HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN PADA SISWA KELAS XII SMU NEGERI 5 SURAKARTA YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN PADA SISWA KELAS XII SMU NEGERI 5 SURAKARTA YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SKRIPSI"

Transkripsi

1 1 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN PADA SISWA KELAS XII SMU NEGERI 5 SURAKARTA YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran KIRANA MUSTIKASARI G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan akrab sekali dengan kehidupan manusia yang melukiskan kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan, dan rasa tidak tentram yang biasanya dihubungkan dengan ancaman bahaya baik dalam maupun dari luar individu. Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar-samar. Kecemasan juga ditandai dengan gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung bervariasi setiap individu (Kaplan dan Sadock, 2000). Kecemasan juga memiliki manfaat yaitu memperingatkan adanya ancaman eksternal ataupun internal dan memiliki kualitas menyelamatkan hidup seperti ancaman cidera pada tubuh, rasa takut, keputusasaan, kemungkinan hukuman, atau frustasi dari kebutuhan sosial (Ka plan dan Sadock, 2005). Kecemasan siswa kelas XII dalam menghadapi ujian dengan segala standar kelulusan tak jarang terjadi. Ujian Nasional (UN) merupakan penentu bagi siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Kecemasan itu timbul akibat tuntutan syarat kelulusan yang ditetapkan oleh 1

3 2 pemerintah. Departemen Pendidikan Nasional melalui Peraturan Mendiknas Nomor 75 Tahun 2009, menentukan syarat kelulusan yang jauh lebih berat dibanding tahun lalu. Seandainya syarat kelulusan itu benar-benar dilaksanakan secara konsisten di lapangan, diperkirakan akan banyak sekali siswa yang akan tidak lulus ujian. Peserta UN dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan UN yaitu memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya (Depdiknas, 2009). Syarat kelulusan yang cukup tinggi tersebut menimbulkan beban tersendiri bagi siswa apabila tidak lulus. Kecemasan akan hal-hal buruk yang mungkin terjadi jika tidak lulus UN menjadi beban mental bagi siswa. Dampak yang dapat timbul akibat tidak lulus UN antara lain tertundanya siswa SMU untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi yang diinginkan, harus mengikuti program Kelompok Belajar (Kejar) Paket C bila ingin mendapat ijazah dan rugi waktu serta biaya bila mengulang UN tahun berikutnya. Siswa juga bisa mengalami frustasi akibat rasa malu dan bersalah dengan teman ataupun keluarga karena telah mengecewakan mereka (Dodi, 2010). Kecemasan yang berlebihan dalam menghadapi UN akan mengacaukan emosi, mengganggu siklus tidur, menurunkan nafsu makan dan menurunkan kebugaran tubuh. Hal tersebut bila terjadi dapat mengganggu konsentrasi dalam belajar, sakit secara fisik atau menimbulkan problem dalam berinteraksi-sosial. Bahkan jika kecemasan dan stres terus meningkat bisa

4 3 menjadi depresi dan hal ini diperparah oleh tekanan orang tua yang panik (Setyaningsih, 2007). Setiap manusia memiliki cara yang berbeda-beda dalam menghadapi masalah termasuk kecemasan. Menurut Rahayu (1997), dalam keadaan sehat ataupun sakit seseorang harus memandang dirinya tidak hanya sebagai makhuk bio-psiko-sosial saja melainkan juga memandang sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual. Seperti yang diungkapkan sebelumnya dapat diketahui bahwa spiritual sebagai bagian dari religiusitas memegang peranan yang besar dalam menghadapi masalah, supaya kecemasan tidak berlanjut. Religiusitas merupakan tingkah laku manusia yang sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan terhadap alam gaib. Dalam hal ini religiusitas lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk hati dan tidak dapat dipaksakan (Bustanuddin, 2006). Religiusitas bukan berarti penghayatan terhadap nilai-nilai agama semata namun juga mensyaratkan adanya pengamalan nilai-nilai tersebut. Kebermaknaan hidup adalah kualitas penghayatan individu terhadap seberapa besar ia dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi serta kapasitas yang dimilikinya, dan terhadap seberapa jauh ia telah berhasil mencapai tujuan-tujuan hidupnya, dalam rangka memberi makna dan arti dalam hidupnya. Religiusitas yang dimiliki seseorang dapat memunculkan perasaan tenang, aman sehingga rasa cemas dapat dihindari Melihat potensi kecemasan yang bisa dialami oleh siswa kelas XII yang akan menghadapi UN serta efek-efek yang mungkin timbul dari kecemasan

5 4 yang berlebihan, dan di sisi lain keterlibatan religiuisitas secara teoritis dapat menciptakan rasa aman dan tenang sehingga kecemasan dapat dihindari, maka peneliti ingin membuktikan hubungan antara religiusitas dengan tingkat kecemasan siswa kelas XII yang menghadapi Ujian Nasional (UN). B. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pada siswa kelas XII SMUN 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pada siswa kelas XII SMUN 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang psikiatri dan dapat dipakai sebagai acuan di dalam penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Aplikatif Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa dan pihak terkait (orang tua, sekolah, pemerintah) dalam upaya pencegahan dan penatalaksanaan kecemasan sehingga dapat membawa hasil pembelajaran yang optimal. Hasil penelitian yang diperoleh juga

6 5 diharapkan dapat berguna sebagai referensi atau bahan pembanding bagi peneliti-peneliti yang ingin mengkaji masalah yang berkaitan dengan religiusitas dan kecemasan.

7 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh perasaan ketakutan disertai tanda somatis terutama sistem saraf otonom yang menjadi hiperaktif (Ka plan dan Sadock, 2000). Kecemasan merupakan ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan manifesti kecemasan dapat melibatkan somatik dan psikologis (Maramis, 2005). Menurut Hawari (2006 ), kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal. b. Etiologi Faktor etiologi yang dapat menimbulkan kecemasan menurut Kaplan dan Sadock (2000) adalah : 6

8 7 1). Biologi a) Reaksi otonom yang berlebih dengan naiknya tonus simpatis b) Naiknya pelepasan katekolamin c) Naiknya metabolit norepinefrin, misalnya 3-metoksi-4- hidroksifenil-glikol (MHPG) d) Turunnya masa laten tidur rapid eye movement (REM) dan stadium 4 e) Turunnya gamma amino butyric acid (GABA) menyebabkan hiperaktivitas susunan saraf pusat (GABA menghambat aktivitas susunan saraf pusat) f) Serotonin menyebabkan kecemasan, naiknya aktivitas dopaminergik berkaitan dengan kecemasan g) Pusat hiperaktif di korteks serebral bagian temporal h) Lokus seruleus, pusat neuron norandrenergik, hiperaktif pada keadaan kecemasan 2). Psikoanalitik a) Impuls tak sadar (misalnya seksual, agresivitas) mengancam muncul ke dalam alam sadar dan menimbulkan kecemasan b) Mekanisme pertahanan dipakai untuk mengatasi kecemasan c) Displacement dapat menimbulkan fobia d) Conversion, undoing, diplacement, dapat menimbulkan obsesif konvulsif

9 8 e) Menghilangnya depresi dapat menimbulkan gejala panik atau gangguan kecemasan menyeluruh f) Agrofobia berkaitan dengan hubungan bergantungbermusuhan ( hostile) dengan teman serta takut impuls agresif/seksual dari diri ke orang lain atau sebaliknya 3). Teori belajar a) Cemas timbul akibat frustasi atau stres. Begitu dirasakan, cemas menjadi respon terkondisi terhadap situasi lain, yang kurang serius, frustasi atau stres b) Dapat dipelajari lewat identifikasi dan imitasi pola cemas pada orang tua (teori belajar sosial) c) Cemas terkait stimulus mengagetkan alamiah (misalnya kecelakaan) dipindahkan ke stimulus lain melalui pengkondisian dan menimbulkan fobia Menurut Trismiati (2004) sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan bersifat lebih umum, dapat berasal dari berbagai kejadian dalam kehidupan atau dalam diri seseorang itu sendiri. Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik baik dari luar maupun dalam diri sendiri akan menimbulkan respon dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibatnya, muncul

10 9 perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh darah maupun ekstremitas (Redi, 2003). c. Fisiologi Fisiologi dari kecemasan dimulai dari adanya bahaya yang dianggap mengancam dirinya, kemudian otak mengirim pesan tersebut kepada sistem saraf otonom yang diikuti dengan aktifnya sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis yang melepaskan adrenalin dan noradrenalin (dari kelenjar adrenal pada ginjal). Zat kimia ini merupakan pesan untuk melakukan tindakan menangani kecemasan (Syamsulhadi, 2008). d. Gejala Klinis Gejala kecemasan dibagi menjadi dua (Mudjaddid, 2006 ), yaitu: 1). Gejala Psikis Penampilan berubah, sulit konsentrasi, mudah marah, cepat tersinggung, gelisah, tak bisa diam, atau timbul rasa sakit. 2). Gejala Somatis Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, sulit tidur dan lain-lain. Penderita cenderung tegang terus menerus tidak mau santai dan pemikirannya penuh tentang kekhawatiran. Pederita terkadang bicaranya cepat tetapi terputus-putus. Pada pemeriksaan fisik

11 10 terdapat reaksi yang sedikit lebih cepat (kadang -kadang hiperventilasi dengan keluhan yang menyertainya). Gejala-gejala lain berupa depresi, amarah, perasaan tidak mampu dan gangguan psikosomatik (Maramis, 2005). e. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Menurut Durand et al. (2007) membagi faktor-faktor kecemasan tersebut atas empat faktor, yaitu : 1). Faktor biologis a) Predisposisi genetis b) Iregularitas dalam fungsi neurotransmiter c) Abnormalitas dalam jalur otak yang memberi sinyal bahaya atau yang menghambat tingkah laku repetitif. 2). Faktor sosial lingkungan a) Pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis b) Mengamati respon takut pada orang lain c) Kurangnya dukungan sosial d) Tidak mantapnya nilai hidup yang diajarkan (termasuk religiusitas) 3). Faktor perilaku a) Pemasangan stimuli aversif dan stimuli yang sebelumnya netral (classical conditioning).

12 11 b) Kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif atau menghindari stimuli fobik (operant conditioning). c) Kurangnya kesempatan untuk pemunahan (extinction) karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti. 4). Faktor kognitif dan emosional a) Konflik psikologis yang tidak terselesaikan b) Faktor-faktor kognitif, seperti prediksi yang berlebihan tentang ketakutan, keyakinan yang self defeating atau irasional, sensitivitas berlebih terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh, dan self efficacy yang rendah. f. Diagnosis Diagnosis kecemasan dapat ditegakkan berdasarkan gejalagejala yang muncul sesuai dengan kriteria Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa ( PPDGJ) edisi III atau dengan menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA), The Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS) dan instrumen lainnya (Hawari, 2006). g. Penatalaksanaan Penatalaksanaan gangguan kecemasan harus memperhatikan prinsip holistik (menyeluruh) dan eklitik (mendetail) yaitu meliputi aspek organo-biologik, aspek psiko-edukatif dan aspek sosiokultural (Mudjaddid, 2006).

13 12 Terapi psikofarmaka juga bisa digunakan. Obat yang biasa digunakan oleh psikiater adalah obat anti cemas ( anxyolitic) dan obat anti depresi ( antidepressant) yang juga berkhasiat sebagai obat anti stres. Cara kerja psikofarmaka ini adalah dengan jalan memutuskan sirkuit psikoneuroimunologi sehingga stresor psikososial yang dialami seseorang tidak lagi mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, psikomotorik dan organ-organ tubuh (Hawari, 2006). 2. Religiusitas a. Pengertian Religiusitas Religiusitas merupakan tingkah laku manusia yang sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan terhadap alam gaib. Dalam hal ini religiusitas lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk hati dan tidak dapat dipaksakan. Religiusitas adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan agama. Dalam perspektif Islam, religiusitas dapat diketahui melalui beberapa aspek penting yaitu: aspek keyakinan terhadap ajaran agama (akidah), aspek ketaatan terhadap ajaran agama (syari ah atau ibadah), aspek pengh ayatan terhadap ajaran agama (i hsan), aspek pengetahuan terhadap ajaran agama (ilmu) dan aspek pelaksanaan ajaran agama (amal atau a khlak) (Rosyidah, 2006).

14 13 Religiusitas bukan hanya penghayatan terhadap nilai-nilai agama saja namun juga perlu adanya pengamalan nilai-nilai tersebut. Kebermaknaan hidup adalah kualitas penghayatan individu terhadap seberapa besar ia dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi serta kapasitas yang dimilikinya, dan terhadap seberapa jauh ia telah berhasil mencapai tujuan-tujuan hidupnya, dalam rangka memberi makna dan arti dalam hidupnya (Rosyidah, 2006). b. Aspek-Aspek Religiusitas Glock dan Stark dalam Jalaludin (2004) mengatakan bahwa terdapat 5 aspek dalam religiusitas yaitu : 1). Ideological Involvement (Keterlibatan Ideologikal) Ideological involvement (keterlibatan ideologikal) adalah tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka. Kepercayaan atau doktrin agama adalah dimensi yang paling dasar. Setiap agama tentu memiliki seperangkat kepercayaan yang secara doktriner berbeda dengan agama lainnya. Pada dasarnya setiap agama juga minginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap pengikutnya (Jalaludin, 2004). Dimensi keyakinan dalam agama Islam menggambarkan keyakinan seseorang terhadap ajaran-ajaran agama yang

15 14 bersifat fundamental yang diwujudkan dengan membaca dua kalimat syahadat (Ancok et al, 2001). 2). Ritual Involvement (Keterlibatan Ritual) Ritual involvement (keterlibatan ritual) yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih menunjukkan komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya. Wujud dari dimensi ini adalah perilaku masyarakat pengikut agama tertentu dalam menjalankan ritual yang berkaitan dengan agama (Jalaludin, 2004). Dimensi praktek dalam agama Islam disebut sebagai ibadah yang harus dilakukan setiap orang sebagai tanda penghambaan kepada Allah. Ibadah dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat, haji ataupun praktek amalan lainnya (Ancok et al., 2001). 3). Experential Involvement (Keterlibatan Eksperensial) Experential involvement (keterlibatan eksperensial) adalah perasaan-perasaan atau pengalaman yang pernah dialami dan dirasakan oleh penganut agama. Pengalaman ini terjadi misalnya ketika seseorang mampu mengatasi rasa takut, merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa, merasa doanya

16 15 dikabulkan, diselamatkan oleh Tuhan dan sebagainya (Jalaludin, 2004). Keterlibatan eksperensial dalam perspektif Islam terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan bertawakal (pasrah diri dala m hal yang positif) kepada Allah, perasaan khusyuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al Qur an, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah (Ancok et al., 2001).. 4). Intelectual Involvement (Keterlibatan Intelektual) Intelectual involvement (keterlibatan intelektual) atau dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci manapun yang lainnya. Paling tidak seseorang yang beragama harus mengetahui halhal pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritual-ritual, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi keyakinan dan pengetahuan berkaitan erat karena kepercayaan tidak akan kuat tanpa pengetahuan. Dimensi ini dalam Islam menunjuk kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya yang termuat di dalam kitab sucinya (Jalaludin, 2004). 5). Consequential Involvement (Keterlibatan Konsekuensial)

17 16 Consequential involvement (keterlibatan konsekuensial) yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, misalnya apakah seseorang itu mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermakan hartanya, dan sebagainya (Jalaludin, 2004). Dalam Islam, dimensi ini dikenal dengan akhlak yaitu setiap manusia berelasi dengan Tuhannya, manusia lain dan alam sekitar. Hubungan manusia dengan Tuhannya menimbulkan kepasrahan dan rasa berserah diri kepadanya. Hubungan manusia dengan manusia dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan atau perilaku yang baik sebagai amalan sholeh sebagai muslim meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memaafkan, menjaga amanat dan sebagainya. Hubungan manusia dengan alam sekitar diwujudkan dengan memelihara, melestarikan, memakmurkan alam sekitarnya (Ancok et a.l, 2001). Jamaluddin (1995 ) membagi dimensi religiusitas menjadi lima aspek dengan mengacu kepada rumusan religiusitas Islam dari Kementrian Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Kelima aspek tersebut adalah :

18 17 1). Akidah (ideologi) Dimensi Aqidah yaitu dimensi yang mengungkap sejauh mana hubungan manusia dengan keyakinannya terhadap rukun iman yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada kitab suci, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha dan qadar. Jadi inti dari dimensi akidah (keyakinan) dalam ajaran Islam adalah tauhid atau peng-esa-an Tuhan. 2) Ibadah (ritual) Ibadah atau ritual merupakan dimensi yang berhubungan dengan sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagai mana yang diperintahkan ajaran agamanya. Dimensi ini berkaitan dengan tingkat frekuensi, intensitas dan pelaksanaan ibadah seseorang. Ibadah khusus dipahami sebagai ibadah yang aturan dan tata caranya, syarat, rukunnya telah diatur secara pasti oleh ajaran Islam. Yang termasuk dalam dimensi ibadah dalam Islam adalah shalat, puasa, zakat, haji, doa, dzikir, membaca Al Qur an dan sebagainya. 3) Ihsan (penghayatan) Ihsan atau penghayatan merupakan dimensi yang berhubungan dengan masalah seberapa jauh seseorang merasa dekat dan dilihat oleh Tuhan dalan kehidupan sehari-hari.

19 18 Dimensi ini mencakup pengalaman-pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Tuhan dalam kehidupan, sehingga dalam hatinya timbul perasaan-perasaan tenang dan tentram dalam hidupnya, takut melanggar larangan Tuhan, keyakinan menerima pembalasan, perasaan dekat dengan Tuahan dan dorongan untuk melaksanakan perintah agama. Dimensi ihsan dalam Islam mencakup perasaan-perasaan dekat dengan Allah, merasa nikmat dalam menjalankan ibadah, merasa diselamatkan Allah, merasa bersyukur atas nikmat Allah dan merasa tenang hatinya saat mendengar asma Allah. 4) Ilmu (pengetahuan) Ilmu atau pengetahuan merupakan dimensi yang berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran agamanya, terutama dalam kitab suci. Seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal yang pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritual serta kitab lainnya. Dimensi ini dalam Islam menyangkut pengetahuan tentang isi Al Qur an, di antaranya pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan. 5) Amal dan Akhlak Amal dan Akhlak merupakan dimensi yang berkaitan dengan keharusan seseorang pemeluk agama untuk merealisasikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dengan bukti sikap dan tindakannya yang

20 19 berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama. Dimensi ini menyangkut hubungan manusia satu dengan hubungan manusia dengan lingkungannya. c. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas Menurut Jalaludin (2004 ), faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas berdasarkan analisis psikososial adalah: 1). Faktor kepribadian Secara fitrah manusia memang terdorong untuk melakukan sesuatu yang baik, benar dan indah. Namun naluri mendorong manusia untuk segera memenuhi kebutuhannya yang bertentangan dengan realita. 2.) Faktor usia Pada masa kanak-kanak perkembangan religiusitas masih meniru-niru ketergantungan pada yang mengajak dan berubahubah. Pada masa remaja, religiusitas ditentukan oleh pertumbuhan dan kemampuan mental, perasaan dan pertimbangan sosial dan moral serta sikap dan minat. Pada masa dewasa mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik yang bersumber dari ajaran agama maupun dari norma-norma lain. Pada usia lanjut terdapat kecenderungan yang semakin meningkat untuk menerima pendapat keagamaan. 3). Faktor jenis kelamin

21 20 Pada pria lebih cenderung mengutamakan dimensi keagamaan. Sedang pada wanita mereka sering mendapat halangan fisik, sehingga berakibat pada pola ibadah yang tidak teratur. 4). Faktor pendidikan Tingkat pendidikan membuat orang lebih terkontrol perilakunya sesuai dengan norma agama. 5). Faktor stratifikasi sosial ekonomi Seseorang yang berpenghasilan sangat terbatas, cenderung berkurang perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan agama. Hal ini dapat disebabkan seluruh waktu dihabiskan untuk mencari nafkah agar terpenuhi kehidupannya, tetapi faktor ini tidak mutlak mempengaruhi religiusitas seseorang. Setiap individu memiliki tingkat religiusitas yang berbedabeda dan dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi religiusitas antara lain pengalaman-pengalaman emosional keagamaan, kebutuhan individu yang mendesak untuk dipenuhi seperti kebutuhan akan rasa aman, harga diri, cinta kasih dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternalnya antara lain pendidikan formal, pendidikan agama dalam keluarga, tradisi-tradisi sosial yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan serta tekanan-tekanan lingkungan sosial dalam kehidupan individu.

22 21 3. Hubungan Kecemasan dengan Religiusitas Kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat (Trismiati, 2004). Jadi kecemasan menghadapi UN merupakan suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan di mana siswa merasa ada tekanan perasaan, ancaman, kekhawatiran, hambatan terhadap keinginan pribadi atau perasaan kecewa, rasa tidak puas dan tidak aman. Kecemasan ini muncul karena rasa takut bila tidak dapat lulus UN sesuai syarat yang ditetapkan oleh Pemerintah sehingga membawa dampak yang lebih berat lagi. Durand et al. (2007) mengungkapkan bahwa kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah religiusitas. Religiusitas merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam diri individu, yang mana faktor tersebut menyangkut kedekatan individu dengan Sang Maha Pencipta. Kedekatan tersebut dapat membuat seseorang tenang, aman sehingga rasa cemas dapat dihindari. Religiusitas yang tinggi memunculkan rasa pasrah atas segala sesuatu kepada Tuhan dengan segala usaha yang telah dilakukan sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi religiusitas seseorang maka kemungkinan mengalami kecemasan semakin rendah.

23 22 B. Kerangka Pemikiran Keterlibatan ideologikal Keterlibatan ritual Keterlibatan intelektual Keterlibatan konsekuensial Keterlibatan eksperensial Siswa Kelas XII SMU Menghadapi UN Faktor perilaku Religiusitas Faktor kognitif emosional Faktor biologis Tingkat Kecemasan Faktor sosial lingkungan Keterangan : : mempengaruhi : meliputi : variabel perancu (tidak dikendalikan) : variabel yang diteliti : subjek

24 23 C. Hipotesis Terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan pada siswa kelas XII SMUN 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional.

25 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurohman, 2004). B. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMU Negeri 5 Surakarta. C. Subjek Penelitian Populasi target dari penelitian ini adalah siswa/i kelas XII SMUN 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional (U N). Restriksi dilakukan terhadap agama sesuai instrumen religiusitas yang dipakai, sehingga hanya siswa/i muslim saja yang memenuhi syarat eligibilitas (menjadi populasi sumber) dalam penelitian ini. Selanjutnya subjek penelitian (sampel) diambil secara acak dari populasi sumber. 24

26 25 D. Ukuran Sampel Menurut patokan umum, setiap penelitian yang datanya akan dianalisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2006). Pada penelitian ini, untuk meningkatkan presisi estimasi yang akan diperoleh serta untuk mengurangi kesalahan pencuplikan (sampling error), maka ukuran sampel diperbesar hingga dua kali lipat menjadi 60 subjek. Setiap penelitian yang menyangkut subjek manusia secara etis perlu mendapatkan persetujuan dari yang bersangkutan (informed consent). Dalam mencuplik sampel, terdapat kemungkinan (calon) responden menolak partisipasi ( non response) atau tidak memberikan persetujuan untuk pengolahan data lebih lanjut (non consenter). Selain itu, ada pula kemungkinan responden tidak mengisi kuesioner dengan lengkap ( non item response) atau memiliki skor L-MMPI 10 (data tidak valid karena responden tidak jujur), sehingga menyebabkan missing value dan berkurangnya jumlah sampel. Kemungkinan berkurangnya sampel perlu diantisipasi dengan cara memperbesar taksiran ukuran sampel asli agar presisi tetap terjaga. Rumus untuk mengantisipasi berkurangnya subjek penelitian sebagai berikut : N = _ n 1-L N = Ukuran sampel setelah revisi n = Ukuran sampel asli L = Non-response rate / proporsi yang hilang

27 26 Jika diasumsikan nilai L sebesar 5%, maka: N = 60 = 63, Jadi sampel yang dicuplik sebanyak 64 siswa. E. Teknik Sampling Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive random sampling. Dari populasi sumber sebanyak 246 siswa, diambil secara acak menggunakan tabel random sebanyak 64 siswa. Dari 64 sampel tersebut, responden dieksklusikan dari penelitian ini jika memiliki skor L-MMPI 10, tidak mengisi lembar persetujuan atau tidak mengisi kuesioner secara lengkap. F. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : tingkat religiusitas 2. Variabel tergantung : tingkat kecemasan 3. Variabel luar (tidak dikendalikan) : tingkat pendidikan orang tua, tingkat sosial ekonomi G. Definisi Operasional Variabel 1. Religiusitas Religiusitas adalah internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang. Internalisasi di sini berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati maupun dalam ucapan. Kepercayaan ini

28 27 kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari. Religiusitas dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala religiusitas yang diadaptasi dari teori Glock dan Stark (Jalaludin, 2004). Dimensi atau keterlibatan yang diukur dengan instrumen religiusitas mencerminkan aspek religiusitas seseorang, meliputi keterlibatan ideologikal, keterlibatan ritual, keterlibatan intelektelekual, keterlibatan konsekuensial dan keterlibatan eksperensial (Ancok et al., 2001). Skala pengukuran religusitas adalah rasio. 2. Kecemasan Kecemasan dalam penelitian ini adalah keadaan psikis pada subyek penelitian yang diukur dengan The Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS). Meskipun lazimnya skor TMAS 21 digunakan sebagai cut off point untuk menentukan kecemasan, namun dalam penelitian ini kecemasan diukur dalam skala rasio. H. Instrumen Penelitian 1. Lembar Biodata & Informed Consent Pada bagian ini juga terdapat petunjuk pengisian kuesioner dan informasi jaminan kerahasiaan data responden (Lampiran 1). 2. Kuesioner L-MMPI Kuesioner L-MMPI ( Lie Minnesota Multhiphasic Personality Inventory) merupakan skala validitas yang berfungsi untuk mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau

29 28 ketidakjujuran subjek penelitian (Lampiran 2). Tes ini bertujuan untuk menguji kejujuran responden. Responden harus menjawab ya bila pernyataan tersebut sesuai dengan dirinya dan tidak bila sebaliknya. Menurut Handi (2004), nilai batas skala adalah 10, sehingga jika responden memiliki skor 10, maka data yang diukur dari responden tersebut dinyatakan invalid dan tidak diolah diikutkan dalam penelitian (kriteria eksklusi). 3. Kuesioner TMAS (The Taylor Minnesota Anxiety Scale) Kuesioner TMAS adalah instrumen pengukuran kecemasan. TMAS berisi 50 butir pertanyaan, di mana responden menjawab keadaan ya atau tidak sesuai dengan keadaan dirinya, dengan memberi tanda ( ) pada kolom jawaban ya atau tanda (X) pada kolom jawaban tidak. Kuesoner TMAS terdiri atas 13 pertanyaan unfavourable dan 37 pertanyaan favourable. Setiap jawaban dari pertanyaan favuorable bernilai 1 untuk jawaban ya dan 0 untuk jawaban tidak. Pada pertanyaan unfavourable bernilai 1 untuk jawaban tidak dan bernilai 0 untuk jawaban ya (Lampiran 3). Sebagai cut off point adalah sebagai berikut : a. Skor <21 berarti tidak cemas b. Skor 21 berarti cemas Suatu skala atau instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut. TMAS mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi akan tetapi

30 29 dipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden dalam mengisinya (Azwar, 2007). 4. Skala Religiusitas Penelitian ini menggunakan angket/skala religiusitas yang disusun oleh Jatiningsih (2007) berdasarkan teori religiusitas Glosk dan Stark. Angket tersebut meliputi keterlibatan ideologikal, keterlibatan ritual, keterlibatan intelektelekual, keterlibatan konsekuensial serta keterlibatan eksperensial (Lampiran 4). Validitas angket tersebut sudah diukur dengan uji coba kuesioner terhadap 10 siswa SMU. Validitas diuji dengan uji Pearson s product moment, pertanyaan dinyatakan valid jika signifikasi <0,05. Butir pertanyaan yang validitasnya kurang dari 0,3 diganti, butir pertanyaan yang validitasnya antara 0,3-0,7 diperbaiki, sedangkan pertanyaan yang validitasnya lebih dari 0,7 dapat dipakai. Pemberian skor pada angket religiusitas menggunakan skala Likert dengan pernyataan positif penentuan skor (SS: sangat sesuai, nilai 4; S: sesuai, nilai 3; TS: tidak sesuai, nilai 2; STS: sangat tidak sesuai, nilai 1) serta pernyataan negatif penentuan skor (SS: sangat sesuai, nilai 1; S: sesuai, nilai 2; TS: tidak sesuai, nilai 3; STS: sangat tidak sesuai, nilai 4). I. Teknik Pengambilan Data Data yang diambil merupakan data primer dari hasil jawaban subjek penelitian atas angket skala religiusitas dan skala kecemasan.

31 30 J. Skema Penelitian Siswa kelas XII SMUN 5 Surakarta (347 siswa) 1. Akan menghadapi UN 2. Beragama Islam 3. Laki-laki dan perempuan Kriteria inklusi (246 siswa eligibel) Sampel diambil dengan random sampling (64 siswa) 1. Skor L-MMPI 10 2.Tidak mengisi lembar kuesioner dengan lengkap 3.Tidak memberikan informed consent Kriteria eksklusi Skor kecemasan Skor religiusitas Analisis data (uji korelasi)

32 31 K. Prosedur Penelitian 1. Responden mengisi formulir biodata dan lembar persetujuan 2. Responden mengisi kuesioner L-MMPI sehingga bisa dinilai kejujurannya dalam mengisi kuesioner selanjutnya 3. Responden mengisi kuesioner religiusitas yang telah divalidasi 4. Responden mengisi kuesioner TMAS sehingga bisa diketahui tingkat kecemasannya. 5. Semua data primer dianalisis L. Analisis Statistik Variabel bebas dan variabel tergantung dalam penelitian ini berskala rasio sehingga analisis statistik yang digunakan adalah uji korelasi Pearson ( r) (Murti, 2006). Asumsi yang harus dipenuhi untuk analisis korelasi Pearson adalah: 1. Minimal salah satu variabel mempunyai distribusi normal 2. Kedua variabel menunjukkan hubungan linear Analisis dilakukan baik dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17 Hipotesis kerja penelitian ini (yaitu ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan siswa yang akan menghadapi UN) diterima bila -1 r < 0.

33 32 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Sampel Jumlah sampel yang dicuplik pada penelitian ini adalah 64 siswa terdiri atas 38 wanita dan 22 laki-laki. Dari jumlah tersebut, sebanyak satu sampel mempunyai skor L-MMPI >10 dan tiga sampel lainnya tidak mengisi seluruh pertanyaan kuesioner yang diberikan, sehingga keempatnya dieksklusikan dari penelitian. Tabel 1. Frekuensi Distribusi Data Besar Sampel Berdasar Jenis Kelamin Jenis kelamin n % Laki-laki Perempuan Jumlah Tabel 1 menunjukkan proporsi sampel yang berbeda berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu 63.33% perempuan dan 36.67% laki-laki. Pencuplikan sampel diambil dari siswa yang eligibel yang terdiri atas 154 siswa perempuan dan 92 siswa laki-laki. Hal ini dikarenakan jumlah siswa perempuan lebih dominan daripada siswa laki-laki. Data kuesioner yang telah diperoleh kemudian dihitung skor religiusitas dan skor kecemasannya seperti terdapat dalam Lampiran 5. Dari data tersebut dapat diolah karakteristik responden, sebagai berikut : 32

34 33 Tabel 2. Karasteristik Sampel Berdasarkan Tingkat Religiusitas dan Kecemasan Variabel Mean Median Standar Deviasi Minimal Maksimal Religiusitas Kecemasn Tabel 2 menunjukkan rerata skor religiusitas sebesar , dengan rentang skor 134 hingga 194 dan nilai mediannya 167. Pada variabel kecemasan didapatkan rerata skor sebesar 26.26, dengan rentang skor 12 hingga 40 dan nilai mediannya 26. Dengan menggunakan skor T-MAS 21 sebagai cut-off point, didapatkan 85% responden mengalami kecemasan, sedangkan 15 % responden lainnya tidak mengalami kecemasan (Gambar 1). Responden perempuan yang mengalami kecemasan jumlahnya lebih banyak yaitu 89.94%, sedangkan responden laki-laki yang mengalami kecemasan sebanyak 77.27%. Responden perempuan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 10.53% sedangkan responden laki-laki yang tidak cemas sebanyak 22.72%.

35 34 100% 80% 60% 40% 20% Cemas Tidak cemas 0% perempuan laki laki total Gambar 1. Persentase Kecemasan Berdasarkan Nilai Cut-off Point pada Responden Menurut Jenis Kelamin Skor masing-masing dimensi religiusitas pada sampel disajikan dalam Tabel 3. Nilai rerata keterlibatan idiologikal dari seluruh responden sebesar 36.21, yang berkisar antara 27 hingga 40. Nilai rerata keterlibatan ritual sebesar 48.95, dari kisaran nilai responden antara 17 hingga 62. Nilai rerata keterlibatan intelektual sebesar 32.53, dari kisaran 26 hingga 40, dan nilai rerata untuk keterlibatan eksperensial sebesar dari kisaran nilai responden antara 8 hingga 20. Tabel 3. Skor Religiusitas Sampel pada Tiap Dimensi Dimensi Mean Median Standar Deviasi Minimal Maksimal Idiologikal Ritual Intelektual Konsekuensial Eksperensial

36 35 B. Analisis Data Sebelum dilakukan uji hipotesis, data penelitian harus memenuhi uji asumsi atau uji prasyarat. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Apabila hasil uji normalitas dan linieritas menunjukkan bahwa data penelitian telah terdistribusi normal dan memiliki hubungan linier antara variabel bebas dan tergantung, maka uji parametrik dengan korelasi product moment Pearson s dapat dilakukan. Sebaliknya jika hasil dari uji tersebut tidak normal dan tidak linier maka uji analisis yang dipilih adalah uji nonparametrik Spearman s. Uji normalitas dan linieritas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows Berikut dijelaskan hasil uji prasyarat: 1. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing sebaran data yaitu sebaran data kecemasan menghadapi UN dan sebaran data religiusitas, baik secara deskriptif maupun analitik. Uji normalitas secara deskriptif dapat dilihat dari stem-and-leaf plot, histogram, box plot dan normal Q-Q plot seperti yang terdapat pada Lampiran 6. Uji normalitas secara analitik dilakukan dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogrov-Smirnov Test karena jumlah sampel > 50, dengan hasil sebagai berikut : Tabel 4. Uji Normalitas dengan Tes Kolmogorov-Smirnov Variabel nilai p Keterangan Religiusitas 0.20 Sebaran normal

37 36 Kecemasan 0.20 Sebaran normal Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 4, variabel religiusitas memiliki sebaran data yang normal (p>0.05). Hasil uji normalitas terhadap data kecemasan menunjukkan adanya sebaran yang juga terdistribusi normal (p>0.05). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa data kedua variabel penelitian terdistribusi normal. 2. Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua variabel mempunyai hubungan yang linier. Grafik liniearitas pada Gambar 2 menunjukan adanya hubungan linier antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi Ujian Akhir Nasional, yang ditandai dengan tren menurun yang bisa ditarik garis linier. Gambar 2. Grafik Linieritas Antara Religiusitas dan Kecemasan Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linieritas sehingga semua prasyarat uji parametrik terpenuhi, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson.

38 37 Tabel 5. Uji Korelasi Pearson Antara Kecemasan dan Religiusitas Korelasi Nilai p Koefisien korelasi (r) Religiusitas terhadap kecemasan Kecemasan terhadap religiusitas Interpetasi hasil dari uji korelasi Pearson yang disajikan pada Tabel 5 dalam menilai kemaknaan korelasi antar dua variabel, digunakan nilai p. Terdapat korelasi yang bermakna antar dua variabel jika nilai p<0.05 (Dahlan, 2005). Hasil uji korelasi Pearson pada penelitian ini dengan nilai p<0.001 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara skor religiusitas dan skor kecemasan. Sedangkan nilai korelasi Pearson ( r) sebesar menunjukkan dua hal, yaitu arah korelasi dan kekuatan korelasi. Nilai korelasinya adalah negatif, menandakan hubungan yang berlawanan. Hal itu menunjukkan bahwa semakin besar nilai suatu variabel, semakin kecil nilai variabel yang lain (Dah lan, 2005). Nilai koefisien korelasi sebesar mengindikasikan bahwa kekuatan korelasinya lemah (Sarwono, 2006; Nugroho, 2005). Nilai r ditafsirkan baik (r > 0.8), sedang ( ), lemah ( ), sangat lemah (<0. 4) (Sastroasmoro, 2008). Koefisien determinasi (r 2 ) yang diperoleh adalah 0.254, artinya sumbangan variabel religiusitas terhadap penurunan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) sebesar 25.4%. Dari analisis data dengan menggunakan uji korelasi Pearson dapat disimpulkan bahwa Ho ( r 0) ditolak, dan H 1 diterima. Dengan kata lain, ada

39 38 hubungan negatif yang lemah namun secara statistik bermakna antara religiusitas dengan kecemasan siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Selain uji hipotesis korelasional antara variabel dependen dan independen, peneliti sekaligus meninjau lebih detail lagi hubungan masing-masing dimensi dari religiusitas terhadap tingkat kecemasan dalam mengadapi Ujian Nasional (UN). Setelah dilakukan uji korelasional diperoleh hasil yang disajikan dalam Tabel 6 berikut. Tabel 6. Uji Korelasi antara Kecemasan dengan Dimensi-dimensi Religiusitas Variabel dependen Variabel independen Koefisien korelasi (r) Nilai p Kecemasan Idiologikal * Ritual * Intelektual * Konsekuensial * Eksperensial * signifikan pada p < 0.05 Dari Tabel 6 didapatkan empat dimensi dari variabel religiusitas memiliki hubungan negatif yang bermakna dengan kecemasan secara statistik ( p<0.05), yaitu dimensi idiologikal, dimensi ritual, dimensi intelektual dan dimensi konsekuensial. Dimensi eksperensial mempunyai korelasi terlemah dengan kecemasan yang tidak menunjukkan adanya kebermaknaan secara statistik dengan nilai p>0.05 yaitu

40 39 BAB V PEMBAHASAN Hasil analisis data menunjukkan nilai rerata skor religiusitas (mean SD) adalah Sedangkan nilai rerata skor kecemasan sampel ( mean SD) adalah Pada pengambilan sampel secara random didapatkan sampel laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang berbeda, yaitu 38 perempuan (63.33%) dan 22 laki-laki (36.67%). Hal ini dikarenakan jumlah sampel eligibel dari siswa perempuan lebih dominan daripada siswa laki-laki dimana siswa perempuan sebanyak 154 atau 62.6% sedangkan siswa laki-laki sebanyak 92 atau 37.4% Meski teknik pencuplikan random dilakukan secara sederhana (non - proporsional), persentase sampel penelitian menurut rasio jenis kelamin proporsional dengan populasi target. Berdasarkan cut off point skala kecemasan dengan TMAS yaitu skor 21 dinyatakan cemas, maka 85% dari seluruh responden mengalami kecemasan. Responden perempuan yang mengalami kecemasan jumlahnya lebih banyak yaitu 89.94% sedangkan responden pria yang cemas sebanyak 77.27%. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Durand et al. (2007) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang adalah faktor biologis. Berkaitan dengan kecemasan pada laki-laki dan perempuan, Trismiati (2004) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki. Laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. 39

41 40 Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Trismiati (2004) menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan. Maccoby dan Jacklin (2001) menyatakan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan daripada laki-laki. Perempuan juga dinilai lebih cemas, kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata. Berbagai studi kecemasan secara umum menyatakan bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki. Berdasarkan hasil analisis data dengan uji korelasi product moment dari Pearson, didapatkan bahwa terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi UN dengan nilai r = , sehingga hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan siswa muslim kelas XII SMU Negeri 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Akhir (UN) dapat diterima. Artinya semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kecemasan siswa, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka kecemasan dalam menghadapi Ujian Akhir (UN) semakin tinggi. Kecemasan dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu emosi yang ditandai dengan keadaan yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran dan kegelisahan yang penyebab timbulnya tidak jelas atau tidak kelihatan (Trismiati, 2004). Kecemasan yang berhubungan dengan ujian merupakan pengalaman buruk yang kurang menyenangkan yang dialami individu baik di saat persiapan tes, menjelang dan selama pelaksanaan tes. Seseorang yang menderita kecemasan yang tinggi dalam menghadapi tes menyebabkan seseorang terhambat atau kurang bisa memproses informasi dan tidak dapat menemukan cara pemecahan masalah yang

42 41 tepat. Kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) pada siswa SMU kelas XII adalah emosi yang tidak menyenangkan yang mengakibatkan siswa mengalami perasaan tidak berdaya dalam tingkat yang berbeda-beda karena ketidakmampuannya menyesuaikan diri pada situasi saat akan menghadapi UN. Gejala klinis yang muncul akibat kecemasan dapat berupa gejala psikis maupun gejala somatis. Penderita cenderung tegang terus menerus, tidak mau santai dan pemikirannya penuh tentang kekhawatiran (Maramis, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan. Religiusitas dalam penelitian ini diartikan sebagai internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang. Internalisasi di sini berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati maupun dalam ucapan. Dalam hal ini religiusitas lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk hati dan tidak dapat dipaksakan (Rosyidah, 2006). Hubungan antara religiusitas dan kecemasan menghadapi UN dapat dilihat dari usaha siswa dan guru yang berupaya untuk mendekatkan diri lagi dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan. Siswa di SMU N 5 Surakarta melakukan upaya-upaya nyata yang berupa kegiatan keagamaan untuk mengurangi atau mengatasi kecemasannya, misalnya pada waktu istirahat melakukan ibadah sholat sunnah, guru bimbingan konseling dan guru agama memberikan dorongan, semangat untuk lebih giat beribadah serta saran-saran agar para siswa bisa lebih tenang dalam menghadapi UN nanti. Pada hari menjelang Ujian Nasional (UN) dilakukan doa bersama dan pemberian nasihat kepada siswa kelas XII.

43 42 Hasil penelitian ini selaras dengan apa yang diungkapkan Hawari (2006 ) bahwa ajaran agama merupakan salah satu faktor yang dapat menjauhkan manusia dari perasaan cemas, tegang dan depresi. Keyakinan, idealisasi dan keimanan membuat manusia dapat menjalani kehidupan dengan baik sekaligus mencapai suatu hal yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban. Cara pandang positif dan keyakinan terhadap kehidupan yang terbangun dengan religiusitas dapat memunculkan daya tahan dan kemampuan menghadapi permasalahan yang sekiranya dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat muncul karena beberapa kondisi eksternal seperti konflik keluarga, tekanan sosial maupun terlalu kuatnya ikatan individu pada lingkungannya. Keyakinan dan keimanan yang biasa disebut juga sebagai religiusitas tersusun atas beberapa dimensi atau keterlibatan, antara lain keterlibatan ideologikal, keterlibatan ritual, keterlibatan intelektual, keterlibatan konsekuensial dan keterlibatan eksperensial (Jalaludin, 2004). Penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi ideologikal, dimensi ritual, dimensi intelektual dan dimensi konsekuensial memiliki hubungan yang bermakna dengan kecemasan. Akan tetapi dimensi eksperiensial tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p=0.360 yang tidak sesuai dengan teori yang telah diungkapkan sebelumnya. Hal ini mungkin terjadi karena responden kurang memahami pertanyaan-pertanyaan pada dimensi eksperiensial yang memang saling mirip dan kurangnya pengalaman spiritual yang kuat dan berkesan yang umumnya terjadi pada usia dewasa pertengahan.

44 43 Daradjat (2000) menyatakan bahwa agama dapat memberikan jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman, rasa tidak takut, atau rasa cemas menghadapi persoalan hidup. Agama dapat memantapkan kembali jiwa yang sedang mengalami kebimbangan-kebimbangan. Hidup keagamaan akan memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang untuk menghadapi tantangan dan cobaan hidup, memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis, serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan hidup sebagaimana yang telah ditakdirkan Tuhan. Pemecahan masalah-masalah kehidupan melalui nilai-nilai religiusitas akan meningkatkan kehidupan seseorang ke nilai spiritual. Seseorang akan memperoleh keseimbangan mental bila ia mampu melakukan transendensi melalui nilai-nilai religius yang diyakininya. Terkait dengan manfaat kesehatan mental dari religiusitas, terdapat beberapa mekanisme keagamaan dalam mempengaruhi kesehatan antara lain: (1) mengatur pola hidup individu dengan kebiasaan hidup sehat, (2) memperbaiki persepsi ke arah positif, (3) memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik, (4) mengembangkan emosi positif, dan (5) mendorong kepada kondisi yang lebih sehat. Menurut Culliford (2002), pribadi/individu dengan komitmen agama yang tinggi akan meningkatkan kualitas ketahanan mentalnya karena memiliki self control, self esteem dan confidence yang tinggi Analisis dan rancangan penelitian ini tidak bisa digunakan untuk menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat bahwa tingkat religiusitas rendah menyebabkan kecemasan atau sebaliknya, melainkan hanya menunjukkan korelasi antara tingkat religiusitas dan tingkat kecemasan. Untuk mengetahui bahwa

45 44 hubungan antara keduanya adalah bersifat kausal, atau variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain, maka diperlukan rancangan penelitian yang lebih baik. Hasil penelitian ini menunjukkan sumbangan variabel religiusitas terhadap tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi UN sebesar 25.4%. Hal ini menunjukkan keberadaan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada siswa selain religiusitas sebesar 74.6%. Faktor-faktor lain tersebut meliputi sikap pribadi, jenis kelamin (perempuan lebih rentan mengalami kecemasan apabila dibandingkan dengan pria), serta status ekonomi (individu yang mengalami kesulitan ekonomi berpotensi mengalami kecemasan). Faktor harga diri, kepercayaan diri, dukungan sosial, dan persiapan diri yang rendah juga berpotensi menimbulkan kecemasan pada siswa (Durand et al., 2007). Faktor lain yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini adalah kemungkinan subjek penelitian tidak terlalu memperhatikan hal-hal yang ditanyakan ketika mengisi kuesioner, sehingga jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan kenyataan yang dialaminya. Jumlah item pertanyaan yang terlalu banyak membuat subjek penelitian bosan dan malas untuk berpikir. Hal ini dapat menyebabkan bias pengukuran sehingga mengurangi validitas hasil penelitian..

46 45 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif yang bermakna (r=-0.504, p<0.001) antara tingkat religiusitas dan tingkat kecemasan siswa kelas XII SMU Negeri 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Jadi Semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kecemasan siswa, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka kecemasan dalam menghadapi Ujian Akhir (UN) semakin tinggi. B. Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis adalah sebagai berikut: 1. Melihat adanya hubungan antara religiusitas dengan kecemasan, maka sebaiknya pihak SMU Negeri 5 Surakarta selain mempersiapkan materi pelajaran siswa dalam menghadapi Ujian Nasional juga memperhatikan sisi psikologisnya, salah satunya dengan dengan meningkatkan religiusitas siswa. 2. Sebaiknya dilakukan penelitian pada populasi lain atau yang lebih luas untuk memperluas generalisasi hasil penelitian. 3. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan rancangan penelitian yang lebih baik sehingga dapat membuktikan adanya hubungan sebab 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan A.1. Pengertian Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal daribahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yangberarti mencekik. 8 Kecemasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini lebih menekankan pada data yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian cross sectional digunakan pendekatan transversal, dimana observasi terhadap variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 30 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Telah dilakukan penyebaran kuesioner pada Mahasiswa Muslim Angkatan

BAB V PEMBAHASAN. Telah dilakukan penyebaran kuesioner pada Mahasiswa Muslim Angkatan BAB V PEMBAHASAN Telah dilakukan penyebaran kuesioner pada Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta sebanyak 150 kuesioner. Dari hasil penyebaran kuesioner didapatkan responden

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisa Data Dan Uji Hipotesa Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara religiusitas dan well-being pada komunitas salafi

Lebih terperinci

PERBEDAAN DERAJAT KECEMASAN DAN DEPRESI ANTARA MAHASISWA DENGAN TINGKAT RELIGIUSITAS TINGGI.DAN RENDAH

PERBEDAAN DERAJAT KECEMASAN DAN DEPRESI ANTARA MAHASISWA DENGAN TINGKAT RELIGIUSITAS TINGGI.DAN RENDAH PERBEDAAN DERAJAT KECEMASAN DAN DEPRESI ANTARA MAHASISWA DENGAN TINGKAT RELIGIUSITAS TINGGI.DAN RENDAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Nafika Ikhwanudin G 0008136

Lebih terperinci

19

19 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini merujuk pada bidang keilmuan Ilmu Kesehatan Jiwa, Sub Bidang Psikiatri Ilmu Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 Kelurahan Isola yang berjumlah 61 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya untuk mengetahui hubungan antar dua variabel penelitian. Penelitian kuantitatif lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional, jenis ini bertujuan untuk melihat apakah antara dua variabel atau lebih memiliki

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian. Penyusunan desain penelitian merupakan tahap perencanaan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian. Penyusunan desain penelitian merupakan tahap perencanaan penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Alsa (2011 : 18) desain atau rancangan penelitian dipakai untuk menunjuk pada rencana peneliti tentang bagaimana ia akan melaksanakan penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional Penggunaan desain ini, peneliti mencoba untuk menyelidiki hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama 2.1.1 Pengertian Kecemasan atau dalam Bahasa Inggris adalah anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Persis (Pajagalan), Mesjid Salman (Ganesha, ITB), Mesjid LDII (Riung

BAB III METODE PENELITIAN. Persis (Pajagalan), Mesjid Salman (Ganesha, ITB), Mesjid LDII (Riung 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah di beberapa mesjid yang tersebar di Kota Bandung, diantaranya Mesjid Daarutauhid (Geger Kalong),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah yang digunakan adalah penelitian Cross

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah yang digunakan adalah penelitian Cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah yang digunakan adalah penelitian Cross Sectional. Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variasi pada satu atau lebih faktor lain

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN 67 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMAN unggulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penulis memilih untuk menggunakan rancangan cross sectional dimana variabel bebas

BAB III METODE PENELITIAN. penulis memilih untuk menggunakan rancangan cross sectional dimana variabel bebas 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross sectional. Tujuan penelitian untuk mencari hubungan antara depresi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian korelasi dimana akan menggali persepsi mengenai hemodialisis dengan tingkat kecemasan. Pendekatan yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mana kaitan (koefisien korelasi) antara suatu variabel dengan variabel lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN. mana kaitan (koefisien korelasi) antara suatu variabel dengan variabel lainnya. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Menurut Azwar (2010) penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan korelasional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian, dan mengkaji kesahihan hipotesis (Sudigdo, 1995). Jenis penelitian ini adalah deskripitif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Kematian. ciri yang mengarah pada diri sendiri. Menurut Freud (Alwisol, 2005;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Kematian. ciri yang mengarah pada diri sendiri. Menurut Freud (Alwisol, 2005; BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Menghadapi Kematian 1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan didefinisikan oleh Kartono (2005) sebagai suatu kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut kepercayaannya. Glock & Stark, (1965) mendefinisikan agama sebagai sistem simbol, sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Forgiveness 2.1.1. Definisi Forgiveness McCullough (2000) bahwa forgiveness didefinisikan sebagai satu set perubahan-perubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan sesaat dan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 65 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam yaitu: penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia semakin mengalami perkembangan ke era globalisasi. Dengan adanya perkembangan zaman ini, masyarakat dituntut untuk mengikuti perkembangan modern. Tidak

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Uji Kompetensi

BAB V PEMBAHASAN. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Uji Kompetensi BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden merasakan bahwa Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik responden dilihat berdasarkan tahun angkatan dan program studi. Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda,

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, Aceh Tamiang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres muncul akibat suatu stresor. Stresor yaitu penghalang, kesukaran, atau aral melintang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan suami)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan product moment dari Pearson, maka dilakukan uji asumsi normalitas dan linearitas. 1. Uji Asumsi Uji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang, wilayah provinsi Jawa Tengah dan memiliki posisi strategis karena berada di tengah-tengah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 33 HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI Kurniawati, Utomo Heri S, Abstrak Operasi merupakan tindakan medik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

Lebih terperinci

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Pengertian Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada. Data yang terkumpul diwujudkan dalam bentuk angka-angka. akan menunjukkan sejauh mana dua hal saling berhubungan.

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada. Data yang terkumpul diwujudkan dalam bentuk angka-angka. akan menunjukkan sejauh mana dua hal saling berhubungan. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Karena hanya menggambarkan suatu keadaan, gambaran umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Hal ini biasa terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan dituntut

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sosial Pucang Gading Semarang dengan kriteria sebagai berikut: 1).

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sosial Pucang Gading Semarang dengan kriteria sebagai berikut: 1). BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Lansia penerima manfaat Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang dengan kriteria sebagai berikut: 1). Beragama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penentuan dan penetapan metode yang akan digunakan dalam sebuah penelitian ataupun penulisan karya ilmiah sangat penting. Pada dasarnya suatu penelitian adalah cara kerja agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain atau metode penelitian yang digunakan ialah non equivalent control

BAB III METODE PENELITIAN. Desain atau metode penelitian yang digunakan ialah non equivalent control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI Yudha Indra Permana & Ida Untari Akper PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disebut kuantitatif karena menekankan analisisnya pada data-data numerical

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disebut kuantitatif karena menekankan analisisnya pada data-data numerical BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif. Disebut kuantitatif karena menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2012: 7) mengatakan bahwa: dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan. 11

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2012: 7) mengatakan bahwa: dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan. 11 24 BAB III A. Jenis Penelitian METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik mulai dari pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif analitik yaitu mencari hubungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi & Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada bulan Mei tahun 2013. 3.2. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini, desain yang digunakan adalah desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini peneliti mengajukan metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian. 4.1 Gambaran Umum Subjek Pengambilan data lapangan berlangsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan. dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan. dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Kecemasan dapat

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan desain penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dengan menggunakan metode deskriptif korelasional, yaitu menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui gambaran kecemasan siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Identifikasi variabel penelitian ini harus ditentukan terlebih dahulu sebelum

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN. A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN. A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim 69 BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim Dengan berdirinya komplek Perumahan Villa Citra Bandar Lampung, terbentuklah PKK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 1) Tempat penelitian : Poli Rawat Jalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Prososial 2.1.1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku prososial didefinisikan sebagai tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk membantu atau memberi keuntungan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAGI PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Fisik dan psikis adalah satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Harapan Ibu Purbalingga yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta kelas D milik Yayasan Islam Bani Shobari.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Azwar (2013, h.5) adalah penelitian yang menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dan Identifikasi Variabel Pendekatan penelitian ini menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis, atau biasa disebut pendekaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian korelasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang diarahkan mencari hubungan antara variabel independent

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER. Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 4-9 4 ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER Ali Rachman* ABSTRAK Kecemasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu semua variabel terikat maupun variabel bebas diukur pada

Lebih terperinci

BAB I II METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan dominant-less dominant.

BAB I II METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan dominant-less dominant. BAB I II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan dominant-less dominant. Pendekatan dominant-less dominant merupakan pendekatan yang berasal dari paradigm yang dominant

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci