I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Sudirman Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan otonomi daerah. Menurut UU No. 32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah turut didukung dengan penerapan kebijakan pengembangan ekonomi lokal. Wiranto (2007), menyatakan kebijakan pengembangan ekonomi lokal pada hakikatnya merupakan kebijakan pembangunan di daerah yang didasarkan pada pengembangan sektor-sektor yang menjadi prioritas unggulan yang diusahakan dalam wadah aktivitas ekonomi masyarakat lokal. Kabupaten Pacitan sebagai salah satu kabupaten yang menerapkan sistem otonomi daerah memiliki wewenang untuk mengatur, mengelola, mengurus dan mengembangkan perekonomian daerahnya secara mandiri dengan terus menggali potensi daerah yang ada. Penerapan otonomi daerah tersebut menjadikan Kabupaten Pacitan dapat merumuskan perencanaan pembangunan termasuk pembangunan di sektor pertanian yang disesuaikan dengan kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah) (Arsyad, 2009). Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapat suatu arahan dan pedoman pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan pembangunan yang akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian dan pembangunan wilayah. Perekonomian di Kabupaten Pacitan ditopang oleh sembilan sektor yang terdiri dari satu sektor pertanian dan delapan sektor non pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor terkuat penopang perekonomian di Kabupaten Pacitan karena memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan regional (PDRB). 1
2 2 Adapun besarnya kontribusi masing-masing sektor perekonomian terhadap PDRB Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Presentase PDRB ADHK 2000 Kabupaten Pacitan Menurut Lapangan Usaha Tahun (%) Lapangan Usaha Pertanian 41,10 40,67 39,65 38,47 37,39 Jasa-Jasa 17,23 17,31 16,90 16,67 16,52 Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,93 11,21 11,93 12,62 13,13 Keuangan, Persewaan dan Jasa 8,98 8,87 9,14 9,33 9,56 Perusahaan Bangunan 7,85 8,10 8,51 9,07 9,53 Pengangkutan dan Komunikasi 5,12 5,14 5,15 5,20 5,29 Pertambangan dan Penggalian 4,19 4,20 4,26 4,20 4,18 Industri Pengolahan 3,67 3,54 3,49 3,47 3,46 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,93 0,95 0,97 0,97 0,97 Jumlah Total Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan 2013 Tabel 1. menunjukkan bahwa selama lima tahun sektor pertanian memberikan kontribusi paling besar terhadap pendapatan regional (PDRB) dibandingkan dengan sektor lainnya. Untuk itu, sektor pertanian di Kabupaten Pacitan menjadi sektor yang penting untuk dijadikan prioritas pembangunan daerah mengingat besarnya kontribusi yang diberikan. Sektor pertanian di Kabupaten Pacitan terbagi atas lima subsektor yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Besarnya sumbangan masing-masing subsektor pertanian bagi sektor pertanian adalah sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi Persentase Sumbangan Subsektor Pertanian Terhadap Sektor Pertanian Kabupaten Pacitan Tahun (%) Lapangan Usaha Tanaman Bahan Makanan 25,14 24,93 24,31 23,42 22,54 Perkebunan 8,35 8,05 7,63 7,25 7,01 Peternakan 5,19 5,11 5,09 5,14 5,06 Perikanan 2,36 2,53 2,57 2,61 2,73 Kehutanan 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 Jumlah Total 41,10 40,67 39,65 38,47 37,39 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan 2013
3 3 Tabel 2. menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan memberikan sumbangan terbesar selama lima tahun bagi sektor pertanian di Kabupaten Pacitan. Sebagai subsektor yang memberikan nilai sumbangan terbesar bagi sektor pertanian, subsektor tanaman bahan makanan memiliki peran yang penting untuk dijadikan prioritas pengembangan jangka panjang. Subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Pacitan memperoleh kontribusi dari komoditas subsektor tanaman pangan dan komoditas subsektor tanaman hortikultura. Atas dasar Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511 Tahun 2006, komoditas tanaman pangan terdiri atas padi, palawija, kacang-kacangan dan umbi-umbian, sedangkan komoditas tanaman hortikultura terdiri atas sayursayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Sebagai wilayah dengan basis pertanian yang kuat, subsektor tanaman pangan dan hortikultura cukup medominasi usaha pertanian di Kabupaten Pacitan. Jumlah rumah tangga usaha pertanian menurut subsektor dan jenis pada Sensus Pertanian Kabupaten Pacitan Tahun 2003 dan 2013 adalah sebagai berikut: Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor dan Jenis Usaha Kabupaten Pacitan, ST2003 dan ST2013 Sektor/Subsektor Rumah Tangga Usaha Pertanian (Unit) ST2003 ST2013 Sektor Pertanian *) Subsektor Tanaman Pangan Peternakan Kehutanan Perkebunan Hortikultura Perikanan Jasa Pertanian Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan 2013 *) Satu rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sektor Pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor
4 4 Data Sensus Pertanian Tahun 2013 menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian subsektor tanaman pangan dan subsektor hortikultura yang turut mendukung besarnya kontribusi subsektor tanaman bahan makanan masing-masing berada pada peringkat pertama dan kelima dari jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Pacitan. Kuantitas unit rumah tangga usaha pertanian subsektor tanaman pangan dan subsektor hortikultura selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan disebabkan oleh beralihnya rumah tangga usaha pertanian ke subsektor pertanian selain tanaman pangan dan hortikultura, maupun ke sektor non pertanian di Kabupaten Pacitan. Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura Kabupaten Pacitan, ST2013 Jenis Tanaman Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura (Unit) Hortikultura Semusim Tahunan Total % Buah-buahan ,25 Tanaman Obat ,81 Sayur-sayuran ,92 Tanaman Hias ,02 Jumlah Total Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan 2013 Data jumlah rumah tangga usaha hortikultura di Kabupaten Pacitan menurut Sensus Pertanian Tahun 2013 membagi tiap komoditas tanaman hortikultura menjadi tanaman semusim dan tahunan. Jumlah rumah tangga usaha hortikultura semusim didominasi oleh tanaman obat dengan unit, sedangkan rumah tangga usaha hortikultura tahunan didominasi oleh tanaman buah-buahan dengan unit. Jumlah unit rumah tangga usaha hortikultura di Kabupaten Pacitan secara keseluruhan menunjukkan tanaman obat menduduki peringkat kedua yaitu sebesar 29,81% setelah tanaman buahbuahan sebesar 49,25%. Potensi tanaman obat semusim di Kabupaten Pacitan adalah jahe, laos, lempuyang, temulawak, sambiloto, kencur, kunyit, temu ireng, keji beling, kunci dan lidah buaya, sedangkan untuk tanaman obat tahunan adalah dringo, kapulaga, mahkota dewa dan mengkudu. Jumlah rumah tangga usaha hortikultura tanaman obat tersebut menjadi potensi yang cukup besar untuk dikembangkan.
5 5 Tanaman hortikultura memiliki potensi ekspor yang cukup tinggi misalnya untuk jenis tanaman obat atau biofarmaka ke negara Singapura, Taiwan, Hongkong dan Jepang. Saat ini sekitar spesies tanaman di Indonesia diketahui berkhasiat obat, namun baru sekitar 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional dan dari jumlah tersebut baru sekitar 4% yang dibudidayakan (BBPP Lembang, 2012). Serapan tanaman obat berasal dari bermacam penggunaan, yaitu untuk (1) bahan baku industri obat tradisional; (2) industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetik; (3) bahan untuk bumbu rumah tangga dan (4) ekspor, dimana semakin maju dan berkembang industri obat tradisional, baik oleh dorongan pasar maupun teknologi, maka akan semakin tinggi pemakaian bahan baku. Industri herbal nasional menggunakan lebih dari 94% bahan baku dari dalam negeri, yang kekurangannya diimpor dari beberapa negara lain (Pribadi, 2009). Penggunaan bahan alam sebagai obat (biofarmaka) cenderung mengalami peningkatan dengan adanya isu back to nature dan krisis ekonomi yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obat modern yang relatif lebih mahal harganya. Untuk itu pemetaan dan pengembangan komoditas tanaman obat basis secara nasional lebih lanjut perlu untuk dilakukan. Langkah awal pemetaan dan pengembangan komoditas tanaman obat basis secara nasional dapat dilakukan dari tiap-tiap komoditas tanaman obat basis di daerah secara lokal. Salah satu lokasi potensial untuk mengembangkan komoditas tanaman obat adalah Kabupaten Pacitan. Berikut disajikan tabel produksi komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan Tahun
6 6 Tabel 5. Produksi Komoditas Tanaman Obat Kabupaten Pacitan Tahun Komoditas Tanaman Produksi (Kg) Obat Jahe Temulawak Kunyit Laos Kencur Temu Ireng Lempuyang Kunci Sambiloto Kapulaga Mengkudu Mahkota Dewa Dringo Lidah Buaya Keji Beling Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan 2013 Tabel 5. menunjukkan jumlah produksi komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan pada tahun yang terdiri dari 15 jenis komoditas tanaman obat. Produksi komoditas tanaman obat yang ada di Kabupaten Pacitan menunjukkan peningkatan yang signifikan dari beberapa komoditas tanaman obat seperti jahe, kunyit, laos dan lempuyang. Hal ini menunjukkan adanya potensi komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan yang mengindikasikan pentingnya proses pemetaan dan pengembangan komoditas tanaman obat basis. B. Rumusan Masalah Potensi daerah dan kekayaan alam dapat dilihat sebagai keunggulan komparatif bagi daerah, namun di sisi lain berbagai kendala seperti sumber daya manusia dan sumber modal untuk memanfaatkan potensi tersebut masih dihadapi oleh penentu kebijakan baik di tingkat provinsi maupun di tingkat daerah kabupaten/kota Jawa Timur yang terus menerus berada di atas rata-rata nasional dalam angka tingkat kemiskinan. Sementara Jawa Timur adalah tulang
7 7 punggung nasional kedua karena menampung 16% dari total penduduk Indonesia. Upaya peningkatan kontribusi sektor pertanian dan kesejahteraan petani di Jawa Timur dilakukan melalui kebijakan revitalisasi pertanian. Terdapat empat arah kebijakan revitalisasi pertanian dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur , yakni: (i) peningkatan kemampuan petani dan penguatan lembaga pendukungnya; (ii) peningkatan produktivitas, produksi, daya saing, dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan; (iii) peningkatan pengamanan ketahanan pangan; dan (iv) pemanfaatan hutan untuk diversifikasi usaha dan mendukung produksi pangan. Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang diharapkan dapat mendorong pembangunan ekonomi di Jawa Timur. Kabupaten Pacitan sebagai salah satu wilayah administratif Provinsi Jawa Timur merupakan kabupaten yang terletak di pantai selatan Pulau Jawa dan memiliki karakteristik wilayah perbukitan (85% dari luas wilayah) dan merupakan kawasan ekokarst. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Pacitan dikelompokkan ke dalam hutan lebat, hutan belukar, hutan buatan, kebun campuran, tegalan, sawah, permukiman, tanah, danau dan sungai dengan total luas wilayah sebesar 1.389,87 Km 2. Luas lahan sawah di Kabupaten Pacitan adalah 130,15 Km 2 yang berdasarkan jenis pengairannya terdiri dari irigasi teknis, irigasi ½ teknis, irigasi sederhana dan tadah hujan (BPS, 2013). Berbagai jenis komoditas tanaman pertanian memberikan kontribusi pada subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Pacitan. Komoditas tersebut adalah komoditas tanaman pangan dan komoditas tanaman hortikultura. Komoditas tanaman hortikultura terdiri atas sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat yang bersifat semusim maupun tahunan. Potensi pertanian di Kabupaten Pacitan khususnya tanaman hortikultura semusim didominasi oleh kelompok tanaman obat-obatan. Terdapat 15 jenis komoditas tanaman obat yang diusahakan oleh masyarakat setempat yaitu jahe, laos, lempuyang, temulawak, dringo, kapulaga, sambiloto, mahkota dewa, kencur, kunyit, temu ireng, keji beling, kunci, mengkudu dan lidah buaya. Produksi komoditas tanaman obat yang ada di Kabupaten Pacitan
8 8 menunjukkan peningkatan yang signifikan dari beberapa komoditas tanaman obat seperti jahe, laos, lempuyang, temulawak, kapulaga, sambiloto, kencur, kunyit, temu ireng dan kunci. Peningkatan produksi yang signifikan dari beberapa komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan mengindikasikan bahwa komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan memiliki potensi cukup besar. Mengingat pula besarnya nilai ekonomis komoditas tanaman obat untuk memenuhi permintaan industri herbal nasional maupun ekspor, Kabupaten Pacitan memerlukan arahan pemetaan dan pengembangan potensi komoditas tanaman obat basis lokal yang dapat dijadikan prioritas kebijakan pembangunan pertanian. Untuk itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa saja komoditas tanaman obat basis dan non basis di Kabupaten Pacitan berdasarkan Analisis LQ (Location Quotient)? 2. Apa saja alternatif dan prioritas strategi pengembangan potensi komoditas tanaman obat basis di Kabupaten Pacitan berdasarkan Analisis AHP (Analytical Hierarchy Process)? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang dapat diperoleh dari uraian permasalahan di atas adalah: 1. Untuk mengetahui komoditas tanaman obat basis dan non basis di Kabupaten Pacitan berdasarkan Analisis LQ (Location Quotient). 2. Untuk merumuskan alternatif dan prioritas strategi pengembangan komoditas tanaman obat basis di Kabupaten Pacitan berdasarkan Analisis AHP (Analytical Hierarchy Process). D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan topik penelitian berupa pemetaan dan pengembangan komoditas tanaman obat di Kabupaten Pacitan dan menjadi salah satu syarat
9 9 untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Pemerintah Kabupaten Pacitan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan dalam perencanaan pengembangan ekonomi terutama pada komoditas tanaman obat. 3. Bagi Pembaca Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan informasi dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
AGRISTA : Vol. 4 No.3 September 2016 : Hal ISSN
AGRISTA : Vol. 4 No.3 September 2016 : Hal. 13 23 ISSN 2302-1713 ANALISIS PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI KOMODITAS TANAMAN OBAT DI KABUPATEN PACITAN Astira Patriyani, Darsono, R. Kunto Adi Program Studi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mobilitas masyarakat yang semakin tinggi memerlukan kondisi kesehatan yang optimal. Kondisi kesehatan tubuh tentunya tidak bisa lepas dari konsumsi makanan yang sehat.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan atau menerangkan suatu fenomena sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI A.
II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Widyatama (2009) menyatakan dalam pengembangan komoditas sukun di Kabupaten Cilacap menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process), diketahui terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. impor yang serba mahal dan sebagainya. Mulai era 2000an pelan-pelan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya teknologi telah membawa peradaban manusia yang terus menerus berubah dari zaman ke zaman. Pola hidup manusia pun berubah begitu drastis sehingga faktor kesehatan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai wujud
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Menurut Pujiasmanto (2012), sektor ini akan berperan dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya di negaranegara sedang berkembang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kepentingan yang besar terhadap sektor pertanian. Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia yang dilihat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI
RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan
16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar
Lebih terperinciJenis Tanaman/ Luas Panen/ Produksi/ Rata-rata No Kinds of Vegetable (Pohon/Rumpun) (Kg) Rate. 1 Jahe 4,541 72.482 15.960,28
Tabel/Table 1.5 Plant Jenis Tanaman/ Panen/ / Rata-rata No Kinds of Vegetable (Pohon/Rumpun) (Kg) Rate (Ha) Kg/Ha 5 1 Jahe 4,541 72.482 15.960,28 2 Laos 1,367 29.116 21.306,99 3 Kencur 0,959 15.160 6.909,61
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Indikator penting untuk mengetahui kondisi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan mempunyai tujuan yaitu berusaha mewujudkan kehidupan masyarakat adil dan makmur. Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK
34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih memegang peranan penting di dalam perekonomian Indonesia, karena alasan-alasan tertentu yaitu: sektor pertanian mampu meyediakan lapangan kerja
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya
Lebih terperinciBatam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres No.2811992 wilayah Otorita Batam diperluas meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat
51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi
IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan rempah-rempah Indonesia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, umumnya dijadikan sebagai
Lebih terperinciProduk Domestik Regional Bruto
Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia dengan keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 setelah BraziRismawati. Dari 40 000 jenis
Lebih terperinciAnalisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :
1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah diapit oleh dua provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur, letaknya antara 5 40 dan 8 30 dan 111 30 bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa).
Lebih terperinciBPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN
BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor
Lebih terperinciKINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA
SEPA : Vol. 9 No. 2 Februari 2013 : 201-208 ISSN : 1829-9946 KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA WIWIT RAHAYU Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah bersama dengan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciVII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN
102 VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN Adanya otonomi daerah menuntut setiap daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berlakunya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Lebih terperinciNepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12
BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan
Lebih terperinciBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan masalah Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 23/05/61/Th. XIII, 10 Mei 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I TAHUN 2010 Kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan IV-2009,
Lebih terperinci9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali
9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali A nalisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau
Lebih terperinciANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KOTA BANJAR ABSTRAK
ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KOTA BANJAR Oleh: Riska Novitasari 1, Dedi Herdiansah S 2, Cecep Pardani 3 1,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.
43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil analisis LQ dan DLQ dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Sektor pertanian
Lebih terperinciPRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D
PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR Oleh: B U S T A M I L2D 302 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan besar untuk menggerakkan roda perekonomian. Pada saat usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang sangat strategis terutama dalam penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri, peningkatan ekspor dan devisa negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang biasanya digunakan untuk mengamati perubahan kondisi ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas mencapai 153.564 km 2 (Badan Pusat Statistik, 2014) merupakan provinsi ketiga terbesar di Indonesia setelah Provinsi Papua dan Provinsi
Lebih terperinci