BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II.1. Aspek Geografi dan Demografi Penjelasan pada aspek geografi provinsi dan kabupaten/kota perlu dilakukan dalam rangka memperoleh gambaran mengenai karakteristik geografi, topografi, potensi pengembangan wilayah, dan wilayah rawan bencana. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup jumlah dan perubahan penduduk, komposisi dan populasi secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu tertentu, pada provinsi dan kabupaten/kota. Gambaran geografi daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagai berikut: II.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi : Sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara (74% atau km²) merupakan perairan (laut). Sedangkan wilayah daratan, mencakup jazirah tenggara Pulau Sulawesi dan beberapa pulau kecil, adalah seluas km² (25,75%). Provinsi Sulawesi Tenggara dibatasi oleh: - Sebelah Utara : Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah - Sebelah Selatan : Provinsi Nusa Tenggara Timur - Sebelah Barat : Teluk Bone (Sulawesi Selatan) - Sebelah Timur : Provinsi Maluku Secara administrasi, Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2008 terdiri atas 10 (sepuluh) Kabupaten dan 2 (dua) Kota yakni wilayah Kabupaten Konawe 6.568,15 Km 2 (16,93%), Kabupaten Kolaka 6.918,38 Km 2 (17,83%), Kabupaten Muna 2.041,24 Km 2 (5,26%), Kabupaten Buton 2.648,08 Km 2 (6,82%), Kota Kendari 391,57 Km 2 (1,01%), Kota Bau Bau 221,00 Km 2 (0,57%), Kabupaten Konawe Selatan 5.779,47 Km 2 (14,89%), Kabupaten Kolaka Utara 3,391,62 Km 2 (8,74%), Kabupaten Bombana 2.961,08 Km 2 (7,63%), Kabupaten Wakatobi 822,13 Km 2 (2,12%), RPJPD Prov. Sultra II- 1

2 Kabupaten Konawe Utara 5.101,76 Km 2 (13,15%) dan Kabupaten Buton Utara 1.959,03 Km 2 (5,05%). b. Letak dan Kondisi Geografis : Letak geografis Provinsi Sulawesi Tenggara menurut letak geografisnya adalah : 1. Provinsi Sulawesi Tenggara terletak pada 02 o 45 l - 06 o 15 l Lintang Selatan dan 120 o 45 l o 45 l Bujur Timur. 2. Kabupaten Buton terletak pada 04 o 45 l - 05 o 45 l Lintang Selatan dan 121 o 30 l o 15 l Bujur Timur. 3. Kabupaten Muna terletak pada 04 o 15 l - 05 o 15 l Lintang Selatan dan 122 o 30 l o 15 l Bujur Timur. 4. Kabupaten Konawe terletak pada 02 o 45 l - 04 o 30 l Lintang Selatan dan 121 o 15 l o 15 l Bujur Timur. 5. Kabupaten Kolaka terletak pada 02 o 45 l - 15 o 00 l Lintang Selatan dan 121 o 00 l o 15 l Bujur Timur. 6. Kabupaten Konawe Selatan terletak pada 03 o 45 l - 04 o 45 l Lintang Selatan dan 121 o 45 l o 00 l Bujur Timur. 7. Kabupaten Bombana terletak pada 04 o 15 l - 05 o 45 l Lintang Selatan dan 121 o 15 l o 15 l Bujur Timur. 8. Kabupaten Wakatobi terletak pada 05 o 10 l - 06 o 15 l Lintang Selatan dan 123 o 30 l o 30 l Bujur Timur. 9. Kabupaten Kolaka Utara terletak pada 02 o 45 l - 04 o 00 l Lintang Selatan dan 120 o 45 l o 30 l Bujur Timur. 10. Kabupaten Buton Utara terletak pada 04 o 15 l - 05 o 15 l Lintang Selatan dan 122 o 45 l o 30 l Bujur Timur. 11. Kabupaten Konawe Utara terletak pada 03 o 00 l - 04 o 00 l Lintang Selatan dan 121 o 45 l o 45 l Bujur Timur. 12. Kota Kendari terletak pada 03 o 45 l - 04 o 15 l Lintang Selatan dan 122 o 15 l o 45 l Bujur Timur. 13. Kota Bau-Bau terletak pada 05 o 00 l - 05 o 45 l Lintang Selatan dan 122 o 30 l o 00 l Bujur Timur. RPJPD Prov. Sultra II- 2

3 Provinsi Sulawesi Tenggara secara garis besar terdiri dari daratan dan kepulauan. Adapun sebagian kecil pulau-pulau tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel.1.Pulau-Pulau Yang Terdapat Di Provinsi Sulawesi Tenggara No Kabupaten / Kota Pulau-Pulau 1 Kabupaten Buton - Pulau Buton - Pulau Siompu - Pulau Talaga Besar - Pulau Talaga Kecil - Pulau Sagori (Bombana) - Pulau Domalawa 2 Kota Bau Bau - Pulau Makassar 3 Kabupaten Muna - Pulau Muna - Pulau Tobea Besar - Pulau Tobea Kecil - Pulau Wataitonga - Pulau Koholifano 4 Kabupaten Konawe - Pulau Wawonii - Pulau Labengki (Konut) - Pulau Karama - Pulau Bawulu (Konut) - Pulau Bokori 5 Kabupaten Kolaka - Pulau Padamarang - Pulau Lambasina Besar - Pulau Lambasina Kecil 6 Kabupaten Konawe Utara - Pulau Karama - Pulau Labengki - Pulau Bawulu 7 Kabupaten Bombana - Pulau Masaloka - Pulau Kabaena - Pulau Sagori 8 Kabupaten Wakatobi - Pulau Wangi-wangi - Pulau Kawi-Kawi - Pulau Kompona One - Pulau Simpora - Pulau Lentea Kiwolu - Pulau Kaledupa - Pulau Hoga - Pulau Lentea Langge 9 Kabupaten Buton Utara - Pulau Tanah Merah - Pulau Langgere II.1.2. Topografi - Pulau Liwutongkidi - Pulau Batu Atas - Pulau Kawikawia - Pulau Tambake - Pulau Kadatua - Pulau Bakealu - Kepulauan Tiworo (Pulau- Pulau: Maginti, Balu, Katela, Mandike, Bero, Rangku, Maloang, Gola, Kayuangin dan Tobuan). - Pulau Saponda Darat - Pulau Saponda Laut - Pulau Hari - Pulau Campeda - Pulau Maniang - Pulau Buaya - Pulau Lemo - Pulau Binongko - Pulau Tomia - Pulau Runduma - Pulau Moromaho - Pulau Kapota - Pulau Lentea Tomia - Pulau Darawa Kondisi topografi tanah daerah Sulawesi Tenggara umumnya memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang berbukit-bukit. Diantara gunung dan bukit-bukit, terbentang dataran-dataran yang merupakan daerah-daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian. Permukaan tanah pegunungan yang relatif RPJPD Prov. Sultra II- 3

4 rendah digunakan untuk usaha mencapai luas ha. Tanah ini sebagian besar berada pada ketinggian meter diatas permukaan laut dan kemiringan tanahnya mencapai 40 derajat. Kondisi topografi Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari dataran sampai berombak (low land) seluas Ha, tanah berbukit (hilly land) seluas Ha dan pegunungan relatif rendah (up mountain range) seluas Ha. II.1.3. Geologi Ditinjau dari sudut geologis, batuan di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas batuan sedimen, batuan metamorfosis dan batuan beku. Dari ketiga jenis batuan tersebut, batuan sedimen merupakan batuan yang terluas yaitu sekitar hektar atau sebesar 75,47 persen. Sementara itu, jenis tanah di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari tanah podzolik seluas Ha (62,79 persen), tanah mediteran seluas Ha (22,00 persen), tanah latosol seluas Ha (8,66 persen), tanah organosol seluas Ha (2,93 persen), tanah aluvial seluas Ha (3,09 persen) dan tanah grumosol seluas Ha (0,53 persen). II.1.4. Hidrologi Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai yang melintasi hampir seluruh kabupaten/kota. Sungai-sungai tersebut pada umumnya potensial untuk dijadikan sebagai sumber energi, untuk kebutuhan industri, rumah tangga dan irigasi. Daerah aliran sungai, seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) Konaweha, melintasi Kabupaten Kolaka, dan Konawe. DAS tersebut seluas 7.150,68 km² dengan debit air rata-rata 200 m³/detik. Bendungan Wawotobi yang menampung aliran sungai tersebut, mampu mengairi persawahan di daerah Konawe seluas ha. Selain itu, masih dapat dijumpai banyak aliran sungai di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan debit air yang besar sehingga berpotensi untuk pembangunan dan pengembangan irigasi seperti Sungai Lasolo di Kabupaten Konawe, Sungai Roraya di Kabupaten Bombana (Kecamatan Rumbia, dan Poleang), Sungai Wandasa dan Sungai Kabangka Balano di Kabupaten Muna, Sungai Laeya di Kabupaten Kolaka, dan Sungai Sampolawa di Kabupaten Buton. RPJPD Prov. Sultra II- 4

5 II.1.5. Klimatologi a. Curah Hujan Curah hujan di wilayah ini umumnya tidak merata, hal ini menimbulkan adanya wilayah daerah basah dan wilayah daerah semi kering. Wilayah daerah basah mempunyai curah hujan lebih dari mm per tahun, daerah ini meliputi wilayah sebelah utara garis Kendari Kolaka dan bagian utara Pulau Buton dan Pulau Wawonii. Sedangkan wilayah daerah semi kering mempunyai curah hujan kurang dari mm per tahun, daerah ini meliputi wilayah sebelah selatan garis Kendari Kolaka dan wilayah kepulauan di sebelah selatan dan tenggara Jazirah Sulawesi Tenggara. b. Suhu Tinggi rendahnya suhu udara dipengaruhi oleh letak geografis wilayah dan ketinggian dari permukaan laut. Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak di daerah khatulistiwa dengan ketinggian pada umumnya di bawah meter, sehingga beriklim tropis. Pada tahun 2009, suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 30ºC - 35ºC, dan suhu minimum rata-rata berkisar antara 22ºC - 25ºC. II.1.6. Penggunaan Lahan Rencana struktur ruang wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi : pusat-pusat kegiatan, sistem jaringan prasarana utama, sistem jaringan prasarana lainnya. Pemanfaatan lahan wilayah provinsi berpedoman pada rencana struktur ruang, pola ruang dan kawasan strategis. Pemanfaatan ruang wilayah provinsi dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan lahan beserta sumber pendanaannya. Penggunaan fungsi wilayah sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi dan kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah vertikal, memperhatikan koefisien dasar bangunan maksimum, koefisien lantai minimum, ketinggian bangunan maksimum dan koefisien dasar hijau minimum. Pengembangan fungsi wilayah harus didukung prasarana dan sarana transportasi yang berstandar internasional maupun nasional yang mampu melayani kegiatan RPJPD Prov. Sultra II- 5

6 ekspor impor dan untuk menunjang pergerakan ke kawasan internasional serta kawasan lain di sekitarnya. Di samping penggunaan lahan dan pengembangan wilayah, yang juga terus dilakukan adalah peningkatan fungsi kawasan industri dan jasa yang melayani skala regional dan nasional. Pengembangan serta peningkatan fungsi kawasan investasi internasional dan pengembangan jaringan telekomunikasi berbasis teknologi tinggi, prasarana sumberdaya air, transmisi tenaga listrik dan pembangkit tenaga listrik untuk mendukung fungsi pelayanan kawasan yang berskala nasional dan antarprovinsi. Adapun kawasan tersebut meliputi : a. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya yang ditetapkan dalam RTRW Nasional yang terkait dengan wilayah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi meliputi : 1. Kawasan Andalan Asesolo meliputi kecamatan Asera dan Lasolo di Kabupaten Konawe Utara dengan sektor unggulan agroindustri, pertambangan, perikanan, perkebunan, pertanian, industri dan pariwisata; 2. Kawasan Andalan Kapolimu Patikala meliputi kecamatan Kapontori dan Lasalimu di Kabupaten Buton kecamatan Parigi, Tiworo Kepulauan, Kabawo dan Lawa di Kabupaten Muna, dengan sektor unggulan agroindustri, pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan dan pariwisata; 3. Kawasan Andalan Mowedong meliputi kecamatan Mowewe dan Ladongi di Kabupaten Kolaka dengan sektor unggulan agroindustri, pertambangan, perikanan, perkebunan dan pertanian; 4. Kawasan Andalan Laut Asera - Lasolo di Kabupaten Konawe Utara dengan sektor unggulan perikanan dan pariwisata; RPJPD Prov. Sultra II- 6

7 5. Kawasan Andalan Laut Kapontori - Lasalimu dan sekitarnya di Kabupaten Buton dengan sektor unggulan perikanan, pertambangan dan pariwisata; dan 6. Kawasan Andalan Laut Tiworo dan sekitarnya di Kabupaten Muna dengan sektor unggulan perikanan, pertambangan dan pariwisata. b. Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf a terdiri atas: 1. Kawasan hutan lindung seluas Ha yang tersebar di seluruh kabupaten/kota; 2. Kawasan gambut terdapat pada Rawa Tinondo di Mowewe Kabupaten Kolaka dan Rawa Aopa Watumohai di Kabupaten Bombana, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan; dan 3. Kawasan resapan air yaitu di kawasan hutan konservasi seluas Ha yang tersebar di seluruh kabupaten/kota kecuali Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Konawe Utara dan Kabupaten Wakatobi. II.1.7. Potensi Pengembangan Wilayah Selain wilayah daratan, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki wilayah perairan yang sangat potensial. Perairan Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari sungai dan laut. Beberapa sungai besar yaitu Sungai Konaweha, Sungai Lasolo, Sungai Roraya, dan Sungai Sampolawa. Sementara itu, di Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat kawasan pesisir dan laut yang diperkirakan mencapai Km 2. Kawasan pesisir dan laut tersebut, pada saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal, baik untuk RPJPD Prov. Sultra II- 7

8 pengembangan usaha perikanan, prasarana transportasi, maupun dalam hal pengembangan wisata bahari. Dalam pengelolaan potensi sumberdaya tanah dan air tersebut, belum memperhatikan aspek kelestarian lingkungan secara optimal, yang ditandai dengan masih terjadinya kerusakan lingkungan, khususnya kerusakan kawasan hutan, tanah, daerah aliran sungai serta kawasan pesisir dan laut. Kebijakan yang ditempuh untuk mewujudkan pengembangan wilayah di Provinsi Sulawesi Tenggara berlandaskan pada penataan dan pengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui berbagai pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di sektor unggulan pertanian, pertambangan serta kelautan dan perikanan. Untuk itu perlu diupayakan peningkatan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui pengembangan struktur ruang secara terpadu. Terkait pengembangan pola ruang secara proporsional untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, seimbang dan berkesinambungan, maka perlu dilakukan penetapan kawasan strategis dalam rangka pengembangan sektor unggulan dan pengembangan sosial ekonomi secara terintegrasi dengan wilayah sekitar dan pengembangan sumberdaya manusia yang mampu mengelola sektor unggulan secara profesional dan berkelanjutan. Pengembangan wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara diarahkan melalui rencana pemanfaatan ruang yang dijabarkan melalui struktur dan pola ruang serta pengembangan kawasan strategis. Berdasarkan struktur ruang Provinsi Sulawesi Tenggara terbagi dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional atau beberapa provinsi. Meliputi PKN di Kota Kendari sebagai Ibukota Provinsi dan PKNp di Kota Baubau, serta beberapa Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota, yang meliputi PKW di Unaaha, Lasolo, Raha dan Kolaka. Selanjutnya terdapat RPJPD Prov. Sultra II- 8

9 PKW Provinsi (PKWp) di Pasar Wajo, Wangi-Wangi dan Latao dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu di Lasusua, Andoolo, Torobulu, Kasipute, Buranga, Kulisusu, Lakudo, Asera dan Wanggudu. Berdasarkan pola pemanfaatan ruang terdapat beberapa kawasan strategis, terbagi atas Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan Kawasan Strategis Provinsi (KSP), KSN di wilayah provinsi meliputi : a. KSN dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, yaitu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET Bank Sejahtera) pada koridor Kendari Kolaka meliputi beberapa kecamatan di Kota Kendari, Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Utara dan Kabupaten Kolaka; dan b. KSN dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, yaitu Taman Nasional Rawa Aopa-Watumohai dan Rawa Tinondo yang tersebar di Kabupaten Bombana, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan. Sedangkan KSP dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu Kawasan Ekonomi Khusus Pertambangan Nasional yang memiliki Pusat Kawasan Industri Pertambangan (PKIP) terdiri atas : a. PKIP Asera-Wiwirano-Langgikima (AWILA) dengan pusat kawasan Konawe Utara yang meliputi Kabupaten Konawe Utara dan Kabupaten Konawe bagian selatan; b. PKIP Kapontori-Lasalimu (KAPOLIMU) dengan pusat kawasan Lasalimu Kabupaten Buton yang meliputi Pulau Buton dan Pulau Muna; c. PKIP Kabaena-Torobulu-Wawonii (KARONI) dengan pusat kawasan Torobulu Kabupaten Konawe Selatan yang meliputi Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Bombana dan Pulau Wawonii; d. PKIP Pomalaa dengan pusat kawasan Kolaka yang meliputi Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kolaka Utara bagian selatan; dan e. PKIP Laiwoi dengan pusat kawasan Kolaka Utara yang meliputi Kabupaten Kolaka Utara dan Kabupaten Konawe bagian utara. RPJPD Prov. Sultra II- 9

10 II.1.8. Wilayah Rawan Bencana Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Selanjutnya peristiwa bencana alam menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara. Tabel.2.Peristiwa Bencana Alam Menurut Kabupaten/Kota dan Jenisnya 2010 Jenis Bencana Alam Kabupaten/Kota Angin Banjir Kebakaran Topan Lain-lain (1) (2) (3) (4) (5) 1. Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kota Kendari Kota Bau-bau Berdasarkan Tabel 2 dapat kita lihat jenis peristiwa bencana alam yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara, yang mana dari kategori bencana alam, banjir merupakan peristiwa yang paling sering terjadi di beberapa daerah terutama Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe Selatan. Selain bencana banjir juga terdapat peristiwa bencana alam lainnya yaitu angin topan yang terjadi di Kabupaten Buton, Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Muna. Pada Tabel 3 dapat dilihat jumlah peristiwa bencana alam yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara pada setiap tahun seperti banjir, kebakaran, angin topan dan peristiwa bencana alam lainnya. RPJPD Prov. Sultra II- 10

11 Tabel.3.Peristiwa Bencana Alam Provinsi Sulawesi Tenggara Jenis Bencana Alam No. Angin Banjir Kebakaran Topan Lain-lain II.1.9. Demografi 2004 jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara berjumlah sekitar jiwa, tiga tahun kemudian yakni pada tahun 2007 meningkat menjadi jiwa. Berdasarkan data terakhir melalui BPS tahun 2010, Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara berjumlah jiwa. Laju pertumbuhan Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara dalam periode tahun mencapai 2,25 %. Perkembangan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara yang cenderung meningkat telah memicu migrasi masuk terutama pedagang maupun pengusaha atau bahkan penganggur dari daerah lain yang datang dengan maksud mencari pekerjaan. Perkembangan infrastruktur pemerintahan dan perekonomian yang semakin signifikan menjadi faktor penyebab terjadinya migrasi. Bahkan terdapat kesan bahwa daerah ini telah menjadi tujuan pencari kerja. Disamping itu, mobilitas penduduk juga semakin tinggi akibat semakin berkembangnya infrastruktur dan transportasi. Ke depan, perlu diupayakan untuk membatasi peningkatan jumlah penduduk melalui berbagai kebijakan yang tepat dan terarah. Jumlah dan pertumbuhanan penduduk serta menurut jenis kelamin dan rasio jenis kelamin Provinsi Sulawesi Tenggara dapat terlihat pada tabel 4 dan tabel 5. RPJPD Prov. Sultra II- 11

12 Tabel.4.Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Jumlah Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk Kepala Per Rumah (%) (Jiwa) Keluarga Tangga , , , , , , Berdasarkan Tabel 4 jumlah penduduk tahun 2004 sebesar jiwa meningkat pada tahun 2010 menjadi jiwa, dengan tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebesar 0,53 %. Tabel.5.Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Tenggara Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin menggambarkan banyaknya penduduk berjenis kelamin laki-laki dari setiap 100 penduduk berjenis kelamin perempuan. Untuk Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2010 penduduk laki-laki lebih banyak dibanding jumlah penduduk perempuan. RPJPD Prov. Sultra II- 12

13 II.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni, budaya. Berikut adalah fokus gambaran umum kondisi daerah pada aspek kesejahteraan masyarakat dalam menyusun rancangan awal RPJPD Provinsi Sulawesi Tenggara yang terlebih dahulu disusun tabel capaian indikator setiap variabel yang akan dijabarkan menurut kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Indikator variabel aspek kesejahteraan masyarakat dimaksud, terdiri dari. II.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi diuraikan dalam indikator pertumbuhan PDRB, inflasi, PDRB per kapita, indeks gini, ketimpangan kemakmuran dan pemerataan pendapatan. Berikut ini disajikan beberapa indikator kinerja pada fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi. RPJPD Prov. Sultra II- 13

14 a. Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB dapat disajikan dalam tabel, sebagai berikut : Tabel.6.Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Sulawesi Tenggara No. Sektor (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1. Pertanian 2.79 T 37, T 37, T 36, T 35, T 34, T 33,11 2. Pertambangan 422 Jt 5, Jt 5, Jt 5, Jt 5, Jt 5, Jt 5,12 & Penggalian 3. Industri 562 Jt 7, Jt 7, Jt 8, Jt 8, Jt 8, Jt 8,02 Pengolahan 4. Listrik, Gas & 47,8 Jt 0,64 56,3 Jt 0,7 60,6 Jt 0,7 64,5 Jt 0,69 69,6 Jt 0,69 80,4 Jt 0,74 Air Bersih 5. Konstruksi 576 Jt 7, Jt 7, Jt 7, Jt 7, Jt 8, Jt 8,54 6. Perdagangan, 1.14 T 15, T 15, T 15, T 15, T 15, T 16,79 Hotel & Resto 7. Pengangkutan 549 Jt 7, Jt 7, Jt 7, Jt 7, Jt 7, Jt 8,76 & Komunikasi 8. Keuangan, 363 Jt 4,9 395 Jt 4, Jt 5, Jt 5, Jt 5, Jt 5,74 Sewa & Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa 1.02 T 13, T 13, T 13, T 13, T 13, T 13,18 PDRB 7.48 T T T T T T 100 RPJPD Prov. Sultra II- 14

15 Tabel.7.Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Sulawesi Tenggara Sektor No. (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1. Pertanian 4.22 T 41, T 42, T 40, T 38, T 36, T 35,02 2. Pertambangan 514 Jt Jt 4, Jt 4, Jt 4, T 4, T 4,28 & Penggalian 3. Industri 637 Jt 6,2 751 Jt 5, T 6, T 7, T 7, T 6,43 Pengolahan 4. Listrik, Gas & 115 Jt 1, Jt 1, Jt 1, Jt 0, Jt 0, Jt 0,93 Air Bersih 5. Konstruksi 719 Jt Jt 6, T 6, T 6, T 7, T 7,72 6. Perdagangan, 1.53 T T 14, T 14, T 15, T 16, T 17,45 Hotel & Restoran 7. Pengangkutan 674 Jt 6, Jt 7, T 7, T 8, T 8, T 9,26 & Komunikasi 8. Keuangan, 474 Jt 4, Jt 4, Jt 5,3 905 Jt 5, T 5, T 5,30 Sewa & Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa 1.38 T 13, T 13, T 13, T 12, T 12, T 13,61 PDRB 10.27T T T T T T 100 RPJPD Prov. Sultra II- 15

16 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat melalui indikator pertumbuhan PDRB harga konstan pada tahun 2004 mencapai 6,95% pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan mencapai 6,85%. Selanjutnya pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi meningkat mencapai 7,06% dan berlanjut mencapai 7,39% pada tahun Namun dengan adanya krisis global dan kenaikan harga minyak, pertumbuhan ekonomi menurun pada tahun 2008 yang mencapai 6,79%. Skenario pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara disusun dengan mempertimbangkan kondisi eksternal dan internal Provinsi Sulawesi Tenggara dan akan dibagi menjadi tiga skenario yaitu skenario optimis, skenario moderat dan skenario pesimis. Skenario optimis akan digunakan apabila isu-isu tersebut diatas berdampak positif bagi pertumbuhan perekonomian regional Provinsi Sulawesi Tenggara secara keseluruhan. Skenario moderat akan digunakan jika sebagian isu-isu tersebut berdampak negative atau indeferen (acuh tak acuh) terhadap pertumbuhan perekonomian regional Provinsi Sulawesi Tenggara. Skenario pesimis akan diberlakukan jika isu-isu tersebut diatas berdampak negative bagi pertumbuhan perekonomian regional Provinsi Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun diharapkan terus meningkat dari tahun ke tahun dengan leading sector pada sektor pertanian namun dengan tidak mengabaikan perkembangan disektorsektor lain seperti sektor pertambangan dan penggalian serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pertumbuhan perekonomian pada tahun 2009 baik pada scenario optimis, moderat dan pesimis di proyeksikan akan menghalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh tingginya harga minyak dunia dan kenaikan harga BBM di dalam negeri serta tingginya laju inflasi pada tahun Namun tren penurunan minyak dunia pada kuartal Ke IV 2008 dan hilangnya dampak inflasi pada first dan second round sejak diberlakukannya kenaikan harga minyak diharapkan menjadi entry point untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2009 dengan catatan kondisi politik dan keamanan cenderung stabil RPJPD Prov. Sultra II- 16

17 pada tahun tersebut. Setelah tahun 2009, perbaikan kondisi ekonomi negaranegara mitra utama ekspor komoditas Provinsi Sulawesi Tenggara dan iklim investasi yang semakin kondusif dan produksi hasil pertambangan yang meningkat dapat dijadikan salah satu supporting variable yang mendukung tercapainya kesejahteraan masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun b. Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Perkembangan inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara diwakili oleh inflasi di Kota Kendari tahun dapat terlihat pada tabel 8. Tabel.8.Inflasi Rata-Rata , Kota Kendari Inflasi/ Bulan Januari 1,11 3,40 0,47 1,97 1,46 1,98 0,57 February -0,26-8,82 0,21-0,22 0,25 2,18-0,21 Maret 0,51 2,79 1,24 0,31 0,79 2,99-0,20 April 0,81 0,91 1,27 0,28-0,34 3,95 0,11 Mei 1,23 0,90 0,67 1,21 1,81 3,54 0,56 Juni 0,50 0,64 1,15 0,69 6,49 2,64 0,50 Juli 0,53-0,73 0,57 2,56 1,77 3,19 2,69 Agustus 0,02-0,44 0,41-1,57-0,06 3,62 4,73 September -2,07 1,14 1,30-0,80 1,57 4,90 4,29 Oktober 1,46 11,90-0,66 0,95 0,91 5,29 3,74 November 1,48 0,59 1,99 1,23-0,62 4,48 3,59 Desember 2,23-0,08 1,50 0,73 0,45 4,60 3,87 an 7,72 21,45 10,57 7,53 15,28 4,60 3,87 Inflasi pada tahun 2005 sebesar 21,45 atau meningkat hampir 3 kali lipat dari tahun 2004 yang hanya 7,72. Pada tahun 2006 inflasi kembali menurun sehingga mencapai 10,57. Pada tahun 2009, inflasi menurun mencapai 4,60. Pada tahun 2010, inflasi mengalami penurunan sehingga mencapai 3,87. RPJPD Prov. Sultra II- 17

18 c. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita merupakan gambaran pendapatan penduduk yang dapat dipergunakan untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu wilayah. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita dapat dilihat dari PDRB per kapita atas harga berlaku dan harga konstan. Perkembangan PDRB per kapita Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat terlihat pada tabel 9. Tabel.9.Perkembangan PDRB Per Kapita Provinsi Sulawesi Tenggara ADH Berlaku ADH Konstan (2000) ,95 3, , , , , , , , , , , ,62 Pendapatan per kapita baik atas dasar harga berlaku maupun konstan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan peningkatan dari tahun Perkembangan harga PDRB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2004 sebesar Rp ,95, tahun 2005 dan 2006 PDRB per kapita atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan mencapai Rp ,90 dan Rp ,30. Peningkatan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan pada tahun 2007 dan 2008 yang masing-masing mencapai Rp ,76 dan Rp ,79, pada tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi Rp ,51. Pendapatan per kapita atas dasar harga konstan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun menunjukkan tren peningkatan. Pada tahun 2004 PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp ,68, pada tahun 2005 PDRB per kapita ADH Konstan mengalami peningkatan mencapai Rp ,45, pada tahun 2006 PDRB per kapita ADH Konstan mengalami peningkatan mencapai Rp ,20. Pada 2007 dan 2008 PDRB ADH Konstan mengalami peningkatan sehingga masing-masing RPJPD Prov. Sultra II- 18

19 mencapai Rp ,80 dan Rp ,41, pada tahun 2009 menjadi Rp Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita merupakan hasil dari pembagian antara total output di sebuah wilayah dibagi dengan total penduduk di wilayah tersebut. Sehingga strategi peningkatan PDRB per kapita dapat melalui jalur peningkatan pertumbuhan ekonomi atau melalui perlambatan laju penduduk. Untuk Provinsi Sulawesi Tenggara pertumbuhan yang selalu diatas 7% menyebabkan peningkatan PDRB per kapita per tahun yang cukup signifikan. Hal ini juga ditunjang dengan pertumbuhan penduduk yang tidak terlalu besar per tahun. d. Ketimpangan Kemakmuran Ketimpangan kemakmuran ditunjukkan dengan gini ratio yang mempunyai selang nilai antara 0 sampai 1. jika koefisien gini lebih kecil dari 0,35 menandakan adanya tingkat ketimpangan sebaran pendapatan yang rendah (low inequality), 0,36-0,49 menunjukkan tingkat ketimpangan sedang (moderate inequality) dan bila lebih besar dari angka 0,50 menandakan adanya ketimpangan yang tinggi (high inequality). Gini ratio Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat terlihat pada tabel 10. Tabel.10.Ketimpangan Kemakmuran Provinsi Sulawesi Tenggara Gini Rasio , , , , , , ,42 Sumber : BPS, 2010 Berdasarkan tabel 10 tersebut dapat terlihat bahwa gini rasio Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun menunjukkan posisi yang rendah yaitu di bawah 0,35. Pada tahun 2004 gini rasio Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,26. Pada tahun 2005 gini rasio Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,32. Pada tahun 2006 gini rasio Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,30 dan RPJPD Prov. Sultra II- 19

20 pada tahun 2007 gini rasio Provinsi Sulawesi Tenggara menurun menjadi sebesar 0,28. Pada tahun 2010 gini rasio Provinsi Sulawesi Tenggara naik menjadi 0,42. Tabel 10 menunjukkan bahwa sebaran pendapatan penduduk antar penduduk cukup rendah. Ke depannya dengan bangkitnya sektor pendapatan, sektor industri dan penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB dapat berpotensi meningkatkan angka gini rasio. Oleh karena itu, perlu sebuah kebijakan untuk melibatkan penduduk lokal atau penduduk yang beralih pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor pertambangan/industri untuk menampung bangkitnya sektor pertambangan dan industri. Salah satu kebijakan dapat ditempuh dengan penyiapan sumberdaya manusia masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara agar dapat mengantisipasi sektor industri. e. Pemerataan Pendapatan Aspek Pemerataan pendapatan merupakan hal penting yang harus dipantau karena ketimpangan dalam menikmati hasil pembangunan diantara kelompok-kelompok penduduk dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak sosial. pemerataan pendapatan biasa dilihat menggunakan kriteria Bank Dunia. Pemerataan pendapatan Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat terlihat pada tabel 11. Tabel.11.Pemerataan Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara % Terendah 40 % Menengah 20 % Tertinggi ,31 39,94 35, ,47 37,53 40, ,57 37,36 40, ,28 38,25 38,47 Sumber : BPS, 2008 Berdasarkan data pengeluaran yang dianggap porsi pendapatan, porsi pengeluaran dari 40% penduduk yang berpendapatan terendah menunjukkan bahwa distribusi pendapatan berada dalam ketimpangan rendah. Pada tahun 2004 pengeluaran 40% penduduk berpendapatan terendah sebesar 24,31%. Pada tahun 2005 pengeluaran 40% penduduk berpendapatan terendah RPJPD Prov. Sultra II- 20

21 sebesar 21,47%. Pada tahun 2006 pengeluaran 40% penduduk berpendapatan terendah sebesar 22,57%. Pada tahun 2007 pengeluaran 40% penduduk berpendapatan terendah sebesar 23,28%. Dari data menunjukkan bahwa pendapatan secara total sudah dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat secara keseluruhan. Pendapatan masyarakat golongan terendah dan menengah secara bertahap meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan pula bahwa pembangunan yang dilakukan berimpilikasi pada masyarakat secara keseluruhan dan tidak dinikmati satu golongan tertentu saja. II.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial Fokus kesejahteraan sosial terdapat pada indikator melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja. a. Angka Melek Huruf Tingkat melek huruf menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah kemampuan seseorang membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya (selain huruf latin) yang masing-masing merupakan keterampilan dasar yang diajarkan di kelas-kelas awal jenjang pendidikan dasar. Angka melek huruf dapat disajikan dalam tabel 12. Tabel.12.Perkembangan Angka Melek Huruf Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Buton - 86,51 92,08 85,72 85,72 85,72 Muna 85,10 79,89 80,09 87,59 87,59 87,83 Konawe 84,68 86,10 87,40 93,95 94,60 94,61 Kolaka 92,73 95,03 90,64 93,14 93,14 93,16 Konawe Selatan - 89,75 90,47 94,10 94,10 94,11 Bombana - 83,96 85,07 87,55 88,20 88,49 Wakatobi - 84,43 90,69 88,78 88,80 89,13 Kolaka Utara - 94,78 91,06 93,02 93,02 93,04 Buton Utara ,80 93,80 86,59 Konawe Utara ,45 86,50 93,80 Sumber : Susenas, BPS, RPJPD Prov. Sultra II- 21

22 Berdasarkan tabel di atas bahwa angka melek huruf di Provinsi Sulawesi Tenggara sudah tergolong tinggi bahkan cenderung meningkat mencapai 91,30 tahun 2007 dan pada tahun tahun 2008 mencapai 91,42. Hal ini menunjukan jumlah penduduk yang berusia diatas 15 yang tidak bisa membaca dan menulis huruf latin tersisa 8,6% dari total penduduk Sulawesi Tenggara. b. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Angka rata-rata lama sekolah dapat disajikan dalam tabel 13. Tabel.13.Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Sulawesi Tenggara Uraian Rata-Rata Lama Sekolah 7,6 7,4 7,7 7,7 7,9 8,1 Sumber : Susenas, Berbagai, 2011 Berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Sulawesi Tenggara, dimana pada tahun 2005 rata-rata lama mencapai 7,6 tahun dan meningkat pada tahun 2009 mencapai 7, rata-rata lama sekolah mencapai 8,1 tahun. Tingginya penduduk yang tidak tamat SD dan hanya tamat SD mempengaruhi rendahnya angka rata-rata lama sekolah. Oleh karena itu kebijakan yang tepat perlu dilakukan untuk mengajak penduduk usia sekolah agar bersekolah. Strategi yang dapat dilakukan dapat melalui pembangunan sekolah-sekolah di darah terpencil, penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya sekolah dan melalui pembebasan biaya sekolah untuk masyarakat miskin. c. Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) dimanfaatkan untuk melihat penduduk yang sekolah tepat waktu sesuai dengan usianya. APM benar-benar melihat RPJPD Prov. Sultra II- 22

23 kesesuaian umur dan jenjang pendidikan yaitu SD untuk kelompok usia 7-12 tahun, SMP untuk kelompok usia tahun dan SLTA untuk kelompok Usia tahun dan perguruan tinggi bagi kelompok usia tahun. Angka Partisipasi Murni (APM) dapat terlihat pada tabel.14. Tabel.14.Angka Partisipasi Murni Provinsi Sulawesi Tenggara No. Uraian APM SD / MI 90,18 92,64 92,26 93,64 94,24 93,8 2 SMP /Mts 64,02 66,04 72,42 65,89 66,41 69,4 3 SMA / MA 40,17 44,04 47,28 47,32 47,98 46,9 Sumber : Susenas, BPS, Berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa Angka Partisipasi Murni (APM) murid SD/MI di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2004 berada pada angka 90,18 dan meningkat pada tahun 2008 mencapai 94,24 dan tahun 2009 menurun dengan angka 93,8. Murid SMP/Mts mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2004 berada pada angka 64,02 dan meningkat pada tahun 2009 mencapai 69,4. Sedangkan murid SMA/MA pada tahun 2004 pada angka 40,17 meningkat pada tahun 2008 mencapai 47,98 dan pada tahun 2009 mengalami penurunan dengan angka 46,9. d. Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Misal, Angka Partisipasi Kasar (APK) SD sama dengan jumlah siswa yang duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 7 sampai 12 tahun. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. RPJPD Prov. Sultra II- 23

24 Tabel.15.Angka Partisipasi Kasar (APK) Provinsi Sulawesi Tenggara No. Uraian APK SD/MI 105,90 107,73 109,25 110,70 113,04 101,3 2 SMP/MTs 83,40 85,92 91,40 85,79 85,72 92,8 3 SMA/MA 51,47 56,73 57,58 61,40 63,99 58,6 Sumber : Susenas, BPS, Berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa Angka Partisipasi Kasar murid SD/MI di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2004 berada pada angka 105,90 dan meningkat pada tahun 2008 mencapai 113,04 dan pada tahun 2009 menurun dengan angka 101,3. Murid SMP/Mts mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2004 berada pada angka 83,40 dan naik pada tahun 2009 dengan angka 92,8. Sedangkan murid SMA/MA pada tahun 2004 pada angka 51,47 meningkat di tahun 2008 mencapai 63,99 dan pada tahun 2009 mengalami penurunan dengan angka 58,6. e. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan Pendidikan yang ditamatkan merupakan cerminan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk yang berusia lebih dari 10 Keatas dalam suatu daerah. Angka pendidikan yang ditamatkan. Sebaran pendidikan yang ditamatkan penduduk Sulawesi Tenggara tahun dapat terlihat pada tabel 16. Tabel.16.Pendidikan Yang Ditamatkan Provinsi Sulawesi Tenggara Klasifikasi Penduduk Menurut Ijazah Yang Ditamatkan TT.SD SD SMP SLTA D/S1/S2/S Sumber : Sensus Penduduk, BPS, (dihitung dari jumlah penduduk 15 Ke atas yang telah bekerja) RPJPD Prov. Sultra II- 24

25 Dari tabel 16 dapat diketahui bahwa Penduduk Sulawesi Tenggara masih banyak yang tidak tamat SD dan berpendidikan paling tinggi hanya tamat SD penduduk Sulawesi Tenggara yang tamat sebanyak atau 65,94%, sedangkan yang tidak tamat SD sebesar atau 34,06%. Dari yang tamat SD tersebut, hanya yang tamat di tingkat SMP atau 55,96% dari tamatan SD. Dalam skema memecah lingkaran setan kemiskinan, dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan pendidikan dan keterampilan. Penduduk Sulawesi Tenggara yang berijazah Diploma dan Sarjana memiliki persentase yang kecil (5%-6%) dibandingkan total penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara yang berusia diatas 10. Penduduk yang tidak tamat SD justru memiliki persentase yang besar. Hal ini perlu menjadi catatan mengingat adanya program Wajib Belajar 9 yang akan dilanjutkan dengan Wajib belajar 12. Strategi yang dapat dilakukan dapat melalui pembangunan sekolah-sekolah di daerah terpencil, penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya sekolah dan melalui pembebasan biaya sekolah untuk masyarakat miskin. f. Angka Usia Harapan Hidup Usia harapan hidup menggambarkan usia harapan seseorang dalam suatu daerah tertentu. Usia Harapan hidup penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat terlihat pada tabel 17. Tabel.17.Angka Usia Harapan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara Usia Harapan Hidup () , , , ,6 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Berdasarkan tabel 17, bahwa usia harapan hidup penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara cukup tinggi, di mana pada tahun 2004 mencapai 66,0 tahun dan pada tahun 2009 mencapai 67,6 tahun dengan usia harapan hidup RPJPD Prov. Sultra II- 25

26 wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini menunjukan derajat kesehatan masyarakat cukup tinggi. Angka usia harapan hidup Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dalam dari 2006 ke Angka usia harapan hidup menunjukkan pula semakin baiknya pelayanan kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara dan semakin baiknya kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan kemampuan akses masyarakat kepada pelayanan kesehatan. g. Persentase Penduduk Yang Memiliki Lahan Kepemilikan tanah tercermin dari tambahan jumlah penduduk yang memiliki tanah dengan status Hak Guna Bangunan, Hak Milik dan Hak Pakai. Tambahan status kepemilikan tanah di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat terlihat pada tabel 18. Tabel.18.Tambahan Kepemilikan Tanah Provinsi Sulawesi Tenggara Tambahan kepemilikan tanah HGB HM HP Berdasarkan tabel tersebut diatas menunjukkan tambahan kepemilikan tanah cenderung bertambah dari tahun ke tahun hal ini dapat dilihat pada tahun 2004 tambahan kepemilikan tanah HGB sebesar 645, tambahan kepemilikan tanah HM sebesar dan HP sebesar 48. pada tahun 2005 tambahan kepemilikan tanah HGB sebesar 878, tambahan kepemilikan tanah HM sebesar 23675, dan HP sebesar 69. Pada tahun 2006 tambahan kepemilikan tanah HGB sebesar 12225, tambahan kepemilikan tanah HM sebesar 25240, dan HP sebesar 103. Pada tahun 2007 tambahan kepemilikan tanah HGB sebesar 51, tambahan kepemilikan tanah HM sebesar 12343, dan RPJPD Prov. Sultra II- 26

27 HP sebesar 82. Pada tahun 2010 tambahan kepemilikan tanah HGB sebesar 44, tambahan kepemilikan tanah HM sebesar , dan HP sebesar 52. Angka tambahan kepemilikan tanah melalui penambahan sertifikat menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran hukum masyarakat dalam hal pertanahan. Hal ini akan menghindari masyarakat dari konflik kepemilikan tanah antar masyarakat. h. Rasio Penduduk Yang Bekerja Kesempatan kerja merupakan ukuran yang melihat persentase antara penduduk yang bekerja dengan jumlah angkatan kerja secara keseluruhan. Perkembangan kesempatan kerja penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat terlihat pada tabel 19. Tabel.19.Kesempatan Kerja Sulawesi Tenggara Penduduk Yang Bekerja Angkatan Kerja Kesempatan Kerja (%) (1) (2) (3 = 1 / 2) , , , , , , ,39 Pada tahun 2004 kesempatan kerja di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 90,65% dan menurun pada tahun 2005 menjadi sebesar 89,07%. Pada tahun 2006 kesempatan kerja meningkat menjadi 90,33. Pada tahun 2009 kesempatan kerja meningkat menjadi 95,26% dan pada tahun 2010 kesempatan kerja meningkat menjadi 95,39%. Kesempatan kerja masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara semakin meningkat karena geliat ekonomi di wilayah ini yang bersumber pada sektor pertambangan dan jasa-jasa. Semakin baiknya kesempatan kerja juga secara tidak langsung mengurangi risiko angka kriminalitas karena semakin banyaknya masyarakat yang bekerja atau semakin kurangnya masyarakat yang menganggur. Jaring pengaman tenaga kerja di Provinsi Sulawesi RPJPD Prov. Sultra II- 27

28 Tenggara masih tetap pada sektor pertanian yang menampung sebagian besar tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tenggara. II.3. Aspek Pelayanan Umum Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Untuk melihat gambaran umum kondisi daerah pada aspek pelayanan umum dalam menyusun RPJPD Provinsi Sulawesi Tenggara terlebih dahulu disusun tabel capaian indikator setiap variabel yang diperoleh dari data menurut kabupaten/kota diwilayah provinsi. Adapun indikator variabel aspek pelayanan umum terdiri dari : II.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib Fokus kinerja atas layanan urusan wajib dilihat pada indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah, yaitu bidang urusan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, ketenagakerjaan, koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan, kepemudaan dan olahraga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika dan perpustakaan. Berikut ini disajikan beberapa indikator kinerja pada fokus layanan urusan wajib pemerintah daerah, sebagai berikut : a. Angka Partisipasi Sekolah RPJPD Prov. Sultra II- 28

29 Angka Partisispasi Sekolah (APS) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh partisipasi penduduk dalam bidang pendidikan sesuai dengan kelompok umur. APS merupakan salah satu cermin pemerataan akses pendidikan. Angka Partisipasi Sekolah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk pendidikan dasar dan menengah tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel.20.Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Provinsi Sulawesi Tenggara No. Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1 Rata-Rata Murid Usia Thn 1.2 APS SD/MI SMP/MTs 2.1 Rata-Rata Murid usia Thn 2.2 APS SMP/MTs Dari tabel 20, secara umum mengalami peningkatan dimana pada tahun 2004 Angka Partisipasi Sekolah SD/MI Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 94,82. pada tahun 2005 Angka Partisipasi SD/MI Sekolah Provinsi Sulawesi Tenggara meningkat sebesar dan pada tahun 2006 Angka Partisipasi Sekolah SD/MI Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami peningkatan sebesar 97,04 dan pada tahun 2010 Angka Partisipasi Sekolah Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar SD/MI 97,81. Angka Partisipasi Sekolah pada SMP/MTs juga mengalami peningkatan seperti halnya SD/MI. Jika tahun 2004 angkanya hanya 80,80, peningkatan terlihat di tahun 2009 sebesar 87,20 dan 88,17 di tahun b. Ketersediaan Gedung Sekolah Penyediaan gedung sekolah dimaksudkan untuk menampung murid yang ingin melanjutkan pendidikan. Ketersediaan gedung sekolah se provinsi dapat disajikan dalam tabel.21 berikut. RPJPD Prov. Sultra II- 29

30 Tabel.21.Ketersediaan Sekolah Provinsi Sulawesi Tenggara No. Jenjang Pendidikan SD/MI 1.1 Jumlah Gedung Sekolah 2 SMP/MTs 2.1 Jumlah Gedung Sekolah 3 SMA/MA 3.1 Jumlah Gedung Sekolah Sumber : Sultra Dalam Angka, 2009 Berdasarkan data pada tabel.21 tersebut menunjukkan peningkatan ketersediaan sekolah cukup tinggi. Pada tahun 2004 Ketersediaan Sekolah untuk tingkat SD/MI berjumlah dan gedung sekolah untuk tingkat SMP/MTs berjumlah 304 sedangkan untuk tingkat SMA/MA berjumlah 176. Pada tahun 2005 Ketersediaan Sekolah mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dimana jumlah gedung sekolah untuk tingkat SD/MI berjumlah dan untuk tingkat SMP/MTs berjumlah 309 sedangkan untuk tingkat SMA/MA mengalami penurunan jumlah sebesar 169. Pada tahun 2006 Ketersediaan Sekolah untuk tingkat SD/MI berjumlah dan tingkat SMP/MTs berjumlah 342 sedangkan untuk tingkat SMA/MA berjumlah 176. Pada tahun 2009 Ketersediaan Sekolah untuk tingkat SD/MI berjumlah dan untuk tingkat SMP/MTs berjumlah 614, sedangkan untuk tingkat SMA/MA berjumlah 303. Peningkatan jumlah gedung sekolah untuk tingkat pendidikan di Provinsi Sulawesi Tenggara yang mana setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan jumlah gedung sekolah ini menunjukan bahwa penduduk yang bersekolah juga mengalami peningkatan untuk setiap jenjang tingkat pendidikan. RPJPD Prov. Sultra II- 30

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA 4.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang terletak diwilayah Sulawesi Tenggara. Luas wilayah Kabupaten Muna adalah 488.700 hektar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Minggu, 25 Desember :15 - Terakhir Diperbaharui Senin, 09 Januari :16

Ditulis oleh Administrator Minggu, 25 Desember :15 - Terakhir Diperbaharui Senin, 09 Januari :16 Letak Geografis Kabupaten Buton terletak di jazirah tenggara Pulau Sulawesi dan bila ditinjau dari peta Provinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN PEMBANGUNAN DI SULAWESI TENGGARA H. NUR ALAM GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN PEMBANGUNAN DI SULAWESI TENGGARA H. NUR ALAM GUBERNUR SULAWESI TENGGARA POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN PEMBANGUNAN DI SULAWESI TENGGARA H. NUR ALAM GUBERNUR SULAWESI TENGGARA PERTH, FEBRUARI 2013 GAMBARAN UMUM LUAS SULAWESI TENGGARA TERDIRI DARI LUAS WILAYAH DARATAN 38.140

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

Workshop Sosialisasi Perpres 88 Tahun 2011 Makassar, 31 Oktober 2013

Workshop Sosialisasi Perpres 88 Tahun 2011 Makassar, 31 Oktober 2013 oleh: Dr. Ir. Max Hasudungan Pohan, CES, MA Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Workshop Sosialisasi Perpres 88 Tahun 2011 Makassar, 31 Oktober 2013 MATERI Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA. Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha. Iklim

KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA. Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha. Iklim KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha Luas DAS Konaweha adalah 697.841 hektar, yang mencakup 4 (empat) wilayah administrasi yaitu Kabupaten Konawe, Kolaka, Konawe Selatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi KETERANGAN HAL BAB I PENDAHULUAN... 1-1 A. Latar Belakang... 1-1 B. Tujuan Dan Sasaran... 1-3 C. Lingkup Kajian/Studi... 1-4 D. Lokasi Studi/Kajian... 1-5 E. Keluaran Yang Dihasilkan... 1-5 F. Metodelogi...

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur Kondisi Kinerja pada awal Kondisi Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

OLEH GUBERNUR SULAWESI TENGGARA GORONTALO, 3 MARET 2013

OLEH GUBERNUR SULAWESI TENGGARA GORONTALO, 3 MARET 2013 POTENSI DAN KARAKTERISTIK WILAYAH SULAWESI TENGGARA DALAM MENDUKUNG PENGUATAN IMPLEMENTASI DAN INTEGRASI MP3EI UNTUK MENDORONG SINERGI PEMBANGUNAN REGIONAL SULAWESI OLEH GUBERNUR SULAWESI TENGGARA GORONTALO,

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 36 4.1. Kondisi Geografis BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH Gugus Pulau terletak di Gugusan Kepulauan Wakatobi dikenal juga dengan sebutan Kepulauan Tukang Besi merupakan salah satu gugusan pulau-pulau kecil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM LUAS WILAYAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2015... 1 STATISTIK GEOGRAFIS PROVINSI JAMBI... 2 NAMA IBUKOTA KAB/KOTA DAN JARAK KE IBUKOTA PROVINSI MENURUT KAB/KOTA TAHUN 2015... 3 JUMLAH

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PERIODE : 2017-2022 NO 1 1 1106 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

Visi dan Misi Calon Bupati Kolaka Timur Periode GAMBARAN UMUM KABUPATEN KOLAKA TIMUR A. Kondisi Wilayah

Visi dan Misi Calon Bupati Kolaka Timur Periode GAMBARAN UMUM KABUPATEN KOLAKA TIMUR A. Kondisi Wilayah 1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KOLAKA TIMUR A. Kondisi Wilayah Kabupaten Kolaka Timur yang dimekarkan pada Tanggal 22 April 2013 melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Kolaka

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci