BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kalimat yang biasanya kita gunakan sehari-hari adalah kalimat tunggal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kalimat yang biasanya kita gunakan sehari-hari adalah kalimat tunggal"

Transkripsi

1 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Kalimat yang biasanya kita gunakan sehari-hari adalah kalimat tunggal tetapi tidak selamanya berupa kalimat tunggal. Demi keefisienan, adakalanya orang menggabungkan beberapa pernyataan ke dalam satu kalimat. Dari penggabungan kalimat tersebut maka terdapat struktur kalimat yang didalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat yang didalamnya terdapat dua kalimat dasar atau lebih disebut kalimat majemuk (Sugono, 1999). Penjelasan ini sejalan dengan penjelasan yang terdapat di dalam kamus dan para ahli : Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005 : 495) menyatakan bahwa : kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih yang dipadukan menjadi satu. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas (Kridalaksana : 1982). Jadi, penulis menyimpulkan bahwa kalimat majemuk merupakan kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih. Dalam bahasa Indonesia, kalimat majemuk sering digunakan bersamaan dengan penggunaan kalimat tunggal atau kalimat monoklausa. Penggunaan kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia digunakan untuk memperjelas hubungan antarbagian klausa dengan bagian klausa yang lainnya. Berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam kalimat majemuk, maka dalam hal ini kalimat majemuk dapat dibedakan dalam tiga

2 macam, yaitu : kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk campuran Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi atas beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara/ sederajat, yakni yang satu menjadi bagian yang lain (Chaer, 1994 : 244). Klausa yang satu merupakan induk kalimat, dan klausa yang lain merupakan anak kalimat. Kedua klausa itu biasanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif, seperti kalau, ketika, meskipun, supaya, jika, sehingga, dan karena. Kalimat majemuk bertingkat sesungguhnya berasal dari sebuah kalimat tunggal. Bagian dari kalimat tunggal tersebut kemudian diganti atau diubah sehingga menjadi sebuah kalimat baru yang dapat berdiri sendiri. Bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang tidak mengalami pergantian/ perubahan dinamakan induk kalimat, sedang bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang sudah mengalami penggantian/ peubahan dinamakan anak kalimat. Contoh: Ia datang kemarin. Kalimat tunggal tersebut ialah kalimat tunggal yang mempunyai keterangan waktu: kemarin. Jika kata kemarin diganti/ diubah menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, yakni diubah/ diganti dengan kalimat: ketika orang sedang makan, maka berubahlah kalimat tunggal tersebut menjadi

3 kalimat majemuk bertingkat sebagai berikut: Ia datang, ketika orang sedang makan. Perkataan: ia datang (yang tidak pernah mengalami perubahan/ pergantian) dinamai induk kalimat, sedang perkataan: ketika orang sedang makan (yang mengubah/ mengganti kata kemarin) dinamai anak kalimat Pola Kalimat Majemuk Bertingkat Induk Kalimat dan Perbedaan kalimat dan anak kalimat dapat dilihat dari ciri kemandirian sebagai kalimat tunggal, unsur konjungsi, dan urutan unsurnya. 1. Kemandirian sebagai Kalimat Tunggal Pernyataan saya masuk dapat menjadi kalimat mandiri tanpa unsur ketika mereka diam. Sebaliknya, unsur ketika mereka diam tanpa unsur saya masuk tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat. Dengan kata lain, induk kalimat mempunyai ciri dapat berdiri sebagai kalimat mandiri, sedangkan anak kalimat tidak dapat berdiri sebagai kalimat tanpa induk kalimat. 2. Konjungsi Konjungsi digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk. Dengan kata lain, anak kalimat ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului konjungsi. Contohnya : Saya membaca buku ketika dia datang.

4 Dalam kalimat di atas, saya membaca buku merupakan induk kalimat (tidak didahului konjungsi ketika), sedangkan ketika dia datang merupakan anak kalimat (didahului konjungsi ketika). Jika konjungsi dipindahkan di awal kalimat itu, akan terjadi perubahan baik struktur maupun informasi / maknanya. Ketika saya membaca buku, dia datang. Setelah kata ketika dipindahkan ke bagian awal, unsur pertama ketika saya membaca buku merupakan anak kalimat dan unsur kedua dia datang merupakan induk kalimat. Gagassan utamanya adalah dia datang, sedangkan ketika saya membaca buku menjadi keterangan waktu yang memberi penjelasan pada gagasan utama dia datang. Jika anak kalimat mendahului induk kalimat, anak kalimat itu harus dipisahkan dengan tanda koma dari induk kalimatnya karena di antara anak kalimat dan induk kalimat itu tidak ada pembatasnya. Sebaliknya, jika anak kalimat mengikuti induk kalimat, anak kalimat itu tidak dipisahkan tanda komadari induk kalimat karena telah ada pembatasnya, yaitu konjungsi. Dengan demikian, induk kalimat tidak diawali konjungsi, sedangkan anak kalimat diawali konjungsi. 3. Urutan Dari beberapa contoh kalimat bertingkat sebelumnya, bahwa anak kalimat ada yang di depan induk kalimat dan ada pula yang di belakang induk kalimat. Anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan mempunyai kebesan tempat, kecuali anak kalimat akibat, didahului kata sehingga. Jika anak kalimat di depan induk kalimat, anak kalimat itu harus dipisahkan dengan tanda koma (,) dari induk kalimat.

5 Contohnya : (1) Dia mendirikan perusahaan itu ketika masih kuliah tingkat tiga. Induk Kalimat Anak kalimat yang menempati posisi di belakang induk kalimat itu dapat ditempatkan di depan induk kalimat tanpa perubahan informasi yang pokok. (2) Ketika masih kuliah tingkat tiga, dia mendirikan perusahaan itu. Induk Kalimat Pada contoh kalimat (1) adalah gagasan pokok, induk kalimat, sedangkan pada kalimat (2) adalah unsur keterangan. Namun kedua unsur pola urutan itu (Induk Kalimat atau Induk Kalimat) benar, bergantung kepada pengguna bahasa untuk memilihnya Jenis Berdasarkan perannya, anak kalimat dapat dibedakan atas beberapa jenis. Peran anak kalimat terlihat dari jenis konjungsi yang mendahuluinya. 1. Keterangan Waktu Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan waktu seperti ketika, waktu, kala, tatkala, saat, sesaat, sebelum, sesudah, dan setelah. Satu kalimat tunggal yang mandiri, setelah diawali konjungsi seperti itu, akan turun derajatnya menjadi anak kalimat yang menyatakan waktu. Anak kalimat jenis ini mempunyai hubungan yang renggang dari induk kalimat. Oleh karena itu, anak kalimat ini dapat menempati posisi awal, akhir, di antara subjek dan predikat, bahkan diantara predikat dan objek.

6 Contohnya : (1) Ketika memberikan keterangan, saksi itu meneteskan air mata. (2) Hadirin di ruang sidang itu terharu saat saksi menceritakan peristiwa itu. (3) Seorang pengunjung, tatkala saksi mengakhiri keterangannya, sempat terisak-isak. (4) Hakim ketuaa menyatakan, setelah mempelajari dan mendengarkan semua keterangan saksi, bahwa tertuduh tidak terlibat kasus itu. Pada contoh kalimat (1), anak kalimat mendahului induk kalimat, terletak di depan induk kalimat, sedangkan pada contoh kalimat (2), anak kalimat mengikuti induk kalimat, terletak di belakang induk kalimat. Contoh kalimat (3) menunjukkan bahwa anak kalimat terletak di antara subjek dan predikat serta contoh kalimat (4) menunjukkan bahwa kalimat terletak di antara predikat dan objek. 2. Keterangan Sebab Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan sebab, antara lain : sebab, karena, dan lantaran. Konjungsi itu mengawali anak kalimat yang merupakan keterangan pada induk kalimat di dalam sebuah kalimat majemuk subordinatif. Anak kalimat jenis ini mempunyai sifat seperti anak kalimat keterangan waktu, yaitu dapat menempati posisi awal, akhir, atau di

7 dalam induk kalimat di antara subjek dan predikat serta diantara predikat dan objek. Contohnya : (1) Karena banyak peminat, Pemerintah akan membangun lagi unit-unit rumah susun. (2) Pembangunan rumah susun itu memerlukan penelitian sebab beberapa unit rumah susun belum berpenghuni. (3) Adik Reni, karena akan ikut transmigrasi ke luar Pulau Jawa, mengikuti pendidikan dan pelantikan kerja. (4) Dia menunggu, karena sampai hari ini belum ada panggilan, kepastian keberangkatannya ke Saudi Arabia. Pada contoh kalimat (1), anak kalimat terletak di depan induk kalimat, dan pada contoh kalimat (2), anak kalimat terletak di belakang induk kalimat. Contoh kalimat (3) menempatkan anak kalimat di dalam induk kalimat, yaitu di antara subjek dan predikat, serta contoh kalimat (4) menunjukkan letak anak kalimat di antara predikat dan objek. 3. Keterangan Akibat Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian akibat. Konjungsi itu, antara lain : hingga, sehingga, maka, akibatnya, dan

8 akhirnya. Anak kalimat keterangan akibat hanya menempati posisi akhir, terletak di belakang induk kalimat, seperti contoh di bawah ini : Hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu. 4. Keterangan Syarat Anak kalimat jenis ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian persyaratan. Konjungsi itu, antara lain : jika, kalau, apabila, andaikata dan andaikan. Anak kalimat ini mempunyai kebebasan tempat, dapat menempati posisi awal, akhir, di antara subjek dan predikat, serta diantara predikat dan objek. Contohnya : (1) Jika ingin berrhasil dengan baik, Anda harus belajar dengan tekun. (2) Engkau tentu akan lulus tahun ini andaikata mau belajar dengan tekun. (3) Buku, apabila dibaca dengan cermat, akan memberikan ilmu pengetahuan kepada kita. (4) Saya akan membaca, andaikata punya cukup waktu, semua buku di perpustakaan ini. Pada contoh kalimat (1), anak kalimat terletak di depan induk kalimat, dan pada contoh kalimat (2), anak kalimat terletak di belakang induk kalimat. Contoh kalimat (3) menunjukkan bahwa anak kalimat terletak di antara subjek dan

9 predikat, serta contoh kalimat (4) menunjukkan bahwa anak kalimat di antara predikat dan objek. 5. Keterangan Tujuan Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian tujuan. Konjungsi yang digunakan dalam anak kalimat jenis ini, antara lain : supaya, agar, untuk, guna, dan demi. Anak kalimat ini juga mempunyai kebebasan tempat, seperti terlihat pada contoh berikut : (1) Untuk membantu perkembangan Kantor Unit Desa, kita telah melakukan berbagai usaha. (2) Koperasi perlu memiliki pemimpin yang tangguh guna menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi. (3) Pemimpin koperasi, supaya mendapat dukungan masyarakat, harus mempunyai sifat demokratis. (4) Dia harus memberikan, demi memajukan koperasi, waktu yang cukup bagi koperasi di bawah kepemimpinannya. Contoh kalimat (1) mempunyai anak kalimat yang terletak pada posisi awal, sedangkan contoh kalimat (2) mempunyai anak kalimat yang terletak pada posisi akhir. Contoh kalimat (3) menunjukkan bahwa anak kalimat terletak di

10 antara subjek dan predikat, serta contoh kalimat (4) menunjukkan bahwa anak kalimat terletak di antara predikat dan objek. 6. Keterangan Cara Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian cara. Konjungsi yang menyatakan pertalian itu, antara lain : dengan dan dalam. Anak kalimat keterangan cara ini mempunyai kebebasan tempat, seperti pada contoh berikut : (1) Dengan menurunkan harga beberapa jenis BBM, kita berharap kegiatan ekonomi tidak lesu lagi. (2) Kita berupaya meningkatkan ekspor nonmigas dalam mengatasi pemasaran minyak yang terus menurun. (3) Kita, dalam menhadapi masa resesi ini, harus lebih berhati-hati. (4) Saksi itu menjelaskan, dengan menunjukkan barang bukti, peristiwa penyelundupan barang-barang mewah. Contoh kalimat (1) menunjukkan bahwa anak kalimat terletak pada posisi awal dan contoh kalimat (2) menunjukkan bahwa anak kalimat terletak pada posisi akhir. Pada contoh kalimat (3), anak kalimat terletak di antara subjek dan

11 predikat, sedangkan pada contoh kalimat (4), anak kalimat terletak di antara predikat dan objek. 7. Keterangan Pewatas Anak kalimat ini menyertai nomina, baik nomina itu berfungsi sebagai subjek, predikat maupun objek. Ciri penanda anak kalimat ini ialah konjungsi yang atau kata penunjuk itu. Anak kalimat ini berfungsi sebagai pewatas nomina. Contohnya : (1) Perusahaan yang ingin mengajukan kredit harus mempunyai jaminan. (2) Orang membawa tas itu direktur kami. (3) Dia direktur yang baru dilantik seminggu yang lalu. (4) Direktur baru itu ingin memperluas perubahan yang nyaris gulung tikar sebulan yang lalu. (5) Dia kehilangan pekerjaan yang menjadi sumber kehidupan keluarganya. (6) Dia akan pindah ke rumah yang terletak di ujung jalan itu. Pada contoh kalimat (1), anak kalimat mewatasi nomina subjek (perusahaan). Anak kalimat itu menggunakan konjungsi yang. Pada contoh

12 kalimat (2), anak kalimat memberi pewatas nomina subjek (orang), tetapi tidak digunakan konjungsi yang. Sebagai pengganti, digunakan kata penunjuk itu untuk menandai ketakrifan nomina subjek. Pada contoh kalimat (3), anak kalimat mewatasi nomina predikat (direktur) yang ditandai oleh konjungsi yang. Selanjutnya, pada contoh kalimat (4), anak kalimat mewatasi nomina objek (perusahaan). Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang. Pada contoh (5), anak kalimat mewatasi nomina pelengkap yang ditandai oleh konjungsi yang. Adapun contoh kalimat yang terakhir, anak kalimat memberi pewatas nomina keterangan (rumah). 8. Pengganti Nomina Anak kalimat ini ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi subjek atau objek dalam kalimat transitif. Contohnya : (1) Bahwa pengurus koperasi harus segera dibentuk sudah dibahas dalam rapat kemarin. (2) Adalah hak kita bahwa pemilihan pengurus itu harus dibicarakan dalam rapat anggota. (3) Keinginan pemimpin kita ialah bahwa semua pengurus harus mendahulukan kepentingan pelayanan.

13 (4) Pengurus lama berjanji bahwa koperasi kita akan memilih pengurus baru. (5) Dia memberitahukan bahwa pemilihan pengurus koperasi diadakan minggu ini. Pada contoh kalimat (1), anak kalimat menduduki fungsi subjek. Pada contoh kalimat (2), walaupun tidak posisi awal, anak kalimat itu berfungsi sebagai subjek. Kalimat (2) itu adalah kalimat inversi (pola urutan P-S). Urutan itu dapat diubah S-P. Pada contoh kalimat (3), anak kalimat termasuk sebagai pelengkap, begitu juga contoh kalimat (4) menunjukkan bahwa anak kalimat berfungsi sebagai pelengkap. Adapun contoh kalimat terakhir menempatkan anak kalimat sebagai objek. 2.2 Landasan Teori Psikolinguistik dan Teori Genetik Kognitif Chomsky Kata psikolinguistik adalah gabungan dua kata, yaitu psikologi dan linguistik, yang merupakan dua disiplin yang berlainan dan berdiri sendiri. Kedua disiplin ilmu ini mengkaji satu masalah yang sama, yaitu bahasa, dengan cara yang berlainan dan dengan tujuan yang berlainan. Dengan demikian banyak juga hal yang sama yang dikaji oleh kedua disiplin ilmu ini dengan tujuan yang boleh dikatakan sama atau hampir sama tetapi dengan metode atau teori yang berlainan. Pada dasarnya psikologi mengkaji perilaku berbahasa, sedangkan linguistik mengkaji struktur bahasa yang lahir atau tumbuh. Kedua disiplin ilmu ini saling berdampingan dan bekerjasama atau saling membantu dalam mengkaji bahasa dan hakekat bahasa itu.

14 Sebagai hasil kerjasama yang lebih terarah dan sistematis lahirlah satu ilmu baru yang sekarang disebut psikolinguistik. Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam mereka membina pengetahuan berbahasa. (Dardjowidjojo, 2005). Tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang unggul dari segi linguistik dan psikologi yang mampu menerangkan hakekat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakekat struktur bahasa dan bagaimana struktur bahasa ini diperoleh dan digunakan pada waktu bertutur dan memahami ujaran-ujaran bahasa yang terlibat dalam proses-proses kebahasaan ini. Pada hakekatnya psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi kepada masalah-masalah bahasa, seperti pengajaran bahasa, pemebelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan lanjutan, kedwibahasaan (bilingualism), kemultibahasaan (multilingualism), penyakit bertutur, seperti afasia, gagap dan sebagainya. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa psikolinguistik merupakan satu ilmu yang dilahirkan sebagai akibat dari satu kesadaran, bahwa pengkajian bahasa merupakan sesuatu yang sangat sulit dan dan rumit sehingga satu disiplin ilmu secara sendiri tidak mungkin mampu mengkaji dan menerangkan hakekat bahasa itu. Sama halnya dengan Piaget, Chomsky juga tidak pernah memperkenalkan teori pemerolehan dan pembelajaran bahasa secara khusus. Namun, karena teori linguistik yang diperkenalkannya (1957, 1965, 1968)dan juga artikel ulasannya mengenai buku Skinner ( Verbal Behavior, 1957) dalam Language (1959) telah mengubah secara drastis perkembangan psikolinguistik, maka satu teori

15 pemerolehan dan pembelajaran bahasa telah dapat disimpulkan dari teori generatif transformasinya yang kini dikenal dengan nama teori genetik kognitif (Chaer, 2003 : 108). Teori ini digolongkan ke dalam kelompok teori kognitif karena teori ini menekankan pada otak (akal, mental) sebagai landasan dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Chomsky (1969) dengan keras menentang teori pembiasaan operan dalam pemerolehan bahasa yang dikemukakan Skinner. Menurut Chomsky tidaklah ada gunanya sama sekali untuk menjelaskan proses pemerolehan bahasa tanpa mengetahui dengan baik apa sebenarnya bahasa sebagai benda yang sedang diperoleh itu. Untuk dapat menerangkan hakikat proses pemerolehan bahasa, di samping memahami apa sebenarnya bahasa itu, kita tidak boleh menyampingkan pengetahuan mengenai struktur dalam organisme (manusia), yakni bagaimana cara-cara perilaku berbahasa itu diatur. Semua cara ini ditentukan oleh struktur awal yang dibawa sejak lahir yang sangat rumit, dan proses perkembangannya diatur menurut proses pematangan genetik dan pengalaman-pengalaman yang telah lalu. Teori genetik kognitif ini didasarkan pada satu hipotesis yang disebut hipotesis nurani (the innateness hyphothesist). Hipotesis ini mengatakan bahwa otak manusia dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa. Untuk itu otak manusia dipersiapkan telah dilengkapi dengan struktur bahasa universal yang disebut Language Acquisition Device (LAD). Dalam proses pemerolehan bahasa LAD ini menerima ucapan-ucapan dan data-data lain yang berkaitan melalui pancaindra sebagai masukan dan membentuk rumus-rumus linguistik berdasarkan masukan itu yang kemudian dinuranikan sebagai keluaran. Menurut Chomsky,

16 teori behaviorisme (S R) sangat tidak memadai untuk menerangkan prosesproses pemerolehan bahasa sebab masukan data linguistiknya sangat sedikit untuk dapat membangkitkan rumus-rumus linguistik. Chomsky berpendapat tidak mungkin seorang kanak-kanak mampu menguasai bahasa ibunya dengan begitu mudah yaitu tanpa diajar dan begitu cepat dengan masukan yang sedikit (kalimatkalimat tidak lengkap, berputus-putus, salah, dan sebagainya) tanpa adanya struktur universal dan LAD itu di dalam otaknya secara genetik. Dalam proses pemerolehan bahasa, tugas kanak-kanak dengan alat yang dimilikinya (yaitu LAD) adalah menentukan bahasa masyarakat manakah masukan kalimat-kalimat yang didengarnya itu akan dimasukkan. Struktur awal atau skema nurani yang dimilikinya semakin diperkaya setelah bertemu dengan masukan dari bahasa masyarakatnya (bahasa ibunya), dan kanak-kanak akan membentuk teori tata bahasanya berdasarkan itu. Tata bahasa itu terus-menerus disempurnakan berdasarkan masukan yang semakin banyak, dan sesuai dengan proses pematangan otaknya. Sesudah mencapai umur tiga atau empat tahun, tata bahasa ini sudah hampir sama baiknya dengan tata bahasa yang dimiliki orang dewasa. Keadaan ini merupakan hal yang luar biasa mengingat betapa nuraninya bahasa yang sedang diperolehnya. Untuk lebih memperkuat teorinya atau hipotesisnya Chomsky mengajukan hal-hal berikut : 1. Proses-proses pemerolehan bahasa pada semua kanak-kanak boleh dikatakan sama.

17 2. Proses pemerolehan bahasa tidak ada kaitannya dengan kecerdasan. Maksudnya, anak yana IQ-nya rendah juga memperoleh bahasa pada waktu dan cara yang hampir sama. 3. Proses pemerolehan bahasa juga tidak dipengaruhi oleh motivasi dan emosi kanak-kanak. 4. Tata bahasa yang dihasilkan oleh semua kanak-kanak boleh dikatakan sama. Semua ini tidak mungkin terjadi apabila kanak-kanak itu tidak dilengkapi dengan LAD dan skema nurani seperti yang disebutkan di atas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berbahasa Indonesia Anak Kemampuan berbahasa Indonesia anak sangat mempengaruhi bahasa pertamanya. Anak dalam memperoleh bahasa pertama bervariasi, ada yang lambat, sedang, bahkan ada yang cepat. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh Chomsky, Piaget, Lenneberg dan Slobin berikut ini: 1. Faktor Alamiah Faktor alamiah adalah setiap anak lahir dengan seperangkat prosedur dan aturan bahasa yang dinamakan oleh Chomsky Language Acquisition Divice (LAD). Potensi dasar itu akan berkembang secara maksimal setelah mendapat stimulus dari lingkungan. Proses pemerolehan melalui piranti ini sifatnya alamiah. Karena sifatnya alamiah, maka kendatipun anak tidak dirangsang untuk

18 mendapatkan bahasa, anak tersebut akan mampu menerima apa yang terjadi di sekitarnya. Slobin mengatakan bahwa yang dibawa lahir ini bukanlah pengetahuan seperangkat kategori linguistik yang semesta, seperti dikatakan oleh Chomsky. Prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang dibawa sejak lahir itulah yang memungkinkan seorang anak untuk mengolah data linguistik. 2. Faktor Perkembangan Kognitif Perkembangan bahasa seseorang seiring dengan perkembangan kognitifnya. Keduanya memiliki hubungan yang komplementer. Pemerolehan bahasa dalam prosesnya dibantu oleh perkembangan kognitif, sebaliknya kemampuan kognitif akan berkembang dengan bantuan bahasa. Keduanya berkembang dalam lingkup interaksi sosial. Piaget dalam Brainerd seperti dikutip Ginn (2006) mengartikan kognitif sebagai sesuatu yang berkaitan dengan pengenalan berdasarkan intelektual dan merupakan sarana pengungkapan pikiran, ide, dan gagasan. Termasuk, kegiatan kognitif; aktivitas mental, mengingat, memberi simbol, mengkategorikan atau mengelompokkan, memecahkan masalah, menciptakan, dan berimajinasi. Hubungannnya dengan mempelajari bahasa, kognitif memiliki keterkaitan dengan pemerolehan bahasa seseorang. Menurut Lenneberg (1967), dalam usia dua tahun (kematangan kognitif) hingga usia pubertas, otak manusia itu masih sangat lentur yang memungkinkan seorang anak untuk memperoleh bahasa pertama dengan mudah dan cepat. Lanjut Lenneberg, pemerolehan bahasa secara alamiah sesudah pubertas akan terhambat

19 oleh selesainya fungsi-fungsi otak tertentu, khususnya fungsi verbal di bagian otak sebelah kiri. Piaget (1955) memandang anak dan akalnya sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus menerus. Anak-anak sewaktu bergerak menjadi dewasa memperoleh tingkat pemikiran yang secara kualitatif berbeda, yaitu menjadi meningkat lebih kuat. Piaget berpendapat bahwa kemampuan merepresentasikan pengetahuan itu adalah proses konstruktif yang mensyaratkan serangkaian langkah perbuatan yang lama terhadap lingkungan. Menurut Slobin (1977), perkembangan umum kognitif dan mental anak adalah faktor penentu pemerolehan bahasa. Seorang anak belajar atau memperoleh bahasa pertama dengan mengenal dan mengetahui cukup banyak struktur dan fungsi bahasa, dan secara aktif ia berusaha untuk mengembangkan batas-batas pengetahuannya mengenai dunia sekelilingnya, serta mengembangkan keterampilan-keterampilan berbahasanya menurut strategi-strategi persepsi yang dimilikinya. Lanjut Slobin, pemerolehan linguistik anak sudah diselesaikannya pada usia kira-kira 3-4 tahun, dan perkembangan bahasa selanjutnya dapat mencerminkan pertumbuhan kognitif umum anak itu. 3. Faktor Latar Belakang Sosial Latar belakang sosial mencakup struktur keluarga, afiliasi kelompok sosial, dan lingkungan budaya memungkinkan terjadinya perbedaan serius dalam pemerolehan bahasa anak (Vygotsky, 1978). Semakin tinggi tingkat interaksi sosial sebuah keluarga, semakin besar peluang anggota keluarga (anak)

20 memperoleh bahasa. Sebaliknya semakin rendah tingkat interaksi sosial sebuah keluarga, semakin kecil pula peluang anggota keluarga (anak) memperoleh bahasa. Hal lain yang turut berpengaruh adalah status sosial. Anak yang berasal dari golongan status sosial ekonomi rendah rnenunjukkan perkembangan kosakatanya lebih sedikit sesuai dengan keadaan keluarganya. Misalnya, seorang anak yang berasal dari keluarga yang sederhana hanya mengenal lepat, ubi, radio, sawah, cangkul, kapak, atau pisau karena benda-benda tersebut merupakan benda-benda yang biasa ditemukannya dalam kehidupannya sehari-hari. Sebaliknya anak yang berasal dari keluarga yang memiliki status ekonomi yang lebih tinggi akan memahami kosakata seperti mobil, televisi, komputer, internet, dvd player, laptop, game, facebook, ataupun KFC, karena benda-benda tersebut merupakan benda-benda yang biasa ditemukan dalam kehidupannya sehari-hari. Kemampuan anak berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang dapat dipahami orang lain sebagai anggota kelompok. Anak yang mampu berkomunikasi dengan baik akan diterima lebih baik oleh kelompok sosial dan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk memerankan kepemimpinannya, dibandingkan dengan anak yang kurang mampu berkomunikasi atau takut menggunakannya. 4. Faktor Keturunan Faktor keturunan meliputi: 1. Intelegensia Pemerolehan bahasa anak turut juga dipengaruhi oleh intelegensia yang dimiliki anak. Ini berkaitan dengan kapasitas yang dimiliki anak dalam mencerna

21 sesuatu melalui pikirannya. Setiap anak memiliki struktur otak yang mencakup IQ yang berbeda antara satu dengan yang lain. Semakin tinggi IQ seseorang, semakin cepat memperoleh bahasa, sebaliknya semakin rendah IQ-nya, semakin lambat memperoleh bahasa. Berikut ini adalah bagian dari gambar otak, menurut Simanjuntak (2009 : 198). Gambar 1 : Fungsi-Fungsi Otak (Simanjuntak, 2009 : 198) LD : Lobus Depan (Frontal) FB : Fasikulus Busur LT : Lobus Temporal KM : Korteks Moto LO : Lobus Oksipital KPd : Korteks Pendengaran LP : Lobus Parietal KPI : Korteks Penglihatan MB : Medan Broca KPr : Korteks Perasa (Peraba) MW : Medan Wernicke GA : Girus Angular Pusat Tata Bahasa (Kecakapan) : Girus Angular (GA) Pusat Ucapan : I) Pusat Produksi : Medan Broca (MB) II) Pusat Pemahaman : Medan Wernicke (MW)

22 2. Kepribadian dan Gaya/Cara Kemampuan Bahasa Kreativitas seseorang dalam merespon sesuatu sangat menentukan kemampuan bahasa, daya bertutur dan bertingkah laku yang menjadi kepribadian seseorang turut mempengaruhi sedikit banyaknya variasi-variasi tutur bahasa. Seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki tata bahasa pertama dalam otaknya, lengkap dengan semua aturan-aturannya. Bahasa pertama itu diperolehnya dengan beberapa tahap, dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang dewasa. Chomsky dan Piaget, seperti dikutip Ginn (2006), mengklasifikasi kemampuan bahasa ke dalam tujuh tahapan, yaitu. (a) Tahap Meraban (Pralinguistik 0,0-0,5) Pertama, (b) Tahap Meraba (Pralinguistik 0,5-1,0) Kedua: Kata Nomsens, (c) tahap Liguistik I Holoprastik; Kalimat satu Kata (1,0-2,0), (d) Tahap Linguistik II Kalimat Dua Kata (2,0-3,0), (e) Tahap Linguistik III. Pengembangan Tata Bahasa (3,0-4,0), (f) Tahap Linguistik IV Tata Bahasa Pra- Dewasa (4,0-5,0) dan (g) Tahap Linguistik V Kompetensi Penuh (5,0-...). Pada tahap pralinguistik pertama anak belum dapat menghasilkan bunyi secara normal, pada tahap pralinguistik yang kedua anak sudah dapat mengoceh atau membabel dengan pola suku kata yang diulang-ulang. Bahkan menjelang usia 1 tahun anak sudah mulai mengeluarkan pola intonasi dan bunyi-bunyi tiruan. Pada tahap linguistik I anak sudah mulai menggunakan serangkaian bunyi ujaran yang menghasilkan bunyi ujaran tunggal yang bermakna. Pada tahap linguistik II kosa-kata anak mulai berkembang dengan pesat, ujaran yang diucapkan terdiri atas dua kata dan mengandung satu konsep kalimat yang lengkap. Pada tahap

23 linguistik III anak mampu menggunakan lebih dari dua kata, kalimat yang diungkapkan biasanya menyatakan makna khusus yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada tahap linguistik IV anak sudah mampu menyusun kalimat yang cukup lengkap meskipun masih ada kekurangan pada penggunaan infleksi dan kata fungsi. Dan pada tahap linguistik yang terakhir anak sudah memiliki kemampuan penuh dalam berbahasa Kemampuan Berbahasa 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Secara bahasa kemampuan sama dengan kesanggupan atau kecakapan. Jadi, kemampuan adalah kesanggupan individu untuk melakukan pekerjaan yang dibebankan, sedangkan kemampuan berbahasa adalah kemampuan individu untuk mendengarkan ujaran yang disampaikan oleh lawan bicara, berbicara dengan lawan bicara, membaca pesan-pesan yang disampaikan dalam bentuk tulisan, dan menulis pesan-pesan baik secara lisan maupun tulisan. 2. Jenis-jenis Kemampuan Berbahasa a. Kemampuan Mendengar Kemampuan mendengar adalah kemampuan atau keterampilan menangkap dan memproduksi bahasa yang diperoleh dengan pendengaran. Dalam mendengarkan biasanya menggunakan direct method. Kaidah metode itu pelajaran awal diberikan dengan latihan-latihan mendengarkan atau hear training, kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan bunyi lebih dahulu, setelah itu kata-kata pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang. Kalimat-kalimat

24 tersebut kemudian dirangkaikan menjadi percakapan dan cerita. Materi pelajaran ditulis dalam notasi fonetik bukan ejaan sebagaimana lazimnya gramatika diajarkan secara induktif, dengan pelajaran mengarang terdiri atas reproduksi, dari yang telah didengar dan bicara (Dahlan, 1992). Secara umum tujuan latihan menyimak/mendengar adalah agar anak-anak dapat memahami ajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik bahasa sehari-hari maupun bahasa yang digunakan dalam forum resmi (Effendy, 2005). b. Kemampuan Berbicara Kemampuan berbicara adalah kemampuan berkomunikasi secara langsung dalam bentuk percakapan atau berdialog. Latihan-latihan cakap (diskusi, dialog) serta latihan membuat laporan lisan, dapat juga menambah keterampilan berbicara, persoalan yang tidak kurang pentingnya agar murid trampil berbicara adalah latihan-latihan keberanian berbicara. Selain bergantung pada sikap guru, tugas-tugas mengadakan komunikasi dengan ornag lain (selain guru kelas) dapat juga menimbulkan keberanian berbicara bagi murid-murid pemula, persoalannya keberanian (berbicara) perlu mendapat latihan-latihan seperlunya. Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa. Berbicara merupakan merupakan sarana utama utnuk membina saling perhatian, komunikasi timbal-balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara di dalam kelas mempunyai aspek komunikasi dua arah, yaitu antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian, latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh :

25 1. Kemampuan mendengarkan 2. Kemampuan mengucapkan 3. Penguasaan (relatif) kosa kata yang diungkapkan yang memungkinkan siswa dapat mengkomunikasikan maksud/fisiknya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa latihan berbicara itu merupakan kelanjutan dari latihan menyimak/mendengar yang di dalam kegiatannya juga terdapat latihan mengucapkan Media Gambar Media gambar adalah media yang tidak diproyeksikan dan dapat dinikmati oleh semua orang sebagai pindahan dari keadaan yang sebenarnya mengenai orang, suasana, tempat, barang, pemandangan, dan benda-benda yang lain. Media gambar termasuk media visual, sebagaimana halnya media yang lain media gambar berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi anak. Simbolsimbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digambarkan. Selain sederhana dan mudah pembuatannya, media gambar termasuk media yang relatif murah bila ditinjau dari segi biayanya.

26 Beberapa kelebihan media gambar antara lain : 1. Sifatnya konkrit, Maksudnya gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. 2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda/ peristiwa dapat dibawa kedalam kelas, dan tidak selalu bisa anak anak dibawa keobjek / peristiwa tersebut. Media gambar dapat mengatasi masalah tersebut. 3. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sela atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar. 4. Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman. 5. Gambar harganya murah dan mudah didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus. Selain kelebihan kelebihan tersebut, gambar mempunyai kelemahan, beberapa kelemahan tersebut adalah : 1. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata 2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. 3. Ukurannya sangat terbatas kelompok besar.

27 Selain itu, ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan. 1. Autentik Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sekitarnya. 2. Sederhana. Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin poin pokok dalam gambar. 3. Ukuran Relatif. Gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda sebenarnya. Apabila gambar tersebut tentang benda / objek yang belum dikenal atau pernah dilihat anak maka sulitlah membayangkan berapa besar benda atau objek tersebut. Untuk menghindari itu hendaknya dalam gambar tersebut terdapat sesuatu yang telah dikenal anak anak sehingga dapat membantunya membayangkan berapa besarkah benda tersebut. 4. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukan objek dalam keadaan diam, tapi memperlihatkan aktivitas tertentu. 5. Gambar yang bagus dilihat dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan di capai. (

28 2.3 Tinjuan Pustaka Penelitian tentang kemampuan berbahasa Indonesia sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya : Krashen (1978) dalam Chayono (1995 : 299) yang menyatakan bahwa pemahaman hubungan antara pemerolehan dan belajar itu penting untuk memahami periode kritis, karena setelah periode kritis berakhir, peranan belajar menjadi lebih berarti. Pemerolehan mengacu ke perkembangan kemampuan dalam suatu bahasa secara bertahap dan tidak disadari dengan disertai kemampuan penggunaan secara alamiah dalam situasi-situasi komunikatif. Kegiatan pemerolehan ialah kegiatan yang dialami oleh anak-anak dan mereka yang memperoleh bahasa karena mereka cukup lama dalam interaksi sosial (bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari) di negara lain. Pemerolehan terjadi dalam lingkungan yang tidak formal. Berbeda dengan pemerolehan, belajar mengacu ke pengumpulan pengetahuan kosa kata dan gramatika bahasa melalui sesuatu yang disadari (matematika, misalnya, merupakan kemampuan yang dipelajari, dan bukan kemampuan yang diperoleh). Kegiatan belajar biasanya berwujud pengajaran bahasa di sekolah, terbatas pada orang dewasa dan cenderung menghasilkan pengetahuan tentang bahasa yang dipelajari. Mereka yang memiliki pengalaman bahasa kedua melalui belajar cenderung tidak dapat mengembangkan kemampuan seperti mereka yang mengalami pemerolehan. Gustianingsih (2002) dalam tesis yang berjudul Pemerolehan Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak membahas tentang bagaimana kalimat majemuk koordinatif bahasa Indonesia diperoleh anak

29 taman kanak-kanak, yaitu jenis konjungsi kalimat koordinatif apa yang diperoleh anak dan berapa jumlah frekuensinya. Anak TK memiliki pola struktur kalimat majemuk koordinatif bahasa Indonesia yang berbeda dengan orang dewasa. Jenis kalimat majemuk koordinatif yang sedang, akan dan telah dipahami anak TK ternyata berbeda bagi setiap anak. Anak TK memiliki karakteristik kalimat majemuk koordinatif bahasa Indonesia yang berbeda dengan karakteristik bahasa orang dewasa. Siregar (2002) dalam tesis yang berjudul Pengaruh Stimuli Trehadap Pemerolehan Bahasa Anak Prasekolah (Studi Komparatif) menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian stimuli dengan perkembangan kosa kata dan semantik anak prasekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin intensif lingkungan memberikan stimuli terhadap anak, maka perkembangan pemerolehan bahasa anak prasekolah semakin baik. Selain itu, dari hasil penelitian ditemukan juga fakta bahwa anak masih melakukan generalisasi terhadap benda yang memiliki karakteristik yang sama. Rusyani (2008) dalam penelitiannya berjudul Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Usia 2,5 Tahun (Studi Kasus Terhadap Pemerolehan Bahasa Anak Usia Dini) menemukan bahwa anak yang berusia dua setengah tahun sudah mampu mengucapkan kata-kata yang sesuai dengan lingkungan dan benda-benda yang ada disekitarnya. Perbendaharaan kata anak juga sudah mulai berkembang karena anak mengambil contoh dari kata-kata yang diucapkan orang tua, temanteman, saudara-saudaranya dan orang-orang lain yang ada di sekitarnya. Dalam penelitian ini juga ditemukan fakta bahwa anak yang berusia dua setengah tahun sudah mampu menghasilkan kalimat pada tingkat satu kata, dua kata, dan tiga kata

30 yang sudah memiliki makna yang lengkap. Selain itu, anak juga sudah mampu menghasilkan kalimat dalam modus deklaratif, interogatif dan imperatif. Nasution (2009) dalam tesis yang berjudul Kemampuan Berbahasa Anak Usia 3-4 Tahun (Prasekolah) di Play Group Mekar Medan: Tinjuauan Psikolinguistik menemukan bahwa para responden yaitu anak-anak yang berusia 3-4 tahun di Play Group Tunas Mekar Medan mampu berbahasa baik dari pemerolehan fonologi, sintaksis, maupun semantik. Walaupun pada pemerolehan fonologi anak mengalami pergantian sebuah bunyi yang disuarakan dengan bunyi yang tidak disuarakan. Pada pemerolehan sintaksis anak telah mampu menggunakan kalimat-kalimat yang gramatikal dan pada pemerolehan semantik anak lebih cenderung menggunakan kata-kata yang memiliki makna denotatif. Pelenkahu (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Kembar Usia Dua Tahun Delapan Bulan menemukan bahwa anak kembar usia dua tahun delapan bulan yang menjadi subjek penelitian ini dalam mengujarkan satu, dua dan tiga kata mengawalinya dengan mengujarkan suku kata awal dan akhir secara bergantian. Dalam pemerolehan morfologinya anak sangat tergantung pada pola kehidupan berbahasa yang ada dilingkungan keluarganya, maksudnya sedikit banyaknya bergantung pada pola berbahasa yang dilakukan oleh ibu mereka, kemudian ayah, dan saudarasaudaranya. Kebanyakan kata-kata yang mampu diujarkan merupakan gambaran kegiatan yang dilakukan di dalam kehidupan kedua anak tesebut. Dari hasil penelitian juga diteemukan bahwa kedua anak tersebut kurang memiliki bakat bahasa yang dibawa sejak lahirnya sehingga orang tua perlu mengembangkannya

31 agar tidak menglami keterlambatan dalam pemerolehan bahasa yang baik dan benar. Hutabarat (2011) dalam penelitiannya yan berjudul Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun Dan Tiga Tahun Di Padang Bulan Medan menemukan bahwa anak yang berusia dua tahun dan tiga tahn sudah mampu menghasilkan kalimat pernyataan, pertanyaan, dan perintah dalam modus deklaratif, interogatif, imperatif dan interjektif dengan baik, namun anak usia dua tahun lebih banyak menggunakan kalimat pernyataan dalam modus deklaratif dalam komunikasi sehari-hari dengan orang lain. Perbedaan pemerolehan sintaksis bahasa Indonesia anak usia dua tahun dan tiga tahun terletak pada modus kalimat yang mereka hasilkan yaitu dari segi improvisasi dalam kalimat yang mereka gunakan, tingkat kalimat yang mereka hasilkan dan originalitas kalimat yang mereka hasilkan. Dalam menghasilkan kalimat dalam berbagai modus anak usia dua tahun dan tiga tahun dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor alamiah berupa LAD, faktor perkembangan kognitif, faktor latar belakang sosial dan faktor keturunan, yaitu intelegensia dan gaya/cara pemerolehan bahasa. Semua penelitian terdahulu yang disebutkan di atas sangat membantu penulis untuk menentukan tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penelitian ini, karena semua penelitian tersebut menjadikan anak yang berusia 4-5 tahun sebagai subjek penelitian. Dengan adanya penelitian terdahulu tersebut, penulis dapat membandingkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini dengan hasil yang didapat dalam penelitian-penelitian tersebut. Sebagian penelitian tersebut mengkaji tentang penggunaan kalimat majemuk bertingkat bahasa Indonesia anak

32 usia taman kanak-kanak yang diperoleh melalui media gambar, pola kalimat majemuk bertingkat bahasa Indonesia yang digunakan anak dalam memahami media gambar dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kalimat majemuk bertingkat bahasa Indonesia anak usia taman kanak-kanak, sehingga hasil yang didapatkan dalam penelitian terdahulu tersebut dapat dibandingkan dengan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kemampuan linguistik terjadi di dalam konteks umum perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses pemerolehan bahasa itu akan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami halhal lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan periode masa emas bagi perkembangan anak dimana tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni meliputi

Lebih terperinci

MENJADIKAN SANTUN BERBAHASA MELALUI PENGETAHUAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

MENJADIKAN SANTUN BERBAHASA MELALUI PENGETAHUAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK MENJADIKAN SANTUN BERBAHASA MELALUI PENGETAHUAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK Oleh: Arisul Ulumuddin, Eva Ardiana I., dan Azzah Nayla Email: arisul_male@yahoo.com Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering didengar dan diketahui fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama, berlandaskan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh manusia untuk menyampaikan pendapat dan maksud yang tersimpan di dalam pikiran ketika berada dalam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia berkembang melalui proses pendidikan, melahirkan suatu pandangan bahwa pendidikan pada dasarnya sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personel sepanjang

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar 8 II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar ditaman kanak-kanak adalah

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU Oleh: BAHAUDDIN AZMY BAHASA INDONESIA SD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 A. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu: Menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara sesamanya, berlandaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB I. dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran

BAB I. dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah dianugerahi oleh Tuhan dengan pancaindera yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dijadikan sebagai dasar pengembangan penulisan selanjutnya untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakanng Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan psikologi menusia tersebut. Kita dapat melihat hal tersebut pada pertumbuhan seorang anak dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI Tadkiroatun Musfiroh Pengertian Perkembangan bahasa meliputi juga perkembangan kompetensi komunikasi, yakni kemampuan untuk menggunakan semua keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan dipersepsikan oleh anak-anak sesuai dengan kemampuan pikiran, perasaan, imajianasi dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

HIPOTESIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMEROLEHAN SINTAKSIS. Oleh: Hayatun Nufus (Dosen Universitas PGRI Palembang)

HIPOTESIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMEROLEHAN SINTAKSIS. Oleh: Hayatun Nufus (Dosen Universitas PGRI Palembang) HIPOTESIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMEROLEHAN SINTAKSIS Oleh: Hayatun Nufus (Dosen Universitas PGRI Palembang) Abstrak Penguasaan aspek-aspek kebahasaan oleh seseorang dapat berlangsung melalui pemerolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi ujaran adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia baik berupa huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya mengalami stroke (Afasia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dianut dalam suatu penelitian. Dalam

Lebih terperinci

Tahap Pemrolehan Bahasa

Tahap Pemrolehan Bahasa Tahap Pemrolehan Bahasa Setelah Anda mempelajari KB 2 dengan materi teori pemerolehan bahasa, Anda dapat melanjutkan dan memahami materi KB 3 mengenai tahapan pemerolehan bahasa. Tahapan ini biasa disebut

Lebih terperinci

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education ISSN : 2252-4797 Volume 2 No. 2 - Tahun 2013 Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education Pemerolehan bahasa kanak-kanak akibat pengaruh film kartun (suatu tinjauan psikolinguistik)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berbahasa Pada Anak Usia Dini 1. Pengertian kemampuan berbahasa Kemampuan berasal dari kata mampu yang bermakna cakap atau terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN PEMEROLEHAN DAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN PEMEROLEHAN DAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK Peran Guru... (Hidayati Azkiya) 64 PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN PEMEROLEHAN DAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK Hidayati Azkiya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta id.azkiya@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara, 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa mempunyai tujuan agar siswa terampil berbahasa yang meliputi keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan

Lebih terperinci

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari bahasa. Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa, manusia akan mudah dalam bergaul dan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Metode Bercerita Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan. materi pelajaran dan tingkat perkembangan siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan. materi pelajaran dan tingkat perkembangan siswa. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Alat peraga 1. Pengertian Alat Peraga Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling inti. Hal ini mempunyai arti bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program pemerintah untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Program pemerintah untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pemerintah untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan pemerataan dan perluasan pendirian lembaga pendidikan dimulai dari pendidikan anak usia dini disetiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Tindak tutur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS URGENSI PENGENALAN BUKU SEJAK USIA DINI DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK

BAB IV ANALISIS URGENSI PENGENALAN BUKU SEJAK USIA DINI DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK BAB IV ANALISIS URGENSI PENGENALAN BUKU SEJAK USIA DINI DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK A. Analisis Tentang Pengenalan Buku Pada Anak Membaca bagi sebagian besar anak-anak mungkin menjadi kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang. Purwo (Aris

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang. Purwo (Aris BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Kemampuan Penguasaan Kosakata Penguasaan kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai penguasaan bahasa, semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun. Dalam kelompok ini dicakup bayi hingga anak

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI 0 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Media Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar. Oleh Sadiman dikemukakan bahwa media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Afasia broca adalah gangguan pengutaraan atau gangguan produksi berbahasa yang ada hubungannya dengan komunikasi. Gangguan berbahasa ini terjadi, umumnya pada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, dipaparkan pula tujuan dan manfaat penelitian. Pada bagian berikutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi dengan seperangkat kemampuan untuk berbahasa. Seorang anak menggunakan bahasa pertamanya untuk

Lebih terperinci

FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SEBAGAI KEBUTUHAN POKOK MANUSIA

FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SEBAGAI KEBUTUHAN POKOK MANUSIA FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SEBAGAI KEBUTUHAN POKOK MANUSIA Ni matul Fatonah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Pos_El:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, karena selama rentang perkembangan usia dini anak melakukan kegiatan dengan bermain, mulai dari bayi, balita hingga masa kanak-kanak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

Tajuk 6: Perkembangan Kognitif dan Bahasa. Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh

Tajuk 6: Perkembangan Kognitif dan Bahasa. Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh Tajuk 6: Perkembangan Kognitif dan Bahasa Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh Pengenalan Perkembangan Bahasa Bahasa adalah satu bentuk komunikasi sama ada verbal atau non verbal. Bahasa mengandungi perkataan-perkataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitan. Anak-anak secara bertahap berubah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan sesamanya dengan salah satunya berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang saling mengirim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari bantuan dan mengadakan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari bantuan dan mengadakan interaksi sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makluk sosial yang mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan sosial dengan orang lain. Selain sebagai makhluk individu yang memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting oleh masyarakat. Surat kabar dikatakan sebagai sebuah simbol bagi peradaban masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berbahasa Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2013) kemampuan berbahasa pada anak umur 5-6 tahun berkembang dengan cepat dan menjadi matang pada masa kanakkanak. Pada anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR Enita Istriwati Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Pos-el: info@balaibahasajateng.web.id Pos-el penulis:nicole_helan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang

BAB II LANDASAN TEORI. pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembelajaran Pembelajaran merupakan bagian dari salah satu proses yang penting dalam pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resha Aprylet, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resha Aprylet, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat peka untuk menerima berbagai stimulasi dari lingkungan. Keberhasilan anak dalam mencapai perkembangan yang optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Gemar belajar ditandai dengan timbulnya rasa ingin tahu untuk mencoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan, maupun lisan. Bahasa sangat penting dalam perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

BAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK BAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK Bab ini akan dibahas dua masalah pokok yang menyangkut tentang bahasa anak, yaitu masalah perkembangan bahasa dan pemerolehan bahasa. Hal-hal yang berkaitan

Lebih terperinci

GEJALA FONOLOGIS BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PAUD PERMATA HATI KOTA KENDARI. Andi Firdha Maharany

GEJALA FONOLOGIS BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PAUD PERMATA HATI KOTA KENDARI. Andi Firdha Maharany GEJALA FONOLOGIS BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 3-4 ABSTRAK TAHUN DI PAUD PERMATA HATI KOTA KENDARI Andi Firdha Maharany andifirdha92@yahoo.com Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia karena bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan alat untuk menuangkan pikiran, baik secara lisan, tulisan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi antarsesama. Sebagai alat komunikasi bahasa dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi antarsesama. Sebagai alat komunikasi bahasa dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama. Pada umumnya seluruh kegiatan manusia selalu melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antarsesama.

Lebih terperinci

PENYULUHAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK BAGI WARGA BANGETAYU KULON GENUK SEMARANG GUNA MENDUKUNG KOTA LAYAK ANAK

PENYULUHAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK BAGI WARGA BANGETAYU KULON GENUK SEMARANG GUNA MENDUKUNG KOTA LAYAK ANAK PENYULUHAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK BAGI WARGA BANGETAYU KULON GENUK SEMARANG GUNA MENDUKUNG KOTA LAYAK ANAK Arisul Ulumuddin, Siswanto PHM, Icuk Prayogi, Eva Ardiana Indrariani, Azzah Nayla FPBS Universitas

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran yang sangat penting, karena dengan pembelajaran bahasa anak memiliki keterampilan dan kemahiran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG Nama Mata Kuliah Kode/SKS Waktu SOAL TUGAS TUTORIAL II : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD : PGSD 4405/3 (tiga) : 60 menit/pada pertemuan ke-5 PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam

Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Belajar Matematika Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku yang baru berkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci