BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Penekanan pada kenaikan pendapatan per kapita atau Gross National

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Penekanan pada kenaikan pendapatan per kapita atau Gross National"

Transkripsi

1 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dimaknai sebagai suatu proses di mana pendapatan per kapita suatu negara meningkat selama kurun waktu yang panjang, dengan catatan bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan absolut tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang (Meier, 1995: 7). Dari pengertian tersebut, pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus dan berkelanjutan. Selain itu, pembangunan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari kenaikan pendapatan per kapita atau output total dibagi jumlah penduduk negara tersebut dalam jangka waktu yang panjang. Penekanan pada kenaikan pendapatan per kapita atau Gross National Product (GNP) riil dibagi jumlah penduduk dan tidak hanya kenaikan GNP pada harga konstan, menyiratkan bahwa perhatian pembangunan bagi negara miskin adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Apabila pertumbuhan penduduk lebih tinggi atau sama dengan pertumbuhan pendapatan nasional, maka pendapatan per kapita menurun atau tidak berubah, jika demikian maka tidak dapat dikatakan bahwa terjadi pembangunan ekonomi (Kuncoro, 2006: 17-18). Lebih lanjut Kuncoro (2006: 18) mengklasifikasikan indikator kunci pembangunan secara garis besar menjadi 2 (dua) yaitu indikator sosial dan indikator ekonomi. Salah satu indikator ekonomi adalah laju pertumbuhan 1

2 2 ekonomi. Menurut Kuznets (1971), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa komponen pokok dari definisi tersebut, yaitu kenaikan output secara berkesinambungan, merupakan manifestasi atau perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang sebagai tanda kematangan ekonomi dari suatu negara (Todaro dan Smith, 2003: 99). Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang diluncurkan pada tahun 2011, Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara maju (high-income economies) pada tahun Hal ini akan dapat terwujud jika perekonomian terus didorong dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi atau PDB riil sebesar 6,4-7,5 persen pada periode dan 8,0-9,0 persen pada periode Persen (%) Indonesia Lampung sumber : diolah dari data BPS, 2013 Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Provinsi Lampung Tahun

3 3 Jika dilihat dari data statistik sebagaimana Gambar 1.1 di atas, laju pertumbuhan PDB riil Indonesia pada tahun 2002 sebesar 3,69 persen. Meskipun mengalami fluktuasi, laju pertumbuhan ini terus meningkat hingga mampu mencapai angka pertumbuhan tertinggi dalam satu dekade terakhir pada tahun 2011 yaitu 6,46 persen. Kondisi ini merupakan pencapaian awal yang baik untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 sebagaimana target MP3EI. Pencapaian pertumbuhan nasional pada dasarnya merupakan agregasi dari pertumbuhan daerah. Provinsi Lampung menyumbang 1,7 persen dari total PDB riil nasional tahun Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung juga cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2002, angka pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yaitu sebesar 5,62 persen atau pada urutan ke-5 (lima) jika dibandingkan provinsi lainnya. Pada tahun 2011, Provinsi Lampung mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dari laju pertumbuhan nasional yaitu sebesar 6,39 persen atau berada pada urutan ke- 21 (dua puluh satu) secara nasional. Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Sumatera, angka pertumbuhan ini berada pada posisi ke-7 (tujuh) di bawah Provinsi Bengkulu dan di atas Provinsi Sumatera Barat. Dengan demikian, pencapaian laju pertumbuhan Provinsi Lampung relatif masih rendah jika dibandingkan provinsi lain nya di Indonesia sebagaimana diilustrasikan Gambar 1.2.

4 4 Papua Sultra Gorontalo NTT Lampung Sulteng Banten Babel Kaltim Sulsel Indonesia Riau Jambi Bengkulu Sumbar Sumut D.I.Y Jakarta Sulut Jabar Kalsel NTB Sumsel Jateng Jatim Kalteng Bali Maluku Malut Kalbar NAD Persen (%) Pertumbuhan Indonesia sumber : diolah dari data BPS, 2013 Papua Barat Sulbar Sulteng Sultra Jambi Gorontalo Sulsel Sulut Jatim Kalteng Jakarta Kepri Sumut Sumsel Bali Jabar Indonesia Banten Malut Babel Bengkulu Lampung Sumbar Kalsel Maluku Jateng Kalbar NTT D.I.Y NAD Riau Kaltim NTB Papua Persen (%) Pertumbuhan Prov. Lampung Gambar 1.2 Perbandingan Regional Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Indonesia Tahun 2002 dan 2011 Indikator ekonomi lainnya yang dapat menggambarkan pembangunan suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.1, PDRB per kapita Provinsi Lampung mengalami peningkatan yang tajam dari tahun 2002 ke Kendati demikian, relatif masih kecil dan berada di bawah PDB per kapita Indonesia. Dibandingkan dengan provinsi lain, PDRB per kapita Provinsi Lampung berada pada urutan ke- 21 (dua puluh satu) secara nasional dan ke-9 (sembilan) dalam regional Sumatera. PDRB per kapita Provinsi Lampung yang relatif kecil menunjukkan bahwa masih relatif rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Lampung.

5 5 No. Tabel 1.1 PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Prosentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi se-indonesia Tahun 2002 dan 2011 Provinsi PDRB per Kapita (ribu rupiah) IPM Prosentase Penduduk Miskin NAD 8.783, ,1 66,00 72,16 29,83 19,48 2. Sumatera Utara 7.378, ,9 68,80 74,65 15,84 10,83 3. Sumatera Barat 6.772, ,8 67,50 74,28 11,57 8,99 4. Riau , ,5 69,10 76,53 13,61 8,17 5. Jambi 5.483, ,6 67,10 73,3 13,18 7,90 6. Sumatera Selatan 6.795, ,0 66,00 73,42 22,32 13,95 7. Bengkulu 3.571, ,8 66,20 73,4 22,70 17,36 8. Lampung 4.056, ,0 65,80 71,94 24,05 16,58 9. Bangka Belitung 7.903, ,7 65,40 73,37 11,62 5, Kepulauan Riau ,4-75,78-6, DKI Jakarta , ,3 75,60 77,97 3,42 3, Jawa Barat 5.767, ,7 65,80 72,73 13,38 10, Jawa Tengah 4.921, ,2 66,30 72,94 23,06 16, D.I.Yogyakarta 5.283, ,6 70,80 76,32 20,14 16, Jawa Timur 6.443, ,8 64,10 72,18 21,91 13, Banten 6.762, ,8 66,60 70,95 9,22 6, Bali 6.829, ,5 67,50 72,84 6,89 4, Nusa Tenggara Barat 3.802, ,9 57,80 66,23 27,76 19, Nusa Tenggara Timur 2.201, ,9 60,30 67,75 30,74 20, Kalimantan Barat 5.150, ,1 62,90 69,66 15,46 8, Kalimantan Tengah 7.038, ,3 69,10 75,06 11,88 6, Kalimantan Selatan 6.725, ,2 64,30 70,44 8,51 5, Kalimantan Timur , ,2 70,00 76,22 12,20 6, Sulawesi Utara 5.440, ,5 71,30 76,54 11,22 8, Sulawesi Tengah 4.898, ,0 64,40 71,62 24,89 16, Sulawesi Selatan 4.412, ,0 65,30 72,14 15,88 10, Sulawesi Tenggara 4.152, ,7 64,10 70,55 24,22 14, Gorontalo 2.622, ,1 64,10 70,82 32,12 18, Sulawesi Barat ,7-70,11-13, Maluku 2.924, ,3 66,50 71,87 34,78 22, Maluku Utara 2.688, ,4 65,80 69, , Papua Barat ,7-69,65-28, Papua 9.802, ,9 60,10 65,36 41,80 31,24 Indonesia 8.828, ,9 65,80 72,77 18,20 12,36 Sumber : diolah dari data BPS, 2013

6 6 Indikator sosial pembangunan antara lain dapat dilihat dari tingkat kemiskinan. Jumlah penduduk Provinsi Lampung yang berada di bawah garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan per September 2011, masih relatif tinggi dan berada di atas angka nasional. Pada tahun 2002, jumlah penduduk miskin sebanyak 1.650,7 juta jiwa atau 24,05 persen, sedangkan pada tahun 2011 berjumlah 1.277,9 juta jiwa atau 16,58 persen, berada pada urutan ke- 8 (delapan) secara nasional dan ke-3 (tiga) di Sumatera. Indikator sosial lainnya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Provinsi Lampung mengalami peningkatan 6,14 poin dari 65,80 atau sama dengan angka IPM nasional pada tahun 2002, menjadi 71,94 pada tahun Akan tetapi, angka IPM Provinsi Lampung tahun 2011 berada di bawah angka IPM nasional dan berada pada urutan ke-20 (dua puluh) dibandingkan provinsi lainnya. Dalam lingkup regional Sumatera, angka IPM Provinsi Lampung merupakan angka pencapaian terendah dari 10 (sepuluh) provinsi di Pulau Sumatera. Dari indikator-indikator pembangunan tersebut di atas, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung terlihat sangat lambat. Pada tahun 2002, pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung berada di atas laju pertumbuhan nasional sedangkan pada tahun 2011, berada di bawah angka pertumbuhan nasional. Jika dilihat lebih lanjut pada tingkat kabupaten dan kota, pada tahun 2011 terdapat 4 (empat) kabupaten/kota yang laju pertumbuhannya melebihi pertumbuhan provinsi yaitu Kota Bandar Lampung dan Metro serta Kabupaten Pringsewu dan Pesawaran. Sepuluh kabupaten lainnya mengalami laju pertumbuhan PDRB di bawah

7 7 pertumbuhan provinsi. Kabupaten Pringsewu tecatat sebagai wilayah dengan tingkat pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 7,10 persen, sedangkan yang terendah dialami oleh Kabupaten Lampung Barat dengan laju pertumbuhan sebesar 4,54 persen sebagaimana Gambar 1.3 berikut: Pringsewu * Bandar Lampung Pesawaran ** Metro Mesuji * Tanggamus Lampung Utara Tulang Bawang Barat * Lampung Timur Lampung Selatan Lampung Tengah Tulang Bawang Way Kanan Lampung Barat Persen (%) rata-rata pertumbuhan 2002 rata-rata pertumbuhan 2011 * baru terbentuk tahun 2008 ** baru terbenruk tahun 2007 sumber : diolah dari data BPS Provinsi Lampung, 2013 Gambar 1.3 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2000 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2002 dan 2011 (persen) Kondisi ini menuntut adanya pemahaman dan perencanaan kebijakan pembangunan yang komprehensif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional di Provinsi Lampung. Salah satu konsep penting dalam pertumbuhan ekonomi regional adalah konsep pusat pertumbuhan (growth poles) yang dipelopori oleh Perroux (1955). Konsep ini bertujuan untuk mencapai pertumbuhan yang dinamis dalam perekonomian dengan memperhatikan keterkaitan spasial yang kuat antarwilayah (Richardson,1978: 164).

8 8 Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, salah satu faktor yaitu akumulasi modal (Arsyad, 2010: 270). World Bank (2001) mengklasifikasikan modal dalam arti luas menjadi modal fisik (physical capital), modal manusia (human capital) dan modal alam (natural capital) sebagai faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut, dikatakan bahwa dalam proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, modal fisik dan modal manusia dapat saling melengkapi di mana kemajuan dalam modal manusia dapat meningkatkan produktivitas dan tingkat pengembalian modal fisik (Abbas, 2010: 2). Peranan human capital dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sudah banyak disebutkan dalam literatur ekonomi pembangunan. Pentingnya human capital dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi pertama kalinya dipelopori oleh Schultz (1962) yang menekankan pentingnya investasi di bidang human capital (Abbas, 2010: 2). Dalam Teori ekonomi tentang kapital dan investasi juga telah mulai mengalami perubahan setelah terbukti bahwa sumber daya manusia memainkan peranan vital dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam pembangunan ekonomi (Rachbini, 2002: 95). Peningkatan kemampuan sumber daya manusia merupakan salah satu dari 3 (tiga) strategi utama pelaksanaan MP3EI. Diidentifikasi bahwa peran SDM yang berpendidikan menjadi kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Pengembangan program pendidikan akademik diarahkan pada penyelarasan bidang dan program studi dengan potensi pengembangan ekonomi di setiap koridor ekonomi. Peningkatan produktivitas menuju keunggulan kompetitif

9 9 akan dapat dicapai seiring dengan upaya memperkuat sumber daya manusia dari ekonomi sumber daya alam yang bertumpu pada labor intensive secara bertahap menuju skilled labor intensive kemudian menjadi human capital intensive dalam tahap innovation-driven economies atau ekonomi berbasis inovasi. Beberapa hasil studi empiris juga telah membuktikan bahwa faktor human capital merupakan determinan utama yang berperan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Studi tersebut antara lain yang dilakukan oleh Amir, Mehmood, dan Shahid (2012), Kumar (2006), Krueger dan Lindahl (2001), Mankiw, Romer, dan Weil (1992), Martin dan Herranz (2004), Vinod dan Kaushik (2007), Athosra dan Muhyiddin (2009), Ljungberg dan Nilsson (2009) serta Tsai, Hung, dan Harriott (2010). Hasil studi empiris ini, merekomendasikan adanya kebijakan investasi di bidang human capital untuk mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan. Dalam teori pertumbuhan endogen, investasi pemerintah dan swasta dalam human capital diasumsikan menghasilkan penghematan eksternal dan peningkatan produktivitas yang menolak kecenderungan diminishing return (Kuncoro, 2006: 73). Todaro dan Smith (2012: 365) mendefinisikan human capital sebagai istilah yang digunakan oleh para ekonom untuk pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia yang lain yang dapat meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan. Sejalan dengan definisi tersebut, kondisi human capital antara lain dapat dilihat dari indeks pendidikan (knowledge) yang merupakan komponen dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut Kuncoro (2006: 30), IPM terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu usia panjang (longevity) yang diukur

10 10 dengan usia harapan hidup, pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan kemampuan baca tulis orang dewasa (adult literacy) dan rata-rata tahun bersekolah (mean years of schooling), serta standar hidup layak (standard of living) yang diukur dengan pendapatan riil per kapita dengan paritas daya beli (purchasing power parity) mata uang masing-masing negara. Komponen IPM di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2 Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Lampung Tahun 2002 dan 2011 Komponen IPM Harapan Hidup (tahun) 66,1 69,75 Angka Melek Huruf (%) 93,00 95,02 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Pengeluaran per Kapita Riil disesuaikan (Ribu Rupiah) 6,90 7,82 583,3 621,77 IPM 65,80 71,94 sumber : BPS Provinsi Lampung, 2003 dan 2012 Angka melek huruf masyarakat Lampung mengalami peningkatan sebesar 2,02 poin dari tahun 2002 hingga Kendati demikian, angka melek huruf sebesar 95,02 persen menunjukkan bahwa pada tahun 2011, penduduk Lampung belum seluruhnya dapat membaca dan menulis, masih terdapat 4,98 persen penduduk yang buta huruf. Angka rata-rata lama sekolah 7,82 tahun menunjukkan bahwa secara rata-rata tingkat pendidikan masyarakat belum memenuhi program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun. Sebagai ilustrasi, Tabel 1.3 menyajikan data rata-rata lama sekolah untuk masing-masing kabupaten dan kota di Provinsi Lampung pada tahun 2007 sampai

11 Terlihat bahwa pencapaian rata-rata lama sekolah tertinggi adalah Kota Bandar Lampung dan Metro serta terdapat perbedaan yang tajam antara kedua kota tersebut dengan seluruh Kabupaten. Tabel 1.3 Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Lampung Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2002 dan 2011 No. Kabupaten/Kota Angka Melek huruf (%) Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Lampung Barat 93,80 97,33 6,90 7,46 2. Tanggamus 92,10 95,47 6,50 7,40 3. Lampung Selatan 91,10 94,91 6,43 7,49 4. Lampung Timur ,63 6,20 7,58 5. Lampung Tengah 93,50 93,74 6,90 7,41 6. Lampung Utara 96,00 95,32 7,20 8,10 7. Way Kanan 94,50 94,89 6,00 7,32 8. Tulang Bawang 92,30 94,52 6,10 7,20 9. Pesawaran - 95,58-7, Pringsewu - 94,72-8, Mesuji - 93,30-6, Tulang Bawang Barat - 93,03-7, Bandar Lampung 96,50 98,47 9,60 10, Metro 96,50 98,38 9,50 10,12 Provinsi Lampung 93,00 95,02 6,90 7,82 sumber : BPS Provinsi Lampung, 2003 dan 2012 Meskipun telah banyak studi yang membuktikan peran penting human capital dalam pertumbuhan ekonomi, menurut Cohen dan Soto (2007) bahwa hingga saat ini masih terdapat perdebatan mengenai sampai sejauh mana peran human capital terhadap pertumbuhan ekonomi. Beberapa penelitian lain seperti

12 12 Benhabib dan Spiegel (1994), Pritchett (2001), serta Bils dan Klenow (2000), justru menghasilkan penemuan yang bertolak belakang, di mana dinyatakan bahwa peran modal manusia dalam pertumbuhan ekonomi selama ini sangat dilebih-lebihkan (Cohen dan Soto, 2007: 52). Benhabib dan Spiegel (1994) menemukan bahwa dalam spesifikasi yang mereka gunakan, koefisien regresi variabel human capital ternyata secara statistik tidak signifikan dan terkadang bahkan cenderung negatif. Studi ini menyarankan model pertumbuhan alternatif untuk mendapatkan peran yang lebih positif dari human capital. Terkait perbedaan hasil studi ini, Cohen dan Soto (2007: 52) menyatakan bahwa hasil penelitian yang menolak pengaruh modal manusia terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki dua kelemahan yaitu kesalahan pada proxy dan kualitas data yang digunakan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa indikator pembangunan di Provinsi Lampung baik indikator ekonomi yaitu laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita, maupun indikator sosial yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM), masih relatif rendah jika dibandingkan dengan pencapaian nasional dan provinsi lainnya. Di samping itu juga, tingkat kemiskinan masih tinggi yang dapat dilihat dari prosentase jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dari indikator-indikator tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung sangat lambat. Pada tahun 2002, pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung berada di atas laju pertumbuhan nasional atau pada urutan ke-5 (lima)

13 13 jika dibandingkan dengan provinsi lainnya, sedangkan pada tahun 2012 berada di bawah angka pertumbuhan nasional atau urutan ke-21 (dua puluh satu). Di sisi lain, kondisi human capital yang dapat dilihat dari komponen IPM yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah (years of schooling) masyarakat Provinsi Lampung, menunjukkan bahwa secara rata-rata tingkat pendidikan masyarakat masih pada level pendidikan primer atau sekolah dasar. Selain itu juga, masih adanya pertentangan hasil studi empiris para ahli ekonomi terkait peranan human capital dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi. Hal ini membuat menarik untuk meneliti peranan human capital di Provinsi Lampung dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Kabupaten/kota manakah yang menjadi kutub pertumbuhan (growth poles) dan bagaimanakah efek limpahan pertumbuhan di Provinsi Lampung tahun ? 2. Apakah terdapat ciri yang dominan antara klasifikasi kabupaten/kota sebagai kutub pertumbuhan dan bukan kutub pertumbuhan di Provinsi Lampung tahun ? 3. Bagaimana pengaruh human capital (rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf) terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Provinsi Lampung tahun ? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk. 1. Menganalisis kabupaten/kota yang merupakan kutub pertumbuhan (growth

14 14 poles) dan efek limpahan pertumbuhan di Provinsi Lampung tahun Menganalisis apakah pengklasifikasian Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung sebagai kutub pertumbuhan dan bukan kutub pertumbuhan memiliki ciri-ciri yang dominan. 3. Menganalisis pengaruh human capital (rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf) terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Provinsi Lampung tahun Manfaat penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Memperkaya khasanah studi empiris bagi kalangan akademisi dalam memahami dampak human capital terhadap pertumbuhan ekonomi regional khususnya di Provinsi Lampung. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah khususnya pemerintah kabupaten/kota serta pemerintah Provinsi Lampung dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional dan pembangunan sumber daya manusia. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab dan akan mengikuti format sebagai berikut: Bab I Pengantar, akan menguraikan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka, berisikan uraian

15 15 tentang landasan teori yang relevan dengan penelitian. Selain itu juga akan diidentifikasi studi empiris sebelumnya terkait topik penelitian serta keaslian penelitian. Bab III Metoda Penelitian, akan mengulas mengenai pendekatan penelitian, definisi operasional variabel yang diamati, jenis dan sumber data, serta alat analisis yang digunakan dalam penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisikan perkembangan variabel pertumbuhan ekonomi dan kondisi human capital serta pembahasan terhadap hasil analisis data. Bab V Kesimpulan dan Saran, memuat kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran guna perumusan kebijakan lebih lanjut. Selain itu, bab ini juga memuat keterbatasan dalam penelitian ini.

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) Kecuk Suhariyanto Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS RI Jakarta, 7 September 2015 SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990: UNDP merilis IPM Human Development

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data yang berhasil dikumpulkan dan akan digunakan pada penelitian ini merupakan data statistik yang diperoleh dari a. Biro Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan pembangunan diindikasikan dengan peningkatan pendapatan per kapita dengan anggapan bahwa peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856

Lebih terperinci

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 Palangka Raya, 16Desember 2015 DR. Ir. Sukardi, M.Si Kepala BPS

Lebih terperinci

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA 86 5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA Profil kinerja fiskal, perekonomian, dan kemiskinan sektoral daerah pada bagian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki potensi sumber daya yang sangat besar baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, untuk sumber daya alam tidak

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

DINAMIKA PDB SEKTOR PERTANIAN DAN PENDAPATAN PETANI

DINAMIKA PDB SEKTOR PERTANIAN DAN PENDAPATAN PETANI DINAMIKA PDB SEKTOR PERTANIAN DAN PENDAPATAN PETANI Hermanto dan Gatoet S. Hardono PENDAHULUAN Sebagai negara berkembang yang padat penduduknya, Indonesia memerlukan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015 No. 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015 IPM Provinsi Papua Tahun 2015 Hingga saat ini, pembangunan manusia di Provinsi Papua masih berstatus rendah yang ditunjukkan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014 HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat Tahun Ajaran 213/21 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 13 Juni 21 1 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP Tahun 213/21 Peserta UN 3.773.372 3.771.37 (99,9%) ya

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Sejalan dengan itu, sektor pertanian

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik Kuliah 1 Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik 1 Implementasi Sebagai bagian dari proses/siklus kebijakan (part of the stage of the policy process). Sebagai suatu studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VII, 5 Mei 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2017 SEBESAR 101,81

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD JAKARTA, 28 JANUARI 2010 Pendekatan Pengembangan Wilayah PU Pengembanga n Wilayah SDA BM CK Perkim BG AM AL Sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th. VI, 5 Agustus 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam yang berlimpah pada suatu daerah umumnya akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada sumber daya alam yang tidak

Lebih terperinci

IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota)

IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota) IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota) DISTRIBUSI PENCAPAIAN IPM PROVINSI TAHUN 2013 Tahun 2013 Tahun 2013 DKI DIY Sulut Kaltim Riau Kepri Kalteng Sumut Sumbar Kaltara Bengkulu Sumsel Jambi Babel

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 1 PETA KABUPATEN/KOTA KALIMANTAN TIMUR Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 2 BAB 1. PENDAHULUAN Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan propinsi terluas

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA No. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II TUMBUH 5,21 PERSEN Pertumbuhan ekonomi NTT yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010

Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010 Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010 Razali Ritonga, MA razali@bps.go.id Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik 15 SEPTEMBER 2012 1 PENGANTAR SENSUS: Perintah

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. utama pembangunan. Salah satu target dari Millenium Development Goals

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. utama pembangunan. Salah satu target dari Millenium Development Goals BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Saat ini upaya untuk menanggulangi kemiskinan telah menjadi agenda utama pembangunan. Salah satu target dari Millenium Development Goals (MDGs) adalah mengurangi proporsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN Pertumbuhan ekonomi Kemiskinan Distribusi pendapatan konsep konsep konsep ukuran ukuran Data-data Indonesia

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak negara di dunia, karena dalam negara maju pun terdapat penduduk miskin. Kemiskinan identik dengan

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016 BADAN PUSAT STATISTIK 07 November 2016 Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah (Produk Domestik Regional Bruto) Indeks Tendensi Konsumen 7 November 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Pertumbuhan

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18/Th. VI, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Inflai BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 74/11/52/Th VII, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN III-2016 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah

Lebih terperinci

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro) EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan Setjen, Kemdikbud Jakarta, 2013 LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG KONSEP Masyarakat Anak

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 Nomor : 048/08/63/Th.XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 SEBESAR 71,99 (SKALA 0-100) Kebahagiaan Kalimantan Selatan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan agar

Lebih terperinci

DRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN 2017

DRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN 2017 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan DRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN 2017 Cutoff data tanggal 30-Nov-2017 PDSPK, Setjen Kemendikbud Jakarta, 11 Desember 2017 DRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN AJARAN 2017/2018

Lebih terperinci

Pertumbuhan Tak-Berkualitas

Pertumbuhan Tak-Berkualitas Pertumbuhan Tak-Berkualitas Uzair Suhaimi uzairsuhaimi.wordpress.com Akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah yang tidak sepenuhnya penulis pahami yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkulitas--- atau

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagai jenjang terakhir dalam program Wajib Belajar 9 Tahun Pendidikan Dasar

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 28/ 05/ 61/ Th,XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- 2013 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2013 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan

Lebih terperinci

KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN. Website:

KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN. Website: KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN Pendahuluan Indera penglihatan dan pendengaran saja Data prevalensi kebutaan dan ketulian skala nasional perlu diperbarui Keterbatasan waktu untuk pemeriksaan mata

Lebih terperinci

Tingkat Kemakmuran dan Keadilan Masyarakat: Perbandingan Antar Propinsi

Tingkat Kemakmuran dan Keadilan Masyarakat: Perbandingan Antar Propinsi Tingkat Kemakmuran dan Keadilan Masyarakat: Perbandingan Antar Propinsi Uzair Suhaimi i uzairsuhaimi.wordpress.com Judul artikel terkesan tendensius dilihat dari sisi substansi maupun metodologi. Substansinya

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017 DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS April 2017 2 Data Sosial Ekonomi Strategis April 2017 Ringkasan Indikator Strategis Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Perdagangan Internasional Kemiskinan & Rasio Gini Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Asep Sjafrudin, S.Si, M.Si Jenjang Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama (MTs/SMP) memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 45/08/61/Th. XV, 6 Agustus 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II- 2012 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan Barat pada II-2012 sebesar 109,62;

Lebih terperinci