BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian Gambaran Umum RSUD Kota Salatiga Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga (RSUD) terletak di wilayah Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga, wilayah RSUD Kota Salatiga berdiri diatas tanah milik Pemerintah Kota Salatiga seluas ± dengan fasilitas bangunan induk ± RSUD Kota Salatiga berbatasan sebelah utara dengan Sungai Andong, sebelah timur dengan Stadion Kridanggo, sebelah selatan dengan Jalan Stadion, dan sebelah barat dengan Jalan Osamaliki. Pada awal berdirinya, bangunan Rumah Sakit masih bersatu dengan Rumah Sakit DKT Salatiga dan RSU masih berstatus kelas D berdasarkan SK Menkes RI Nomor: 134/MENKES/SK/IV/1978. Tahun 1981 Gedung RSU Salatiga mulai dibangun di JL.Osamaliki No.19 Salatiga. Gedung baru ini mulai ditempati pada tanggal 1 mei Saat ini RSUD telah memiliki kapasitas 211 tempat tidur yang tersebar di beberapa 41

2 42 ruang/bangsal. RSUD terdiri dari 10 ruang perawatan, yakni Ruang Paviliun lantai II, Ruang Paviliun lantai III, Ruang Paviliun lantai IV, Ruang ICU, Bangsal Anggrek, Bangsal Melati, Bangsal Dahlia, Bangsal Cempaka, Bangsal Mawar, dan Perinatologi. Jumlah tenaga kesehatan di RSUD ialah 33 dokter, 198 perawat, 14 ahli gizi, 17 tenaga farmasi, serta 80 paramedis non keperawatan. Tenaga keperawatan melayani pasien rawat inap dalam 3 shift jaga, yaitu jaga pagi (07.00 s/d 14.00), jaga sore (14.00 s/d 20.00) dan jaga malam (20.00 s/d 07.00). Berdasarkan Kepmenkes No:HK.03.05/III/2960/II tanggal 3 Desember 2011 RSUD Kota Salatiga berstatus kelas B Pendidikan dan terus melakukan upaya perubahan agar dapat melayani masyarakat lebih baik. FIK UKSW dan RSUD Kota Salatiga telah banyak melakukan kerjasama. Beberapa tenaga kesehatan RSUD Kota Salatiga merupakan tenaga pengajar di FIK UKSW. RSUD Kota Salatiga juga merupakan salah satu lahan praktik klinik dan penelitian bagi mahasiswa serta lokasi pengabdian masyarakat oleh tenaga pengajar UKSW.

3 Hasil Penelitian Karakteristik Partisian Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap Mawar, Melati, Cempaka, dan Paviliun. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 8 perawat dengan 2 perawat dari masing-masing ruangan dan diambil dengan tujuan purposive sampling. Adapun karakteristik partisipan adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan Nomor Usia Jenis Lama Inisial Pendidikan Partisipan (Tahun) Kelamin Bekerja P1 B 33 L S1 10 tahun P2 WL 32 P S1 10 tahun P3 N 32 P S1 10 tahun P4 WJ 30 P S1 10 tahun P5 R 27 L S1 7 tahun P6 I 28 P S1 7 tahun P7 A 27 L S1 7 tahun P8 S 35 L S1 13 tahun Keterangan Tabel: P1 - P8 : Partisipan 1 (satu) sampai dengan 8 (delapan) P : Perempuan/Wanita L : Laki-laki S1 : Strata 1 (Satu) Kepala ruang memandu peneliti dalam mencari partisipan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Semua partisipan bersedia menjadi subyek penelitian dan memenuhi

4 44 kriteria yang telah ditentukan yaitu pendidikan minimal SI keperawatan, bekerja minimal 2 tahun, dan bertugas di ruang rawat inap Discharge Planning Oleh Perawat di RSUD Kota Salatiga Pemberi Discharge Planning a. Pemahaman Perawat Tentang Discharge planning Dari wawancara yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pemahaman prinsip discharge planning oleh perawat di RSUD Kota Salatiga ialah memberikan informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah pulang dari rumah sakit. Partisipan 1 mengungkapkan bahwa discharge planning bertujuan untuk mempersiapkan pasien pulang. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 1 sebagai berikut: Discharge planning itu perencanaan bagi perawat seandainya pasien pulang di rumah. Kalau DM sendiri inikan berarti waktu kapan harus kontrol rajin sama dietnya. Kalau masalah diet kan kita sudah ada ahli gizi. Jadi ahli gizi sudah memberikan gambaran DM ini tipe 1 atau 2 trus kebutuhan kalorinya berapa itu sudah dihitung. Biasanya obat-obat yang diberikan, kapan waktunya harus kontrol itu kita kasih tahu juga. P1(74-81)

5 45 Discharge planning juga merupakan sarana edukasi bagi perawat, sehingga pasien tahu tindakan-tindakan yang masih harus dilanjutkan di rumah oleh pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan partisipan 2 seperti di bawah ini: Discharge planning itu perencanaan pulang jadi kita kasih tahu hal-hal apa saja yang dipersiapkan saat pasien itu pulang. Tindakan-tindakan yang masih harus dilanjutkan di rumah. P2 (84-87) Hal serupa juga diungkapkan partisipan 3, sebagai berikut: Discharge planningkan berisi anjuran-anjuran tentang apa saja yang harus pasien lakukan di rumah. Jika pasien itu sadar, bisa diajak komunikasi kita langsung ngomong ke pasiennya. Kita kasih tahu penggunaan obat yang masih harus diminum dirumah, dosisnya seberapa, aturan minumnya. Kalau dapat insulin kita kasih tahu dosisnya, atauran pakainya, cara menyuntikkannya. P3(88-94) Partisipan 4 memahami discharge planning sebagai sarana mempersiapkan pasien untuk pulang dengan edukasi meliputi perawatan yang masih harus dilakukan di rumah seperti penjelasan mengenai konsumsi obat yang masih harus diminum di rumah. Berikut ungkapan dari partisipan 4: Discharge planning itu kan perencanaan pulang ya. Jadi bagaimana kita mempersiapkan pasien tersebut

6 46 untuk pulang, misalnya perawatan yang masih harus dilakukan di rumah, obat-obat yang masih harus diminum, itu kita kasih tahu. P4(70-74) Dengan dilakukannya discharge planning kepada pasien diharapkan pasien tetap melakukan perawatan di rumah sebagai pencegahan pasien mengalami kekambuhan maupun pencegahan terjadinya komplikasi. Seperti yang diungkapkan partisipan 6 dan 7 sebagai berikut: Discharge planning itu perencaan pasien pulang, apa yang mau kita rencanakan ketika pasien itu pulang jadi perawatan di rumah itu tetap berlanjut, kalau sudah sembuh semoga ada pencegahan jadi jangan sampai penyakit itu kambuh lagi. Apa yang boleh dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan, konsumsi obatnya seperti apa, kapan kontrolnya, baiknya kontrol dalam keadaan seperti apa. P6(62-68) Discharge planning kan untuk perawatan pasien di rumah, biasanya kan untuk pasien kelas 3, pendidikannya kan kurang jadi kita kasih penyuluhan. Tapi secara umum saja, tidak secara detail. Jadi kita kasih anjuran-anjuran seperti misalnya makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi, jadi tergantung dari diagnosa pasiennya. Tapi kita hanya kasih penyuluhan secara umum saja, misalnya untuk pengertian diabetes dan lain-lainnya itu tidak kita kasih. P7(89-96) Hal serupa juga diungkapkan oleh partisipan 8 seperti dibawah ini: Discharge planning itu perencanaan pulang itu kan. Ya ketika pasien diperbolehkan pulang itu ada beberapa hal yang harus kita persiapkan, misalnya kita kasih penyuluhan ke pasien dan keluarga mengenai perawatan lanjutan di rumah. Kan ketika pasien pulang mungkin masih ada obat-obat yang

7 47 harus di minum, waktu kontrol, kalau pasien datang dengan luka kan otomatis di rumah perawatan lukanya itu bagaimana, seperti itu. P8(63-70) Proses Discharge planning a. Pengkajian 1) Pengkajian Awal Masuk Rumah Sakit Dalam penelitian didapatkan pelaksanaan discharge planning dimulai sejak hari pertama pasien tersebut dirawat di rumah sakit sampai akhirnya pasien diperbolehkan pulang. Proses discharge planning dimulai dengan melakukan pengkajian terhadap pasien. Pengkajian pertama dilakukan ketika pasien datang ke rumah sakit, sebagaimana diungkapkan oleh partisipan 1 sebagai berikut: Ya tentu saja. Misalnya ada pasien masuk dari IGD kan kita langsung melakukan pengkajian, jadi kita anamnesa. Sebelum pasien pulang pun kan ada catatan resume pasien pulang, jadi isinya termasuk juga kondisi saat pasien pasien dipulangkan. P1(16-20) Dari hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa pengkajian yang dilakukan disesuaikan dengan format yang telah ada. Partisipan 2 mengungkapkan bahwa: Ya pasti. Pasien masuk kan biasanya sudah dari UGD, ketika sampai di ruangan ya kita anamnesa kondisinya. Ketika akan pulang pun kita ada resume pasien pulang

8 48 yang harus diisi perawat mengenai kondisi pasien ketika pulang. P2(16-20) Pengkajian yang dilakukan oleh perawat meliputi keadaan umum ketika pasien datang ke rumah sakit dan activity daily living seperti aktivitas atau kebiasaan yang biasa dilakukan pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan 3 sebagai berikut: Pasien ke bangsal kan biasanya sudah pemulihan dari IGD. Misalnya perawat dari IGD telfon ke sini, mau ada pasien baru dengan kondisi seperti ini (dijelaskan). Setelah sampai di bangsal kita anamnesa sekalian, kondisi pasiennya seperti apa, anamnesa medikasi seperti obat apa yang biasa dipakai, dietnya di rumah seperti apa, kebiasaan-kebiasaan di rumah hubungannya dengan penyakit yang dia derita seperti apa. Ketika pasien pulang juga kita anamnesa, kan kita ada form untuk catatan pasien pulang. Form ini akan dibuat rangkap dua, maksudnya begini satu diburam dan yang asli untuk pasien. Yang buram kan untuk arsip kita untuk tahu pasien ini sudah diberikan Discharge planning atau belum, jadi pasien ini sudah dikasih arahan sebelum dia pulang itu cara minum obat, dietnya, mobilisasinya trus cara dia nanti merawat lukanya, kasarnya ya misalnya luka ini boleh kena air atau tidak. Jadi aktivitas dia di rumah nanti, kapan dia harus kontrol, jadi manajemennya di rumah itu sudah dikasih atau belum, buktinya dari form ini. P3(16-34) Hal serupa juga diungkapkan partisipan 4 seperti di bawah ini: Ya pasti, ketika pasien datang ke ruang kan kita langsung anamnesa seperti keadaan umum, TTV, keluhannya itu semua ada di les pasien. Ketika pasien pulang pun kita ada catatan pasien pulang. Kurang lebih ya isinya keadaan pasien waktu pulang, anjuran perawat, obat yang masih harus diminum di rumah, perlu perawatan di rumah atau tidak begitu. P4(16-22)

9 49 Pengkajian yang dilakukan perawat digunakan salah satunya sebagai media bagi perawat dalam merumuskan kebutuhan pasien untuk mendapatkan edukasi. Edukasi yang akan diberikan kepada pasien disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Partisipan 5 mengungkapkan bahwa: Ya ketika pasien datang yang pasti kita lakukan anamnesa atau pengkajian dulu. Setelah dikaji kita tentukan masalahnya. Kita lakukan perencanaan kemudian kita implementasikan. Setiap setelah kita lakukan tindakan selalu kita evaluasi. Dan ketika pasien boleh pulang kita lakukan pengkajian lagi, ada formnya itu dalam les pasien. P5(16-22) Hal yang sama diungkapkan oleh partisipan 6, 7, dan 8 sebagai berikut: Ketika pasien datang dari IGD ke ruangan, kita anamnesa dulu. Kalau pasien sadar ya kita Tanya ke pasien, kalau pasien tidak sadar ya keluarga ditanya ada riwayat penyakit apa seperti itu. Pada saat pengkajian kan kita assesment dulu, tingkat pengetahuan pasiennya juga kan kita jadi tahu, jadi harus direncanakan dulu. Selain itu kalaupun pasien nanti mendapatkan edukasi misalnya kita bisa sesuaikan dengan kebutuhan pasien. Setiap pasien akan pulang kan kita ada form catatan pasien pulang, itu sudah ada semua apa yang harus kita kaji, dan apa yang harus disampaikan ke pasiennya. P6(16-26) Pasien kan datang kita observasi dulu. Dari IGD kan kasusnya masih secara umum, ketika sampai di ruangan kita anamnesa ya meliputi keadaan umum, keluhan pasiennya, TTV, begitu. Ketika pasien akan pulang kita ada form tersendiri untuk pasien pulang. Jadi pengkajian meliputi keadaan pasien waktu pulang, anjuran dari perawat, obat yang digunakan di rumah, hasil pemeriksaan laboratorium yang dibawa pulang, surat keterangan yang diberikan, trus perlu perawatan lanjutan di rumah atau tidak, kalau ada ya untuk apa, begitu. P7(20-29)

10 50 Ya ketika pasien datang kan pasti kita lakukan pengkajian, mulai dari pengkajian fisik sampai kebiasankebiasaannya di rumah seperti apa. Jadi dari situ kan kita tahu pasien ini masalahnya apa, kebutuhannya apa. Jadi ketika kita melakukan tindakan kan sesuai dengan kebutuhan pasiennya. Ketika pasien pulang juga kita kaji karena dalam les pasien kan ada catatan pasien pulang, jadi resume pasien pulang disitu ada formatnya. P8(16-23) 2) Pengkajian Sebelum Pemulangan Sebelum pemulangan, pengkajian dilakukan sesuai dengan format yang telah ada yaitu melalui form catatan pasien pulang. Hal ini diungkapkan partisipan 1 dan 2 seperti dibawah ini:..sebelum pasien pulang pun kan ada catatan resume pasien pulang, jadi isinya termasuk juga kondisi saat pasien pasien dipulangkan. P1(18-20)..Ketika akan pulang pun kita ada resume pasien pulang yang harus diisi perawat mengenai kondisi pasien ketika pulang. P2(18-20) Catatan pasien pulang meliputi kondisi pasien saat pemulangan dan poin-poin yang harus disampaikan kepada pasien sebelum pemulangan. Sebagaimana penyataan partisipan 3, 4, 5, dan 6 sebagai berikut:..ketika pasien pulang juga kita anamnesa, kan kita ada form untuk catatan pasien pulang. Form ini akan dibuat rangkap dua, maksudnya begini satu diburam dan yang asli untuk pasien. Yang buram kan untuk arsip kita untuk tahu pasien ini sudah diberikan Discharge planningatau belum, jadi pasien ini sudah dikasih arahan sebelum dia pulang itu cara minum obat, dietnya, mobilisasinya trus cara dia nanti merawat lukanya, kasarnya ya misalnya luka ini boleh kena air atau tidak. Jadi aktivitas dia di

11 51 rumah nanti, kapan dia harus kontrol, jadi manajemennya di rumah itu sudah dikasih atau belum, buktinya dari form ini. P3(23-34)..Ketika pasien pulang pun kita ada catatan pasien pulang. Kurang lebih ya isinya keadaan pasien waktu pulang, anjuran perawat, obat yang masih harus diminum di rumah, perlu perawatan di rumah atau tidak begitu. P4(18-22).. Dan ketika pasien boleh pulang kita lakukan pengkajian lagi, ada formnya itu dalam les pasien. P5(20-22).. Setiap pasien akan pulang kan kita ada form catatan pasien pulang, itu sudah ada semua apa yang harus kita kaji, dan apa yang harus disampaikan ke pasiennya. P6(23-26) Form catatan pasien pulang berisi keadaan pasien waktu pulang, anjuran dari perawat, obat yang digunakan di rumah, hasil pemeriksaan laboratorium yang dibawa pulang, surat keterangan yang diberikan, perlu perawatan lanjutan di rumah. Hal ini diungkapkan oleh partisipan 7 dan 8 seperti di bawah ini:.. Ketika pasien akan pulang kita ada form tersendiri untuk pasien pulang. Jadi pengkajian meliputi keadaan pasien waktu pulang, anjuran dari perawat, obat yang digunakan di rumah, hasil pemeriksaan laboratorium yang dibawa pulang, surat keterangan yang diberikan, trus perlu perawatn lanjutan di rumah atau tidak, kalau ada ya untuk apa, begitu. P7(23-29).. Ketika pasien pulang juga kita kaji karena dalam les pasien kan ada catatan pasien pulang, jadi resume pasien pulang disitu ada formatnya. P8(21-23) b. Diagnosa Terapi yang diberikan disesuaikan dengan hasil pengkajian dan kebutuhan dari masing-masing pasien, seperti diungkapkan partisipan1, 2, 3, 4, 5 dibawah ini:

12 52 Ya semua tindakan yang dilakukan kan tentunya berdasarkan diagnosa dari pasiennya, tergantung kebutuhan pasiennya juga. P1(31-33) Ya setiap tindakan tentunya tergantung dari diagnosa pasiennya. P2(29-30) Ya tentunya setiap tindakan yang diberikan itu sesuai dengan diagnosa dan kebutuhan dari pasiennya. P3(37-38) Ya pasti setiap tindakan yang dilakukan kan tergantung dari kebutuhan pasiennya. Setiap melakukan tindakan juga kita evaluasi jadi bagaimana respon pasien terhadap tindakan yang kita berikan. P4(25-28) Iya, setiap tindakan tergantung dari diagnosa pasiennya. Tergantung dari kebutuhan pasiennya. P5(25-26) Beberapa pasien datang dengan penyakit penyerta lain, sehingga dalam merumuskan diagnosa dan terapi yang diberikan, disesuaikan dengan kondisi penyakit pasien. Sebagaimana yang diungkapkan partisipan 6 sebagai berikut: DM kan datang dengan DM tok kadang juga ada yang dengan penyakit penyerta lain. Kalau pasien datang biasanya hipoglikemi, jadi ke UGD tidak sadar. Ada yang DM datang dengan luka ulkus. Jadi tindakannya tentunya sesuai dengan diagnosanya, sesuai dengan kebutuhannya. P6(29-34) Penyusunan rencana tindakan disesuaikan dengan kondisi pasien sesuai data pengkajian. Dari hasil pengkajian tersebut disusun rencana tindakan yang disesuaikan dengan masalah yang dialami pasien. Partisipan 7 dan 8 mengungkapkan seperti dibawah ini:

13 53 Pasien masuk trus kita kaji, setelah kita kaji kan kita bisa tentukan masalahnya, trus kita susun rencana tindakan. Rencana tindakannya itu seperti apa kan tergantung dari diagnosanya. Setelah itu kita lakukan implementasi untuk tindakannya. Lalu kita evaluasi, dari tindakan kita itu berhasil atau tidak, jadi masalah dari pasien itu sudah teratasi atau belum. Apakah perlu kita lanjutkan, tambahkan, atau kita ubah dari rencananya itu tadi. Jadi setelah kita lakukan tindakan itu kita evaluasi untuk melihat perkembangan dari pasiennya. P7(32-41) Ketika kita melakukan tindakan kan sesuai dengan kebutuhan pasiennya. Ya kita lihat diagnosa pasiennya apa, trus tindakan yang harus diberikan hubungannya dengan diagnosa tersebut dan sesuai dengan kondisi dan keluhan pasiennya itu apa. P8(26-30) c. Perencanaan Setelah pasien diabetes mellitus dirawat di rumah sakit dan dokter merekomendasikan untuk pulang, maka perawat mempersiapkan edukasi ke pasien dan keluarga. Sebagaimana yang dinyatakan partisipan 1, 2, dan 3 sebagai berikut: Ketika pasien kondisi fisiknya sudah bagus, tidak lemes, gula darah terkontrol itu sudah kita persiapkan untuk pulang. Kalo pulang tentunya atas rekomendasi dokter, tapi kita diskusi juga dengan dokter menganai kondisi pasiennya. Kalo misalnya ada luka, ketika sudah tidak ditemukan tanda-tanda infeksi, lukanya sudah mulai terjadi penyembuhan yang baik itu baru diperbolehkan pulang. Jadi setiap hari kan kita pantau perkembangan kondisi pasiennya. P1(36-44) Tergantung dari kondisinya. Jadi setiap kita evaluasi kita lihat ketika gula darahnya sudah normal, kondisinya sudah bagus ya sudah boleh pulang. Tergantung dari alasan pasien tersebut dirawat juga, kalau misalnya kondisi penyakit yang menyebabkan dia dirawat itu sudah baik, atau penyakit penyertanya sudah teratasi ya boleh pulang. P2(33-39)

14 54 Misalnya kalau DM tanpa tergantung insulin biasanya diajarkan bagaimana cara minum obatnya. Pasien tanpa tergantung insulin jika 3x pemeriksaan gula darah atau dalam 3 hari kondisi gula darah sudah stabil itu sudah boleh pulang itu kita persiapkan. Tapi kalau dengan ketergantungan insulin, jika pasien atau keluarga sudah bisa injeksi insulin sendiri itu sudah boleh pulang,jadi tidak tergantung dengan perawat atau petugas medis. P3 (41-48) Edukasi yang diberikan kepada pasien disesuaikan dengan kebutuhan klien meliputi perawatan-perawatan lanjutan yang masih harus dilakukan di rumah oleh pasien. Hal tersebut diungkapkan oleh partisipan 4, 5, 6, dan 7 seperti di bawah ini: Biasanya kita tiap hari keliling sambil melakukan terapi itu kita anamnesa lagi, kondisinya seperti apa, obatobatan sudah diminum atau tidak, makannya seperti apa. Jadi nanti ketika pulang kita edukasi ke pasien mengenai tindakan atau perawatan yang masih harus dilakukan di rumah, seperti obatnya, cara penyuntikan dan dosisnya jika pasien DM tergantung insulin, jadwal kontrolnya. Dari bagian gizi ada konsultasi gizi, juga ada lembaran yang bisa dibawa pulang, jadi pasien tahu kebutuhan dietnya. Kalau dari pihak gizi mereka sudah memberikan penyuluhan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi. Kita kasih tahu jadwal kontrol itu diwakili dengan surat kontrol, trus kalo obat-obatan itu kita juga konfirmasi ke pasien, obat yang dibawa pulang ini itu kita tulis di lembar kontrol obatnya jenisnya apa saja, dosisnya berapa, kalaupun ada obat suntikan ya kita ajari dulu bagaimana cara pemakaiannya, anjuran-anjuran kita lakukan perlisan juga. P4(45-62) Kalau pasien dengan penurunan kesadaran atau hipoglikemi relatif lebih singkat waktu dirawatnya. Jadi setelah diberi tindakan biasanya 2-3 hari setelah gulanya stabil itu sudah boleh pulang itu lalu kita persiapkan. Pasien boleh pulang tergantung dari masalah utamanya ketika dia masuk, ketika masalah utamanya sudah teratasi dan kondisinya stabil, pasien tersebut sudah boleh pulang. P5 (29-36)

15 55 Pasien masih minum obat, mendapatkan insulin, pasien dan keluarga diajari cara menyuntikkan. Misalnya ada pasien DM dengan ulkus, setidaknya 2 hari sekali kan harus ada ganti balut. Jadi kita berikan anjuran-anjuran hubungannya dengan kondisi penyakit pasien.. P6 (44-50) Kalau kondisinya sudah membaik, kan nanti setiap visit kan perkembangannya bisa dimonitor, jadi dokter bisa menentukan kapan pasien itu boleh pulang. Tergantung perkembangan pasiennya juga. Yang menentukan pasien boleh pulang memang dokter, tapi perawat juga memberi masukan, misalnya Dok, ini hasil laboratnya sudah baik, kondisinya sudah baik, bagaimana dok? jadi istilahnya dokter sama perawat itu partner kerja seperti itu. Kalau memang pasien sudah boleh pulang ya kita bisa mempersiapkan. P7(52-61) Pelaksanaan edukasi melibatkan keluarga pasien. Keluarga pasien dilibatkan saat perawat memberikan arahan sehingga keluarga dapat berpartisipasi mengontrol kondisi pasien. Seperti yang diungkapkan partisipan 8 sebagai berikut: Ya kita kasih penyuluhan ke pasien atau ke keluarga. Misalnnya ketika pasien boleh pulang dan masih harus minum obat ya kita kasih tahu aturan minumnya, penggunaannya. Kalau pasien tersebut tergantung insulin ya kita ajari cara menyuntikkan, dosisnya begitu. Kalau pasiennya ada luka ya kita ajari nanti di rumah cara merawat lukanya seperti apa. Ya pokoknya secara umum aja, nggak detail sampai misalnya pengertian DM gitu kita ga kasih tahu. Soalnya dari segi waktu juga kan. P8(43-51) d. Implementasi 1) Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Lain a) Dokter Dalam melakukan tindakan kepada pasien setiap tim kesehatan melakukan tugas dan

16 56 fungsinya masing-masing. Perawat berkolaborasi dengan dokter dalam hal penatalaksanaan medis. Seperti yang diungkapkan partisipan 1, 2, 3, dan 4 sebagai berikut: Setiap pagi kan dokter visit dan dokter akan memberi advis. P1( ) Setiap pagi kan ada visit dokter, kita laporkan kondisi pasien kemudian nanti pasien dapat advis apa begitu dari dokter, kita yang menjalankan. P2( ) Ketika dokter visit kita kasih tahu kondisi pasiennya seperti apa. Kemudian nanti pasien mendapatkan tindakan medis. P3( ) Ya itu tadi setiap pasien mendapatkan advis dari dokter kan kita yang kasih. Kalau memang belum dikasih tahu dokter ya kita yang kasih tahu, obat yang diminum ini, dosisnya, cara minumnya gitu. Kalau ada efek samping ya kita kasih tahu, indikasinya juga apa begitu. P4( ) Partisipan menjelaskan bahwa setiap pagi dokter melakukan visit untuk melihat kondisi pasien, selanjutnya dokter akan memberikan advis sesuai dengan kebutuhan klien. Sebagaimana pernyataan partisipan 5, 6, 7, dan 8 seperti di bawah ini: Setiap pagi nanti dokter visit untuk melihat kondisi pasien setelah itu nanti dapat advis apa begitu dari dokter. P5( ) Ya setiap pasien dapat advis dari dokter kan kita yang jalankan itu sambil kita kasih tahu, ini yang disuntikkan obat ini, fungsinya ini, begitu. P6( )

17 57 Ya setiap tindakan itu kita komunikasi ke pasiennya. Misalnya kalau ada program insulin dari dokter ya kita kasih insulin, biasanya 3 hari sekali kita kasih insulin sebelum makan biasanya. Tapi tergantung program dari dokternya juga. P7( ) Setiap pagi kan dokter visit ke pasien. Sambil melihat kondisi pasien nanti dokter ngasih advis apa begitu. Yaa, kan ada dokter untuk masalah medisnya,. P8( ) b) Gizi Kolaborasi dengan ahli gizi dilakukan dalam hal diet pasien. Ahli gizi tidak hanya berperan untuk menyediakan makanan bagi pasien, tetapi ahli gizi juga memberikan penjelasan bagi pasien mengenai terapi nutrisi yang harus dipatuhi pasien. Hal ini diungkapkan oleh partisipan 1, 2, dan 3 sebagai berikut: Tiap hari dari Gizi juga ke ruangan, ngontrol makanannya apa, pantangannya apa itu sudah ada daftarnya. Mereka juga punya leaflet sendiri untuk melakukan penkes kepada pasien. Jadi ahli gizi tidak hanya menyediakan makanan tapi juga memberikan penjelasan kepada pasiennya juga mengenai dietnya. Kan mereka juga lebih tahu, lebih kompeten lah. P1( ) Setiap pagi juga ada ahli gizi ke ruangan untuk kontrol. Kita diskusi juga dengan ahli gizi mengenai kondisi pasien. Ahli gizi nanti yang menetukan kebutuhan diet pasien. P2( ) Kalau masalah nutrisi sudah ada ahli gizi ya. Tetapi misalnya dengan ahli gizi pun kita tetap ikut kontrol, pasien ini dapat asupan kalori berapa seperti itu. Dengan pasien pun kita ikut kontrol asupan sehari-hari pasien. Kalau kita mau optimal penghitungan antropometrinya

18 58 sekian, sekian, tentunya kita kewalahan. Jadi kita kolaborasi dengan ahli gizi yang tentunya lebih kompeten mengenai masalah diet pasiennya. Jadi dengan antropometri sekian, berapa kebutuhan asupan kalori pasien tersebut. P3 ( ) Partisipan mengungkapkan bahwa setiap pagi ahli gizi ke ruangan untuk mengontrol kondisi pasien serta memberikan penyuluhan kesehatan yang akan disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan masing-masing pasien. Hal ini diungkapkan partisipan 4, 5, 6, 7, dan 8 sebagai berikut: Kalau masalah asupan nutrisi itu ada ahli gizi. Misalnya pasien baru hari pertama kita sudah konfirmasi ke pihak gizi, ada pasien dengan diagnosa DM mohon dikonsultasikan. Nanti dari pihak gizi ke sini, mereka ada flipchart yang bisa dibawa pulang pasien, ada daftar diet makanan yang sudah disesuaikan dengan kondisi pasien. P4 ( ) Kalau masalah diet kita ada ahli gizi, Ahli gizi kan tiap hari keliling ke ruang perawat dan ke pasien juga. Untuk cek setiap pasien dengan diagnosanya. Kan kita ada buku pemesanan diet, jadi ada pengggambaran kondisi pasien. Nanti kita laporkan ke ahli gizi kondisi pasiennya, nanti ahli gizi yang menentukan kebutuhan diet pasiennya. Jadi kita lebih ke perawatannya. P5 ( ) Dietnya kan kita ada ahli gizi, jadi untuk masalah gizi itu sudah ada edukasi ke pasien, sudah dihitung sesuai dengan kebutuhan pasiennya. Dari gizi kan ke ruangan setiap hari untuk kontrol. P6 ( ) Ahli gizi yang menentukan diet pasiennya, kita hanya memberitahu kondisi pasiennya seperti ini, diagnosnya ini, seperti itu. P7 ( )

19 59 Kalau pasien DM kan diet itu juga merupakan hal yang penting ya. Lha setiap pagi dari pihak gizi juga kesini. Kalau misalnya ada pasien baru datang pihak gizi ke sini lihat kondisi pasiennya sambil nanti mereka menghitung dengan kondisi pasien yang begini nanti kebutuhan kalorinya seberapa begitu, mereka juga sekalian penyuluhan ke pasiennya, jadi itu sudah bagian dari ahli gizi. P8( ) c) Petugas Laboratorium Kolaborasi juga melibatkan petugas laboratorium. Petugas laboratorium dilibatkan dalam hal pemeriksaan darah. Seperti yang diungkapkan oleh partisipan 3, 5, dan 8 sebagai berikut: Ketika dokter visit kita kasih tahu kondisi pasiennya seperti apa. Kemudian nanti pasien mendapatkan tindakan medis. Untuk pemeriksaan gula darah itu dengan laboran, juga untuk analisnya. Untuk keseharian perawatannya ya dengan perawat. P3( ) Kalau pagi kan juga pasti ada petugas untuk pemeriksaan laboratorium. Pasien yang harus cek gula darah ya kita ajarkan. P5( ) Yaa, kan ada dokter untuk masalah medisnya, ahli gizi untuk masalah dietnya, setiap pagi kalau memang di butuhkan juga ada petugas lab untuk pemeriksaan misalnya gula darah begitu. P8( ); 2) Pelaksanaan Edukasi oleh Perawat Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi pasien. Perawat berkolaborasi

20 60 dengan tim kesehatan lain dalam memberikan edukasi kepada pasien. Dalam hal edukasi, perawat memberikan penyuluhan lebih pada materi tentang perawatan. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 1 sebagai berikut: Jadi untuk ahli gizi tidak hanya menyediakan makanannya saja, tapi juga ada penkes ke pasien. Mungkin kalo dari perawat kalau pasien DM perannya lebih ketika ada perawatan luka, itu penkesnya lebih mendetail meliputi perawatan lukanya, obat-obatnya seperti itu. P1(52-57) Edukasi yang diberikan pada pasien oleh perawat pelaksanaannya kurang terstruktur. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan 1 dan 2 sebagai berikut: Kita belum ada waktu khusus. Kalau untuk waktu khusus kita sesuaikan dengan kondisi pasien. Misalkan kita sambil cek TTV, sambil vorbeden, atau ketika visit dokter kita sambil ngobrol-ngobrol. Tapi kalau waktu khusus untuk menjelaskan pengertian DM dan lain-lain itu kita masih jarang. P1(66-71) Ya kita kasih edukasi begitu saja, tapi ya secara umum. Jadi anjuran-anjuran dari perawat begitu, misalnya untuk menghindari luka ulkus ya kita anjurkan ketika bepergian itu menggunakan alas kaki yang nyaman dan aman seperti itu. Kita kan punya form untuk catatan pasien pulang, di situ sudah ada apa saja yang harus kita sampaikan. Tapi karena pasiennya macem-macem, perawatnya juga macemmacem kadang form ini terlewat. Tapi untuk pelaksanaannya seperti misalnya kasih edukasi ke pasien, penjelasan untuk obat-obat yang masih harus dikonsumsi, surat kontrol, dll itu tetep kita kasih tahu. P2 (61-72)

21 61 Pelaksanaan edukasi kepada pasien dilakukan perawat tanpa ada waktu khusus. Pelaksanaan edukasi dilakukan disela-sela kesibukan perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien. Seperti yang diungkapkan partisipan 3, 4, dan 5 sebagai berikut: Sebelum pulang kan kita harus melukan health education dulu, jadi pasien ini sudah layak dipulangkan atau belum. Kita belum ada waktu khusus untuk edukasi ke pasien. Biasanya kalau kita sudah longgar, trus pekerjaan-pekerjaan rutin sudah selesai dan tidak ada pasien lain yang urgent. Biasanya kan kita juga keliling, ketika kondisi pasiennya bagus, ada keluarganya itu kita masuk. Jadi pasien keluar dari rumah sakit itu harus jadi lebih pinter. Jadi jangan sampai setelah pulang dari rumah sakit suatu saat nanti harus dirawat lagi dengan penyakit yang sama atau malah dengan penyakit penyerta atau komplikasi. P3(74-85) Kita tidak ada waktu khusus, tapi benar-benar kita luangkan untuk edukasi sambil ketika melakukan tindakan ke pasien. P4 (65-67) Edukasi ketika pasien masih dalam perawatan atau pasien mau pulang. Kalau disini sebenarnya punya lebih banyak waktu untuk ke pasien karena kapasitasnya lebih sedikit, tapi karena disini kebanyakan ruang VIP tuntutan dari pasien itu lebih banyak. Jadi walaupun pasien itu sebenarnya mandiri, tapi dia minta di total care kan. Jadi disela-sela itu kita bisa ngobrol-ngobol masalah penyakitnya juga ke keluarganya. Kita setiap operan jaga kan keliling, kalau pas ada tindakan ya kita sambil edukasi ke pasien. Tapi karena memang belum di programkan, jadi sekenanya kita. Kita yang meluangkan waktu sendiri. P5(49-60) Berdasarkan keterangan dari partisipan 6 dan 7 edukasi kepada pasien baru dilakukan setelah ada waktu senggang. Pelaksanaan edukasi tergantung

22 62 kondisi dari pasien. Berikut pernyataan partisipan 6 dan 7: e. Evaluasi Tergantung kondisinya saja, kalau misalnya masih ada pasien gawat, ya kita mengatasi pasien yang gawat dulu. Kalau kondisi pasiennya senggang kita juga ada waktu senggang ya kita lakukan penkes, jadi fleksibel saja tergantung kondisinya. P6 (55-59) Kan nggak semua pasien juga dikasih penyuluhan, jadi penyuluhannya ketika pasien mau pulang. Kalau pasien pulang kan ada surat kontrol sama obat, jadi penyuluhannya waktu itu sekalian. P7 (77-80) Partisipan 8 mengungkapkan bahwa edukasi dilakukan bersamaan dengan dilakukannya tindakan terhadap pasien. Berikut pernyataan partisipan 8: Kalau waktu khusus tidak ada. Paling misalnya ketika kita rutin ganti balut gitu sambil kita ajari ke pasien atau keluarganya. Trus misal dapat insulin gitu kita sambil kasih penyuluhan caranya, dosisnya. Atau ketika kita TTV atau melakukan tindakan apa gitu lah, ketika ketemu pasien ya kita sambil ngobrol-ngobrol dengan pasien dan keluarganya. P8 (54-60) 1) Pendokumentasian pada Catatan Pasien Pulang Pendokumentasian dilakukan pada form catatan pasien pulang dan diisi setelah klien dinyatakan boleh pulang. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan 1 dan 2 sebagai berikut: Sebelum pasien pulang pun kan ada catatan resume pasien pulang, jadi isinya termasuk juga kondisi saat pasien pasien dipulangkan. P1(18-20);

23 63 Kita kan punya form tertulis catatan pasien pulang jadi didalamnya sudah ada apa saja yang harus disampaikan ke pasien. P2(41-45) Partisipan 3 hingga 6 mengungkapkan bahwa catatan pasien pulang merupakan bagian dari arsip rekam medik pasien. Berikut pernyataan partisipan 3, 4, 5, dan 6: Ada form DP, nantinya ketika pasien pulang form ini akan dibuat rangkap dua, yang satu untuk pasien dan yang satu untuk arsip di rekam medik pasien. P3(59-61) Ketika pasien pulang pun kita ada catatan pasien pulang. Kurang lebih ya isinya keadaan pasien waktu pulang, anjuran perawat, obat yang masih harus diminum di rumah, perlu perawatan di rumah atau tidak begitu. P4(16-22) Dan ketika pasien boleh pulang kita lakukan pengkajian lagi, ada formnya itu dalam les pasien. P5(16-22) Setiap pasien akan pulang kan kita ada form catatan pasien pulang, itu sudah ada semua apa yang harus kita kaji, dan apa yang harus disampaikan ke pasiennya. P6(23-26) Catatan pasien pulang berisi beberapa hal yang harus disampaikan dan dipersiapkan sebelum pasien pulang dari rumah sakit, yakni keadaan pasien waktu pulang, anjuran dari perawat, obat yang digunakan di rumah, hasil pemeriksaan laboratorium yang dibawa pulang, surat keterangan yang diberikan, serta perawatan lanjutan di rumah. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan 7 dan 8:

24 64 Ketika pasien akan pulang kita ada form tersendiri untuk pasien pulang. Jadi pengkajian meliputi keadaan pasien waktu pulang, anjuran dari perawat, obat yang digunakan di rumah, hasil pemeriksaan laboratorium yang dibawa pulang, surat keterangan yang diberikan, trus perlu perawatn lanjutan di rumah atau tidak, kalau ada ya untuk apa, begitu. P7(32-41) Ketika pasien pulang juga kita kaji karena dalam les pasien kan ada catatan pasien pulang, jadi resume pasien pulang disitu ada formatnya. P8(16-23) 2) Menginformasikan Home Care Partisipan menginformasikan adanya layanan home care. Tenaga kesehatan dari rumah sakit dapat membantu pasien apabila kesulitan untuk melakukan perawatan di rumah. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan 1 dan 4 sebagai berikut: Dari pasien seandainya menghendaki tenaga kesehatan untuk merawat luka di rumah itu bisa kita sediakan. Jadi ada home care dengan catatan keluarga menghendaki. Kan kita tawari dulu misalnya ketika harus merawat luka, mau dirawat sendiri, di puskesmas atau perlu bantuan kita. Kalau perlu bantuan kita ya bisa kita bantu. P1( ) Kita ada program home care tapi kita tawarkan ke pasien, misalkan mereka mampu ke rumah sakit ya mereka datang sendiri ke rumah sakit untuk kontrol. Kalau tidak bisa ya kita bisa buat janji untuk datang ke rumah. P4(75-78) Partisipan mengungkapkan kunjungan rumah melalui program home care disesuaikan dengan permintaan pasien dan kebutuhan pasien, seperti pernyataan partisipan 6 dan 7 dibawah ini:

25 65 Selain itu disini kan ada home care, jadi perawat datang ke rumah pasien kalau memang diperlukan. P6(51-52); Kita juga ada program home care, jadi kalau di rumah pasiennya kesulitan itu kita bisa bantu. P7(85-86) Discharge Planning pada Pasien Diabetes Melitus di RSUD Kota Salatiga Edukasi a. Pemantauan Berkelanjutan 1) Pemantauan Gula Darah Edukasi kepada pasien dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap penyakit yang dideritanya sehinga pasien dapat mengendalikan penyakitnya dan mengontrol gula darah dalam keadaan mendekati normal dan dapat mencegah komplikasi. Edukasi yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Sebagaimana diungkapkan partisipan 1 dan 2 sebagai berikut: Ya tergantung kebutuhan pasiennya. Kalau pasien diharuskan memantau gula darahnya rutin ya kita ajarkan. Biasanya kan mereka punya alat glukotest sendiri. P1( ) Kalau memang pasien diharuskan memantau gula darah rutin ya kita ajarkan. Biasanya kan pasien dengan DM tergantung insulin kalau ini yaa. P2( ) Edukasi mengenai pemantauan gula darah biasanya diberikan kepada pasien diabetes mellitus tergantung

26 66 insulin atau diabetes mellitus tipe 1. Seperti yang diungkapkan partisipan 3 dan 4 sebagai berikut: Pasien tergantung insulin kan harus dapat insulin rutin ya, jadi ya pasti kita ajarkan. Kita juga bisa melibatkan keluarganya juga. P3( ) Beberapa pasien kan ada yang harus cek gula darah rutin begitu ya kita ajarin, caranya, normalnya berapa gitu. Mereka biasanya punya alatnya sendiri kalau memang diharuskan rutin cek gula darah. P4( ) Pemeriksaan gula darah turut melibatkan petugas laboratoruim, sesuai dengan penyataan partisipan 5 sebagai berikut: Kalau pagi kan juga pasti ada petugas untuk pemeriksaan laboratorium. Pasien yang harus cek gula darah ya kita ajarkan. Baiasanya mereka punya alatnya sendiri. Tapi kalau memang pasien diharuskan cek gula rutin biasanya mereka sudah tahu. Jadi ketika diketahui gula darahnya sekian, nanti dosisnya insulinnya harus seberapa, jadi pasien harus tahu P5( ) Edukasi mengenai pemantauan gula darah juga berupa penyuluhan mengenai cara pengecekan gula darah mandiri melalui alat glukotest. Sebagaimana diungkapkan beberapa partisipan 6, 7, dan 8 sebagai berikut: Pasien-pasien yang memang diharuskan cek gula rutin ya kita ajarkan caranya. Nilai normalnya berapa gitu. P6( ) Kalau memang diprogramkan ya pasien kita latih untuk cek gula darah sendiri apabila pasien harus cek rutin nanti di rumah. Biasanya ada program untuk cek GDS per 6 jam. Ya kita ajari caranya, trus membaca hasilnya. P7( )

27 67 Kalau pasien tergantung insulin kan harus cek gula rutin, ya itu kita ajarkan. Trus membaca hasilnya juga kita kasih tahu, normalnya berapa gitu. P8( ) 2) Mengintepretasikan Hasil Pemeriksaan Gula Darah Edukasi mengenai pemeriksaan gula darah secara mandiri diikuti dengan penyuluhan mengenai bagaimana pasien membaca hasil dari pemeriksaan yang dilakukan pasien. Seperti yang diungkapkan partisipan 4 sebagai berikut: Beberapa pasien kan ada yang harus cek gula darah rutin begitu ya kita ajarin, caranya, normalnya berapa gitu. P4( ) Pasien harus mengetahui nilai normal gula darahnya dan mengetahui hal-hal terkait hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Partisipan 5, 6, 7, dan 8 mengungkapkan sebagai berikut: Tapi kalau memang pasien diharuskan cek gula rutin biasanya mereka sudah tahu. Jadi ketika diketahui gula darahnya sekian, nanti dosisnya insulinnya harus seberapa, jadi pasien harus tahu. P5 ( ) Pasien-pasien yang memang diharuskan cek gula rutin ya kita ajarkan caranya. Nilai normalnya berapa gitu. P6( ) Kalau memang diprogramkan ya pasien kita latih untuk cek gula darah sendiri apabila pasien harus cek rutin nanti di rumah. Biasanya ada program untuk cek GDS per 6 jam. Ya kita ajari caranya, trus membaca hasilnya. P7( ) Kalau pasien tergantung insulin kan harus cek gula rutin, ya itu kita ajarkan. Trus membaca hasilnya juga kita kasih tahu, normalnya berapa gitu. P8( )

28 68 3) Mengatasi Sementara Kegawatan Partisipan mengungkapkan bahwa penyuluhan kesehatan termasuk juga edukasi kepada pasien bagaimana mengatasi kegawatan pasien diabetes mellitus. Pasien diajarkan mengenali respon tubuh ketika mengalami kegawatan seperti perasaan lemas atau pasien merasa ada yang salah dengan tubuhnya. Hal ini diungkapkan partisipan 2, 3, dan 4 seperti di bawah ini: Kalau misalkan pasien dengan gula darah tinggi itu kan mereka kerasa, atau misalnya gula darahnya tinggi atau rendah kan merasa ada yang berbeda begitu dengan tubuhnya, misalkan lemes begitu. Jadi kita kasih tahu kalau ada yang salah dengan tubuhnya, segera datang ke petugas kesehatan begitu. P2( ) Ya kita kasih tahu juga, dalam tubuh kan ada alarm tubuh seperti itu, jadi ketika dia merasa lemes, atau merasa panas di bagian tubuh mana, atau ada keluhan apa dia harus tahu tanda-tanda khas itu. Apa yang terjadi dan seperti apa penanganan pertamanya itu kita kasih tahu. P3( ) Ya paling kalau pasien merasa aneh dengan tubuhnya kita anjurkan cek gula darahnya atau segera datang ke puskesmas atau rumah sakit begitu untuk dapat penanganan lebih lanjut. P4( ) Pasien juga diberikan peringatan bila terjadi kondisi kegawatan dan pertolongan pertama saat terjadi kegawatan. Partisipan 5 dan 6 mengungkapkan seperti di bawah ini: Mestinya kan pasien dikasih rambu-rambu, jika terjadi kondisinya seperti ini maka dosis insulinnya harus sekian, misalnya. Bagaimana pertolongan pertama ketika pasien mengalami serangan ulang begitu. P5( )

29 69 Ya ketika misalnya saat dicek gula darahnya tinggi atau rendah itu kita kasih tahu penanganan pertamanya. Misalkan hiperglikemi jadi nanti dosis insulinnya berapa itu pasien harus tahu. P6( ) b. Perawatan Luka Beberapa pasien yang datang ke rumah sakit dengan ulkus tentunya pasien diberikan edukasi mengenai perawatan luka yang harus dilakukan di rumah. Kondisi luka diabetes mellitus yang membutuhkan penyembuhan yang cukup lama membuat pasien harus dapat melakukan perawatan luka lanjutan nantinya ketika di rumah. Hal ini diungkapkan oleh partisipan 1 dan 4 sebagai berikut: Ya, apalagi pasien yang punya masalah perawatan lukanya. Dalam hal perawatan luka gangren, kan perawatannya jauh berbeda dengan misalnya luka post operasi. Perawatannya kan harus lebih jeli, kalo ada nekrose itu harus ada nekrotomi. Kalo luka post op kan cuma ganti balut sudah selesai. Kalau untuk ini kan butuh waktu berbulan-bulan penyembuhannya. P1( ) Kalau pasien dengan ulkus itu tentunya kita ajarkan untuk merawat lukanya kalau memang ketika pasien pulang dan perawatan itu masih terus berlanjut. P4( ) Pasien dianjurkan untuk mengganti balutan serta membersihkan luka secara rutin, serta saran-saran yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Hal ini diungkapkan oleh partisipan 6, 7, dan 8 sebagai berikut: Misalnya ada pasien DM dengan ulkus, setidaknya 2 hari sekali kan harus ada ganti balut. Jadi kita berikan anjurananjuran hubungannya dengan kondisi penyakit pasien kita anjurkan utuk pasien menggantungkan kakinya begini (perawat memperagakan) jadi kan cairannya bisa turun karena gravitasi.

30 70 P6( ) Kalau misalnya ada luka kita ajari merawat lukanya, soalnya kalau salah penangannya kan lukanya malah jadi besar dan kemungkinan terburuk bisa sampai amputasi. P7( ) Yaa, ulkus itu kan komplikasi paling sering dari DM ini, kita anjurkan pasien untuk berhati-hati dalam memilih alas kaki. Kalau pasien ada luka ulkus ya kita ajari merawat lukanya. P8( ) c. Foot Care: Pemilihan Alas Kaki Partisipan memberikan edukasi terkait perawatan kaki, untuk mencegah terjadinya luka. Cara perawatan kaki yang dianjurkan ialah memilih alas kaki yang tepat. Hal ini diungkapkan partisipan 2, 3, dan 5 sebagai berikut: Ya kita kasih edukasi begitu saja, tapi ya secara umum. Jadi anjuran-anjuran dari perawat begitu, misalnya untuk menghindari luka ulkus ya kita anjurkan ketika bepergian itu menggunakan alas kaki yang nyaman dan aman seperti itu. P2 (62-65) Ketika pasien sudah boleh pulang kita kasih tahu untuk aktivitasnya di rumah, jadi benda-benda yang membahayakan dia, karena kalau dia kena luka kan akan jadi besar jika tidak tertangani dengan benar. Jadi kita kasih saran untuk menggunakan sepatu atau sandal yang lunak, tidak memakai perhiasan yang berbahaya atau akan membuat dia alergi, jadi benda-benda yang kiranya membahayakan sebaiknya dihindari. P3( ) Ya paling kita anjurkan untuk memilih alas kaki yang tepat itu, kalau perlu juga memakai kaos kaki itu lebih baik. P5( ) Praktik yang baik dalam melakukan perawatan kaki dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi terutama ulkus diabetik. Sebagaimana yang diungkapkan partisipan 7 dan 8 sebagai berikut: Ya paling kita anjurkan untuk lebih hati-hati, memilih alas kakinya. Kalau misalnya ada luka kita ajari merawat lukanya, soalnya kalau salah penangannya kan lukanya

31 Terapi Nutrisi malah jadi besar dan kemungkinan terburuk bisa sampai amputasi. P7( ) Yaa, ulkus itu kan komplikasi paling sering dari DM ini, kita anjurkan pasien untuk berhati-hati dalam memilih alas kaki. P8( ) Kolaborasi dengan Ahli Gizi Pelaksanaan edukasi hubungannya tentang diet pasien, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi dalam memberikan arahan kepada pasien. Ahli gizi dipandang lebih berkompeten dalam memberikan penyuluhan gizi kepada pasien. Sebagaimana diungkapkan oleh partisipan 1 dan 2 sebagai berikut: Tiap hari dari Gizi juga ke ruangan, ngontrol makanannya apa, pantangannya apa itu sudah ada daftarnya. Mereka juga punya leaflet sendiri untuk melakukan penkes kepada pasien. Jadi ahli gizi tidak hanya menyediakan makanan tapi juga memberikan penjelasan kepada pasiennya juga mengenai dietnya. Kan mereka juga lebih tahu, lebih kompeten lah. P1( ) Setiap pagi juga ada ahli gizi ke ruangan untuk kontrol. Kita diskusi juga dengan ahli gizi mengenai kondisi pasien. Ahli gizi nanti yang menetukan kebutuhan diet pasien. P2( ) Ahli gizi tidak hanya menyediakan makanan bagi pasien tetapi juga menyediakan makanan sesuai kebutuhan kalori dari masing-masing pasien. Hal ini diungkapkan partisipan 3 sebagai berikut: Kalau masalah nutrisi sudah ada ahli gizi ya. Tetapi misalnya dengan ahli gizi pun kita tetap ikut kontrol, pasien ini dapat asupan kalori berapa seperti itu. Dengan pasien pun kita ikut kontrol asupan sehari-hari pasien. Kalau kita

32 72 mau optimal penghitungan antropometrinya sekian, sekian, tentunya kita kewalahan. Jadi kita kolaborasi dengan ahli gizi yang tentunya lebih kompeten mengenai masalah diet pasiennya. Jadi dengan antropometri sekian, berapa kebutuhan asupan kalori pasien tersebut. P3 ( ) Ahli gizi mempunyai form tersendiri dalam melakukan edukasi kepada pasien. Ahli gizi memberikan penyuluhan mengenai diet pasien sesuai dengan kebutuhan pasien masing-masing. Seperti diungkapkan partisipan 4 dan 5 sebagai berikut: Kalau masalah asupan nutrisi itu ada ahli gizi. Misalnya pasien baru hari pertama kita sudah konfirmasi ke pihak gizi, ada pasien dengan diagnosa DM mohon dikonsultasikan. Nanti dari pihak gizi ke sini, mereka ada flipchart yang bisa dibawa pulang pasien, ada daftar diet makanan yang sudah disesuaikan dengan kondisi pasien. P4 ( ) Kalau masalah diet kita ada ahli gizi, Ahli gizi kan tiap hari keliling ke ruang perawat dan ke pasien juga. Untuk cek setiap pasien dengan diagnosanya. Kan kita ada buku pemesanan diet, jadi ada pengggambaran kondisi pasien. Nanti kita laporkan ke ahli gizi kondisi pasiennya, nanti ahli gizi yang menentukan kebutuhan diet pasiennya. Jadi kita lebih ke perawatannya. P5 ( ) Partisipan mengungkapkan bahwa setiap pagi ahli gizi akan ke ruangan untuk mengontrol kondisi pasien serta memberikan penyuluhan kesehatan. Hal ini diungkapkan partisipan 6 dan 8 sebagai berikut: Dietnya kan kita ada ahli gizi, jadi untuk masalah gizi itu sudah ada edukasi ke pasien, sudah dihitung sesuai dengan kebutuhan pasiennya. Dari gizi kan ke ruangan setiap hari untuk kontrol. P6 ( ) Kalau pasien DM kan diet itu juga merupakan hal yang penting ya. Lha setiap pagi dari pihak gizi juga kesini. Kalau misalnya ada pasien baru datang pihak gizi ke sini lihat

33 Aktivitas Fisik kondisi pasiennya sambil nanti mereka menghitung dengan kondisi pasien yang begini nanti kebutuhan kalorinya seberapa begitu, mereka juga sekalian penyuluhan ke pasiennya, jadi itu sudah bagian dari ahli gizi. P8( ) a. Olahraga Teratur Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur, merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes mellitus. Dalam hal aktivitas fisik, edukasi yang diberikan terbatas hanya dalam bentuk anjuran agar pasien tetap melakukan olahraga secara teratur. Sebagaimana diungkapkan oleh keseluruhan partisipan sebagai berikut: Kalau itu paling cuma anjuran saja, untuk olahraga teratur gitu. Kalau misalnya ada waktu untuk datang ke sini di RSUD itu ada senam diabetes itu kita kasih tahu waktunya begitu. P1 ( ) Enggak lah, nggak ada kalau itu. Paling kita kasih tahu untuk olah raga secara teratur, itu saja. P2 (179,180) Ya itu paling anjuran, walaupun menderita DM tidak lantas harus berdiam diri terus. Ya kita anjurkan untuk rutin berolahraga. P3 (218,220) Paling kita anjurkan saja untuk olahraga teratur, kalau pasien bisa datang ke rumah sakit itu kita kasih tahu ada senam khusus diabetes dari persadia. Kalau memang pasien berminat ya kita kasih tahu harinya. P4 (178,181) Paling kita anjurkan untuk tetap melakukan aktivitas di rumah secara normal. Olahraga secara teratus atau bisa ikut senam diabetes di sini. P5 (146,148) Ya kita anjurkan pasien untuk olahraga, yang mudahmudah saja, misalnya jalan kaki, naik turun tangga tapi tentunya juga harus hati-hati. P6 (160,182)

34 74 Ya paling kita anjurkan untuk tidak terlalu capek, olahraga secukupnya saja. P7 ( ) Nggak, paling kita kasih tahu untuk olahraga teratur itu saja. P8 ( ) b. Anjuran Senam Diabetes Aktivitas fisik yang dapat dilakukan pasien yakni ikut serta dalam senam diabetes secara rutin di RSUD Kota Salatiga. Kegiatan ini diselenggarakan oleh PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia). Perawat menganjurkan pasien untuk turut serta dalam kegiatan ini. Partisipan 1, 3, 4, dan 5 mengungkapkan sebagai berikut: Kalau misalnya ada waktu untuk datang ke sini di RSUD itu ada senam diabetes itu kita kasih tahu waktunya begitu P1( ) Dia juga harus melakukan kegiatan, bergerak atau latihan fisik. Kalau memungkinkan datang, di RSUD sini ada senam diabetes dari persadia. P3( ) Paling kita anjurkan saja untuk olahraga teratur, kalau pasien bisa datang ke rumah sakit itu kita kasih tahu ada senam khusus diabetes dari persadia. Kalau memang pasien berminat ya kita kasih tahu harinya. P4( ) Olahraga secara teratus atau bisa ikut senam diabetes di sini. P5( ) Terapi Farmakologi a. Penggunaan Insulin Terapi farmakologis yang diberikan kepada pasien ialah penggunaan insulin yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien. Seperti diungkapkan partisipan 2 dan 3 seperti di bawah ini:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa partisipan memahami discharge planning sebagai sarana untuk memberikan informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan

Lebih terperinci

SKENARIO ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING ( PERSIAPAN PASIEN PULANG )

SKENARIO ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING ( PERSIAPAN PASIEN PULANG ) SKENARIO ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING ( PERSIAPAN PASIEN PULANG ) Role : : Ismi Nikmatul Sita (1411020) Kepala Ruangan : Vinsa bayu (1411019) : Ayla Efyuwinta (1411016) Perawat P1 : Siti Rodiyah (1411027)

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah.

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah. 91 Lampiran 1 Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah. Data umum pasien: 1. Nama : 2. Jenis kelamin :

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta Purnomo, S.KM Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta OLEH: TUJUAN PENGELOLAAN DM SECARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut Internasional of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai masyarakat dunia berkomitmen untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia saat ini. Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan pembahasan yang telah dilakukan pada sembilan partisipan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan pembahasan yang telah dilakukan pada sembilan partisipan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada sembilan partisipan selama kurang lebih satu bulan, dalam menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa memproduksi cukup insulin, hormon pengatur kadar gula darah atau tubuh tidak bisa menggunakan

Lebih terperinci

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning :

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning : BAB I DEFENISI Pelayanan yang diberikan kepada pasien di unit pelayanan kesehatan rumah sakit misalnya haruslah mencakup pelayanan yang komprehensif (bio-psiko-sosial dan spiritual). Disamping itu pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Brunner BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Brunner & Suddarth, 2013). Insiden dan

Lebih terperinci

Kontrol Gula Darah Anda. Apa? Mengapa dan Bagaimana?

Kontrol Gula Darah Anda. Apa? Mengapa dan Bagaimana? Kontrol Anda. Apa? Mengapa dan Bagaimana? Kontrol gula darah anda. Apa? Mengapa dan bagaimana? Bagi penderita diabetes, mengontrol gula darah adalah suatu keharusan. Untuk tetap berada dalam ambang normalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolisme yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Glukosa dibentuk di hati dari makanan

Lebih terperinci

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan (menyerap) gula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya tiap tahun semakin meningkat. Di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat kesejahteraan masyarakat, demikian halnya dengan fokus perhatian masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang akan melaksanakan penelitian dengan judul Gambaran Pelaksanaan Discharge

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang akan melaksanakan penelitian dengan judul Gambaran Pelaksanaan Discharge Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN KepadaYth. Sdra/i Responden Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Pathimatuz Zuhra NIM : 20120320135 Adalah mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU H. Khairir Rizani 1, Suroto 2, Akhmad Rizani 3 ABSTRAK Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit kronik yang cukup banyak dijumpai dewasa ini adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik (kadar gula

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta atau Rumah Sakit Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan LAMPIRAN 57 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan 58 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Tengah 59 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian RSUD Depati Hamzah 60 Lampiran 4. Surat Ijin

Lebih terperinci

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP Ikatan Apoteker Indonesia 201 PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP Yuhansyah Nurfauzi 1*, Maria Immaculata Iwo 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federatiaon (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federatiaon (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

Obat Herbal Diabetes Kering

Obat Herbal Diabetes Kering Obat Herbal Diabetes Kering Obat herbal diabetes kering bisa menjadi solusi untuk luka diabetes anda. Sekali lagi benar benar kenali penyakit diabetes yang anda derita. Ketika anda salah mengenal penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masalah kesehatan dipengaruhi oleh pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep A. Pengertian Discharge Planning (Perencanaan Pasien Pulang) merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat

Lebih terperinci

Obat Diabetes Paling Ampuh

Obat Diabetes Paling Ampuh Obat diabetes paling ampuh merupakan hal yang paling dicari oleh orang-orang penderita diabetes mellitus. Beragam obat diabetes pun banyak ditawarkan di publik. Baik obat herbal diabetes rumahan yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Maluku Rumah Sakit Jiwa Ambon di mulai tahun anggaran 1981/1982 Rumah Sakit

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS (PENYAKIT GULA)

DIABETES MELLITUS (PENYAKIT GULA) DIABETES MELLITUS (PENYAKIT GULA) AFRIYANI, S.Kep 04121004 PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK PSIK-FK UNAND PADANG 2008 Apa itu Diabetes Melitus (DM)..?? Suatu keadaan tingginya kadar gula darah karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan tentang pelaksanaan PROLANIS pada penderita diabetes melitus dan hipertensi di Puskesmas Banjardawa Kabupaten Pemalang, maka dapat

Lebih terperinci

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT DENGAN MOTIVASI DALAM MENCEGAH TERJADINYA KOMPLIKASI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS KARTASURA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program terapi efektif untuk diabetes mellitus membutuhkan latihan komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis, dan regimen farmakologis

Lebih terperinci

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar? Setting: Di suatu hari yang cerah beberapa hari setelah dilakukannya implementasi oleh perawat Evita mengenai senam kaki dan edukasi mengenai terapi diet bagi sekelompok masyarakat yang menderita DM. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara epidemiologi, pada tahun 2030 diperkirakan prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU? DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU? Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif. Insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Masalah komplikasi diabetes merupakan dampak masalah fisik yang dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes mellitus juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam pelayanan keperawatan. Discharge planning adalah proses mempersiapkan pasien yang dirawat di rumah sakit

Lebih terperinci

BAB III RESUME KASUS

BAB III RESUME KASUS BAB III RESUME KASUS Bab ini membahas tentang asuhan keperawatan keluarga pada pasien Diabetes Mellitus, penulis mengemukakan bahwa penulis memperoleh data melalui wawancara, obvserasi dan studi dokumentasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan di bidang sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup khususnya di daerah perkotaan di Indonesia, jumlah penyakit degeneratif khususnya

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 2013 DAFTAR ISI

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 2013 DAFTAR ISI PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 2013 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i I. Pendahuluan...1 1 II. Latar Belakang...1 III. Tujuan...1 IV. Kegiatan pokok...2 V. Cara melaksanakan kegiatan...2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan perawat adalah melaksanakan pendidikan kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan perawat adalah melaksanakan pendidikan kesehatan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat dalam peran dan fungsinya memiliki banyak kewajiban terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Salah satu peran yang dilakukan perawat adalah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai adanya hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemi)

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 90 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon responden penelitian Di Ruang Mawar RSUD Dr. Hardjono Ponorogo Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program Diploma III Keperawatan

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa.

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa. PERAN PERAWAT HOME CARE Disampaikan oleh Djati Santosa. AWAL PERJALANAN Home Care sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan yang sangat sederhana. Kunjungan perawat kepada pasien yang tidak mampu menuju

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit P e n g e r t i a n D i e t DASAR DIETETIK M u s l i m, M P H l m u D i e t I Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/sakit dengan memperhatikan syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar

KUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar KUESIONER PENELITIAN Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar A. Petunjuk pengisian 1. Mohon bantuan dan kesediaan

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016

LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016 LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016 Nama : dr. Adinda Ferinawati Tanggal Orientasi : 16 Januari 2017-23 Januari 2017 Tempat Orientasi : Puskesmas Sidorejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013). Global Status Report

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan terus

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM), kini menjadi ancaman yang serius bagi umat manusia di dunia. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Lebih terperinci

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab : E. Analisa data NO DATA MASALAH PENYEBAB DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. DO : Kelebihan volume Penurunan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan - Terlihat edema derajat I pada kedua kaki cairan haluaran

Lebih terperinci

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN STUDI KASUS PADA Tn. M UMUR 79 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI KARYA TULIS

Lebih terperinci

3 KUESIONER PENELITIAN

3 KUESIONER PENELITIAN Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DM TIPE 2 DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS DI RS HASAN SADIKIN BANDUNG Petunjuk Pengisian : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah disertai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Riset Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mampu berkomunikasi dengan baik, tinggal di wilayah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. yang dilaksanakan selama 2 hari pada tanggal 7-8 juni Dengan urutan asuhan

BAB IV PEMBAHASAN. yang dilaksanakan selama 2 hari pada tanggal 7-8 juni Dengan urutan asuhan BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan pengelolaan kasus Hiperglikemia pada penderita Diabetus Mellitus yang dilaksanakan selama 2 hari pada tanggal 7-8 juni 2014. Dengan urutan asuhan keperawatan yang dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah

BAB I PENDAHULUAN. gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, Indonesia memiliki masalah gizi yang disebut dengan beban gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DIABETES MELLITUS PADA IBU-IBU PKK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI

DETEKSI DINI DIABETES MELLITUS PADA IBU-IBU PKK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI DETEKSI DINI DIABETES MELLITUS PADA IBU-IBU PKK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI Kudarti 1, Ike Rina Wulandari 2, Rifa Caturiningsih 3 Prodi DIII Kebidanan, Akademi Kebidanan Mardi Rahayu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan jumlah penderita, deskripsi diri, data keluarga dan status kesehatan, pengobatan serta pengelolaan

Lebih terperinci

HOME CARE/HOSPITAL HOME CARE M.HADARANI, S.KEP.NS.MPH

HOME CARE/HOSPITAL HOME CARE M.HADARANI, S.KEP.NS.MPH HOME CARE/HOSPITAL HOME CARE M.HADARANI, S.KEP.NS.MPH PENGERTIAN HOME HEALTH CARE Pel prof dan paraprofesional, juga peralatan yg berhubungan scr medis utk klien dan keluarga di tempat tinggalnya utk memelihara

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara

LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara Visi 1. Apa yang seharusnya dilakukan oleh perawat pelaksana untuk menjadikan Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan holistik Kristiani dan tetap memperhatikan perkembangan

Lebih terperinci

PELAYANAN GIZI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN BAGIAN GIZI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

PELAYANAN GIZI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN BAGIAN GIZI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH PELAYANAN GIZI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN BAGIAN GIZI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH Secara fungsi : melaksanakan 2 kegiatan pokok pelayanan gizi di RSIJ yaitu kegiatan asuhan gizi ranap dan rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum penelitian dimulai. Kuisioner divalidasi dengan cara diuji coba pada 30 orang yang mana 20

Lebih terperinci

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang simpulan. yang menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan,

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang simpulan. yang menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan, BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang simpulan yang menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan, kemudian akan disampaikan saran praktisi yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Gambar 4.1.1 Peta letak demografi RS Paru dr Ario Wirawan Salatiga Kondisi geografis daerah Ngawen Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Hiperglikemia jangka panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepuasan pasien sebagai salah satu indikator pelayanan berkualitas harus menjadi perhatian karena berhubungan langsung dengan pengguna pelayanan kesehatan ( Lusa, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. Pengertian sehat

Lebih terperinci

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT URAIAN TUGAS PETUGAS ADMINISTRASI DI INSTALASI RAWAT DARURAT Jl. Tanjung Jati No. 4 Dumai URAIAN TUGAS PETUGAS ADMINISTRASI DI INSTALASI RAWAT DARURAT I. Tanggung jawab Secara administrasi bertanggung

Lebih terperinci

DRUG RELATED PROBLEMS

DRUG RELATED PROBLEMS DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: AMALIA FATIMAH K 100 040 178 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENJELASAN PENELITIAN. : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor

PENJELASAN PENELITIAN. : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN Judul Penelitian Peneliti : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor : Annisah Sepwika Sari NIM :

Lebih terperinci

A. IDENTITAS INFORMAN (DOKTER) Nama : Umur : Tahun. Status kepegawaian : Pendidikan : Lama kerja : B. Pertanyaan

A. IDENTITAS INFORMAN (DOKTER) Nama : Umur : Tahun. Status kepegawaian : Pendidikan : Lama kerja : B. Pertanyaan 134 PEDOMAN WAWANCARA DETERMINAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR RIAU TAHUN 2016 A. IDENTITAS INFORMAN (DOKTER) Nama : Umur : Tahun Status kepegawaian : PNS Non PNS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK INFORMAN

KARAKTERISTIK INFORMAN KARAKTERISTIK INFORMAN Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien Dalam Upaya Keselamatan Pasien (patient Safety) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan Petunjuk Pengisian : Istilah pertanyaan dibawah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter

Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter Nama Pewawancara Tanggal Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara I. Petunjuk Umum 1. Sampaikan ucapan terimakasih kepada informan atas kesediaannya dan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

KONSULTASI & RUJUKAN DALAM PRAKTEK DOKTER KELUARGA

KONSULTASI & RUJUKAN DALAM PRAKTEK DOKTER KELUARGA KONSULTASI & RUJUKAN DALAM PRAKTEK DOKTER KELUARGA TUJUAN Mahasiswa mampu menjelaskan: perbedaan rujukan medis dan rujukan kesehatan perbedaan konsultasi dan rujukan pembagian wewenang dan tanggungjawab

Lebih terperinci