ANALISIS PRAKTEK-PRAKTEK REVERSE LOGISTICS DI INDUSTRI MANUFAKTUR SEKITAR SURABAYA
|
|
- Yohanes Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PRAKTEK-PRAKTEK REVERSE LOGISTICS DI INDUSTRI MANUFAKTUR SEKITAR SURABAYA I Nyoman Sutapa Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Petra mantapa@petra.ac.id ABSTRAK Dalam artikel ini dibahas hasil kajian eksploratif praktek-praktek pengelolaan reverse logistics di beberapa perusahaan manufaktur di sekitar Surabaya. Hal-hal yang dikaji berkaitan dengan kebijakan retur perusahaan, prosentase produk retur dibandingkan total penjualan, aktivitas-aktivitas pengelolaan produk retur, hambatanhambatan pengelolaan reverse logistics, serta waktu siklus penyelesaian proses retur. Kata kunci: pengelolaan reverse logistics, industri manufaktur, kebijakan retur, hambatan pengelolaan reverse logistics. PENDAHULUAN Reverse logistics (RL) kembali mendapatkan perhatian yang besar dikalangan pebisnis maupun peneliti sejak 20 tahun terakhir ini, walaupun praktek-praktek RL telah lama ada seumur dengan logistik itu sendiri. RL didefinisikan sebagai sekumpulan pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan secara efisien para pemasok, pabrikan, gudang penyimpanan, distributor, grosir, dan pusat-pusat penjualan atau ritilritil, sedemikian hingga barang-barang diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, pada lokasi yang sesuai, dan pas pada waktunya, untuk meminimalkan biaya dalam sistim secara keseluruhan dalam rangka mencapai tingkat pelayanan yang dibutuhkan (Stock, 2001; Stock et al., 1999; Blumberg, 1999). Belakangan ini kebanyakan peneliti berkonsentrasi pada aliran dan transformasi bahan baku atau barang dari hulu ke hilir (maju), yaitu dari para pemasok ke pelanggan akhir, serta dampak ketidakpastian informasi yang semakin besar dari hilir ke hulu, yang disebut bullwhip effect. Bagaimanapun, aliran balik ( reverse) bahan-bahan baku atau barang-barang dari pelanggan ke bisnis hulu (mundur) belum banyak diteliti (Rogers dan Tibben-Lembke, 1999, 2001). Bagaimanapun, menurut Reverse Logistics Council, biaya untuk penanganan, transportasi, dan penentuan disposisi barang-barang yang dikembalikan, bagi perusahaan-perusahaan Amerika nilainya mencapai $35 milyar pertahun. Sedangkan biaya pabrikasi ulang mencapai $50 milyar pertahun (Dowlatshahi, 2005). Reverse logistics management (RLM) yang merupakan pengembangan dari manajemen logistik tradisional, yaitu dengan melanjutkan pengelolaan bahan-bahan baku atau barang-barang yang dikirim balik ke bagian hulu atau bagian pemrosesan ulang atau dibuang. Lebih spesifik, de Brito et al. (2002) menyatakan RL sebagai proses perencanaan, implementasi dan pengendalian aliran bahan baku, atau barang setengah jadi, atau barang jadi, dari pabrikan, saluran distribusi, atau dari tempat pemakaian ke tempat pemulihan ulang atau tempat pembuangan. Penelitian RLM belakangan ini semakin meningkat, dikarenakan: Jumlah produk balik semakin tinggi, beberapa industri dilaporkan tingat baliknya mencapai 50% total penjualan (Rogers dan Tibben-Lembke, 1999).
2 Peluang penjualan barang-barang yang telah dipulihkan/diproses kembali pada secondary market dan/atau pasar global semakin meningkat (Stock et al., 2002). Peraturan-peraturan yang belakangan ini diberlakukan di Eropa dan Amerika yang mewajibkan perusahaan untuk mengumpulkan kembali barang-barang yang telah dijual yang telah habis masa hidupnya (end -of-life) atau masa pakainya ( end-ofuse), mengharuskan perusahaan-perusahan mengelola secara efektif sepanjang hidup produk-produknya (Rogers dan Tibben-Lembke, 2001; de Brito et al., 2002). Konsumen belakangan ini semakin menekan perusahaan untuk mengambil tanggung-jawab terhadap produk-produk pasca-penjualannya terutama yang mengandung bahan berbahaya (Daugherty et al., 2004, 2005; Richey et al., (2005)). Kapasitas tanah areal pembuangan barang-barang bekas semakin sempit dan mahal. Pilihan lain seperti dikepak-ulang (repacking), dipabrikasi-ulang (remanufacturing), dan recycling menjadi lebih lazim dan layak (de Brito et al., 2002). Penerapan RLM semakin meningkat (Rogers dan Tibben-Lembke, 1999, 2001), tapi beberapa ganjalan masih terus terjadi, seperti: Pengembalian produk yang sering tertunda, hal ini sangat krusial pada produkproduk yang sensitive terhadap waktu dan teknologi. Kuantitas produk balik sangat bervariasi dan sulit diramalkan. Parah dan luasnya produk cacat Kualitas produk sulit diketahui karena informasi dari pelanggan atau dari ritil biasanya tidak dikomunikasikan sepanjang RL. Di atas telah dibahas beberapa hasil kajian RL yang dilakukan di beberapa Negara maju, pertanyaannya adalah bagaimana dengan kondisi RL di Indonesia, khususnya bagaimana dengan praktek-praktek pengelolaan reverse logistics di beberapa perusahaan manufaktur di sekitar Surabaya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu dilakukan kajian, yakni yang berkaitan dengan kebijakan retur perusahaan, prosentase produk retur dibandingkan total penjualan, aktivitas-aktivitas pengelolaan produk retur, hambatan-hambatan pengelolaan reverse logistics, serta waktu siklus penyelesaian proses retur. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan dibeberapa perusahaan manufaktur di sekitar Surabaya, dengan penyebaran kuesioner yang disertai dengan wawancara. Obyek penelitiannya adalah para manajer yang menangani RL, yakni manajer distribusi/transportasi, gudang, produksi, PPIC, pemasaran, dan pengadaan. Jumlah perusahaan yang diteliti sebanyak 39 buah, dengan jenis-jenis usaha diantaranya perusahaan meubel, air minum dalam kemasan, kemasan plastik, kemasan karton, pakan ternak, karoseri kendaraan, dan makanan siap saji/snack. Sedangkan besar-kecilnya perusahaan responden jika dilihat dari jumlah tenaga kerja adalah sebagai berikut jumlah tenaga kerja kurang dari 100 orang (1), antara 100 dan 500 orang (4), antara 500 dan 1000 orang (28%), dan lebih dari 1000 orang (1). Sedangkan gambaran lama masa pakai ( life cycle) produk manufaktur yang disurvey adalah sebagai berikut kurang dari 6 bulan (1), antara 6 bulan dan 1 tahun (3%), antara 1 dan 2 tahun (35%), antara 2 dan 3 tahun (10%), antara 3 dan 5 tahun (7%), dan lebih dari 5 tahun (31%). Kebijakan retur adalah ketentuan yang diberikan perusahaan bagi konsumen atau pelanggannya dalam pengembalian suatu produk yang telah dibeli. Semakin konservatif perusahaan dalam kebijakan returnya maka semakin kecil jumlah retur, A-45-2
3 sebaliknya semakin bebas kebijakan retur maka semakin besar kemungkinan retur. Dari temuan di lapangan, sebagian besar perusahaan (86%) memilih untuk konservatif. Hal ini dapat dipahami karena industri manufaktur berbeda dengan industri perdagangan/eceran yang bertatap muka langsung dengan pelanggan akhir. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1. Kebijakan Retur Sangat Bebas 1 Bebas 0% Sangat Konservatif 21% Agak Konservatif 36% Konservatif 29% Gambar 1. Kebijakan Retur Perusahaan Berdasarkan kebijakan retur yang sebagaian besar konservatif seperti ditunjukkan gambar 1, temuan di lapangan menunjukkan bahwa prosentase retur berkisar antara 1% dan 15%. Hal ini sesuai dengan hasil kajian Rogers dan Tibben- Lembke (2001), bahwa semakin konservatif kebujakan retur maka semakin kecil prosentase retur. Produk-produk yang diretur atau dikirim balik ke perusahaan selanjutnya akan didisposisi, diambil suatu keputusan penyelesaian. Industri manufaktur di sekitar Surabaya sebagian besar memilih untuk dipabrikasi ulang (29%), dikemas ulang dan selanjutnya dijual kembali seperti baru (25%), dan didaur ulang bagi komponenkomponen yang dapat dipakai sebagai bahan baku (21%). Sementara itu hanya sebagian kecil yang membuang langsung sebagai limbah (13%) atau dijual kembali apa adanya di pasar diskon (8%), selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2. Disposisi Disumbangkan Dibuang 13% Daur Ulang 21% Dijual kembali 8% Dikemas ulang 25% Pabrikasi ulang/perbaikan 29% Gambar 2. Disposisi Produk Retur A-45-3
4 Dalam prakteknya, banyak hambatan yang ditemui di lapangan bagi perusahaan yang mengimplementasikan program reverse logistics. Hal ini terjadi karena bagi banyak perusahaan reverse logistics merupakan pembawa masalah daripada pembawa berkah. Hambatan-hambatan yang ditemui adalah kekurangan personil (20%), ketiadaan kebijakan atau sistem di perusahaan (15 %), alokasi keuangan yang minim (12 %), dianggap tidak penting (8%), kurangnya komunikasi dengan pelanggan (8%), serta sisanya menyatakan tidak ada hambatan. Hasil ini mendukung hasil kajiannya Rogers dan Tibben-Lembke (1999), serta hasil kajiannya Daugherty et al. (2004). Waktu siklus penyelesaian retur, mulai dari komplin diterima sampai dengan selesainya permasalahan adalah sebagai berikut: antara 1 dan 2 hari (23%), antara 3 hari dan 1 minggu (35%), antara 2 minggu dan 1 bulan (15%), antara 1 dan 2 bulan (15%), dan data selengkapnya terdapat pada Gambar 3. Waktu siklus penyelesaian retur ini bervariasi, sebagian besar dapat menyelesaikan cepat (kurang dari 1 minggu) dan sebagian perusahaan butuh waktu lama, sampai berbulan-bulan. Bagi perusahaan yang lambat menyelesaikan masalah retur akan berdampak pada penurunan kepercayaan pelanggan (Stock et al., 2001). Waktu Siklus Penyelesaian Retur 1-2 bulan 15% > 2 bulan < 1 hari 1-2 hari 23% 2 minggu - 1 bulan 15% 1-2 minggu 3 hari - 1 minggu 35% Gambar 3. Waktu Siklus Penyelesaian Retur PENUTUP Di atas telah diberikan secuil gambaran mengenai kondisi atau praktek-praktek pengelolaan RL di beberapa perusahaan manufaktur di sekitar Surabaya. Masih banyak yang belum dikaji sebagai bahan bagi pengambil keputusan atau logistician dalam menangani retur lebih baik. Kedepan perlu dicermati lagi akar masalah mengapa beberapa perusahaan membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaian retur, bagaimana mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui dalam pengelolaan RL, bagaimana menentukan kebijakan retur perusahaan dikaitkan dengan life cycle product. REFERENSI Blumberg, D.R., Strategic examination of reverse logistics and repair service requirements, needs, market size, and opportunities, Journal of Business Logistics, vol. 20 no. 2, pp Daugherty, P.J., R.G. Richey, S.E. Genchev, and H. Chen, Reverse Logistics: superior performance through focused resource commitments to information techno-logy, Transportation Research, Part E 41, pp A-45-4
5 Daugherty, P.J., A.E. Ellinger, and D.S. Rogers, Information accessibility, customer responsiveness, and enhanced performance, International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, vol. 25 no. 1, pp De Brito, M.P., S.D.P. Flapper, and R DEkker, Reverse logistics: a review of case studies, Econometric Institute Report EI, vol. 21. Dowlatshahi, S., A strategic framework for the design and implementation of remanufacturing operations in reverse logistics, International Journal of Production Research, vol. 43 no. 16, pp Richey, R.G., S.E. Genchev, and P.J. Daugherty, The role of resource commitment and innovation in reverse logistics performance, International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, vol. 35 no. 4, pp Rogers, D.S., and R. Tibben-Lembke, 2001., An examination of reverse logistics practices, Journal of Business Logistics, vol. 22 no. 2, pp Rogers, D.S., and R. Tibben-Lembke, Going back-wards: reverse logistics trends and practices, Reverse Logistics Executive Council, University of Nevada, Reno Center for Logistics Management. Stock, J.R., The seven deadly sins of reverse logistics, Material handling Management, vol. 56 no. 3, pp Stock, J.R., T.W. Speh, and L.H. Shear, Many happy (product) return, Harvard Business Review, vol. 80 no. 7, pp A-45-5
KOMITMEN DAN KAPABILITAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA REVERSE LOGISTICS
Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Desember 2009, pp. 163-173 ISSN 1411-2485 KOMITMEN DAN KAPABILITAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA REVERSE LOGISTICS I Nyoman Sutapa Fakultas Teknologi Industri, Jurusan
Lebih terperinciSUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reverse logistics (RL) adalah aktivitas pengelolaan barang yang tidak lagi digunakan oleh konsumen atau barang yang berupa return dari partner dalam supply
Lebih terperinci: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
KARYA ILMIAH E-BUSSINESS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : Nama : Yan Ardiansyah NIM : 08.11.2024 Kelas : S1TI-6C JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN
Lebih terperinciJulian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.
Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ A. Supply Chain Proses distribusi produk Tujuan untuk menciptakan produk yang tepat harga, tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat
Lebih terperinciMANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciMuhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan
Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi
Lebih terperinciANALISA PROSES BISNIS
ANALISA PROSES BISNIS Pertemuan 2: Manajemen Proses Bisnis Credit to. Mahendrawati ER, Ph.D. Outline Materi 1 1. Konsep Proses Bisnis 2. Peningkatan Kinerja 3. Dokumentasi Proses Pikirkan sebuah produk/jasa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Supply Chain Management (Manajemmen Rantai Pasok)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management (Manajemmen Rantai Pasok) Supply chain management berawal dari kegiatan Supply chain management militer yang memiliki peranan yang besar dalam menentukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Di antara 4P dalam Marketing Mix, yaitu Product, Price, Promotion, dan Place, komponen Place kurang banyak diperhatikan oleh para pemasar atau manajemen. Secara
Lebih terperinci2 pemakaian. Istilah 'warehouse' digunakan jika fungsi utamanya adalah sebagai buffer dan penyimpanan. Jika tambahan distribusi adalah fungsi utmanya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan produk berupa kaleng kemasan. Sehingga keberadaan warehouse sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi bisnis, diperlukan kemampuan untuk mengakomodasikan ketidakpastian internal maupun eksternal dalam mengambil keputusan. Ketidakpastian
Lebih terperinciSistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi
Modul ke: Sistem Informasi Akuntansi I Fakultas 13Feb Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Afrizon, SE, M.Si, Ak Program Studi Akuntansi Sejarah ERP ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning
Lebih terperinciA. Pengertian Supply Chain Management
A. Pengertian Supply Chain Management Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Lebih terperinciSupply Chain Management. Tita Talitha,MT
Supply Chain Management Tita Talitha,MT 1 Materi Introduction to Supply Chain management Strategi SCM dengan strategi Bisnis Logistics Network Configuration Strategi distribusi dan transportasi Inventory
Lebih terperinciBab I : Peramalan (Forecasting) Bab III : Manajemen Persediaan. Bab IV : Supply-Chain Management. Bab V : Penetapan Harga (Pricing)
1 Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek Bab III : Manajemen Persediaan Bab IV : Supply-Chain Management Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 2 3 Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga
Lebih terperinciANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK
ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK Tita Talitha 1 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan Nakula I No. 5-11 Semarang Email : tita@dosen.dinus.ac.id
Lebih terperinciDari. Logistics Value Creation PROPOSISI
PROPOSISI Logistics Value Creation Dari perspektif konsumen, logistik merupakan kegiatan untuk menyampai kan produk ke konsumen secara tepat, yang memenuhi tujuh kriteria tepat. Dikenal dengan tujuh tepat
Lebih terperinciAnalisis Penerapan Supply Chain Management di Industri Tas Tanggulangin, Sidoarjo
Analisis Penerapan Supply Chain Management di Industri Tas Tanggulangin, Sidoarjo Trisna Yulia Junita Program Studi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan Surabaya Surabaya, Indonesia trisna.y@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang melibatkan berbagai aktivitas dan operasi bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Penyumbang Turunnya Kualitas Lingkungan dari Berbagai Sektor (Global Warming, 2013)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu mengenai permasalahan lingkungan dunia telah menjadi perhatian dari berbagai pihak, terutama beberapa sektor yang terus tumbuh dan menjadi penyumbang turunnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management
II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan
Lebih terperinciSTUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI
STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI Steven 1, Richard Ch Ali 2, Ratna Setiawardani Alifen 3 ABSTRAK : Pengadaan material dalam sebuah proyek konstruksi merupakan
Lebih terperinciDisain Jejaring (Network Design)
Disain Jejaring (Network Design) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran Disain Jejaring Jejaring Fasilitas Perusahaan Kebutuhan pergudangan Analisis
Lebih terperinciRantai Pasokan Global (Global Supply Chains)
Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran rantai pasokan global Kondisi Ekonomi global sebagai alasan
Lebih terperinciRANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN
RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan
Lebih terperinciPERMASALAHAN BULLWHIP EFFECT PADA SUPPLY CHAIN
PERMASALAHAN BULLWHIP EFFECT PADA SUPPLY CHAIN Tita Talitha Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan Nakula I No. 5-11 Semarang Email : tita@dosen.dinus.ac.id Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri. Persaingan usaha yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini terjadi sangat pesat, hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri. Persaingan usaha yang berkembang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT.
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. NMS SALATIGA) 1) Imanuel Susanto, 2) Agustinus Fritz Wijaya Program Studi Sistem
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENJADWALAN PENGIRIMAN BARANG PADA PERUSAHAAN DISTRIBUSI ROKOK PT. X DENGAN METODE STEPPING STONE
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENJADWALAN PENGIRIMAN BARANG PADA PERUSAHAAN DISTRIBUSI ROKOK PT. X DENGAN METODE STEPPING STONE Yulia 1, Andreas Handojo 2, Mira Karina Soesetio 3 1,2 Dosen tetap Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari gelombang globalisasi menuntut para pelaku usaha atau perusahaan untuk lebih responsif dalam menghadapi
Lebih terperinciBAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum CV. Queena Batik Nusantara. dengan ciri khas batik yang tersebar di seluruh nusantara ini.
BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum CV. Queena Batik Nusantara Queena Batik Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan batik, yang menawarkan bermacam-macam desain pakaian bermotif
Lebih terperinciTUGAS 1 E-LOGISTIK. Dosen: I Made Andhika
TUGAS 1 E-LOGISTIK Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Komputer Oleh: Kurniansyah Pratama NIM. 10111974 Dosen: I Made Andhika TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU
Lebih terperinciPENGELOLAAN RANTAI PASOK
PENGELOLAAN RANTAI PASOK Manajemen Rantai Pasokan Manajemen Rantai Pasokan Rantai pasok adalah sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan yang bekerja secara bersama-sama untuk membuat dan menyalurkan produk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Untuk sekarang ini, selain menginginkan
Lebih terperinciPenurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study
Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Maria Natalia 1, Nyoman Sutapa 2 Abstract: The thesis discusses the value added and non-value added of the
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Pemeriksaan Operasional merupakan suatu pemeriksaan atas kegiatan
BAB IV PEMBAHASAN Pemeriksaan Operasional merupakan suatu pemeriksaan atas kegiatan yang dilakukan dari sudut pandang manajemen dengan tujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitas dari setiap operasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari 110.804.042
Lebih terperinciPENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT
PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT Puji Lestari, Liong Irena, I Gede Agus Widyadana Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Petra Siwalankerto, Surabaya, Indonesia (Received:
Lebih terperinciTeknik Industri Universitas Widyatama BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Indrajit dan Djokopurnomo (2002), persaingan bisnis yang sangat ketat di era globalisasi ini menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logistik bukanlah hal yang baru di dunia industri. Sepanjang sejarah logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan mengirimkannya ke
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem
BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini, audit operasional atas fungsi produksi pada PT Dunia Daging Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Logistik Perusahaan Garment Pada umumnya proses bisnis manufakturing garment dikelola sendiri oleh perusahaan, dari proses perencanaan produksi, operasi di pabrik,
Lebih terperinciBAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL
BAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL Pemilihan pemasok merupakan proses penting dan diperhatikan karena hasilnya mempengaruhi kualitas produk, performa perusahaan dan rantai pasok. Karena pasar yang kompetitif pada
Lebih terperinciPembahasan Materi #11
1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Konsep, Pengelolaan, Kolaborasi SCM Sistem Informasi Terpadu Tahapan Evolusi Pengembangan Aspek Pengembangan 6623 - Taufiqur Rachman 1 Konsep SCM 3 SCM Memperlihatkan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
23 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Supply Chain Management 3.1.1 Definisi Supply Chain Management Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain: 1. Levi, et.al (2000) mendefinisikan Supply
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Rantai Pasok 2.1.1 Definisi Manajemen Rantai Pasok Pujawan dan Mahendrawathi (2010), mengemukakan rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT 3.1 Pendahuluan Dalam perspektif supply chain, perancangan produk baru adalah salah satu fungsi vital yang sejajar dengan fungsi-fungsi
Lebih terperinciMAKALAH E BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
MAKALAH E BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun oleh : Nama : Marcellinus Cahyo Pamungkas NIM : 08.11.2489 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di dalam dunia logistik, pendistribusian barang sudah menjadi bagian penting dan sangat diperhatikan. Distribusi merupakan langkah untuk memindahkan dan memasarkan
Lebih terperinciSUPPLY CHAIN MANAGEMENT
LAPORAN E-BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : PHAZA HENDRA KUMARA (08.11.2243) S1 TI 6F JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM
Lebih terperinciImplementasi Reduce, Reuse, Recycle (3R) untuk Memenuhi Kebutuhan Palet pada PT. X
Implementasi Reduce, Reuse, Recycle (3R) untuk Memenuhi Kebutuhan Palet pada PT. X Catrien Paula 1,*, Fourry Handoko 1 1 Program Pascasarjana Teknik Industri - Institut Teknologi Nasional Malang * E-mail
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan barang baik bahan baku, bahan setengah jadi, maupun produk akhir dari suatu perusahaan seringkali menjadi isu penting dalam sebuah perusahaan. Ketersediaan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Keadaan Saat ini 6.1.1.1 Struktur Organisasi dan Job Description Saat Ini Struktur organisasi dan job description saat ini tergambar dalam bab 4 pengumpulan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Logistik Menurut Bowersox (2000: 13), manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku
Lebih terperinciFM-UII-AA-FKA-05/RO Versi : 1 Tanggal Revisi : 25 Juli 2011 Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 September 2011 PENJABARAN MATA KULIAH (COURSE OUTLINE)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-05/RO Versi : 1 Tanggal Revisi : 25 Juli 2011 Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 September 2011 PENJABARAN MATA KULIAH (COURSE OUTLINE) A. IDENTITAS MATA KULIAH Nama
Lebih terperinciBAB II HASIL SURVEY. penjualan busana muslim, yang menawarkan bermacam-macam desain pakaian
BAB II HASIL SURVEY. Gambaran Umum Butik Muslim Fatimah Butik Muslim Fatimah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan busana muslim, yang menawarkan bermacam-macam desain pakaian bermotif
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN PRODUKSI, PRODUKSI ULANG, DAN PEMBUANGAN LIMBAH PADA KASUS PURE BACKORDERING DENGAN PERSEDIAAN PIHAK KETIGA
PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN PRODUKSI, PRODUKSI ULANG, DAN PEMBUANGAN LIMBAH PADA KASUS PURE BACKORDERING DENGAN PERSEDIAAN PIHAK KETIGA Christina Ayu K. 1, Ibnu Pandu B. P. 2, Wakhid A. Jauhari 3 1,2,3
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN BISNIS PENINGKATAN KAPASITAS MESIN PENUNJANG DENGAN KONSEP 7 WASTE LEAN THINKING STUDI KASUS PT. NSBI CILEGON
Journal Industrial Manufacturing Vol. 2, No. 2, Juli 2017, pp.92-96 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 STUDI KELAYAKAN BISNIS PENINGKATAN KAPASITAS MESIN PENUNJANG DENGAN KONSEP 7 WASTE LEAN THINKING
Lebih terperinciSUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi dewasa ini. Era
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi dewasa ini. Era globalisasi
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 3, NO. 2, DESEMBER 2001: 80-86 SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Bernardo Nugroho Yahya Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan
Lebih terperinciKONSEP SISTEM INFORMASI
CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Simulasi 2.1.1. Pengantar Simulasi Dalam dunia manufaktur, simulasi digunakan untuk menentukan schedule produksi, inventory level, dan prosedur maintenance, merencanakan
Lebih terperinciPENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY
PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY Fenny Rubbayanti Dewi dan Annisa Kesy Garside Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Email : fennyrubig@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih
Lebih terperinciPengukuran Kinerja SCM
Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan untuk memperoleh data yang akurat pada sistem informasi persediaan, perusahaan membutuhkan pencatatan yang lengkap dan benar untuk memperoleh data
Lebih terperinciOleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom
Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Perancangan jaringan supply chain merupakan kegiatan strategis yang perlu dilakukan. Tujuanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang permintaanya berubah secara dinamis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Grafik Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : bappedajakarta.go.id
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk di Indonesia khususnya di Ibukota Jakarta semakin bertambah Setiap harinya. Berdasarkan dari data yang ada, terhitung pada tahun 2013 jumlah penduduk di Jakarta
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Oleh: Deni Mahdiana,S.Kom,MM,M.Kom E-BUSINESS GLOBAL : BAGAIMANA BISNIS MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI 1 PROSES BISNIS DAN SISTEM INFORMASI
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat diperoleh semaksimal mungkin. yang terjadi pada ketersediaan barang dagangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjualan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam sebuah perusahaan, baik itu perusahaan dagang, manufaktur atau jasa. Karena melalui penjualanlah perusahaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain :
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Supply Chain Management Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain : 1. Levi, et.al (2000) mendefinisikan Supply Chain Management (Manajemen Rantai
Lebih terperinciManajemen Persediaan KONTRAK PERKULIAHAN DAN PENGENALAN MANAJEMEN PERSEDIAAN. Irvan Hermala, S.E. M.Sc. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Manajemen Persediaan Modul ke: 01 KONTRAK PERKULIAHAN DAN PENGENALAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Irvan Hermala, S.E. M.Sc. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id AGENDA 1. Pengenalan
Lebih terperinciMANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 2: STRATEGI SUPPLY CHAIN
MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 2: STRATEGI SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT DEFINISI Strategi merupakan kumpulan berbagai keputusan dan aksi yang dilakukan oleh suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsumen merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsumen merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan karena tanpa konsumen perusahaan tidak akan hidup. Selain itu, adanya persaingan yang
Lebih terperinciDwi Hartanto, S,.Kom 03/04/2012. E Commerce Pertemuan 4 1
1.Pengertian E Market Place 2.Pertimbangan Bergabung g ke dalam E Market Place Suatu lokasi diinternet, di mana suatu perusahaan dapat memperoleh atau memberikan informasi, mulai transaksi pekerjaan, atau
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA
PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA Nur Aini Rachmawati, Iwan Vanany Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Kampus
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan
Lebih terperinciMANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT
MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah berkembang sangat pesat. Persaingan dalam dunia industri menjadi sangat ketat. Untuk menyikapi fenomena tersebut perusahaan
Lebih terperinciPEMETAAN AKTIVITAS RANTAI PASOK DALAM MEMBANGUN SISTEM TRACEABILITY PADA INDUSTRI SARI APEL
PEMETAAN AKTIVITAS RANTAI PASOK DALAM MEMBANGUN SISTEM TRACEABILITY PADA INDUSTRI SARI APEL Dwi Iryaning Handayani 1 dan Iwan Vanany 2 1) Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam sebuah perusahaan manufaktur, persediaan memiliki peranan yang penting dalam mendukung proses produksi. Salah satu bentuk dari persediaan, yaitu bahan baku (raw
Lebih terperinciSUPPLY CHAIN MANAGEMENT
MAKALAH E-BUSINESS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : Nama : Frizky Ramadhan NIM : 08.11.2135 Kelas : S1TI-6D JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Logistic merupakan bagian penting bagi setiap perusahaan, secara fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai penghubung secara langsung maupun
Lebih terperinciLIFE-CYCLE COSTING 6.1 PENDAHULUAN
6 LIFE-CYCLE COSTING 6.1 PENDAHULUAN Siklus hidup produk (product life cycle) harus diperhatikan dalam dua aspek yaitu: biaya selama siklus hidup produk (cost life cycle) dan penjualan selama siklus hidup
Lebih terperinciAi Rosita Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Pos Indonesia Bandung
Perancangan Sistem Informasi Supply Chain Management (Pengadaan Barang) Bengkel Perawatan dan Penjualan suku cadang Pesawat Studi kasus: Bengkel perawatan Pesawat Ai Rosita Jurusan Teknik Informatika,
Lebih terperinciSUPPLY CHAIN MANAGEMENT
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan
Lebih terperinciOPTIMALISASI SISTEM PERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PADA PUSAT DISTRIBUSI MINIMARKET BERJARINGAN
OPTIMALISASI SISTEM PERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PADA PUSAT DISTRIBUSI MINIMARKET BERJARINGAN Jazuli Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro, Semarang Email:jazuli.st.meng@gmail.com ABSTRAK Pusat distribusi
Lebih terperinciBAB II HASIL SURVEY. bermotif busana muslim. Butik Muslim Az-Zahro ini terletak di jalan Ki Mangun
BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum Butik Muslim Az-Zahro Butik Muslim Az-Zahro merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan busana muslim, yang menawarkan bermacam-macam desain pakaian bermotif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada Bab I ini Penulis akan membahas beberapa pokok bahasan yang
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini Penulis akan membahas beberapa pokok bahasan yang meliputi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai literatur yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan serta digunakan sebagai acuan proses pemecahan masalah dalam penelitian. 2.1 Supply
Lebih terperincidi CV. NEC, Surabaya
Perbaikan Tata Letak Gudang Mesin Fotokopi Rekondisi di CV. NEC, Surabaya Indri Hapsari 1 dan Albert Sutanto 2 Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut Surabaya Email: indri@ubaya.ac.id
Lebih terperinciNUR ATIKA NRP Dosen Pembimbing Ir. Achmad Holil Noor Ali, M.Kom Anisah Herdiyanti, S.Kom, M.Sc
ANALISIS PENGARUH IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KUALITAS LAYANAN PADA SEKTOR PENYEDIA JASA LOGISTIK DENGAN KINERJA RANTAI PASOK SEBAGAI VARIABEL MEDIATOR NUR ATIKA NRP 5209 100 703 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciLampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011
LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani
Lebih terperinci