BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi Definisi menstruasi Menstruasi adalah suatu fase yang ditandai dengan degenerasi dari zona fungsional endometrium. 3 Pada pengertian klinik, haid dinilai berdasarkan pada tiga hal. Pertama, siklus haid, yaitu jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid berikutnya. Kedua, lama haid, yaitu jarak dari hari pertama haid sampai perdarahan haid berhenti, dan ketiga jumlah darah yang keluar selama satu kali haid. Haid dikatakan normal bila didapatkan siklus haid diantara hari, lama haid 3-7 hari, dengan jumlah darah selama haid berlangsung tidak melebihi 80 ml, ganti pembalut 2-6 kali per hari. 4,9 Haid normal merupakan hasil akhir suatu siklus ovulasi. Kurang lebih 14 hari pascaovulasi, bila tidak terjadi pembuahan, akan diikuti dengan haid. 9 Daur haid timbul disebabkan fluktuasi kadar estrogen dan progesteron dalam sirkulasi (plasma) yang terjadi selama siklus ovarium Aspek endokrin dalam siklus menstruasi Terdapat dua area utama di otak yang berperan pada regulasi reproduksi, yaitu hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Hipotalamus merupakan bagian dari diensefalon yang terletak di dasar otak dan membentuk dasar dan sebagian dinding lateral dari ventrikel tiga. Terdapat sel neural peptidergik pada hipotalamus yang mensekresi dan menginhibisi hormon. Sel ini memiliki karakteristik sel neuron dan kelenjar endokrin. 4 Area pokok sintesis Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dalam hipotalamus adalah nukleus arkuatus, yang terletak pada basal organ. Akson berkembang dari nukleus arkuatus ke eminensia mediana dan menjadi saluran tubero-infundibularis. 11 GnRH adalah suatu dekapeptida. Rangkaian asam amino tersebut bertindak sebagai stimulator pelepasan luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) dari sel gonadotrop pada lobus anterior hipofisis

2 sekaligus sebagai regulator sintesis gonadotrop. 11 Waktu paruh dari GnRH hanya 2-4 menit. Kontrol dari fungsi reproduksi bergantung pada pelepasan GnRH secara konstan, sehingga fungsi ini bergantung pada releasing hormone, neurohormon, gonadotropin hipofisis, dan steroid gonadal. 4 Regulasi dari substansi-substansi tersebut diatur secara umpan balik, baik positif ataupun negatif. The long feedback loop merujuk pada efek umpan balik dari jumlah hormon yang bersirkulasi dan terjadi pada hipotalamus dan hipofisis. The short feedback loop merujuk pada umpan balik negatif dari hormon hipofisis dari sekresinya sendiri, kemungkinan terjadi karena efek inhibisi dari releasing hormone di hipotalamus. Ultrashort feedback merujuk pada inhibisi oleh releasing hormone pada sintesisnya sendiri. 4 Pulsasi dari GnRH dikontrol oleh beberapa hal, seperti: traktus dopamin, traktus norepinefrin, dan neuropeptida Y. Traktus dopamin akan mensupresi jumlah prolaktin dan gonadotropin yang bersirkulasi. Sementara traktus norepinefrin dan neuropeptida Y akan menstimulasi pulsasi GnRH. 4 Kelenjar hipofisis terletak di bawah hipotalamus dan kiasma optikus dan berada di dalam sella tursika pada dasar tulang kranium. 11 FSH dan LH disekresi oleh sel gonadotrop yang terletak di bagian lateral dari kelenjar hipofisis. 4 Sintesis dan sekresi hormon gonadotropin berada di bawah pengaruh sekresi pulsatil GnRH. 11 Endometrium merupakan lapisan paling dalam dari dinding uterus dan merupakan organ target sistem reproduksi. Haid merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari aksis Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium (aksis H-H-O). Pada awal siklus, sekresi gonadotropin (FSH dan LH) meningkat perlahan, dengan sekresi FSH lebih dominan dibandingkan LH. Pada awal siklus didapatkan beberapa folikel kecil, folikel pada tahap antral yang sedang tumbuh. Pada folikel didapatkan dua macam sel, yaitu sel teka dan sel granulosa yang melingkari sel telur, oosit. 9 Pada awal siklus (awal fase folikuler) reseptor LH hanya dijumpai pada sel teka, sedangkan reseptor FSH hanya di sel granulosa. LH memicu sel teka menghasilkan androgen yang selanjutnya memasuki sel granulosa. FSH dengan

3 bantuan enzim aromatase mengubah androgen menjadi estrogen (estradiol) di sel granulosa. Pada awal fase folikuler, peran FSH menonjol, seperti : - Memicu sekresi inhibin B dan aktivin di sel granulosa. Inhibin B memicu LH meningkatkan sekresi androgen di sel teka dan memberikan umpan balik negatif terhadap sekresi FSH oleh hipofisis. Aktivin membantu FSH memicu sekresi estrogen di sel granulosa. - Mengubah androgen menjadi estrogen. - Memicu proliferasi sel granulosa. Folikel mem-besar. - Bersama estrogen memperbanyak reseptor FSH di sel granulosa. 9 Stimulus FSH tersebut menyebabkan pertumbuhan folikel antral membesar dan sekresi estrogen terus meningkat. Pada hari 5-7 siklus kadar estrogen dan inhibin B sudah cukup tinggi, secara bersama keduanya menekan sekresi FSH, tetapi tidak sekresi LH. Sekresi FSH yang menurun mengakibatkan hanya satu folikel yang siap, dengan penampang paling besar dan mempunyai sel granulosa paling banyak, tetap terus tumbuh (folikel dominan). Folikel lainnya akan mengalami atresia. Folikel dominan terus membesar menyebabkan kadar estrogen terus meningkat. Pada kadar estrogen 200 pg/ml yang terjadi pada sekitar hari ke-12, akan memacu sekresi LH, sehingga terjadi lonjakan LH. Pada akhir masa folikuler siklus tersebut sekresi LH lebih dominan dari FSH. Pada pertengahan siklus, reseptor LH terdapat juga pada sel granulosa. Peran lonjakan LH : - Menghambat sekresi Oocyte Maturation Inhibitor (OMI) yang dihasilkan oleh sel granulosa, sehingga miosis II oosit dimulai. - Memicu sel granulosa untuk menghasilkan prostaglandin (PG). PG intrafolikuler akan menyebabkan kontraksi dinding folikel untuk pecah agar oosit keluar saat ovulasi. - Memicu luteinisasi tidak sempurna dari sel granulosa. Luteinisasi sel granulosa tidak sempurna karena masih ada hambatan dari oosit. Luteinisasi tidak sempurna akan menyebabkan sekresi progesteron sedikit meningkat. 9

4 Kadar progesteron yang sedikit meningkat mempunyai peran: - Memacu sekresi LH dan FSH sehingga kadar FSH meningkat kembali, dan terjadilah lonjakan gonadotropin, LH, dan FSH dengan sekresi LH tetap dominan. - Mengaktifkan enzim proteolitik, plasminogen menjadi plasmin yang membantu menghancurkan dinding folikel, agar oosit dapat keluar dari folikel saat ovulasi. 9 Kadar FSH yang meningkat pada pertengahan siklus berperan : - Membantu mengaktifkan enzim proteolitik. - Bersama estrogen membentuk reseptor LH di sel granulosa. Pada reseptor LH yang terbentuk, inhibin A mulai berperan menggantikan inhibin B. 9 Sekitar jam dari lonjakan LH, oosit keluar yang dikenal sebagai ovulasi. Pascaovulasi, luteinisasi sel granulosa menjadi sempurna, sekresi progesteron meningkat tajam, memasuki fase luteal. Kadar progesteron yang tinggi menghambat sekresi gonadotropin sehingga kadar FSH dan LH turun, dengan LH lebih dominan dari FSH. Sekresi LH diperlukan untuk mempertahankan vaskularisasi dan sintesa steroid seks di korpus luteum selama fase luteal. Segera pascaovulasi estrogen menurun tetapi meningkat kembali dengan mekanisme yang belum jelas. 9 Pada fase luteal, kadar progesteron dan estrogen (progesteron lebih dominan) meningkat, mencapai puncaknya pada 7 hari pascaovulasi. Kemudian kadar keduanya menurun karena atresia korpus luteum. Kurang lebih 14 hari pascaovulasi kadar keduanya cukup rendah, mengakibatkan sekresi gonadotropin meningkat kembali, dengan FSH lebih dominan dibandingkan LH, lalu masuk ke siklus baru berikutnya. 9

5 Perubahan histologi ovarium pada siklus haid a. Fase folikular Panjang fase folikuler berkisar antara hari. Fase ini memastikan bahwa terdapat folikel yang cukup untuk ovulasi, pada akhir fase ini (5-7 hari) hanya tersisa satu folikel dominan. Oogenesis/meiosis terhenti selama fase ini karena adanya OMI. 4,9 1) Folikel primordial Primordial germ cells berasal dari endoderm yolk sac, allantois, dan hindgut embrio. Pada minggu 5-6 kehamilan, sel ini bermigrasi ke daerah genital. Sel-sel ini mengalami multiplikasi mitosis dengan cepat pada minggu ke 6-8 kehamilan, dan pada minggu 16-20, jumlah oosit pada kedua ovarium mencapai 6-7 juta. Folikel primordial merupakan folikel yang tidak tumbuh, berisi oosit dalam fase pembelahan meiosis profase yang terhenti pada tahap diplotene, dikelilingi selapis sel granulosa spindle-shaped. Jumlah oosit akan menurun hingga tersisa 1-2 juta saat janin dilahirkan dan saat pubertas. Sekitar folikel akan berovulasi selama umur reproduktif wanita. Pada saat menarke, aksis H-H-O akan aktif dan folikel yang masuk ke masa pertumbuhan ber-tepatan dengan aktivasi aksis H-H-O masuk ke tahap rekrutmen siklik oleh FSH. Sementara kelompok folikel yang masuk ke masa pertumbuhan tidak bertepatan dengan awal siklus akan mengalami atresia. 4,9 2) Folikel preantral Pada folikel preantral tampak oosit membesar, dikelilingi oleh membran, zona pellucida. Sel granulosa mengalami proliferasi, menjadi berlapis, sel teka terbentuk dari jaringan di sekitarnya. Sel granulosa dari folikel preantral sudah dapat mensintesis tiga macam steroid seks, dominan estrogen dibandingkan androgen dan progesteron. Reseptor spesifik FSH muncul pada sel granulosa pada fase preantral. FSH dan estrogen secara sinergis memulai mitogenik pada sel granulosa untuk menstimulasi proliferasi. Terdapat komunikasi antara folikel, tidak

6 semua sel memiliki reseptor gonadotropin, sel yang memiliki reseptor akan mentransfer sinyal (melalui gap junction) yang mengakibatkan aktivasi protein kinase pada sel tanpa reseptor. 4,9 3) Folikel antral Stimulus FSH dan estrogen secara sinergi menghasilkan sejumlah cairan yang banyak dalam ruangan sel granulosa. Cairan ini membentuk rongga (antrum) dan pada tahap ini disebut folikel antral. Antrum ini memisahkan sel granulosa menjadi sel granulosa yang menempel pada dinding folikel dan sel granulosa yang mengelilingi oosit (kumulus ooforus). Kumulus ooforus berperan menangkap sinyal dari oosit. Cairan folikel berisi FSH, estrogen dalam jumlah banyak, sedikit androgen, dan tanpa LH. 4,9 4) Folikel preovulasi Pada folikel preovulasi tampak sel granulosa membesar, terdapat per-lemakan, dan sel teka memiliki vakuola dan banyak mengandung vaskularisasi, sehingga folikel tam-pak hiperemis. Mendekati maturasi, produksi estrogen folikel meningkat. Lonjakan LH terjadi saat estradiol mencapai kadar puncak. Untuk menciptakan stimulus pada folikel dominan, LH menurunkan kadar estrogen dan FSH pada folikel yang lain, dan pada akhirnya me-ningkatkan androgen intrafolikuler. Androgen menyebabkan apoptosis sel granulosa pada folikel kecil sehingga atresia dan androgen juga meningkatkan libido. LH pada folikel dominan menyebabkan luteinisasi sel granulosa yang berakhir dengan produksi progesteron. 4,9 5) Fase ovulasi Stimulus ovulasi diciptakan oleh folikel preovulasi sendiri dengan elaborasi bersama estradiol. Ovulasi terjadi jam setelah lonjakan LH dan jam setelah puncak estradiol tercapai. Ruptur folikel terjadi jam pasca lonjakan LH. Lonjakan LH akan menginisiasi kelanjutan meiosis oosit, luteinisasi sel granulosa, ekspansi kumulus, dan sintesis PG serta eukasinoid lain untuk meruptur folikel. Maturasi

7 dan luteinisasi oosit prematur diinhibisi oleh faktor lokal. Aktivitas LHinduced cyclic AMP mengatasi efek inhibisi dari OMI dan luteinization inhibitor. Lonjakan LH menyebabkan peningkatan kadar progesteron. Progesteron meningkatkan distensi dari dinding folikel. FSH, LH, dan progesteron menstimulasi aktivitas enzim proteolitik, sehingga mencerna kolagen pada dinding folikel. Sel granulosa pada membran basalis berubah menjadi sel luteal. Pada tikus, sel granulosa kumulus menjadi longgar akibat enzim asam hialuronik yang dipicu lonjakan FSH. FSH menekan proliferasi sel kumulus, tetapi FSH bersama faktor yang dikeluarkan oosit, memacu proliferasi sel granulosa yang melekat pada dinding folikel. 4,9 6) Fase luteal Menjelang dinding folikel pecah dan oosit keluar saat ovulasi, sel granulosa membesar, timbul vakuola dan penumpukan pigmen kuning (lutein), yang kemudian dikenal sebagai korpus luteum. Selama 3 hari pascaovulasi, sel granulosa membesar membentuk korpus luteum bersama sel teka dan jaringan stroma di sekitarnya. Vaskularisasi yang cepat, luteinisasi dan membrana basalis yang menghilang, menyebabkan sel yang membentuk korpus luteum sulit dibedakan asalnya. Pasca lonjakan LH, kapiler mulai menembus lapisan granulosa menuju ke ruangan folikel dan mengisinya dengan darah. LH memicu sel granulosa terluteinisasi menghasilkan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan angiopoetin untuk memacu angiogenesis. Pada hari ke 8-9 pascaovulasi, vaskularisasi mencapai puncaknya, bersamaan dengan puncak kadar progesteron dan estradiol. Pertumbuhan folikel pada fase folikuler yang baik akan menghasilkan korpus luteum yang baik. Supresi FSH pada fase folikuler berhubungan dengan kerendahan kadar estradiol perovulasi, penurunan produksi progesteron midluteal, dan penurunan massa sel luteal. Korpus luteum mampu menghasilkan progesteron, estrogen, dan androgen. Kemampuan menghasilkan menghasilkan steroid seks sangat tergantung pada tonus kadar LH pada

8 fase luteal. Kadar progesteron meningkat tajam pascaovulasi. Kadar progesteron dan estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari pasca lonjakan LH, kemudian turun perlahan, bila tidak terjadi pembuahan. 4, Perubahan histologi endometrium pada siklus haid Secara morfologis, endometrium dapat dibagi atas dua bagian, yaitu lapisan fungsionalis dan basalis (non-fungsional). Lapisan fungsionalis terdapat pada 2/3 atas endometrium, merupakan lapisan tempat implantasi blastokista dan daerah proliferasi, sekresi, dan degenerasi. Pada akhir fase luteal ovarium, sekresi estrogen dan progesteron menurun tajam mengakibatkan lapisan fungsionalis terlepas. Lapisan basalis tidak banyak berubah selama siklus haid dan tidak memberi respons terhadap stimulus steroid seks. Lapisan ini terletak di 1/3 bawah endometrium. Fungsi lapisan ini regenerasi endometrium setelah menstruasi. a. Fase proliferasi Fase proliferasi berkaitan dengan folikulogenesis dan peningkatan sekresi estrogen. Siklus haid sebelumnya menyisakan lapisan basalis dan sedikit sisa lapisan spongiosum dengan ketebalan beragam. Steroid seks (estrogen) hasil dari folikulogenesis memicu penebalan kembali endometrium. Pada awalnya kelenjar berbentuk tubulus sempit, dilapisi epitel kolumnar rendah. Epitel kelenjar mengalami proliferasi dan pseudostratifikasi, melebar dan bersentuhan dengan kelenjar yang berdekatan. Stroma endometrium awalnya padat akibat haid menjadi edema dan longgar. Arteri spiralis lurus tidak bercabang, menembus stroma, sampai tepat di bawah membran epitel penutup permukaan kavum uteri, arteri spiralis membentuk anyaman longgar kapiler. Seluruh komponen endometrium (kelenjar, stroma, dan endotel) mencapai puncaknya pada hari ke 8-10 siklus, sesuai dengan puncak kadar estradiol serum dan kadar reseptor estrogen di endometrium. Selama proliferasi, endometrium menebal dari 0,5 mm menjadi 3,5-5,0 mm. Estrogen memicu terbentuknya komponen jaringan, ion, air, dan asam amino. Peran estrogen dapat diamati pada pening-katan jumlah sel mikrovili yang bersilia. Sel ini

9 menumpuk di sekitar bukaan kelenjar. Pola dan irama gerak silia mempengaruhi distribusi sekresi endometrium. Fase proliferasi memiliki variasi durasi yang lebar, antara 5-7 hari atau hari. 4,9 b. Fase sekresi Pascaovulasi, ovarium memasuki fase luteal dan korpus luteum yang terbentuk menghasilkan steroid seks diantaranya estrogen dan progesteron. Ketebalan endometrium bertahan pada 5-6 mm meskipun ketersediaan estrogen tetap berlanjut. Proliferasi epitel berhenti 3 hari pascaovulasi akibat dampak dari progesteron. Komponen jaringan endometrium tetap tumbuh tetapi struktur dan tebal tetap, sehingga mengakibatkan kelenjar menjadi berliku dan arteri spiralis terpilin. Tujuh hari pascaovulasi, aktivitas sekresi dapat diamati dengan pergerakan vakuola dari intraseluler menuju intra-luminal. Puncak sekresi terjadi 7 hari pasca lonjakan gonadotropin bertepatan dengan saat implantasi blastokista bila terjadi kehamilan. Tanda histologi pertama dari ovulasi adalah munculnya vakuola glikogen intrasitoplasmik subnuklear pada epitel kelenjar pada hari siklus. Pada fase sekresi, kelenjar secara aktif mengeluarkan glikoprotein dan peptida ke dalam kavum uteri. Fase sekresi endo-metrium selaras dengan fase luteal ovarium, durasinya berkisar antara hari. 4,9 c. Fase implantasi Perubahan signifikan dari endometrium terjadi dari hari ke 7 hingga ke 13 pascaovulasi. Kelenjar men-jadi sangat berliku dan menggembung, kelenjar mengisi hampir seluruh ruangan dan hanya sedikit terisi oleh stroma. Tiga belas hari pascaovulasi, endometrium terdiferensiasi menjadi 3 bagian. Stratum basalis, merupakan bagian yang tidak mengalami perubahan, kurang dari seperempat tebal endometrium. Stratum spongiosum, lapisan tengah, mengisi 50% dari endometrium. Stratum kompaktum, lapisan superfisial yang berbatasan dengan kavum uteri, mengisi 25% dari tebal endometrium. Pada hari ke-22 siklus mulai terjadi desidualisasi endometrium, tampak sel predesidua sekitar vaskular, inti sel membesar, aktivitas mitosis meningkat, dan membentuk membran basal.

10 Desidua merupakan derivat sel stroma yang mempunyai peran yang sangat penting pada masa kehamilan. Sel desidua mengendalikan invasi trofoblas dan menghasilkan hormon yang berperan sebagai otokrin dan parakrin untuk jaringan fetal dan maternal. Saat implantasi, perdarahan endometrium dicegah karena kadar aktivator plasminogen dan ekspresi enzim yang menghancurkan matriks stroma ekstraseluler (Matrix Activator Inhibitor/MMPs) menurun, sementara kadar Plasminogen Activator Inhibitor-1 meningkat. Selama fase sekresi terdapat sel granulosit, yang disebut sel K (Kornchenzellen) yang mempunyai peran sebagai imunoprotektif saat implantasi dan plasentasi. Sel K mencapai puncaknya pada kehamilan semester I. 4,9 d. Fase deskuamasi Pada hari ke-25 siklus, 3 hari menjelang haid, pre-desidual membentuk lapisan kompaktum pada bagian atas lapisan fungsionalis endometrium. Bila tidak terjadi kehamilan, maka usia korpus luteum berakhir, diikuti dengan estrogen dan progesteron semakin berkurang. Kadar estrogen dan progesteron yang sangat rendah akan menyebabkan reaksi seperti vasomotor, apoptosis, pelepasan jaringan endometrium, dan diakhiri dengan haid. Kadar estrogen dan progesteron yang rendah menyebabkan: - Tebal endometrium menurun. Hal ini menyebabkan aliran darah ke arteri spiralis dan aliran vena menurun dan terjadi vasodilatasi. Kemudian arteriol spiralis mengalami vasokonstriksi, lalu endometrium menjadi pucat. - Apoptosis. Pada awal fase sekresi, asam fosfatase dan enzim lisis yang kuat didapatkan di dalam lisosom, dan dihambat oleh progesteron. Kadar estrogen dan progesteron yang rendah menyebabkan enzim ini terlepas. - Pelepasan endometrium. Kadar progesteron yang menurun di endometrium memicu sekresi enzim MMPs meningkat di sel desidua pada akhir fase sekresi, saat kadar progesteron menurun. Sekresi MMPs menyebabkan membran sel hancur dan matriks ekstraseluler

11 rusak, sehingga jaringan endometrium hancur dan lepas, dan diikuti dengan haid. Pascahaid, ekspresi MMPs menurun kembali karena tertekan estrogen. Perdarahan haid berhenti karena: - Kolaps jaringan. - Vasokonstriksi arteri radialis dan spiralis di stratum basalis. - Stasis vaskuler. Hal ini didapat dari keseimbangan pembekuan dan fibrinolisis. - Estrogen siklus berikutnya mulai meningkat memicu pertumbuhan endometrium. 4, Gangguan siklus menstruasi Ritme (irama) haid a. Polimenorea Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal yaitu kurang dari 21 hari. Penyebab polimenorea bermacammacam antara lain gangguan endokrin yang menyebabkan gangguan ovulasi, fase luteal memendek, dan kongesti ovarium karena peradangan. 5 b. Oligomenorea Oligomenorea adalah haid dengan siklus yang lebih dari 35 hari. Sering terjadi pada sindroma ovarium polikistik yang disebabkan oleh peningkatan hormon androgen. Oligomenorea dapat terjadi karena imaturitas aksis H-H-O, stres, penyakit kronis, gangguan nutrisi, dan sindrom metabolik. 5 c. Amenorea Amenorea adalah tidak terjadi haid pada wanita dengan mencakup satu dari tiga tanda berikut: - Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, disertai tidak adanya pertumbuhan dan perkembangan tanda kelamin sekunder.

12 - Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, disertai adanya pertumbuhan normal dan perkembangan tanda kelamin sekunder. - Tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada perempuan yang sebelumnya pernah haid. 5 Secara klasik, dikategorikan menjadi dua yaitu amenorea primer dan sekunder yang meng-gambarkan terjadinya amenorea sebelum atau sesudah terjadi menarke. 5 Evaluasi penyebab amenorea dilakukan berdasarkan pembagian 4 kompartemen, yaitu : Kompartemen I : gangguan pada uterus Kompartemen II : gangguan pada ovarium Kompartemen III : gangguan pada hipofisis Kompartemen IV : gangguan pada hipotalamus/sistem saraf pusat Durasi dan jumlah darah haid Hipermenorea (menoragia) Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih dari 80 ml per siklus haid dan durasi haid lebih dari 7 hari. Dikatakan menoragia bila ganti pembalut lebih dari 6 kali per hari. Setiap pembalut basah seluruhnya. Paling banyak disebabkan kelainan organik uterus dan kelainan darah. Sisanya oleh kelainan endokrinologi. 6, Hipomenorea Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah kurang dari 5 ml per siklus haid dan durasi haid kurang dari 4 hari. Jarang disebabkan kelainan organik. Pada umumnya disebabkan kekurangan estrogen dan progesteron. 5,12

13 2.2. Stres Definisi Dari sudut pandang psikologis, stres adalah suatu keadaan internal yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya, memberikan tantangan, menimbulkan perubahan-perubahan atau me-merlukan mekanisme pertahanan seseorang. Dalam keadaan stres, terjadi perubahan-perubahan psikis, fisiologis, biokemis, dan lain-lain. Pada saat perubahan itu menganggu fungsi psikis dan somatik, timbul keadaan distres. 1 Stres dapat dikatakan respons automatik tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisis atau emosi yang bertujuan untuk mem-pertahankan kondisi fisis yang optimal suatu organisme. Reaksi fisiologis ini disebut general adaptation syndrome (GAS). 1 Hans Selye membagi respon ini menjadi 3 fase, yaitu: 1. Alarm Phase (Fight or Flight) Pada fase ini tubuh dapat mengatasi stresor dengan baik. Terjadi aktivasi simpatis. 2. Resistance Phase Reaksi terhadap stresor sudah melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah timbul gejala-gejala psikis dan somatik. 3. Exhaustion Phase Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. 1, Sumber stres (stresor) Stresor adalah variabel yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab timbulnya stres. 2 Semua keadaan baik fisik atau emosi yang membahayakan homeostasis disebut stresor. 3 Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang. 1

14 Jenis-jenis stresor dapat dibagi menjadi: - Stresor biologis: bakteri, virus, hewan dan makhluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan misalnya gigitan binatang dan infeksi. - Stresor fisis: perubahan iklim, cuaca, geografi, kebisingan, dll. - Stresor kimia: pengobatan, alkohol, polusi udara, gas beracun, pencemaran lingkungan, dll. - Stresor sosial psikologis: frustasi, perasaan berdosa, masa depan, konflik, emosi, dll. - Stresor spiritual: persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-tuhanan. 1, Tingkat dan sifat stresor Potter & Perry membagi hubungan tingkat stresor dengan kejadian sakit: - Stres ringan: biasanya tidak merusak aspek fisiologis. Umumnya dirasakan oleh setiap orang, misalnya sulit tidur, macet, dikritik, dll. Situasi ini biasanya berakhir dalam beberapa menit. - Stres sedang: terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari. - Stres berat: stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. 2 Sifat stresor dapat dibagi atas : - Bagaimana individu mempersepsikan stresor Jika stresor dipersepsikan buruk, maka tingkat stres yang dirasakan akan berat, dan sebaliknya. - Intensitas Jika intensitas serangan stres terhadap individu tinggi, maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental tidak mampu mengadaptasinya, dan sebaliknya. - Jumlah stresor Apabila pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang harus dihadapi, stresor kecil dapat mencetus reaksi yang berlebihan.

15 - Durasi Memanjangnya stresor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi stres. - Pengalaman masa lalu Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi stresor yang sama. - Tingkat perkembangan Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor yang berbeda sehingga resiko stres berbeda pada tiap tingkat perkembangan Psikopatofisiologi Stresor sebagai penyebab timbulnya gangguan psikosomatik, pada mulanya menimbulkan perubahan emosi, fisiologis, biokemis, neuro endokrinologi, dan neuroimunologi. Perubahan ini saling terkait satu sama lain hingga menimbulkan gangguan psikosomatik. 13 Beberapa teori perubahan fisiologi : - Gangguan keseimbangan saraf otonom vegetatif Konflik emosi diteruskan korteks serebri ke sistem limbik kemudian hipotalamus dan akhirnya ke sistem saraf otonom vegetatif. - Gangguan konduksi impuls melalui neurotransmiter Hal ini disebabkan adanya kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di presinaps atau gangguan sensitivitas pada reseptor postsinaps. Beberapa neurotransmiter yang berpengaruh seperti noradrenalin, dopamin, dan serotonin. - Hiperalgesia alat viseral Keadaan ini mengakibatkan respons refleks berlebihan pada bagian alat viseral. - Gangguan sistem endokrin

16 Perubahan ini terjadi melalui aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal. Hormon yang berperan pada jalur ini antara lain: growth hormone, prolaktin, ACTH, dan katekolamin. - Perubahan sistem imun Hal ini terjadi karena aktivasi aksis hipotalamus-hipofisis. Fungsi imun terganggu karena sel-sel imunitas yeng merupakan immunotransmitter mengalami berbagai perubahan. Salah satu contoh pada depresi, jumlah neutrofil meningkat. Sementara limfosit T dan B menurun. Aktivitas sel NK dan proliferasi monosit juga menurun. Begitu juga produksi interferon Diagnosa gangguan psikosomatik Kriteria klinis diagnosis gangguan psikosomatik secara umum sbb : - Tidak didapatkan adanya gejala-gejala psikotik. - Keluhan-keluhan yang timbul berganti-ganti dari satu sistem ke sistem lain (shifting phenomenon). - Keluhan-keluhan yang timbul ada hubungannya dengan emosi dan perasaan negatif tertentu. - Adanya riwayat hidup yang penuh tekanan. - Adanya faktor predisposisi. - Adanya faktor prepitasi Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi Psikosomatik dan seksologi merupakan mata rantai yang sulit dipisahkan karena saling mempengaruhi. Bentuk kelainan psikosomatik dalam bidang ginekologi dapat menimbulkan amenorea, menometroragi, dan dismenorea. Juga gangguan seksual seperti dispareunia dan vaginismus. 14 Penyebab fungsional amenorea yang paling sering ditemukan berupa gangguan psikis. Terjadi gangguan pengeluaran GnRH, sehingga pengeluaran hormon gonadotropin berkurang. 12 Percobaan pada monyet menunjukkan corticotropin-releasing hormone (CRH) menginhibisi sekresi gonadotropin. Perempuan dengan amenorea sentral mengalami penurunan sekresi FSH, LH, dan

17 prolaktin, tetapi terjadi peningkatan sekresi kortisol. Terdapat juga penelitian yang memberikan hasil bahwa beberapa wanita dengan amenorea sentral mengalami inhibisi GnRH oleh dopamin. 4 CRH dan arginin vasopressin menstimulasi produksi adreno-corticotropic hormone (ACTH) di hipofisis. Hal ini juga meningkatkan produksi kortisol di kelenjar adrenal. Kortisol menurunkan efek dari LH, estradiol, dan progesteron. 15 Pemeriksaan kadar kortisol saliva pada wanita dengan gangguan psikologis terbukti meningkat (>10ng/mL). 16

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS Hipotalamus merupakan bagian kecil otak yang menerima input baik langsung maupun tidak dari semua bagian otak. Hipofisis adalah kelenjar endokrin kecil yang terletak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Haid ( Menstruasi ) 2.1.1 Definisi Menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita usia produktif (Norwitz dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menstruasi Normal Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologispancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen (uterus-endometrium

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Masa pubertas adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja

BAB II LANDASAN TEORI. Masa pubertas adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Masa pubertas Masa pubertas adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja (Noerpramana, 2011). Pubertas merupakan tonggak penting perkembangan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Haid Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar Endokrin Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Oosit Pada Stadia Folikel Primer Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit pada stadia folikel primer dapat dilihat pada gambar 10.

Lebih terperinci

... Tugas Milik kelompok 8...

... Tugas Milik kelompok 8... ... Tugas Milik kelompok 8... 6. Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja WHO mendefinisikan remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai umur

Lebih terperinci

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Kemampuan suatu sel atau jaringan untuk berkomunikasi satu sama lainnya dimungkinkan oleh adanya 2 (dua) sistem yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua aktifitas sel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uterus 2.1.1. Anatomi dan Histologi Uterus Uterus berbentuk seperti buah pir dan berdinding tebal. Yang terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, cavum uteri. Ukuran dari fundus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi Menstruasi Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi merupakan perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda bahwa alat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pubertas 2.1.1. Definisi Pubertas Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON)

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON) Bio Psikologi Modul ke: PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON) 1. Penemuan Transmisi Kimiawi pada Sinapsis 2. Urutan Peristiwa Kimiawi pada Sinaps 3. Hormon Fakultas Psikologi Firman Alamsyah, MA Program Studi

Lebih terperinci

Folikulogenesis. Oleh: Dr. Wiryawan Permadi, dr., Sp.OG(K)

Folikulogenesis. Oleh: Dr. Wiryawan Permadi, dr., Sp.OG(K) Folikulogenesis Oleh: Dr. Wiryawan Permadi, dr., Sp.OG(K) BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN/ RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG 2012 Disampaikan pada IVF Nurse Training

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada laki-laki. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual

Lebih terperinci

Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan

Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan Terdiri dari beberapa proses seperti: 1. Perubahan anatomis dan fisiologis miometrium Pertama, terjadi pemendekan otot polos miometrium

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik atau buruknya pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal

Lebih terperinci

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh kelenjar endokrin dan disekresikan ke dalam aliran darah

Lebih terperinci

PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN

BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN Pokok bahasan kuliah sinkronisasi alami ini meliputi pengertian hormon reproduksi mulai dari definisi, jenis, macam, sumber, cara kerja, fungsi dan pengaruhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

TUGAS 3 SISTEM PORTAL

TUGAS 3 SISTEM PORTAL TUGAS 3 SISTEM PORTAL Fasilitator : Drg. Agnes Frethernety, M.Biomed Nama : Ni Made Yogaswari NIM : FAA 113 032 Kelompok : III Modul Ginjal dan Cairan Tubuh Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya

Lebih terperinci

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis BAB XIV Kelenjar Hipofisis A. Struktur Kelenjar Hipofisis Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitary adalah suatu struktur kecil sebesar kacang ercis yang terletak di dasar otak. Kelenjar ini berada dalam

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN 2

STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN 2 STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN 2 Koordinasi dan Pengendalian Sistem saraf dan Otak Sistem endokrin Tingkah laku Kontinuitas Kehidupan Sistem reproduksi 1 KOORDINASI: Sistem Saraf dan Hormon Hewan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Seringkali dalam pembahasan soal remaja digunakan istilah pubertas dan adolescence. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. INFERTILITAS Sebelum pemeriksaan apapun dimulai, penyebab utama ketidaksuburan dan komponen dasar evaluasi infertilitas yang dirancang untuk mengidentifikasi penyebab tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Namun, selain menghasilkan dampak positif, kemajuan teknologi juga membawa dampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

Anesty Claresta

Anesty Claresta Anesty Claresta 102011223 Skenario Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan berdebar sejak seminggu yang lalu. Keluhan berdebar ini terjadi ketika ia mengingat suaminya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah BAB II TINJAUAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres 2.1.1. Definisi Stres Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan fisiologis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Menstruasi a. Pengertian menstruasi Menstruasi merupakan perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Hari pertama keluarnya

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan disforik pra-menstruasi (GDPM) merupakan gangguan mood yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan disforik pra-menstruasi (GDPM) merupakan gangguan mood yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Disforik Pra-Menstruasi Gangguan disforik pra-menstruasi (GDPM) merupakan gangguan mood yang dirasakan sekitar beberapa hari sebelum bahkan saat menstruasi berlangsung.

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM RUSWANA ANWAR

MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM RUSWANA ANWAR MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM RUSWANA ANWAR SUBBAGIAN FERTILITAS DAN ENDOKRINOLOGI REPRODUKSI BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD BANDUNG 2005 1 MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) diluar kavum uterus. Terutama pada

Lebih terperinci

dari mereka yang tercatat sebagai penderita PMS berat. 6 Sekitar 3 5% wanita memenuhi kriteria Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD).

dari mereka yang tercatat sebagai penderita PMS berat. 6 Sekitar 3 5% wanita memenuhi kriteria Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap wanita normal mengalami siklus menstruasi. Siklus menstruasi merupakan keadaan fisiologik berupa siklus pengeluaran sekret yang terdiri dari darah dan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

PERTEMUAN XII: STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

PERTEMUAN XII: STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 PERTEMUAN XII: STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN Koordinasi dan Pengendalian Sistem saraf dan Otak Sistem endokrin Tingkah laku

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Definisi Stres Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar yang berfungsi melindungi jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap

Lebih terperinci

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen, SISTEM ENDOKRIN Hormon adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh sebuah sel atau sekelompok sel dan disekresikan ke dalam pembuluh darah serta dapat mempengaruhi pengaturan fisiologi sel-sel tubuh lain.

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa reproduksi. Kejadian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Jumlah penduduk merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh setiap negara, karena membawa konsekuensi di segala aspek antara lain pekerjaan,

Lebih terperinci

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS Titta Novianti OOGENESIS Pembelahan meiosis yang terjadi pada sel telur Oogenesis terjadi dalam dua tahapan pembelahan : yaitu mitosis meiosis I dan meiosis II Mitosis : diferensaiasi

Lebih terperinci

FISIOLOGI HORMON STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN

FISIOLOGI HORMON STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN FISIOLOGI HORMON Fisiologi hormon By@Ismail,S.Kep, Ns, M.Kes 1 STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN Sistem endokrin terdiri dari kelenjarkelenjar endokrin Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang

Lebih terperinci

Pertumbuhan Payudara. Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan Payudara. Universitas Sumatera Utara 6 Pertumbuhan payudara dikenal pertama kali, diikuti oleh tumbuhnya rambut pubis, dan menarke, yang merupakan puncak dari awitan pubertas seorang perempuan. Marshall dan Tanner membuat tahapan perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause 2.1.1 Definisi Menopause Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Menstruasi 2.1.1. Pengertian Menstruasi Menstruasi adalah pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus secara berkala. Menstruasi terjadi dalam interval-interval

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuh 2.1.1. Definisi Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh (IMT) adalah berat badan (BB) dalam kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m 2 ) (Sugondo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan (ansietas / axienty) adalah gangguan alam perasaan (affective)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan (ansietas / axienty) adalah gangguan alam perasaan (affective) 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan (ansietas / axienty) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang di tandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak di pelihara petani-peternak di Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi pesisir dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam. zat-zat gizi lainnya (Almatsier, 2010; Supariasa, 2012).

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam. zat-zat gizi lainnya (Almatsier, 2010; Supariasa, 2012). digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Status Gizi a. Pengertian Status gizi adalah suatu ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari

Lebih terperinci

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed Sel akan membelah diri Tujuan pembelahan sel : organisme multiseluler : untuk tumbuh, berkembang dan memperbaiki sel-sel yang rusak organisme uniseluler (misal : bakteri,

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina Rangsangan luar Cahaya, stress,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Nasir & Muhith, 2011; Slamet, 2003). Dimana tuntutan (overtax) akibat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Nasir & Muhith, 2011; Slamet, 2003). Dimana tuntutan (overtax) akibat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres 2.1.1. Definisi Stres Stres adalah suatu keadaan yang menekan diri individu yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dengan tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data menunjukkan bahwa sekitar 80 % penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Hal ini timbul sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi, Siklus dan Periode Menstruasi Menurut Rosenblatt (2007), menstruasi adalah peluruhan lapisan jaringan pada uterus yaitu endometrium bersama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis 3 TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba merupakan salah satu sumber protein yang semakin digemari oleh penduduk Indonesia. Fenomena ini semakin terlihat dengan bertambahnya warung-warung sate di pinggiran jalan,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche, maka akan dibahas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche, maka akan dibahas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Mengacu pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kaitan fungsi keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche, maka akan dibahas mengenai fungsi keluarga, menarche,

Lebih terperinci

SISTEM ENDOKRIN. Oleh Dr. KATRIN ROOSITA, SP.MSi. DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FEMA, IPB

SISTEM ENDOKRIN. Oleh Dr. KATRIN ROOSITA, SP.MSi. DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FEMA, IPB SISTEM ENDOKRIN Oleh Dr. KATRIN ROOSITA, SP.MSi. DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FEMA, IPB Source: http://users.rcn.com/jki mball.ma.ultranet/biolo gypages/h/hormones.ht ml. KELENJAR-KELENJAR ENDOKRIN HYPOTHALAMUS

Lebih terperinci

Fungsi tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama: Sistem hormonal/sistem endokrin Sistem saraf

Fungsi tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama: Sistem hormonal/sistem endokrin Sistem saraf H O R M O N Fungsi tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama: Sistem hormonal/sistem endokrin Sistem saraf Pada umumnya, sistem hormonal terutama berhubungan dengan pengaturan berbagai fungsi metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fertilisasi in vitro (FIV) merupakan salah satu cara bagi pasangan infertil untuk memperoleh keturunan. Stimulasi ovarium pada program FIV dilakukan untuk

Lebih terperinci

AMENOREA SEKUNDER M. Thamrin Tanjung

AMENOREA SEKUNDER M. Thamrin Tanjung AMENOREA SEKUNDER M. Thamrin Tanjung DEFINISI AMENOREA SEKUNDER Disebut amenorea sekunder apabila seorang wanita dalam masa reproduksi yang telah mengalami haid, tidak haid selama 3 bulan berturut-turut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan dari beberapa masa yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat lebih dari 70 juta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause, dari bahasa Yunani Menos (bulan) dan Pausis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause, dari bahasa Yunani Menos (bulan) dan Pausis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menopause Menopause, dari bahasa Yunani Menos (bulan) dan Pausis (berhenti) didefinisikan sebagai periode menstruasi terakhir. 9 Menopause merupakan suatu keadaan dimana menstruasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total

Lebih terperinci