VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis mengenai aspek non finansial, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha budidaya Belimbing Dewa dengan pengembangan melalui SOP di Kota Depok layak untuk dilaksanakan. Aspek non finansial yang akan dikaji lebih dalam antara lain adalah aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosialekonomi-budaya, serta lingkungan Aspek Pasar Aspek pasar memegang peranan penting menentukan kelayakan suatu usaha. Hal ini disebabkan, aspek pasar menganalisis dari output yang dihasilkan. Berikut ini adalah analisis lebih lanjut mengenai komponen-komponen dari aspek pasar: 1. Permintaan dan Penawaran Kesadaran masyarakat akan nilai gizi dan manfaat serta khasiat dari buahbuahan kian meningkat. Tidak hanya buah segar, olahan dari buah-buahan ini kian dicari. Belimbing merupakan buah yang telah dikenal masyarakat akan khasiat dan kesegarannya. Selain dikonsumsi langsung, telah banyak industri pengolahan belimbing. Selain itu, kini belimbing telah mulai di ekspor untuk keperluan industri rumah makan sebagai penghias. Konsumen Belimbing Dewa Kota Depok adalah konsumen dari Jakarta, Sumatera dan Jawa. Dengan berkembangnya industri pengolahan buah belimbing, maka kebutuhan akan belimbing khususnya Belimbing Dewa terus meningkat. Berapun belimbing dewa yang dihasilkan selalu habis terjual. Di Indonesia permintaan akan belimbing diperkirakan mencapai 70 ton. Penawaran terhadap belimbing khususnya belimbing dewa dapat dilihat dari perkembangan produksi selama kurun waktu lima tahun Produksi tahun 2008 mencapai kwintal. Para petani budidaya belimbing yang ada di Kota Depok rata-rata dapat menghasilkan kilogram. Hal ini mengindikasikan masih adanya permintaan belimbing manis untuk kebutuhan di dalam negeri. Dengan mengetahu permintaan dan penawaran, dapat diketahui pula market share dari usaha budidaya belimbing dewa di Kota Depok. 49

2 Tabel 7. Perkembangan Produksi Belimbing Dewa Kota Depok Tahun Tahun Produksi (KW) Presentase(persen) , , , ,30-11, ,84 Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok, 2008 Market share menunjukkan proporsi penjualan suatu usaha terhadap penjualan industri secara keseluruhan (Solihin, 2007), yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Market Share = Berdasarkan perumusan tersebut, market share dari usaha budidaya belimbing dewa di Kota Depok, dengan asumsi harga jual belimbing per kilogram Rp 5.313,00, dan diasumsikan konstan selama tahun 2011 maka: Market Share Petani Budidaya Belimbing Dewa Kota Depok = ( kg Rp 5.313) 3 kali panen ( kg Rp 5.313) = = 0,72% Market share yang diterima petani budidaya belimbing dewa di Kota Depok adalah sebesar 0,72 % dari keseluruhan industri. 2. Harga Berdasarkan data primer yang diperoleh harga Belimbing Dewa terendah mencapai Rp 3.875,00 /kg. Sedangkan harga normal Belimbing Dewa sebesar Rp 5.313,00/kg. Harga Belimbing Dewa tertinggi mencapai Rp 6.875,00/kg. Data harga tersebut diperoleh berdasarkan pengalaman yang didapat petani selama mengusahakan budidaya Belimbing Dewa melalui SOP. 50

3 3. Pemasaran Output dari usaha ini berupa Belimbing Dewa segar tanpa proses pengolahan. Belimbing Dewa segar dipasarkan ke daerah sekitar Depok, Pulau Jawa bahkan Luar pulau Jawa. Oleh karena itu dibutuhkan lembaga pemasaran yang akan memasarkan Belimbing Dewa. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani, lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran Belimbing Dewa antara lain: petani, pengumpul (tengkulak), Koperasi, Pedagang grosir, pengecer, supermarket, industri pengolahan, konsumen. Saluran pemasaran Belimbing Dewa di Kota Depok terbagai dalam enam saluran. Pada saluran pertama, belimbing yang dihasilkan dijual ke pengumpul. Penjualan ke pengumpul ini petani tidak mengeluarkan banyaka biaya terutama transport dikarenakan pengumpul sendiri yang akan datang ke kebun dan dianhkut dengan mobil milik pengumpul. Setelah mengumpulkan dari pengumpul, belimbing dijual ke pedagang grosir di pasar induk. Sebagian besar pengumpul yang ada menjualnya ke daerah Pasar Minggu. Selanjutnya belimbing akan sampai pada pengecer lalu ke konsumen. Belimbing pada saluran ini biasanya belimbing Dewa dengan indeks empat dan lima dimana belimbing berwarna kuning muda hingga kemerahan. Supermarket 6 5 Petani Belimbing Dewa Pengumpul 4 4 Koperasi Pedagang Grosir Pengecer Industri Pengolahan Konsumen Gambar 2. Saluran Pemasaran Belimbing Dewa Kota Depok Saluran kedua, petani tetap menjual kepada pengumpul, selanjutanya pengumpul mejual kepada supermarket di daerah Depok, Jakarta dan sekitarnya. Penjualan oleh pengumpul ke supermarket dilakukan dengan perjanjian dan 51

4 syarat-syarat yang ketat dan mengikat. Belimbing yang dijual untuk supermarket yaitu belimbing dengan indeks empat. Belimbing dengan indeks empat berwana kuning kehijauan dengan presentase warna hijau 10-30%. Hal ini dikarenakan belimbing untuk supermarket akan disimpan lebih lama. Saluran tiga, setelah petani memanen belimbing dengan indeks enam dan tujuh, buah belimbing sudah sangat matang, mereka menjual ke koperasi. Dari koperasi buah belimbing dijual pada industri-industri pengilahan belimbing seperti jus, sirup, selai, manisan dan sale di sekitar Depok dan Jakarta. Tidak banyak petani yang menjual ke koperasi dengan alasan pembayaran yang dilakukan koperasi adalah dicicil tidak seperti pengumpul atau tengkulak yang membayar secara kontan. Selain alasan pembayaran, petani tidak banyak menjual ke koperasi karena kekecewaan petani pada koperasi yang memberikan kuota jumlah belimbing yang dapat di jual ke koperasi. Ketika kuota telah melebihi, koperasi tidak akan menerima hasil panen belimbing. Saluran ke empat, dari petani ke koperasi kemudian koperasi menjual ke pedagang pengumpul lalu ke pengecer dan sampai ke konsumen. Pada saluran kelima petani langsung menjual kepada pengecer. Belimbing yang dijual kepada pengecer jumlahnya tidak terlalu banyak. Saluran yang terakhir adalah saluran ke enam. Pada saluran ini, petani langsung menjajakan hasil panennya. Para petani menjajakan dagangannya dipinggir jalan sekitar Depok. Selain itu belimbing yang langsung dijual ke konsumen biasanya konsumen yang sedang mengadakan acara dan sudah kenal dengan petani. Dari ke enam saluran yang ada, petani Belimbing Dewa Kota Depok lebih banyak terdapat pada saluran satu dan dua. Pada saluran satu dan dua hasil panen langsung dijual kepada pengumpul walaupun harga jual yang diterima tidak begitu besar. Belimbing hasil panen petani pasti akan diambil semua oleh pengumpul. Selanjutnya pengumpul yang akan memasarkan Belimbing Dewa ke daerah-daerah seperti Jakarta, Jawa dan Sumatera. Berdasarkan uraian tesebut, pada aspek pasar usaha budidaya Belimbing Dewa layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan, masih terbukanya peluang pasar dalam kapasitas yang lebih besar ditunjukkan dengan nilai market share. 52

5 Aspek Teknis Aspek teknis yang dikaji berkaitan dengan sumber daya produksi yang digunakan oleh usaha budidaya Belimbing Dewa, teknik budidaya sesuai SOP, lokasi usaha budidaya dan produksi Belimbing Dewa. 1. Sumber Daya Produksi Sumber daya produksi yang digunakan pada usaha budidaya belimbing Dewa dapat terbagi kedalam empat bagian yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya modal dan bahan baku. Sumber daya yang pertama,manusia (tenaga kerja), merupakan salah satu faktor produksi utama dari usaha budidaya Belimbing Dewa. Tenaga kerja yang dipakai berasal dari tenaga kerja keluarga dan non keluarga yang berasal dari lingkungan masyarakat sekitar. Jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan tugas-tugas khusus dalam kegiatan budidaya Belimbing Dewa. Dalam kegiatan perawatan dan pemupukan berjumlah rata-rata tiga orang. Kegiatan pembungkusan dan pemetikan memerlukan tenaga kerja lebih banyak yaitu berjumlah rata-rata tujuh orang dikarenakan dalam proses pembungkusan harus cepat agar tidak banyak buah yang jatuh. Kegiatan pemangkasan memerlukan tanaga kerja rata-rata empat orang. Tenaga kerja berjenis kelamin laki-laki dengan umur diatas 20 tahun. Sumber daya yang kedua adalah sumber daya alam. Sumber daya alam yang digunakan dalam usaha budidaya Belimbing Dewa adalah lahan dan sumber mata air. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya Belimbing Dewa di kecamatan Pancoran mas sebesar 448,44 m 2. Pada Kecamatan Sawangan lahan yang digunakan m 2. Hal ini disebabkan banyak lahan yang telah digunakan untuk pemukiman serta konversi lahan. Lahan-lahan yang banyak digunakan merupakan lahan pekarangan rumah. Para petani budidaya Belimbing Dewa menjalankan usaha budidaya Belimbing Dewa dengan luas rata-rata kepemilikan lahan sebesar 1708,75 m 2. Lahan yang digunakan oleh petani budidaya merupakan lahan milik pribadi. Harga lahan untuk usaha di lokasi penelitian sebesar Rp ,00 per meter. Sumber daya alam lainnya yang digunakan dalam usaha ini adalah mata air. Air sangat penting dalam kegiatan usaha budidaya Belimbing Dewa dikarenakan belimbing merupakan tumbuhan yang perlu banyak air. Sumber mata air yang 53

6 digunakan oleh para pembudidaya Belimbing Dewa adalah air yang mengalir di sungai-sungai dengan irigasi sederhana, air hujan maupun sumur bor yang dimiliki oleh petani. Para petani budidaya kemudian mengalirkan air tersebut melalui pipa-pipa dan ditampung dalam drum air. Untuk mendapatkan air tersebut, para petani budidaya tidak mengeluarkan biaya. Mereka hanya perlu menyiapakan pipa dan drum air. Selain sumber air dari sungai, para petani juga memenuhi kecukupan air dengan memanfaatkan tenaga mesin, yaitu jet pump, untuk mempermudah proses pengambilan air melalui sumber mata air yang berasal dari air tanah. Modal yang digunakan dalam pelaksanaan usaha berasal dari modal sendiri. Para petani budidaya pada penelitian ini tidak melakukan peminjaman modal ke pihak lain ataupun lembaga keuangan, seperti bank. Akan tetapi petanipun sesekali mendapatkan batuan dari pemerintah berupa peralatan serta input yang disalurkan melalui kelompok petani. Modal awal petani budidaya digunakan untuk membeli bibit, membangun gudang dan membeli peralatan serta perlengkapan yang dibutuhkan, seperti, mulsa/karbon, steam, gunting stek, drum air, cangkul, golok, timbangan, tangga, box kontainer, parang dan hands frayer. Jumlah pohon rata-rata yang dimiliki petani adalah sebanyak 62 pohon dengan umur rata-rata diatas lima tahun. Bibit belimbing yang dibeli oleh petani berukuran 80cm. Rata-rata petani budidaya memiliki satu buah gudang untuk menyimpan obat-obatan, peralatan dan perlengkapan lain yang dibutuhkan dalam usaha budidaya Belimbing Dewa. Gudang dibangun pada awal tahun usaha serta membutuhkan waktu pembangunan selama kurang lebih dua bulan. Pembangunan gudang ini menghabiskan biaya sebesar Rp ,00 per unit nya. Bahan baku yang digunakan dalam usaha budidaya Belimbing Dewa adalah pupuk dan obat-obatan. Pupuk yang digunakan sebanyak dua macam yaitu pupuk kandang dan NPK. Obat-obatan yang dipakai petani adalah Curacron, Decis dan Dusban sebagai pestisida. Sedangkan Gandasil B sebagai perangsang bunga dan Gandasil A sebagai perangsang Buah. 2. Penyediaan input Input yang dibutuhkan oleh usaha budidaya Belimbing Dewa terdiri dari bibit, pupuk dan obat-obatan. Bibit yang pertama kali ditanam oleh petani dibeli 54

7 secara langsung pada petani lain atau tempat penjualan bibit. Bibit yang digunakan rata-rata dibeli dengan harga Rp ,00. Kualitas tanaman sangat tergantung dari kualitas bibitnya. Petani yang telah menanam pada tahun pertama, bibit selanjutnya diperoleh dari perbanyakan dengan cara okulasi. Pohon yang diperoleh dari hasil okulasi ini, dapat berbuah pada umur satu tahun sejak masa penanaman, namun hasil dari buah pertama ini belum optimal. Untuk kelanjutan yang lebih baik, bunga yang tumbuh pada usia satu tahun ini dipangkas terlebih dahulu. Hasil yang optimal diperoleh pada usia pohon tiga tahun keatas sejak penanaman. Keunggulan lain menggunakan bibit dengan cara okulasi, buah yang dihasilkan sama dengan induknya. Jadi buah yang dihasilkan seragam. Input lainnya adalah pupuk. Pupuk berupa pupuk NPK diperoleh dengan cara membeli secara langsung pada agen pertanian yang ada di sekitar lokasi. Lokasi agen bahan pertanian yang sering didatangi petani terletak di daerah Parung. Petani memilih agen tersebut karena harga yang lebih murah dibandingkan agen pada tempat lain. Pupuk NPK dibeli petani dengan harga Rp ,00 per kilo gram. Pupuk kandang didapatkan petani dari peternak ayam domba dan kambing yang ada di daerah usaha. Harga pupuk kandang adalah Rp 8.500,00 per karung. Ketersedian akan pupuk ini baik NPK maupun kandang cukup baik. Pupuk selalu tersedia pada agen maupun peternakan. Proses pembayaran untuk pupuk dilakukan secara tunai. Sedangkan untuk penggunaan obat-obatan, petani membelinya pada agen yang sama dengan membeli pupuk atau didapatkan di koperasi. Satu liter decis dibeli dengan harga Rp ,00. Harga satu liter curacron adalah Rp ,00. Sedangkan satu liter dusbran seharga Rp ,00. Gandasil A dan Gandasil B dibeli perbungkus dengan harga Rp ,00 per bungkus. 3. Kegiatan Budidaya Belimbing Dewa Usaha pembudidayaan Belimbing telah lama disahakan di Kota Depok dan merupakan usaha turun-temurun. Selain ditanam dikebun atau lahan tersendiri, tanaman belimbing juga ditanam di sekitar pekarangan rumah. Tehnik budidaya belimbing Dewa di Kota Depok sebenarnya hampir sama dengan yang lain. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas buah belimbing yang dihasilkan oleh petani serta sebagai langkah dalam mewujudkan belimbing 55

8 sebagai icon Kota Depok, maka telah disusun Strandar Operasional Prosedur oleh Dinas Pertanian Kota Depok sebagai pengembangan pola produksi belimbing. SOP belimbing ini adalah panduan teknik budidaya blimbing yang dilakukan untuk meningkatkan mutu buah beliming yang dihasilkan oleh petani. Teknik budidaya belimbing sesuai SOP telah disosialisasikan kepada para petani belimbing di Kota Depok mulai tahun Hanya saja belum banyak petani yang menerapkannya hingga sekarang. Ada petani yang telah menerapkan seluruh SOP dan adapula petani yang tidak sepenuhnya menerapkan SOP bahkan adapula petani yang tidak atau belum menerapkan. Tehnik budidaya Belimbing Dewa sesuai SOP terbagi menjadi beberapa tahap yang dimulai dari penanaman tanaman Belimbing Dewa, pemupukan dan penyemprotan, pengairan, pemeliharaan/ sanitasi kebun, pembungkusan dan penjarangan bunga, panen dan yang terakhir adalah pemangkasan (Gambar 3). Penanaman Pemupukan & penyemprotan Pengairan Pemeliharaan/Sanitasi Kebun Pembungkusan & Penjarangan Buah Panen Pemangkasan Gambar 3. Proses Teknik Budidaya Belimbing Dewa sesuai SOP Tahapan pertama dimulai dari penanaman bibit belimbing. Bibit belimbing ditanam petani pada saat ketinggian satu meter. Kedalaman tanam 50 meter dan lebar satu meter. Jarak tanaman yang sesuai oleh SOP adalah 7x7 meter dikarenakan semakin jauh jarak tanam belimbing akan meyebabkan cabang- 56

9 cabang semakin menyamping dan menghasilkan buah yang lebih banyak. Ketentuan jarak tanam ini yang paling sering dilanggar oleh petani. Ada yang menggunakan jarak tanam 6x6 meter dengan alasan banyak lahan yang kosong sehingga lahan tidak optimal serta ada tanaman belimbing yang sudah ditanam sebelum pemberlakuan SOP ini. * * 7 m * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * Gambar 4. Pola Jarak Tanam Belimbing Gambar 5. Pohon Belimbing Dewa Tahapan berikutnya adalah pemupukan dan penyemprotan tanaman Belimbing Dewa. Menyediakan kebutuhan hara dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman belimbing dilakukan melalui kegiatan pemupukan. Pupuk yang digunakan pada tanaman belimbing adalah pupuk kandang dan NPK. Pupuk kandang dan NPK digunakan untuk menambah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kegiatan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dan NPK dilakukan tiap empat bulan sekali 57

10 Gambar 6. Proses Pemupukan Belimbing Dewa Melalui SOP Banyaknya pupuk yang digunakan oleh petani rata-rata untuk pupuk kandang 3 karung per pohon atau kg. Sedangkan untuk NPK, rata-rata yang digunakan adalah 2 kg per pohon. Berdasarkan SOP dosis pupuk kandang dan NPK per pohon belimbing dewa disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Dosis Pupuk Kandang dan NPK pada Usaha Budidaya Belimbing Dewa di Kota Depok Waktu Pemupukan Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok (2007) Prosedur pelaksanaan pemberian pupuk pemberian pupuk diantaranya sebagai berikut: 1) Menyiapkan alur lubang pupuk dibawah lingkaran tajuk sedalam 20 centimeter dan selebar cangkul Dosis Pupuk sekali Pemakaian (kilogram/pohon) Pupuk Kandang 2) Menyiapkan pupuk sesuai jenisa dan dosis yang akan digunakan Pupuk NPK 3-12 bulan setelah tanam ,2-0,3 1-3 tahun setelah tanam ,4-0,6 >3 tahun setelah tanam ,7-1,0 3) Memasukkan pupuk kedalam lubang tanam kemudian menutupnya. 58

11 Kegiatan penyemprotan obat-obatan dilakukan dua minggu satu kali dengan sistem oplosan. Kegiatan ini guna merangsang daun dan buah. Pada musim hujan penggunaan input obat-obatan dua kali lebih banyak dibandingkan musim kemarau, hal tersebut disebabkan obat-obatan yang telah disemprotkan hilang tersiram air hujan. Tahap selanjutnya adalah pengairan. Kegiatan ini dilakukan untuk menyediakan kebutuhan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman belimbing dewa. Kegiatan pengairan dilakukan 2 minggu setelah penyemprotan atau saat telah keluar bunga. Sebelum kegiatan pengairan dilakukan, hal yang harus dipehatikan adalah melihat kondisi tanaman dan tanah. Pengairan harus dihentikan jika kondisi tanah telah cukup lembab. Air yang digunakan sebagai sumber pengairan berasal dari air hujan, irigasi sederhana maupun sumur bor. Para pelaku usaha budidaya belimbing dewa Kota Depok, umumnya melakukan kegiatan pengairan hanya pada musim kemarau. Bahkan ada yang sama sekali tidak melakukan pengairan dengan alasan tanaman belimbing dewa akan terus berproduksi walaupun dalam kondisi kering. Setelah dilakukan penyemprotan untuk merangsang bunga dan buah lalu pengairan, tahapan berikutnya pemeliharaan tanaman belimbing dewa dengansanitasi kebun serta pengendalian hama dan penyakit tanaman belimbing dewa. Sanitasi kebun adalah kegiatan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan kebun. Sanitasi kebun penting dilakukan untuk memberikan lingkunagn tumbuh yang baik bagi pertumbuhan tanaman dan memutuskan siklus hidup Hama dan Penyakit Tanaman (HPT). Kegiatan ini meliputi pembersihan gulma yang tumbuh disekitar tanaman dan membersihkan buah belimbing yang jatuh ke tanah dan yang tersangkut di pohon. Kegiatan sanitasi kebun dapat dikatakan sebagai kegiatan pencegahan terhadap datangnya HPT. Pengendalian HPT adalah tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah kerugian seperti penurunan mutu dan produksi buah belimbing yang diakibatkan oleh hama dan penyakit tanaman. Sebelum melakukan kegiatan pengendalian HPT, petani melakukan pengamatan terhadap HPT di kebun secara teratur dan berkala. Dengan mengenali HPT yang menyerang dan gejala serangannya, maka petani dapat melakukan tindakan atau cara yang tepat untuk mengatasinya. 59

12 Gambar 7. Tanaman yang Terkena HPT Ada beberapa hama dan penyakit yang dapat serta sering menyerang tanaman belimbing dewa, yaitu: 1) Lalat Buah Untuk mengendalikan serangan lalat buah, petani melakukan pengendalian dengan menggunakan perangkap lalat buah yang menggunakan zat bermerek dagang Petrogenol yang mengandung feromon. Pengendalian menggunakan insektisida juga dapat dilakukan. Insektisida yang digunakan adalah insektisida sistemik. Untuk menghindari serangan lalat buah, petani membungkus buah pada saat tiga sampai empat minggu setelah buah terbentuk. Jika ada buah yang terserang atau jatuh, maka harus dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam kantung plastik lalu dibenamkan ke dalam tanah sedalam 30 centimeter atau dibakar. 2) Jamur Upas Penyakit ini menyerang bagian batang atau cabang tanaman. Jika serangan sudah berat maka dapat mengakibatkan batang mengering dan lapuk. Pengendaliannya dilakukan dengan cara menyemprot atau mengoleskan cabang yang sakit dengan calixin atau dapat juga menggunakan fungisida seperti Benlate. 3) Bercak Daun Bercak daun ini disebabkan oleh jamur. Penyakit ini menyerang daun, tangkai daun dan batang muda. Penyakit yang disebabkan karena jamur ini meyebabkan terjadinya bercak-bercak daun dengan tepi daun berwarna coklat tua atau ungu. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun kuning hingga rontok. Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan fungisida. 60

13 Kegiatan selanjutnya adalah pembungkusan. Pembungkusan buah dilakukan 1,5 bulan mulai dari pohon belimbing dewa berbunga. Pembungkusan akan dilakukan lebih cepat apabila musim hujan. Buah yang dilakukan pembungkusan adalah buah muda yang telah berukuran 3 centimeter atau sebesar jempol kaki. Pembungkusan buah dilakukan untuk mencegah kerontokkan buah akibat gangguan hama dan bertujuan menghasilkan buah yang besar, bersih dan menarik. Ciri-ciri buah belimbing dewa siap dibungkus yaitu batang terlihat coklat dan warna buah hijau tua. Gambar 8. Proses Pembungkusan Buah Belimbing Dewa Agar diperoleh buah yang besar maka dalam satu dompolan buah maksimal dipelihara sebanyak lima buah. Buah yang dubungkus dipilih buah yang memenuhi kriteria bentuk bagus (tidak bengkok), sehat (kulit buah tidak berbintik hitam), tidak cacat dan tangkai buah besar. Sebelum dilakukan pembungkusan, terlebih dahulu dilakukan penjarangan buah pada saat ukuran buah 2 centimeter atau hari sejak bunga mekar. Buah yang dibuang adalah buah yang tidak memenuhi kriteria, yaitu yang memiliki ciri-ciri bentuk dan ukurannya tidak normal, buah terserang OPT, terdapat diujung ranting atau cabang. Bahan yang digunakan untuk pembungkusan buah belimbing dewa yaitu kertas karbon dan plastik mulsa, masing-masing bahan tersebut memliki kelemahan dan kelebihan. Namun, karena keberadaan kertas karbon yang mulai langka di pasaran serta harganya yang mahal, maka petani lebih memilih pembungkus berbahan plastik mulsa hitam perak. Plastik mulsa memeiliki kelebihan yaitu harga lebih murah, tidak mudah rusak apabila terkena air hujan dan dapat digunakan beberapa kali pemakaian. Sedangkan kelemahannya bahan terlalu lembab dan buah yang dihasilkan lebih kecil dan berwarna pucat, waktu 61

14 pembungkusan buah lebih lama. Waktu pembungkusan sampai dengan panen apabila menggunakan kertas karbon yaitu 45 hari sedangkan plastik mulsa 50 hari. Setelah buah berumur hari, kegiatan pemanenan dilakukan. Sebelum dilakukan pemanenan, dilakukan terlebih dahulu pengamatan pada buah yang akan dipanen. Hal ini dilakukan untuk memperoleh buah yang sesuai tingkat kematangan dan waktu pemetikan yang tepat. Panen belimbing dewa dilakukan tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Januari hingga Februari, Mei hingga Juni dan September hingga Oktober. Gambar 9. Pembungkus Buah Belimbing Dewa Buah belimbing dewa sudah dapat di panen ketika telah memasuki indeks kematangan buah IV hingga VI. Indeks kematangan IV dipilih dengan tujuan agar buah tidak cepat busuk dalam proses penyimpanan. Ciri indeks kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 9. Produktivitas tiap pohon pertahun yang diharapkan dicapai dari penerapan SOP belimbing dewa Kota Depok adalah: Umur 2-4 tahun : 500 buah/pohon/tahun Umur 5-9 tahun : buah/pohon/tahun Umur >15 tahun: buah/pohon/tahu 62

15 Tabel 9. Ciri-Ciri Indeks Kematangan Buah Belimbing Dewa di Kota Depok Indeks Ciri-ciri Buah Belimbing Dewa Kegunaan Kematangan Buah Indeks I Buah berwarna hijau tua Buah belum siap panen Indeks II Buah berwarna hijau sedikit kuning Untuk salad dan hiasan, ekspor melalui laut dan Indeks III Buah berwarna hijau kekuningan Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok, 2007 Rata-rata hasil panen petani belum sesuai dengan target mutu dan produktivitas yang diharapkan. Petani yang memiliki pohon berumur 5-20 tahun rata-rata buah. udara Untuk salad dan hiasan, ekspor melalui laut dan udara Indeks IV Buah berwarna kuning Untuk kue, cake, kehijauan hiasan, jus, dimakan segar dan ekspor melalui udara Indeks V Buah berwarna kuning muda Untuk juice dan Indeks VI Buah berwarna kuning kemerahan Indeks VII Buah berwarna merah kekuningan (orange tua) dimakan segar Untuk dimakan segar, juice (tidak disarankan untuk ekspor) Tidak disarankan untuk ekspor tapi masih dapat digunakan untuk bahan olahan Gambar 10. Belimbing Dewa yang Siap Panen Kegiatan berikutnya setelah panen berakhir adalah pemangkasan. Kegiatan pemangkasana dibagi menjadi dua jenis yaitu kegiatan pemangkasan bentuk dan kegiatan pemangkasan pemeliharaan. Kegiatan pemangkasan bentuk adalah kegiatan membentuk cabang atau ranting tanaman agar mempunyai tajk yang 63

16 diharapkan dan dengan tujuan agar lebih memudahkan petani dalam melakukan kegiatan pengolahan, perawatan dan pemanenan. Gambar 11. Kegiatan Pemangkasan Sedangkan pemangkasan pemeliharaan adalah memotong cabang atau ranting tanaman yang tidak produktif dan tidak dikehendaki. Hal ini bertujuan untuk merangsang pembungaan, membuang ranting atau cabang yang mati, tunas air maupun cabang yang tidak produktif serta memudahkan sinar matahari masuk sampai cabang-cabang terbawah. 4. Lokasi Usaha Usaha budidaya belimbing dewa Kota depok terdapat di lima kecamatan di Kota Depok. Diantaranya Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Beiji yang memeiliki produktivitas tinggi. Pelaku usaha budidaya belimbing dewa memiliki berbagai alasan untuk mendirikan usaha di lokasi tersebut, diantaranya adalah: a) Lokasi Usaha Lokasi usaha budidaya belimbing dewa Kota depok turut mempengaruhi jumlah produksi belimbing dewa yang dihasilkan. Keadaan tanah dan sumber air yang memadai, maka tanaman belimbing tersebut akan menampilkan semua sifat yang dimiliki secara maksimal. Belimbing Dewa berproduksi maksimal pada ketinggian meter diatas permukaan laut dengan keasaman tanah diantara 5,5 7,0. Kedalaman air tanah yang ideal untuk pertumbuhan belimbing antara cm. Hal ini sesuai dengan karakteristik agroekosistem Kota Depok terutama pada Kecamatan Pancoran Mas, Sawangan dan Beiji 64

17 yang sangat potensial bagi pengembangan usaha agribisnis Budidaya Belimbing Dewa. Selain itu petani memilih lokasi Kecamatan Pancoran Mas, Sawangan dan Beiji karena mereka merupakan warga asli daerah tersebut serta tanaman belimbing sudah di tanaman di daerah Kota Depok sejak lama sebelum adanya varietas Dewa. Para petani telah mencoba berbagai tanaman di daerah tersebut dan yang paling baik serta cocok produktivitasnya adalah belimbing b) Akses Menuju Lokasi Para petani budidaya belimbing dewa memilih lokasi di Kecamatan Pancoran Mas, Sawangan dan Beiji dikarenakan akses menuju ke lokasi tersebut mudah dijangkau. Dengan jalan utama yang telah beraspal dan akses kendaraan umum yang mudah didapat, seperti ojek untuk jalur yang lebih sempit dan angkutan umum untuk melalui jalur yang lebih lebar, memudahkan para petani atau pihak terkait untuk menuju lokasi usaha budidaya atau melakukan mobilisasi ke berbagai wilyah lainnya. Kota Depok merupakan kawasan pertanian budidaya belimbing dan telah banyak yang mengetahuinya, sehingga para petani tidak perlu melakukan pemasaran lebih banyak. Selain itu, dilokasi banyak terdapat pelaku usaha budidaya belimbing dewa, sehingga para petani dapat berinteraksi secara personal atau kelompok tani yang ada di wilayah untuk saling bertukar pikiran dan informasi mengenai usaha agribisnia budidaya belimbing dewa. Lokasi usaha agribisnis budidaya belimbing dewa yang berada di Kecamatan Pancoran Mas, Sawangan dan Beiji berada di dekat tempat tinggal para petani, yang jaraknya kurang lebih 200 meter, sehingga mempermudah petani untuk melakukan aktivitas di kebun. c) Letak Pasar Pasar tujuan dari belimbing dewa adalah Jakarta, Jawa dan Sumatera. Petani tidak mengetahui pasar tujan mereka secara pasti dikarenakan petani mempercayakannya kepada pengumpul untuk memasarkan. Para pengumpul langsung mengambil belimbing dewa yang telah dipanen di kebun petani. Setelah itu barulah belimbing dewa dipasarkan ke berbagai wilayah. 65

18 Pengumpul mengambil menggunakan mobil, sehingga para petani tidak mengeluarkan biaya transportasi. d) Letak Sumber Bahan Baku Sumber bahan baku utama yang digunakan pada usaha budidaya belimbing dewa Kota Depok seperti pupuk dan obat-obatan, relatif mudah untuk didapatkan. Rata-rata petani membeli bahan baku di sekitar lokasi usaha. Di setiap Kecamatan banyak dijumpai pelaku agribisnis yang menyiapkan kebutuhan pertanian yang harganya terjangkau. Namun ada beberapa petani yang membeli bahan baku ke daerah yang cukup jauh, yaitu Parung dengan alasan harga yang lebih murah. Untuk pupuk kandang, petani membelinya pada pelaku usaha peternakan kambing yanag ada diwilayah Kota Depok. e) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada, dimiliki peternak untuk mendukung kelancaran usaha peternakan yang dijalankan. Sarana dan prasarana tersebut antara lain adalah: 1) Layout Gudang Gudang peralatan dan bahan baku usaha belimbing dewa Kota Depok terletak di perkebunan belimbing dan beberapa petani ada yang lokasi gudangnya di samping rumah. Pemilihan gudang di samping rumah, disebabkan lahan yang dimiliki oleh petani adalah lahan pekarangan rumah yang belum termanfaatkan. Untuk gudang yang terletak di kebun, disebabkan lahan yang sejak awal memang digunakan untuk perkebunan belimbing. 2) Suplai Tenaga Kerja Suplai tenaga kerja berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi usaha budidaya. Beberapa tenaga kerja masih ada ikatan saudara dengan pelaku usaha. Kemudahan untuk memperoleh suplai tenaga kerja tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi petani, karena dapat mengurangi biaya untuk melakukan pencarian tenaga kerja. Berdasarkan analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa secara teknis usaha budidaya belimbing dewa Kota Depok dengan pengembangan pola produksi melalui SOP layak untuk dijalankan. Hampir disetiap kriteria pada aspek teknis, 66

19 tidak terdapat kendala dan permasalahan yang menghambat jalannya usaha. Permasalahan seperti mutu buah belimbing dewa dan hama yang menyerang dapat diatasi oleh para petani Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen dan hukum terkait dengan sistem organisasi manajerial tenaga kerja yang digunakan serta badan hukum dan kelembagaan yang dimiliki usaha budidaya Belimbing Dewa di Kota Depok. 1. Manajemen Proses perekrutan atau pemeilihan tenaga kerja yang berasal dari luar ataupun non keluarga, dilakukan secara sederhana, yaitu dengan mencari masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Tenaga kerja yang dipilih adalah tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang tata cara budidaya belimbing seperti pembungkusan, penyemprotan, pemangkasan dan pemupukan. Hal ini dikarenakan kegiatan seperti pembungkusan mebutuhkan keahlian serta tehnik khusus. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan yang belum memiliki pengalaman untuk menjadi tenaga kerja, karena mereka akan diberi bimbingan lebih lanjut mengenai budidaya Belimbing Dewa dari pemilik usaha ataupun tenaga kerja lainnya. Pekerjaan yang akan mereka lakukan adalah pemupukan atau penyemprotan yang tidak memerlukan keahlian khusus. Tenaga kerja yang digunakan pada usaha budidaya Belimbing Dewa adalah pria. Hal ini disebabkan pria mampu melakukan pekerjaan yang lebih berat dibandingkan dengan wanita. Rata-rata jam kerja petani budidaya Belimbing Dewa adalah delapan jam perhari yang dimulai dari pukul delapan pagi sampai empat sore. Jumlah upah dari tenaga kerja dihitung per HOK 2 sebesar Rp ,00. Kegiatan perawatan yang meliputi pengolahan lahan,pemupukan dan penyemprotan dilakukan oleh tiga orang pekerja sebanyak 57 HOK. Untuk jumlah pohon rata-rata 62, kegiatan pembungkusan dilakukan oleh lima orang pekerja sebanyak 35 HOK. Dalam jumlah pohon rata-rata 62, kegiatan pemangkasan dilakukan oleh empat orang pekerja sebanyak 8 HOK. Kegiatan pemetikan atau panen dilakukan untuk jumlah pohon rata-rata 62 oleh lima orang 2 1 HOK = 8 jam 67

20 pekerja sebanyak 10 HOK. Pada tahun pertama terdapat tenaga kerja untuk penanaman yang dilakukan oleh tiga orang pekerja sebanyak 21 HOK Usaha budidaya Belimbing Dewa tidak memiliki struktur organisasi yang baku. Struktur organisasi usaha budidaya Belimbing Dewa terdiri dari pemilik yang juga berperan sebagai tenaga kerja, serta tenaga kerja lainnya yang berasal dari keluarga maupun non keluarga (masyarakat) (Gambar 10). Pemilik (Tenaga Kerja) Tenaga Kerja Keluarga Tenaga Kerja Non Keluarga Tenaga Kerja Non Keluarga Tenaga Kerja Non Keluarga Tenaga Kerja Keluarga Tenaga Kerja Non Keluarga Gambar 12. Struktur Organisasi Usaha Budidaya Belimbing 2. Hukum Seluruh usaha budidaya Belimbing Dewa yang ada, belum memiliki badan hukum resmi dari pemerintahan setempat. Para petani budidaya Belimbing Dewa hanya tergabung dalam kelompok petani. Ada beberapa kelompok tani di Kota Depok, diantaranya adalah Kelompok Tani Rangkapan Jaya Baru, Kelompok Tani Sakati Makmur, Kelompok Tani Subur Makmur. Kelompok tani kelompok tani ini telah memiliki legalitas dari pemerintahan setempat yang ditandai dengan adanya surat keputusan dari kelurahan tentang pembentukan kelompok tani. Petani pelaku usaha budidaya Belimbing Dewa yang tergabung dalam kelompok tani mendapatkan banyak keuntungan. Dalam kelompok tani, para petani dapat tukar pendapat mengenai permasalahan-permasalahn yang terjadi. Selain itu dengan bergabungnya petani kedalam kelompok tani, para petani mendapat bantuan berupa pupuk, obat-obatan dan mulsa. Melalui kelompok tani petani diharapkan dapat memiliki bargaining position yang tinggi sehingga terdapat iklim usaha yang menguntungkan serta para petani memiliki kemampuan untuk menentukan harga jual yang nantinya pendapatan yang mereka peroleh sesuai dengan upaya yang telah mereka lakukan. Usaha budidaya Belimbing Dewa, pada aspek manajemen dan hukum, layak untuk dijalankan. Walaupun tidak memiliki struktur organisasi yang baku serta tidak memiliki badan hukum secara pribadi, namun para petani tergabung dalam 68

21 kelompok tani-kelompok tani yang telah memiliki legalitas. Kelompok tani yang telah memiliki legalitas dan adanya kelengkapan data dari aparat serta diterbitkannya surat ijin, menjadi tolak ukur kelayakan dari aspek hukum. Dengan adanya legalitas kelompok tani, usaha ini dapat dijalankan dengan baik, dan tidak terdapat pekerjaan yang menyimpang dari tugas masing-masing tenaga kerja. Selain itu, dengan tergabung dalam Kelompok Tani, para petani merasakan banyak manfaat Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya Kota Depok merupakan daerah potensial untuk mengembangkan usaha budidaya Belimbing Dewa. Adanya permintaan akan Belimbing Dewa yang terus menerus setiap tahunnya akan menyebabkan dampak yang dirasakan oleh pelaku budidaya serta masyarakat sekitar, yakni terhadap sosial masyarakat serta lingkungannya baik positif maupun negatif. Sebagian besar masyarakat di Kota Depok khususnya di lokasi penelitian bermata pencaharian sebagai petani, terutama belimbing dewa. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah petani yang tergabung dalam kelompok tani- kelompok tani yang ada. Dengan jumlah yang relatif banyak, secara tidak langsung di Kota Depok khususnya di kecamatan sebagai lokasi penelitian, telah tercipta pola-pola sosial dan budaya sebagai kawasan pertanian, usaha budidaya belimbing dewa. Dimana dalam satu wilayah yang cukup besar, usaha budidaya dan petani hidup berdampingan, serta saling berinteraksi dan bahu membahu dalam menjalankan usahanya. Pola tersebut tercipta dalam waktu yang cukup lama, yakni puluhan tahun. Karena sebelum para petani budidaya yang ada saat ini, yang mayoritas telah memulai usaha selama sepuluh tahunan, wilayah tersebut telah digunakan pula oleh para petani budidaya pendahulu mereka selama puluhan tahun lalu. Pola yang tercipta telah menjadikan kehidupan masyarakat di wilayah tersebut menjadi seragam dalam hal pekerjaan dan pola kerja mereka sebagai petani budidaya belimbing dewa. Untuk itu, pola sosial budaya usaha budidaya belimbing dewa yang telah tercipta ini mendukung para petani budidaya untuk menjalankan usaha tanpa terkendala adanya pola sosial dan budaya yang tidak sesuai. 69

22 Secara sosial, usaha budidaya Belimbing Dewa di Kota Depok memberikan dampak positif bagi masyarakat disekitar lingkungan usaha, yakni terserapnya jumlah tenaga kerja terhadap masyarakat. Usaha budidaya ini rata-rata membutuhkan enam tenaga kerja dari non keluarga. Untu memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja tersebut, para petani budidaya mempekerjakan masyarakat disekitar lokasi usaha budidaya. Penyerapan tenaga kerja terhadap masyarakatpun berdampak pada meningkatnya pendapatan mereka yang sebagian besar tidak memiliki pekerjaan tetap atau sebagai buruh tani. Selain itu, pelaku budidaya belimbing dewa dapat mengurangi angka pengangguran. Dengan demikian, pelaku kegiatan budidaya Belimbing Dewa dapat meningkatkan mutu hidup mereka. Berdasarkan analisis tersebut, secara sosial-ekonomi-budaya usaha budidaya Belimbing Dewa dengan pengembangan melalui SOP layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan banyaknya manfaat positif yang ditimbulkan bagi ekonomi-sosialbudaya masyarakat sekitar lokasi usaha budidaya Belimbing dewa, yaitu dalam hal pembukaan lapangan pekerjaan serta peningkatan pendapatan dan mutu hidup. Sedangkan dari sisi sosial dengan adanya usaha tersebut wilayah disekitar lokasi usaha menjadi semakin ramai, transportasi semakin mudah dan lain sebagainya Aspek Lingkungan Usaha budidaya belimbing dewa Kota Depok memberikan dampak yang positif bagi lingkungan yakni lingkungan menjadi asri serta adanya penyerapan. Dengan adanya usaha belimbing ini, petani juga mendukung penghijauan dan mengurangi dampak global warming. Limbah dari usaha belimbing ini dapat menjadi pupuk alami bagi pohon belimbing sehingga para petani di Kota Depok, sesuai dengan SOP mengubur limbah dilubang sehingga dapat menjadi pupuk. Berdasarkan analisis tersebut, pada aspek lingkungan usaha budidaya belimbing dewa dengan pengembangan melalui SOP layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan adanya dampak positif dari usaha ini bagi lingkungan Analisis Aspek Finansial Analisis finansial usaha budidaya belimbing dewa dengan pengembangan melalui SOP di Kota Depok perlu dilakukan agar mengetahui seberapa layak 70

23 usaha budidaya belimbing dewa kota depok yang menerapkan SOP sehingga dapat memberikan pendapatan yang diharapkan petani. Dalam analisis kelayakan terdapat dua kondisi, yaitu kondisi tanpa memeperhitungkan risiko dan kondisi yang memeperhitungkan risiko Analisis Finansial Usaha Budidaya Belimbing Dewa dengan Pengembangan Melalui SOP Tanpa Risisko Komponen yang terdapat pada analisis ini merupakan komponen yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Komponen yang dianalisis pada aspek ini adalah: a) Biaya Komponen biaya yang dikeluarkan oleh usaha budidaya belimbing dewa Kota Depok dengan pengembangan pola produksi melalui SOP, mencakup biaya investasi dan biaya operasioanal. Biaya investasi merupakan biaya awal yang perlu dikeluarkan petani untuk memulai usaha budidaya belimbing dewa. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama usaha, dimana jumlahnya relatif besar dan tidak dapat habis dalam satu kali periode produksi. Biaya investasi dikeluarkan dalam suatau usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam periode yang akan datang, yakni selama umur usaha atau selama usaha dijalankan. Rincian biaya investasi yang dikeluarkan oleh petani belimbing dewa, dapat dilihat pada Tabel 10. Besarnya biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun pertama sebesar Rp ,00 yang terdiri dari biaya pembelian tanah, pembangunan gudang, pembelian bibit hingga pembelian peralatan seperti golok, cangkul, mulsa, steam, handsfrayer, tangga, timbangan, drum air, box container, gunting steak dll. Seluruh biaya investasi dikeluarkan secara tunai oleh petani. 71

24 Tabel 10. Biaya Investasi Usaha Budidaya Belimbing Dewa Melalui SOP pada Kondisi Tanpa Risiko per 62 pohon No. Nama barang Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Total (Rp) 1. tanah 1708,75 M gudang 1 Buah bibit 62 Pohon golok 2 Buah cangkul 2 Buah parang 2 Buah garpu 2 Buah gunting stek 2 Buah steam 1 Buah Selang steam 2 Buah mulsa 5 Gulung hands frayer 2 Buah tangga 5 Buah timbangan gantung 1 Buah timbangan Buah duduk drum air 3 Buah box container 6 Buah jet pump 1 Buah Total Biaya Investasi Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama, namun biaya tersebut mengalami penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh umur teknis dari masing-masing barang yang diinvestasikan. Umur teknis dari setiap barang yang diinvestasikan ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan suatu barang untuk dapat digunakan secara layak dan masih memiliki fungsi yang baik untuk mendukung jalannya usaha budidaya belimbing dewa. Umur teknis dari setiap barang yang diinvestasikan dapat dilihat pada Tabel

25 Tabel 11. Umur Teknis dari Investasi yang Ditanamkan dalam Usaha Budidaya Belimbing Dewa Kota Depok melalui SOP Nama barang Umur pakai (tahun) gudang 15 Bibit 15 Golok 5 cangkul 5 Parang 5 Garpu 5 gunting steak 5 Steam 8 Selang Steam 3 Mulsa 3 hands frayer 7 Tangga 5 timbangan gantung 10 timbangan duduk 10 drum air 10 box container 5 jet pump 10 Umur teknis dari gudang ditentukan selama 15 tahun. Hal ini diperhitungkan dari tingkat kelayakan bangunan. Setelah 15 tahun gudang tidak memiliki fungsi yang optimal untuk dipergunakan, hal ini disebabkan investasi tersebut telah mengalami kerusakan, seperti atap bocor dan berlubang. Umur teknis bibit ditentukan selama 15 tahun. Setelah 15 tahun, bibit yang telah menjadi pohon belimbing dewa tidak dapat lagi berproduksi secara optimal. Umur teknis dari bibit ini ditentukan menjadi umur dari usaha budidaya belimbing dewa kota depok, karena selain merupakan komponen utama dan penting dalam pelaksanaan usaha, bibit memiliki umur teknis terpanjang dan juga memiliki nilai terbesar diantara investasi lain yang juga memiliki umur teknis 15 tahun. 73

26 Sementara itu drum air, timbangan gantung, timbangan duduk dan jet pump memiliki umur teknis 10 tahun. Setelah sepuluh tahun sudah tidak layak untuk dijalankan dan dapat menghambat jalannya usaha. Drum air digunakan untuk menampung air yang dibutuhkan tanaman. Penggunaan timbangan gantung dan timbangan duduk hanya pada saat panen yang setahun tiga kali pemakaian sehingga umur teknisnya cukup lama. Umur teknis dari steam adalah delapan tahun. Steam digunakan untuk penyemprotan. Dengan steam penyemprotan menjadi mudah dan lebih cepat dikarenakan dapat menjangkau dahan pohon yang tinggi sehingga saat penyemprotan tidak perlu memanjat pohon. Setelah delapan tahun penggunaannya tidak lagi optimal. Hands frayer memiliki umur teknis tujuh tahun. Kegunaan handsfrayer sama seperti steam. Namun hands frayer untuk cabang yang dapat terjangkau tangan. Selain itu hands frayer untuk menyemprotkan pestida pada cabang yang terkena hama dan penyakit. Volume handsfrayer lebih kecil dibandingkan steam sehingga petani perlu bolak-balik untuk mengisi. Setelah tujuh tahun penggunaan handsfrayer tidak lagi optimal. Golok, cangkul, parang, garpu, tangga, box kontainer dan gunting steak memiliki umur teknis lima tahun. Golok, cangkul, parang, garpu, gunting steak setelah lima tahun tidak dapat digunakan dengan maksimal. Selama umur tersebut, golok, cangkul, parang, dan garpu digunakan untuk kegiatan pemupukan dan perawatan. Sedangkan gunting steak untuk kegiatan pemangkasan, pembungkusan dan panen. Tangga yang digunakan adalah tangga yang terbuat dari bambu, sehingga setelah tahun kelima penggunaan tidak lagi optimal. Bambu mulai keropos dan tidak kuat lagi. Selang steam dan mulsa memiliki umur teknis tiga tahun. Setelah tiga tahun selang steam tidak dapat berfungsi secara maksimal. Sedangkan untuk mulsa yang digunakan sebagai pembungkus kondisinya sudah tidak baik. Plastik mulsa mudah setelah tiga tahun pemakaian yang dapat menurunkan produksi ataupu harga dari belimbing dewa nantinya, sehingga perlu diganti. Untuk mengganti barang investasi yang telah habis umur teknisnya, petani budidaya mengeluarkan biaya re-investasi. Biaya re-investasi dikeluarkan tepat setelah secara teknis dari barang investasi sudah tidak optimal untuk digunakan. 74

27 Biaya re-investasi dikeluarkan pada tahu ke-4, ke-6, ke-7, ke-8, ke-9, ke-10, ke-11 dan ke-13 dengan pengeluaran paling besar pada tahun ke-11 yaitu sebesar Rp ,00, yang digunakan untuk membeli seluruh peralatan kecuali stem,selang steam, hands frayer dan mulsa (Tabel 12). Tabel 12. Biaya Re-Investasi yang Dipelukan pada Usaha Budidaya Belimbing Dewa melalui SOP di Kota Depok Investasi (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Golok Cangkul Parang Garpu gunting stek Steam selang steam Mulsa hands frayer Tangga timbangan gantung timbangan duduk drum air box container jet pump TOTAL Tanah, gudang dan bibit tidak memiliki biaya re-investasi disebabkan oleh barang investasi tersebut memeiliki umur teknis sesuai dengan umur usaha dari budidaya belimbing dewa Kota Depok. Pada tahun ke-4, ke-7, ke-10 dan ke-13 petani mengeluarkan biaya re-investasi sebesar Rp ,00 yang digunakan untuk pembelian selang steam dan mulsa. Tahun ke-6 biaya re-investasi dikeluarkan untuk peralatan seperti golok,cangkul,parang, garpu, gunting stek, tangga dan box kontainer. Tahu ke-8 biaya re-investasi yang dikeluarkan sebesar Rp untuk hands frayer, sementara tahun ke-9 biaya re-investasi dikeluarkan untuk steam sebesar Rp ,00. Barang-barang investasi mengalami penyusutan setiap tahunnya. Nilai penyusutan ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus. Penyusutan dari setiap barang invetasi memiliki nilai berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh nilai awal barang investasi, umur teknis serta nilai sisa barang tersebut. 75

28 Tanah tidak mengalami penyusutan setiap tahunnya, karena penggunaan tanah tidak memiliki batas waktu atau umur teknis yang dibatasi oleh waktu tertentu. Gudang mengalami penyusutan sebesar Rp ,00 setiap tahunnya. Sedangkan 62 bibit yang diinvestasikan menyusut Rp setiap tahun. Tabel 13. Nilai Penyusutan dari Barang Investasi Setiap Tahun Jenis Investasi Penyusutan per tahun (Rp) Tanah 0 gudang Bibit Golok cangkul Parang Garpu gunting steak Steam selang steam Mulsa hands frayer tangga timbangan gantung timbangan duduk drum air box container jet pump TOTAL Cangkul, parang, golok, garpu, gunting steak, tangga dan box kontainer memiliki nilai penyusutan setiap tahun sebesar Rp ,00, Rp ,00, Rp ,00, Rp ,00, Rp ,00, Rp ,00 dan Rp ,00. Sedangkan steam, selang steam, mulsa dan handsfrayer mempunyai nilai penyusutan setiap tahunnya sebesar Rp ,00, Rp ,00, Rp 76

29 ,00 dan Rp ,00. Sementara itu, investasi berupa timbangan gantung, timbangan duduk dan jet pump masing-masing memiliki nilai penyusutan setiap tahu sebesar Rp ,00, Rp dan Rp Berdasarkan nilai-nilai tersebut, total penyusutan dari usaha budidaya belimbing dewa sebesar Rp ,00 setiap tahunnya. Nilai penyusutan ini dimasukkan kedalam perhitungan laba rugi dari usaha budidaya belimbing dewa Kota Depok dengan SOP. Selain biaya investasi dan biaya penyusutan, terdapat biaya operasional yang dikeluarkan oleh petani. Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional. Biaya operasiaonal terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan tidak dipengaruhi oleh perubahan input maupun output yang dihasilkan pada usaha budidaya belimbing dewa. Biaya tetap yang dikeluarkan adalah biaya pajak bumi bangunan yang dikeluarkan setiap tahun sebesar Rp ,00 serta biaya tenaga kerja. Tabel 14. Biaya Tetap yang Dikeluarkan pada Usaha Budidaya Belimbing Dewa Kota Depok melalui SOP per 62 Pohon Biaya Tetap Tahun Pertama (Rp) Tahun Kedua (Rp) PBB Upah tenaga kerja: penanaman (21 HOK) perawatan (117 HOK) pembungkusan (50 HOK) panen (35 HOK) pemangkasan (12 HOK) Total Biaya Tetap Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan adalah Rp ,00/HOK. Biaya tetap yang dikeluarkan pada tahun pertama lebih rendah dari biaya tetap yang dikeluarkan ditahun-tahun lainnya. Hal ini disebabkan pada tahun pertama tidak mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja, hanya biaya penanaman bibit saja dan perawatan. Pada tahun kedua hingga tahun terakhir dari umur usaha, biaya yang 77

30 dikeluarkan bersifat konstan yaitu Rp ,00, karena tidak dipengaruhi oleh jumlah input ataupun output yang dihasilkan selama kegiatan produksi dijalankan. Biaya selanjutnya yang termasuk kedalam biaya operasional adalah biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang diperlukan dalam penggunaan input ketika melakukan kegiatan budidaya belimbing dewa. Biaya variabel yang dikeluarkan pada kegiatan budidaya belimbing dewa dapat dilihat pada Tabel 15. Pada tahun pertama biaya variabel yang dikeluarkan adalah pupuk kandang dan pupuk NPK. Pada tahun pertama, pupuk kandang yang digunakan sebanyak 1 karung (20 kg) per pohon sesuai dengan SOP untuk pohon usia 3-12 tahun setelah masa tanam. Harga satu karung pupuk kandang adalah Rp 8.500,00. Pupuk NPK yang digunakan pada tahun pertama sesuai SOP sebesar 0,5 kg per pohon dengan harga Rp ,00/kg. Sehingga total biaya variabel yang dikeluarkan pada tahun pertama adalah sebesar Rp ,00. Obat-obatan tidak dikeluarkan pada tahun pertama, karena pada tahun pertama tanaman belum berproduksi. Tabel 15. Biaya Variabel yang Dikeluarkan pada Usaha Budidaya Belimbing Dewa Kota Depok melalui SOP per 62 Pohon BIAYA VARIABEL TAHUN A. Pupuk pupuk kandang pupuk NPK B. Obat-obatan Gandasil A Gandasil B Decis Curacron Dusbran Total Biaya Variabel Pada tahun ke-2 dan ke-3 biaya variabel yang dikeluarkan adalah sebesar Rp ,00. Pada tahun ini, kebutuhan pupuk kandang dan NPK per pohon meningkat sesuai dengan usianya serta tanaman sudah mulai berproduksi 78

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kota Depok Letak geografis Kota Depok berada pada 6,19 sampai 6,28 derajat Lintang Selatan dan 106,43 derajat Bujur Timur. Kota

Lebih terperinci

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM Oleh : Medi Humaedi BAB I 1.1. 1.2. 1.3. DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan. Rumusan Masalah.. 1 1 2 3 BAB II 2.1. 2.2. TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot Makalah Tanaman Buah dalam Pot Tabulampot Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia tiap tahunnya menunjukan angka peningkatan. Lahan di Indonesia yang dulunya luas pun kini menjadi

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S.

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S. PERBANDINGAN KEUNTUNGAN KRISAN POTONG DENGAN PEMANFAATAN SISTEM TUNAS DAN SISTEM TANAM AWAL DI P4S ASTUTI LESTARI PARONGPONG BANDUNG BARAT Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING Diarsi Eka Yani 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas Terbuka, Tangerang, Indonesia Email:

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA BUDIDAYA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica) Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ReGrI Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA TANAMAN BUAH SIRSAK

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA TANAMAN BUAH SIRSAK KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA TANAMAN BUAH SIRSAK DISUSUN OLEH : NAMA : YULI NURCAHYO NIM : 11.11.5420 KELAS : 11-S1TI-11 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam

V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 5.1 Profil Belimbing di Kota Depok 5.1.1 Keragaan Kebun dan Pertanaman. Budidaya belimbing di Kota Depok telah dilakukan sejak tahun 1970-an hingga sekarang. Keragaan

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum, Geografis dan Iklim Kota Depok Kota Depok resmi berdiri menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas Dayasaing sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu industri karena dayasaing merupakan kemampuan suatu

Lebih terperinci

KURSUS GRATIS. Teknologi Budidaya Tanaman Jeruk dalam Pot (Tabulampot Jeruk) Oleh: Hadi Mulyanto, SP

KURSUS GRATIS. Teknologi Budidaya Tanaman Jeruk dalam Pot (Tabulampot Jeruk) Oleh: Hadi Mulyanto, SP KURSUS GRATIS Teknologi Budidaya Tanaman Jeruk dalam Pot (Tabulampot Jeruk) Oleh: Hadi Mulyanto, SP BALAI PENELITIAN TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BADAN

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usahatani Tanaman Melinjo Tanaman melinjo yang berada di Desa Plumbon Kecamatan Karagsambung ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari

Lebih terperinci

BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS BELIMBING MANIS. suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata

BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS BELIMBING MANIS. suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS BELIMBING MANIS 3.1 Keragaan Agribisnis Agribisnis Menurut Arsyad et al. (1985) dalam Firdaus (2008), adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN

PENANGGULANGAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN PENANGGULANGAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR BIDANG PERLINDUNGAN PERKEBUNAN Surabaya, Februari 2013 KATA PENGANTAR Dengan memanjat syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan disain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan Stroberi mulai berbuah pada umur 4 5 bulan setelah tanam. Buah stroberi yang bisa dipanen ditandai dengan kulit buah didominasi warna merah, hijau kemerahan, hingga kuning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Pembedengan Bibit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Pembedengan Bibit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Identifikasi terhadap keragaan usahatani perlu diteliti untuk melihat adanya perbedaan dan persamaan dalam aktivitas usahatani antara satu petani dengan petani

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009 LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009 Uraian Jumlah (Rp) Total Ekspor (Xt) 1,211,049,484,895,820.00 Total Impor (Mt) 1,006,479,967,445,610.00 Penerimaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik Agri Gardina 45 merupakan mangga hibrid yang terdaftar sebagai varietas unggul baru melalui SK Mentan No: 125/Kpts /SR.120/D.2.7/3/2014. Mangga ini dihasilkan

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci