NEUROLINGUISTIK DALAM TINJAUAN FILSAFATI
|
|
- Yenny Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 NEUROLINGUISTIK DALAM TINJAUAN FILSAFATI Dosen Pengampu: Prof. Darmiyati Zuchdi, PhD Disusun Oleh: BINTI AISIAH DANING SUMARI NIM PROGRAM STUDI LINGUISTIK TERAPAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahan berkat dan kesehatan kepada kita semua juga kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan tugas ujian akhir semester Filsafat Ilmu ini sesuai waktu yang ditentukan. Filsafat Ilmu merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh mahasiswa pascasarjana UNY semester satu. Melalui mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memahami seluk beluk ilmu yang ada saat ini dimana diawali dari lahirnya filsafat. Dalam filsafat diketahui ada tiga cabang yang utama filsafat ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiganya akan penulis kupas secara komprehensif dalam makalah ini. Akhir kata, tulisan ini juga tidak lepas dari kekurangan. Penulis menanti kritik dan saran yang membangun tentang makalah ini. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Penulis Yogyakarta, 8 Desember
3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i KATA PENGANTAR.. ii DAFTAR ISI. iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. 1 B. Sejarah Ringkas Neurolinguistik.. 1 C. Tujuan Mengkaji Neurolinguistik Secara Filsafati.. 2 PEMBAHASAN BAB II A. Neurolinguistik dari segi Ontologi 4 B. Neurolinguistik dari segi Epistemologi Epistemologi Ilmu Teori Neurolinguistik. 7 C. Neurolinguistik dari segi Aksiologi.. 9 BAB III PENUTUP Kesimpulan.. 11 DAFTAR PUSTAKA
4 PENDAHULUAN BAB I A. Latar Belakang Filsafat ilmu adalah induk dari cabang ilmu-ilmu alam dan sosial. Dalam kacamata filsafat ilmu, perkembangan filsafat ilmu sosial memang cenderung lebih lambat dibanding ilmu alam. Karena sebagaimana kita tahu bahwa filsafat pertama yaitu metafisika (setelah fisika). Dalam mencari ilmu dan seluruh seluk beluk yang menghantarkannya kepada pengetahuan yang cermat dan bernalar, manusia menggunakan tiga sarana berpikir ilmiah yaitu, bahasa, matematika dan statistika. Oleh sebab itu, bahasa memegang peranan penting dalam berfilsafat. Seperti dikutip dari Surajiyo (2015: 38), sarana berpikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yakni bahasa ilmiah, logika matematika serta logika statistika. Filsafat ilmu mengenal dua objek dalam menelaah berbagai bidang ilmu. Dalam Suriasumantri (2015: 47), objek telaah dibagi menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara umum. Sedangkan objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini akan dibahas objek kajian material adalah neurolinguistik, sedangkan objek formalnya adalah telaah kajian bahasa dan neurologi serta hakikat lainnya. B. Sejarah Ringkas Neurolinguistik Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa sebagai objek kajiannya. Perkembangan linguistik semakin pesat pada awal abad ke-19 oleh Ferdinand de Saussure dengan gagasan linguistik deskriptif serta linguistik strukturalis Leonald Bloomfield. Sebelum abad sembilan belas, para linguis masih menganut paham tradisional. Pada waktu itu dan sebelumnya, manusia sudah mengenal bahasa tapi belum menjadikannya sebagai objek kajian ilmiah. Antara tahun 1950 sampai 1960 dunia linguistik digemparkan oleh revolusi yang dicetuskan Noam Chomsky melalui bukunya yang berjudul Syntactic Structure dengan teori linguistik Transformasi Generatif (TG). Menurutnya, pemerolehan bahasa manusia itu merupakan bahasa nurani dan bukan karena diajarkan. Meskipun banyak yang terkagum dengan gagasannya, tapi pada pertengahan tahun 1970an kepopoleran TG mulai meredup karena mulai bermunculan teori-teori baru tentang bahasa. Tapi penyempurnaan terhadap teori Chomsky tetap dilakukan oleh pengikut-pengikutnya hingga sekarang. Linguis pengikut aliran Chomsky pada 4
5 masa itu berhasil menggabungkan teori Chomsky (psikolinguistik) dengan teori Wernicke (neurolinguistik). Neurolinguistik inilah yang akan penulis bahas dalam makalah tinjauan filsafati ini. Neurolinguistik adalah satu sains baru sebagai kerjasama diantara Neurologi, Ilmu Kedokteran yang mengkaji system syaraf dan penyakit-penyakitnya, dengan Linguistik, ilmu yang mengkaji bahasa secara alamiah. Kerjasama ini muncul karena ternyata penyakit bertutur adalah termasuk bidang kajian neurologi dan juga linguistik. Jadi neurolinguistik, sebagai sains baru, mengkaji struktur dalam bahasa dan ucapan dan mekanisme sereberum (struktur otak) yang mendasarinya (Simanjuntak, 1990: 21). Dalam filsafat dikenal tiga cabang utama yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Tiga cabang filsafat ini sangat berguna dalam penerapan ilmu sebagai kajian ilmiah. Karena menurut pandangan filsafat ilmu, setiap ilmu selayaknya memiliki tiga kandungan yaitu hakikatnya (ontologi), cara memperoleh ilmu (epistemologi) dan kebermanfaatannya bagi masyarakat luas (aksiologi). Sudah selayaknya pengetahuan ilmiah memiliki ketiga hal tersebut karena pertama, sudah menjadi rujukan dan kriteria yang wajib dalam filsafat ilmu, dan ke dua, karena setiap ilmu selayaknya dapat diketahui bagaimana asal muasalnya, hakikat adanya, bagaimana cara mendapatkannya serta kebermanfaatannya bagi khalayak umum. Bukan menjadi monopoli satu golongan, kelompok atau masyarakat tertentu saja. Maka, ketiganya akan dipaparkan lebih lanjut pada sub-sub bab berikutnya dalam makalah ini. C. Tujuan Mengkaji Neurolinguistik Secara Filsafati Penulis melakukan tinjauan Neurolinguistik melalui secara filsafati dengan bertujuan supaya: 1. Mengetahui hakikat filsafat ilmu yang mendasari lahirnya berbagai bidang ilmu yang ada saat ini lambat laun seiring perkembangan teknologi, bidang keilmuan semakin spesifik. 2. Mengetahui penjabaran neurolinguistik dari segi filsafati melalui tiga cabang utama filsafat ilmu, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. 3. Mengetahui bagaimana hakikat neurolinguistik sebagai salah satu bidang ilmu dalam linguistik, bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan tersebut dan apa saja manfaat serta kegunaannya bagi kemaslahatan umat manusia. 5
6 BAB II PEMBAHASAN A. Neurolinguistik dari Segi Ontologi Ontologi berarti ajaran mengenai yang ada atau segala sesuatu yang ada. Metafisika secara harfiah berarti sesuatu yang ada sesudah fisika. Istilah ini untuk pertama kalinya dipakai 6
7 pada awal abad pertengahan (Soenjono Soemargono, 1988: 21). Soenjono Soemargono menambahkan, Aristoteles berpendapat, bahwa objek dari metafisika itu ada dua macam yaitu: 1. Yang ada sebagai yang ada 2. Yang illahi. Penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud ontologi dalam kajian ilmiah adalah pendapat Aristotles poin yang pertama yaitu yang ada sebagai yang ada, hakikatnya, yang bisa dijangkau pengetahuan dan akal manusia. Burhanuddin Salam (2012) menyatakan, metafisika atau ontologi (tentang ada ) mengupas tentang: 1) Apakah arti ada itu? 2) Apakah kesempurnaannya ada itu? 3) Apakah tujuannya ada itu? 4) Apakah sebab dan akibat? 5) Apakah yang merupakan dasar yang terdalam dari setiap barang yang ada itu? Jadi kesimpulannya ontologi dalam fisafat maknanya memaparkan apa dan bagaimana hakikat sesuatu. Berdasarkan pengertian ontologi tersebut, maka kini penulis bermaksud memaparkan bagaimanakah adanya neurolinguistik itu. Karena dengan mengetahui bagaimana hakikatnya, mengapa bisa ada, maka ini adalah salah satu langkah menuju berpikir filsafat, dalam hal ini memahami filsafat ilmu. Neurolinguistik pada hakikatnya merupakan penggabungan neurologi (ilmu kedokteran yang mengkaji system syaraf) dimana neuro atau nerve berarti saraf otak dan linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa. Kedua pihak, baik ahli bahasa (linguis) dan ahli saraf (neurology) sepakat untuk menggabungkan dua disiplin ilmu yang berbeda ini karena sebenarnya penyakit bertutur yang berhubungan dengan bahasa merupakan bahan kajian neurologi pula dan sebaliknya. Neurolinguistik jika dirunut dari awal adanya merupakan sub disiplin dari cabang linguistik bernama psikolinguistik. Keduanya tetap memiliki keterkaitan erat hanya saja concern keduanya ini berbeda. Diambil simpulan bahwa. kerja otak yang berkaitan dengan bahasa meliputi mendengar, membaca, menulis, berbahasa isyarat dan lain sebagainya. Memahami kerja otak berarti juga mengetahui bagaimana mekanismenya, produksi ujaran dan persepsi ujaran, juga atermsuk apabila menemukan penyakit bertutur yang dialami manusia yang berkaitan dengan otak, maka 7
8 sudah menjadi tugas neurolinguis untuk mengkajinya. Sebagaimana diungkapkan Luria (1967; 1975) dalam Simanjuntak (1990, 21), tugas utama neurolinguistik adalah untuk menerapkan data-data klinik penyakit bertutur untuk memaparkan mekanisme fisiologi dan neuropsikologi yang mendasari penyakit bertutur itu agar dapat merumuskan satu pandangan yang menyeluruh mengenai patologi ucapan dan bahasa. Kushartanti dkk. (2007: 238) menyatakan, kajian neurolinguistik juga merupakan kajian yang berupaya memahami kerja otak untuk memproses kegiatan berbahasa sebagaimana psikolinguistik hanya saja fokusnya berbeda. Jika psikolinguistik fokus pada pemerolehan bahasa anak serta mencoba memahami perspektif proses komprehensi dan/atau produksi bahasa yang terjadi di otak manusia, neurolinguistik berfokus pada upaya untuk membuat sebuah model neural program yang merupakan rekonstruksi kerja otak dalam memproses kegiatan bicara, mendengar, membaca, menulis, dan berbahasa isyarat. Neurolinguistik lebih berkecimpung dalam memahami kesulitan berbahasa atau gangguan berbahasa, yang mencakup kegiatan berbicara, mendengar, membaca, menulis, dan berbahasa isyarat yang mengganggu kemampuan berkomunikasi. Termasuk dalamnya gangguan berbahasa karena bisu dan tuli sejak lahir. Semua ini memerlukan kerja sama yang erat antara dokter ahli syaraf dan ahli linguistik. Hal yang dapat menjelaskan kaidah penelitian neurolinguistik, secara umum meliputi tiga hal (Gusdi Sastra, 2005), yaitu: 1. Anatomi saraf pusat: fungsi yang dilakukan oleh setiap hemisfer serebrum 2. Kerusakan otak yang berpengaruh kepada suatu bahasa, dan 3. Ekspresi verbal penderita. B. Neurolinguistik dari Segi Epistemologi 1. Epistemologi Ilmu Setelah manusia mengetahui bagaimana hakikat ilmu dan terpenuhi rasa ingin tahunya terhadapa hal itu, apakah hanya berhenti disini saja. Tentu sebagai manusia yang tengah berfilsafat, berpikir logis dan analistis, manusia secara pribadi telah menanamkan dalam dirinya jiwa yang tangguh dan menyiapkan alam berpikir untuk memahami, menguji dan mengetahui bagaimana suatu ilmu bisa diperoleh, bagaimana teori di dalamnya, dan bagaimana metodemetodenya. Suriasumantri (2015: 22) menyatakan, epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Adapun filsafat ilmu mempelajari tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara bagaimana mendapatkannya. Suriasumantri menegaskan, 8
9 epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tetang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan (Suriasumantri, 2015: 151). Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan dalam filsafat kita kenal ada tiga langkah yaitu, pertama dengan empirisme, yaitu melalui mengalami langsung. Ketika seorang anak tengah bermain api hingga menyudut sebagian kecil kulit di sikunya, lantas spontan anak tersebut merasa kesakitan. Barulah ia tahu bahwa bermain api itu tidak baik dan untuk kesempatan ke dua dia harus lebih berhati-hati. Langkah empirisme ini diperoleh dengan media ke lima alat indera manusia. Yang ke dua, yaitu melalui rasionalisme, mengandalkan kemampuan alat indera dan pengalaman saja tidaklah cukup, untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang memadai, tepat dan cermat haruslah melalui cara berpikir logis. Louis O. Kattsoff (2004: 135), berpendapat rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Ke tiga adalah penyempurnaan keduanya, penyatuan keduanya, yaitu positivism atau disebut pula scientific knowledge atau scientific method (pengetahuan ilmiah). Tiga syarat sebuah ilmu dikatakan ilmiah yaitu; dimulai dengan pengamatan yang dilakukan secara hati-hati dan sistematis, didukung oleh hipotesis dan melakukan ramaln-ramalan yang secara sengaja. Namun yang dimaksud ramalan disini bukan yang bersifat perdukunan, tapi mencatat hal-hal berdasarkan sesuatu yang terjadi sebelumnya, dalam Louis O. Kattsoff (2004: 145) hal itu dinamakan eskperimentasi. Zaprulkhan (2012, 22-24), terdapat enam prinsip pencarian filosofis (philosophical inquiry): pertama, ijinkanlah rasa ingin tahu berkembang dengan baik dalam diri Anda. Karena filsafat dimulai dari rasa ketakjuban, keheranan dan rasa ingin tahu yang bergelora. Philosophy begin with wonder, begitu kata Aristoteles. Ke dua, ragukan segala sesuatu yang tidak didukung oleh bukti-bukti sampai ada bukti-bukti yang meyakinkan Anda tentang kebenaran tersebut. Ke tiga, cintailah kebenaran, karena filsafat merupakan pencarian abadi terhadap kebenaran. Ke empat, terka, duga dan tolaklah. Ikutilah saran bijak Karl Popper, bahwa filsafat merupakan sebuah sistem tentang menerka dan menolak. John Stuart Mill pernah menulis, orang yang hanya mengetahui sebuah masalah, maka dia hanya mengetahui sedikit terhadap sebuah masalah, maka dia hanya mengetahui sedikit terhadap masalah tersebut. Perspektif yang bersifat komparatif dan kaya membuat Anda melihat persoalan dari berbagai aspeknya, kaya warna, dan tidak monoton. Ke lima, ikhlaslah unuk merevisi, menolak dan memperbaiki paradigm yang telah Anda pegang selama ini. 9
10 2. Teori Neurolinguistik Para ahli neurolinguistik seperti Wernicke, Broca, Chomsky dan lain sebagainya percaya bahwa pusat bahasa manusia terletak di hemisfer kiri. Hal ini didasarkan oleh penelitian yang pernah dilakukan oleh Wernicke dan Broca pada tahun 1800-an yang menemukan lesi (kerusakan) pada bagian otak sebelah kiri (bagian lobus frontal dan temporal) pada pasiennya masing-masing. Hasil otopsi itu hingga kini kita kenal dengan penyakit bernama afasia Broca dan afasia Wernicke. Sumber: Belahan Otak, Sastra 2007 Simanjuntak (1990: 22), mengelaborasikan dua teori tentang bahasa dan otak yang diambil dari dua tokoh utama bidang psikolinguistik dan neurolinguistik. Teori yang pertama adalah dari Wernicke yang terungkap pada akhir abad ke-19. Teori Wernicke telah terbukti sebagai satu teori yang paling baik yang telah berhasil menerangkan hakikat pusat bahasa di belahan kiri otak (Geschwind: 1964, 1973ab, 1972, 1968; Cohen dan Wartofsky: 1969). Ada 10 dasar mengapa teori itu muncul: 1. Medan Broca (Broca s Area) terletak di depan daerah korteks belahan otak sebalh kiri. 2. Di dalam daerah korteks (Medan Broca) ini terletak representasi motor untuk muka, lidah, bibir, lelangit, lipatan vokal atau pita suara dan lain-lain yang semuanya termasuk alat-alat ucapan. 10
11 3. Adalah masuk akal bila kita menganggap, bahwa Medan Broca mengandung rumus-rumus yang dapat mengubah atau mengkode yang didengar ke dalam bentuk artikulasi dengan kata lain untuk diucapkan. Proses pengkodean ini sangat rumit. 4. Medan Wernicke terletak dekat representasi korteks pendengaran, juga di belahan otak sebelah kiri. 5. Adalah masuk akal bila kita menganggap, bahwa Medan Wernicke ini terlibat dalam pengenalan pola-pola bahasa ucapan. Proses pengenalan ini juga sangat rumit. 6. Medan Broca dan Medan Wernicke dihubungkan oleh Busur Fasikulus yang mencerminkan antar ketergantungan kedua medan ini. 7. Kerusakan pada Medan Wernicke akan mengakibatkan kegagalan untuk memahami bahasa ucapan (lisan) 8. Kerusakan pada Medan Broca akan mengakibatkan kegagalan memproduksi bahasa ucapan. 9. Karena bahasa tulisan dipelajari melalui bahasa lisan, satu kerusakan pada Medan Wernicke akan menghilangkan juga pemahaman bahasa tulisan. 10. Kerusakan pada Medan Wernicke juga akan mengakibatkan kekacauan pada produksi bahasa lisan. Dari teori Wernicke di atas telah dapat sebenarnya satu kesimpulan yang meyakinkan untuk ditarik, yaitu terdapat spesialisasi atau semacam pembagian kerja pada bagian-bagian otak sereberum manusia. (Simanjuntak, 1990: 27). Sebenarnya masih ada banyak lagi teori-teori berkenaan dengan neurolinguistik yang berdasarkan gagasan Wernicke, Broca dan Chomsky dan ahli lain. Tapi dalam tulisan ini penulis hanya mencantumkan teori Wernicke saja agar tidak berpanjang lebar keluar dari ranah filsafati. Selain daripada itu, tujuan penulis untuk meyampaikan bagaimana memperoleh ilmu neurolinguistik telah tercapai. C. Neurolinguistik dari Segi Aksiologi Louis O. Kattsoff (2004: 319), menerangkan bahwa aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Setiap ilmu harus memiliki landasan aksiologi atau nilai-nilai yang baik demi kebermanfaatan bagi masyarakat pada umumnya atau kelompok tertentu. Brammel, dalam Suwardi Endraswara, 11
12 (2012:148) aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu : (1) Moral conduct, yaitu tindakan moral, yaitu tindakan moral bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika dan (2) Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan, (3) Socio-political life, yaitu kehidupan social politik, yang melahirkan filsafat sosial politik. Definisi aksiologi lainnya menurut Jujun S. Suriasumantri (1985: 234) adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Endraswara (2012: 152) merangkum definisi aksiologi sebagai sebuah ilmu yang membahas kegunaan ilmu pengetahuan yang di dalamnya mengandung pranata dan etika keilmuan. Simanjuntak (1990: 21), bagi linguistik sendiri kecenderungan ialah menerapkan penemuan-penemuan neurolinguistik kepada kegunaan-kegunaan lain, seperti perolehan dan pelajaran bahasa, penyusunan kurikulum bahasa, pengobatan penyakit bertutur, komunikasi, masalah sosiolinguistik sendiri. Neurolinguistik berimplikasi pula pada bidang pengajaran bahasa, pada pembelajaran bahasa asing khususnya. Melalui teori Nativisme yang diposulatkan oleh Chomsky yang menyatakan bahwa anak dilahirkan dengan membawa alat bahasa (LAD/ Language Acquisition Device). Pangaribuan (2008: 97), menyatakan bahwa hipotesis bawaaan mempostulatkan bahwa anak dilahirkan dengan membawa alat bahasa (LAD). Alat ini membantu anak belajar untuk tuga pemerolehan sebagai berikut: (1) mencari kemungkinan menentukan system tata bahasa yang benar untuk suatu bahasa, (2) memilih system yang cocok untuk data linguistic primer (DLP), (3) menguji DLP dengan tata bahasa yang ada dan memilih salah satu yang mungkin, (4) dengan alat ukur yang terjamin, (5) system yang dipilih memfasilitator LAD membentuk suatu teori kebahasaan, dan (7) teori bahasa yang bersifat internal menjadi system bahasa (Chomsky, 1965: 25 dalam Pangaribuan). Implikasi dalam bidang neurologi, linguistik, neurolinguis (ahli patologi bahasa) tentu sangat banyak, diantaranya mengetahui gangguan berbicara, berbahasa, penyakit bertutur serta bagaimana metode penyembuhannya dimana seiring perkembangan ilmu neurolinguistik banyak diciptakan metode terapi-terapi baru yang dapat membantu penyembuhan pasien penderita penyakit bertutur. 12
13 BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan ulasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa: 1. Filsafat ilmu adalah induk dari bidang-bidang ilmu hingga saat ini. Dimana bidang keilmuan lambat laun spesifikasinya semakin partikular. Bidang keilmuan yang berbeda sekalipun bisa saling dipadukan untuk menimbulkan keselarasan. Selain daripada itu, 13
14 sejalan dengan misi fundamental filsafat yaitu dalam proses kegiatan berfilsafat, tidak layak menganggap bidang keilmuannya itu yang paling baik, paling tinggi. 2. Terdapat tiga cabang utama dalam filsafat ilmu, yaitu ontologi yang mengkaji yang ada, bagaimana hakikatnya, epistemology yang berusaha mencari bagaimana memperoleh suatu ilmu pengetahuan, serta aksiologi yang mengandung nilai-nilai keutamaan dalam ilmu termasuk pula kegunaannya bagi kemaslahatan masyarakat pada umumnya. 3. Neurolinguistik adalah sebuah bidang ilmu bahasa yang dipadukan dari neurologi (bidang ilmu kedokteran yang mengkaji saraf otak manusia) dan linguistik dimana objek kajiannya adalah bahasa. 4. Keselarasan antara keduanya berimplikasi pada banyak kemanfaatan bagi masyarakat dan siapa saja yang tertarik pada bidang neurolinguistik. Bidang pengajaran bahasa asing, bidang patologi bahasa, dan masyarakat pada umumnya kini dapat menikmati penelitian bidang neurolinguistik yang dilakukan ahli-ahli neurolinguistik terdahulu hingga kini. DAFTAR PUSTAKA Arifuddin. (2010). Neuropsikolinguistik.. Jakarta: Rajawali Press Chaer, Abdul. (2009). Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. Dardjowijojo, Soenjono. (2014). Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor. Endraswara, Suwardi. (2012). Filsafat Ilmu: Konsep, Sejarah, dan Pengembangan Metode Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit CAPS Kattsoff, Louis O. (2004). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana 14
15 Kushartanti dkk, (2007). Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Salam, Burhanuddin. (2012). Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara. Sastra, Gusdi. (2011). Neurolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Alfabeta Simanjuntak, Mangantar.(1990). Teori Linguistik Chomsky dan Teori Neurolinguistik Wernicke. Jakarta: Gaya Media Pratama. Soenjono Soemargono.(1988). Berpikir Secara Kefilsafatan. Yogyakarta: Nur Cahaya. Surajiyo. (2015). Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Suriasumantri, Jujun S. (2009). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Zaprulkhan.(2012). Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 15
BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi ujaran adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia baik berupa huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya mengalami stroke (Afasia
Lebih terperinciHUBUNGAN BAHASA DENGAN OTAK
HUBUNGAN BAHASA DENGAN OTAK Nurilam Harianja Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Bagaimanakah hubungan bahasa dengan otak dikaji secara ilmu Neurolinguistik?. Neurolinguistik adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapatkan dari Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), setiap tahunnya diperkirakan
Judul : Penguasaan kemampuan tutur pasien pasca-stroke setelah mengikuti kelas terapi wicara di rumah sakit umum daerah (rsud) dokter moewardi surakarta Pengarang : Najma Thalia BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Afasia broca adalah gangguan pengutaraan atau gangguan produksi berbahasa yang ada hubungannya dengan komunikasi. Gangguan berbahasa ini terjadi, umumnya pada orang
Lebih terperinciSuatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu
CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari
Lebih terperinciMAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Dosen Pembimbing: Dr. Hasaruddin Hafid, M.Ed Oleh: A. Syarif Hidayatullah PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SENI RUPA
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm
Contoh Book Review FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm Oleh: Dr. Halid, M.Ag. (Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Lebih terperinci2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,
Lebih terperinciHAND OUT PSIKOLINGUISTIK
HAND OUT PSIKOLINGUISTIK 1. HAKIKAT BAHASA 1. Bahasa adalah sebuah system; 2. Bahasa berwujud lambang; 3. Bahasa berwujud bunyi; 4. Bahasa bersifat arbitrer; 5. Bahasa bermakna; 6. Bahasa bersifat konfensional;
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman
Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang
Lebih terperinciCabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa. Pertemuan Ketiga-Munif 1
Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa Pertemuan Ketiga By Munif Pertemuan Ketiga-Munif 1 Cabang Linguistik Berdasarkan Pembidangannya Berdasarkan Sifat Telaahnya Beradasarkan Pendekatan
Lebih terperinciEtika dan Filsafat. Komunikasi
Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa
Lebih terperinciSILABUS S2 No. Dok. :
SPS UPI SILABUS S2 No. Dok. : FILSAFAT ILMU No. Revisi : Tanggal Berlaku : Halaman : A. IDENTITAS MATA KULIAH 1. Nama Mata Kuliah : Filsafat Ilmu 2. Kode Mata Kuliah : PS611 3. SKS : 2 4. Status : Mata
Lebih terperinciEtika dan profesi humas
Etika dan profesi humas NURJANAH, M.SI Falsafah sbg landasan teoritis etika Kata Filsafat dari bhs Yunani Philosopia Philo atau philien artinya cinta Sophia artinya :kebenaran Scr istilah falisafat berarti:
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 09Fakultas Dr. PSIKOLOGI PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KONSEP PENGETAHUAN Dalam Encyclopedia of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,
Lebih terperinciEPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT
EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia. Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain
Lebih terperinciApa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)
Bahasa dipelajari atau dikaji oleh disiplin ilmu yang disebut linguistik atau ilmu bahasa. Seperti halnya disiplin-displin yang lain, linguistik juga memiliki tiga pilar penyangga, yakni ontologi, epistemologi,
Lebih terperinciWHAT PSYCHOLINGUISTICS IS
WHAT PSYCHOLINGUISTICS IS Rohmani Nur Indah Objectives: Understanding the basic of Pscyholinguistics Explaining the definition, historical perspective, developments and schools in Psycholinguistics Exploring
Lebih terperinciPERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK
31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com
Lebih terperinciTUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU
TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU Sumber Dilampirkan Dosen Pengasuh: Prof. Dr. Slamet Widodo, MS., MM. OLEH NAMA : TOMMY LIM NIM : 07011281520163
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut
METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran
Lebih terperinciUJIAN AKHIR SEMESTER
UJIAN AKHIR SEMESTER Mata kuliah Filsafat Ilmu Dosen Pengampu : Dr. Edi Purwanta, M. Pd Oleh Moh Khoerul Anwar, S. Pd (14713251002) PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI
Lebih terperinciPRINSIP VERIFIKASI: POKOK PIKIRAN ALFRED JULES AYER DALAM KHASANAH FILSAFAT BAHASA
PRINSIP VERIFIKASI: POKOK PIKIRAN ALFRED JULES AYER DALAM KHASANAH FILSAFAT BAHASA Iman Santoso 1 Abstrak Dalam dunia filsafat bahasa dikenal seorang filsuf kebangsaan Inggris bernama Alfred Jules Ayer
Lebih terperinciNEUROPSIKOLINGUISTIK. Prof. Mangantar Simanjuntak, Ph.D. Program Doktor Linguistik Sekolah Pascasarjana - USU
NEUROPSIKOLINGUISTIK Prof. Mangantar Simanjuntak, Ph.D Program Doktor Linguistik Sekolah Pascasarjana - USU Teori Standar Neuropsikolinguistik Neuropsikolinguistik sebagai sebuah disiplin juga memakai
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata, yang
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Afiks dalam Bahasa Indonesia Putrayasa (2008: 5) mengatakan afiks adalah bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung
Lebih terperinciALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS Tugas Makalah pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen: Drs. Yusuf A. Hasan, M. Ag. Oleh: Wahyu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri
Lebih terperinciTANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI
TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana peranan filsafat ilmu dalam perkembangan ilmu pengetahuan? 2. Bagaimana perkembangan ilmu geografi? 3. Apa
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI)
BAHAN AJAR METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI) Dosen Pengampu : TASRIF, MPD Disusun oleh SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BIMA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Lebih terperinciIMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDEKATAN ILMIAH
IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDEKATAN ILMIAH SUMBANGAN FILSAFAT TERHADAP PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Filsafat mampu menunjukkan batas-batas: Ontologi Epistemologi aksiologi Melahirkan ilmuwan yg
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Lebih terperinciPANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.
PANCASILA Modul ke: PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT ABSTRACT Menjelaskan Pengertian,
Lebih terperinciTugas Filsafat. Mohamad Kashuri M
Tugas Filsafat Mohamad Kashuri 090810530M PROGRAM STUDI ILMU FARMASI FAKULTAS FARMASI PASCA SARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA 2008 1. Pendahuluan Sejalan dengan kemajuan pola berpikir manusia saat ini, ilmu
Lebih terperinciMODEL TERAPI LINGUISTIK UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA PENDERITA DISATRIA
MODEL TERAPI LINGUISTIK UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA PENDERITA DISATRIA Gusdi Sastra gusdisastra@yahoo.com Universitas Andalas Padang PENDAHULUAN Dalam penggunaaan bahasa verbal, setiap manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erlin Herliana, 2014 Strategi Berbahasa Pada Anak Autis Di SLB Abcde Lob
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otak manusia secara genetik telah disiapkan untuk berbahasa. Salah satu alat dalam otak manusia untuk menerima bahasa disebut LAD (Language Acqusition Device).
Lebih terperinciI I I I I I I I I I I I I. ' U{ ran IDR!s. UNIVERSITI PENDIDIKAN SULTAN loris SEMESTER 2 SESI2015/2016 PEPERIKSAAN AKHIR ARAHAN
SULIT ' U{ ran IDR!s,.. : 0 :: C5.!1. SUI.TAN lorts!:ducation UNIVERSITY UNIVERSITI PENDIDIKAN SULTAN loris PEPERIKSAAN AKHIR SEMESTER 2 SESI2015/2016 KOD : BML3033 KURSUS : PSIKOLINGUISTIK TARIKH:.1 3
Lebih terperincimakalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis
makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah kebintang-bintang.
Lebih terperinciMAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU
Modul ke: MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan Pendahuluan Pengertian Sistem Filsafat
Lebih terperinciFilsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd
FILSAFAT ILMU Irnin Agustina D.A.,M.Pd am_nien@yahoo.co.id Definisi Filsafat Ilmu Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengantar Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Orasi ilmiah DR. Arry Akhmad Arman, Fakultas Teknologi Industri, ITB, 23 Agustus
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH llmu komputer memiliki dua komponen utama; pertama, model dan gagasan mendasar mengenai komputasi, kzdua, teknik rekayasa untuk perancangan sistem komputasi
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun
Lebih terperinciILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.
ILMU DAN MATEMATIKA ILMU Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. John Warfield; Ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan
Lebih terperinciILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si.
FILSAFAT ILMU Drs. Dede Kosasih, M.Si. DEFINISI Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT Pengertian Filasat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada
Lebih terperinciTinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu
Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,
Lebih terperinciSTKIP PGRI PACITAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
STKIP PGRI PACITAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS SILABUS MATA KULIAH Mata kuliah/sks : Filsafat Ilmu Bobot : 2 Sks Tingkat/Semester : II/4 Standar kompetensi : Mahasiswa dapat menerapkan filsafat
Lebih terperinciMengapa Pengajaran Bahasa Kita Gagal?
Mengapa Pengajaran Bahasa Kita Gagal? Contributed by Santi Hendrawati duniaguru.com Banyak orang langsung mencibirkan bibir ketika mendengar seseorang masuk jurusan bahasa, apalagi belajar tentang bahasa.
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU & LOGIKA. Oleh : dr. Nur Indarawati Lipoeto
FILSAFAT ILMU & LOGIKA Oleh : dr. Nur Indarawati Lipoeto 1. Tujuan Mata Kuliah : 1.1 Agar Mhs Mempunyai Falsafah dari Ilmu yang Telah Dimilikinya. 1.2 Agar Mhs Memahami Tentang Apa yang Disebut dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering didengar dan diketahui fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan
Lebih terperinciEtika dan Filsafat. Komunikasi
Modul ke: 02 Martina Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Etika dan Filsafat Komunikasi Komunikasi dan Filsafat Shalaty Putri, M.Si. Program Studi Advertising dan Marketing Communication Pengantar pada Filsafat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli bahasa tentang asal kata filsafat dan pengertiannya. Pada bab isi makalah ini, kami mencoba menggali apa yang dimaksud dari
Lebih terperinciANALISIS DAN KOREKSI KESALAHAN PENALARAN PADA PENGGUNAAN BAHASA PAPAN PERINGATAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA SKRIPSI
ANALISIS DAN KOREKSI KESALAHAN PENALARAN PADA PENGGUNAAN BAHASA PAPAN PERINGATAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana (S-1) Pada Pendidikan Bahasa,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga
2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. PERUMUSAN MASALAH. Plagiarisme telah menjadi masalah yang terjadi di negeri kita.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Plagiarisme telah menjadi masalah yang terjadi di negeri kita. Hal ini tidak hanya terjadi pada kalangan non-akademis, tetapi juga kalangan akademis. Contohnya adalah
Lebih terperinciHAKIKAT DAN MAKNA NILAI
HAKIKAT DAN MAKNA NILAI Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Nilai dalam Pendidiikan Umum Dari Bapak Dr.H.Sofyan Sauri,M.Pd Oleh Dudung Rahmat Hidayat Mulyadi PROGRAM
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DA ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2011
FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DA ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2011 FILSAFAT ILMU Apa itu FILSAFAT??? KonTRak kuliah MaTReRi LiTRerAtUR ETIMOLOGIS philos (friend)/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Makna Pancasila dalam Sistem Filsafat dan Dasar Ilmu Fakultas MKCU Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Upaya manusia untuk
Lebih terperinciFILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI
FILSAFAT PENGANTAR Kata-kata filsafat, filosofi, filosofis, filsuf, falsafi bertebaran di sekeliling kita. Apakah pemakaiannya dalam kalimat-kalimat sudah tepat atau sesuai dengan arti yang dimilikinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas perilaku
Lebih terperinciSATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) MATA KULIAH NOMOR KODE/SKS WAKTU PERTEMUAN : FILSAFAT UMUM : 02085201/ 2 SKS : 2 x 45 Menit PERTEMUAN KE : 1 A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi : Diharapkan mahasiswa mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur
Lebih terperinciPROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
RENCANA PROGRAM SEMESTER (RPS) Mata Kuliah : Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Fisika I Kode/ SKS : GBM 14302/3 Semester : IV Program Studi : Pendidikan Fisika Dosen Pengampu : Dr. Ketang Wiyono, S.Pd.,
Lebih terperinciPeranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa
Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Salliyanti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Tulisan ini membicarakan peranan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran
Lebih terperinci7/17/2011. Diskripsi Mata Kuliah. Program Studi : Pendidikan Biologi Mata Kuliah :Filsafat Ilmu Kode Mata Kuliah : SKS
Diskripsi Mata Kuliah Diskripsi Mata Kuliah Daftar Materi Kuliah Mata kuliah memuat tentang Ilmu dan Pengetahuan; Metode Ilmiah; ontologi, epistimologi, aksiologi Filsafat & sains (ilmu); Rasionalisme,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi kemampuan kepada manusia untuk dapat berbahasa. Manusia diberi bekal untuk berbahasa,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian adalah sebuah cara untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan ilmiah. Rumusan masalah penelitian hanya dapat dijawab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas untuk memenuhi salah satu kebutuhan sosial manusia,
BAB I PENDAHULUAN Dalam pendahuluan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Uraian secara rinci dipaparkan sebagai berikut ini. A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciPRINSIP METODOLOGI PENELITIAN ILMIAH
PRINSIP METODOLOGI PENELITIAN ILMIAH Mengingatkan saya sewaktu pertama kali mendapat tugas untuk mengerjakan proposal pada mata kuliah Metodologi Penelitian. Karena banyak hal (misal bolos kuliah), akhirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak semua anak. Dalam pembukaan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak semua anak. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar, pendidikan mendapat perhatian khusus dan tercantum secara eksplisit pada alenia ke empat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2014 KEMENSESNEG. Penerjemah. Fungsional. Standar Kompetensi. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN (RPP) Nama Dosen : SETYA WIDYAWATI, S.KAR., M.HUM. Fakultas : SENI PERTUNJUKAN NIP : 196101171982032001 Program Studi : SENI TARI Mata Kuliah : FILSAFAT ILMU Kode Mata Kuliah : MKK
Lebih terperinciSTRUKTUR KURIKULUM 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
STRUKTUR KURIKULUM 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA STRUKTUR KURIKULUM Struktur kurikulum PS S3 PBI terdiri atas: 1. Matakuliah Landasan Keilmuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam peradaban manusia, bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional bagi
Lebih terperinciSILABUS : FILSAFAT ILMU
SILABUS MK FILSAFAT ILMU Fakultas : SENI PERTUNJUKAN ProgramStudi : SENI TARI Mata Kuliah : FILSAFAT ILMU Kode Mata Kuliah : MKK 03108 Bobot : 2 SKS Semester : III Standar Kompetensi : Setelah menyelesaikan
Lebih terperinciPEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR
PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR Sutarsih Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Email: sutabinde1@yahoo.com Abstrak Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peran sebagai
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dan Logika
Modul ke: Filsafat Ilmu dan Logika Pokok Bahasan: Cabang-cabang Filsafat Fakultas Fakultas Masyhar zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Cabang-cabang Filsafat Pokok Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting untuk berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial yang membutuhkan
Lebih terperinciDosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran
Agama, Filsafat, Ilmu, Teori, dan Penelitian Kuliah 2 Metodologi Ilmu Pemerintahan Dosen: Prof. Dr. H. Utang Suwaryo, Drs., M.A. Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan
Lebih terperinciBAHAN AJAR PEMBELAJARAN I
BAHAN AJAR PEMBELAJARAN I 1. Nama Mata Kuliah : Filsafat Komunikasi 2. Kode / SKS : FIF 349 / 2 SKS 3. Waktu Pertemuan : 1 x pertemuan ( 2 x 50 menit) 4. Pertemuan : I 5. Tujuan Pembelajaran a. Umum Setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Panji Wiraldy, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting dalam pendidikan. Jika pendidikan diibaratkan sebagai sebuah mesin besar, maka matematika akan menjadi
Lebih terperinciOBJEK MATERIAL DAN FORMAL FILSAFAT ILMU
BAB I PENDAHULUAN Filsafat Ilmu mulai merebak di awal abad ke 20, namun di abad ke 19 merupakan dasar filsafat ilmu dengan metode yang dimilikinya, metode induksi. Filsafat ilmu mengedepankan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciPERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY. Abdullah Hasibuan 1. Abstrak
PERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY Abdullah Hasibuan 1 Abstrak Linguistik merupakan suatu ilmu yang bahasa secara ilmiah atau ilmu tentang bahasa. Kata Linguistik berasal
Lebih terperinciKONSEPSI-KONSEPSI FILSAFAT KOMUNIKASI
Modul : FILSAFAT KOMUNIKASI Drs. Hasyim Purnama, M.Si KONSEPSI-KONSEPSI FILSAFAT KOMUNIKASI 1. Konsepsi Richard Lanigan Karyanya yang berjudul Communication Models in Philosophy, Review and Commentary
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak akan lepas dari dunia pembelajaran. Kita semua sebagai elemen di dalamnya memerlukan bahasa yang baik dan benar dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
Lebih terperinci