PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BERBASIS SPASIAL DI KABUPATEN TULANG BAWANG PROPINSI LAMPUNG DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BERBASIS SPASIAL DI KABUPATEN TULANG BAWANG PROPINSI LAMPUNG DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO"

Transkripsi

1 PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BERBASIS SPASIAL DI KABUPATEN TULANG BAWANG PROPINSI LAMPUNG DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2010 Drie Sarwiedi Sumpriyatno NRP A

3 ABSTRACT DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO. Spatial Based on Determination of Processing Industrial Area of Agricultural Products in Tulang Bawang Regency Lampung Province. Under the Direction of KOMARSA GANDASASMITA and WIDIATMAKA. The aims of this research was to determine the optimal location for area of agricultural product processing industry in Tulang Bawang district based on agricultural yield potential and accessibility. Optimal location was a region located outside the territory of consessio and, protected area, close to raw materials, ports and water resources. All indicators were analyzed with spatial analysis, LQ, P-Median Problem and AHP. The analysis showed that there are 10 districts which are outside the plantation consession and protected area. LQ results based on planting extended are cassava, rubber and palm oil. Optimal location for potential agricultural and accessibility was Penawar Aji and Rawajitu Selatan subdistricts. Based on the location of water sources, the three sub districts met the criteria as an industrial area whereas for the electricity network, just Menggala sub-districts was that met the criteria. AHP results showed all respondents considered that the District of Rawajitu Selatan as the optimal location area of agricultural product processing industry with a priority on the feasibility of the road, increasing growth, increasing revenues and existing production. Keywords : industrial area, optimal location, spatial, tulang bawang

4 RINGKASAN DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO. Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung. Dibimbing oleh : KOMARSA GANDASASMITA dan WIDIATMAKA Berdasarkan data pada PDRB tahun 2008, dapat dikemukakan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Tulang Bawang sangat ditentukan oleh besarnya sumbangan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tulang Bawang sebesar 43,29%. Oleh karena itu, dominasi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB akan terus terjadi sampai beberapa tahun kedepan. Sektor industri pengolahan tanpa migas menunjukkan kontribusi yang terbesar kedua setelah pertanian yaitu 21,04 %. Oleh karena itu pembangunan industri pada masa yang akan datang merupakan peluang yang cukup baik untuk meningkatkan PDRB Kabupaten Tulang Bawang ke depan. Banyaknya industri yang tumbuh di beberapa wilayah di Kabupaten Tulang Bawang terutama industri yang mengolah hasil-hasil pertanian menunjukan bahwa pertumbuhan sektor pertanian sebagai bahan baku industri semakin berkembang. Tetapi industri yang ada belum mampu untuk menampung keseluruhan produksi pertanian yang ada. Akibat over supply menyebabkan harga hasil-hasil pertanian menjadi sangat rendah sehingga hasil pertanian tersebut dikirim keluar wilayah atau tidak dipanen sama sekali. Akibat kurangnya industri menggunakan hasil pertanian yang ada menyebabkan keberadaan industri tidak menimbulkan multiplier effect terhadap daerah di sekitarnya. Selain itu adanya industri yang tersebar di dalam wilayah Kabupaten Tulang Bawang menyebabkan kurangnya pengawasan pemerintah, sehingga dibutuhkan suatu kawasan industri yang mampu mengantisipasi kelebihan supply dari hasil-hasil pertanian dan letaknya dalam satu kawasan yang terpadu, antara lain dalam hal ketersediaan kawasan industri sebagai pendorong bergeraknya ekonomi suatu daerah dengan menghidupkan daerah di sekitarnya sebagai daerah pendukung (hinterland) sehingga dapat menimbulkan efek menyebar (spread effect) untuk pertumbuhan perekonomian kawasan industri tersebut dan daerah hinterland-nya. Dari hasil tumpang tindih peta kawasan hak guna usaha, peta kawasan lindung dan peta administrasi didapat bahwa kecamatan yang tidak masuk dalam kawasan hak guna usaha dan lindung ada 10 kecamatan yaitu Menggala, Banjar Agung, Banjar Margo, Gedung Aji, Gedung Aji Baru, Meraksa Aji, Penawar Tama, Penawar Aji, Rawa Pitu dan Rawa Jitu Selatan. Untuk Kecamatan Gedung Meneng, Dente Teladas dan Rawa Jitu Timur merupakan kecamatan yang wilayahnya merupakan kawasan hak guna usaha dan lindung, hanya sebagian kecil yang bukan kawasan keduanya. Selanjutnya dalam menentukan lokasi optimal kawasan industri pengolahan hasil pertanian, digunakan 10 kecamatan terpilih ini sebagai wilayah penelitian. Hasil perhitungan LQ tanaman pangan dengan nilai LQ > 1 untuk tanaman padi sawah terdapat di 5 kecamatan, padi ladang di 1 kecamatan, jagung di 4 kecamatan, ubi kayu di 4 kecamatan, ubi jalar di 5 kecamatan, kacang kedelai di 2

5 kecamatan, kacang hijau di 3 kecamatan dan kacang tanah di 5 kecamatan. Untuk perhitungan LQ tanaman perkebunan di Kabupaten Tulang Bawang menunjukkan bahwa komoditas karet yang memiliki nilai LQ > 1 berada di 4 kecamatan, komoditas kopi di 2 kecamatan, komoditas lada di 2 kecamatan, komoditas kelapa dalam di 2 kecamatan, komoditas kelapa hibrida di 3 kecamatan dan komoditas kelapa sawit di 6 kecamatan. Dari luas areal tanaman pangan dan perkebunan dapat diketahui bahwa komoditas dengan luasan terbesar adalah areal ubi kayu, padi, karet dan kelapa sawit. Berdasarkan ini maka industri ubi kayu, karet dan kelapa sawit dapat dikembangkan. Ketiga komoditas tersebut memiliki luasan yang cukup sehingga dapat diusahakan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan sesuai masing-masing komoditas. Hasil dari perhitungan lokasi optimal maka Kecamatan Penawar Aji merupakan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan jarak dan waktu tempuh sebenarnya, jika dibangun jalan yang menghubungkan Kecamatan Rawajitu Selatan dan Kecamatan Dente Teladas maka lokasi yang optimal untuk industri pengolahan hasil pertanian adalah Kecamatan Rawajitu Selatan. Berdasarkan kedekatan dengan sumber air maka Kecamatan Menggala, Penawar Aji dan Rawajitu Selatan dilalui oleh sungai. Berdasarkan keberadaan jaringan listrik maka hanya Kecamatan Menggala yang memiliki jaringan listrik. Para stakeholders memandang bahwa Kecamatan Rawajitu Selatan merupakan lokasi prioritas untuk penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian dengan prioritas kepada kelayakan jalan untuk menuju kecamatan tersebut, adanya pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan bagi masyarakat dan produksi eksisting yang dapat memasok bahan baku bagi industri.

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

7 PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BERBASIS SPASIAL DI KABUPATEN TULANG BAWANG PROPINSI LAMPUNG DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

8 Judul Nama NRP : : : Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung Drie Sarwiedi Sumpriyatno A Disetujui : Komisi Pembimbing Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc Ketua Dr. Ir. Widiatmaka, DAA Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Dekan Sekolah Pasca Sarjana Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil A Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 12 Agustus 2010 Tanggal Lulus :

9 Karya ini kupersembahkan untuk : Seluruh keluarga besar atas doa dan restunya serta dukungan dan bantuan baik moral dan material Istriku tercinta : Dwi Astuti Wulandari, SP yang selalu memberikan dukungan serta semangat kepada penulis

10 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yng dipilih dalam penelitian ini adalah penentuan kawasan industri, dengan judul Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc dan Dr. Ir. Widiatmaka, DAA selaku komisi pembimbing serta Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bupati Tulang Bawang beserta segenap jajarannya di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang telah memberikan kesempatan tugas belajar dan bantuan material, Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas yang telah memberikan beasiswa, staf pengajar dan pengelola Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) serta rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, mertua, istri serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2010 Drie Sarwiedi Sumpriyatno.

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Maret 1973 dari ayah Mochamad Sarwiyono dan ibu Sudilah. Penulis merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. Tahun 1992 penulis lulus dari SMA Negeri 38 Jakarta dan pada tahun 1993 masuk Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta pada Fakultas Pertanian Jurusan Agronomi. Penulis lulus sebagai Sarjana pada tahun 1999 kemudian pada tahun yang sama bekerja di CV Cigagak Farm Cipanas sampai tahun Pada tahun 2001 sampai dengan 2003 bekerja di PT Guna Mulia Intikapita Jakarta dan pada tahun 2003 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Tulang Bawang. Saat ini penulis ditempatkan sebagai staf Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Tulang Bawang. Pada tahun 2008 penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana IPB pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) atas beasiswa yang diberikan oleh Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii iv v PENDAHULUAN Latar Belakang... Perumusan Masalah... Tujuan dan Manfaat Penelitian... Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA Kawasan Industri... Agroindustri... Pengembangan Wilayah... Teori Lokasi... Analisis Spasial METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian... Bahan dan Alat... Teknik Pengumpulan Data... Metode Analisis GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bentang Lahan... Kependudukan... Ketenagakerjaan... Kebijakan Industri di Kabupaten Tulang Bawang HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial... Hasil Analisis Komoditas Pertanian... Hasil Analisis Penentuan Lokasi Optimal Kawasan Industri (P- Median)... Hasil Analisis Terhadap Persepsi Stakeholders (AHP)

13 2 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... Saran... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14 DAFTAR TABEL Halaman PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun Atas Dasar Harga Berlaku... Matriks Pendekatan Penelitian... Kepadatan Penduduk dan Presentase Rumah Tangga Miskin... Jumlah Tenaga Kerja per Sektor... Perusahaan Pengelola Hak Guna Usaha di Kabupaten Tulang Bawang LQ untuk Tanaman Pangan... LQ untuk Tanaman Perkebunan... Komoditas Berdasarkan Luas Tanaman... Hasil Perhitungan Jarak Optimal Terhadap Produksi Hasil Pertanian.. Jarak Antar Kecamatan dan Pelabuhan Menggunakan Jarak Sebenarnya... Jarak Antar Kecamatan dan Pelabuhan Berdasarkan Rencana Jalan Baru Rekapitulasi Analisis

15 DAFTAR GAMBAR Halaman Bagan Alir Kerangka Pemikiran Penelitian... Bagan Alir Analisis Penelitian... Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang... Pelabuhan Industri Sementara di Dente Teladas... Peta Alokasi Pemanfaatan Lahan... Peta Kawasan Lindung... Peta Kawasan Hak Guna Usaha... Peta Lokasi Terpilih... Peta Rencana Pelabuhan Industri... Peta Luasan dan Sebaran Komoditas Pertanian Untuk Industri... Peta Jalan dan Rencana Jalan di Kabupaten Tulang Bawang... Peta Alternatif Lokasi Optimal... Peta Keberadaan Listrik di Kabupaten Tulang Bawang... Hasil Analisis AHP Dalam Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian... Peta lokasi optimal di Kecamatan Penawar Aji sebagai kawasan industri... Peta lokasi optimal di Kecamatan Rawajitu Selatan sebagai kawasan industri berdasarkan rencana pembangunan jalan

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Luasan komoditas tanaman pangan di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang... Luasan komoditas tanaman perkebunan di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Jarak Tempuh Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Waktu Tempuh Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang... Jarak Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Menurut Rencana Pembangunan Jalan

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam penentuan kawasan industri perlu diperhatikan aspek-aspek yang dapat mendukung pengembangan suatu kawasan seperti adanya sumberdaya yang tersedia baik kemampuan manusia, potensi alam, sosial kemasyarakatan dan sumberdaya buatan. Dalam Peraturan Presiden nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional disebutkan bahwa kompetensi inti industri daerah adalah sekumpulan keunggulan atau keunikan sumberdaya alam dan kemampuan suatu daerah untuk membangun daya saing dalam rangka mengembangkan perekonomian propinsi dan kabupaten/kota menuju kemandirian. Dalam rangka menyuburkan industri nasional perlu ditumbuhkan industri baru yang potensial berbasis pada potensi sumberdaya nasional, yang memiliki potensi berkembang yang tinggi, khususnya yang berbasis sumberdaya alam terbarukan yang ditunjang oleh sumberdaya manusia berpengetahuan maupun keunggulan aspek lain seperti kondisi geografi, luas bentang wilayah, kekayaan budaya, dan sebagainya. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan undang-undang tersebut, kepada pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk membangun daerahnya sesuai dengan potensi dan unggulan yang dimiliki. Jika suatu daerah memiliki potensi dan unggulan yang dapat diarahkan ke sektor lainnya, maka pemerintah daerah harus mengupayakan ketersediaan sarana dan prasarana. Begitu pula dengan sektor industri, agar pembangunan industri di daerah dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif, maka diperlukan sinkronisasi arah pembangunan industri antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, baik propinsi maupun kabupaten/kota. Kabupaten Tulang Bawang terbentuk dari etnis penduduk yang sebagian besar berasal dari wilayah transmigrasi Jawa dan Bali yang memiliki mata pencaharian utama di sektor pertanian. Di samping mengandalkan pada pertanian padi sawah, banyak pula penduduk yang mengusahakan perkebunan seperti karet, kelapa sawit, kelapa dan tebu. Potensi pengembangan perkebunan di Tulang

18 2 Bawang tercatat seluas kurang lebih ha. Disamping itu potensi pertanian lainnya yang memiliki prospek yang baik adalah ubi kayu. Dari berbagai sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Tulang Bawang, sektor industri memegang peranan yang cukup penting. Kehadiran perusahaan besar disamping perusahaan kecil lainnya sangat berperan dalam menggerakkan roda perekonomian di daerah ini. Beberapa industri yang telah berkembang di Kabupaten Tulang Bawang adalah industri kerajinan, industri gula, industri CPO dan industri tapioka. Tabel 1 PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun (sebelum pemekaran) atas dasar harga berlaku (juta rupiah) Lapangan Usaha Tahun ke Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Tanpa Migas Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total PDRB Sumber : PDRB Tulang Bawang, Struktur perekonomian Kabupaten Tulang Bawang sangat ditentukan oleh besarnya sumbangan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun 2008 sebesar 44,46%. Oleh karena itu, dominasi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB akan terus terjadi sampai beberapa tahun ke depan. Namun demikian melihat kepada Tabel 1 nampak bahwa sektor industri pengolahan tanpa migas menunjukkan kontribusi terbesar kedua setelah pertanian yaitu 21,71 %. Oleh karena itu pembangunan industri pada masa yang akan datang merupakan peluang yang cukup baik untuk meningkatkan PDRB Kabupaten Tulang Bawang. Pengembangan sektor industri di Kabupaten Tulang Bawang dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang signifikan karena dapat menjadi

19 3 tumpuan tumbuh dan berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi dan bidang pembangunan lainnya secara berkelanjutan. Pembangunan industri sangat berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan serta memperluas kesempatan berusaha, meningkatkan tingkat pendapatan sekaligus menghemat devisa, mendorong pembangunan daerah, peningkatan produktifitas serta memeratakan pendapatan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Beberapa potensi yang dimiliki Kabupaten Tulang Bawang untuk pengembangan industri adalah adanya kapasitas produk perkebunan yang cukup besar, berkembangnya industri menengah di bidang pengolahan hasil pertanian dan keberadaan pelabuhan perusahaan. Beberapa dampak positif / keuntungan dapat diperoleh dari pengembangan kawasan industri bagi perkembangan lingkungan di sekitarnya. Keuntungan pertama adalah untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Keuntungan kedua dari pembentukan kawasan industri adalah kemudahan dalam hal penyediaan sarana infrastruktur yang diperlukan oleh pabrik pabrik dalam melakukan produksinya. Dengan menggabungkan beberapa industri dalam satu kawasan, maka pemenuhan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang dan diperlukan untuk proses industri dapat dipenuhi lebih mudah karena dikumpulkan dalam satu kawasan. Berbeda halnya apabila tidak terdapat kawasan industri, dimana lokasi industri yang satu dengan yang lain terletak berjauhan, maka sarana yang diperlukan untuk proses produksi cenderung susah dilakukan dan lebih mahal karena penggunaannya yang cenderung untuk keperluan sendiri. Namun dengan adanya kawasan industri yang merupakan aglomerasi/pengumpulan dari beberapa industri, maka pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana industri dapat lebih mudah, karena dikelompokkan pada satu kawasan, dan lebih murah sifatnya, karena dapat digunakan secara bersama-sama. Keuntungan ketiga yang dapat diperoleh dari pengembangan kawasan industri adalah peningkatan pendapatan daerah melalui pajak daerah. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah berarti juga akan meningkatkan pendapatan pajak daerahnya. Dengan bertambahnya pajak daerah, maka pemerintah dapat lebih mengembangkan pembangunan di sekitar kawasan.

20 4 Selain hal hal yang berkaitan dengan ekonomi, keuntungan pengembangan kawasan industri juga dapat diperoleh dari aspek lingkungan. Pengembangan kawasan industri dapat mempermudah pengelolaan lingkungan. Pengelolaan limbah secara terintegrasi dengan mudah bisa dilakukan. Pencemaran lingkungan dapat diminimalisir karena pengawasan dapat dilakukan secara rutin. Dengan dikelompokkannya industri dalam satu kawasan, maka amdal-nya dapat berupa amdal kawasan, sehingga lebih mempermudah dalam pengecekan dan pengontrolan lingkungannya. Keuntungan lainnya adalah memudahkan pemasaran hasil panen dari komoditi pertanian yang merupakan bahan baku dari industri. Dengan adanya kawasan industri diharapkan seluruh hasil pertanian dapat diserap sebagai bahan baku industri tidak hanya yang berasal dari sekitar kawasan namun dapat juga yang berada pada luar kawasan. Dari aspek kependudukan, pengembangan kawasan industri juga memiliki nilai penting. Letak kawasan industri yang biasanya berada di pingiran kota atau terletak di luar kota dapat mengurangi arus urbanisasi. Masyarakat dari desa tidak lagi hanya menargetkan kota sebagai tempat mencari pekerjaan, tetapi cukup ke kawasan industri yang menyediakan lapangan kerja cukup banyak. Para warga kota yang bekerja di kawasan industri juga cenderung akan memilih tinggal di daerah kawasan industri apabila kawasan industri telah menyediakan fasilitas hunian yang memadai. Perumusan Masalah Banyaknya industri yang tumbuh di beberapa wilayah di Kabupaten Tulang Bawang terutama industri yang mengolah hasil-hasil pertanian menunjukan bahwa pertumbuhan sektor pertanian sebagai bahan baku industri semakin berkembang. Tetapi industri yang ada belum mampu untuk menampung keseluruhan produksi pertanian yang ada (over supply). Akibat over supply ini menyebabkan harga hasil-hasil pertanian menjadi sangat rendah sehingga hasil pertanian yang tidak dapat ditampung oleh industri dikirim keluar wilayah atau tidak dipanen sama sekali. Akibat kurangnya industri menggunakan hasil

21 5 pertanian yang ada menyebabkan keberadaan industri tidak menimbulkan multiplier effect terhadap daerah di sekitarnya. Keberadaan lahan-lahan yang berstatus HGU sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar, namun kurang memberikan multiplier effect karena sifatnya yang enclave, sehingga tidak berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Beberapa aktifitas perusahaan besar tersebut bahkan menghambat akses antar wilayah karena adanya komplek-komplek HGU yang tidak boleh dilalui. Dengan posisi tawar perusahaan yang sangat besar menyebabkan pemerintah daerah kesulitan untuk melakukan intervensi pembangunan di wilayah tersebut (Bappeda, 2009). Adanya industri yang tersebar di dalam wilayah Kabupaten Tulang Bawang menyebabkan kurangnya pengawasan pemerintah. Untuk itu, dibutuhkan suatu kawasan industri yang mampu mengantisipasi kelebihan supply dari hasil-hasil pertanian dan letaknya berada dalam satu kawasan yang terpadu. Ketersediaan kawasan industri yang mampu mendorong bergeraknya ekonomi suatu daerah yang akan menghidupkan daerah di sekitarnya sebagai daerah pendukung (hinterland) sehingga dapat menimbulkan efek menyebar (spread effect) untuk pertumbuhan perekonomian kawasan industri tersebut dan daerah hinterland-nya. Pentingnya industri menurut Fatah (2009) adalah memperluas kesempatan kerja, menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat, menghasilkan devisa melalui ekspor dan menghemat devisa melalui substitusi produk impor. Dengan adanya pertumbuhan industri maka akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan baku juga merangsang pengembangan sektor jasa seperti lembaga keuangan, pemasaran, perdagangan, periklanan dan transportasi. Dari latar belakang dan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah penulisan adalah sebagai berikut : 1. Dimana lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan potensi hasil pertanian? 2. Dimana lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan aksesibilitas?

22 6 3. Bagaimana persepsi dari stakeholders terhadap penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang? Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian diatas maka tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran dalam penentuan kawasan industri berbasis spasial di Kabupaten Tulang Bawang. Bila dijabarkan lebih lanjut, tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Menentukan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan potensi hasil pertanian. 2. Menentukan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan aksesibilitas. 3. Menggali persepsi dari stakeholders terhadap penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang. Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Agar dapat menjadi acuan dalam menentukan letak dan posisi dari kawasan industri di Kabupaten Tulang Bawang. 2. Agar dapat menjadi bahan masukan untuk memperkaya pemikiran dalam merencanakan pengembangan wilayah, khususnya dalam pengembangan industri berbasis pertanian. Kerangka Pemikiran Dalam perkembangan suatu wilayah, potensi yang dimiliki oleh suatu daerah sangat penting terutama dalam mewujudkan tingkat perekonomian yang baik. Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi hasil pertanian secara umum yang cukup mendominasi dibanding sektor lainnya dan diikuti oleh sektor industri sebagai penunjang dari sektor pertanian. Adanya sektor industri yang mampu menampung surplus produksi pertanian akan meningkatkan pendapatan sektor

23 7 pertanian. Demikian juga bila terjadi surplus tenaga kerja di sektor pertanian yang dapat ditampung di sektor industri akan tetap menjaga tingkat pendapatan yang tinggi di sektor pertanian. Akhirnya dari hubungan sinergis antar kedua sektor tersebut dapat terus merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah (Rustiadi et al., 2008). Tumbuhnya berbagai industri di beberapa lokasi yang tersebar memunculkan keuntungan dan kerugian bagi daerah dimana lokasi industri tersebut beroperasi. Keuntungan jika lokasi industri tersebar adalah dapat dekat dengan bahan baku, ongkos angkut bahan baku ke industri rendah dan dekat dengan tenaga kerja. Kerugiannya adalah jarak dengan pasar relatif jauh sehingga dapat menimbulkan biaya angkut yang tinggi ke pasar, tidak menimbulkan efek yang menguntungkan bagi daerah di sekitarnya dan jika terjadi kerusakan lingkungan akibat adanya industri sulit terkontrol. Di samping itu dengan industri yang tersebar maka berbagai limbah dari industri pokok yang masih dapat diolah menjadi hasil industri lainnya menjadi kurang optimal seperti limbah yang berasal dari industri pengolahan tapioka yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, jika industri terpusat pada satu lokasi maka jumlah limbah tersebut dapat bernilai ekonomis sangat tinggi. Pemanfaatan limbah industri hasil pertanian dalam jumlah yang besar dapat memunculkan industri baru pengolahan limbah sehingga jumlah limbah yang tidak terpakai dapat diminimalisasi. Sebagai contoh, pada industri minyak sawit, dihasilkan beberapa limbah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Diantaranya adalah tandan kosong kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai pupuk organik, pupuk Kalium dan serat sebagai pengisi jok mobil dan bahan pengepak industri ( 2009). Jika limbah tersebut diolah secara optimal dalam skala besar maka akan menumbuhkan industri baru disamping industri pengolahan hasil pertanian. Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan suatu wilayah untuk dijadikan kawasan industri adalah jarak ton-mil terdekat baik dari pasar maupun dari bahan baku. Jarak ton-mil adalah produk dari jarak pengiriman yang diangkut, diukur dalam mil, dan berat muatan yang sedang diangkut, diukur dalam

24 8 ton. Jarak ton-mil terdekat berkaitan dengan biaya pengiriman yang dikeluarkan seberat 1 ton dalam jarak 1 mil. Jarak ton-mil terdekat dari pasar mempertimbangkan biaya pengangkutan yang minimal dari wilayah industri ke pasar. Menurut Crafts dan Mulatu (2005) industri secara relatif dengan skala ekonomi tinggi cenderung untuk berlokasi di daerah yang potensi pasarnya tinggi. Alasannya adalah perusahaan dengan teknologi maju akan menghadapi suatu penjualan dengan meminimalkan biayabiaya pengangkutan dan keuntungan dari produksi yang besar dengan menempatkan industri di dalam lokasi-lokasi pusat pertumbuhan. Pertimbangan jarak ton-mil terdekat dengan bahan baku, selain untuk meminimalkan biaya pengangkutan juga mempertimbangkan daya tahan bahan baku selama perjalanan menuju lokasi industri. Untuk hasil pertanian, kondisi bahan baku yang cepat rusak sangat membutuhkan pengangkutan yang cepat menuju tempat pengolahan sehingga jarak terhadap sumber bahan baku merupakan salah satu pertimbangan dalam menentukan kriteria kawasan industri. Infrastuktur yang baik juga sangat menentukan kecepatan pengangkutan bahan baku dan pengangkutan ke pasar. Dengan mempertimbangkan kondisi infrastruktur maka akan didapatkan penghematan biaya, bisa pada saat pengangkutan bahan baku atau pada saat pengangkutan menuju ke pasar. Untuk itu maka dibutuhkan suatu kriteria dalam menentukan suatu kawasan industri yang dalam hal ini dibagi menjadi 2 kriteria yaitu kriteria utama dan kriteria pertimbangan. Adapun kriteria utama yang dipakai dalam penelitian ini meliputi jarak terhadap pasar, jarak terhadap bahan baku, jaringan infrastruktur yang ada dan jarak terhadap sungai. Sementara untuk kriteria pertimbangan meliputi daya dukung lahan, kesuburan tanah, peruntukan lahan, ketersediaan lahan, komoditas eksisting, harga lahan, orientasi lokasi, kerawanan terhadap bencana dan jarak terhadap pemukiman. Dengan mempertimbangkan seluruh komponen masyarakat dan pemerintah daerah maka nantinya akan ditentukan suatu kawasan yang sesuai untuk industri terutama yang berkaitan dengan pengolahan hasil pertanian dan disesuaikan pula dengan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah. Menurut Carod (2005), ruang merupakan faktor penentu lokasi karena lokasi geografis suatu kawasan yang

25 9 digunakan untuk berdirinya suatu perusahaan akan mempengaruhi perkembangan kawasan tersebut. Kerangka pemikiran yang dapat menggambarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1. Wilayah Administrasi Kabupaten Tulang Bawang - Potensi Sumber Daya Alam - Kondisi Geografis - Kondisi Eksisting Kepentingan : - Pemerintah - Masyarakat - Dunia Usaha - Ketersediaan Infrastruktur Bahan Pertimbangan Pemda, DPRD, LSM, Akademisi, Masyarakat Kriteria Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian.

26 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri disebutkan bahwa kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. pengelola suatu zona / wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kegiatan industri. Di dalam zona perindustrian tersebut, terdapat industri yang sifatnya individual (yang berdiri sendiri) dan industri industri yang sifatnya mengelompok dalam kawasan industri (Industrial Estate). Di Indonesia pada tahun 2005 sudah terdapat 203 kawasan industri yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan luas Ha. Dari jumlah tersebut baru beroperasi 64 kawasan dengan total area Ha, dan rata-rata tingkat pemanfaatan + 44% yang di dalamnya terdapat industri (Subagya, 2008). Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten yang bersangkutan. Zona industri adalah satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri, baik berupa industri dasar maupun industri hilir berorientasi kepada konsumen akhir dengan populasi tinggi sebagai penggerak utama yang secara keseluruhan membentuk berbagai kawasan yang terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan ekonomi dan memiliki daya ikat spasial. Perusahaan kawasan industri wajib melakukan kegiatan penyediaan atau penguasaan tanah, penyusunan rencana tapak tanah, rencana teknis kawasan, penyusunan analisis tapak tanah, pemasaran kapling industri, Pemerintah sendiri telah banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mendorong terciptanya kawasan industri di berbagai daerah-daerah untuk menarik para investor asing untuk menanamkan modalnya di kawasan perindustrian yang sudah ada. Salah satu kebijakan pemerintah adalah dengan strategi pengembangan FTZ (Free Trade Zone) atau SEZ (Special Economic Zone). Dimana kebijakan ini

27 11 diberlakukan di suatu kawasan industri berupa pemberian fasilitas dan insentif fiskal yang amat menarik dan bersifat khusus sehingga investor dapat tertarik untuk membuka pabriknya pada kawasan industri tersebut. Selain itu usaha pemerintah yang lain untuk pengembangan kawasan industri adalah dengan pembangunan kelengkapan infrastruktur yang menunjang usaha-usaha produksi di kawasan industri ini (Subagya, 2008). Kunci untuk menentukan kelayakan suatu lokasi bagi aktivitas manufaktur adalah akumulasi jumlah ton-mil terendah di suatu lokasi. Penentuan lokasi terbaik tergantung pada karakter bahan baku yang digunakan yaitu : 1) Ubiquitous dari bahan, artinya bahan baku yang tersedia di mana saja sehingga tidak ada kendala produksi, 2) Bahan baku setempat berpengaruh spesifik terhadap lokasi. (Rustiadi et al., 2008). Agroindustri Agroindustri adalah industri yang mempunyai kaitan yang kuat dengan pertanian. Kaitannya dapat berbentuk sumber input atau output yang digunakan di bidang pertanian. Agroindustri merupakan salah satu sub sistem penting dalam sistem agribisnis, memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan yang tinggi karena pangsa pasar dan nilai tambah yang relatif besar dalam produksi nasional. Agroindustri dapat mempercepat transformasi struktur perekonomian dari pertanian ke industri. Agroindustri juga dapat menjadi wahana bagi usaha mengatasi kemiskinan karena daya jangkau dan spektrum kegiatannya yang luas. Tidak kalah pentingnya, agroindustri umumnya dapat diselaraskan dengan usaha pelestarian lingkungan karena keterkaitannya dengan budidaya pertanian ( Saragih 2001, dalam Moravia, 2009 ). Agroindustri mampu menunjukkan kemampuannya untuk menjadi katup pengaman untuk mencegah terjadinya keterpurukan ekonomi. Hal ini karena agroindustri memiliki ciri-ciri terkait erat dengan karakteristik komoditas pertanian, yaitu: (a) bersifat musiman, (b) mudah rusak, (c)memakan tempat, (d) amat beragam, (e)transmisi harga rendah, dan (f) struktur pasar monopsonis (Arifin 2003, dalam Djamhari, 2004). Peningkatan produktivitas agroindustri

28 12 diarahkan sehingga matarantai kegiatan agroindustri dalam negeri tidak lagi mengandalkan produk atau bahan baku impor. Kemandirian ini perlu diwujudkan, sehingga kegiatan agroindustri diarahkan untuk mendukung substitusi impor, sehingga nilai tambah yang diciptakan dapat dinikmati pelaku agroindustri domestik, misalnya berupa penciptaan lapangan kerja baru ( Djamhari, 2004). Pengembangan Wilayah Menurut Misra (1985) dalam Djakapermana (2005), pengembangan wilayah adalah upaya agar wilayah tersebut dapat berkembang mencapai tingkat yang diinginkan. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya alam secara harmonis melalui pendekatan yang komprehensif pada aspek fisik, ekonomi, sosial dan budaya untuk pembangunan berkelanjutan. Salah satu cara untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah dengan penataan ruang yang dimanfaatkan sebagai leverage agar wilayah berkembang mencapai tujuan yang ditetapkan. Penataan ruang merupakan proses yang mencakup penyusunan rencana tata ruang wilayah, pemanfaatan ruang melalui serangkaian program pelaksanaan pembangunan agar sesuai rencana serta pengendalian pelaksanaan pembangunan agar sesuai dengan rencana tata ruang. Menurut Adisasmita (2008), aspek ruang dalam pemanfaatan wilayah mencakup aspek lokasi wilayah dan aspek dimensi wilayah. Aspek lokasi wilayah berkaitan, di satu pihak dengan fungsi lindung, dan di lain pihak dengan masalah pilihan atas lokasi bagi tempat permukiman ataupun kegiatan usaha, yakni dalam rangka memperoleh tingkat kemudahan yang diinginkan atau sebaliknya. Bagi kegiatan usaha yaitu dalam mempertinggi tingkat kemudahan bagi masyarakat di wilayah tertentu, baik dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun mengembangkan kegiatan usahanya. Aspek dimensi wilayah berkaitan dengan masalah tata guna tanah, yaitu yang memberikan petunjuk tentang batas-batas wilayah, baik sehubungan dengan kemampuannya maupun fungsi lindung dalam rangka pemanfaatan wilayah secara optimal.

29 13 Teori Lokasi Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumbersumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja/acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukkan pola dan susunan (mekanisme) yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan, 2005). Menurut Tarigan (2005) dalam mempelajari lokasi berbagai kegiatan, terlebih dahulu membuat asumsi bahwa ruang yang dianalisis datar dan kondisinya sama di semua arah. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana manusia mengatur kegiatannya dalam ruang, baru kemudian asumsi ini dilonggarkan secara bertahap sehingga ditemukan kondisi dalam dunia nyata. Dalam dunia nyata, kondisi dan potensi setiap wilayah adalah berbeda. Dampaknya menjadi lebih mudah dianalisis karena telah diketahui tingkah laku manusia dalam kondisi potensi ruang adalah sama. Salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan gangguan ketika manusia berhubungan/bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya. Jarak menciptakan gangguan karena dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya untuk mencapai lokasi yang satu dari lokasi lainnya. Selain itu jarak juga menciptakan gangguan informasi,sehingga makin jauh dari suatu lokasi makin kurang diketahui potensi/karakter yang terdapat pada lokasi tersebut. Makin jauh jarak yang ditempuh, makin menurun minat orang untuk bepergian dengan asumsi faktor lain semuanya sama. Terkait dengan lokasi, salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas antara lain dipengaruhi jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tesebut. Di sisi lain, berbagai hal yang disebutkan di atas sangat terkait dengan

30 14 aktivitas ekonomi yang terjalin antara dua lokasi. Artinya, frekuensi perhubungan sangat terkait dengan potensi ekonomi dari dua lokasi yang dihubungkannya. Dengan demikian, potensi mempengaruhi aksesibilitas, tetapi di sisi lain, aksesibilitas juga menaikkan potensi suatu wilayah. Menurut Hanafiah (1982), pemerintah sebagai penentu lokasi mempunyai kekuatan atau kewenangan yang dapat mempengaruhi penentuan lokasi berbagai kegiatan ekonomi rumah tangga dan perusahaan melalui kegiatan masyarakat yang tersebar secara spasial, dan bertujuan untuk memaksimumkan pelayanan kepada masyarakat melalui penyebaran fasilitas pelayanan secara merata. Analisis Spasial Perencanaan pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang di dalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Nugroho dan Dahuri, 2004). Proses perencanaan pembangunan wilayah selalu berhadapan dengan obyekobyek perencanaan yang memiliki sifat keruangan (spasial). Oleh karena itu dalam analisis perencanaan wilayah, analisis yang menyangkut obyek-obyek dalam sistem keruangan (analisis spasial) menjadi sangat penting (Rustiadi, et al 2008). Menurut Rustiadi et al., (2008), analisis spasial dipahami secara berbeda antara ilmuwan berlatar belakang geografi dan berlatar belakang sosial (termasuk ekonomi). Perbedaan keduanya bersumber dari perbedaan 2 hal, pertama perbedaan pengertian kata spasial atau ruang itu sendiri dan kedua fokus kajiannya. Pandangan geografi, pengertian spasial adalah pengertian kata spasial adalah pengertian yang bersifat rigid (kaku), yakni segala hal yang menyangkut lokasi atau tempat. Definisi suatu tempat atau lokasi secara geografis sangat jelas, tegas dan lebih teratur karena setiap lokasi di atas permukaan bumi dalam ilmu geografi dapat diukur secara kuantitatif. Fokus kajian para ahli geografi dalam analisis spasial tertuju pada cara mendeskripsikan fakta, dengan kata lain lebih memfokuskan pada aspek apa dan bagaimana yang terjadi di atas permukaan

31 15 bumi dan bahkan dimana. Domain kajian ilmu geografi lebih banyak menekankan pada bagaimana mendeskripsikan fenomena spasial. Oleh karenanya ilustrasi-ilustrasi spasial dengan peta yang memiliki akurasi informasi spasial di dalamnya sangat penting. Analisis mengenai pola-pola spasial (pemusatan, penyebaran, kompleksitas spasial dan lain-lain) kecenderungan spasial, bentukbentuk dan struktur interaksi spasial secara deskriptif menjadi kajian-kajian yang banyak mendapat perhatian dari ahli geografi. Semuanya dikaji tanpa harus mendalami permasalahan sosial ekonomi yang ada di dalamnya. Sementara dalam perspektif ekonomi, analisis spasial lebih menekankan pada apa yang menjadi masalah (what) dan mengapa masalah itu terjadi (why). Aspek-aspek spasial tidak didefinisikan dalam bahasa-bahasa posisi yang memiliki pengertian lebih kuantitatif, melainkan lebih pada masalahnya. Bahkan aspek spasial lebih dianggap memiliki makna jika ada kejelasan masalah di dalamnya. Segala aspek spasial yang dijelaskan di bidang ilmu geografi hanya akan memiliki arti spasial dalam kacamata ilmu sosial ekonomi jika dipahami ada masalah dan ada permasalahan sosial ekonomi terhadapnya. Menurut Rondinelli (1985) dalam Ansoriudin (2008), analisis spasial hanya menyediakan beberapa hasil perhitungan atau olahan data yang dibutuhkan untuk menyusun pendapat secara rasional dan dapat dipertanggungjawabkan dengan cara mengkombinasikan dengan hasil-hasil analisis lainnya. Di samping perkembangan metode-metode analisis spasial, peranan Sistem Informasi Geografis (SIG) di dalam visualisasi data spasial akhir-akhir ini semakin signifikan. Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai suatu perangkat alat untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil kembali, mentransformasi dan menyajikan data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi (Burrough 1989, dalam Barus dan Wiradisastra, 2000). Komponen utama SIG terbagi 4 kelompok yaitu perangkat keras, perangkat lunak, organisasi (manajemen) dan pemakai. Porsi masing-masing komponen tersebut berbeda dari satu sistem ke sistem lainnya, tergantung dari tujuan dibuatnya SIG tersebut (Barus dan Wiradisastra, 2000). Menurut Barus dan Wiradisastra (2000), kelebihan sistem informasi geografis adalah merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial.

32 16 Dalam SIG, data dipelihara dalam bentuk digital. Data ini lebih padat dibandingkan dalam bentuk peta cetak, tabel dan bentuk konvensional lainnya. Dalam SIG tidak hanya data yang berbeda dapat diintegrasikan, prosedur yang berbeda juga dapat dipadukan. Sebagai contoh, prosedur penanganan data sepertipengumpulan data, verifikasi data dan pembaharuan data. Prosedur juga dapat diintegrasikan seperti pemisahan operasi menjadi beberapa tahap, misalnya dalam melakukan registrasi lahan maka secara langsung dalam kegiatan tersebut menghasilkan data yang dapat digunakan dalam pemantauan penggunaan lahan, dalam hal ini keduanya berada dalam SIG yang sama. Dalam hal ini SIG digunakan untuk mengecek keakuratan perubahan, zona mana yang kena dampak dan pada saat yang bersamaan memperbaiki peta dan data tabel yang relevan. Dengan cara ini pemakai mendapatkan lebih banyak informasi baru dan dapat memanipulasinya sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

33 METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang Bawang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan, mulai bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan April Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Petapeta tematik (Peta-peta Penggunaan Lahan, Administratif, Jalan, Kawasan Lindung), kuisioner untuk memperoleh data primer, data-data sekunder, software ArcGIS versi 9.3, Expert choice 11, MS office excel, MS Word Teknik Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung ke lapangan baik melalui wawancara maupun pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder yang digunakan antara lain peta administrasi Kabupaten Tulang Bawang, peta status lahan, peta penggunaan lahan, peta jalan dan peta-peta pendukung lainnya dari Bappeda Kabupaten Tulang Bawang, data-data statistik BPS, data potensi desa, Kabupaten Tulang Bawang Dalam Angka dan data dari sumber-sumber lain yang mendukung. Metode Analisis Data yang terkumpul di analisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga akan dapat menjawab permasalahan yang diteliti. Analisis Spasial Analisis ini menggunakan beberapa peta tematik yang mendukung seperti peta administrasi, penggunaan lahan, kawasan lindung, kawasan hak guna usaha, potensi wilayah, jalan dan jaringan listrik. Terhadap semua peta dilakukan

34 18 tumpang tindih dengan menggunakan software Arc. GIS 9.3 untuk mengetahui wilayah yang dapat dipilih dan wilayah yang tidak dapat dipilih. Analisis ini merupakan salah satu cara untuk mempermudah dalam memisahkan daerahdaerah yang dibutuhkan untuk diamati secara spasial. Dalam menentukan lokasi yang sesuai dengan kriteria kawasan industri pengolahan hasil pertanian juga dilakukan analisis terhadap komoditas eksisiting yang ada di Kabupaten Tulang Bawang. Setelah disusun dalam suatu data atribut maka sebaran komoditas tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan tumpang tindih antara peta administrasi serta beberapa peta tematik. Analisis Location Quotient (LQ) Untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan indikasi sektor basis dan bukan sektor basis dapat digunakan metode Location Quotient (LQ), yang merupakan perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah luas dalam suatu wilayah (Rustiadi et al., 2008). Persamaan dari LQ ini adalah : IJ I LQ X / X. = IJ /. J.. X X Dimana: X ij X i. X.j X.. : produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan ke-j di kecamatan ke-i : total produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan di kecamatan ke-i : total produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan ke-j di semua kecamatan : total produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan di seluruh kabupaten Analisis Interaksi Spasial Location-allocation Model Spatial Interaction Analysis dengan menggunakan metoda The Locationallocation Models adalah merupakan salah satu pendekatan dari model-model optimasi dalam penentuan lokasi suatu aktifitas yang dapat meminimumkan biaya, jarak, waktu, dan faktor kendala lainnya.

35 19 Salah satu analisa interaksi spasial melalui pendekatan dari Locationallocation Model adalah penggunaan metoda The P-Median Problem. Penyelesaian fungsi-fungsi dari The P-Median Problem ini dilakukan dengan menggunakan program komputer/software Java Applets P-Median Solver. Model analisis ini sejak tahun 1998 mulai diperkenalkan sebagai salah satu mata ajaran pada mata kuliah Facilities Design and Logistics oleh Professor Phill Kaminsky dari University of Berkeley, informasi lebih rinci dapat diperoleh dari Software P-Median Solver ini disediakan secara gratis melalui situs internet yang untuk mengolah datanya harus dalam keadaan on line dengan situs tersebut. Program ini dapat digunakan untuk menganalisa suatu wilayah dengan jumlah simpul yang besar sampai dengan 99 simpul. The P-Median Problem adalah metoda pemecahan masalah dalam penentuan lokasi optimal untuk penempatan P fasilitas di suatu wilayah dengan upaya meminimalkan kendala atau constraints. Dalam metoda The P-Median Problem ada dua faktor yang sangat berpengaruh, yaitu faktor jarak antar simpul dan faktor bobot dari simpul yang akan dianalisis. 1. Jarak antar simpul atau wilayah (d ij ). Pengertian jarak di sini adalah hubungan secara spasial antar lokasi suatu tempat dalam ruang., dalam konsep fisika, interpretasi yang paling modern terhadap d ij adalah nilai hambatan berinteraksi dari i ke j, sedangkan dalam konsep ekonomi d ij secara umum diartikan sebagai besarnya korbanan atau biaya (cost) berinteraksi dari i ke j. Dengan demikian pengertian terhadap jarak harus diperluas tidak sekedar pengertian jarak dalam pengertian fisik semata. Namun demikian dalam tatanan operasional terdapat berbagai konsep jarak fisik, seperti konsep jarak lurus terdekat (straight line distance), jarak menurut jalan darat (road distance), jarak jalan setapak, dan sebagainya. Untuk berbagai kasus seringkali konsep jarak waktu tempuh memiliki pengertian yang lebih efektif dan logis (Rustiadi et al., 2004 dalam Mirza., 2006).

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 YANG SELALU DI HATI Yang mulia:

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN SEBAGAI SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN SUMBER PENERIMAAN PETANI DI PEDESAAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN SEBAGAI SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN SUMBER PENERIMAAN PETANI DI PEDESAAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN SEBAGAI SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN SUMBER PENERIMAAN PETANI DI PEDESAAN (Studi Kasus di Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau) RAHMAT PARULIAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENGUATAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR M. IRFAN SURYAWARDANA

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENGUATAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR M. IRFAN SURYAWARDANA ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENGUATAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR M. IRFAN SURYAWARDANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan dan hubungan fungsional berupa perencanaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JERUK (Citrus nobilis var. microcarpa) DI KABUPATEN TAPIN ANISAH

ANALISIS PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JERUK (Citrus nobilis var. microcarpa) DI KABUPATEN TAPIN ANISAH ANALISIS PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JERUK (Citrus nobilis var. microcarpa) DI KABUPATEN TAPIN ANISAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK ANISAH, Analisis Prospek Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS

KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS Studi Kasus Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah DYAH KUSUMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO : IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO : IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO 2001-2008: IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H 14094014 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemilihan lokasi usaha oleh suatu organisasi (perusahaan) akan mempengaruhi risiko (risk) dan keuntungan (profit) perusahaan tersebut secara keseluruhan. Kondisi ini

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan mempunyai fungsi tertentu, dimana kegiatan ekonominya, sektor dan produk unggulannya, mempunyai potensi mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian dewasa ini tidak lagi bagaimana meningkatkan produksi, tetapi bagaimana sebuah komoditi mampu diolah sehingga diperoleh nilai tambah (value added)

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PASAR INDUK KABUPATEN BOGOR BERDASARKAN PERKEMBANGAN WILAYAH DAN AKSESIBILITAS E L I Y A N I

PENENTUAN LOKASI PASAR INDUK KABUPATEN BOGOR BERDASARKAN PERKEMBANGAN WILAYAH DAN AKSESIBILITAS E L I Y A N I PENENTUAN LOKASI PASAR INDUK KABUPATEN BOGOR BERDASARKAN PERKEMBANGAN WILAYAH DAN AKSESIBILITAS E L I Y A N I SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014 SEKTOR BASIS DAN STRUKTUR EKONOMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (An Analysis of Economic s Structure and Bases Sector in Bandar Lampung City) Anda Laksmana, M. Irfan Affandi, Umi Kalsum Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG Oleh MILL FADHILA 0910223072 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman KATA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis yang memegang peranan penting di Kalimantan Tengah; salah satunya sebagai kontribusi dengan nilai tertinggi terhadap total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus Kota Batu Provinsi Jawa Timur) FATCHURRAHMAN ASSIDIQQI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH Djarwadi dan Sunartono Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT Jl. M.H. Thamrin No.8 Jakarta 10340 E-mail : djarwadi@webmail.bppt.go.id

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan wilayah dapat dipacu dengan pembangunan infrastruktur dan sistem jaringan yang memadai di wilayah tersebut. Dalam hal ini otonomi daerah memberikan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri suatu daerah diarahkan untuk menjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah melalui keterkaitan antara budidaya,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Konsep Wilayah

TINJAUAN PUSTAKA. Konsep Wilayah 7 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wilayah Wilayah menurut UU No. 26 tahun 2007 adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan

Lebih terperinci

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan rangkaian kegiatan integral dari pembangunan ekonomi nasional yang dilaksanakan terarah dan terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Komoditas Basis Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Secara komparatif, tingkat keunggulan ditentukan

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penetapan Komoditas Unggulan 5.1.1 Penentuan Komoditas Basis Analisis Location Quotient (LQ) menggambarkan pangsa aktivitas produksi tanaman pangan suatu kecamatan terhadap pangsa

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat serta pencapaian taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim ABSTRAK Pembangunan Wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI Yunan Maulana 1, Janthy T. Hidajat. 2, Noordin Fadholie. 3 ABSTRAK Wilayah pengembangan merupakan bagian-bagian wilayah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Menurut Pujiasmanto (2012), sektor ini akan berperan dalam

Lebih terperinci