BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN"

Transkripsi

1 67 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMAN unggulan berdasarkan nilai UN di DKI Jakarta. Hasil yang diperoleh peneliti didapat dengan bantuan pengolahan data menggunakan software IBM SPSS Statistics (version 22), yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan peneliti kepada subjek penelitian yaitu 130 siswa-siswi SMAN Unggulan di DKI Jakarta. Peneliti melakukan uji coba alat ukur dan mendapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,886 untuk skala kecemasan dan sebesar 0,882 untuk skala motivasi berprestasi, serta nilai validitas kecemasan antara 0,226-0,542 dan nilai validitas motivasi berprestasi antara 0,216-0,530. Kemudian berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji hipotesis menggunakan uji Spearman, maka diperoleh hasil bahwa Ada hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMAN unggulan berdasarkan nilai UN di DKI Jakarta. Signifikansi yang diperoleh adalah 0,000 dengan angka korelasi r= -0,868. Hubungan negatif menunjukan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang terbalik tidak searah. Jadi, apabila kecemasan tinggi maka motivasi berprestasi rendah, dan apabila kecemasan rendah maka motivasi berprestasi tinggi. Dari 130 subjek, didapat hasil bahwa siswa kelas XII SMAN Unggulan dalam penelitian ini memiliki kecemasan dan motivasi berprestasi dalam kategori sedang. Sementara itu, sebagai analisa tambahan peneliti melakukan uji One Way Anova untuk melihat perbedaan kecemasan dan motivasi berprestasi berdasarkan usia, serta melakukan uji Independent Sample T Test untuk melihat perbedaan kecemasan dan motivasi berprestasi berdasarkan jenis kelamin, dan program kelas. Berdasarkan uji tersebut, didapat bahwa tidak adanya perbedaan kecemasan maupun motivasi berprestasi berdasarkan usia, jenis kelamin dan program kelas.

2 Diskusi Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMAN unggulan berdasarkan nilai UN di DKI Jakarta. Uji hipotesis tersebut memiliki nilai signifikansi sebesar yang menandakan bahwa H 0 ditolak dan H a diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermansyah (2010) mengenai hubungan antara motivasi berprestasi dengan kecemasan siswa menghadapi ujian pada SMK Senopati Sidoarjo. Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Subiyantoro (2009) mengenai hubungan antara kecemasan terhadap tes dan motivasi berprestasi pada siswa kelas akselerasi SMA Negeri 3 Malang. Dalam hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang sebesar 49,2%. Hal ini menunjukan bahwa ujian nasional merupakan salah satu penentu syarat kelulusan siswa yang dapat menimbulkan perasaan cemas pada diri siswa. Sesuai dengan pengertiannya, bahwa kecemasan merupakan suatu kondisi psikologis yang tidak menyenangkan yang berorientasi pada masa yang akan datang, yang di tandai dengan kekhawatiran karena kita tidak dapat memprediksi dan mengontrol kejadian yang akan datang (Durand & Barlow, 2006). Berkaitan dengan pengertian itu, maka siswa yang sedang menghadapi ujian nasional mengalami kecemasan karena merasa ujian nasional sebagai sesuatu yang berorientasi di masa yang akan datang yang tidak dapat diprediksi dan dikontrol oleh dirinya. Ditambah dengan penentuan lulus atau tidak lulusnya dirasakan sangat mengancam dan belum jelas kepastiannya yang menambah siswa merasa cemas. Selanjutnya hal tersebut sejalan dengan pernyataan Akhmadi (2013), bahwa ujian nasional menjadi beban sehingga siswa merasa takut, tertekan, dan depresi karena ujian tersebut dipersepsikan sebagai sesuatu yang mengancam yang dapat membuat siswa mengalami kecemasan. Hasan (2007 dalam Irmayanti & Warsito, 2009) menambahkan bahwa siswa mungkin membayangkan tingkat kesulitan soal yang sangat tinggi, sehingga memicu kecemasan mereka yang tidak hanya soal yang sulit saja yang tidak dapat mereka jawab, tetapi juga soal-soal yang mudah yang sebenarnya sudah mereka kuasai. Wujud dari rasa cemas ini bermacam-macam, seperti jantung berdebar lebih keras, keringat dingin, tangan gemetar, tidak bisa berkonsentrasi, kesulitan dalam

3 69 mengingat, gelisah, atau tidak bisa tidur malam sebelum tes (Taylor dalam McDowell, 2006). Berkaitan dengan motivasi berpresasi, McClelland (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa apabila dalam belajar, siswa mempunyai motivasi yang tinggi dan kuat, hal ini akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi muncul dari dalam diri individu masing-masing dan setiap individu berbedabeda (Ergene, 2011). Motivasi dapat berasal dari motivasi internal maupun eksternal (Santrock, 2003). Hasil analisis deskriptif penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kategori sedang yaitu 47,7% siswa. McClelland (1987 dalam Widyasari, 2005) mengemukakan beberapa aspek yang dapat membedakan tingkat motivasi berprestasi seseorang, yaitu individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung berorientasi pada tugas, menyukai tantangan, memperlihatkan keunggulan, menuntut umpan balik, mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya dan tugas-tugasnya, memiliki usaha-usaha tambahan, memiliki standar nilai yang tinggi, akan merasa berhasil dan puas apabila telah mengerjakan suatu tugas, serta memiliki harapan untuk sukses yang lebih kuat daripada rasa ketakutan akan kegagalan. Dalam penelitian ini, hasil yang didapat juga mengindikasikan bahwa hubungan yang terjadi antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMAN unggulan berdasarkan nilai UN di DKI Jakarta adalah hubungan berlawanan arah. Sehingga dapat dikatakan ketika tingkat kecemasan siswa tersebut tinggi, maka tingkat motivasi berprestasinya akan rendah. Begitu juga sebaliknya, jika siswa tersebut memiliki tingkat kecemasan rendah, maka tingkat motivasi berprestasi siswa itu akan tinggi. Artinya kecemasan menghadapi ujian nasional merupakan salah satu faktor yang memberikan konstribusi tinggi-rendahnya motivasi berprestasi siswa. Hasil penelitian ini didukung oleh teori Atkinson dan Raynor (1978) yang mengemukakan bahwa kecemasan dan motivasi berprestasi berhubungan negatif pada tingkah laku yang berorientasi pada prestasi. Atkinson menambahkan bahwa individu dengan derajat kecemasan rendah, sering disertai dengan adanya motivasi berprestasi tinggi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Burgoo dan Ruffer (dalam Agustiar & Asmi, 2010) bahwa kecemasan dalam tingkat rendah dapat memacu seseorang untuk mendapatkan prestasi dengan lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan

4 70 Bernstein (dalam Dewi & Amrizal, 2008) yang menjelaskan bahwa siswa yang mengalami kecemasan yang tinggi berisiko mengalami motivasi berprestasi yang rendah dan merasa tidak berharga. Sementara Covington dan Omelich (1979 dalam Ergene, 2011) menambahkan bahwa individu dengan motivasi berprestasi yang kuat umumnya melihat dirinya sebagai individu yang memiliki kemampuan yang tinggi dan merasa lebih optimis serta menghargai kesempatan untuk meraih kesuksesan. Keterkaitan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi pada penelitian ini dapat dijelaskan bahwa kecemasan dalam menghadapi ujian dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi psikologis dan aspek kognitif, seperti dapat menurunkan konsentrasi dan perhatian, kesulitan mengingat, terganggunya memori, lamban dalam berpikir, memperbesar peluang untuk merendahkan kepercayaan diri, mengacaukan kemampuan dalam mengatasi masalah, dapat membuat siswa menjadi malas dan gelisah (Sieber (dalam Sudrajat, 2008); Ottens dan Wine (dalam Pratiwi, 2009); Yousefi (2009)). Sehingga siswa tidak dapat mengarahkan perhatian yang adekuat pada ujian yang akan dihadapi, merasa kemampuannya rendah, merasa tidak berdaya dan menjadi kurang dalam melakukan usaha-usaha untuk menghadapi ujian. Dimana hal tersebut menunjukan bahwa motivasi berprestasi siswa menurun, terlihat bahwa siswa dapat menjadi tidak yakin dengan kemampuannya, tidak memiliki optimis, merasa malas sehingga kurang bertanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap ujian, tidak memiliki ketangguhan dalam mencapai prestasi yang tinggi dan menjadi kurang melakukan usaha-usaha untuk menghadapi ujian tersebut. Siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini didominasi oleh responden yang berusia 17 tahun yaitu dengan persentase 75,4 %. Meskipun usia 17 tahun mendominasi tetapi ditemukan bahwa tidak ada perbedaan kecemasan dan motivasi berprestasi yang signifikan antara subjek dengan usia 16, 17 dan 18 tahun. Hal itu terjadi karena pada usia 16, 17, dan 18 tahun sama-sama dalam fase remaja. Selain itu, sama-sama dalam rentang yang sama yaitu middle adolescence (Papalia et.al., 2007). Menurut Santrock (2003) masa remaja merupakan masa dimulainya perkembangan kognitif yang mengarah pada pemikiran operasional formal yang lebih abstrak daripada pemikiran seorang anak. Selain itu masa remaja disebut pula sebagai masa strom and stress, atau masa up and down (Santrock, 2003). Bila pada masa ini remaja menemui hambatan dalam bidang tertentu maka hambatan tersebut akan membuat remaja menjadi cemas.

5 71 Kemudian sebagai analisa tambahan bahwa berdasarkan hasil uji Independent Sample T Test ditemukan tidak ada perbedaan kecemasan yang signifikan antara subjek dengan jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan. Ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maccoby (dalam Trismiati, 2004) yang mengungkapkan bahwa dalam berbagai studi kecemasan secara umum, perempuan lebih cemas dibandingkan laki-laki dan juga tidak sejalan dengan Myers (dalam Trismiati, 2004) yang menyatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksporatif sedangkan perempuan lebih sensitif. Selanjutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak adanya perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara subjek dengan jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan. Ini tidak sejalan dengan penelitian Stein & Bailey (dalam Fernald & Fernald,1999) yang mengatakan bahwa laki-laki lebih termotivasi dalam berprestasi dibandingkan perempuan. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan kecemasan dan motivasi berprestasi yang signifikan antara subjek pada program kelas IPA dengan subjek pada program kelas IPS. Maka dapat dikatakan bahwa baik program kelas IPA maupun IPS cenderung memiliki kecemasan dan motivasi berprestasi yang sama ketika akan menghadapi ujian nasional. Hal ini terjadi, dikarenakan baik program kelas IPA maupun IPS sama-sama dituntut untuk memperoleh nilai yang memenuhi standar kelulusan dalam ujian nasional agar dapat dinyatakan lulus, yaitu 5,50. Selain itu juga sama-sama memiliki beban 6 mata pelajaran yang diujikan. Dimana untuk jurusan IPA: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Sedangkan jurusan IPS: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Matematika, Sosiologi, dan Geografi. Kemudian baik pada IPA maupun IPS juga sama-sama diterapkan 20 paket variasi soal, sehingga tiap anak dalam satu kelas yang terdiri dari 20 siswa akan mendapatkan soal berbeda-beda (Afifah & Damanik, 2012). Berkaitan dengan keterbatasan pada penelitian ini, peneliti tidak dapat memiliki pengalaman secara langsung untuk memberikan kuesioner kepada subjek, karena kuesioner hanya diberikan kepada pihak sekolah dan pihak sekolah yang akan memberikanya kepada siswa sebagai subjek pada penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan waktu pembuatan surat izin kepada Instansi terkait memakan waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan waktu pengambilan data tersebut sangat berdekatan

6 72 dengan tanggal dimulainya Ujian Nasional. Selanjutnya variabel lainnya yang mungkin saja terkait atau mempengaruhi hubungan, tidak dimasukan ke dalam penelitian atau analisis oleh peneliti, dikarenakan peneliti tidak mengontrol secara keseluruhan penelitian ini sehinggah bisa saja ditemukan variabel-varibel terkait lainnya yang bisa digunakan pada penelitian selanjutnya. 5.3 Saran Berikut ini adalah saran yang dapat peneliti berikan terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu: a. Bagi siswa : (1) Bagi siswa-siswi yang akan menghadapi Ujian Nasional diharapkan untuk selalu memiliki pemikiran yang positif, dengan cara berpikir tenang, optimis bahwa pasti mampu lulus dengan baik, belajar lebih giat dan menjaga kesehatan badan. (2) Motivasi berprestasi memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar dan memgang peran penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, siswa juga diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan lagi motivasi berprestasinya dengan cara-cara seperti: (1) memperjelas tujuan yang dicapai, (2) memadukan motif-motif yang sudah dimiliki, (3) memadukan tujuan-tujuan sementara yang lebih dekat sifatnya, (4) memberitahukan hasil kerja yang sudah dicapai, dan (5) mengadakan persaingan yang akan dapat memperkuat usaha yang dilakukan, (6) merangsang pencapaian tujuan, dan (7) pemberian contoh yang positif (Martin dalam Sugiyanto, 2010). b. Bagi Orang tua dan Guru : (1) Dengan melihat hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi gambaran bagi orang tua, guru, dan siswa itu sendiri bahwa ada hubungan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional. (2) Bagi orang tua dan guru diharapkan mampu memberikan pengarahan yang bersifat membangun dan memberi rasa nyaman sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan pada siswa-siswi yang akan menghadapi Ujian Nasional. (3) Bagi guru untuk memberikan sikap positif tentang Ujian Nasional kepada murid. Guru harus dapat menjelaskan sifat dan tujuan dari Ujian Nasional,

7 73 mendeskripsikan Ujian Nasional sebagai kesempatan dan tantangan bukan hanya beban kewajiban belaka. (4) Guru dan orang tua juga diharapkan untuk selalu memberikan motivasi maupun dukungan dalam hal prestasi sehingga dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa. c. Bagi peneliti selanjutnya : (1) Untuk hal menerjemahkan alat ukur Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) dari bahasa asli yaitu bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sebaiknya menggunakan tenaga expert dalam bidang bahasa Inggris dan melakuan back translate pada alat ukur tersebut. (2) Sebelum melakukan pengambilan data di sekolah, sebaiknya peneliti terlebih dahulu membuat surat izin kepada Instansi terkait 2 bulan sebelum dimulainya Ujian Nasional, agar pengambilan data tidak terlalu berdekatan dengan tanggal dimulainya Ujian Nasional, sehingga peneliti dapat mengikuti proses pemberian kuesioner kepada siswa. (3) Menggunakan alat ukur yang sesuai dengan budaya dari responden penelitian, sehingga dapat lebih menggambarkan karakteristik penelitian tersebut secara tepat.

8 74

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kecemasan siswa yang menghadapi ujian nasional pada siswa SMAN 1 Makale di Tana Toraja dengan siswa SMAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah menetapkan Ujian Nasional (UN) pada siswa kelas XII sebagai salah satu syarat yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor keberhasilan suatu bangsa adalah pendidikan karena pendidikan dapat meningkatkan potensi sumber daya manusia yang ada. Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting oleh setiap individu. Melalui pendidikan setiap individu akan memperoleh ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian kecemasan Sebagian besar manusia pernah mengalami kecemasan yang sangat besar atau melampaui akal sehat hingga merasa tidak sanggup menghadapi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan pada siswa. Menurut sebagian siswa UN merupakan proses biasa yang wajib dilalui oleh siswa kelas 6

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, maka pada tahun 2003 pemerintah menetapkan untuk mengganti EBTANAS dengan UAN. Melalui menteri Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindakan nyata dari pemerintah dalam memperbaiki dan meningkatkan aspek pendidikan antara lain dengan menaikan standarisasi ujian nasional (UN) dimana ujian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMAN UNGGULAN BERDASARKAN NILAI UN DI DKI JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMAN UNGGULAN BERDASARKAN NILAI UN DI DKI JAKARTA HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMAN UNGGULAN BERDASARKAN NILAI UN DI DKI JAKARTA Agnes Resti Paramita Antonina Pantja Juni Wulandari S.Sos.,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI Pedoman Wawancara 1. Latar belakang berkaitan dengan timbulnya kecemasan - Kapan anda mulai mendaftar skripsi? - Bagaimana perasaan anda ketika pertama kali mendaftar skripsi?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Uji Korelasi Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan antara self-efficacy

Lebih terperinci

BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan

BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan 4. Deskripsi Data Hasil Penelitian BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan siswa dalam pembelajaran matematika untuk aspek dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah responden dengan

BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah responden dengan BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Subyek Penelitian Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah responden dengan kisaran usia 18-21 tahun, bekerja sebagai asisten laboratorium di SLC, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa-masa sekarang ini, siswa di seluruh dunia semakin banyak dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah tidak asing lagi jika mendengar kata cemas. Kecemasan ini secara normal terjadi sebagai respon fisiologis pada suatu kondisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi sejumlah 66 siswa di SMK Yadika 4 berusia tahun. Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi sejumlah 66 siswa di SMK Yadika 4 berusia tahun. Jumlah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI jurusan Teknik Komputer Jaringan sejumlah 66 siswa dan siswa-siswi

Lebih terperinci

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DAN EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS XII SMA N 3 MAGELANG Amanda Luthfi Arumsari 15010113120067 Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah satunya, rasa ini timbul akibat perasaan terancam terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggrakan pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk meningkat taraf pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

Bab 4. Hasil Penelitian Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. belajar dan self regulation yaitu siswa yang berjenis kelamin

Bab 4. Hasil Penelitian Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. belajar dan self regulation yaitu siswa yang berjenis kelamin Bab 4 Hasil Penelitian 4.1 Gambaran profil subjek 4.1.1 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin Subjek yang ikut mengisi kuesioner penelitian motivasi belajar dan self regulation yaitu siswa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stres merupakan fenomena umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa tuntutan dan tekanan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah, pengajaran di kelas pada sekolah menengah merupakan pengajaran yang diarahkan oleh guru. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan melalui pelaksanaan Ujian Nasional. Salah satu yang menjalani ujian nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan melalui pelaksanaan Ujian Nasional. Salah satu yang menjalani ujian nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam pembangunan. Sejalan dengan hal tersebut, proses pembangunan memerlukan adanya peningkatan mutu pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan dunia ini tidak ada apa-apanya, karena semua berasal dari pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 Kelurahan Isola yang berjumlah 61 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting. Kegunaan matematika sangat besar bagi umat manusia pada umumnya dan siswa pada khususnya. Belajar matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan presentasi maupun diskusi biasanya melibatkan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa dalam suatu proses belajar mengajar, di dalam kegiatan presentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, perlu ditetapkan

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, perlu ditetapkan BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, perlu ditetapkan dahulu kancah atau tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMA X Semarang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini banyak sekali penelitian yang menunjukkan tentang rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini banyak sekali penelitian yang menunjukkan tentang rendahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini banyak sekali penelitian yang menunjukkan tentang rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pra-ujian nasional yang

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta 44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dipaparkan penjelasan mengenai teori dari variabelvariabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dipaparkan penjelasan mengenai teori dari variabelvariabel BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dipaparkan penjelasan mengenai teori dari variabelvariabel yang diteliti dalam penelitian ini. 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Menurut Sobur (2009)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu (A) Metode Penelitian, (B) Jenis dan Rancangan Penelitian, (C) Populasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu (A) Metode Penelitian, (B) Jenis dan Rancangan Penelitian, (C) Populasi dan BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan metode penelitian yaitu (A) Metode Penelitian, (B) Jenis dan Rancangan Penelitian, (C) Populasi dan Sampel, ( D) Teknik Pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara strategi manajemen kelas dan prestasi akademik mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi pada siswa kelas XI-IPA SMAN X di Bandung. Teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variasi pada satu atau lebih faktor lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sering dipakai dalam kegiatan sehari-hari seperti dalam kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian pentingnya, matematika juga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Peneliti akan menguraikan tentang gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin. Kemudian menjelaskan secara deskriptif dengan di sertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian yang penting untuk pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Setiap negara sangat membutuhkan sumber daya manusia berkualitas, siap

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Dukungan peer group dan Motivasi Berprestasi pada siswa-siswi SMA X, Bandung. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah Ujian Nasional, stres, stressor, coping stres dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini semakin mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena dalam proses penelitiannya menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengenai sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah prokrastinasi akademik sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Suatu bangsa akan tertinggal dari bangsa lain apabila pendidikan rakyatnya

Lebih terperinci

Eni Yulianingsih F

Eni Yulianingsih F HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KECEMASAN MEMPEROLEH PASANGAN HIDUP PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: Eni

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian 4.1.1. Persiapan Uji Coba Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua buah skala berupa skala regulasi emosi yaitu kuesioner AERQ (Academic

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : kemandirian dan motif berprestasi. iii

ABSTRAK. Kata kunci : kemandirian dan motif berprestasi. iii ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dan motif berprestasi pada siswa/i SMA X yang indekost di Kota Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah korelasional,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya tingkat perbedaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian 43 4. ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis data dan interpretasi hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bagian pertama bab ini, akan diuraikan gambaran

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengambilan data lapangan terhadap perawat yang bekerja di shift malam

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengambilan data lapangan terhadap perawat yang bekerja di shift malam BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Responden Pengambilan data lapangan terhadap perawat yang bekerja di shift malam dilakukan pada periode 10 Juli 16 Juli 2012. Hasilnya adalah 99 orang responden dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyelesaikan pendidikan di sekolah. Ketentuan ini mengacu pada Undang-

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyelesaikan pendidikan di sekolah. Ketentuan ini mengacu pada Undang- BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan sarana evaluasi terhadap siswa yang akan menyelesaikan pendidikan di sekolah. Ketentuan ini mengacu pada Undang- Undang No 20 tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk mendongkrak kualitas pendidikan. Inovasi ini dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk mendongkrak kualitas pendidikan. Inovasi ini dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan media dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dalam pelaksanannya terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga

Lebih terperinci

KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI X JAKARTA SELATAN

KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI X JAKARTA SELATAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI X JAKARTA SELATAN Wisnawati Agustiar 1, Yuli Asmi 1 1 Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujian Nasional (UN) bukanlah hal yang asing dalam dunia pendidikan Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian mengenai hubungan antara cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa pada pemerolehan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Responden dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program dan mengerjakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian. 4.1 Gambaran Umum Subjek Pengambilan data lapangan berlangsung

Lebih terperinci

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.

Lebih terperinci

Total 202 orang 100 %

Total 202 orang 100 % BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari gambaran umum subjek, hasil uji validitas dan reliabilitas, uji normalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap ujian yang mereka lakukan, ataupun dalam tugas tugas yang mereka kerjakan, dan kadang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : AFIFAH MIFTACHUL JANNAH F100110087 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek siswa-siswi SMP Swasta di Taman Sidoarjo. SMP Dharma Wanita 9 Taman terletak

Lebih terperinci

Oleh :Mustika Makalalag

Oleh :Mustika Makalalag LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ANALISIS TINGKAT KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA (suatu studi penelitian pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Sangtombolang) Oleh :Mustika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Hal ini biasa terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan dituntut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi 1. Deskripsi Data Deskripsi data merupakan penjabaran dari data yang diteliti dan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

METODE Desain, Lokasi dan Waktu Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

METODE Desain, Lokasi dan Waktu Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 29 METODE Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bogor, terdiri dari tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang di hadapi. Self efficacy (kemampuan diri) sendiri

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang di hadapi. Self efficacy (kemampuan diri) sendiri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Self efficacy (kemampuan diri) merupakan hal yang terpenting dalam dunia pembelajaran, dimana seorang harus meyakini terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada yang tinggi,sedang dan rendah. Jika prestasi belajar siswa tinggi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui Achievement Goal yang dominan yang dimiliki siswa-siswi kelas 8 SMP X Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, dan sampel dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Pemerintah Republik Indonesia tengah gencar melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik peningkatan sarana prasarana,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Kasihan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Tempat ini dipilih sebagai lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi bangsa yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan tersebut adalah pendidikan.

Lebih terperinci