4 Studi Kasus di R H Tanafiung,
|
|
- Widyawati Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS FAKTOR- UHl KESEDIAAN PENGAnrlBlLdN KREDIT PETAARII DAN KERAGAAM KOPERASI SEBAGAI ALTERNATlF K Dl LOKASI PRO AAN PERKREDiiTAN N SOSIAL 4 Studi Kasus di R H Tanafiung, KPM Semrrang, Peru Jaws Tengrh ) Oleh ZULFlANl LUBlS A JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2 R I N G K A S A N ZULFIANI LUBIS. Analisis Fakt,or-faktor Yang Mempengaruhi Kesedlaan Pengambilan Kredit tetani dan Keragaan Koperasi Sebagai Alternatlf Kelembagaan Perkreditan, di Lokasi Proyek Perhutanan Sosial, Studi Kasus di RPH Mliwang, BKPH Tanggung, KPH Semarang, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Laporan Praktek Lapang (Dibawah blmbingan : FADHOLI HERNANTO). Hubungan antara kehutanan dan pertanian merupakan isyu penting dalam pembangunan pedesaan (Wiersum, 1986). Salah satu permasalahan yang timbul sehubungan dengan ketiga unsur diatas adalah kerusakan sumberdaya alam hutan, tanah dan air yang disebablcan oleh aktivitas manusia. Alci bat yang di timbul kan adal ah menurunnya daya dukung lingkungan dan kemiskinan penduduk. Dalam usaha mengurangi tekanan sosial ekonomi terhadap hutan akibat peningkatan jumlah penduduk, maka pemer i ntah tel ah rnengadakan berbagai program diantaranya Program Perhutanan Sosial (PS). Program ini pada hakekatnya merupakan program Pembangunan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) dengan penyuluhan yang intensif. Kegiatan ini dilakukan diantaranya melalui subsidi dan kredit untuk kegiatan tumpangsari (Agroforestry) di lahan hutan. Kondisi keuangan negara tidak memunglcinkan diadakan
3 subsidi terus-menerus. Di 1 a in pi hak program PS telah menampakkan efektivitasnya. Di sekitar lokasi proyek PS itu sendiri terdapat berbagai sumber kredit, baik kredit formal maupun non formal. Kredit program PS merupalcan salah satu diantara kredit formal yang diberikan kepada peserta program. Dari beberapa kondisi yang ditemukan di daeral~ pedesaar?, termasuk di selti tar hutan sebagai lokasi program PS, ditemukan kenyataan bahwa masih banyak petani yang enggan memanfaatkan fasilitas kredit yang tersedia, terutama kredit formal. Ketidakpastian hasil dan keengganan untuk menanggung resi ko pi nj aman/kredi C rnenjadi suatu penyebab utama. Padahal, ltredi t merupakan aspek penting yang dapat membantu petani dalam meningkatkan hasil dari usahataninya. Sehubungan dengan ha1 diatas, perlu dilakukan penelaahan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesedi aan pengambi Ian kredi t petani. Demi ki an pula dengan pengembangan pola "Supervised Credit'' sebagai al- ternatif mekanisme kredit yang diharapkan dapat menunjang keberhasilan program. J i ka di hubungkan dengan kenyataan bahwa peserta program diprioritaskan pada masyarakat sekitar hutan yang mempunyai pendapatan rendah dan 1 ahan garapan yang dimi 1 iki tidak memadai/tidak memi 1 i lti lahan garapan sama
4 sekal i, narnpaknya kehadi ran ltoperasi sebagai wadah yang menyatukan petani lemah dalam upaya mencapai tujuan ekonomi yang sarna menjadi suatu ha1 yang penting. Pilihan terhadap koperasi didasari oleh kekuatan yang dimi 1 i ki oleh lernbaga formal ini dal am rneningkatkan "bargaining position" petani terhadap pihak luar. Pelaksanaan perkreditan bagi kegiatan program PS nantinya diharapkan dapat diatasi oleh koperasi/kljd. Sehubungan dengan perrnasalahan diatas rnaka praktek lapang ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengarnbilan kredit petani, rnene- laah prospek pengembangan pola "Supervised Credit", dan menganalisis keragaan ltoperasi setempat. Hasil analisls diharapkan dapat rnenjadi masukan bagi perumusan kebijakan baik ditingkat pusat rnaupun daerah. Beberapa temuan penting sebagai dasar analisis selanjutnya adalah : (1) petani telah menerima konsep Perhutanan Sosial sebagai sesuatu yang dapat rneningkatkan kesejahteraan rnereka, (2) kegiatan usahatani program PS telah menjadi kegiatan utama bagi peserta program, (3) petani mernpunyai kebersamaan yang kuat dalarn kelompoknya, dalam ha1 ini KTH. Ketiga unsur tersebut merupakan dasar yang sangat mempengaruhi pel aksanaan ltegi atan PS di lokasi praktek lapang ini.
5 Praktek Lapang ini dilaksanakan di RPH Mliwang, BKPH Tanggung, KPH Semarang, Perum Perliutani Unit I Jawa Tengah. Responden di pi 1 i h secara acait sederhana yaltni sebanyak 30 untuk petani peserta dan 21 petani non peserta. Responden tersebar di dua desa, yakni Desa Ngarnbakrejo dan Jumo, Kec. Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Metoda pengolahan dan analisis data yang dipergunakan adalah regresi, tabulasi dan diskriptif. Kesediaan petani menerima kredit didasarkan pada desakan untuk rnenerapkan teknol ogi pada usahatani nya. Sedangttan keengganan pet,ani untuic menerima ltredit didasari pertirnbangan resi lto dan rnerasa rnampu rnembiayai sendiri. Analisis fungsi ltesediaan pengarnbilan ltredit petani menunjukkan bahwa pada dasarnya petani bersedia rnenerima kredi t sepanjang pemahaman terhadap karakteristik pengambilan kredit petani dipenuhi. Pendapatan riil usahatani (nilai harapan) merupakan peubah yang berpengaruh nyata pada hampir semua persamaan fungsi kredit, lcecual i persarnaan 8, yakni fungsi kesediaan pengambilan kredit peserta terhadap kredit PS. Ini menunjukkan bahwa pada dasarnya petani di lokasi praktek lapang adalah petani yang rasiona7. Status sebagai peserta atau non peserta yang didekati melalui peubah boneka pada persamaan A ternyata menyebabkan perbedaan yang nyata dalam pengambilan ltredit
6 kedua ltelompok petani. Pada persamaan B, peubah yang berpengaruh nyata adalah luas lahan PS dan suku bunga kredit PS. Untuk persamaan C peubah pang berpengaruh nyata hanya pendapatan PS, sedangltan untuk persamaan D peubah yang berpengaruh nyata adal ah pendapatan, suku bunga kredit dan pendidikan kepala keluarga. Hasi 1 anal isi s tersebut menunjukltan bahwa peubah ekonomi lebi h berpengaruh dibanding peubah non ekonomi. Analisis diskriptif prospek pengembangan pola "Supervised Credit" menunjukkan bahwa pola tersebut telah dilaksanakan dan dapat menunjang keberhasilan program. Analisis keragaan koperasi formal dilakukan pada KUD K l ampis Ireng, dan menunjultkan bahwa KUD be1 urn berperan dalam kegiatan perkreditan di lokasi proyeit. Untuk "koperasi" simpan pinjam KTH, menunjukkan prospek yang baik dalam upaya pengembangannya bai k sebagai wadah pemupukan modal swadaya maupun membi na lterjasama kelompok. Koperasi sebagai a1 ternati f ltelembagaan perkreditan nampaknya perlu dikembangkan dalam rangka menunjang keberhasi Ian program PS. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari praktek lapang ini, nampaknya konsep Perhutanan Sosial telah dapat diterima dengan baik di lokasi praktek lapang. Pemberian kredit dapat dilaltsanalcan disertai dengan bimbingan dan penyuluhan (Supervised) dalam
7 pernanfaatannya. Hal ini akan rnernperkeci 1 resiko kegagalan usahatani yang dapat rnenyebabkan keengganan petani rnernanfaatkan fasilitas kredit yang tersedia. Penetapan suku bunga kredit hendaknya disesuaikan dengan keuntungan riil usahatani. Pengernbangan koperasi sebagai alternatif kelernbagaan perkreditan rnernerlukan koordinasi dan perencanaan yang terpadu dari berbagai pihak yang terkait. Untuk kasus PS Mliwang, kegiatan KTH dalarn hentuk "koperasi" sirnpan pinjarn dapat diintegrasikan dalarn KUD yang ada sebagai awal dari pernhentukan koperasi formal yang dicita-citakan. Hal ini dilakukan untuk rnengatasi kendala keterbatasan kernarnpuan rnanajernen dari anggota KTH. Model Perhutanan Sosial ini secara urnurn telah dapat rnenjawab adanya kelestarian peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga lcerja, adanya dana ~intulc rnempercepat pernbangunan desa dan daerah serta kelestarian hutan.
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
4 Studi Kasus di R H Tanafiung,
ANALISIS FAKTOR- UHl KESEDIAAN PENGAnrlBlLdN KREDIT PETAARII DAN KERAGAAM KOPERASI SEBAGAI ALTERNATlF K Dl LOKASI PRO AAN PERKREDiiTAN N SOSIAL 4 Studi Kasus di R H Tanafiung, KPM Semrrang, Peru Jaws Tengrh
Lebih terperinci" i. Oleh. LUHUT LIMBONG r FAKULTAS PASCA SARJANA. INSTITUT PERTANlAN BOGOR
"...-.-.-... i ayal lqlg MAcALAH ----- KONVERSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETAWI KELAPA SAWIT PESERTA PIR-NES V BANTEN SELATAN PROPINSI JAWA BARA'I Oleh LUHUT LIMBONG r FAKULTAS PASCA
Lebih terperinciSTUDI PEMBINAAN KTH DAN PENDAPATAN ANGGOTA KTH PADA PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL DI RPH CEPUKAN, BKPH KEDAWAK UTARA, KPH NGAWI. Oleh: Firdaus Husein *)
STUDI PEMBINAAN KTH DAN PENDAPATAN ANGGOTA KTH PADA PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL DI RPH CEPUKAN, BKPH KEDAWAK UTARA, KPH NGAWI Oleh: Firdaus Husein *) 0 PENDANULUAN Tingkat kepadatan penduduk dan pertumbuhannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernbangunan daerah rnerupakan bagian dari pernbangunan nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PERUM PERHUTANI
67 V. GAMBARAN UMUM PERUM PERHUTANI 5.1. Profil Perum Perhutani 5.1.1. Visi dan Misi Perum Perhutani Perum Perhutani adalah salah satu Badan Umum Milik Negara di lingkup Departemen Kehutanan dan Perkebunan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakanq. Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan
PENDAHULUAN Latar Belakanq Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia. Karena kebutuhan semakin beragarn dan saling rnendesak untuk didahulukan, rnaka individu
Lebih terperinciPOTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG
POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi
Lebih terperinciARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI
Preview Sidang 3 Tugas Akhir ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KECAMATAN BANGOREJO, KABUPATEN BANYUWANGI Disusun: Nyimas Martha Olfiana 3609.100.049
Lebih terperinciEVALUASI PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL TUMPANGSART DITINJAU DARI PENDAPATAN PESERTA PhZOGRAM DAN KEBERHASILAN TANAMAN WUTAN.
EVALUASI PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL TUMPANGSART DITINJAU DARI PENDAPATAN PESERTA PhZOGRAM DAN KEBERHASILAN TANAMAN WUTAN CJ Oleh: Irawan * 1 Latar Belakang 'i Lebih dari 83 persen rumahtangga di Indonesia
Lebih terperinciKUD hanya sebagai penyalur dan tidak bertanggungiawab dalam pengembalian
HAFNI HAFSAH. Efektivitas Penyaluran Kredit Usahatani : Perbandingan Antara Pola Khusus ( Executing) dan Pola Umum (Clzanneling). (Kasus di Wilayah Kerja BRI Cabang Karawang). Dibawah bimbingan MANGARA
Lebih terperinciStudi Kasus. Di Beberapa Usahatani Model, Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Oleh A:"iITA PERMANASARI A
Studi Kasus Di Beberapa Usahatani Model, Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat Oleh A:"iITA PERMANASARI A 19 1086 JURUSAN ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKUL TAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciStudi Kasus. Di Beberapa Usahatani Model, Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Oleh A:"iITA PERMANASARI A
Studi Kasus Di Beberapa Usahatani Model, Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat Oleh A:"iITA PERMANASARI A 19 1086 JURUSAN ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKUL TAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciPROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI
PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI Oleh: Aladin Nasution*) - Abstrak Pada dasarnya pembangunan pertanian di daerah transmigrasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari pembangunan ekonomi nasional pada hakekatnya merupakan suatu pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi
Lebih terperinciModel Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. laku perekonomian kota ini. Sebagai pintu gerbang internasional yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang DKI Jakarta rnemiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan propinsi lain. Sebagai ibukota negara dan pusat pernerintahan, berbagai kebijaksanaan ekonomi nasional dilahirkan
Lebih terperinciSektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi. hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di samping karena merupakan lahan bisnis
Lebih terperinciSTUB1 KELE. Cibereng - Kecamatau. Oleh. ( Studi Kasus di KUD M KUD Bina Tani
STUB1 KELE DALAM PENGELO USAHATANI ( Studi Kasus di KUD M KUD Bina Tani Cibereng - Kecamatau Oleh R I Z A JWRUSAH ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMl PERTANlAW FAKULTAS PERTANIAN INSTlTUT PERTANIAN BOGOR 1991 R
Lebih terperinciLampiran 1 Kuisioner penelitian untuk personil RPH Oro Oro Ombo
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner penelitian untuk personil RPH Oro Oro Ombo KUISIONER PENELITIAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran
Lebih terperinciVI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN
73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir. kualitas hidup rakyat melalui peningkatan partisipasinya secar aktif dalam
28 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah adanya peningkatan kualitas hidup rakyat melalui peningkatan partisipasinya secar aktif dalam pembangunan,
Lebih terperinciANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA
ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA
ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciTu.iuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : perubahan tingkat pengetahuan dan persepsi masyarakat.
ANALISIS SOSIAL EKONBMI RUMAWTANGGA PESERTA DAN BUKAN PESERTA TUMPANGSARI DAN MEBERNASILAN REBOISASI DALAM RANGKA PROPEK PERNUTANAN SOSIAL DI RPN GLANDANG KPW PEMALANG KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAW Latar
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN REKOMENDASI
122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lndonesia (BRI) sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia perlu. dalam bisnis perbankkan. Salah satu upaya yang perlu dilakukan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menghadapi era perdagangan bebas, Bank Rakyat lndonesia (BRI) sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia perlu melakukan pembenahan diri agar dapat bersaing dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Tidak perlu di ragukan lagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELlTlAN
METODOLOGI PENELlTlAN Kerangka Pemikiran Petani dalarn pernbangunan pertanian saat ini rnerniliki peran penting, yaitu sebagai subyek dari pernbangunan pelrtanian. Dalarn penentuan kebijakankebijakan pernbangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan
Lebih terperinciV. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
91 V. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1. Simpulan Berdasarkan permasalahan, tujuan, hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka dapat dikemukakan beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya Pemerintah menurunkan jumlah pengangguran dan kemiskinan sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar 5,1% dan 8,2% dan penurunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang lndustri perbankan, khususnya bank urnurn, rnerupakan pusat dari sistern keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan dana, rnernbantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjaga efektifitas dan efisiensi kinerja keuangan dari. perusahaan dibutuhkan suatu bentuk alat komunikasi yang memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjaga efektifitas dan efisiensi kinerja keuangan dari perusahaan dibutuhkan suatu bentuk alat komunikasi yang memberikan informasi tentang kondisi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja
Lebih terperinciANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan
ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan Nina Herlina, Syamsul Millah, Oding Syafrudin Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan transmigrasi diarahkan pada pembangunan daerah, keseimbangan penyebaran penduduk dan peningkatan mutu kehidupan penduduk di lokasi transmigrasi dan sekitarnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang
Lebih terperinciANALISA BIAPA-MAEBFMT PILOT PROYEK PERHUTMm SBSPAL DAN OPTIMALPSASI USMATAPBX TUHPAMBSARI DI RPW KIARA PAVUNG, KPH CIANJUR, JAW8 BARAT.
ANALISA BIAPA-MAEBFMT PILOT PROYEK PERHUTMm SBSPAL DAN OPTIMALPSASI USMATAPBX TUHPAMBSARI DI RPW KIARA PAVUNG, KPH CIANJUR, JAW8 BARAT Oleh E. 6. T ~gu Manurung $1 Tidak kurang dari 6000 desa di pulau
Lebih terperinci- r TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN DAN DISTRISUSINYA
BAMBAK PROYEK PER SOSlAL - r TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN DAN DISTRISUSINYA SERTA TINGKAT KEMISKINAN PETAM PESERTA PROYEK ( Studi Kasus di RPH Bantoran, KPH Banyumar Bsrat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
Lebih terperinci- r TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN DAN DISTRISUSINYA
BAMBAK PROYEK PER SOSlAL - r TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN DAN DISTRISUSINYA SERTA TINGKAT KEMISKINAN PETAM PESERTA PROYEK ( Studi Kasus di RPH Bantoran, KPH Banyumar Bsrat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis.
Lebih terperinciABSTRAK SKRIPSI. dalam. Masalah perbankan di Indonesia diatur. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
ABSTRAK SKRIPSI Masalah perbankan di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disingkat UU No' 7 Tahun 1992) ' Dalam pel aksanaannya bank umum dalam memberi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Lokasi, populasi dan Sampel Penelitian. Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. KPH Bandung Selatan
METODE PENELITIAN Lokasi, populasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian adalah Desa Pulosari dan Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan yang termasuk dalam wilayah kerja BKPH Pangalengan, KPH Bandung
Lebih terperinciDAhAlM PEbAKSANAAN PROGRAM PENGWISAUAM
TELAAWAN KEEFEKTIFAW KELOMPOK TAN1 DAhAlM PEbAKSANAAN PROGRAM PENGWISAUAM RINA TONAPA JURUSAN ILMU-ILMU SQSIAL EKQNOMl PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN lnstltut PERTANIAN BOGOR B O G O R 1986 RINA TOMAPA.
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 407 /KPTS/013/2015 TENTANG TIM PENILAI LOMBA WANA LESTARI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 407 /KPTS/013/2015 TENTANG TIM PENILAI LOMBA WANA LESTARI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan
Lebih terperinciKedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui
Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui rnigrasi swakarsa, dimana struktur agraria terbentuk bersamaan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Peranan UMKM di Indonesia sangat penting sebagai penggerak ekonomi yang
Lebih terperinciSTUD1 SOSIAL EKONOMP DAN FINAPTSIAE. Oleh. Ananda Artono *)
603 STUD1 SOSIAL EKONOMP DAN FINAPTSIAE SISTEM TUMPANGSARI DI LOKASI PROUEK PERHUTANAN SOSIAL RPN WANGUN BKPW SUNDULAN KPH TUBAM Oleh Ananda Artono *) Latar Belakang Nubungan antara masyarakat desa khususnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah suatu program pengelolaan sumber daya hutan yang dilakukan bersama dengan jiwa berbagi
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PEDESAAN SUMATERA BARAT
STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PEDESAAN SUMATERA BARAT Oleh: Mewa Arifin dan Yuni Marisa') Abstrak Membicarakan masalah kemiskinan, baik langsung maupun tidak langsung, berarti membicarakan distribusi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberi mandat oleh negara untuk mengelola sebagian besar hutan negara di Pulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi mandat oleh negara untuk mengelola sebagian besar hutan negara di Pulau Jawa. Dalam perkembangannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan partisipasinya dalam pembangunan itu sendiri. Pembangunan di bidang
Lebih terperinci72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN
72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN 7.1. PENYUSUNAN STRATEGI PROGRAM Rancangan strategi program pemberdayaan dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) pada tanggal 24 Desember 2007, jam 09.30
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN. Setelah membahas bab? demi bab, baik mengenai teori, penyajian data maupun analisis data, akhirnya dapat
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Setelah membahas bab? demi bab, baik mengenai teori, penyajian data maupun analisis data, akhirnya dapat ditarik beberapa kesimpulan. Sebelum raengemukakan kesimpulan-kesimpulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi memiliki kedudukan yang khusus dalam perekonomian Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis X yang kuat dalam UUD 1945, dan dalam
Lebih terperinciPeranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia
Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan praktek-praktek yang telah dilakukan
Lebih terperinciPEMBINAAN PT. TEHNUSAMBA INDAH KEPADA PETANI DAN RESBON *PETAN1 DALAM PEMELIHARAAN TANAMAN TEH
PEMBINAAN PT. TEHNUSAMBA INDAH KEPADA PETANI DAN RESBON *PETAN1 DALAM PEMELIHARAAN TANAMAN TEH ( Studi asus us -d.i ~ esa Kecamatan Sukalaksana, ara, Kabupaten Cianjur, Oleh AULlA MUFRIDAH A 23.0873 JURUSAN
Lebih terperinciPEMBINAAN PT. TEHNUSAMBA INDAH KEPADA PETANI DAN RESBON *PETAN1 DALAM PEMELIHARAAN TANAMAN TEH
PEMBINAAN PT. TEHNUSAMBA INDAH KEPADA PETANI DAN RESBON *PETAN1 DALAM PEMELIHARAAN TANAMAN TEH ( Studi asus us -d.i ~ esa Kecamatan Sukalaksana, ara, Kabupaten Cianjur, Oleh AULlA MUFRIDAH A 23.0873 JURUSAN
Lebih terperincidan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang
II TINJAUAN PUSTAKA Penilaian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit sudah banyak dilakukan sebelumnya, baik pada kredit yang disalurkan oleh lembaga keuangan (bank) maupun
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Dampak krisis ekonomi yang melanda negara-negara kawasan Asia. Tenggara, khususnya yang terjadi di lndonesia di pertengahan tahun 1997
L PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Dampak krisis ekonomi yang melanda negara-negara kawasan Asia Tenggara, khususnya yang terjadi di lndonesia di pertengahan tahun 1997 telah memporak-porandakan fondasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen
Lebih terperinciKabupaLen Karawang Jawa Barat. Oleh. Saharuddin *I
w MASALAEI MEMANDIRIAN PETANI SEKITAR WILAUM WUTAN DALAM GKA PENGEMBANGAN BERNUTANm SOSIAL Studi Kasus Di Desa Sirnabaya RPN Wanakarta KabupaLen Karawang Jawa Barat ' Oleh Saharuddin *I Dewasa ini kegiatan
Lebih terperinciVII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM
VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM 107 7.1 Latar Belakang Rancangan Program Guna menjawab permasalahan pokok kajian ini yaitu bagaimana strategi yang dapat menguatkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan
TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan
Lebih terperinciBAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI
BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI 7.1 Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan Keragaan adalah penampilan dari kelompok tani yang termasuk suatu lembaga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kesejahteraan nasional.
Lebih terperinciTINGKAT PENERAPAN DIVERSIFIKASI USAHATANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA
TINGKAT PENERAPAN DIVERSIFIKASI USAHATANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA Oleh: Muchjidin Rachmat dan Budiman Hutabarat') Abstrak Tulisan ini ingin melihat tingkat diversifikasi
Lebih terperinciq* PERENCANAAN TATARUANG PERTANIAN
A3 YPy 4-63/* i i 9- q* PERENCANAAN TATARUANG PERTANIAN DAERAH TRANSMIGRASI SKP H SINUNUKAN WPP XI INATAI, SUMATERA UTARA r L..d,* i t ~$~c; i 0 A.6,',,I Oleh JURUSAM TAMAH FAKULTAS PERTANIAM, INSTiTUT
Lebih terperinciDalam rangka mewujudkan pemerataan hasii-hasil pembangunan, sektor
A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan pemerataan hasii-hasil pembangunan, sektor usaha kecil menduduki peran penting strategis dalam pembangunan nasional, baik diaji dari segi kuantitas, maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pembangunan ekonomi sentralistik yang telah berlangsung selama lebih dari 32 tahun telah rnernberikan darnpak yang luas bagi pernbangunan ekonomi nasional, khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang kehidupan sosial dan ekonomi bagi masyarakat di negara Indonesia ini. Selain menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jawa Madura pada tahun 2012 mencapai ,71 km 2. Hutan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luas kawasan hutan di Pulau Jawa berdasarkan catatan BKPH Wilayah IX Jawa Madura pada tahun 2012 mencapai 129.600,71 km 2. Hutan tersebut dikelilingi ±6.807 desa dengan
Lebih terperinciPENGARUH MlGRASl NOR PERMANEN DAN SlSTENl KELEMBAGAAM TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PERHUTANAN SOSlAL
PENGARUH MlGRASl NOR PERMANEN DAN SlSTENl KELEMBAGAAM TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PERHUTANAN SOSlAL (STUD1 KASUS Dl RPH LARANGAN, BKPH KETAWAR, KPH TELAWA PROPlNSl JAWA PENGAH) Oleh SRI HARDINI A. 230124
Lebih terperinciPENGELOLAAN PROGRAM %MTEWSBFIKAS!
PENGELOLAAN PROGRAM %MTEWSBFIKAS! SUPRA INSUS Studi Kasus di Unit Himpunan Supra lnsus III Kebupaten Daerah Tingkat I1 Bekasi Oleh JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANlADd FAKULTAS PERTANIAN lnstltut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,
Lebih terperinciPENGKAJIWN PENGELOLAAN KOPERASl UNIT DESA VANG MElMPUNVAl USANA Dl BlDAtUG TEBU RAKVAT lntenslflkas4
PENGKAJIWN PENGELOLAAN KOPERASl UNIT DESA VANG MElMPUNVAl USANA Dl BlDAtUG TEBU RAKVAT lntenslflkas4 Kasus : KUD Raga Separih, Kabupaten Malang Jawa Tirnur ole h DJOKO SANTOSQ JURUSAN ILMU - ILMU SOSIAL
Lebih terperinciPENGKAJIWN PENGELOLAAN KOPERASl UNIT DESA VANG MElMPUNVAl USANA Dl BlDAtUG TEBU RAKVAT lntenslflkas4
PENGKAJIWN PENGELOLAAN KOPERASl UNIT DESA VANG MElMPUNVAl USANA Dl BlDAtUG TEBU RAKVAT lntenslflkas4 Kasus : KUD Raga Separih, Kabupaten Malang Jawa Tirnur ole h DJOKO SANTOSQ JURUSAN ILMU - ILMU SOSIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kendala utama dalam kegiatan pengelolaannya. Dalam rangka memudahkan. pengelolaan DAS maka dikembangkan Model DAS Mikro menggunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dan lingkungan dengan kegiatan manusia agar fungsi lingkungan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK.98/Dik-2/2012
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang
302 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang dikuasai rumahtangga petani, harga bayangan pupuk, tenaga kerja dalam keluarga dan
Lebih terperinciOleh PATRIONO *I. *) Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB dibawah Birnbingan 'Dr Ir Junus Kartasubrata dan Ir Sudaryanto,
STUDI PENGARUN REGIATAN AGROPORESTRP TUMPANGSARI TERHADAP KESEJANTERAAN PESANGGEM MELALUI PROGRAM PERBUTANASN SOSIAL DI PETAK 27 RPN TANGEN BKPN TANGEN, KPN SURAKARTA Oleh PATRIONO *I Indonesia pada tahun
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN
FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu
Lebih terperinciKebijaksanaan pembangunan kepariwisataan yang digariskan dalam PJP II mengarahkan agar pariwisata mampu
I_ PENDAI-lULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan yang digariskan GBHN dalam PJP II mengarahkan agar pariwisata mampu menjadi sektor andalan (leading sector) yang dapat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai modal dasar pembangunan perlu dipertahankan keberadaannya dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Luas kawasan hutan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Profil Perum Perhutani 4.1.1 Visi Misi Perum Perhutani Perum Perhutani adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk penyelenggaraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan dalam memulihkan kondisi perekonomian rnasyarakat, bahkan secara
Lebih terperinci