NEUROPSIKOLINGUISTIK. Prof. Mangantar Simanjuntak, Ph.D. Program Doktor Linguistik Sekolah Pascasarjana - USU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NEUROPSIKOLINGUISTIK. Prof. Mangantar Simanjuntak, Ph.D. Program Doktor Linguistik Sekolah Pascasarjana - USU"

Transkripsi

1 NEUROPSIKOLINGUISTIK Prof. Mangantar Simanjuntak, Ph.D Program Doktor Linguistik Sekolah Pascasarjana - USU

2 Teori Standar Neuropsikolinguistik Neuropsikolinguistik sebagai sebuah disiplin juga memakai pendekatanpendekatan antardisiplin untuk menerangkan hakekat hubungan bahasa dengan otak, dengan tujuan utamanya untuk membuktikan, bahwa manusia telah diatur secara alamiah untuk berbahasa. Disiplin-disiplin yang terlibat dalam pendekatan ini, ialah neuropsikologi, neuroanatomi, neurofisiologi, neurokimia, dan disiplin-disiplin linguistik, seperti psikolinguistik, sosiolinguistik, linguistik antropologi dan lain-lain. Hasil-hasil kajian disiplin-disiplin inilah yang dimanfaatkan berbagai disiplin ini, sehingga sebuah displin baru lahir yang dinamai neuropsikolinguistik (Weigl dan Bierwisch, 1973), untuk menghasilkan beberapa teori mengenai hubungan bahasa dengan sistem syaraf otak setelah hasil-hasil ini disejajarkan dengan teori-teori linguistik yang telah ada. Hasilhasil penemuan neuropsikolinguistik ini juga telah sangat berfaedah di bidangbidang lain, di samping kegunaannya dalam menerangkan aspek-aspek bahasa, asal mula dan evolusi bahasa, dalam menambah pengetahuan kita mengenai aspek-aspek penyakit bertutur, seperti afasia, gagap, lambat bertutur, stroke afasia (stroke yang mengakibatkan kehilangan bahasa), dsb., dan pengobatannya

3 Neuropsikolinguistik memakai data-data klinis yang telah terkumpul untuk menemukan mekanisme fisiologi dan neuropsikologi yang melandasi penyakitpenyakit bertutur (berbahasa) dan ini akan memberikan sebuah metode yang objektif untuk mengkaji struktur dalaman bahasa dan ucapan dan juga mekanisme syaraf otak yang melandasinya (Luria, 1967, 1972, 1973). Kerusakan-kerusakan atau kesalahankesalahan dalam pemakaian bahasa (lisan atau tulisan) yang disebabkan oleh kegegeran korteks otak ( cortical lesions ) telah menimbulkan banyak masalah yang pemecahannya memerlukan kejasama yang intensif terutama di antara neurolinguistik dan neuropsikologi di samping kerjasama dengan disiplin-disiplin yang disebutkan di atas. Kerjasama antardisiplin ini telah mencoba menyelidiki masalah-masalah afasia (yaitu penyakit bertutur apabila pasien kehilangan salah satu aspek kemampuan berbahasanya atau seluruhnya sebagai akibat kerusakan bagian korteks otak yang merumahi bahasa dan ucapan) yang tertentu dengan cara menghubungkannya dengan teori linguistik yang relevan. Di samping itu kerjasama ini juga telah mencoba menghubungkan secara langsung bukti-bukti fisiologi untuk fungsi-fungsi bahasa yang dilokalisasi pada otak yang sedasng bekerja secara normal. Penemuan-penemuan neuropsikolinguistik ini telah memberikan pengertian yang mendalam mengenai fenomena afasia dan pengetahuan bahasa yang tersirat (kompetensi) sebagai yang diuraikan oleh teori linguistik TG untuk memroses bahasa (Weigl dan Bierwisch, 1973; Luria, 1967, 1975).

4 Neuropsikolinguistik memanfaatkan data-data klinis yang ditemukan untuk mengungkapkan mekanisme fisiologi dan neurofisiologi yang mendasari kerusakan bahasa ( language disorders ) dan mekanisme ini telah menyediakan sebuah metode untuk mengkaji struktur dalaman bahasa dan ucapan dan mekanisme cerebrum yang membawahinya. (Luria, 1967, 1975). Kerusakan bahasa lisan dan bahasa tulisan yang disebabkan oleh keretakan korteks otak telah menimbulkan masalah-masalah yang harus ditanggulangi oleh neurolinguistik dan neuropsikolinguistik. Kolaborasi yang intensif di antara kedua disiplin ini telah berhasil meneliti masalah-masalah afasia tertentu dengan cara menghubungkannya dengan kerangka linguistik yang berkaitan. Selain itu kolaborasi ini telah mencoba menghubungkan bukti-bukti fisiologi langsung untuk menentukan lokalisasi fungsi-fungsi bahasa yang diperoleh secara eksperimen dari otak yang berfungsi secara normal. Penemuan neuropsikolinguistik ini telah menyumbangkan pengetahuan mengenai hakekat fenomena afasia dan pengetahuan bahasa yang implisit seperti yang dideskripsikan oleh ahli-ahli linguistik TG (Weigl dan Bierwisch, 1973). Pengetahuan ini telah mengindikasikan sesuatu mengenai realitas psikologi dari asumsi-asumsi linguistik yang dapat mewujudkan gramatika bahasa tertentu.

5 Menurut Geschwind (1979) kompetensi linguistik memerlukan kerjasama beberapa medan ( areas ) korteks. Apabila sepatah kata terdengar, sensasi dari telinga akan diterima oleh korteks pendengaran utama di lobus temporal, tetapi kata ini tidak akan dipahami sebelum sensasi (signal) ini diproses di medan Wernicke yang sangat berdekatan dengan korteks pendengaran utama. Kalau kata ini akan diucapkan, maka representasi kata ini harus ditransmisikan dari medan Wernicke ke medan Broca, melalui fasikulus busur ( arcuate fasciculus ), yaitu sebuah bundel serat syaraf yang menghubungkan medan Wernicke dengan medan Broca. Di medan Broca, kata ini akan merangsang sebuah program terperinci untuk artikulasi kata itu, dan program ini akan disampaikan ke permukaan korteks motor. Korteks motor akan menggiatkan otot-otot bibir, lidah, laring dan sebagainya. Apabila sepatah kata tertulis dibaca, sensasi kata ini mula-mula akan diterima korteks penglihatan utama di lobus oksipit. Signal ini kemudian dikirimkan ke girus angular ( angular gyrus ), yang akan menghubungkan bentuk penglihatan kata itu dengan pola pendengaran yang menyerupainya di medan Wernicke. Mengucapkan kata itu kemudian akan menggiatkan sistem neuron yang sama.

6

7 Bagan Hubungan-Hubungan Kontralateral

8 Dengan memakai sebuah teknik yang disebut stimulasi elektrik otak (ESB = electrical stimulation of brain ) kebenaran lateralisasi ini telah juga dibuktikan. Pusat bahasa di hemisfer kiri otak dirangsang dengan aliran elektrik melalui lateral kiri talamus dan subjek eksperimen segera menderita anomia, yaitu subjek tidak dapat menamai benda apa pun yang disodorkan ke depan matanya, pada hal subjek dapat bercakap dengan lancar. Stimulasi elektrik yang sama ke hemisfer kanan melalui lateral kanan talamus tidak menimbulkan anomia (Ojemann dan Ward, 1971.). Teknik yang lain yang disebut electroencephalography = EEG) telah diperkenalkan oleh Schafer (1967) dan Ertle and Schafer (1967, 1969). Teknik ini juga telah dipakai oleh McAdam dan Whitaker (1971), seperti yang disebutkan di atas, untuk memastikan apakah betul terdapat aktivitas elektrik pada otak, apabila seseorang berbicara dan, apabila aktivitas ini terdapat bagian otak yang mana yang dirangsang. Merekalah yang pertama sekali melaporkan, bahwa mereka telah merekam aktivitas elektrik di hemisfer kiri otak sebelum dan sesudah subjek bercakap-cakap, sedangkan di hemisfer kanan tidak terdapat aktivitas elektrik seperti ini.

9 Bagan Fungsi-Fungsi Otak Hemisfer Kiri

10 Penyakit Ekolalia, Palilalia dan Korprolalia Terutama pada penderita penyakit spektrum autisme, dijumpai juga penyakit bertutur yang disebut ekolalia dan juga palilalia. Kedua penyakit bertutur ini, dijumpai juga pada penderita sindrom Tourettes. Yang dimaksud dengan ekolalia, ialah penyakit bertutur di mana penderita, yang pada umumnya anak autistik, cenderung mengulang-ulang kata-kata atau frase-frase yang baru saja didengarnya. Pada mulanya, ahli penyakit bertutur merasa, bahwa tidak ada makna ujaran-ujaran ekolalia ini. Nmun kemudian, ahli-ahli ini menemukan, bahwa ujaran-ujaran ekolalia itu mengandung informasi komunikatif tertentu. Penderita penyakit bertutur palilalia selalu mengulang-ulang kata-kata atau frase-frase dan buah pikirannya sendiri secara kompulsif (terpaksa dilakukan), atau ada yang mendorongnya melakukannya. Penderita ini selalu didorong oleh sesuatu untuk mengulang-ulang kata-katanya sendiri dan dia tidak kuasa menahannya. Penyakit bertutur koprolalia pada umumnya diderita oleh orang-orang yang menderita sindrom Tourettes sebagai fase transisi. Penyalit koprolalia ini adalah pengucapan tidak sengaja kata-kata porno dan kata-kata kasar, yang biasanya tidak ada kaitannya dengan situasi yang dihadapinya.

11 Penyakit Afasia Penyakit afasia ini telah diterangkan di atas secara singkat karena memberi sumbangan kepada pengkajian medanmedan korteks bahasa. Afasia merupakan sebuah penyakit kerusakan bahasa, yaitu kerusakan pemahaman atau kerusakan pengucapan bahasa (produksi bahasa), karena kerusakan medan korteks yang membawahi pemahaman dan, atau produksi bahasa itu. Penyakit afasia ini merupakan sebuah penyakit yang diperoleh karena kerusakan otak di serebrum hemisfer kiri. Penyebab utama afasia adalah stroke. Penyebab lain, adalah tumor otak, luka kepala karena terbentur atau terpukul atau tertembak, atau karena penyakit neuralgia.

12 Penyakit afasia pada umumnya adalah disebabkan oleh stroke, yang melibatkan korteks hemisfer kiri otak pasien. Stroke (apopleksi) terjadi kalau sebuah arteri (pembulush darah) ke otak pecah atau tersumbat oleh klot ( clot ), gumpalan darah kecil. Kalau arteri yang pecah atau tersumbat itu di hemisfer kiri otak, di mana pusat bahasa itu terdapat, maka muncullah stroke afasia, atau disebut juga hemiplegia afasia, karena pasien kehilangan bahasa atau disebut juga hemiplegia kanan, karena pasien mengalami kelumpuhan bagian kanan badannya, terutama kaki kanan dan tangan kanan. Jadi stroke afasia (hemiplegia afasia) melibatkan kehilangan bahasa dan kelumpuhan bagian kanan badan pasien Kehilangan bahasa dan kelumpuhan bagian badan sebelah kanan terjadi, karena bahasa dan badan sebelah kanan dikontrol oleh korteks sebelah kiri otak, jadi kalau korteks hemisfer kiri otak rusak, maka bahasa dan badan kanan akan rusak (lumpuh). Kalau korteks hemisfer kanan yang rusak, maka bahasa akan tetap utuh, tapi badan sebelah kiri akan lumpuh. Kadang-kadang terdapat kejadain stroke yang menyebabkan badan pasien sebelah kanan lumpuh, tetapi bahasanya utuh. Keadaan ini bisa disebabkan oleh dua hal: kerusakan korteks sebelah kiri itu hanya melibatkan medan motor korteks kiri saja, sedangkan medan bahasanya tidak rusak, atau pusat bahasanya berada di korteks kanan otak.

13 Terdapat dua bentuk penyakit afasia yang paling sering dijumpai, yaitu afasia Broca dan afasia Wernicke. Penyakit ini pada umumnya terjadi karena stroke, yaitu kerusakan pada korteks sebelah kiri otak, yaitu pada pusat bahasa di hemisfer kiri korteks otak. Kerusakan pada pusat bahasa di hemisfer kiri korteks ini sudah dapat dipastikan dengan memakai alat positron emission tomography (PET). Kalau kerusakan medan bahasa melibatkan medan Broca, yaitu medan bahasa yang terletak di lobus frontal yang berjiran dengan korteks motor utama, maka muncullah penyakit afasia Broca. Pasien tidak dapat berbicara atau mengujarkan kalimat-kalimat, karena medan Broca yang bertanggungjawab mengujarkan kalimat-kalimat telah rusak. Namun pasien dapat memahami bahasa yang didengarnya, karena medan Wernicke yang membawahi pemahaman tidak rusak.

14 Kalau kerusakan medan bahasa melibatkan medan Wernicke, yaitu medan bahasa yang terletak di bagian belakang lobus frontal pertama yang berjiran dengan korteks pendengaran, maka muncullah afasia Wernicke. Pasien dapat mengujarkan kata-kata, tetapi tidak dapat memahami kalimat-kalimat yang didengarnya. Jadi, kalau kerusakan terjadi pada medan Broca, pasien tidak dapat memroduksi kalimat-kalimat, sedangkan kerusakan medan Wernicke menyebabkan pasien tidak dapat memahami kalimatkalimat yang didengarnya. Pasien afasia Broca selain daripada kehilangan kemampuan memroduksi atau mengujarkan bahasa, dia juga kehilangan semua bentuk kata ganti, artikel, dan konjungsi, namun dia mempertahankan pemakaian nomina dan verba. Dia hanya bisa mengujarkan sebuah kata sewaktu-waktu dan dia mengeluarkan tenaga yang sangat kuat untuk mengujarkan kalimat-kalimat yang agak panjang. Inilah contoh kalimat pesakit afasia Broca yang direkam oleh David Carroll (1999: ) : Yes ah Monday.er Dad and Peter H (namanya sendiri), and Dad er hospital ah Wednesday Wednesday nine o clock and oh Thursday ten o clock, ah doctors two an..doctors..and er teeth yah.

15 Pasien afasia Wernicke berbicara sangat lancar, tetapi ujarannya tidak mempunyai arti atau tidak mengandung informasi, dan juga pemahamannya tidak baik. Karena pasien ini bercakap lancar tetapi tidak memahami ujaran-ujaran dengan baik, maka penyakit afasia ini disebut juga afasia lancar bicara ( fluent aphasia ), sedangkan penyakit afasia Broca yang bicaranya tersendat-sendat tetapi memahami ujaranujaran dengan baik, disebut afasia tidak lancar bicara ( non-fluent aphasia ). Contoh percakapan pesakit afasia Wernicke adalah sebagai berikut: Well this is mother is away here working her way out o here to get her better, but when she is looking, the two boys looking in other part. One their small tile into her time here. She s working another time because she is getting too. (David Carroll, 1999: ).

16 PENDEKATAN NEUROPSIKOLINGUISTIK Ahli-ahli pengajaran bahasa sependapat, bahwa pengajaran bahasa akan lebih baik kalau guru bahasa mengetahui bagaimana bahasa diperoleh dan dipelajari dan bagaimana bahasa itu diproses di dalam otak pada waktu menerbitkan dan memahami kalimat-kalimat. Bagian yang terakhir ini, yaitu bagaimana bahasa diproses dalam otak merupakan perkembangan baru dalam pengajaran bahasa.dan inilah yang dimaksud dengan pendekatan neuropsikolinguistik. Sebenarnya, bagaimana kira-kira bahasa diproses dalam otak sudah diketahui sejak akhir abad ke-19. Juga sudah lama diketahui, bahwa bahasa berdomisili di dalam otak. Tetapi pertalian pengetahuan ini dengan pengajaran bahasa, terutama mengenai implikasinya, merupakan pengetahuan baru.

17 Tentu banyak orang yang masih ragu-ragu mengenai perkembangan baru ini. Keragu-raguan ini terutama diketengahkan oleh guru-guru bahasa yang sudah lama menerapkan pendekatan dan metode-metode lama yang sudah berurat-berakar dalam tradisi pengajaran bahasa di sekolah-sekolah. Keragu-raguan juga disuarakan oleh ahli-ahli bahasa terutama mereka yang kurang yakin, bahwa bahasa itu benar-benar berdomisili di dalam otak dan diproses di dalamnya. Mereka menuntut bukti empiris, bahwa bahasa itu betul-betul berada dan diproses di dalam otak pada waktu berkomunikasi. Setelah bukti-bukti empiris diketengahkan, seperti yang diutarakan di atas, mereka segera bertanyak : «Apa kaitannya dengan pengajaran bahasa?» «Bagaimana pengetahuan itu bisa membantu pengajaran bahasa?»

18 Neuropsikolinguistik telah membuktikan, seperti yang telah dipaparkan dalam bab-bab terdahulu, bahwa bahasa dan ucapan betul-betul berada dan diproses di dalam otak. Pusat bahasa dan ucapan berada di hemisfer kiri korteks manusia. Maksudnya ialah, seperti yang telah diterangkan di atas, bahwa gramatika atau tata bahasa yang teridiri dari rumus-rumus sintaksis (tata kalimat), rumus-rumus semantik (tata makna), rumus-rumus fonologi (tata bunyi) dan rumus-rumus pragmatik (tata konteks), dan leksikon (kosakata) berada di medan-medan tertentu di hemisfer kiri otak manusia. Memang diakui oleh neuropsikolinguistik, bahwa di medan mana setepattepatnya setiap kumpulan rumus itu disimpan masih belum dapat dipastikan dan masih bisa dipersoalkan. Tetapi yang sudah pasti, ialah, bahwa medan Wernicke, medan Broca, girur angular, fasikulus busur, dan medan-medan lain di dalam sistem limbik, seperti hipokampus dan talamus, merupakan pusat bahasa dan ucapan dengan perincian berikut: a) medan Wernicke mengatur proses pemahaman ucapan; b) medan Broca mengatur proses pengucapan; c) girus angular menyimpan dan mengatur tata bahasa dan leksikon; d) fasikulus busur menghubungkan medan Wernicke dengan medan Broca; e) medanmedan lain di dalam sistem limbik, seperti talamus dan hipokampus, membantu proses-proses kebahasaan yang dilakukan oleh medan-medan a, b, c, dan e.

19 Neuropsikolinguistik juga sudah menemukan, bahwa berbahasa tidak hanya melibatkan rumus-rumus tata bahasa saja, tetapi juga melibatkan aspek-aspek prosodi dan metafora yang sekarang disebut komponen pragmatik. Jadi, seperti yang telah diterangkan di atas, komponen pragmatik ini sudah diterima oleh ahli-ahli neuropsikolinguistik sebagai komponen keempat tata bahasa, tetapi disimpan dan diproses di hemisfer kanan korteks dan bukan di hemisfer kiri. Seperti yang telah diterangkan di atas, aspek-aspek prosodi ini, ialah aspekaspek bahasa yang berkaitan dengan intonasi, tekanan suara, logat (aksen), dan yang dimaksud dengan aspek-aspek metafora, ialah perumpamaan, kalimatkalimat kiasan, dan frase-frase idiomatis. Tempat atau medan-medan korteks hemisfer kanan (HKn) yang menyimpan komponen pragmatik ini identik dengan daerah sistem limbik HKr. Hal ini sudah dapat dipastikan pada waktu seseorang pesakit afasia yang kehilangan kemampuan memahami metafora ditemukan mengalami kerusakan korteks sistem limbik HKn. Intonasi dan logat pasien ini juga mengalami kerusakan yang menimbulkan kesukaran pemahaman. Jika pemahaman kalimat-kalimat kacau karena intonasi, tekanan suara dan logat yang aneh dan kacau, maka pasien mengalami afasia pragmatik dan kerusakan korteks berada di HKn.

20 Bagan Pusat Bahasa dan Ucapan di Hemisfer Kiri Korteks

21 Dalam proses pemerolehan bahasa dan proses menerbitkan dan memahami kalimat-kalimat, kedua hemisfer korteks ini selalu bekerja sama sekalipun setiap hemisfer mempunyai fungsi sendiri. Penemuan lain yang sangat penting dewasa ini, ialah penglibatan HKn dalam tugas-tugas pemerolehan dan pembelajaran bahasa di peringkat awal. Ternyata HKn memiliki struktur fisik yang memungkinkannya memroses informasi baru secara efisien, sedangkan HKr akan mengambil alih informasi ini untuk membuatnya sistematis. Oleh karena kedua hemisfer korteks ini, yaitu HKn (hemisfer kanan) dan HKr (hemisfer kiri) mempunyai tugas masing-masing yang terpisah, namun keduanya selalu bekerjasama dan saling mengisi, maka seorang guru bahasa seharusnyalah memahami keadaan ini agar pengajarannya efektif secara maksimal.

22 Neuropsikolinguistik telah menemukan fungsi-fungsi kedua hemisfer korteks otak dalam pemrosesan bahasa. Seperti yang telah diterangkan di atas, kedua hemisfer korteks ini mempunyai fungsi yang berlainan, tetapi selalu bekerja sama dan saling mengisi dan keduanya selalu berkomunikasi. HKn selalu mengetahui apa yang dilakukan HKr dan sebaliknya. Kalau hubungan di antara kedua hemisfer ini terganggu, maka akan terjadi kerusakan bahasa terutama dalam bidang pragmatik yang sangat mengganggu.

23 Hemisfer Kiri: Ideasi Bahasa: 1. Penerbitan dan pemahaman bahasa (ucapan) : berbahasa. 2. Membaca. 3. Menulis 4. Matematik (Mengira). 5. Sains dan Teknologi. 6. Berpikir analitis dan rasional. 7. Abstraksi dan motivasi. 8. Mengamati fitur-fitur. 9. Proses berurut dan berseri. 10.Temporal (Berwaktu). 11.Notasi musik.

24 Hemisfer Kanan; Ideasi Bukan Bahasa: 1. Ketrampilan konstruksi. 2. Proses Gestalt, pengenalan muka dan gambar rumit. 3. Lagu dan musik. 4. Pemahaman prosodi dan metafora dan idiom-idiom otomatis. 5. Kegiatan intuisi. 6. Berpikir sintesis dan emosional dan imaginatif. 7. Konkret dan berpola. 8. Memahami ruang dan jarak. 9. Proses serentak dan paralel.

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi ujaran adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia baik berupa huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya mengalami stroke (Afasia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata

Lebih terperinci

HUBUNGAN BAHASA DENGAN OTAK

HUBUNGAN BAHASA DENGAN OTAK HUBUNGAN BAHASA DENGAN OTAK Nurilam Harianja Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Bagaimanakah hubungan bahasa dengan otak dikaji secara ilmu Neurolinguistik?. Neurolinguistik adalah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Afasia broca adalah gangguan pengutaraan atau gangguan produksi berbahasa yang ada hubungannya dengan komunikasi. Gangguan berbahasa ini terjadi, umumnya pada orang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapatkan dari Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), setiap tahunnya diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapatkan dari Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), setiap tahunnya diperkirakan Judul : Penguasaan kemampuan tutur pasien pasca-stroke setelah mengikuti kelas terapi wicara di rumah sakit umum daerah (rsud) dokter moewardi surakarta Pengarang : Najma Thalia BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

PATOLOGI BAHASA DAN PRAGMATIK. untuk memenuhi tugas matakuliah Pragmatik yang dibina oleh Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim dan Dr. Sunoto, M.Pd.

PATOLOGI BAHASA DAN PRAGMATIK. untuk memenuhi tugas matakuliah Pragmatik yang dibina oleh Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim dan Dr. Sunoto, M.Pd. PATOLOGI BAHASA DAN PRAGMATIK untuk memenuhi tugas matakuliah Pragmatik yang dibina oleh Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim dan Dr. Sunoto, M.Pd. oleh Kelompok 9 Siti Robiah 130211810262 Ruli Andayani 130211810282

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata, yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata, yang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Afiks dalam Bahasa Indonesia Putrayasa (2008: 5) mengatakan afiks adalah bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung

Lebih terperinci

AFASIA

AFASIA A F A S I A --------------------------- AFASIA --------------------------- DEFINISI Afasia adalah suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak. Afasia tidak termasuk gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengantar Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah dianugerahi oleh Tuhan dengan pancaindera yang berfungsi

Lebih terperinci

I I I I I I I I I I I I I. ' U{ ran IDR!s. UNIVERSITI PENDIDIKAN SULTAN loris SEMESTER 2 SESI2015/2016 PEPERIKSAAN AKHIR ARAHAN

I I I I I I I I I I I I I. ' U{ ran IDR!s. UNIVERSITI PENDIDIKAN SULTAN loris SEMESTER 2 SESI2015/2016 PEPERIKSAAN AKHIR ARAHAN SULIT ' U{ ran IDR!s,.. : 0 :: C5.!1. SUI.TAN lorts!:ducation UNIVERSITY UNIVERSITI PENDIDIKAN SULTAN loris PEPERIKSAAN AKHIR SEMESTER 2 SESI2015/2016 KOD : BML3033 KURSUS : PSIKOLINGUISTIK TARIKH:.1 3

Lebih terperinci

oleh otak dalam proses berbahasa. Hingga bahasa memiliki ciri di antaranya yaitu terdapat bunyi dan makna. Bahasa memiliki makna apabila lambang-lamba

oleh otak dalam proses berbahasa. Hingga bahasa memiliki ciri di antaranya yaitu terdapat bunyi dan makna. Bahasa memiliki makna apabila lambang-lamba GANGGUAN FONOLOGI KELUARAN WICARA PADA PENDERITA AFASIA BROCA DAN AFASIA WERNICKE: SUATU KAJIAN NEUROLINGUISTIK Nur Arief Sanjaya Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bunyi-bunyi konsonan

Lebih terperinci

NEUROLINGUISTIK DALAM TINJAUAN FILSAFATI

NEUROLINGUISTIK DALAM TINJAUAN FILSAFATI NEUROLINGUISTIK DALAM TINJAUAN FILSAFATI Dosen Pengampu: Prof. Darmiyati Zuchdi, PhD Disusun Oleh: BINTI AISIAH DANING SUMARI NIM. 16706251020 PROGRAM STUDI LINGUISTIK TERAPAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR Oleh : dr. Euis Heryati Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR FUNGSI YANG MEMUNGKINKAN MANUSIA DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN JASMANI DAN ROHANI SESUAI DENGAN NILAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan alat komunikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan, maupun lisan. Bahasa sangat penting dalam perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan berbahasa atau yang biasa disebut dengan afasia merupakan salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial mempengaruhi

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh manusia untuk menyampaikan pendapat dan maksud yang tersimpan di dalam pikiran ketika berada dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahluk sosial. Mahluk yang membutuhkan interaksi antara sesamanya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahluk sosial. Mahluk yang membutuhkan interaksi antara sesamanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahluk sosial. Mahluk yang membutuhkan interaksi antara sesamanya. Seseorang akan mengetahui potensi yang dimilikinya bila ia berkumpul bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

COGNITIVE FUNCTIONS. Cut Aldira R.C Jusiera Zahra S

COGNITIVE FUNCTIONS. Cut Aldira R.C Jusiera Zahra S CGNITIVE FUNCTINS Cut Aldira R.C Jusiera Zahra S Lateralisasi Fungsi Handedness & Genetikanya >90% dari seluruh manusia kinan 9-10% dari seluruh manusia kidal, tetapi sebagian besar merupakan ambidekstrus

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLINGUISTIK PADA PENDERITA AFASIA BROCA PASCASTROKE: PEMANGGILAN LEKSIKON, KEKELIRUAN BERBAHASA, DAN SIASAT KOMUNIKASI

KAJIAN PSIKOLINGUISTIK PADA PENDERITA AFASIA BROCA PASCASTROKE: PEMANGGILAN LEKSIKON, KEKELIRUAN BERBAHASA, DAN SIASAT KOMUNIKASI KAJIAN PSIKOLINGUISTIK PADA PENDERITA AFASIA BROCA PASCASTROKE: PEMANGGILAN LEKSIKON, KEKELIRUAN BERBAHASA, DAN SIASAT KOMUNIKASI Lilis Hartini, Dadang Sudana Syihabuddin hartinililis@yahoo.com Universitas

Lebih terperinci

REFERAT. Afasia. Oleh : Florensiana O. P. Manafe ( ) Pembimbing: dr. Fenny L. Yudiarto, SpS (K) KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI

REFERAT. Afasia. Oleh : Florensiana O. P. Manafe ( ) Pembimbing: dr. Fenny L. Yudiarto, SpS (K) KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI REFERAT Afasia Oleh : Florensiana O. P. Manafe (11-2013-146) Pembimbing: dr. Fenny L. Yudiarto, SpS (K) KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI PERIODE 18 AGUSTUS 2014 20 SEPTEMBER 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering didengar dan diketahui fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kalimat yang biasanya kita gunakan sehari-hari adalah kalimat tunggal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kalimat yang biasanya kita gunakan sehari-hari adalah kalimat tunggal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Kalimat yang biasanya kita gunakan sehari-hari adalah kalimat tunggal tetapi tidak selamanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini membuat instrumentasi untuk mendeteksi gangguan artikulasi dan pedoman terapi berbicara. Setelah menemukan instrumen yang tepat, penelitian ini juga menyajikan pola gangguan

Lebih terperinci

Pengenalan Konsep Kognitif 1

Pengenalan Konsep Kognitif 1 Pengenalan Konsep Kognitif 1 Kognisi merupakan aktivitas mental pengetahuan, yang melibatkan perolehan, penyimpanan, pencarian, dan penggunaan. Menurut Matlin, kognisi membicarakan tentang proses-proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia karena bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan alat untuk menuangkan pikiran, baik secara lisan, tulisan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk

III. METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk interferensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur

Lebih terperinci

WHAT PSYCHOLINGUISTICS IS

WHAT PSYCHOLINGUISTICS IS WHAT PSYCHOLINGUISTICS IS Rohmani Nur Indah Objectives: Understanding the basic of Pscyholinguistics Explaining the definition, historical perspective, developments and schools in Psycholinguistics Exploring

Lebih terperinci

PENGANTAR. 1. Pengertian Sosiolinguistik 2. Masalah Yang Dikaji Sosiolinguistik

PENGANTAR. 1. Pengertian Sosiolinguistik 2. Masalah Yang Dikaji Sosiolinguistik PENGANTAR 1. Pengertian Sosiolinguistik 2. Masalah Yang Dikaji Sosiolinguistik Pengantar مقدمة Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi dapat dikaji secara internal dan eksternal. Kajian internal mikrolinguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Berbahasa dalam bentuk berbicara merupakan bagian dari keterampilan

Lebih terperinci

Bahasa dan Ketunagrahitaan. Oleh Didi Tarsidi

Bahasa dan Ketunagrahitaan. Oleh Didi Tarsidi Bahasa dan Ketunagrahitaan Oleh Didi Tarsidi Bahasa dan inteligensi begitu berkaitan sehingga ada orang yang mendefinisikan ketunagrahitaan berdasarkan defisit bahasanya. Diasumsikan secara meluas bahwa

Lebih terperinci

Pengantar Biopsikologi

Pengantar Biopsikologi Modul ke: Pengantar Biopsikologi Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Apa yang Anda Ketahui tentang BIOPSIKOLOGI? NEURON Sel - sel yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah dikodratkan oleh penciptanya untuk hidup berkomunikasi, salah satu bentuk komunikasi adalah dengan bahasa. Bahasa merupakan ungkapan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak lepas dengan berkomunikasi untuk bersosialisasi antar orang. Biasanya seseorang berkomunikasi bertujuan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul secara mendadak dan terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Penyakit ini menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara (communicative competence) seorang anak dengan anak yang lain berbeda-beda. Ada anak yang perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat berkomunikasi menggunakan bahasa, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan reseptif (decode) merupakan proses yang berlangsung pada pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH KELOMPOK LOBUS TEMPORAL

TUGAS MAKALAH KELOMPOK LOBUS TEMPORAL TUGAS MAKALAH KELOMPOK LOBUS TEMPORAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Neurologi KELOMPOK 7 : Hartarti Rabecca Sianturi 190110080023 Nita Anja 190110080027 Lamia Irhammy 190110080029 Aulia Hanafitri

Lebih terperinci

Tahap Pemrolehan Bahasa

Tahap Pemrolehan Bahasa Tahap Pemrolehan Bahasa Setelah Anda mempelajari KB 2 dengan materi teori pemerolehan bahasa, Anda dapat melanjutkan dan memahami materi KB 3 mengenai tahapan pemerolehan bahasa. Tahapan ini biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Bicara Pemerolehan Bahasa,kesiapan Bicara DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Pengertian Bicara suatu proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan alat ucap manusia. merupakan produksi suara secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dianut dalam suatu penelitian. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

PRODUKSI KALIMAT PADA PENYANDANG GAGAP. Praba Prayascitta, Widodo, dan Karkono Universitas Negeri Malang

PRODUKSI KALIMAT PADA PENYANDANG GAGAP. Praba Prayascitta, Widodo, dan Karkono Universitas Negeri Malang 1 PRODUKSI KALIMAT PADA PENYANDANG GAGAP Praba Prayascitta, Widodo, dan Karkono Universitas Negeri Malang E-mail: green1927@yahoo.com ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) struktur kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Permasalahan penggunaan bahasa dalam masyarakat seakan terus bermunculan. Dalam mengatasi hal tersebut, keterlibatan disiplin ilmu mutlak diperlukan.

Lebih terperinci

FUNGSI KORTIKAL LUHUR

FUNGSI KORTIKAL LUHUR FUNGSI KORTIKAL LUHUR PENDAHULUAN Otak merupakan organ untuk berfikir yang dapat terganggu oleh berbagai sebab seperti stroke. Bagian tertentu otak mernpunyai fungsi khusus, fungsi luhur dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun. Dalam kelompok ini dicakup bayi hingga anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu yang mencakup tiga hal utama, yaitu pemerolehan bahasa (language acquisition), pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, dipaparkan pula tujuan dan manfaat penelitian. Pada bagian berikutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa merupakan periode seorang individu memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa merupakan periode seorang individu memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerolehan bahasa merupakan periode seorang individu memperoleh bahasa atau kosakata baru. Periode tersebut terjadi sepanjang masa. Permulaan pemerolehan bahasa terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari

BAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari bahasa yang digunakan individu dalam berkomunikasi. Komunikasi adalah pengiriman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sementara berbahasa adalah proses penyampaian

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi Kasus Taman Kanak-Kanak Desa Tangkisan 1, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama, berlandaskan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa diolah oleh otak manusia yang berguna untuk melakukan komunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa diolah oleh otak manusia yang berguna untuk melakukan komunikasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa diolah oleh otak manusia yang berguna untuk melakukan komunikasi, mengemukakan perasaan, atau pikiran yang mengandung makna tertentu baik melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, namun banyak orang dalam hidupnya tidak ingin menghabiskan kegiatan yang bersangkutan dengan nilai kesehatan. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

Lebih terperinci

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education ISSN : 2252-4797 Volume 2 No. 2 - Tahun 2013 Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education Pemerolehan bahasa kanak-kanak akibat pengaruh film kartun (suatu tinjauan psikolinguistik)

Lebih terperinci

Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua. Mengapa terlambat? Apa penyebabnya? Boleh ditunggu, sampai umur berapa? Perlu terapi?

Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua. Mengapa terlambat? Apa penyebabnya? Boleh ditunggu, sampai umur berapa? Perlu terapi? Yazid Dimyati Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUSU RSHAM Medan Terlambat bicara Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua Mengapa terlambat? Apa penyebabnya? Boleh ditunggu, sampai umur berapa? Perlu

Lebih terperinci

Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa. Pertemuan Ketiga-Munif 1

Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa. Pertemuan Ketiga-Munif 1 Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa Pertemuan Ketiga By Munif Pertemuan Ketiga-Munif 1 Cabang Linguistik Berdasarkan Pembidangannya Berdasarkan Sifat Telaahnya Beradasarkan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa mata pelajaran

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

Raisa Bellana M Putri Soonia Z Kamila Nurul A Denisa Arsanti Nadira Khalida K.

Raisa Bellana M Putri Soonia Z Kamila Nurul A Denisa Arsanti Nadira Khalida K. A P H A S I A Neuropsychology Revised Assesment Raisa Bellana M. 190110070029 Putri Soonia Z. 190110070123 Kamila Nurul A. 190110080003 Denisa Arsanti 190110080021 Nadira Khalida K. 190110080025 Inggar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK MENURUT TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK. Suci Rani Fatmawati 1. Abstract

PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK MENURUT TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK. Suci Rani Fatmawati 1. Abstract PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ANAK MENURUT TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK Suci Rani Fatmawati 1 Abstract Language Acquisition of children is a long procces started from zero ability to complete fluency in a language.

Lebih terperinci

ANALITIK (1) Analitik:

ANALITIK (1) Analitik: ANALITIK (1) Analitik: Bahasa dalah alat yang paling penting dari seorang filosof serta perantara untuk menemukan ekspresi. Perhatian ini telah menyebabkan perkembangan semantik atau penyelidikan tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut memunyai hubungan

Lebih terperinci

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik

Lebih terperinci