KOMPOSIT (Agl)o,3(p-Al203)o,7 DAN (AgI)o,s(P-AI203)o,5

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMPOSIT (Agl)o,3(p-Al203)o,7 DAN (AgI)o,s(P-AI203)o,5"

Transkripsi

1 PENGARUH SUHU TERHADAP KONDUKTIVITAS BAHAN KOMPOSIT (Agl)o,3(p-Al203)o,7 DAN (AgI)o,s(P-AI203)o,5 P. Purwantodan Safei Purnama Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN safeipurnama@yahoo.com ABSTRACT : The composite materials of (Agl) rffi-alioj),,? and (Agl) 5(p-Al20})ll5 have been made by solid state reaction mixing between Agl with /3-AI20j. The results show that the conductivity values of (AgOoJp-AliOj),,- were 5.98xW5 to 9.47xIO'3 S/m, and the conductivity values of (Agl),l5(p- Al?Os),)j were 0.33x/0'4 to 4.47x/0'3 S/m asfunction of temperature. The conductivity of materialscomposite decreased at transition temperature, but the conductivity ofagl increased with temperature. The activation energy of (Agl)o.}(/3-A/20}) - and (Agl) 5(P-Al203),,5 relative stable with value of activation energy between 0.74xl0'2" J to 2.80x10'2" J. The diffraction peaks of(agl),, /fi-al:oj). -and (AgQojffi-dljOjJoj have thepeak ofagl. Keywords: Materials ofcomposite, x-ray diffraction, conductivities, thermal, activation energy PENDAHULUAN suatu Cacat pada kristal akan menimbulkan mobilisasi ion yaitu cacat Schottky dan Frenkel. Banyaknya cacat pada bahan tergantung pada perlakuan panas yang diberikan pada bahan tersebut. Adanya getaran termal pada bahan menyebabkan ion memperoleh energi untuk melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain didalam suatu kristal sehingga terjadi kekosongan. Bahan konduktor ionik merupakan bahan elektrolit padat yang berkembang terus. Hal ini dengan ditunjukkan sifat bahan konduktor ionik yang memiliki konduktivitas mencapai 10"2 S/m, sifat konduktivitas ini digunakan untuk aplikasi teknologi misalnya baterai, fuel cell dan sensor2). Agl memiliki suhu transisi 147 C dan terdiri dari tiga fasa yaitu fasa-y, P dan a. Pada suhu ruang Agl mempunyai dua fasa yaitu fasa-y berstruktur kubik dan fasa-p berstruktur hexagonal dan mempunyai konduktivitas 10 S/m. Sedangkan di atas suhu transisi, Agl mengalami transisi dari fasa-p ke fasa-a. Agl fasa-a mempunyai sifat superionik dengan nilai konduktivitas 1 S/m '. Penelitian yang telah diteliti oleh E. Kartini dkk'^, yaitu sintesis bahan elektrolit padat berbasis gelas komposit (AgI)o.7(NaP03)o,3 menunjukkan pola difraksinya merupakan presipitasi dari kristavm Agl dan konduktivitasnya sekitar (0,69-3,31) xlo"3s/m. Sifat konduktivitas bahan Agl dan P- AI2O3 sudah diketahui, selanjutnya akan dicoba untuk membuat suatu campuran dari kedua bahan tersebut yaitu (AgI)o.3(P-Al203)o.7 dan (AgI)n.5(P-Al203)o.5- Bahan Agl sebagai Penguat dan P-AI2O3 sebagai matriknya. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh bahan superionik baru dengan konduktivitas pada suhu ruang yang lebih baik. Pengamatan dilakukan untuk mengulangi sifat konduktivitas terhadap suhu pemanasan, struktur kristal serta energi aktivasi bahan tersebut. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini untuk mendapatkan bahan elektrolit padat yang lebih baik sifat konduktivitasnya dari bahan awal yang selanjutnya dapat digunakan untuk baterai padat. 22 MESIN, Vol. 9, No. 1,Januari 2007, 22-3I

2 TINJAUAN PUSTAKA Pengukuran fasa atau struktur kristal pada suatu bahan dilakukan dengan difraktometer sinar-x. Dasar teori adalah hukum Bragg1): X = 2 dhki sin Ghki (1) dimana X 0 dhki panjang gelombang sinar-x (Xcu= U5421 A) sudut difraksi yang diasosiasikan tempat posisi puncak dengan bidang- bidang kisi (hkl) tertentu. jarak antar bidang yang menggambarkan sistem, ukuran unit sel suatu kristal, dan indeks Miller bidang tersebut. Agl, menurut literatur6), memiliki sistem kristal kubik pada fasa-y dan fasa-a, sedangkan pada fasa-p mempunyai memiliki sistem kristal heksagonal. Bahan superionik yang akan dibahas ini terdiri dari campuran Agl dan keramik. Bahan keramik yang digunakan adalah AI2O3. Difraksi sinar-x menunjukkan bahwa pada campuran Agl- AI2O3 terdapat puncak-puncak difraksi yang merupakan hasil presipitat dari kristal Agl. Persamaan untuk kristal kubik adalah : l/d2hk, = (h2 + k2 + l2)/a2 (2) Bila disubtitusikan persamaan (1) ke persamaan (2), didapat: Sin26 =(X2/4a2)(h2+k2+l2) = A(h2+k2+l2) (3) _ t\lla^ a adalah parameter kisi, dan A = (X /4a) adalah konstanta. Persamaan untuk kristal heksagonal adalah l/d2hki = (h2 + k2)/a2 + l2/c2 (4) Bila disubtitusikan persamaan (1) ke persamaan (4), didapat: Sin20 =(X2/4){(h2+k2)/a2 + l2/c2} 2/_2, = A {(hz+kz)/az + 17c'} (5) a dan c adalah parameter kisi, dan A = (X /4) adalah konstanta. Dari persamaan (3) dan (5) dapat diperkirakan bila terjadi pergeseran puncak atau sudut 20 mengecil maka akan terjadi perubahan parameter kisi a dan c menjadi lebih besar dan sebaliknya. Konduktivitas listrik bahan superionik adalah kontribusi jumlah muatan ion pada bahan dan ditulis: a = Z rit Zi (Xi (6) dimana n; adalah konsentrasi pembawa muatan dengan muatan Zi dan mobilitas pi. Bahan superionik konduktor (SIC) konduktivitas elektron kecil sekali atau diabaikan sehingga disebut konduktivitas ionik yang ada. Konduktivitas ionik sebagai fungsi suhu dapat didekati dengan model Arrhenius0 yaitu : a- exp\ kt I kt atau a= ^exp kt dimana: a : (T0 : k : T : Ea : t kt konduktivitas konstanta eksponensial konstanta Boltzman suhu (Kelvin) energi aktivasi (7) Konduktivitas ionik suatu bahan ditentukan oleh struktur kristalnya, misalnya bahan dengan konduktivitas tinggi mempunyai Pengaruh suhu terhadap konduktivitas bahan (P. Purwanto dan S. Purnamd) 23

3 tipe struktur dengan tumpukan atom tidak padat, sehingga mempunyai jaringan untuk dilewati ion yang bergerak (ion sized passage ways). Jumlah lowongan atau celah yang dapat ditcmpati oleh ion sama atau lebih besar dibandingkan dengan jumlah ion yang bergerak atau bilangan okupansi. Konduktivitas didapat dari persamaan : J = ere (8) menghubungkan antara kerapatan arus, J dan medan listrik, s. serta o~ adalah konduktivitas, sebaliknya dari resistivitas p. Misalnya arus I pada sebuah sampel bahan ionik dengan penampang tetap A (m2) dan panjang L(m) dan diberi tegangan V pada bahan yang diukur, ditunjukkan pada Gambar 1. R = V/I = p L/A ( Q) atau p = RA/L (Qm) (10) Sedangkan konduktans, G sedangkan resistivitas, p adalah persamaan (10), dapat ditulis : adalah l/o, 1/R. maka ct= G(L/A) (11) satuannya adalah Q_1m"' atau Siemen/m. METODOLOGI Bahan Bahan Agl dan a-al203 produksi Alfa Aesar dengan kemurnian masing-masing 99,9% dan 99,99%. A Alat Peralatan yang digunakan meliputi : timbangan analitik, mortal agateta\a\ press, furnace, x-ray clifractometer (XRD). alau ukur kondukivitas (LCR-meter), simultaneus thermal analysis TGA-DTA. I_. < L> V Gambar 1. Pengukuran konduktivitas ionik. Kerapatan arus J adalah I/A (Ampere/m ), dan medan listrik 8 adalah V/L (V/m) persamaan (8), direduksi menjadi : I/A = 1/p.V/L (9) Tahanan R dari bahan diberikan sebagai R= V/I maka : Pelaksanaan Percobaan Pada percobaan ini dibagi dalam lima kegiatan yaitu : a. Pembuatan (P-AI2O3) yaitu dengan pemansan serbuk (C1-AI2O3) didalam furnace pada suhu 1200 C selama 2 jam. b. Pembuatan bahan elektrolit padat (AgI)x(P-Al203)i-x harga x = 0,3 dan 0,5 melalui proses pencampuran Agl dan P- AI2O3 dengan perbandingan berat tertentu. Komposisi berat yang dibutuhkan kedua bahan tersebut sebagai berikut : X Agl (gr) P-AI2O3 (gr) 0,3 0,8059 1,1941 0,5 1,1312 0,8688 Campuran tersebut dibuat pelet dengan gaya tekan 48,26x106 N/m2 dan 24 MESIN, Vol. 9, No. 1,Januari 2007, 22-3I

4 dilanjutkan pemanasan pada suhu 300 C selama 5 jam. c. Pengujian struktur kristal dan penentuan regangan dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar-x. d. Pengukuran konduktivitas bahan komposit dengan LCR meter pada frekuensi 0,1 Hz sampai 100 khz dengan beda tegangan (v) = 1 volt, 2 volt dan 3 volt. e. Pengukuran sifat termal bahan komposit dengan simultaneous thermal analysisi TGA-DTA (Thermogravimetry Analysis and Differential Thermal Analysis). HASIL DAN PEMBAHASAN Difraksi sinar-x Pola difraksi Agl, P-AI2O3, komposit (Agl)ol3(p-Al203)o,7 dan (Agl)o,5(p-Al203)o,5 ditunjukkan pada Gambar 2. Selanjutnya Gambar 2 dibagi dalam empat subinterval sudut 20 yang ditunjukkan pada Gambar 3a-3d Pada Gambar 3b, pola difraksi terjadi perubahan intensitas pada puncak bidang 110 terjadi kenaikan intensitas. Pada Gambar 3c, pada bidang 112 tidak terjadi perubahan intensitas dan pada Gambar 3d tidak dapat dianalisis karena intensitasnya terlalu kecil. Pola difaraksi sinar-x, untuk bahan (AgI)0,3(b-A12O3)0,7 dan (Agl)0,5(b- Al2O3)0,5 relatif sama dengan pola bahan Cul, hasil analisa menunjukan bahwa bahan campuran tersebut mempunyai struktur kristal sama dengan bahan Agl struktur kristal heksagonal. Data literatur1,6* menunjukkan bahwa Agl dengan fasa-p mempunyai struktur kristal heksagonal, dan parameter kisi a = 4,592 A dan c = 7,510 A. Pada Gambar 2. menunjukkan pola difraksi sinar-x bahan (Agl)o.5(p-Al203)o.5.,.(AgI)o,3(P-AI203)o,7. P-Agl, dan P-AI2O3. Tampak pada gambar 2 bahwa puncak difraksi untuk bahan (Agl)0,s(p-Al203)o,5. (Gambar 2a) dan (AgI)0,3(p-AI2C>3)o,7 (Gambar 2b) tidak terjadi pergeseran posisi sudut 20 bila dibandingkan puncak difraksi bahan P-Agl (Gambar 2c). Tabel 1 adalah data posisi puncak difraksi dari literatur dibandingkan hasil pengukuran dengan difraktometer sinar-x (A 2250 (0.* (A C 1500 ~*mf^.-/oil Tabel 1. Posisi puncak (20) atau hkl literatur dan hasil pengukuran. hkl Literatur1' a =4,592 A c = 7,510A Hasil Pengukuran (20) Agl Agl03 Agios ,32 22,23 22,23 22, ,71 23,61 23,59 23, M»> JiUAjIUJV^^ Gambar 2. Pola difraksi sinar-x (a).(agi)o.5(p-al203)o,5. (c).p-agl (d). p-al203 (b).(agi)o,3(p-ai20-,)0,7. Dari hasil pola difraksi pada Gambar 3a, terlihat puncak difraksi pada bidang 100 terjadi kenaikan intensitas, pada bidang 002 intensitasnya tetap, pada puncak bidang 101 intensitasnya menurun ,35 25,25 25,21 25, ,76 32,68 32,68 32, ,20 39,13 39,13 39, ,63 42,61 42,56 42, ,31 46,30 46,27 46,29 Dari pola difraksi kedua bahan komposit tersebut merupakan puncak-puncak Agl, sedangkan p-ahc^idak menunjukkan adanya puncak pola difraksi. Hal ini menunjukkan bahwa pada proses perlakuan panas pada Agl menutupi permukaan bagian luar. Pengaruhsuhu terhadap konduktivitas bahan (P. Purwanto dan S. Purnama) 25

5 4000 (Agl)x(p-AI203)i-x 4000 (Agl)x(p-Al203)i- (0 ±t <n c d) theta a. Perubahan intensitas pada puncak hkl =100, 002 dan (Agl)x(p-Al203) theta b. Perubahan intensitas pada puncak hkl =110 (Agl^p-A^Og),. c. Perubahan intensitas pada puncak hkl = theta d. Perubahan intensitas pada puncak tidak ada. Gambar 3. Perubahan orientasi pola difraksi. Puncak-puncak P-AI2O3 tidak tampak fraksi mol Agl lebih besar dibandingkan P-AUO3 melainkan puncak-puncak Agl, hal ini sehingga puncak yang nampak hanya puncakdimungkinkan dari berat atom Ag dan I lebih besar puncak Agl fasa-p. dibandingkan dengan Al. Kemungkinan kedua 26 MESIN, Vol. 9, No. 1, Januari 2007, 22-31

6 Konduktivitas Pengukuran konduktivitas bahan Agl, P-AI2O3, komposit (AgI)o.3(P-Al203)o.7 dan (Agl)o,5(p-Al203)o.5 terhadap fungsi suhu pemanasan dari 25 C sampai 300 C dan juga dilakukan dengan variasi tegangan (v) = 1 volt, 2 volt dan 3 volt ditunjukkan pada Gambar 4a, 4b dan 4c. Pada Gambar 4a-4c, konduktivitas Agl mulai naik pada suhu 150 C C, dan pada suhu di atas 250 adalah stabil. Konduktivitas Agl naik pada selang suhu C, karena pada suhu selang tersebut Agl mengalami transisi fasa dari p ke a. Selanjutnya untuk menganalisis konduktivitas Agl, komposit (AgI)0,3(P-Al203)o.7 dan (AgI)o,5(p-Al2C>3)o,5 dengan menerapkan model a = cj0f yang dilakukan oleh W. K. Lee dkk7). Persamaan yang digunakan untuk menghitung konduktivitas yaitu: E co o Suhu (oc) a. Pada v = 1 volt a= CJQf (12) dimana G s f konduktivitas (S/m) konduktivitas pada saat f = 0 Hz. faktor eksponen ( 0<s<l ) frekuensi (Hz) Suhu(oC) b. Pada v = 2 volt. 275 Persamaan (12) diubah menjadi bentuk logaritma yaitu log c = log a0 + s log f. Dalam menganalisis konduktivitas Agl, komposit (AgI)0,3(P-Al203)o,7 dan (AgI)0,5(P- Al203)o.5 dibagi dalam dua subinterval suhu, yaitu pertama suhu C dan kedua pada suhu C. Hasil perhitungan nilai konduktivitas Agl, komposit (AgI)0.3(P-Al203)o.7 dan (Agl)o.5(p-Al203)o.5 ditunjukkan pada Tabel 2, 3 dan 4. Dari Gambar 4a, 4b dan 4c, terlihat Agl menunjukkan konduktivitasnya naik pada suhu pemanasan antara C. Untuk lebih jelas mengenai suhu transisi dari Agl, (AgI)o,5(P-Al203)o.5 ditunjukkan pada Gambar 4a dan 4b. E c. Pada c.u.. t~r*\ v = 3 volt Gambar 4. Konduktivitas Agl, P-AI2O3, komposit (AgI)o.3(P-Al203)o.7 dan (AgI)o.s(P- AbOsXs. Pada berbagai tegangan. Pengaruh suhu terhadap konduktivitas bahan (P. Purwanto dan S. Purnama) 27

7 Tabel 2. Konduktivitas Agl, komposit (AgI)o,3(P-Al203)o.7 dan (AgI)o.5(P-Al203)o.5 pada v = 1 volt. Sampel a i(s/m) ao2(s/m) pai x10'5 2,12xl0"5 Agl 5,99x10"5 7,73xl0"5 (AgI)o.3(P-AI203)o x10'3 2,29x10"5 (AgI)o5(p-AI20?)ns 2.25x10*3 0,29x10'3 Tabel. 3. Konduktivitas Agl, komposit (Agl)o.3(p-Al203)o.7 dan (AgI)o,5(P-Al203)o.5 pada v = 2 volt. Sampel CT0i(S/m) oo2(s/m) P-AI2O3 0,85x10"5 0,92x10"5 Agl 4,60x10"5 4,77x10"5 (AgI)o3(p-Al2O.Oo,7 8,20x10 5,98x10"5 (AgI)0.5(P-Al2O3)6.5 3,51xl0'3 3,33x10*3 Tabel.4. Konduktivitas Agl, komposit (Agl)o,3(p-Al203)o.7 dan (Agl)o,5(p-Al203)o,5 pada v = 3 volt. Sampel CT0i(S/m) ao2(s/m) P-A1203 l,00xl0'5 l,01xl0"5 Agl 3,74x10"5 3,86x10"5 (Agl)o3(p-Al203)o.7 6,15xl0'3 0,79x10"5 (AgI)o.5(P-Al203)o.s 4,47x10'3 2,99x10-3 Tabel 2, 3, dan 4, nilai konduktivitas Agl adalah 3,74x10"5 S/m sampai 5,99x10"5 S/m. Nilai konduktivitas (AgI)o.3(P-Al203)o,7 adalah 5,98x10"5 S/m sampai 9,47x10 S/m, dan konduktivitas (Agl)o.5(p-Al203)o.> adalah 0.33x10"4 S/m sampai 4,47x10 S/m. Bila dibandingkan dengan konduktivitas bahan Agl tanpa perlakuan panas mempunyai nilai konduktivitas 1 S/m, tetapi dengan perlakuan panas pada suhu 300 C. nilai konduktivitas Agl menurun hal ini disebabkan pada saat perlakuan panas terbentuk suatu senyawa oksida dari Agl sehingga menurunkan konduktivitas bahan tersebut. Apabila dibandingkan penelitian yang telah dilakukan oleh M.F. Collins et al ', menunjukkan bahwa bahan superionik garam perak pada suhu ambient dengan konduktivitas 8,0 S/m. Dan menurut Saito T et al, proses pemanasan terjadi lompatan kenaikan konduktivitas listrik, sebaliknya pada proses pendinginan terjadi lompatan penurunan konduktivitas listrik hal ini sebagai efek dari perubahan fasa-p menjadi fasa-a. Dari data eksperimen dan literatur terdapat nilai konduktivitas berbeda dengan kondisi suhu yang berbeda. Perbedaan nilai konduktivitas ini belum dapat dijelaskan secara lebih rinci. Kurva kunduktivitas pada Gambar 4a, 4b, dan 4c terlihat linier pada kisaran suhu 25 C C pada bahan p-al203. sedangkan (Agl)o.3(p-Al203)o.7 dan (Agl)o.5(p-Al203),,5 mengalami penurunan konduktivitas pada suhu transisi. Nilai konduktivitas (AgI)o.3(P- Al203)o.7 dan (Agl)o.5(p-Al203)o,5 pada suhu transisi mengalami penurunan dan di atas suhu transisi nilai konduktivitasnya relatif stabil dan tidak berrgantung suhu. Hal ini menunjukkan suatu "DC" konduktivitas yang berarti konduktivitas komposit tersebut tidak tergantung pada suhu. Sifat Termal Sifat termal dari Agl dan komposit (AgI)o.5(P-Al203)o.5 ditunjukkan pada Gambar 5. Termogram dari ketiga bahan tersebut untuk menunjukkan apakah suhu transisi mengalami pergeseran atau tidak. Dari termogram DTA Agl, menunjukkan suhu transisi 148,63 C, sedangkan pada komposit (AgI)o.5(P-Al203)o.> adalah 149,70 C. Proses transisi fasa pada Agl ditunjukkan pada termogram DTA pada Gambar 5a. Dari termogram DTA Agl, terlihat bahwa transisi mulai terjadi pada suhu 148 C-180 C. Begitu juga untuk komposit (Agl)o.5(p-Al203)o.5 ditunjukkan pada Gambar 5c. Menurut Chandra, S, bahan Agl pada suhu dibawah 148 C berfasa-p dan menurut Purnama, S10), bahan superionik Agl mempunyai fasa transisi dari fasa-p ke fasa-a pada suhu sekitar 150 C. 28 MESIN, Vol. 9, No. I, Januari 2007, 22-31

8 o X LU Energi Aktivasi Energi Aktivasi (Ea) komposit (AgI)o.3(P-Al203)o.7 dan (Agl)o.5(p-Al203)o.5 dihitung dengan mempergunakan persamaan Arrheniusn: > o ( Temperature ( C) a. Agl 75 DO Temperature ( C) b. P-AI2O3 a = a0.exp(-ea/k.t) (13) dimana a Ea k T konduktivitas (S/m) konduktivitas pada saat f = 0 Hz. energi aktivasi (ev) atau J konstanta boltzman (l,38xl0"23 J/ K) suhu ( K) Kurva Arrhenius ditunjukkan pada Gambar 6a, 6b, 6c dan 6d. Perhitungan energi aktivasi dibagi dalam dua kisaran suhu yaitu pertama C dan kedua C. Dengan mempergunakan persamaan (13) dibuat grafik antara log a terhadap 1000/T dapat dihitung energi aktivasi bahan (Agl)o.3(p-Al203)o.7 dan (Agl)o,5(p-Al203)o.5. Nilai energi aktivasi komposit (AgI)o,3(p- Al203)o.7 dan (AgI)o,5(P-Al203)o.5 ditunjukkan pada Tabel 5 sampai 8 menunjukkan energi aktivasi (AgI)0,3(P-Al203)o.7 berkisar l,66x J - 2,80x10-20 J dan (Agl)o,5(p-Al203 )o,s 20 berkisar 0,74x10'2U J - l,86xl0'zu J. Energi aktivasi kedua bahan komposit tersebut relatif stabil dengan nilai energi aktivasi berkisar ^ ,74xlO'"uJ-2,80xlO'/uJ. UJ %.0 Li ra a) x Tabel 5. Energi aktivasi (AgI)o.3(p-Al2C>3)o.7 dan (Agl)o.5(p-Al203)o,5 pada v = 1 volt. Sampel El (J) E2 (J) (Agl)o.3(p-Al203)0.7 2,00x10-20 l,66xl020 (AgI)o.5(P-Al203)0.5 0,94x1020 0,74xI Temperature ( C) c. (Agl)o,5(p-Al203)0>5. Gambar 5. Termogram DTA. Keterangan : El = energi aktivasi padasuhu C E2 = energi aktivasi pada suhu C Pengaruh suhu terhadap konduktivitas bahan (P. Purwanto dan S. Purnama) 29

9 E b (Agl)0.3(p-AI203)o.7 OV=1volt DV=2volt ^^^ AV=3volt E.o. b o ^ ^^ (Agl)o.5(b-Al203)o.s OV=1volt DV=2volt AV=3volt iooon*( K-1) a. (AgI)o,3(P-Al203 )oj selang suhu C -5.0 E -5.3, t> -5.6 O (Agl)o.3(p-AI203)o.7 A^ A^Ajj^^^ E^^O* t)00/t( K-1) o V=1volt a V=2 volt AV=3volt b. Agl)o,3(p-Al203 )o,7 selang suhu C /T ( K-1) cl. (AgI)o.5(P-Al203)o.5selang suhu C. E CD O OV=1volt DV=2volt AV=3volt (Agi)0.5(p-Ai2o; 3/0, /T ( K-1) c2. (Agl)o.5(p-Al203 )0,5 selang suhu C. (Agl)o.s(P-Al203)o,5 (Agl)o.5(p-AI203)o,5-45 F, b o _J 6 ov=1volt -5.0 o V=2 volt ft A V=3 volt ^6 E.O b o _i ov=1volt -Kfi o V=2 volt AV=3volt 1000/T ( K-1> -70 c. (AgI)0,5(P-Al2O3 )o.5 selang suhu C /T ( K-1) d. (Agl)o.5(p-Al203 )o,s selang suhu C. Gambar 6. Kurva Arrhenius bahan komposit. 30 MESIN, Vol. 9, No. I, Januari 2007, 22-31

10 Tabel 6. Energi aktivasi (AgI)o,3(p-Al2C>3)o,7 dan (Agl)o.5(p-Al203)o,5 pada v = 2 volt. Sampel El (J) E2 (J) (Agl)o.3(P-AI203)0.7 I,95xl0-20 2,80x10*20 (AgI)0.5(p-AI203)o.5 0,85x10'20 l,46x!0-20 Tabel 7. Energi aktivasi (AgI)o,3(P-Al2C>3)o,7 dan (Agl)o,5(p-Al203)o,5 pada v = 3 volt. Sampel E1(J) E2 (J) (Agl)o.3(P-AI203)o.7 l,84xl020 2,74x10-20 (AgI)o,5(P-Al203)o.5 0,91x10-20 l,86xl0_2 Keterangan: El = energi aktivasi pada suhu C E2= energi aktivasi pada suhu C Pada Gambar 6c dengan selang suhu C dibagi dalam dua subselang suhu yaitu pertama C, kedua pada suhu C. Dari Gambar 6c1 dan 6c2, dapat dihitung nilai energi aktivasi komposit (AgI)o,5(p-Al2C>3)o,5 ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8.Energi aktivasi (Agl)o,5(p-Al203)o,5. Tegangan Ei (J) Ej (J) 1 volt 0,90x10*20 0,77x10"20 2 volt -0,22x10'20 -l,06xl volt 0,34x10-20 l,06xl0-20 Keterangan: Ei = Energi aktivasi pada suhu C. Ej= Energi aktivasi padasuhu C. KESIMPULAN Komposit (AgI)o,3(P-Al2C>3)o,7 dan (Agl)o,5(p-Al203)o,5 telah dapat dibuat dengan reaksi padatan. Struktur yang terbentuk yaitu struktur Agl dan struktur P-AI2O3 tidak nampak. Nilai kondukltivitas komposit (AgI)o,3 (P-Al203)o,7 berkisar 5,98x10'5S/m sampai 9,47x10'3 S/m, dan (AgI)0,5(P-Al203)o,5 nilai konduktivitas berkisar 0,33xlO"4 S/m sampai 4,47x10"3 S/m. Di atas suhu transisi, konduktivitas kedua bahan komposit turun, dan stabil di atas suhu transisi, tetapi konduktivitas Agl naik terhadap suhu pemanasan. Energi aktivasi (AgI)o,3(p- Al203)o,7 dan (Agl)0,5(p-Al203)o.5 relatif stabil dengan nilai energi aktivasi berkisar 0,74xlO"20J 2,80xlO*20J. DAFTAR PUSTAKA 1. Chandra, S., Superionic Solid, Principle and Applications, 1981, North Holland Publish, Co, Amsterdam, pp Linden, D, Handbook of Battries, 1995, McGraw-Hill, Singapore, Chapter 15, pp Munshi, M.Z.A, 1995, Handbook of Solid State Battries and Capacitor, Word Scientific, Singapore, pp Kawamura, J and Hiyama, S. 1992, Solid State Ionic, vol.56, p Kartini, E. dkk, Journal Sains Material Indonesia, 2003, Vol.4, No.3, him Purnama, S., Effendi, N dan Yahja, A. K. 1996, Pengaruh Struktur Kristal Terhadap Konduktivitas Ionik Pada Agl dan Cul, Oktober 1996, Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi, Serpong, him Lee, W.K., Liu, J.F. and Nowick, A.S., OWICK, Physics Review Letter, 1991, Vol 67.No.l2,pp.l Collins, M.F. and Kartini, E., Solid State Ionic. 2003, Vol 1, pp Saito, T., Tatsumisago, M. and Minami, T., Solid State Ionics. Vol 61, 1993, pp Purnama, S., Effendi, N., dan Yahja, A.K., Journal Sains Material Indonesia, 1999, Vol.1, No.1, Oktober, him Pengaruh suhu terhadap konduktivitas bahan (P. Purwanto dan S. Purnama) 31

PENGARUH CUI TERHADAP SIFAT KONDUKTOR IONIK PADAT (CUI) X (AGI ) 1-X (X=0,6-0,9)

PENGARUH CUI TERHADAP SIFAT KONDUKTOR IONIK PADAT (CUI) X (AGI ) 1-X (X=0,6-0,9) PENGARUH CUI TERHADAP SIFAT KONDUKTOR IONIK PADAT (CUI) X (AGI ) 1-X (X=,6-,9) ABSTRACT P. Purwanto 1, S. Purnama 2, S. Purwanto 3, dan T. Madesa 4 The solid ionic conductor (CuI) x (AgI) 1-x was made

Lebih terperinci

EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9)

EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9) EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9) (EFFECT OF CuI ON CONDUCTIVITY AND ACTIVATION ENERGY OF (CuI) x (AgI) 1-x (x = 0.5 to 0.9)) ABSTRAK Patricius Purwanto

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5 Pengaruh Iradiasi- Terhadap Regangan Kisi dan Konduktivitas Ionik Pada Komposit Padat (LiI) 0,5(Al 2O 3.4SiO 2) 0,5 (P. Purwanto, S. Purnama, D.S. Winatapura dan Alifian) PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI KOMPOSIT (LiI) x (Al 2 O 3 ) 1-x

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI KOMPOSIT (LiI) x (Al 2 O 3 ) 1-x ISSN 0852-4777 Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Konduktivitas dan Energi Aktivasi Komposit (Lil) x(al 2O 3) 1-x (P. Purwanta, S. Purnama, D.S Winatapura, Y. Margapratala, Y. Srwanto) PENGARUH PERLAKUAN

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur dan Frekuensi Terhadap Konduktivitas Konduktor Padat (KI) x - (Na 3 PO4) 1 x

Pengaruh Temperatur dan Frekuensi Terhadap Konduktivitas Konduktor Padat (KI) x - (Na 3 PO4) 1 x Prosiding Seminar Nasional Hamburan Neutron dan Sinar-X ke 7 Serpong, 27 Oktober 29 ISSN : 141198 Pengaruh Temperatur dan Frekuensi Terhadap Konduktivitas Konduktor Padat (KI) x - (Na 3 PO4) 1 x Alfian,

Lebih terperinci

STRUKTUR KRISTAL DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT SUPERIONIK AgI-Ag HASIL SPUTTERING

STRUKTUR KRISTAL DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT SUPERIONIK AgI-Ag HASIL SPUTTERING Struktur Kristal dan Konduktivitas Ionik pada Komposit Superionik AgI-Ag Hasil Sputtering (E. Kartini) STRUKTUR KRISTAL DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT SUPERIONIK AgI-Ag HASIL SPUTTERING ABSTRAK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv v vi viii ix x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS PADUAN ZIRKONIUM

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS PADUAN ZIRKONIUM Pengaruh Waktu Pemnasan Terhadap Regangan Kisi dan Konduktivitas Paduan Zirkonium (P. Purwanto) PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS PADUAN ZIRKONIUM P. Purwanto Pusat Tekonologi

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM (AgI) 0,33

SINTESIS DAN KARAKTERISASI ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM (AgI) 0,33 Sintesis dan Karakterisasi Elektrolit Padat Berbasis Gelas Lithium Akreditasi LIPI Nomor : 452/D/2010 Tanggal 6 Mei 2010 SINTESIS DAN KARAKTERISASI ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM ABSTRAK Makhsun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zirkonium dioksida (ZrO 2 ) atau yang disebut dengan zirkonia adalah bahan keramik maju yang penting karena memiliki kekuatannya yang tinggi dan titik lebur

Lebih terperinci

1. Jenis kristal ion 2. Elektrolit zat padat 3. Pengukuran konduktifitas 4. Aplikasi elektrolit zat padat

1. Jenis kristal ion 2. Elektrolit zat padat 3. Pengukuran konduktifitas 4. Aplikasi elektrolit zat padat 1. Jenis kristal ion 2. Elektrolit zat padat 3. Pengukuran konduktifitas 4. Aplikasi elektrolit zat padat Alkali halida Dalam alkali halida (mis. NaCl), kation lebih mobil drpd anion. Ion Na + dapat berpindah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD 9 Hasil XRD HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan difraktometer sinar-x bertujuan untuk mengetahui fasa kristal yang terdapat dalam sampel, mengetahui parameter kisi dan menentukan ukuran kristal.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING I Dewa Gede Panca Suwirta 2710100004 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... PERNYATAAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... PERNYATAAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vii ix x xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari karakteristik radiasi sinar-x 2. Mempelajari pengaruh tegangan terhadap intensitas sinar x terdifraksi 3. Mempelajari sifat difraksi sinar-x pada kristal 4. Menentukan

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR KRISTALNaPO 3 DENGAN METODE RIETVELD

ANALISIS STRUKTUR KRISTALNaPO 3 DENGAN METODE RIETVELD Pada Superionik Komposit (AgI ABSTRAK ANALISIS STRUKTUR KRISTAL NaPO 3 PADA SUPERIONIK KOMPOSIT (AgI DENGAN METODE RIETVELD Supandi Suminta dan Evvy Kartini Puslitbang Iptek Bahan (P3IB) - BATAN Kawasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT Susunan yang sempurna ada di keseluruhan material kristal pada skala atom tidaklah ada. Semua bahan padat mengandung sejumlah besar cacat atau ketaksempurnaan. CACAT

Lebih terperinci

PENGARUH DOPAN Pb DAN Sb TERHADAP ENERGI AKTIVASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2212

PENGARUH DOPAN Pb DAN Sb TERHADAP ENERGI AKTIVASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2212 Urania Vol. 17 No. 1, Februari 2011: 1-54 ISSN 0852-4777 PENGARUH DOPAN Pb DAN Sb TERHADAP ENERGI AKTIVASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2212 Yustinus Purwamargapratala, Patrisius Purwanto Pusat Teknologi Bahan

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT Susunan yang sempurna ada di keseluruhan material kristal pada skala atom tidaklah ada. Semua bahan padat mengandung sejumlah besar cacat atau ketaksempurnaan. 3.1

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M SINTESIS SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag DENGAN METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M0204046 (Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag Superconductor Synthesis with Sol-Gel Method) INTISARI Telah dibuat superkonduktor sistem BSCCO

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE 1 PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE Arum Puspita Sari 111010034 Dosen Pembimbing: Dr. Mochamad Zainuri, M. Si Kamis, 03 Juli 2014 Jurusan

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik karena listrik merupakan sumber energi utama dalam berbagai bidang kegiatan baik dalam kegiatan

Lebih terperinci

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik dunia semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu disebabkan pertumbuhan aktivitas manusia yang semakin padat dan kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat 28 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat SOFC.

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan Bab ini memaparkan hasil dari sintesis dan karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit Sr 2 Mg 1-X Fe x MoO 6-δ dengan x = 0,2; 0,5; 0,8; dan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 15-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 15 Difusi Difusi adalah peristiwa di mana terjadi tranfer materi melalui

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI 140310110018 JURUSAN FISIKA OUTLINES : Sinar X Difraksi sinar X pada suatu material Karakteristik Sinar-X Prinsip

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DOPING CE TERHADAP SIFAT LISTIK MATERIAL EU 2-X CE X CUO 4+Α-Δ PADA DAERAH UNDER-DOPED

PENGARUH KONSENTRASI DOPING CE TERHADAP SIFAT LISTIK MATERIAL EU 2-X CE X CUO 4+Α-Δ PADA DAERAH UNDER-DOPED Jurnal Material dan Energi Indonesia Vol. 06, No. 02 (2016) 30 36 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran PENGARUH KONSENTRASI DOPING CE TERHADAP SIFAT LISTIK MATERIAL EU 2-X CE X CUO 4+Α-Δ PADA

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan bertambahnya waktu maka kemajuan teknologi juga semakin bertambah. Pertumbuhan penduduk di dunia pun kian meningkat termasuk di Indonesia. Hal ini berarti meningkat

Lebih terperinci

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Esmar Budi a,* a Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) H.Kurniawan 1), Salomo 2), D.Gustaman 3) 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. Ramlan 1, Masno Ginting 2, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI Ag 2 S TERHADAP KOMPOSIT KONDUKTOR (Ag 2 S) x (Na 3 PO 4 ) 1-x (x = 0,1-0,5 )

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI Ag 2 S TERHADAP KOMPOSIT KONDUKTOR (Ag 2 S) x (Na 3 PO 4 ) 1-x (x = 0,1-0,5 ) PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI Ag 2 S TERHADAP KOMPOSIT KONDUKTOR (Ag 2 S) x (Na 3 PO 4 ) 1-x (x = 0,1-0,5 ) (EFFECT OF Ag 2 S CONCENTRATION ON THE CONDUCTOR COMPOSITE OF (Ag 2 S) x (Na 3 PO 4 ) 1-x (x

Lebih terperinci

SINTESIS DAN UJI KONDUKTIFITAS MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS MAGNESIUM MELALUI METODE SOL-GEL ANORGANIK

SINTESIS DAN UJI KONDUKTIFITAS MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS MAGNESIUM MELALUI METODE SOL-GEL ANORGANIK Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 1, No.1 ISSN 2087-7412 April 2010, hal 1-6 SINTESIS DAN UJI KONDUKTIFITAS MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS MAGNESIUM MELALUI METODE SOL-GEL ANORGANIK Aniesah Ratna

Lebih terperinci

SINTESIS ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM (Ag 2

SINTESIS ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM (Ag 2 Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 ABSTRAK SINTESIS ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM S) X ) 1-X Mohammad Ihsan 1, Evvy Kartini 1 danyokiyulizar 2 1 Pusat Teknologi Bahan Industri

Lebih terperinci

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2 KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2 Hendri, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang,

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI LEMBARAN GRAFIT UNTUK BAHAN ANODA PADA BATERAI PADAT LITHIUM

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI LEMBARAN GRAFIT UNTUK BAHAN ANODA PADA BATERAI PADAT LITHIUM PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI LEMBARAN GRAFIT UNTUK BAHAN ANODA PADA BATERAI PADAT LITHIUM Etty Marti Wigayati Pusat Penelitian Fisika LIPI Kawasan Puspiptek Serpong 15314 ABSTRAK Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ Pengaruh Konsentrasi Doping Ce (X) Terhadap Sifat Listik Material Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ under-doped M. Saputri, M. F. Sobari, A. I. Hanifah, W.A. Somantri,

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : Frischa Marcheliana W (1109100002) Pembimbing:Prof. Dr. Darminto, MSc Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN LAPORAN TUGAS AKHIR SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN Oleh: Lisma Dian K.S (1108 100 054) Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

KARAKTERISASI I-V SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CuO/ ZnO(TiO 2 ) SEBAGAI SENSOR GAS HIDROGEN

KARAKTERISASI I-V SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CuO/ ZnO(TiO 2 ) SEBAGAI SENSOR GAS HIDROGEN KARAKTERISASI I-V SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CuO/ ZnO(TiO 2 ) SEBAGAI SENSOR GAS HIDROGEN Mardiah dan Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sintesis material, beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. Perbaikan kinerja

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Superkonduktor merupakan material yang dapat mengalirkan arus listrik tanpa adanya hambatan atau resistansi (ρ = 0), sehingga dapat menghantarkan arus listrik tanpa kehilangan

Lebih terperinci

Pembuatan Nanopartikel CeO 2 dengan Metode Simple Heating : Efek Penambahan Massa Polyethyleneglycol (PEG) Terhadap Ukuran Kristal yang Terbentuk

Pembuatan Nanopartikel CeO 2 dengan Metode Simple Heating : Efek Penambahan Massa Polyethyleneglycol (PEG) Terhadap Ukuran Kristal yang Terbentuk Pembuatan Nanopartikel CeO 2 dengan Metode Simple Heating : Efek Penambahan Massa Polyethyleneglycol (PEG) Terhadap Ukuran Kristal yang Terbentuk Ida Sriyanti Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unsri

Lebih terperinci

Modul - 4 SEMIKONDUKTOR

Modul - 4 SEMIKONDUKTOR Modul - 4 SEMIKONDUKTOR Disusun Sebagai Materi Pelatihan Guru-Guru SMA/MA Provinsi Nangro Aceh Darussalam Disusun oleh: Dr. Agus Setiawan, M.Si Dr. Dadi Rusdiana, M.Si Dr. Ida Hamidah, M.Si Dra. Ida Kaniawati,

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS

ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di berbagai bidang sangat pesat terutama dalam bidang mikroelektronika atau miniaturisasi peralatan elektronik. Mikroelektronika didorong oleh

Lebih terperinci

KARAKTERISASI STRUKTUR SIFAT TERMAL DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK DARI GELAS KONDUKTOR SUPERIONIK (AgBr) x (AgPO 3 ) 1-x

KARAKTERISASI STRUKTUR SIFAT TERMAL DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK DARI GELAS KONDUKTOR SUPERIONIK (AgBr) x (AgPO 3 ) 1-x KARAKTERISASI STRUKTUR SIFAT TERMAL DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK DARI GELAS KONDUKTOR SUPERIONIK (AgBr) x (AgPO 3 ) 1-x E. Kartini, S. Yusuf, T. Priyanto P3IB- Badan Tenaga Nuklir Nasional N. Indayaningsih

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Sel bahan bakar oksida padat, CSZ, CaO, PVA, Slip casting.

ABSTRAK. Kata kunci: Sel bahan bakar oksida padat, CSZ, CaO, PVA, Slip casting. ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN PVA (POLIVINIL ALKOHOL) TERHADAP KUALITAS KERAMIK CSZ (CALCIA STABILIZED ZIRCONIA) MENGGUNAKAN METODE SLIP CASTING UNTUK ELEKTROLIT PADAT SEL BAHAN BAKAR OKSIDA PADAT Pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal Hasil karakterisasi struktur kristal dengan menggunakan pola difraksi sinar- X (XRD) keramik komposit CS- sebelum reduksi

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data 7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ)

PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ) PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ) Juari 1, Salomo 2, D. G. Syarif 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 2 Bidang Fisika

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Contoh Simpulan Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai energi panas dan temperatur.

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS

PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS TEMPERATURE CURIE DETERMINATION OF THE CRYSTAL STRUCTURE OF THE FOUR-LAYER AURIVILLIUS OXIDES

Lebih terperinci

Aplikasi HEM dalam Pembuatan Serbuk Nano LTAP

Aplikasi HEM dalam Pembuatan Serbuk Nano LTAP Aplikasi HEM dalam Pembuatan Serbuk Nano LTAP BAMBANG PRIHANDOKO, ETTY MARTI WIGAYATI DAN SURYADI Pusat Penelitian Fisika LIPI, Komplek PUSPIPTEK Tangerang, Indonesia E-MAIL : bamb012@lipi.go.id INTISARI

Lebih terperinci

MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN

MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Modul IV ini adalah modul yang akan memberikan gambaran umum tentang kristalografi, pengetahuan tentang kristalografi sangat penting

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM Pada bab sebelumnya telah diperlihatkan hasil karakterisasi struktur kristal, morfologi permukaan, dan komposisi lapisan.

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill I Wayan Yuda Semaradipta 2710100018 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci