendalian sistem produksi. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 79% dari jumlah responden berusia tahun. Hal ini berarti kebanyakan dari pekerja sudah hampir memasuki usia yang tidak produktif lagi. Disamping itu, 35% dari responden juga mengatakan kurang puas dengan pendapatan yang mereka terima perbulannya. Aspek lingkungan dan tenaga kerja merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap sistem. Karena terjadinya perubahan iklim yang signifikan maka areal kebun Bah Butong seluas 187,16 Ha dikonversi ke kelapa sawit. Hal ini menyebabkan terjadinya penciutan jumlah afdeling dan rasionalisasi tenaga kerja. Kata kunci: sistem, produksi, kebun teh, Bah Butong, diagram kotak hitam

5 ii RINGKASAN RYO FANDY TINDAON Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong dibimbing oleh Achwil Putra Munir sebagai ketua komisi pembimbing dan Taufik Rizaldi sebagai anggota. Satu-satunya produsen teh di Sumatera Utara, PT. Perkebunan Nusantara IV selama ini masih disubsidi oleh komoditas sawit. Padahal, kualitas teh sumatera utara sangat diminati Amerika Serikat dan Eropa. Kebun Bah Butong sebagai salah satu unit usaha PT. Perkebunan Nusantara IV yang mengembangkan komoditas teh mengalami penurunan produksi. Untuk merumuskan kebijaksanaan dan skenario peningkatan produksi teh Bah Butong digunakan pendekatan sistem (system approach) dengan cara menggali informasi dan pengetahuan dari para stakeholder. Penggunaan pendekatan sistem dalam penelitian ini diharapkan akan menghasilkan keputusan yang efektif dan operasional yang sesuai dengan tujuan produksi perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kebun Bah Butong sebagai salah satu stakeholder, diidentifikasi adanya sejumlah kebutuhan yaitu proses budidaya teh dilapangan secara efektif, optimalisasi biaya produksi, ketersediaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja yang terampil dan alat-alat produksi, informasi penting mengenai produksi, produktifitas yang stabil bahkan relatif meningkat setiap tahunnya dan laba bagi perusahaan. Analisis kebutuhan stakeholder berikutnya adalah kebun seinduk. Kebun seinduk ini juga mempunyai kebutuhan terhadap sistem yaitu keharmonisan dalam menjalin kerjasama dan kemudahan administratif atau birokratif. Selain itu

6 iii pihak ketiga yaitu Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung Jawa Barat yang membantu pihak manajemen dalam melangsungkan produksi memiliki kebutuhan yang relatif sama dengan kabun seinduk. Stakeholder lainnya adalah pekerja atau karyawan. Penyediaan lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur desa merupakan kebutuhan yang terpenting. Adapun ruang lingkup atas permasalahan utama yang terjadi pada sistem produksi teh adalah : 1. Usia tenaga kerja produktif Usia dominan dari para pekerja sistem berada pada usia tahun. Usia ini sudah hampir tidak produktif lagi dalam sistem sehingga keterbatasan tenaga menjadi permasalahan sistem. Hal ini muncul karena masyarakat yang produktif lebih tertarik bekerja di luar sistem seperti di perkotaan yang memiliki banyak pilihan pekerjaan yang dirasa dapat meningkatkan taraf hidup. 2. Pemeliharaan konsistensi mutu Melalui analisa persentase grade I teh jadi yang di produksi selama periode 10 tahun terakhir yaitu mulai dari tahun 1999 hingga tahun 2008 dapat diperoleh informasi bahwa kebijakan standar pemetikan teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong pada umumnya adalah untuk menjaga keseimbangan antara kuantitas dan kualitas sehingga kualitas teh jadi sebagian besar masuk pada kategori mutu sedang. 3. Kondisi cuaca Terhambatnya kegiatan produksi seringkali disebabkan oleh cuaca hujan. Jika hujan deras, para pekerja tidak dapat melakukan kegiatan produksi secara

7 iv optimal khususnya pada pemetikan pucuk teh segar di lapangan. Hasil produksi daun teh yang di panen juga akan mengandung banyak air yang menyebabkan selisih timbangan di lapangan dengan jembatan timbang yang ada di pabrik cukup besar. 4. Kondisi iklim Kondisi iklim yang kurang mendukung seringkali menjadi penyebab produktifitas teh berfluktuasi dan cenderung menurun yaitu pada produksi pucuk daun teh basah yang pada akhirnya berdampak pada teh jadi yang dihasilkan. Cakupan upaya peningkatan produktifitas dan kualitas teh kebun Bah Butong sangat luas, karena meliputi aspek industri dan produksi yang mengevaluasi produktivitas, mutu dan biaya produksi. Aspek lingkungan mengevaluasi terjadinya perubahan iklim yang signifikan yakni dampak pemanasan global sehingga areal kebun Bah Butong seluas 187,16 Ha di konversi ke kelapa sawit. Hal ini menyebabkan terjadinya penciutan jumlah afdeling dan rasionalisasi tenaga kerja. Evaluasi aspek yang terakhir adalah aspek sosial ekonomi. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 79% dari jumlah responden berusia tahun. Hal ini berarti kebanyakan dari pekerja sudah hampir memasuki usia yang tidak produktif lagi. Disamping itu, 35% dari responden juga mengatakan kurang puas dengan pendapatan yang mereka terima perbulannya. Hasil identifikasi sistem diinterpretasikan ke dalam diagram kotak gelap (blackbox diagram) yang terdiri dari input lingkungan, input terkendali dan tidak terkendali, output terkendali dan tidak terkendali, parameter rancangan sistem, dan pengendalian sistem produksi teh.

8 v RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Emplasmen Tobasari Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun pada tanggal 27 Maret 1987, dan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Bernard Tindaon dan Ibu Magdalena Siallagan. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri I Sidamanik Kabupaten Simalungun dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Panduan Minat dan Prestasi (PMP-USU). Selama mengiuti perkuliahan, penulis menjadi anggota koordinator bidang akademik Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) dan pernah mengikuti kegiatan Kebaktian Mahasiswa Kristen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (UKM-KMK UP FP USU). Pada tanggal 16 Juli sampai dengan 15 Agustus 2008, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di pabrik pengolahan kopi CV. Prima Harapan yang beralamat di Jalan Kongsi Nomor 278 A, Mariendal, Medan.

9 vi KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkat-nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2009 di dengan judul Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing yaitu Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Taufik Rizaldi, STP, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan saran dalam penyempurnaan penelitian, sampai dengan penyelesian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda Bernard Tindaon dan Ibunda Magdalena Siallagan, serta saudarasaudaraku (Tongam Frando Tindaon, SP, Frantyka Hotdear Tindaon, S.Si, dan Rotua Lenawati Tindaon), atas segala dukungan dan doa, dan juga seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan sarjana di Teknik Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terimakasih buat dukungan teman-teman TEP 05. Penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Medan, Juli 2009 Penulis

10 vii DAFTAR ISI Hal ABSTRACT... ii RINGKASAN... iii RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Kegunaan Peneliatian... 3 Batasan Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Teh... 4 Botani Tanaman Teh (Camellia sinensis)... 7 Syarat Tumbuh... 8 Iklim... 8 Tanah Tanaman Teh Produktif (Tanaman Teh Menghasilkan) Pemetikan Daun Teh Pengolahan Pascapanen Manfaat Teh Bagi Kesehatan Kualitas dan Strategi Metode Pendekatan Sistem Sistem Produksi Analisis Kebutuhan Identifikasi Sistem Formulasi Masalah METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat Bahan Metode Penelitian Prosedur Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Perusahaan Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong.. 34 Produktifitas Teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong. 35 Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)... 44

11 viii Stakeholder dan Analisis Kebutuhan Sistem Budidaya Teh Identifikasi Permasalahan Sistem Evaluasi Aspek Aspek Industri dan Produksi Aspek Lingkungan Aspek Sosial-Ekonomi Sistem Produksi Teh Penyusunan Diagram Kotak Hitam (Blackbox Diagram) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 66

12 ix DAFTAR TABEL Hal 1. Uraian komponen sistem Produksi daun teh basah dan teh jadi periode Produksi daun teh basah dan teh jadi per hektar periode Produksi grade I teh jadi Rendemen teh jadi selama 10 tahun Analisis kebutuhan para stakeholder Data iklim Kebun Bah Butong selama 10 tahun... 53

13 x DAFTAR GAMBAR Hal 1. Produksi Teh PT. Perkebunan Nusantara IV periode 2003 hingga tahun Pucuk daun teh Diagram alir pengolahan teh hitam sistem orthodox rotorvane Input-output sistem produksi Diagram kotak gelap Produksi daun teh basah peiode Produksi teh jadi periode Produksi daun teh basah per hektar Produksi teh jadi per hektar Produksi grade I teh jadi Rendemen teh jadi selama 10 tahun Biaya produksi per kilogram teh jadi Usia pekerja sistem produksi Pendapat para pekerja terhadap gaji per bulan Diagram kotak gelap sistem produksi teh kebun Bah Butong... 61

14 xi DAFTAR LAMPIRAN Hal 1. Bagan alir penelitian Data hasil kuisioner Alur proses pengolahan teh hitam di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Dokumentasi proses pengolahan teh Kebun Bah Butong... 72

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam era perdagangan bebas produsen komoditas pertanian akan menghadapi persaingan ketat dengan produsen lain dari seluruh dunia. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap produsen memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan oleh para pesaing sehingga dalam perdagangan global ini diperlukan suatu persamaan persepsi dalam mendefinisikan suatu produk. Oleh karena itu mutu merupakan faktor penting bagi produsen. Namun perhatian produsen tidak terbatas pada mutu produk yang dihasilkan saja tetapi juga pada aspek proses, sumberdaya manusia dan lingkungan. Sedangkan lingkungan yang dihadapi produsen semakin kompleks dan hanya produsen yang benar-benar berkualitas yang dapat bersaing dalam pasar global. Teh sebagai komoditas andalan masih memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Peranan ekspor teh terhadap ekspor hasil pertanian masih rendah sementara peningkatan ekspor non migas merupakan alat penting dalam pengembangan perekonomian di Indonesia. Teh sumatera utara yang dikenal dengan teh hitam masih belum menguntungkan. Satu-satunya produsen teh sumatera utara, PT. Perkebunan Nusantara IV selama ini masih disubsidi oleh komoditas sawit. Padahal, kualitas teh sumatera utara sangat diminati Amerika Serikat dan Eropa. Selama ini, komoditas teh masih dibantu dengan sawit. Kerugian budidaya teh bisa tertutupi dengan sawit. Di Sumatera Utara hanya tinggal tiga kebun teh

16 2 yang tersisa; kebun Sidamanik, Tobasari, dan Bah Butong. Lahan yang tercatat itu berada di ketinggian 900 meter di atas permukaan air laut (dpl). Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara, ekspor teh pada Januari 2007 mencapai kg dengan nilai dollar AS. Ekspor pada Februari menurun menjadi kg dengan nilai dollar AS. Total ekspor selama dua bulan di tahun 2007 sebesar kg dengan nilai dollar Amerika Serikat (Kompas, 2007). Berdasarkan Annual Report PTPN IV Tahun 2007, produksi daun teh basah (tea leaves production) mengalami penurunan rata-rata 6,56 % selama rentang waktu 5 (lima) tahun. Demikian juga dengan teh jadi (black tea production) mengalami penurunan rata-rata 5,65%. Hal ini disebabkan antara lain karena adanya konversi areal tanaman teh menjadi areal tanaman kelapa sawit dan pengaruh fenomena alam yang berdampak kepada penurunan produktifitas tanaman teh. Cakupan upaya peningkatan produktifitas dan kualitas teh kebun Bah Butong sangat luas, karena meliputi aspek industri dan produksi (kualitas, kuantitas, dan biaya produksi), aspek lingkungan dan aspek sosial ekonomi. Oleh karena itu, untuk merumuskan kebijaksanaan dan skenario peningkatan produksi digunakan pendekatan sistem (system approach). Penggunaan pendekatan sistem dalam penelitian ini diharapkan akan menghasilkan keputusan yang efektif dan operasional yang sesuai dengan tujuan produksi perusahaan. Dengan memandang sistem secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa faktor yang terkait, kompleks dan dinamis maka pendekatan sistem akan mencari keterpaduan antar elemen melalui pemahaman yang utuh.

17 3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem produksi teh dan faktor-faktor yang mendukung tujuan sistem produksi teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong. Hasil identifikasi sistem diinterpretasikan ke dalam diagram kotak gelap (blackbox diagram). Kegunaan Penelitian 1. Penulis Sebagai bahan dasar penulisan skripsi untuk melengkapi syarat melaksanakan ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Manajemen Perusahaan Sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen pengawasan produksi teh di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong. 3. Mahasiswa Sebagai bahan untuk pengembangan metodologi berfikir sistem. Batasan Penelitian Penelitian mengenai sistem produksi teh ini dibatasi hanya untuk menguraikan dan menerangkan sistem produksi teh PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong, mulai dari pemetikan sampai pengemasan produk yang siap untuk dipasarkan.

18 4 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Teh Pada mulanya tanaman teh (Camellia sinensis) diduga berasal dari daratan Asia Selatan dan Tenggara, namun sekarang telah dibudidayakan di seluruh dunia, baik daerah tropis, maupun subtropis (Wikipedia, 2007). Tumbuhan ini merupakan perdu atau pohon kecil yang biasanya dipangkas bila dibudidayakan untuk dipanen daunnya. Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang di bawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1910, mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara. Demikian pula di Jawa berdiri perkebunan-perkebunan teh terutama di Jawa Barat yang keadaan iklim dan tanahnya lebih cocok bagi tanaman teh. Industri tanaman teh di Indonesia mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan situasi pasar maupun keadaan di Indonesia sendiri. Pada tahun 1941, luas perkebunan teh di Indonesia adalah sekitar ha yang terdiri dari perusahaan perkebunan besar seluas ha dan perkebunan teh rakyat ha, dengan jumlah total perkebunan sebanyak 299 buah. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1958 dilakukan pengambilalihan perkebunan teh milik perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris oleh pemerintah Indonesia. Selanjutnya, secara bertahap dilaksanakan rehabilitasi terhadap perkebunan teh yang telah menjadi milik negara tersebut. Meski demikian dalam manajemen di tingkat perkebunan, proses pengolahan bahkan sampai teknologi, perusahaan milik negara ini masih menggunakan

19 5 teknologi atau mesin buatan Belanda. Dalam perkembangannya potensi besar dalam komoditi teh ini tidak hanya dimanfaatkan oleh BUMN, namun juga perusahaan swasta. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan pengelolaan industri teh dari hulu hingga hilir. Sampai pada tahun 2004, terdapat 143 perusahaan perkebunan di Indonesia baik yang dikelola oleh perusahaan swasta maupun BUMN. Lahan yang digunakan untuk perkebunan teh di Indonesia semakin berkurang dari tahun ke tahun. Jika dihitung secara keseluruhan pertumbuhan luas areal teh pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0,58%. Lahan-lahan ini sebagian dikonversi menjadi kebun kelapa sawit, sayuran dan tanaman lainnya yang dianggap lebih menguntungkan (Kompas, 2004). Volume ekspor teh Indonesia setiap tahun turun sekitar 5%. Penurunan tersebut disebabkan penurunan mutu teh dalam negeri. Selama 6 tahun terakhir industri teh dalam negeri mengalami kerugian. Akibatnya PT. Perkebunan Nusantara IV di Sumatera Utara, membongkar lebih kurang hektar kebun teh dan menggantinya dengan kelapa sawit. Pada tahun 2005 produksi teh Indonesia sebesar 149 ribu ton dan mengalami penurunan produksi tahun 2008 menjadi sekitar 145 ribu ton. Harga teh Indonesia di pasar internasional saat ini sekitar US$ 1,4 per kilogram. Dampak dari penurunan tersebut, posisi Indonesia sebagai eksportir teh turun dari posisi lima ke posisi enam. Indonesia hanya menguasai 6% pangsa pasar teh dunia. Posisi pertama ditempati Srilanka dan Kenya dengan pangsa masing-masing pasar 20 %, Cina 18 %, India 13 % dan Vietnam 6%. Pangsa teh terbesar Indonesia adalah Rusia sebesar 17 % dan Eropa 30 % (Tempo, 2008)

20 6 Pada tahun 2003 hingga tahun 2004 kebun teh PT. Perkebunan Nusantara IV mengalami pengurangan luas areal tanaman sebesar 3.175,14 ha di unit usaha kebun Marjandi dan Bah Birong Ulu. Luas areal tanaman teh PT. Perkebunan Nusantara IV tinggal hanya 5.396,11 ha. Namun dari tahun 2005 hingga tahun 2007 areal tanaman teh tidak mengalami pengurangan luas areal. Berikut ini jumlah produksi teh hitam PT. Perkebunan Nusantara IV periode tahun 2003 hingga tahun Gambar 1. Produksi teh PT. Perkebunan Nusantara IV periode 2003 hingga 2007 (Annual Report PTPN IV, 2007) Dalam perkembangannya sebagai produsen teh, dewasa ini secara nasional perusahaan perkebunan teh di Indonesia tergabung dalam Asosiasi Teh Indonesia, dan secara internasional, Indonesia telah menjadi anggota berbagai organisasi teh internasional, seperti United States Tea Council (Amerika Serikat), United

21 7 Kingdom Tea Council (Inggris), Australian Tea Council (Australia), International Tea promotion di Genewa, dan International Tea Commitee di Inggris. Sebagai negara pengekspor teh, Indonesia telah mengadakan perbaikan-perbaikan, baik dalam pengolahan budidaya, panen dan pascapanen, peningkatan kualitas, sistem pemasaran, maupun usaha-usaha penelitian. Semua usaha tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan oleh semua produsen teh di Indonesia, baik PT. Perkebunan Negara, Perkebunan Besar Swasta, maupun perkebunan teh yang dimiliki oleh rakyat (Setyamidjaja, 2000). Botani Tanaman Teh (Camellia sinensis) Tanaman teh merupakan tanaman sub tropik yang bergenus Camellia dari family Theceae. Secara umum tanaman teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah dan cukup sulit untuk menembus lapisan tanah. Perakaran utama berkembang pada lapisan tanah atas dengan kedalaman 0 cm hingga 25 cm, yang merupakan tempat utama berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman di dalam tanah (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh di klasifikasikan sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas : Spermatophyta (tumbuhan biji) : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka) : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah) Ordo (bangsa): Guttiferales (Clusiales) Familia (suku): Camelliceae (Theaceae) Genus (marga): Camellia Spesies (jenis) : Camellia sinensis

22 8 Pertumbuhan daun pada semaian (seedling) atau setek (cutting) dimulai dari poros utama dan duduk secara filotaksis (tata letak daun) berselang-seling. Ranting dan daun baru, tumbuh dari tunas pada ketiak daun tua. Daun selalu berwarna hijau, berbentuk lonjong, ujungnya runcing, dan tepinya bergerigi. Daun-daun baru yang mulai tumbuh setelah pemangkasan, lebih besar daripada daun-daun yang terbentuk sesudahnya. Pucuk dan ruas berambut. Daun tua bertekstur seperti kulit (Wikipedia, 2007). Syarat Tumbuh Secara umum, lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap tanaman teh adalah iklim dan tanah. Iklim Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah curah hujan, sinar matahari, suhu udara, tinggi tempat, dan angin. Curah Hujan Tanaman teh menghendaki daerah penanaman yang lembab dan sejuk. Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan. Curah hujan tahunan yang diperlukan adalah 2000 mm sampai 2500 mm, dengan jumlah hujan pada musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm. Sinar Matahari Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh. Makin banyak sinar matahari, pertumbuhan tanaman teh makin cepat, sepanjang

23 9 curah hujan mencukupi. Apabila suhu mencapai 30 0 C, maka pertumbuhan tanaman teh akan terhambat. Fungsi pohon pelindung di daerah dataran rendah adalah mengurangi intensitas sinar matahari, sehingga suhu tidak meningkat terlalu tinggi. Suhu Udara Tanaman teh mengkehendaki udara sejuk. Suhu udara yang baik bagi tanaman teh adalah suhu yang berkisar antara 13 0 C sampai dengan 25 0 C, yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah, dengan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70%. Tinggi Tempat Di Indonesia, penanaman teh dilakukan pada ketinggian antara 400m sampai dengan 1200m dari permukaan laut (dpl). Sehingga daerah penanaman teh dapat dibagi menjadi : a. Daerah dataran rendah: berada di ketinggian 400m hingga 800m dpl, suhu mencapai 23 0 C sampai dengan 24 0 C. b. Daerah dataran sedang: berada di ketinggian 800 hingga 1200m dpl, suhu mencapai 21 0 C sampai dengan 22 0 C. c. Daerah dataran tinggi: berada di ketinggian di atas 1200m dpl, suhu mencapai 18 0 C sampai dengan 19 0 C. Angin Pada umumnya angin yang berasal dari dataran rendah membawa udara panas dan kering. Angin yang bertiup kencang dapat menurunkan kelembaban

24 10 nisbi sampai 30%, meskipun hanya berpengaruh sedikit pada kelembapan tanah lapisan bawah (Soehardjo, dkk, 1996). Tanah Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas, serta mempunyai derajat keasaman (ph) antara 4,5 sampai 6,0. Sifat-Sifat Fisika Tanah Sifat-sifat fisika tanah yang cocok untuk tanaman teh adalah: solum cukup dalam, tekstur lempung ringan atau sedang, atau debu, keadaan gembur (deep friable), mampu menahan air, dan memiliki kandungan hara yang cukup. Sifat-Sifat Kimia Tanah Pada umumnya, tanah yang digunakan untuk perkebunan teh memiliki kesuburan yang cukup, kadar kation basa dan fosfor rendah, dan kadar nitrogen bervariasi. Tanaman teh menghendaki tanah asam dengan ph berkisar antara 4,5 sampai 6,0. Untuk pemupukan nitrogen sebaiknya digunakan pupuk yang bersifat asam seperti ZA, sehingga tanah tetap dalam kondisi asam. Tiga unsur hara pembatas (dalam jumlah yang kurang) dalam tanah adalah N, P, dan K. Ketiga unsur tersebut diperlukan dalam usaha meningkatkan produksi daun. Daun yang rontok, baik dari daun teh, pupuk hijau, ataupun dari pohon naungan, dapat memperbaiki kesuburan tanah, karena dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah.

25 11 Tipe Tanah Menurut Schoorel, ada enam tipe tanah yang ditanami teh di Indonesia. Keenam tipe tanah tersebut adalah : a. Tanah pegunungan tinggi, yaitu jenis tanah andosol dengan luas 35%. b. Tanah pegunungan tinggi yang tua, meliputi luas 14%. c. Tanah laterit merah, meliputi luas 28%. d. Tanah kuarsa berasal dari tuf liparit (Podsolik merah kuning), meliputi luas 15%. e. Tanah merah yang mengandung liat, meliputi luas 7%. f. Tanah merah yang berasal dari batu-batuan kapur, meliputi luas 1%, (Setyamidjaja, 2000). Penanaman teh dapat dilaksanakan sebagai penanaman baru (new planting), penanaman ulang (replanting), konversi ataupun rehabilitasi. Tanaman teh dapat ditanam dengan berbagai jarak tanam. Jarak tanam yang optimal dipengaruhi beberapa faktor, jarak tanam antar barisan tanaman 120 cm dan jarak tanam dalam barisan beragam antara 60 cm sampai 90 cm (Setyamidjaja, 2000). Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik dengan 7 hingga 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman di masing-masing daerah. Tanaman teh dapat tumbuh sekitar 6 sampai dengan 9 meter tingginya. Di perkebunan-perkebunan, tanaman teh dipertahankan hanya sekitar 1 meter tingginya dengan pemangkasan secara berkala. Tanaman teh umumnya dapat dipetik secara terus-menerus setelah umur 5 tahun dan dapat memberi hasil daun

26 12 teh cukup besar selama 40 tahun, kemudian diadakan kegiatan peremajaan tanaman teh (Spillane, 1992). Untuk terus meningkatkan produksi, perlu ditempuh upaya-upaya khusus jangka pendek dan jangka panjang berupa : a. Pelaksanaan rehabilitasi tanaman tua, baik berupa penyulaman maupun peremajaan/penanaman baru dengan menggunakan bahan tanaman unggul yang lebih responsif terhadap pemupukan berat, dan memiliki kuantitas serta kualitas produksi yang tinggi. b. Pemberian pupuk pada seluruh penanaman dengan dosis optimal, tidak hanya pupuk N, P, dan K tetapi juga dengan pupuk yang mengandung unsur hara lainnya (antara lain Mg dan Zn) c. Pengendalian hama, penyakit dan gulma secara lebih efektif dengan menggunakan pestisida dan herbisida yang cocok. d. Penerapan cara-cara pemangkasan dan pemetikan yang disesuaikan dengan tindakan-tindakan intensif tersebut diatas, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil optimal rata-rata tiap tahunnya. e. Pengusahaan bahan tanaman (klon dan bibit kultur jaringan) yang tinggi produktifitas dan kualitas produksinya. f. Pembinaan petani teh secara lebih terkoordinasi, agar mampu menghasilkan bahan olah yang lebih baik. Pengolahan tanaman teh non produktif yang intensif akan menghasilkan tanaman teh produktif dengan masa non produktif yang pendek. Tanaman teh menjadi produktif setelah berumur lebih dari tiga tahun, dapat dipetik pucuknya

27 13 secara terus-menerus setelah umur 5 tahun. Tanaman teh produktif dan tanaman teh non produktif memiliki perlakuan pemeliharaan yang berbeda. Tanaman Teh Produktif (Tanaman Menghasilkan) Tanaman teh produktif adalah tanaman teh yang pucuk-pucuknya dipetik. Tanaman menghasilkan (TM) mengalami giliran atau daur petik yaitu jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya dihitung dalam hari. Panjang pendeknya giliran petik tergantung pada kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Umur pangkas Semakin tua umur pangkas, semakin lambat pertumbuhan pucuk tanaman teh sehingga daur petik akan makin panjang. 2. Iklim Pada musim kemarau, pertumbuhan tunas makin lambat, sehingga giliran petik lebih panjang daripada saat musim hujan. 3. Elevasi atau ketinggian tempat dan kesehatan tanaman. Pemeliharaan TM terdiri atas pemeliharaan saluran drainase, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan, pemetikan, dan pemupukan. Intensitas pengendalian gulma pada areal tanaman teh produktif sangat bergantung dari keadaan tajuk tanaman, umur dan waktu setelah pangkasan. Cara pengendalian gulma terdiri atas tiga cara yaitu kultur teknis dengan melaksanakan petikan rata agar tajuk tanaman tumbuh melebar, dan dapat menekan pertumbuhan gulma, cara manual dan cara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi dengan memakai jenis herbisida.

28 14 Pada kebun teh baik produktif maupun non produktif terdapat pohon pelindung. Pohon pelindung yang umumnya terdapat pada kebun teh adalah Crotalaria sp dan Theprosia sp. Penanaman pohon pelindung disini, terutama didasarkan pada pertimbangan kemiringan lereng, arah lereng terhadap sinar matahari dan angin (Spillane, 1992). Pemetikan Daun Teh Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh berserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komiditi perdagangan. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan dan syarat-syarat pengolahan yang berlaku. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha pembentukan kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Pemetikan berkaitan erat dengan pertumbuhan tunas. Kecepatan pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut dengan daun pemeliharaan. Tebal lapisan pemeliharaan yang optimal adalah 15 cm sampai 20 cm. Jika lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran tersebut, akan menyebabkan pertumbuhan tunas telambat. Orange Pekoe Flowery Orange Pekoe Pekoe Souchong Pekoe Souchong P+2 Gambar 2. Pucuk daun teh P+3

29 15 Panen atau pemetikan teh dapat digolongkan menjadi 3 golongan petikan, yaitu: 1. Petikan jendangan Petikan ini dilakukan pada tanaman yang baru dipangkas yang bertujuan untuk membentuk petikan yang lebar dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup agar tanaman mempunyai potensi produktifitas daun yang tinggi. 2. Petikan produksi Petikan ini disebut juga petikan biasa yaitu pemetikan yang dilaksanakan setelah pemetikan jendangan selesai dilakukan, dan terus dilakukan secara rutin hingga tiba giliran pemangkasan produksi berikutnya. Pemetikan ini biasanya dimulai setelah 3 sampai 5 kali petikan jendangan. 3. Petikan gendesan Petikan gendesan adalah pemetikan yang dilakukan pada kebun yang akan di pangkas produksi. Maksud pemetikan gendesan adalah memafaatkan tunastunas dan daun-daun muda yang ada pada perdu, yang bila tidak dipetik akan terbuang dengan dilaksanakannya pemangkasan. Pemetikan gendesan dilakukan seminggu sebelum pemangkasan dilaksanakan. Menurut Pusat Penelitian Perkembangan Gambung (1992), jenis petikan dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu: 1. Petikan halus, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m), biasa ditulis dengan rumus p+1 atau p+1m.

30 16 2. Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda serta pucuk burung dengan dua atau tiga daun, ditulis dengan rumus p+1, p+3m, b+2m, b+3m. 3. Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, ditulis dengan rumus p+4 atau lebih. Adanya sistem petikan yang dilaksanakan diharapkan dapat mampertahankan kuantitas dan kualitas hasil panen. Untuk maksud tersebut, berbagai peraturan menyangkut mutu produk teh seperti Keppres, Surat-Surat Keputusan Menteri Perdagangan, Surat Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, maupun Ketentuan Dewan Standar Nasional mengenai teh Indonesia, sehingga dapat bersaing dipasaran Internasional (Setyamidjaja, 2000). Pengolahan Pascapanen Pengolahan teh terbesar didominasi dalam bentuk teh hitam, sisanya teh hijau, sedangkan industri teh wangi merupakan hasil olahan teh hitam. Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok yaitu substansi fenol (catechin dan flavanol), substansi bukan fenol (pectin, resin, vitamin, dan mineral), substansi aromatik, dan enzim-enzim. Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem orthodox (orthodox murni dan orthodox rotorvane) dan sistem baru yaitu

31 17 sistem CTC (Crushing, Tearing, Curling). Sistem yang paling umum di Indonesia adalah sistem orthodox rotorvane. Pengolahan teh hitam orthodox rotorvane terdiri dari beberapa tingkat kegiatan yang dapat dilihat pada skema berikut: Penyediaan Pucuk Daun Segar Pelayuan Penggulungan Penggilingan Sortasi Basah Fermentasi Pengeringan Sortasi Kering Pengemasan Gambar 3. Diagram alir pengolahan teh hitam sistem orthodox rotorvane Penyediaan Pucuk Daun Segar Mutu teh hitam hasil pengolahan terutama ditentukan oleh bahan bakunya yaitu daun teh yang segar hasil petikan. Mutu teh hitam yang baik sebenarnya akan lebih mudah dicapai apabila bahan segarnya (pucuk) bermutu baik. Secara fisik, pucuk yang bermutu adalah daun muda yang utuh, segar dan berwarna kehujauan. Menurut beberapa ahli pengolahan, 75% mutu teh ditentukan di kebun (ketinggian tempat, jenis petikan, dan penanganan hasil petikan), sisanya yang 25% ditentukan oleh proses pengolahan. Untuk mencapai tujuan, sebelum masuk proses pengolahan di pabrik, daun hasil petikan harus:

32 18 1. Masih dalam keadaan segar, tidak rusak seperti patah-patah, sobek, dan terperam. 2. Tidak terlalu lama tertahan di kebun dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. 3. Ditampung dalam wadah pengumpul daun dengan tidak melebihi kapasitas optimum. 4. Diangkut dari kebun dengan hati-hati. 5. Dipisahkan antara daun yang baik dari daun yang rusak. Pelayuan Pada pelayuan sistem orthodox rotorvane, digunakan palung pelayuan (withering trough). Kegiatan pelayuan ini terdiri atas: 1. Pembeberan pucuk, disebar merata sampai palung penuh dengan ketebalan ±30 cm atau disebut 30 cm per m 2. Sementara itu, udara segar segera dialirkan untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk dengan palung terbuka. Setiap selesai membeberkan pucuk dalam satu palung, palung ditutup dan udara terus dialirkan. 2. Pengaturan udara, udara yang baik digunakan untuk proses pelayuan adalah udara yang bersih dengan kelembaban rendah (60 sampai 75%), suhu tidak melebihi 28 0 C (optimum 26,7 0 C atau 80 0 F) dan volume yang cukup sesuai dengan kapasitas palung pelayuan. Untuk memperoleh suhu udara yang diharapkan diperlukan mesin pemanas (heat exchanger).

33 19 Penggulungan (Rolling) Penggulungan akan membuat daun memar dan dinding sel rusak, sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata, dan pada saat itu sudah mulai oksidasi enzimatis (fermentasi). Dengan adanya penggulungan, secara fisik daun yang sudah di gulung akan memudahkan tergiling dalam proses penggilingan. Penggulungan dilakukan dalam alat penggulung yang disebut dengan open top roller (OTR). Lama penggulungan pada mesin OTR ini adalah 30 sampai 40 menit. Penggilingan Mesin penggiling yang biasa dipakai dalam pengolahan teh adalah press cap roller (PCR) dan rotorvane. Dengan dilaksanakannya penggilingan maka gulungan akan tergiling menjadi partikel-partikel yang lebih kecil sesuai dengan yang dikehendaki konsumen, gulungan akan berukuran lebih pendek, cairan sel keluar sebanyak mungkin, dan dihasilkan bubuk basah yang sebanyakbanyaknya. Lama penggilingan dihitung sejak pucuk dimasukkan sampai keluar dari mesin penggilingan yaitu berkisar antara 25 sampai 40 menit di dataran rendah dan 40 sampai 70 menit di dataran tinggi. Penggunaan mesin rotorvane dapat ditempatkan pada tahap penggilingan kedua, ketiga, dan keempat tergantung pada jenis mutu yang ingin dicapai. Pengolahan teh hitam sistem orthodox rotorvane, bertujuan agar dapat memproduksi jenis-jenis mutu bubuk (broken grades) dan jenis mutu halus (small grades) yang sesuai dengan permintaan pasar.

34 20 Sortasi Bubuk Basah Sortasi bubuk basah bertujuan untuk memperoleh bubuk yang seragam, memudahkan sortasi kering, serta memudahkan dalam pengaturan proses pengeringan. Mesin sortasi basah yang dipakai adalah rotary ball breaker. Mesin ini memasang ayakan dengan mesh yang sesuai dengan grade yang diinginkan. Hasil sortasi terdiri dari bubuk dan badag. Setiap jenis bubuk diberi nomor sesuai dengan nomor urut gilingan bubuk tersebut dihasilkan, seperti bubuk 1, bubuk 2, dan bubuk 3, serta badag. Badag adalah bubuk kasar yang tidak dapat melewati ayakan terakhir. Fermentasi Fermentasi merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oxidase. Fermentasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kadar air dalam bahan (hasil sortasi basah), suhu dan kelembaban relatif, kadar enzim, jenis bahan, serta tersedianya oksigen. Selama fermentasi dihasilkan substansi theaflavin dan theaurigin yang akan menentukan sifat air seduhan dari teh kering yang dihasilkan setelah proses pengeringan. Komposisi antara theaflavin dan theaurigin pada hasil fermentasi yang baik adalah 1: 10 atau 1:12. Komposisi ini menentukan strength, colour quality, dan briskness dari teh kering. Pengeringan Tujuan utama dari pengeringan adalah menghentikan proses fermentasi senyawa polifenol dalam bubuk teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal. Dengan adanya pengeringan, kadar air dalam

35 21 teh bubuk akan berkurang, sehingga teh kering akan tahan lama dalam penyimpanan. Proses pengeringan berlangsung dalam mesin pengering. Mesin pengering teh hitam ada dua macam yaitu mesin pengering jenis ECP (Endless Chain Pressure Dryer) dan FBD (Fluid Bed Dryer). Pabrik-pabrik di Indonesia pada umumnya menggunakan mesin pengering ECP. Sortasi Kering Sortasi kering adalah kegiatan memisah-misahkan teh bubuk kering (teh hitam) menjadi jenis-jenis tertentu sesuai dengan yang dikehendaki dalam perdagangan. Tujuan sortasi kering adalah mendapatkan ukuran dan warna partikel teh kering yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan. Sortasi kering dilakukan dengan cara memasukkan teh kering ke dalam mesin pengayak yang memiliki ukuran mesh berkisar antara 8 sampai 32 mesh. Berdasarkan SK Menperindag No. 266/KP.X/76 dan SK Dirjen Perdagangan Luar Negeri No. 42 DAGLU/KP/IV/86, standar teh hitam Indonesia digolongkan dalam jenis mutu teh hitam orthodox seperti berikut: 1. Teh daun (Leavy Grades) mengandung potongan-potongan daun yang lebih besar dan lebih panjang daripada teh bubuk (brokens), yang dalam proses sortasinya tertahan ayakan 7 mesh, terdiri dari OP (Orange Pekoe), OP Sup (Orange Pekoe Superior), FOP (Flowery Orange Pekoe), S (Sauchon), BS (Broken Souchon), BOP Sup (Broken Orange Pekoe Superior), BOP Sp (Broken Orange Pekoe Special) dan LM (Leavy Mixed).

36 22 2. Teh bubuk (Broken Grades), jenis teh yang dalam proses sortasinya dapat melewati ayakan 7 mesh dan tertahan oleh ayakan 20 mesh, terdiri dari BOP I/ BOP (Broken Orange Pekoe I/ Broken Orange Pekoe), FBOP (Flowery Broken Orange Pekoe), BP (Broken Pekoe), BP II (Broken Pekoe II), BT (Broken Tea), BT II (Broken Tea II), BOPF (Broken Orange Pekoe Fanning), BOPF Sup (Broken Orange Pekoe Fanning Superior) dan BM (Broken Mixed). 3. Teh halus (Small Grades), jenis teh yang dalam sortasinya lolos dari ayakan 20 mesh yang terdiri dari F (Fanning), F II (Fanning II), TF (Tippy Fanning), PF ( Pekoe Fanning), PF II ( Pekoe Fanning II), Dust, Dust II, dan Dust III. 4. Teh campuran orthodox (Mixed Orthodox), yaitu campuran dari dua atau lebih jenis mutu teh daun, teh bubuk, dan atau teh halus. Pengemasan Pengemasan atau pengepakan adalah upaya memberikan wadah bagi produk teh hitam agar memudahkan pengiriman produk tersebut ke konsumen atau pasar dan pengiriman produk ke luar negeri sebagai komoditi ekspor. Tujuan pengemasan adalah untuk melindungi teh hitam dari kerusakan, memudahkan transportasi dari lokasi produsen ke konsumen, efisiensi dalam penyimpanan di gudang, serta sebagai alat promosi (Setyamidjaja, 2000). Manfaat Teh Bagi Kesehatan Teh hitam ini mempunyai rasa dan aroma berbeda tergantung pada ketinggian tempat tumbuh dan jenis teh serta proses pembuatannya. Teh hitam

37 23 menghasilkan larutan yang berwarna merah tembaga. Manfaat teh bagi kesehatan antara lain: - Meningkatkan metabolisme - Mengurangi nafsu makan - Mengurangi resiko serangan jantung - Menstimulir pembentukan sel darah putih - Membantu melawan keracunan makanan - Digunakan sebagai obat luar - Digunakan sebagai bahan kosmetik Salah satu zat antioksidan non nutrient yang terkandung dalam teh, yaitu catechin (katekin) dapat menyimpan atau meningkatkan asam askorbat pada beberapa proses metabolisme. Beberapa penelitian lain menggunakan teh menunjukkan bahwa senyawa polifenol antioksidan (seperti catechin dan flavanol) yang tekandung dalam teh memepunyai sifat antikarsinogenik pada hewan dan manusia, termasuk pada wanita menopause (Tuminah, 2008). Kualitas dan Strategi Semua organisasi bisnis mempunyai strategi-strategi yang ditempuh untuk masa depan. Semua strategi tersebut diharapkan membawa kemajuan yang berarti pada organisasi atau perusahaan. Dalam produksi biasanya orang akan menempuh dengan efisiensi biaya. Sementara dalam pemasaran, orang akan menempuh dengan menyerang pasar. Kemajuan yang berarti itu tergambar dari keberhasilan pasar dan pengurangan biaya (Ma arif dan Tanjung, 2003).

38 24 Peningkatan kualitas adalah aktivitas teknik manajemen, melalui pengukuran karakteristik kualitas dari produk yang diinginkan pelanggan, serta mengambil tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan perbedaan antara kinerja aktual dengan standar (Gaspersz, 1992). Metode Pendekatan Sistem Kita perlu mengetahui dan memupuk kemampuan untuk bekerja dengan sistem-sistem dengan cara yang intelijen. Oleh karena itu, cara pendekatan sistem perlu kita gunakan untuk menemukan sifat-sifat penting daripada sistem yang bersangkutan, yang kemudian memberikan keterangan kepada kita mengenai perubahan-perubahan apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki sistem tersebut (Winardi, 1989). Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Dalam pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah, dan membuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan rasional. Pengkajian dalam pendekatan sistem umumnya memenuhi tiga karakteristik, yaitu: (1) kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit, (2) dinamis, dalam arti faktor yang terlibat ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan, dan (3) probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalam kesimpulan maupun pemberian rekomendasi (Eriyatno, 1999).

39 25 Melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat melihat permasalahan dengan prespektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang tunggal yang langsung dihadapi. Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam permasalahan tersebut dan menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai tindakan pemecahannya (Tunas, 2007). Sistem Produksi Untuk melaksanakan produksi dengan baik, maka diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu sistem produksi. Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem-sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Teknologi Ekonomi INPUT Material Input terkontrol Dana Mesin Informasi Dana masuk Proses Transformasi Proses Manajemen Politik Sosial Budaya OUTPUT Produk Limbah Informasi Dana Keluar Gambar 4. Input-output sistem produksi (Nasution, 2003).

40 26 Input produksi dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi. Sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya seperti limbah, informasi dan sebagainya. Sub sistem dari sistem produksi antara lain adalah perencanaan dan pengendalian produksi, pengendalian kualitas, penentuan standar operasional prosedur, fasilitas produksi, dan perawatan fasilitas produksi (Nasution, 2003). Analisis Kebutuhan Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Dalam melakukan analisis kebutuhan ini, dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada, baru kemudian dilakukan tahap pengembangan kebutuhan yang telah di deskripsikan. Analisa kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seseorang pengambil keputusan (decision maker) terhadap jalannya sistem. Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya (Eriyatno, 2003). Identifikasi Sistem Identifikasi sistem merupakan suatu mata rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pada langkah identifikasi sistem, terdapat konsep blackbox (kotak gelap), yang tidak diketahui apa yang terjadi di dalamnya, tetapi hanya diketahui input yang masuk dan output yang keluar dari kotak gelap tersebut. Dalam menyusun kotak gelap, harus diketahui 3 informasi, yaitu peubah input, peubah output, dan parameter yang membatasi sistem (Eriyatno, 2003).

41 27 Input Lingkungan Input tidak terkontrol SISTEM Output yang dikehendaki Input terkontrol Output yang tidak dikehendaki Manajemen Pengendali Gambar 5. Diagram kotak gelap (Eriyatno, 2003) Masalah kotak hitam berkaitan dengan suatu masalah dimana struktur dari sistem itu tidak diketahui sehingga perilaku dari sistem itu tidak dapat ditentukan secara langsung, tetapi harus dilakukan melalui seragkaian percobaanpercobaan (Gasperz, 1992). Identifikasi sistem akhirnya menghasilkan spesifikasi terperinci tentang peubah yang menyangkut rancangan dan proses kontrol. Identifikasi sistem ditentukan dan ditandai dengan adanya determinasi kriteria jalannya sistem yang akan membantu dalam evaluasi alternatif sistem. Kriteria tersebut meliput i pula penentuan output yang diharapkan dari sistem, dan mungkin juga perhitungan rasio biaya dan manfaat. Diagram kotak hitam (blackbox diagram) terdiri dari input lingkungan, input terkendali dan tidak terkendali, output terkendali dan tidak terkendali, parameter, dan manajemen pengendalian (Eriyatno, 2003).

42 28 Tabel 1. Uraian komponen sistem NO KOMPONEN SISTEM URAIAN A INPUT SISTEM A.1 Input lingkungan (Eksogenous) A.2 Input yang endogen (yang terkendali dan tidak terkendali) 1. Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak dipengaruhi sistem 2. Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah. 1. Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk melaksanakan fungsinya yang dikehendaki 2. Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem dalam pengoperasiannya. A.2.1 Input yang terkendali 1. Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk menghasilkan output yang dikehendaki 2. Perannya sangat penting untuk mengubah kinerja sistem selama pengoperasian 3. Dapat meliputi aspek : manusia, bahan, energi, modal dan informasi. A.2.2 Input yang tak terkendali 1. Tidak cukup penting perannya dalam mengubah kinerja sistem 2. Tidak diperlukan agar sistem dapat berfungsi 3. Bukan merupakan Input lingkungan (eksogenous) karena disiapkan oleh perancang. B OUTPUT SISTEM B.1 Output yang dikehendaki 1. Merupakan respon sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan (dalam analisis kebutuhan) 2. Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasi. B.2. Output yang tak terkendali 1. Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindarkan dari sistem yang berfungsi dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki 2. Selalu diidentifikasikan dalam tahap identifikasi sistem, terutama semua pengaruh negatif yang potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang diuji 3. Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang dikehendaki. C PARAMETER RANCANGAN SISTEM 1. Digunakan untuk menetapkan struktur sistem 2. Merupakan peubah keputusan penting bagi kemampuan sistem menghasilkan keluaran yang dikehendaki secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan 3. Dalam beberapa kasus kadang-kadang perlu merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah 4. Tiap sistem memiliki parameter rancangan khas tersendiri untuk identifikasi. D MANAJEMEN PENGENDALI Merupakan faktor pengendalian (kontrol) terhadap pengoperasian sistem dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan devisa Negara. Telah banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan

Lebih terperinci

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172 Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih Vileora Putri Christna 14.I1.0172 PROFIL PERUSAHAAN PTPN IX pada awalnya merupakan penggabungan 2 unit kebun Semugih dan Pesantren.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI PUPUK KOMPOS DI CV. MISSION TANI KABUPATEN DELI SERDANG

IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI PUPUK KOMPOS DI CV. MISSION TANI KABUPATEN DELI SERDANG IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI PUPUK KOMPOS DI CV. MISSION TANI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI OLEH : TIKA HAFZARA SIREGAR 070308024 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu sektor pertanian yang sangat berperan dalam

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MONICA NATALIA (6103004094)

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI DAN MUTU PUPUK KOMPOS DI CV. REKSA SUBUR SEMBADA KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI DAN MUTU PUPUK KOMPOS DI CV. REKSA SUBUR SEMBADA KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI DAN MUTU PUPUK KOMPOS DI CV. REKSA SUBUR SEMBADA KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH : PUTRI MELINDA SIBARANI 070308030 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang menghasilkan daun sebagai hasil produksinya. Tanaman ini dapat tumbuh subur dan berkembang baik di daerah dengan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan judul

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA MUTU TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG

ANALISIS KINERJA MUTU TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG ANALISIS KINERJA MUTU TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG SKRIPSI Oleh: FEBRI PUTRA SITEPU 070308003 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teh merupakan salah satu dari komoditas perkebunan sebagai penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Pucuk teh sangat menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang banyak dikonsumsi atau diminati setelah air mineral, teh sebagai minuman dapat meningkatkan kesehatan manusia karena mengandung

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT XYZ adalah salah satu perusahaan Perkebunan Besar Negara (PBN) yang memproduksi teh hitam ortodoks di Indonesia. PT. XYZ melakukan proses produksi dari daun teh basah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH Tanaman teh (Thea sinensis L) merupakan salah satu tanaman keras dikelola secara perkebunan yang termasuk family Theaceae, ordo Guttaferales dan kelas Thalaniflora (Benson,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM Penanganan dan Pengelolaan Saat Panen Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka penanganan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Karakteristik Mesin Open Top Roller Pada Produksi Teh Hijau Di PT. Mitra Kerinci Kebun Liki Kabupaten Solok Selatan

KATA PENGANTAR Karakteristik Mesin Open Top Roller Pada Produksi Teh Hijau Di PT. Mitra Kerinci Kebun Liki Kabupaten Solok Selatan KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan judul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian terus diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN Kebun Cisaruni merupakan salah satu unit kebun dari 45 unit yang ada di bawah naungan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jl. Sindangsirna

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH Tanaman teh (Thea sinensis L.) merupakan salah satu tanaman keras dikelola secara perkebunan yang termasuk family Theaceae, ordo Guttaferales dan kelas Thalaniflora

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, di Indonesia juga dapat diharapkan menjadi salah satu pemain penting. Dalam perekonomian

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. PTPN VIII mengelola 24 perkebunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan berasal dari pegunungan Himalaya dan daerah daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. E. GUMBIRA-SA ID MARIMIN

RINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. E. GUMBIRA-SA ID MARIMIN RINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. 2005. Strategi Manajemen Pengetahuan di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kebun Gunung Mas, Bogor. Dibawah Bimbingan E. GUMBIRA-SA ID dan MARIMIN. Kondisi industri teh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh sebagai minuman telah dikenal dan menjadi bagian dari kebudayaan dunia sejak berabad-abad yang lampau. Teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

Makalah Tugas Teh, Kopi dan Cocoa Pengolahan Teh Hitam (Ortodox dan CTC)

Makalah Tugas Teh, Kopi dan Cocoa Pengolahan Teh Hitam (Ortodox dan CTC) Makalah Tugas Teh, Kopi dan Cocoa Pengolahan Teh Hitam (Ortodox dan CTC) OLEH : Noor Sukmo Ayu Lestari (201110220311016) Ririn Kurnia Sari (201110220311018) Irfan Faqih Awaludin (201110220311027) Ahcmad

Lebih terperinci

1. Teh Hijau (Green Tea)

1. Teh Hijau (Green Tea) Siapa yang tidak kenal dengan teh? minuman teh merupakan minuman penyegar yang paling populer dan paling banyak dikonsumsi di dunia, setelah air putih. Teh diproduksi dari pucuk daun muda tanaman teh (Camelia

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE Agung Mahardhika, SP ( PBT Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Tanaman teh (Camelia sinensis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Teh Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar Wilayah Blitar merupakan wilayah yang strategis dikarenakan wilayah Blitar berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Botani Tanaman Sawi Sendok. Tanaman sawi sendok termasuk family Brassicaceae, berasal dari daerah pantai Mediteranea yang telah dikembangkan di berbagai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara perkebunan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan teh saat ini mengalami pengingkatan di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berkembang dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari ranah perkebunan.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Jagung Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays untuk spesies jagung (Anonim, 2007). Jagung merupakan tanaman semusim

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional 83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Di Indonesia, dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing. Diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pengeringan telah di kenal manusia sejak lama. Penjemuran pakaian dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses pengeringan berbagai

Lebih terperinci