REFERAT. Afasia. Oleh : Florensiana O. P. Manafe ( ) Pembimbing: dr. Fenny L. Yudiarto, SpS (K) KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI
|
|
- Sri Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 REFERAT Afasia Oleh : Florensiana O. P. Manafe ( ) Pembimbing: dr. Fenny L. Yudiarto, SpS (K) KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI PERIODE 18 AGUSTUS SEPTEMBER 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS 1
2 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas kasih dan kemurahan-nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Afasia. Penyusun menyadari dalam penulisan dan pembahasan referat ini masih banyak kekurangan dan masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menambah ilmu dan pengetahuan penyusun dalam ruang lingkup Ilmu Penyakit Saraf, khususnya yang berhubungan dengan referat ini. Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih pada dokter pembimbing di Departemen Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, atas ilmu dan bimbingannya selama ini selaku pembimbing dalam penyusunan referat. Semoga referat ini bermanfaat bagi para pembaca. Kudus, September 2014 Penyusun DAFTAR ISI Cover...1 Kata Pengantar... 2 Daftar Isi... 3 BAB I Pendahuluan... 4 BAB II Insidensi Afasia... 5 Jenis-jenis Afasia...5 2
3 Cara Pemeriksaan Afasia...8 Penatalaksanaan Afasia...10 Prognosis Afasia...11 BAB III Penutup Daftar Pustaka BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Afasia adalah gangguan neurologis yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang bertanggung jawab untuk fungsi bahasa. Tanda-tanda utama dari gangguan ini termasuk kesulitan dalam mengekspresikan diri ketika berbicara, kesulitan memahami pembicaraan, dan kesulitan dalam membaca dan menulis. Afasia bukanlah penyakit, tetapi merupakan gejala kerusakan otak. 1 Afasia dapat terjadi pada berbagai kondisi serebrovaskular, trauma, dan degeneratif. Di Amerika Serikat, jumlah pasien dengan gangguan bahasa sekunder untuk trauma otak, tumor otak, dan lesi otak lain seperti malformasi arteriovenosa belum diketahui secara pasti. Pasien dengan gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer dan 3
4 demensia frontotemporal sering menyebabkan defisit bahasa. Prevalensi penyakit Alzheimer di Amerika Serikat adalah sekitar 5 juta kasus. 1 BAB II PEMBAHASAN Fungsi Bahasa Afasia terjadi ketika lesi pada otak menyerang bagian korteks primer yang menyebabkan defisit refleks daerah yang bersangkutan (misalnya hemiparesis yang menyerang lobus fronalis posterior, atau kelainan lapang pandang yang disebabkan karena lesi di oksipital) Insidensi Afasia Berdasarkan National Stroke Association (2008), insidens afasia di Amerika Serikat adalah kasus baru per tahun. Sedangkan prevalensinya, menurut National Institute of 4
5 Neurological Disorders and Stroke (NINDS) memperkirakan mendekati 1 juta orang, atau 1 dari 250 di Amerika Serikat saat ini, sembuh dari afasia. Engelter dkk (2006) menyatakan bahwa 15% individu di bawah umur 65 tahun bisa mengalami afasia; presentase ini meningkat 43% untuk individu yang berusia 85 tahun atau lebih. Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam insidens antara pria dan wanita. Tetapi ada penelitian oleh National Aphasia Association (2011) yang menyatakan bahwa afasia Wernicke dan afasia global biasanya lebih sering diderita oleh wanita. Sedangkan, afasia Broca lebih sering diderita oleh pria. 2 Jenis-jenis Afasia 1. Afasia Wernicke (Afasia Sensoris) Kerusakan pada lobus temporal (gyrus temporalis superior). Biasanya dijumpai pada pasien dengan stroke non hemoragik yang mempengaruhi bagian inferior dari arteri serebri media yang memperdarahi lobus temporalis. Pasien dengan afasia jenis ini bisa berbicara dengan kalimat yang panjang dan lancar namun tidak ada artinya, ia dapat menambahkan kata-kata yang tidak penting (neologisme), bahkan dapat menciptakan istilah-istilah baru yang tidak mempunyai arti pula. Hasilnya, kita akan sulit mengerti apa yang coba disampaikan olehnya. Pada afasia Wernicke, penamaan dan pengulangan bisa terganggu, tetapi masalah yang paling signifikan adalah gangguan pada pemahaman bahasa. Selain itu fungsi membaca dan menulis pun dapat ikut terganggu. 3,4 2. Afasia Brocka Kerusakan di daerah gyrus frontalis inferior/operculum frontal (area 44). Gejala yang dialami yaitu berbicara dengan frase yang pendek-pendek (terdiri dari kata benda dan kata kerja, tanpa penghubung), berbicara tanpa intonasi dan akan mengalami kesulitan dalam berbicara spontan, penamaan dan pengulangan. Orang dengan afasia Brocka bisa menjadi pendiam, disartria bahkan hipofonik. Gangguan menulis biasanya sebanding dengan gangguan bahasa yang dialami. Dan gangguan membaca biasanya lebih sering terganggu daripada pemahaman pendengaran. Pasien selalu memiliki defisit pemahaman. Tanda-tanda lain yang dapat dijumpai yaitu buccofacial apraxia atau apraxia pada anggota badan. 3. Afasia Global Jenis afasia ini, pasien memiliki defisit dalam semua aspek bahasa: pidato spontan, penamaan, pengulangan, pemahaman pendengaran, membaca, dan menulis. Afasia global mungkin hasil dari stroke, tumor, demensia, atau penyebab lainnya. 5
6 Afasia global sering terlihat pada pasien dengan infark besar belahan otak kiri, biasanya melibatkan oklusi pada arteri karotis interna atau arteri serebri dan menghasilkan infark besar yang berbentuk baji dari frontal, temporal, parietal, dan bagian-bagian yang mendalami wilayah arteri serebri. 3,4 4. Afasia Transkortikal a. Motorik Afasia transkortikal motorik adalah afasia dengan lesi primer yang tidak melibatkan korteks bahasa tetapi melibatkan daerah korteks asosiasi. Menurut definisi, pasien dengan afasia transkortikal bisa mengulang, tetapi mereka memiliki kesulitan penamaan atau berbicara spontan atau memahami pembicaraan lisan. Pasien dengan afasia transkortikal motorik dapat memahami pidato, tetapi ia mengalami hipofonik dan gangguan pada penamaan benda. Kadang-kadang mereka berbicara hanya dalam satu kata, setelah penundaan, atau dengan suara yang lembut. Afasia transkortikal motorik melibatkan defisit dalam inisiasi pidato, mengurangi panjang frase, dan tata bahasa yang abnormal. Sifat bisu mungkin ada pada awal timbulnya afasia. Fungsi pengulangan baik, dan ini yang bisa digunakan untuk membedakan pasien dengan afasia Broca yang tidak bisa mengulang dengan lancar. Pada beberapa pasien, stroke di wilayah arteri serebral anterior adalah penyebabnya. b. Sensorik Dalam afasia transkortikal sensoris, pasien dapat berbicara dengan lancar, tetapi sering kosong atau tidak ada artinya. Pasien juga mengalami defisit yang parah dalam pemahaman berbicara. Penamaan mereka sering tidak normal. Secara umum, mereka bertindak seperti pasien dengan afasia Wernicke, kecuali fungsi pengulangan pasien ini lebih baik. Biasanya dijumpai pada penyakit Alzheimer dan demensia progresif lainnya, serta pada pasien dengan stroke dengan lesi bilateral di korteks parieto-oksipital atau lesi pada temporo-oksipital korteks kiri. c. Campuran Pada afasia transkortikal campuran, juga disebut sindrom isolasi daerah berbicara, melibatkan kemampuan untuk mengulang tapi tidak dapat menghasilkan bahasa spontan atau memahami bahasa. Pasien dapat mengulang dan dapat menyelesaikan frase umum yang dikatakan oleh 6
7 pemeriksa. Fungsi mambaca dan menulisnya terganggu. Afasia ini menyerupai afasia global, kecuali pada fungsi pengulangannya yang baik. 5. Afasia Konduktif Kerusakan pada gyrus supramarginal dan gangguan pada hubungan subkortikal dalam fasciculus arcuata. Bahasa yang dikeluarkan lancar, meskipun terkadang pasien sering membuat kesalahan dan berhenti sejenak untuk memperbaikinya. Dalam hal penamaan, membaca dan menulis biasanya tidak terganggu. Sedangkan yang khas pada pasien dengan afasia konduktif adalah fungsi repetitifnya dapat terganggu. 3,4 6. Afasia Anomik Afasia anomik kurang spesifik dalam lokalisasi lesi, jika dibandingkan dengan afasia jenis lain yang telah disebutkan sebelumnya. Afasia anomik dapat terjadi dengan lesi di korteks frontal dorsolateral, temporal atau temporo-oksipital korteks, atau thalamus. Tumor lobus temporal kiri dan pada penyakit Alzheimer dini bisa menyebabakan afasia anomik. Pasien dengan afasia anomik biasanya berbicara dengan lancar, fungsi bahasa seperti : pengulangan, pemahaman, membaca, dan menulis dalam keadaan baik, tetapi terdapat ketidakmampuan untuk menamai benda dan bagian tubuh. 3,4 7. Afasia Subkortikal Lesi terkait pada nucleus caudatus, putamen anterior, dan kapsula interna dengan sindrom afasia non-fluent, sering dengan disartria dan dengan pengulangan dan pemahaman yang lebih baik daripada afasia Broca. Sindrom ini disebut sindrom afasia subkortikal anterior. Bila lesi meluas ke daerah temporal dan bagian subkortikal dari Wernicke maka afasia global dapat terjadi. Diagnosis afasia subkortikal lebih didasarkan pada pencitraan lesi subkortikal dari pada karakteristik bahasa tertentu dari sindrom afasia yang bisa ditemukan pada bedside examination. 4 Cara Pemeriksaan Penilaian ini harus cukup luas untuk mendeteksi kelainan bahasa pada pasien yang diduga menderita afasia. Setiap komponen bahasa harus diuji secara individu dan secara menyeluruh. Komponen pemeriksaan bahasa tersebut mencakup penilaian dari pembicaraan spontan, penamaan, pengulangan, pemahaman, membaca, dan menulis. 1. Kelancaran Berbahasa Kelancaran berbicara verbal merupakan refleksi dari efisiensi menemukan kata. Bila kemampuan ini diperiksa secara khusus dapat dideteksi masalah berbahasa yang 7
8 ringan pada lesi otak yang ringan atau pada demensia dini. Misalnya dengan menyebutkan nama hewan sebanyak mungkin dalam waktu 1 menit. Skor : orang normal umumnya mampu menyebutkan hewan selama 1 menit dengan variasi +/ Usia pun merupakan faktor yang berpengaruh. Orang normal di bawah 69 tahun akan mampu menyebutkan 20 nama hewan dengan simpang baku 4,5. Dan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Atau dengan tes yang lain yaitu dengan menyebutkan kata yang dimulai dengan huruf tertentu, yaitu A, S, dan P. Tidak termasuk nama orang atau kota. Skor : orang normal menyebutkan kata sesuai tingkat usia, pendidikan dan intelegensinya. Jika < 12 kata menunjukkan adanya defisit neurologis. 2. Pemeriksaan Pemahaman Konversasi : dengan mengajak pasien bercakap-cakap Suruhan : memberikan suruhan mulai dari yang sederhana sampai ke yang kompleks, disesuaikan dengan tingkat usia, pendidikan dan intelegensinya. Dapat pula dengan mengeluarkan beberapa benda, lalu menyuruh pasien menunjuk benda pertama, kemudian benda kedua, ketiga dan seterusnya. Pasien dengan afasia, mungkin hanya bisa menunjuk 1-2 benda saja secara berurutan sesuai dengan yang diperintahkan. Ya atau tidak : memberikan pertanyaan tertutup paling banyak 6, lalu meminta pasien untuk menjawabnya dengan ya atau tidak. Menunjuk : meminta pasien menunjuk, mulai dari yang sederhana misalnya tunjuk lampu! sampai tunjuk orang yang disamping pintu! 3. Pemeriksaan Repetisi Pasien disuruh mengulang kata-kata yang diucapkan oleh pemeriksa. Mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks, dari 1 kata sampai 5-6 kata. Orang normal mampu mengulang sampai 19 suku kata. 4. Pemeriksaan Menamai dan Menemukan Kata Menyuruh pasien untuk menyebutkan objek yang ada di ruangan : meja, kursi, lampu, TV. Dan bagian dari tubuh : mata, hidung, gigi, jari. Warna : merah jingga kuning. Bagian dari objek : jarum jam, lensa kaca mata, sol sepatu. Gunakan 20 objek. Lihat apakah pasien sama sekali tidak bisa menamai, atau pasien tahu fungsi atau karakteristik objek tersebut namun tidak bisa menamainya. 5. Pemeriksaan Membaca dan Menulis Pada lesi di frontal, pemahaman terhadap bahasa lisan dan tulisan kurang terganggu dibandingkan dengan kemampuan mengemukakan isi pikiran. Menulis sering tidak mungkin atau sangat terganggu, baik motorik menulis maupun isi tulisan. 8
9 Sedangkan pada lesi di temporo-parietal : bahasa lisan dan tulisan tidak atau kurang difahami, dan menulis secara motorik baik. Namun isi tulisannya tidak menentu. 5,6 Selain dengan pemeriksaan fungsi bahasa di atas maka dapat dilakukan pencitraan, yang biasa dilakukan untuk menilai tingkat kerusakan otak. Dua jenis pencitraan yang paling banyak digunakan dalam mendiagnosis afasia adalah: 1. Computerized Tomography (CT) Scan 2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Adapun cara yang kurang umum dikerjakan, yaitu Positron Emission Tomography (PET) Scan dapat digunakan untuk menilai keadaan dan fungsi otak. PET Scan biasanya hanya digunakan untuk melakukan penelitian klinis di pusat-pusat spesialis. PET scan bekerja dengan mendeteksi energi yang dihasilkan oleh positron (partikel bermuatan positif). Hal ini memungkinkan peneliti untuk mempelajari sejumlah proses di dalam otak, seperti aliran darah, peradangan, dan pelepasan dopamin (zat kimia yang terkait dengan kenikmatan fisik). Oleh karena itu, PET scan dapat memberikan wawasan tentang bagaimana otak berfungsi, serta hanya melihat apa yang tampak seperti. Jenis informasi dapat berguna dalam mendiagnosa afasia yang terkait dengan kerusakan progresif pada otak, seperti kerusakan yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer. 7 Penatalaksanaan Pengobatan pasien dengan afasia tergantung pada penyebab dari sindrom afasia. Misalnya lakukan pengobatan stroke akut terlebih dahulu dengan intervesi pengobatan (tergantung pada patofisiologinya). Bedah untuk hematoma subdural atau tumor otak mungkin bermanfaat. Dalam infeksi seperti herpes simpleks ensefalitis, terapi antivirus dapat membantu pasien sembuh. Adapun setelah underlying diseases telah teratasi, maka terapi afasia dapat dilakukan, yaitu dengan cara : Medikamentosa 1. Pengobatan afasia yang dianggap eksperimental; dopaminergik, kolinergik, dan obat perangsang telah dicoba, tetapi dalam penelitian besar menyatakan bahwa tidak ada manfaat yang jelas. Dalam afasia progresif primer, obat yang digunakan untuk penyakit Alzheimer belum terbukti bermanfaat (dan kekurangan kolinergik tidak jelas seperti pada penyakit Alzheimer). 9
10 2. Pemberian obat antidepresan SSRI telah terbukti membantu masalah emosional dan perilaku. Uji klinis skala kecil dari pengobatan untuk afasia telah dilaporkan dan menunjukkan manfaat. 3. Adapula dalam penelitian double-blind, placebo-controlled, studi kelompok paralel, Berthier et al mengamati pengaruh memantine dan constraint-induced aphasia therapy (CIAT) pada afasia pasca stroke kronis dan menunjukkan efek yang menguntungkan. Non-Medikamentosa 1. Terapi bicara adalah perawatan andalan untuk pasien dengan afasia. Waktu dan sifat dari intervensi untuk afasia sangat bervariasi. Namun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terapi bicara ini tidak meningkatkan hasil klinis pada pasien dengan afasia. 2. Teknologi baru sedang diterapkan untuk aphasia. Beberapa uji coba awal menunjukkan manfaat dari stimulasi magnetik transkranial pada pasien dengan afasia. 3. Dukungan psikologis penting. Banyak pasien dengan afasia menderita depresi. 4 Prognosis Prognosis dari afasia sulit untuk diprediksi mengingat berbagai variasi kondisi. Umumnya, orang yang lebih muda atau memiliki kerusakan otak yang relatif kecil, prognosis lebih baik. Lokasi cedera juga penting sebagai petunjuk lain untuk prognosis. Secara umum, pasien cenderung untuk memulihkan keterampilan dalam pemahaman bahasa lebih lengkap dibandingkan keterampilan yang melibatkan ekspresi. 7 10
11 BAB III PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa afasia bukanlah suatu penyakit, tetapi sekumpulan gejala penurunan fungsi bahasa. Afasia bisa menyertai penyakit-penyakit yang menyerang otak, seperti penyakit serebrovaskular, tumor otak dan trauma otak yang menyerang pusat bahasa di otak. Afasia dapat didiagnosa dengan 2 cara yaitu pemeriksaan di samping ranjang (bedside examination) dan pencitraan untuk memastikan letak dan luasnya kerusakan otak yang menyebabkan seseorang menjadi afasia. Afasia sendiri dapat diobati, baik dengan farmakologis maupun dengan menggunakan terapi non farmakologis yang sering dilakukan, yaitu SLT (Speech-Language Therapy). 11
12 DAFTAR PUSTAKA 1. National Aphasia Association (2011). Diambil dari : 2. American Speech Language Hearing Association (2012). Diambil dari : 3. Mardjono M, Sidharta P. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Dian Rakyat;2012.h Kirshner SR, et al. Aphasia clinical precentation. Update : 27 Maret Diambil dari : 5. Lumbantobing, SM. Neurologi klinik. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;2005.h Brust JCM. Current diagnosis and treatment neurology. USA : The McGraw-Hill Companies,Inc;p National Institute of Health NIH Pub. No (2008). National Institute on Deafness and Other Communication Disorders. Diambil dari : 12
AFASIA
A F A S I A --------------------------- AFASIA --------------------------- DEFINISI Afasia adalah suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak. Afasia tidak termasuk gangguan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan berbahasa atau yang biasa disebut dengan afasia merupakan salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial mempengaruhi
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Rancang Bangun Penelitian Jenis penelitian : observasional Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal Sembuh P N M1 U1n mg I mg II mg III mg IV mg V mg VI Tidak
Lebih terperinciBAGIAN ILMU KEDOKTERAN SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN AGUSTUS 2015 REFERAT AFASIA DISUSUN OLEH : A. Sri Izazi Wafiah Sabil
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT UNIVERSITAS HASANUDDIN AGUSTUS 2015 REFERAT AFASIA DISUSUN OLEH : A. Sri Izazi Wafiah Sabil C 111 11 375 Residen Pembimbing : Dr. Machyono Supervisor
Lebih terperinciGERSTMANN S SYNDROME
GERSTMANN S SYNDROME Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Neurologi Lestari Fauziah 190110080011 Theresia M. Purba 190110080024 Hj. Dewi Ariani 190110080046 Stella P. Utami 190110080047
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan perubahan tanda klinis secara cepat baik fokal maupun global yang mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan kematian atau
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisit neurologis adalah kelainan fungsional area tubuh karena penurunan fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot. Tanda tanda defisit neurologis merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul secara mendadak dan terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Penyakit ini menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi retrospektif dan dilakukan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mencari hubungan antara kadar HDL dengan karakteristik
Lebih terperinciBAHAN AJAR I AFASIA 1. 2.
BAHAN AJAR I AFASIA Nama Mata Kuliah/Bobot SKS : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS Standar Kompetensi : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran Kompetensi Dasar : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup seseorang. Tiap tahunnya terdapat 795.000 orang yang terserang
Lebih terperinciBUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI
1 BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI Judul mata Kuliah : Neuropsikiatri Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi dasar : Menerapkan ilmu Kedokteran klinik pada sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup akibat meningkatnya pelayanan kesehatan dapat diperkirakan bahwa pada masa depan akan terjadi perubahan pola penyakit. Meskipun demikian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan
Lebih terperinciLEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program
LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Bapak/Ibu Yth, Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Saraf di FK USU
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal
BAB HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.1 Hasil Penelitian.1.1. Karakteristik Umum Subyek Penelitian Pada penelitian ini diperoleh 0 subyek penelitian yang dirawat di bangsal B1 Saraf RS Dr. Kariadi Semarang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan, fungsi otak secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Stroke menurut World Health Organization (WHO) 1995 adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik
Lebih terperinciPeningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas
Lobus Otak dan Fungsinya Lobus Frontal Lobus frontal adalah rumah bagi pemikiran kognitif kita, dan itu adalah proses yang menentukan dan membentuk kepribadian seorang individu. Pada manusia, lobus frontal
Lebih terperincimanusia mengalami banyak perubahan dari segi fisik dan mental. Penuaan adalah salah satu
Demensia Oleh : Anglia Febrina Manusia pada dasarnya selalu berkembang. Perkembangan setiap manusia memiliki proses dan tahap-tahap yang harus dihadapinya. Setiap manusia akan melalui tahap bayi, anakanak,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan penyakit dengan defisit neurologis permanen akibat perfusi yang tidak adekuat pada area tertentu di otak atau batang otak. Stroke dibagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan kenormalan aliran darah ke otak. Stroke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur dibawah 45 tahun di negara maju dan di negara berkembang. Kepala juga merupakan bagian yang paling sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epilepsi merupakan salah satu penyakit otak yang sering ditemukan di dunia. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan epilepsi menyerang 70 juta dari penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di kalangan anak muda di seluruh dunia, prediksi hasil saat masuk RS sangat
Lebih terperinciNEUROBEHAVIOUR. Dr.dr. Abdul Muis, Sp.S (K)
NEUROBEHAVIOUR Dr.dr. Abdul Muis, Sp.S (K) DEMENSIA DEMENTIA Demensia adalah sekelompok gejala seperti kehilangan memori, penilaian, bahasa, keterampilan motorik yang kompleks, dan fungsi intelektual lain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Afasia broca adalah gangguan pengutaraan atau gangguan produksi berbahasa yang ada hubungannya dengan komunikasi. Gangguan berbahasa ini terjadi, umumnya pada orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, namun banyak orang dalam hidupnya tidak ingin menghabiskan kegiatan yang bersangkutan dengan nilai kesehatan. Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen stroke initiative (2003),
Lebih terperinciREFERAT SINDROM MILLARD GUBLER
REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER NAMA PEMBIMBING : Dr. Edi Prasetyo, Sp.S DISUSUN OLEH Adib Wahyudi (1102010005) Andhika Dwianto (1102010019) Arif Gusaseano (1102010033) Dianta Afina (1102010075) Gwendry
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total kematian di dunia. Pada tahun 2010, prevalensi stroke secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah memberikan dampak yang besar pada masyarakat, tidak terkecuali di Indonesia. Dampak tersebut telah mengubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke merupakan satu dari masalah kesehatan yang penting bagi individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian stroke, akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu penyakit saraf dan genetika 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP Dr.
Lebih terperinciNyeri. dr. Samuel Sembiring 1
Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang sedang terjadi atau telah terjadi atau yang digambarkan dengan kerusakan jaringan. Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan
Lebih terperinciSkizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?
Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu sindrom neurologi dengan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke merupakan penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahluk sosial. Mahluk yang membutuhkan interaksi antara sesamanya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahluk sosial. Mahluk yang membutuhkan interaksi antara sesamanya. Seseorang akan mengetahui potensi yang dimilikinya bila ia berkumpul bersama
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)
BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) terhadap 46 orang responden pasca stroke iskemik dengan diabetes mellitus terhadap retinopati diabetika dan gangguan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapat disebabkan oleh adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi.
50 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi. 3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Tempat : bangsal saraf dan bedah saraf RSUP
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan kejadian serebrovaskular yang terjadi mendadak dengan tanda-tanda klinis gangguan fokal atau global dari fungsi serebral yang menetap minimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram et al., 2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling serius dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling sering dijumpai setelah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar & Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke Organization (WSO) telah menetapkan stroke sebagai wabah dunia. Angka kejadian stroke dunia saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan perawatan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kebutuhan kesehatan masyarakat dan harapan-harapannya. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciFUNGSI KORTIKAL LUHUR
FUNGSI KORTIKAL LUHUR PENDAHULUAN Otak merupakan organ untuk berfikir yang dapat terganggu oleh berbagai sebab seperti stroke. Bagian tertentu otak mernpunyai fungsi khusus, fungsi luhur dalam keadaan
Lebih terperinciBAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit serebrovaskuler yang paling sering terjadi sekarang ini adalah stroke. Stroke dapat didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,
Lebih terperinciTUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA
TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA Nindy OLEH : Maria Natalia Putri 115070107111078 Pembimbing : dr. Sri Budhi Rianawati, Sp.S PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan disabilitas di dunia (Carlo, 2009). Setiap tahunnya terdapat 16.000.000 kasus baru dan 5.700.000 kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering
Lebih terperinciStroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sehat secara jasmani dan rohani adalah keinginan setiap manusia moderen, di era pembangunan di segala bidang yang kini sedang digalakkan pemerintah dituntut sosok manusia
Lebih terperinciBAB I dekade berada pada peringkat ke-3 (Minino et al., 2011). Menurut American
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyakit serebrovaskular yang memiliki gejala onset mendadak. Definisi stroke secara klinis meliputi empat komponen yakni, kerusakan atau defisit neurologis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan hidup semakin meningkat dan sebagai konsekuensinya maka masalah kesehatan berupa penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya
Lebih terperinciTatalaksana Depresi Pasca-Stroke
Tinjauan Pustaka Tatalaksana Depresi Pasca-Stroke Andri,* Mardi Susanto** *Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta **Departemen Psikiatri, RS Persahabatan, Jakarta Abstrak:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi, perilaku dan daya
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk memantau dan merespon perubahan yang terjadi di dalam atau luar tubuh atau lingkungan. Sistem saraf juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tipe Herpes Virus yang telah teridentifikasi. Human Herpes Virus antara lain
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat 8 tipe Herpes Virus yang dapat menginfeksi manusia dari 100 tipe Herpes Virus yang telah teridentifikasi. Human Herpes Virus antara lain Herpes Simplex Virus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG KASUS Hambatan komunikasi verbal adalah penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk menerima, memproses, menghantarkan, dan menggunakan sistem simbol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomer tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke masih merupakan penyebab utama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering dijumpai. Telah diperkirakan bahwa pada tahun 1990-an stroke menyebabkan 4,4 juta kematian per tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telinga adalah organ penginderaan yang berfungsi ganda untuk pendengaran dan keseimbangan dengan anatomi yang kompleks. Indera pendengaran berperan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun, yakni mencapai 15,9% dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur 55-64 tahun. Prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. epistemologi dan perbedaan status ontologi sekaligus basis aksiologis antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbedaan metode dalam pengambilan kesimpulan serta dasar epistemologi dan perbedaan status ontologi sekaligus basis aksiologis antara ilmu sains dan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Empat jenis utama penyakit tidak menular menurut World Health Organization (WHO) adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah gangguan di dalam otak yang ditandai dengan hilangnya fungsi dari bagian tubuh tertentu (kelumpuhan), yang disebabkan oleh gangguan aliran darah pada
Lebih terperinciKanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN SEFALGIA
LAPORAN PENDAHULUAN SEFALGIA A. Definisi Sefalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun pagi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menyebabkan gangguan neurologis berdasar berat ringannya gangguan pembuluh darah. Pada stroke, gejala utama yang timbul adalah defisit neurologis mendadak, didahului
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke sudah dikenal sejak zaman dahulu, bahkan sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk yang memerlukan gerak dan berpindah tempat. Aktivitas pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan sehari-hari. Pergerakan yang
Lebih terperinciLEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul: AKUT.
LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Bapak/Ibu Yth, Saya dr. Rita Sibarani, saat ini sedang menjalani pendidikan spesialis saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang berasal dari selubung meninges pada otak dan korda spinalis. Walaupun sel asalnya masih belum dapat dipastikan, kemungkinan
Lebih terperinciBAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT
BAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT A. Tujuan pembelajaran 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien gangguan daya ingat. 2. Menerangkan mekanisme terjadinya gangguan daya ingat. 3. Membedakan klasifikasi gangguan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah penyakit neurologis terbanyak yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan sensorik. Kelemahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu
Lebih terperinci