MASA DEPAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MASA DEPAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA"

Transkripsi

1 MASA DEPAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA NUHFIL HANANI AR

2 Fokus sasaran Indikator Swasembada Pangan Kemandirian Pangan Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan Lingkup Nasional Nasional Nasional Rumah tangga dan individu Sasaran Komoditas pangan Komoditas pangan Petani Manusia Strategi Substitusi impor Peningkatan daya saing (promosi ekspor) Pelarangan Impor Peningkatan ketersediaan pangan, akses pangan, dan penyerapan pangan output Peningkatan produksi pangan (dengan perlindungan pada petani) Peningkatan produksi pangan yang berdaya saing Peningkatan produksi pangan(dengan perlindungan pada petani) Status gizi (penurunan : kelaparan, gizi kurang dan gizi buruk) Outcome Ketersediaan pangan oleh produk domestik (tidak impor) Ketersediaan pangan oleh produk domestik (impor hanya pelengkap) Kesejahteraan petani Manusia sehat dan produktif (angka harapan hidup tinggi)

3 PANGAN ADALAH HAK AZASI MANUSIA 1. Universal Declaration of Human Right (1948) dan The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (1966) yang menyebutkan bahwa everyone should have an adequate standard of living, including adequate food, cloothing, and housing and that the fundamental right to freedom from hunger and malnutrition. 2. Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 1996 yang ditanda tangani oleh 112 kepala negara atau penjabat tinggi dari 186 negara peserta, dimana Indonesia menjadi salah satu di antara penandatangannya. Isinya adalah pemberian tekanan pada human right to adequate food (hak atas pemenuhan kebutuhan pangan secara cukup),, dan perlunya aksi bersama antar negara untuk mengurangi kelaparan 3. Millenium Development Goals (MDGs) menegaskan bahwa tahun 2015 setiap negara terasuk Indonesia menyepakati menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuhnya 4. Hari Pangan Sedunia tahun 2007 memakai tema Hak Atas Pangan.

4 LANDASAN HUKUM 1. UU NO. 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN 2. PP NO 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN 3. PP TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN 4. PP NOMOR 3 TAHUN 2007 Pasal 3 ayat 2 butir m (Pemerintahan Derah Propinsi, Kabupaten/kota wajib mempertanggung jawabkan urusan Ketahanan pangan 5. PP NOMOR 38 TAHUN 2007 Pasal 7 ayat 2 butir m (Ketahanan Pangan masuk urusan wajib pada Pemerintahan Derah Propinsi, Kabupaten/kota)

5 PERANAN KETAHANAN PANGAN DALAM PEMBANGUNAN Kemiskinan kurang Akses pangan, gizi dan kesehatan meningkat Ekonomi Meningkat Peningkatan Produktivitas Ketahanan pangan rumah tangga Investasi sektor sosial (Gizi, Kes, Pendidikan) Peningkatan Kualitas SDM Investasi sektor ekonomi

6 y = 0,6568x + 38,88 R 2 = 0, HDI % penduduk tahan pangan Pengaruh Ketahanan Pangan Thd Kualitas Sumberdaya Manusia (Data seluruh negara di dunia )

7 KETAHANAN PANGAN Ketersediaanan pangan (Food Availability) Ketersediaan pangan yang cukup, aman, bergizi, berasal dari pangan lokal, impor dan stok masyarakat Stabilitas Pangan Food Stab bility Akses Pangan (Food Access) Kemampuan akses fisik dan ekonomi terhadap sumber pangan secara sosial dan demografis sepanjang waktu dan di mana saja Penyerapan pangan Penyerapan pangan (Food Utilization) Pemenuhan gizi dan kesehatan untuk hidup prodktif

8 Produksi KETERSEDIAAN PANGAN PER KAPITA Pasokan pangan dari luar (Impor ) Cadangan pangan Luas panen Produktifitas Diversifikasi produk Irigasi, teknologi, kredit, Sarana produksi Sarana dan prasarana pemasaran Jumlah Penduduk Bantuan pangan Iklim, hama penyakit, bencana,dll. Sumber : Patrick Webb and Beatrice Rogers (dimodifikasi

9 Akses Ekonomi Pendapatan Kesempatan kerja Harga Pangan AKSES PANGAN Akses Fisik (isolasi daerah) Akses sosial Tidak adanya konflik. Perang. Bencana. dll Sarana dan prasarana perhubungan Infrastruktur pedesaan Preferensi thd jenis pangan dan Pendidikan Sumber : Patrick Webb and Beatrice Rogers (dimodifikasi)

10 Konsumsi 1. Kecukupan Energi 2. Kecukupan Gizi 3. Diversifikasi pangan 4. Keamanan pangan Sumber : Patrick Webb and Beatrice Rogers (dimodifikasi) Falilitas dan Layanan Kesehatan 1. Fasilitas Kesehatan 2. Layanan kesehatan Sanitasi dan Ketersediaan air 1. Kecukupan air bersih 2. Sanitasi PENYERAPAN PANGAN Pengetahuan ibu RT 1. Pola makan 2. Pola asuh kesehatan Outcome Nutrisi dan kesehatan 1. Harapan hidup 2. Gizi balita 3. Kematian bayi

11 Gangguan iklim Hama dan penyakit tanaman KERENTANAN PANGAN Bencana alam Konflik, Perang. dll

12 RANAH KEGIATAN/PROGRAM KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT (NASIONAL, PROPINSI, KAB/KOTA) RUMAHTANGGA INDIVIDU SOSIAL EKONOMI, POLITIK, LINGKUNGAN BUDAYA Pertumbuhan Penduduk Tingkat Pendidikan Makro Ekonomuiy Perdagangan Internasional Kebijakan dan Perundangan Sumberdaya Alam Pelayanan Dasar Pasar Domestik Teknologi Kondisi Iklim Infrastruktur Konflik Sosial Trend Kesehatan Karakteristik rumahtangga Kelangsungan hidup/ livelihood Kelembagaan Sosial Budaya Gender SITUASI PANGAN KETERSEDIAAN PANGAN Produksi Import-Eksport Penggunaan dimestik (pangan, benih/bibit, stok) STABILITAS KETERSEDIAAN Kestabilan Pasar, Cadangan Pangan AKSES TERHADAP PANGAN Produksi Pangan Daya Beli Akses terhadap pasar Kemampuan ocial entitlements KONDISI SOSIAL EKONOM PEMILIKAN ASET DAN AKTIVITAS EKONOMI AKSES PANGAN RUMAHTANGGA POLA PENGASUHAN Pola Asuh Anak Pola Asuh Makan Pengetahuan Gizi Pengolahan Pangan Kebiasaan Makan Distribusi Pangan dlm RT SANITASI DAN KESLING Praktek hidup sehat Higiene Air Bersih Sanitasi Keamanan Pangan KONSUMSI PANGAN Intake energi dan zat gizi memnuhi Gizi seimbang PEMANFAATAN PANGAN OLEH TUBUH Status Kesehatan STATUS GIZI

13 INDIKATOR KUANTITATIF INDIKATOR CAPAIAN KETERANGAN PRODUKSI PANGAN MEMENUHI KEBUTUHAN DOMESTIK Swasembada beras,jagung, daging sapi, daging unggas, telur, ikan, gula, sayuran, buah, minyak goreng, Impor kedele < 20 % Tingkat ketergantungan impor pangan secara keseluruhan < 5 % KETERSEDIAAN ENERGI MEMENUHI KEBUTUHAN KONSUMSI ENERGI MEMENUHI AKG KEAMANAN PANGAN TERJAMIN > 2200 kkal/kap/hr Tersedia sepanjang waktu 2000 kkal/kap/hr Akses sepanjang waktu Tidak ditemukan kasus keracunan pangan dan bahan berbahaya pada makanan MUTU GIZI SEIMBANG SKOR PPH 100 Merata semua kelompok pendapatan GIZI KURANG BUKAN MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT KEP < 10 %, Gizi Buruk < 1% GAKI <10 %

14 SITUASI PANGAN DI DUNIA

15 Myanmar Thailand Polandia Pakistan Australia Mexico Turki Argentina Viet Nam Ukraine Bangladesh German Canada Brazil Indonesia Prancis Rusia India Amerika China 20 Negara Produsen padi-padian terbesar di dunia (% thd dunia )

16 Netherlan Philippine Indonesia Viet Nam Japan England Polandia Australia Italy Argentina Canada Rusia Mexico Spain India Prancis German Brazil Amerika China 20 Negara Produsen daging terbesar dunia ( % thd dunia)

17 20 Negara Produsen sayur dan buah terbesar di dunia (% thd dunia) Uganda Thailand Viet Nam Korea Japan Nigeria Philippin Rusia Prancis Indonesia Mesir Mexico Iran Spanyol Italy Turkey Brazil Amerika India China

18 8 1,93 Iran 8 1,94 Mexico 8 2,32 Canada 7 2,12 Spanyol 7 2,13 Spain 7 2,81 Brazil 6 2,48 Italy 6 2,32 India 6 2,88 Indonesia 5 2,61 Turkey 5 2,40 Prancis 5 3,11 Prancis 4 3,16 Brazil 4 2,61 German 4 3,36 Rusia 3 5,01 Amerika 3 7,66 Brazil 3 10,23 India 2 9,22 India 2 14,95 Amerika 2 17,14 Amerika 1 36,62 China 1 28,57 China 1 18,20 China Pering kat % dunia Negara Pering kat % dunia Negara Pering kat % dunia Negara Sayur dan Buah Daging Padi-padian 20 0,80 Uganda 20 0,90 Netherlands 20 1,09 Myanmar 19 0,82 Thailand 19 0,91 Philippine 19 1,25 Thailand 18 0,96 Viet Nam 18 0,92 Indonesia 18 1,31 Polandia 17 1,05 Korea 17 1,02 Viet Nam 17 1,34 Pakistan 16 1,06 Japan 16 1,16 Japan 16 1,39 Australia 15 1,26 Nigeria 15 1,26 England 15 1,44 Mexico 14 1,29 Philippine 14 1,26 Polandia 14 1,50 Turki 13 1,41 Rusia 13 1,45 Australia 13 1,51 Argentina 12 1,43 Prancis 12 1,57 Italy 12 1,73 Viet Nam 11 1,62 Indonesia 11 1,61 Argentina 11 1,81 Ukraine 10 1,74 Mesir 10 1,77 Canada 10 1,81 Bangladesh 9 1,79 Mexico 9 1,91 Rusia 9 2,25 German

19 Produksi Padi (MT) Produksi Jagung (MT) Madagascar Sri Lanka Iran, Islamic Rep of Nigeria Nepal Cambodia Egy pt Korea, Republic of Pakistan United States of America Japan Brazil Philippines My anmar Thailand Viet Nam Bangladesh Indonesia India China Spain Thailand Nigeria Philippines Serbia and Montenegro Egypt Ukraine Canada Hungary Romania Italy South Africa Indonesia France India Argentina Mexico Brazil China United States of America 0 50,000, ,000, ,000, ,000, ,000,0 100,000, 150,000, 200,000, 250,000, 300,000,

20 Produksi Ubi kayu (MT) Produksi Ubi Jalar (MT) Côte Philippines Colombia Madagascar Malaw i Benin China Paraguay Uganda Viet Nam Mozambiqu India Tanzania Angola Ghana Congo Thailand Indonesia Brazil Uganda 0 5,000, ,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000 35,000,000 40,000,000 45,000,000 Timor-Leste Malay sia Sw aziland Thailand Japan Guinea-Bissau Congo, Dem Philippines Colombia Mex ico Eritrea Botsw ana Boliv ia Nepal Peru Namibia Papua New Indonesia Pakistan Ethiopia 0 500,00 1,000,0 1,500,0 2,000,0 2,500,0 3,000,0 3,500,0 4,000,

21 Produksi Kedelai(MT) Produksi Tebu (MT) Thailand Viet Nam Romania South Africa Ukraine Serbia and Montenegro Korea, Dem People's Uruguay Nigeria Russian Federation Italy Indonesia Boliv ia Canada Paraguay India China Argentina Brazil United States of America Iran, Peru Venezuela Cuba Viet Nam Egypt Guatemala Argentina South Indonesia United Philippines Australia Colombia Mexico Pakistan Thailand China India Brazil 0 10,00 0,000 20,00 30,00 0,000 0,000 40,00 0,000 50,00 0,000 60,00 70,00 0,000 0,000 80,00 0,000 90,00 0, ,000, , , , , , , , ,000,000,000,000,000,000,000,000,000

22 Produksi Susu (MT) Produksi Telur (MT) Argentina Canada Japan Pakistan Turkey Mexico Australia Italy Netherlands Poland Ukraine United Kingdom New Zealand Brazil China France Germany Russian Federation India United States of America Bulgaria New Zealand Cambodia Hungary Slovakia Madagascar Pakistan Ukraine Malaysia Russian Federation Myanmar United Kingdom Bangladesh Korea, Republic of Romania Brazil Philippines Indonesia Thailand China 0 10,00 0,000 20,00 0,000 30,00 0,000 40,00 0,000 50,00 0,000 60,00 0,000 70,00 0,000 80,00 0,000 90,00 0, ,00 1,000, ,500, 000 2,000, 000 2,500, 000 3,000, 000 3,500, 000 4,000, 000 4,500, 000 5,000, 000

23 Produksi Daging ayam (MT) Produksi Daging sapi (MT) Germany Australia Argentina Iran, Islamic Rep of Malaysia South Africa Poland Turkey Thailand Canada Russian Federation France Japan Indonesia Spain United Kingdom India Mexico Brazil United States of America 0 2,000, 4,000, 6,000, 8,000, ,00 0,000 12,00 0,000 14,00 0,000 16,00 0,000 18,00 0,000 Japan Uruguay Ukraine Spain Ireland South Africa New Zealand United Kingdom Colombia Italy Germany India Canada Mexico France Russian Federation Australia Argentina Brazil United States of America 0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000

24 Produksi Sayuran (MT) Produksi Buah (MT) Uzbekistan Thailand Pakistan Poland Iran, Islamic Rep of Nepal Cuba Brazil Korea, Dem People's Rep Italy Japan France Myanmar Russian Federation Korea, Republic of Nigeria Philippines Viet Nam India China Costa Rica Tanzania, United Rep of Ecuador Thailand Azerbaijan, Republic of Pakistan Mexico Egypt Cuba Sudan Korea, Dem People's Rep Nepal Papua New Guinea Myanmar Iran, Islamic Rep of Nigeria Indonesia China Viet Nam India

25 PROYEKSI KECUKUPAN PANGAN DUNIA 2025 Region Population 2025 Consumption/ Capita Demand 2025 Production 2025 Balance 2025 South Asia East and Southeast Asia Latin America Europe North America World SOURCE:

26 Source: Commodity Market Review of the World Bank, June Gandum Beras Gula (raw) Gula (refined) Kacang2an Daging sapi Daging ayam Susu bubuk

27 Land Availability Country Land for Food (1000 ha) Population (2002) Land/ Capita (m 2 ) Argentina Australia Bangladesh Brazil Canada China India Indonesia 1) Thailand USA Vietnam Indonesia 2)

28 STOK PANGAN DUNIA World Ending Stocks Million Metric Tons Wheat Corn Rice Soybean 2005/6 2006/7 2007/8

29 RINGKASAN 1. Produsen Pangan dikuasai tiga negara besar : (Amerika, China dan India) 2. Harga pangan internasional mengalami lonjakan drastis 3. Kompetisi penggunaan komoditas pertanian: pangan vs pakan vs energi 4. Negara produsen pangan negara asing cenderung mementingkan dirinya sendiri dan melindungi produsennya 5. Diramalkan pada masadatang jika tidak ada intervensi, maka pangan di dunia akan defisit PERUBAHAN KONDISI GLOBAL YANG TIDAK MENENTU MENUNTUT KEMANDIRIAN INDONESIA

30 SENTRA PRODUKSI PANGAN INDONESIA DAN PERKEMBANGANNYA

31 INDONESIA MERUPAKAN NEGARA YANG MEMILIKI KEANEKARAGAMAN HAYATI YANG BESAR NO. 2 DI DUNIA SETELAH BRAZIL 800 SPESIES TUMBUHAN PANGAN SPESIES TUMBUHAN MEDISINAL RIBUAN SPESIES MICRO ALGAE 77 Jenis Sumber Karbohidrat 75 Jenis Sumber Lemak/Minyak 26 Jenis Kacang-kacangan 389 Jenis Buah-buahan 228 Jenis Sayuran 40 Jenis Bahan Minuman 110 Jenis Rempah-rempah dan Bumbu-bumbuanbumbuan nuhfil hanani

32 Kondisi Penggunaan Tanah Indonesia memiliki luas daratan lebih kurang 190,.923 Juta Ha, seluas 70,8 Juta atau 37,1 Persen telah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan budidaya seperti Sawah, pertanian lahan kering, perkebunan, budidaya non pertanian(permukimam, industri,tambang dll) serta penggunaan-penggunaan tanah lainnya (ladang, semak,padang rumput dll). Seluas 120,2 juta Ha atau 62,9 persen masih berupa hutan (hutan lebat, sejenis, belukar dll). Persen Pengg gunaan 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Sumatera Intensitas Penggunaan Tanah Pada Setiap Pulau 2002 Jawa dan Bali Kalimantan Sulawesi NT dan Maluku Papua Bila dilihat berdasarkan kelompok penggunaan tanah, maka penggunaan tanah semak, padang rumput, alangalang, tanah tandus, rusak dan perairan tambak (dikelompokkan dalam penggunaan lain) menempati urutan terluas kedua (13,9%) setelah Hutan, kemudian disusul oleh perkebunan ( 8,5 %) pertanian Lahan Kering (7,8 % )dan Sawah (4,9%) nuhfil hanani Berdasarkan intensitas penggunaan tanah untuk kegiatan budidaya, Pulau Jawa telah mencapai 79,9 %,disusul oleh Sumatera 46,7 %. Sedangkan Papua mempunyai intensitas penggunaan tanah terkecil yakni 20 % Persentase masing-masing penggunaan tanah 14% 63% 2% 4% 8% 9% Non Pertanian Sawah Lahan Kering Perkebunan Hutan Lain-lain

33 PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH PERTANIAN MENJADI PEMUKIMAM DAN INDUSTRI DI PULAU JAWA ( ) Pertanian tanah kering 16,6% Grafik Persentase Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian Menjadi Industri dan Pemukiman berdasarkan Penggunaan Tanah awal di Pulau Jawa (1994 s/d 1999) Kebun campuran 17,5% Perkebunan 0,2% sawah 65,7% Dalam tahun perubahan tanah pertanian (sawah maupun pertanian tanaman kering) menjadi kegiatan Industri dan Permukiman adalah lebih kurang ribu hektar hektar atau lebih dari 65,7% perubahan tersebut berasal dari tanah-tanah sawah. Penyusutan tanah-tanah sawah di P. Jawa menjadi tanah indutri sangat fenomenal yakni seluas Ha(81%). rata-rata perubahan tanah sawah menjadi non-pertanian adalah Hektar per tahun 33

34 KONVERSI LAHAN SAWAH DI INDONESIA TAHUN 1999 LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN 2003 (HA) Pulau luas sawah (ha) luas baku 1999 Pengurangan Penambahan Net konversi % terhadap lahan baku sawah Sumatera ,89 Bali dan NTT ,96 Kalimantan ,96 Sulawesi ,74 Maluku & papua Luar Jawa ,81 Jawa ,42 Indonesia ,23 Sumber: Profil Sektor Pertanian Indonesia. BPS. 2003

35 Produksi padi (000 ton), 2006 Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Sulawesi Selatan Sumatera Utara Sumatera Selatan Lampung Sumatera Barat Banten Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Barat Nanggroe Aceh Kalimantan Barat Bali Sulawesi Tengah Daerah Istimewa Jambi Kalimantan Timur Nusa Tenggara Timur Kalimantan Tengah Sulawesi Utara Bengkulu Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Gorontalo Papua Maluku Utara Maluku Riau Irian Jaya Barat Bangka Belitung DKI Riau Kepulauan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,583 68,319 59,215 49,833 42,938 27,073 16,506 6,197 0, , , , Padi , , , , , ,00 y = 1E+06ln(x) + 6E+06 R² = 0,817 0,

36 Produksi jagung 000 ton, 2006 Jawa Timur Jawa Tengah Lampung Sulawesi Selatan Sumatera Utara Nusa Tenggara Jawa Barat Gorontalo Sulawesi Utara DI Yogyakarta Sumatera Barat Kalimantan Barat Nusa Tenggara Barat Nanggroe Aceh Bengkulu Bali Sulawesi Tenggara Sumatera Selatan Sulawesi Tengah Kalimantan Selatan Riau Jambi Banten Sulawesi Barat Maluku Kalimantan Timur Maluku Utara Kalimantan Tengah Papua Irian Jaya Barat Bangka Belitung Riau Kepulauan DKI Jakarta Jagung y = 81254ln(x) R² = 0,

37 Produksi kedelai 000 ton 2006 Jawa Timur Jawa Tengah Daerah Istimewa Nanggroe Aceh Darussalam Jawa Barat Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Barat Bali Sumatera Utara Gorontalo Sulawesi Utara Papua Riau Sumatera Selatan Lampung Jambi Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Timur Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Kalimantan Selatan Banten Irian Jaya Barat Kalimantan Barat Sumatera Barat Maluku Bengkulu Maluku Utara Sulawesi Barat Kalimantan Tengah Riau Kepulauan Bangka Belitung 39,545 25,495 24,495 22,242 10,864 10,844 7,042 6,734 4,875 4,222 4,205 3,788 3,594 3,443 2,982 2,786 2,783 2,651 2,138 1,919 1,887 1,728 1,438 1,433 1,341 1,164 1,049 0, , , Kedele y = -2089,x x R² = 0,

38 Produksi Ubikayu (000 ton), 2006 Lampung Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Daerah Istimewa Yogyakarta Sulawesi Selatan Kalimantan Barat Sulawesi Tenggara Sumatera Selatan Bali Banten Sumatera Barat Maluku Utara Bengkulu Kalimantan Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Sulawesi Utara Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Riau Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Jambi Sulawesi Barat Papua Irian Jaya Barat Bangka Belitung Maluku Riau Kepulauan Gorontalo Daerah Khusus Ibukota Jakarta 3680, , , ,82 567, , , , , , , , , ,249 93,801 87,041 82,416 82,389 65,661 52,791 47,586 46,504 45,245 40,779 40,413 37,825 21,838 17,264 10,326 6,899 0,941 0, , Ketela pohon y = -4789x + 1E+06 R² = 0,

39 Produksi Ubijalar, 2006 (Ton) Jawa Barat Papua Jawa Timur Jawa Tengah Nusa Tenggara Timur Sumatera Utara Bali Sulawesi Selatan Sumatera Barat Bengkulu Lampung Sulawesi Utara Banten Maluku Utara Jambi Sulawesi Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Tenggara Irian Jaya Barat Sumatera Selatan Maluku Nusa Tenggara Barat Nanggroe Aceh Darussalam Kalimantan Barat Riau Kalimantan Tengah Daerah Istimewa Yogyakarta Sulawesi Barat Bangka Belitung Gorontalo Riau Kepulauan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Ubi jalar y = -5034,x R² = 0,

40 Produksi Kacang Tanah, 2006 (000 Ton) Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Daerah Istimewa Yogyakarta Nusa Tenggara Barat Sulawesi Selatan Sumatera Utara Banten Bali Nusa Tenggara Timur Kalimantan Selatan Lampung Sumatera Selatan Nanggroe Aceh Darussalam Sulawesi Tengah Sumatera Barat Sulawesi Utara Bengkulu Sulawesi Tenggara Maluku Utara Riau Maluku Gorontalo Papua Jambi Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Irian Jaya Barat Sulawesi Barat Bangka Belitung Riau Kepulauan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Kacang tanah y = 11646ln(x) R² = 0,

41 Produksi Kacang Hijau, 2006 (Ton) Jawa Tengah Jawa Timur Nusa Tenggara Barat Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Timur Jawa Barat Sumatera Utara Lampung Sumatera Selatan Nanggroe Aceh Riau Sulawesi Utara Banten Bengkulu Sulawesi Tenggara Sumatera Barat Papua Kalimantan Barat Sulawesi Tengah Bali Kalimantan Selatan Irian Jaya Barat Kalimantan Timur Sulawesi Barat Gorontalo Jambi Maluku Daerah Istimewa Maluku Utara Kalimantan Tengah Riau Kepulauan Daerah Khusus Bangka Belitung

42 Produksi Telur Ayam, 2006 (000 Ton) Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Banten Bali Sulawesi Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta Kalimantan Barat Lampung Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Jambi Riau Kepulauan Riau Bangka Belitung Sulawesi Barat Nanggroe Aceh Darussalam Papua Gorontalo Nusa Tenggara Barat Bengkulu Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Timur Irian Jaya Barat Kalimantan Tengah Maluku Maluku Utara Daerah Khusus Ibukota Jakarta Telur(000 ton) y = 29,91x - 82,44 R² = 0,

43 Produksi susu ( ton), 2006 Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Sumatera Utara DKI Jakarta Sulawesi Selatan Sumatera Barat Sumatera Selatan Lampung Kalimantan Selatan Papua Bali Bengkulu Nanggroe Aceh Darussalam Kalimantan Barat Sulawesi Barat Irian Jaya Barat Kepulauan Riau Maluku Utara Gorontalo Banten Bangka Belitung Maluku Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Jambi Riau susu(000 ton) y = 17,28x - 54,41 R² = 0,

44 Produksi Daging Ayam ras (ton), 2006 Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Banten Bali Sulawesi Selatan DI Yogyakarta Kalimantan Barat Lampung Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Jambi Kepulauan Riau Riau Bangka Belitung Sulawesi Barat Nanggroe Aceh Darussalam Papua Gorontalo Nusa Tenggara Barat Bengkulu Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Timur Irian Jaya Barat Kalimantan Tengah Maluku Maluku Utara Produksi Daging sapi ( ton), 2006 Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah Sulawesi Selatan Sumatera Barat Banten Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Selatan Sumatera Utara DKI Jakarta Nusa Tenggara Timur Bali Kalimantan Timur Kalimantan Barat Nusa Tenggara Barat DI Yogyakarta Riau Lampung Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Kalimantan Tengah Jambi Bangka Belitung Sulawesi Tenggara Papua Maluku Maluku Utara Bengkulu Sulawesi Barat Kepulauan Riau Gorontalo Irian Jaya Barat

45 Daging y = 51,08x + 75,46 R² = 0,

46 Produksi Tebu, 2006 (000 Ton) Jawa Timur Lampung Jawa Tengah Jawa Barat Sumatera Selatan Sumatera Utara Gorontalo Daerah Istimewa Yogyakarta Sulawesi Selatan Irian Jaya Barat Maluku Utara Papua Maluku Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Bali Banten Daerah Khusus Ibukota Riau Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Jambi Riau Sumatera Barat Nanggroe Aceh Darussalam Tebu , , , , , ,00 0,

47 Provinsi sentra Pertanian Di Indonesia Komoditas Wilayah Sentra Produksi Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Sayuran Buah-buahan Minyak Sawit Gula Tebu Daging Telur Hasil Perikanan Jabar+Banten (20,7%), Jatim (17,8%), Jateng (16,3%), Sulsel (7,1%), Sumut (6,7), dan Sumbar, Sulsel, Lampung (masing-masing > 3%) Jatim (36,0%), Jateng (17,7%), Lampung (11,6%), Sumut (6,9%), Sulsel (6,5%), dan Jabar, NTT (masing-masing >4%) Jatim 37,9%), Jateng (20,1%), NAD 7,0%), Jabar (5,4%), Sulsel (4,2%), dan Lampung (2,2%) Jatim (24,4%), Jateng (21,7%), Jabar (14,8%), Sulsel (6,5%), dan Sumut, NTB (masing-masing >3%) Jabar (36,6%), Sumut (19,6%), Jateng (15,1%), Jatim (9,6%), dan Sumbar, Bengkulu, Bali, Sulsel (masing-masing >3%) Jabar (26,9%), Jatim (21,1%), Jateng (12,6%), Sumut (5,9%), Sulsel (5,5%), dan Sumsel+Babel, Lampung, NTT (masing-masing >3%) Sumut (39,9%), Riau (21%), Kalbar (6,1%), NAD (6,1%) dan Sumbar (5,4%) Jatim (44,1%), Lampung (33,3%), Jateng (7,5%), Jabar (4,2%), dan Sumut (3,9%) Jabar (21,1%), Jatim (15,6%), Jateng (12,0%), Bali (8,1%), Jakarta (7,7%), Sumut (6,3%) Jabar (20,8%), Jatim (15,3%), Jateng (14,2%), Sumut (15,0%), Sumbar, Sumsel- Babel, Lampung Sulsel (masing-masing >4%) Sumatera (27%), Jawa (25%), Sulawesi (18%)

48 KETERSEDIAA PANGAN PER KAPITADAN KEMANDIRIAN PANGAN

49 Ketersediaan Pangan Per Kapita Ketersediaan Energi (Kal/kapita/hari) Protein Total (gram/kap/hari) 76,72 71,36 74,85 75,52 76,28 Nabati (gram/kap/hari) 65,14 59,52 62,68 63,32 62,78 Hewani (gram/kap/hari) 11,58 11,85 12,17 12,20 13,57

50 Ketersediaan pangan menurut Komoditasnya (Kal/kapita/hari), 2004 Komoditas Ketersediaan domestik (000 ton) Penyediaan domestik per kapita (Kal/kapita/hari) Beras ,43 Jagung ,76 Kedelai ,26 Kc. Tanah ,62 Ubi Kayu ,34 Ubi Jalar ,52 Sayuran ,95 Buah-buahan ,81 Minyak goreng ,00 Gula ,23 Daging sapi & kerbau 505 7,58 Daging ayam ,45 Telur ,33 Susu ,50 Ikan ,12

51 (Kal/kapita/hari) Kebutuhan Energi 2200 Ketersediaan Energi

52 (Gram/kapita/hari) Kebutuhan protein Ketersediaan Protein

53 Ikan Susu Telur Daging ayam Daging sapi Gula Minyak goreng Buah-buahan Sayuran Ubi Jalar Ubi Kayu Kc. Tanah Kedelai Jagung Beras 54,12 16,5 21,33 24,45 7,58 118,23 91,81 41,95 29,52 51,62 88, ,34 481, , Ketersediaan panganmenurut Komoditasnya (Kal/kapita/hari), 2004)

54 Susu Kedelai Gula Jagung Kc. Tanah Sayuran Daging sapi Ikan Beras Buah-buahan Daging ayam Telur Minyak goreng Ubi Jalar Ubi Kayu 7,62 39,02 78,21 90,86 92,13 93,05 95,93 97,65 99,23 99,53 99, Persen. Kemandirian Komoditas Pangan Indonesia 2006

55 IMPOR PANGAN INDONESIA URAIAN BERAS VOLUME IMPOR (JUTA TON) * PRODUKSI (JUTA TON) a NILAI IMPOR (JUTA US$) * JAGUNG IMPOR (JUTA TON) * PRODUKSI (JUTA TON) * NILAI IMPOR (JUTA US$) * KEDELAI IMPOR (JUTA TON) * PRODUKSI (JUTA TON) *** NILAI IMPOR (JUTA US$) * GULA IMPOR (JUTA TON) * PRODUKSI (JUTA TON) ** NILAI IMPOR (JUTA US$) * , Sumber data: * BPS, ** CEIC, ***Deptan

56 PENDUDUK MISKIN PADA SEKTOR PERTANIAN/PANGAN Petani > 0.5 Ha Non Gurem Gurem Petani < 0.5 Ha Non Pertanian Pertanian 25.6 Pangan Non pangan 74.4

57 PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA Produktifitas TK sektor pertanian rendah Penyerapan sektor pertanian Penyerapan tenaga kerja sektor non pertanian rendah Kemiskinan Pengangguran tak kentara Urbanisasi dan migrasi Angkatan kerja

58 Distribusi Tenaga Kerja Menurut Sektor (2005) Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia Pertanian Perdagangan Industri Komunikasi Transportasi Bangunan Keuangan Pertambangan Energi

59 Jumlah Unit Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Menurut Sektor No SEKTOR UK UM UB JUMLAH 1. Pertanian, Peternakan, Kehutana 24,735,693 1, ,737,550 n, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 379, , Industri Pengolahan 2,560,846 7, ,569, Listrik, Gas, dan Air Bersih 9, , Bangunan 170,359 9, , Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,456,064 21, ,477, Pengangkutan dan Komunikasi 2,963,768 3, ,967, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa 29,508 3,021,955 6,502 8, ,327 3,031,118 Total PDB 42,326,519 61,986 2,243 42,390,748 Sumber data : BPS (2003)

60 Rata-rata Produktivitas Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah Tahun (000 Rp) No Sektor Usaha Kecil Usaha Menengah 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Total PDB Sumber : BPS (Diolah)

61 RANGKUMAN DAN BEBERAPA CATATAN a. Ketersedian pangan secara makro setara energi dan protein Indonesia telah melebihi kebutuhan b. Kemandirian pangan untuk beberapa komoditas cukup tinggi ketergantungan impor kurang dari 10 persen, namun beberapa komoditas memiliki ketergantungan impor yang tinggi (kedelai 60,98 % dan susu 92, 38 % dan gula) c. Dalam jangka panjang, laju peningkatan produksi pangan cenderung melandai dengan rata-rata pertumbuhan kurang satu persen sedangkan pertambahan penduduk sebesar 1,2% setiap tahun d. Petani umumnya skala kecil (kurang dari 0,5 hektar) dan berpendidikan rendah menyebabkan aksesibilitasnya terbatas terhadap sumber permodalan, teknologi dan sarana produksi sehingga sulit meningkatkan efisiensi dan produktifitasnya tanpa difasilitasi oleh pemerintah. e. Semakin berkurangnya prasarana pertanian

62 f. Kondisi sumber air memperihatinkan, daerah tangkapan air yakni daerah aliran sungai (DAS) kondisi lahannya sangat kritis akibat pembukaaan hutan yang tidak terkendali. Defisit air di Jawa sudah terjadi sejak tahun 1995 dan terus bertambah hingga tahun 2000 telah mencapai 52,8 milyar m3 per tahun g. Alih fungsí lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran dll) di Indonesia diperkirakan ha/5 th dan cenderung meningkat h. Di Jawa dan banyak daerah lainnya luas hutan tinggal 15% dari luas daratan (untuk kelestarian minimal 30 %), seta banakna dijumai lahan kritis. Sejak 10 tahun terakhir terjadi banjir dengan erosi hebat dan ancaman tanah longsor pada musim hujan bergantian dengan kekeringan hebat pada musim kemarau. Bila laju degradasi terus berjalan maka tahun 2015 diperkirakan defisit air di Jawa akan mencapai 14,1 miliar m³ per tahun

63 KONSUMSI PANGAN INDONESIA DIBANDINGAN NEGARA LAIN

64 Ecuador Maldives Kuwait United Arab Emirates Peru Liberia Comoros Costa Rica Japan Vanuatu Mauritius Brunei Darussalam Côte d'ivoire Solomon Islands Cuba Suriname Korea, Dem People's Senegal India Malaysia Guinea Guyana Sierra Leone Korea, Republic of China Guinea-Bissau Nepal Sri Lanka Madagascar Timor-Leste Thailand Philippines Indonesia Cambodia Bangladesh Viet Nam Laos Myanmar Konsumsi Beras (gram/kapita/hari) Konsumsi Ketela (gram/kapita/hari) Thailand French Polynesia Senegal Dominican Republic Venezuela, Boliv Rep of Laos Malaysia Kenya Philippines Sao Tome and Principe Colombia Chad Brazil Indonesia Timor-Leste Sierra Leone Comoros Malawi Zambia Gabon Côte d'ivoire Cameroon Burundi Uganda Rwanda Nigeria Guinea Togo Paraguay Madagascar Central African Republic Liberia Tanzania, United Rep of Benin Ghana Mozambique Congo, Republic of Angola Congo, Dem Republic of

65 Konsumsi Sayuran (gram/kapita/hari) Konsumsi Buah (gram/kapita/hari) Viet Nam Thailand Philippines Malaysia Japan Korea, Republic of Japan Indonesia China Brunei Darussalam Korea, Republic of Viet Nam Philippines Thailand Malaysia Indonesia Japan Brunei Darussalam

66 Konsumsi Ikan laut (gram/kapita/hari) Konsumsi daging (gram/kapita/hari) Myanmar Korea, Dem People's Rep Indonesia Viet Nam Japan Brunei Darussalam Malaysia Indonesia Philippines Thailand Japan Viet Nam Brunei Darussalam Malaysia China United States of America United Arab Emirates Israel

67 Konsumsi Telur (gram/kapita/hari) Konsumsi Susu (gram/kapita/hari) Indonesia Saudi Arabia Philippines Brazil Thailand Israel Malaysia America Viet Nam China Brunei Darussalam Philippines Indonesia Malaysia Brunei Darussalam China Japan Thailand Japan

68 Konsumsi Kedelai (gram/kapita/hari) Viet Nam Peru Rwanda Brunei Darussalam Belize Thailand Myanmar Costa Rica Nigeria Colombia Cuba Yemen Brazil China Uganda Korea, Republic of Japan Seychelles Indonesia Korea, Dem People's Rep

69 KUALITAS KONSUMSI PANGAN INDONESIA

70 No. Uraian Energi (Kal/kap/hari) Kota Desa Kota+Desa Protein(Gram/kap/hari) Kota 55,9 49,3 56,0 56,7 55,9 55,3 Desa 53,7 48,2 53,2 54,4 53,7 55,3 Kota+Desa 54,5 48,7 54,4 55,4 54,7 55,23 Sumber: Susenas berbagai tahun (diolah)

71 Perkembangan Kualitas Konsumsi Pangan Berdasarkan PPH Wilayah Kota 68,5 80,1 81,9 80,0 81,0 Desa 64,4 72,5 75,1 74,0 77,6 Kota+Desa 66,3 72,6 77,5 76,9 79,1 Sumber : Susenas berbagai tahun (diolah)

72 Perbandingan Konsumsi Pangan Anjuran dan Aktual Tahun No Kelompok Pangan Anjuran Konsumsi Aktual Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak+Lemak Buah/biji berminyak Kacang2an Gula Sayur+buah Lain-lain TOTAL Skor PPH ,3 72,6 77,5 76,9 79,1 Sumber: Susenas (diolah)

73 % AKE Indonesia % AKE % AKE Desa % AKE Kota < > % AKE Desa+kota Pengeluaran/kapita/bln Tingkat Konsumsi Energi Penduduk Indonesia Tahun

74 Skor PPH Indonesia Skor PPH Skor PPH Desa Skor PPH Kota Skor PPH Desa+Kota 0 < > Pengeluaran/kapita/bln Skor PPH Penduduk Indonesia Tahun

75 POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2005 No. Golongan Pengeluaran Pola Konsumsi Pedesaan & Perkotaan Pedesaan Perkotaan 1. < B,J,UK,T B,J,UK,T B,T B,J,UK,T B,J,UK,T B,T B,J,UK,T B,J,UK,T B,T B,T B,T B,T B,T B,T B,T B,T B,T B,T B,T B,T B,T 8. > B,T B,T,UK B,T Keterangan : B = Beras J = Jagung UK = Ubi kayu T = Tepung Terigu

76 KUALITAS KONSUMSI PANGAN PENDUDUK INDONESIA (KOTA+DESA) TAHUN 2005 DAN 2007 Kelompok Pangan Gram PPH Nasional Energi % AKG Skor PPH Gram Energi 2005 % AKG Skor PPH Gram Energi 2007 % AKG Skor PPH Padi-padian 275, ,0 25,0 319, , ,2 25,0 Umbi-umbian 100, ,0 2, ,0 62 3,1 1,6 Pangan Hewani 150, ,0 24, , ,8 15,5 Minyak dan Lemak 20, ,0 5, , ,1 5,0 Buah/Biji Berminyak 10,0 60 3,0 1, ,8 47 2,3 1,0 Kacang-kacangan 35, ,0 10, ,7 73 3,6 7,3 Gula 30, ,0 2, ,2 96 4,8 2,4 Sayur dan Buah 250, ,0 30, , ,0 25,1 Lain-lain ,0 0, ,7 35 1,8 0,0 Total , ,7 Skor PPH ,8

77 TINGKAT KERAWANAN PANGAN

78 NEGARA-NEGARA YANG MENGALAMI MASALAH PANGAN NEGARA FAKTOR PENYEBAB MASALAH PANGAN Lesotho Kekeringan Somalia Kekeringan Swaziland Kekeringan Zimbabwe Krisis ekonomi, kekeringan Eritrea Krisis ekonomi Liberia Recovery pasca konflik Mauritania Kekeringan Sierra Leone Recovery pasca konflik Burundi Konflik sosial Central African Republic Konflik sosial Chad Konflik sosial Congo, Democratic Republic of Konflik sosial Congo, Republic of Krisis ekonomi Côte d'ivoire Konflik sosial Ethiopia Keamanan dan gagal panen Ghana Banjit dan Kekeringan Guinea Pengungsian Guinea-Bissau Keamanan

79 NEGARA Kenya Sudan Uganda Iraq Afghanistan Korea, Dem. People's Rep. of Bangladesh Indonesia Nepal Pakistan Sri Lanka Timor-Leste Bolivia Dominican Republic Haiti Nicaragua Moldova Kenya Somalia Russian Federation (Chechnya) FAKTOR PENYEBAB MASALAH PANGAN Konflik sosial Konflik sosial Konflik sosial Konflik social dan keamanan Konflik social dan keamanan Krisis ekonomi dan banjir Banjir dan Topan Banjir, longsor dan gempa Konflik social dan banjir Keamanan dan banjir Conflict Banjir dan kekeringan Banjir Banjir Banjir Banjir Kekeringan Kekeringan Kekeringan Konflik sosial

80 Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 sebesar 37,17 juta jiwa atau 16,58 % (Maret 2007). Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2006 yaitu 39,30 juta jiwa atau 17,75 % dari total penduduk (Maret 2006). Jumlah Penduduk miskin pada Maret 2008 tercatat sebesar 34,96 Juta orang (BPS) 60,00 Jumlah Penduduk Miskin 50,00 49,50 47,97 ( % ) 40,00 34,01 38,70 37,90 38,40 37,30 36,15 35,10 39,30 37,17 30,00 24,23 23,43 20,00 17,47 19,14 18,41 18,20 17,42 16,66 15,97 17,75 16,58 10,00 0,

81 JUMLAH DAN TINGKAT PENGANGGURAN

82 Prevalensi gizi Kurang Dan Rawan Pangan (Kons Energi < 1700 kkal/hr) Tingkat kelaparan Balita Gizi gurang Balita gizi buruk %

83 Wilayah Kota -Sangat rawan* 5,5 3,3 2,7 1,7 -Rawan** 40,0 34,2 32,0 24,5 Desa -Sangat rawan* 9,4 6,0 6,7 3,8 -Rawan** 14,5 10,8 12,3 37,0

84 Papua Maluku Utara Maluku Penduduk Rawan pangan (%) Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Bali Banten Jawa Timur DI.Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Kep. Bangka Belitung Lampung Bengkulu Sumatera Selatan Jambi Riau Sumatera Barat Sumatera Utara NAD Sumber : Gizi dalam Angka (2005) dan Nutrition Map of Indonesia,

85 Balita gizi buruk Papua Maluku Utara Maluku Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Bali Banten Jawa Timur DI.Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Kep. Bangka Belitung Lampung Bengkulu Sumatera Selatan Jambi Riau Sumatera Barat Sumatera Utara NAD

86 Papua Maluku Utara Maluku Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Balita Kurang Gizi Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Bali Banten Jawa Timur DI.Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Kep. Bangka Belitung Lampung Bengkulu Sumatera Selatan Jambi Riau Sumatera Barat Sumatera Utara NAD

87 PERKIRAAN JUMLAH BALITA DAN YANG MENDERITA GIZI KURANG JUMLAH DESA: JUMLAH KECAMATAN: JUMLAH KABUPATEN: 440 JUMLAH PROVINSI: 34 75, , ,217 3,711,156 MARASMUS/KWASHIORKOR (BUSUNG LAPAR?) (<-3.5 SD BB/U + INFEKSI) GIZI BURUK TK BERAT (<-3.5 SD Berat Badan/Umur): GIZI BURUK: (-3.5 SD -3SD BB/U) GIZI KURANG -3SD -2SD BB/U: 14,279,582 NORMAL: >-2SD BB/U (Sumber: Depkes 2005, Fasli Jalal, 2008) DATA BALITA 2005

88 38 Prevalensi underweight Balita (BB/U) Indonesia ,7 28,34 20, ,25 24,66 17,13 19,3 19, ,2 6,3 7,23 11,56 10,51 8,11 7,53 8 8,31 8, G Buruk G Kurang

89 Persentase ibu memberikan ASI eksklusif a n a k % % 45% 30% Hasil penelitian MP-ASI pada 4,200 anak di 5 Propinsi memperlihatkan pada anak 6 bulan hanya 6% yang menyusui secara eksklusif. Anak seharusnya diberikan ASI eksklusif setidaknya sampai umur 4 bulan dan bila memungkinkan sampai 6 bulan % 10 12% 6% Umur (bulan) Sumber: Studi MP-ASI, UNICEF, 1997.

90 ANEMIA, SKRT 1995 DAN

91 ANEMIA WUS DAN BALITA HKI Lokasi Wanita Usia Subur Anak balita Sumbar Lombok Lampung Makassar Sulsel Surabaya Jatim Jabar Semarang Jateng Jakarta

92 KABUPATEN MENURUT KONSUMSI GARAM YODIUM TK RUMAH TANGGA

93 KESEHATAN LINGKUNGAN PROPORSI RUMAH TANGGA DENGAN KRITERIA KESEHATAN LINGKUNGAN 1996, 2000, 2003 A : RT - punya akses air B : RT - dengan lantai tanah C : RT - tanpa sanitasi % RT A B C A B C A B C A B C A B C A B C Sumatera Jkt, Jogja, Bali Jabar, Banten, Jateng, Jatim NTB,NTT,Maluku, Papua Kalimantan Sulawesi

94 KEAMANAN PANGAN 1. Merebaknya penyalahgunaan bahan kimia berbahaya untuk bahan tambahan pangan (formalin, boraks dan zat pewarna yang dilarang) 2. Kurangnya pengawasan dan pembinaan terhadap UKM Pangan 3. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap keamanan pangan Penyebab produk makanan jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat (Tahun ) Data Temuan Bahan Berbahaya**) dalam Produk Pangan (Tahun ) Tahun % T e m u a n B a h a n B e r b a h a y a d a la m P r o d u k P a n g a n *) Tahun Pemanis Buatan Pengawet Formalin Pewarna yang dilarang Boraks Cemaran mikroba Keterangan : *) Data sampai Bulan November 2005 **) Bahan Berbahaya yang ditemukan meliputi Formalin, Boraks, Rhodamin B dan Methanyl Yellow 94

95 MASALAH STRATEGIS KETAHANAN PANGAN

96 MASALAH STRATEGIS KETAHANAN PANGAN 1. Masalah Kemiskinan dan Kerwanan pangan 2. Ketersediaan dan kemandirian pangan. 3. Kelestarian sumberdaya lahan dan air. 4. Distribusi dan Akses pangan 5. Stabilitas Harga Pangan 6. Cadangan pangan 7. Penganeka ragaman pangan. 8. Masalah keamanan pangan 9. Masalah Ganda Status Gizi Masyarakat 10. Kelembagaan Ketahanan pangan dan Gizi.

97 1. Masalah Kemiskinan dan Kerwanan pangan Angka kelaparan di Indonesia diperkirakan sebesar 13,88 persen (Susenas, 2006) Jumlah anak balita dengan status gizi buruk diperkirakan sebesar 8.81 persen dan gizi kurang sebesar 19,0 persen Tingkat kemiskinan penduduk di Indonesia sekitar 16,58 persen atau sekitar 37,17 juta jiwa pada tahun 2007 Belum efektifnya Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) Meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduksehingga menyebabkan kemiskinan baru Belum tumbuhnya perekonomi pedesaan,sehingga munculnya urbanisasi dan kemiskinan di pedesaan

98 2. Ketersediaan dan kemandirian pangan 1. Ketersedian pangan Indonesia telah melebihi standar yakni sebesar 3031 kilo kalori dan protein 76,28 gram per kapita per hari. 2. Kemandirian pangan yang iukur dengan ketergantungan impor, tampak bahwa umumnya kurang dari 10 persen (padi 0,77 %, jagung 9,14 %, kacang tanah 7,87 %, ubi kayu 0%, ubi jalar 0 %, sayuran 6,95 %, buahbuahan 0,47 %, minyak goreng 0 %, dan daging 4,07 %, sedangkan yang melebihi dari 10 persen terjadi pada komoditas kedelai 60,98 % dan susu 92, 38 %. 3. Laju peningkatan produksi pangan cenderung melandai dengan rata-rata pertumbuhan kurang satu persen sedangkan pertambahan penduduk sebesar 1,2% setiap tahun 4. Petani umumnya skala kecil (kurang dari 0,5 hektar) yang berjumlah 13,7 juta KK menyebabkan aksesibilitasnya terbatas terhadap sumber permodalan, teknologi dan sarana produksi sehingga sulit meningkatkan efisiensi dan produktifitasnya tanpa difasilitasi oleh pemerintah. 5. Rusaknya prasarana pengairan sekitar 30 persen

99 3. Kelestarian sumberdaya lahan dan air. 1. Saat ini tingkat alih fungsí lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran dll) di Indonesia diperkirakan ha/5 th 2. Analisis RTRW oleh BPN tahun 2004 memperoleh indikasi bahwa di masa darang akan terjadi perubahan lahan sawah beririgasi 3,1 juta hektar untuk penggunaan non pertanian, dimana perubahan terbesar di pulau Jawa-Bali seluas 1,6 juta hektar atau 49,2 % dari luas lahan sawah beririgasi. 3. Kondisi sumber air di Indonesia cukup memperihatinkan, daerah tangkapan air yakni daerah aliran sungai (DAS) kondisi lahannya sangat kritis akibat pembukaaan hutan yang tidak terkendali. Defisit air di Jawa sudah terjadi sejak tahun 1995 dan terus bertambah hingga tahun 2000 telah mencapai 52,8 milyar m3 per tahun 4. Di Jawa dan banyak daerah lainnya luas hutan tinggal 15% dari luas daratan (untuk kelestarian minimal 30 %), seta banakna dijumai lahan kritis. Sejak 10 tahun terakhir terjadi banjir dengan erosi hebat dan ancaman tanah longsor pada musim hujan bergantian dengan kekeringan hebat pada musim kemarau. Bila laju degradasi terus berjalan maka tahun 2015 diperkirakan defisit air di Jawa akan mencapai 14,1 miliar m³ per tahun

100 4. Distribusi dan Akses pangan. 1. Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah dan antar waktu merupakan tantangan dalam menjamin distribusi pangan agar tetap lancar sampai ke seluruh wilayah konsumen sepanjang waktu. 2. Terbatasnya prasarana dan sarana perhubungan untuk menjangkau seluruh wilayah terutama daerah terpencil 3. Prasarana dan sarana pemasaran seperi jalan usaha tani, pasar desa, fasilitas penampungan produksi, 4. Sarana dan prasarana pasca panen, 5. Penguatan kelembagaan pemasaran, 6. Permasalahan standard kualitas, 7. Jaringan pemasaran dan distribusi antar dan keluar daerah, 8. Sistem informasi produksi,konsumsi,, dan stok dan sistem informasi pasar 9. Banyaknya hambatan distribusi karena pungutan resmi dan tidak resmi, 10. Banyaknya kasus penimbunan komoditas pangan oleh spekulan, 11. Banyaknya masyaraat rawan akses pangan karena tergolong kelompok masyarakat miskin dan rawan terkena bencana

101 5. Stabilitas Harga Pangan. 1. Masa panen yan tidak merata sepanjang bulan, sehigga harga tinggi pada masa panen dan rendah pada waktu musim panen. 2. Harga pangan dunia semakin tidak menentu,dan indonesa sangat rentang terhadap pengaruh pasar dunia 3. Dijumpainya beberapa kasus impor dan/ ekspor illegal komoditas pangan 4. Rendahnya sosial ekonomi petani, sehingga nderung menjual hasil produksinya pada waktu panen (harga renda), sehingga peranan Lembaga usaha ekonomi pedesaan dalam melakkan atifitas sabilisasi haga dan tundajal

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR 49 PRODUKSI PANGAN DUNIA Nuhfil Hanani AR Produksi Pangan dunia Berdasarkan data dari FAO, negara produsen pangan terbesar di dunia pada tahun 2004 untuk tanaman padi-padian, daging, sayuran dan buah disajikan

Lebih terperinci

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN BAHASAN 1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN NUHFIL HANANI AR UNIVERSITAS BAWIJAYA Disampaikan

Lebih terperinci

M SA D E D P E A P N PE P R E T R ANIAN INDO D N O ES E IA? NUH U FI F L HAN A AN A I A R

M SA D E D P E A P N PE P R E T R ANIAN INDO D N O ES E IA? NUH U FI F L HAN A AN A I A R MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA? NUHFIL HANANI AR INDONESIA MERUPAKAN NEGARA YANG MEMILIKI KEANEKARAGAMAN HAYATI YANG BESAR NO. 2 DI DUNIA SETELAH BRAZIL 800 SPESIES TUMBUHAN PANGAN + 1000 SPESIES TUMBUHAN

Lebih terperinci

ANTISIPASI MASALAH PANGAN GLOBAL DAN STABILISASI HARGA PANGAN

ANTISIPASI MASALAH PANGAN GLOBAL DAN STABILISASI HARGA PANGAN ANTISIPASI MASALAH PANGAN GLOBAL DAN STABILISASI HARGA PANGAN DEWAN KETAHANAN PANGAN JAWA TIMUR TAHUN 2008 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASALAH PANGAN 1. Goncangan Pasar Dunia 2. Daya saing dan Kebijakan perdagangan

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 NO NEGARA LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 A F R I K A 2 0 2 2 AFGHANISTAN 61 63 124 3 ALJAZAIR

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015 NO NEGARA LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 A F R I K A 2 0 2 2 AFGHANISTAN 61 61 122 3

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN : SUBSISTEM KETERSEDIAAN

KETAHANAN PANGAN : SUBSISTEM KETERSEDIAAN KETAHANAN PANGAN : SUBSISTEM KETERSEDIAAN Aku sehat karena panganku cukup, beragam, bergizi seimbang, aman, dan halal TEORI KETAHANAN PANGAN Indikator Swasembada Pangan Kemandirian Pangan Kedaulatan Pangan

Lebih terperinci

2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe

2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe No.1292, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan. Impor Produk Canai Lantaian dari Besi atau Baja Bukan Paduan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010

LAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010 LAMPIRAN Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010 No Kota IPK 1 Denpasar 6.71 2 Tegal 6.26 3 Surakarta 6.00 4 Yogyakarta 5.81 5 Manokwari 5.81 6 Gorontalo 5.69 7 Tasikmalaya 5.68 8 Balikpapan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea masuk. Impor. Benang kapas. Pengenaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.011/2014 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN

Lebih terperinci

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 87/PMK.011/2011 TENTANG : PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD)

Lebih terperinci

PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT UNTUK MENJAGA KETAHANAN PANGAN NASIONAL

PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT UNTUK MENJAGA KETAHANAN PANGAN NASIONAL PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT UNTUK MENJAGA KETAHANAN PANGAN NASIONAL Undang-Undang Pangan Nomor 18 tahun 2012 Kedaulatan Pangan Kemandirian Pangan Ketahanan Pangan Masyarakat dan perseorangan

Lebih terperinci

1 of 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERI KEUANGAN SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 155/PMK.010/2015 TENT ANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK STEEL WIRE ROD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER!

Lebih terperinci

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah terkena atau telah, atau sedang maupun bom curah. Catatan disertakan di bagian bawah tabel untuk menunjukkan

Lebih terperinci

STABILISASI HARGA PANGAN

STABILISASI HARGA PANGAN STABILISASI HARGA PANGAN Oleh : Dr.Ir. Nuhfil Hanani AR DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2008 PERANAN KOMODITAS PANGAN PRODUSEN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN KONSUMEN RUMAH TANGGA AKSES UNTUK GIZI KONSUMEN

Lebih terperinci

KETERSEDIAN DAN KEMANDIRIAN PANGAN Nuhfil Hanani AR

KETERSEDIAN DAN KEMANDIRIAN PANGAN Nuhfil Hanani AR 80 KETERSEDIAN DAN KEMANDIRIAN PANGAN Nuhfil Hanani AR Ketersediaan Pangan Ketersediaan Pangan Wilayah Ketersediaan pangan merupakan salah sub sistem ketahanan yang cukup penting. Ketersediaan pangan wilayah

Lebih terperinci

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011 Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011 DAFTAR NEGARA-NEGARA YANG DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG Menimbang Mengingat PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK TALI KAWAT BAJA (STEEL WIRE ROPES) DENGAN POS TARIF 7312.10.90.00

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1142, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengamanan Impor Barang. Kawat Besi/Baja. Bea masuk. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.011/2012 TENTANG PENGENAAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017 MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK CANAl LANTAIAN DARI

Lebih terperinci

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan Tabel 8.4.4. Penggunaan Kerja Asing Di Indonesia Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Pekerjaan/Jabatan sampai dengan 31 Mei 2010 Jenis Pekerjaan/Jabatan Usaha Produksi, No Lapangan Usaha Kepemimpina Tata

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK TALI KAWAT BAJA (STEEL WIRE ROPES) DENGAN POS TARIF EX 7312.10.10.00 DENGAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

PERMINTAAN PANGAN Nuhfil Hanani

PERMINTAAN PANGAN Nuhfil Hanani 30 Teori Permintaan PERMINTAAN PANGAN Nuhfil Hanani Tingkah laku konsumen yang rasional adalah memilih konsumsi sejumlah barang yang dapat diraih untuk memaksimalkan tingkat kepuasannya dengan kendala

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2/PMK.010/2018 TENT ANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2/PMK.010/2018 TENT ANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PMK.010/2018 TENT ANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK I DAN H SECTION DARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi Menambah jumlah kursi DPR menjadi wacana baru dalam formulasi Rancangan Undang- Undang Penyelenggaraan Pemilu (RUU Pemilu)

Lebih terperinci

MENTER! KEUANGA.N REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 165/PMK.010/2015 TENT ANG

MENTER! KEUANGA.N REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 165/PMK.010/2015 TENT ANG MENTER! KEUANGA.N SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 165/PMK.010/2015 TENT ANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK COATED PAPER DAN PAPER BOARD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang.

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.011/2012 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR BARANG YANG BERBENTUK KOTAKK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-3/BC/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

Lebih terperinci

Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia

Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia Latar belakang Special Safeguard Mechanism (SSM) adalah SSM adalah mekanisme yang memungkinkan negara-negara berkembang untuk memberikan perlindungan sementara

Lebih terperinci

Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara

Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara Gred Elaun Makan Hotel Lodging Utama/Khas A keatas 370.00 Actual (Standard Suite) Appendix 1 Utama/Khas B dan C 340.00 Actual (Standard Room) Appendix 1 53 to 54 320.00

Lebih terperinci

PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK

PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK No Negara Perorangan Badan 1 Algeria a. tempat tinggal; tata cara persetujuan bersama b. kebiasaan tinggal; c. hubungan pribadi dan ekonomi. 2 Australia a. tempat tinggal;

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia Komoditi perkebunan Indonesia rata-rata masuk kedalam lima besar sebagai produsen dengan produksi tertinggi di dunia menurut Food and agriculture organization (FAO)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

II. PENGERTIAN KETAHANAN PANGAN Nuhfil Hanani AR

II. PENGERTIAN KETAHANAN PANGAN Nuhfil Hanani AR 19 II. PENGERTIAN KETAHANAN PANGAN Nuhfil Hanani AR Swasembada Pangan versus Ketahanan Pangan Pada level nasional pengertian ketahanan pangan telah menjadi perdebatan selama tahun 1970 sampai tahun 1980an.

Lebih terperinci

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 6 /PMK.OII/2014 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT MENTERI I

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN APRIL 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN APRIL 2011 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN APRIL 2011 No. 31/06/63/Th.XV, 01 Juni 2011 Nilai ekspor sementara Kalimantan Selatan bulan April 2011 sebesar 721,93 juta US$ atau naik 4,16 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

Bab 4 P E T E R N A K A N

Bab 4 P E T E R N A K A N Bab 4 P E T E R N A K A N Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama

Lebih terperinci

A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others)

A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others) A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others) Kadar Elaun Makan, Bayaran Sewa Hotel Dan Elaun Lojing Semasa Berkursus Termasuk Menghadiri

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010 Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010 Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan memperingatkan adanya penyusutan luas panen lahan padi nasional. Tahun ini saja

Lebih terperinci

MENATA ULANG INDONESIA Menuju Negara Sejahtera

MENATA ULANG INDONESIA Menuju Negara Sejahtera MENATA ULANG INDONESIA Menuju Negara Sejahtera Ironi Sebuah Negara Kaya & Tumbuh Perekonomiannya, namun Kesejahteraan Rakyatnya masih Rendah KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA Jl Condet Raya no 9, Al

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar hasil bumi merupakan hasil pertanian dan perkebunan. Hasil bumi tersebut merupakan salah satu faktor penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT MENTERIKEUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI disampaikan pada : Temu Ilmiah Internasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian November 2014 OUTLINE 1. Pendahuluan 2. Permasalahan

Lebih terperinci

TINJAUAN DISTRIBUSI PANGAN

TINJAUAN DISTRIBUSI PANGAN TINJAUAN DISTRIBUSI PANGAN S u t a w i Program Magister Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang Ketahanan Pangan Dalam UU No. 7/1996 tentang Pangan disebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2010 MENCAPAI 31,02 JUTA Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mempertinggi taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai dan terjangkau oleh seluruh

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 37/07/Th. XI, 1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) Kecuk Suhariyanto Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS RI Jakarta, 7 September 2015 SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990: UNDP merilis IPM Human Development

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN

PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN No Negara Memiliki wewenang untuk menutup kontrak atas nama Menyimpan dan melakukan pengiriman barang atau barang dagangan milik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,

Lebih terperinci

tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan).

tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan). Pangan : segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Dr. Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI RINGKASAN Berbagai

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL 2010-2014 Oleh Prof. Dr.Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Disampaikan pada (KIPNAS) Ke-10 diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha

Lebih terperinci

ARAH DAN STRATEGI PERWUJUDAN KETAHANAN PANGAN

ARAH DAN STRATEGI PERWUJUDAN KETAHANAN PANGAN ARAH DAN STRATEGI PERWUJUDAN KETAHANAN PANGAN Achmad Suryana 1 PENDAHULUAN Pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan nasional sudah bukan lagi topik perdebatan. Pemerintah dan rakyat, yang diwakili

Lebih terperinci

Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya.

Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya. Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya. A. Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG MENTERIKEUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK TALI KAWAT BAJA (STEEL WIRE ROPES) DENGAN POS TARIF 7312.10.90.00

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan

Lebih terperinci

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 ARAHAN WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN TINGKAT NASIONAL (MUSRENBANGNAS) 28 APRIL 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan Pangan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), pp

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan Pangan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), pp I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah mengalami pemulihan yang cukup berarti sejak krisis ekonomi tahun 1998. Proses stabilisasi ekonomi Indonesia berjalan cukup baik setelah mengalami krisis

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan I Tahun 2018 Jakarta, 30 April 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN I 2018: Dibanding Tahun 2017 II. TRIWULAN I 2018: Sektor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

Subsistem Distribusi (Ketersediaan Pangan) Annis CA Iti R Nadhiroh Dini RA

Subsistem Distribusi (Ketersediaan Pangan) Annis CA Iti R Nadhiroh Dini RA Subsistem Distribusi (Ketersediaan Pangan) Annis CA Iti R Nadhiroh Dini RA Keadaan konsumsi --- Data konsumsi BPS (Susenas 3 th/ kali) Keadaan ketersediaan pngn pd tkt konsumsi --- Data ktsd Deptan + BPS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan IV dan Januari Desember Tahun 2017 Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN IV DAN JANUARI - DESEMBER 2017:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 14/03/12/Thn. XIX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$574,08 JUTA Nilai ekspor

Lebih terperinci

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras ARTIKEL Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi oleh Rumah Tangga Tahun 2007 Oleh: Slamet Sutomo RINGKASAN Ditinjau dari sisi produksi dan konsumsi secara total, produksi beras di Indonesia pada tahun 2007

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci