BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS BELIMBING MANIS. suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS BELIMBING MANIS. suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata"

Transkripsi

1 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS BELIMBING MANIS 3.1 Keragaan Agribisnis Agribisnis Menurut Arsyad et al. (1985) dalam Firdaus (2008), adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Menurut Subyakto (1996) tujuan dari kegiatan agribisnis adalah untuk memperoleh keuntungan dimana keseluruhan investasi terkait dengan aktivitas dari usaha tani dimana tidak hanya semata-mata dalam konteks pemenuhan kebutuhan masyarakat pedesaan, tetapi juga dalam rangka memperoleh nilai tambah yang lebih besar, sehingga kegiatan off-farm seperti agroindustri dan marketing menjadi sangat penting. Penerapan manajemen dalam agribisnis erat kaitannya dengan kegiatan operasional pertanian. Proses inovasi teknologi sangat mendukung penerapan teknologi yang menghasilkan produk dan jasa yang bermutu tinggi. Teknologi adalah sumber daya buatan manusia yang bersifat dinamis atau kompetitif, karena selalu mengalami perkembangan yang cepat (Said dkk, 2001). Berdasarkan pengertian agribisnis di atas, maka agribisnis digambarkan sebagai sebuah sistem yang terdiri atas subsistem yang saling terintegrasi. 17

2 18 Subsistem hulu (Up-Stream) adalah penyediaan bibit, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian, subsistem usahatani (On-farm) adalah penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan hingga panen, subsistem hilir (Down-Stream) adalah proses pasca panen yang meliputi pengolahan, penyimpanan, distribusi, tataniaga, serta subsistem penunjang (Support-Services) adalah lembaga pembiayaan, lembaga penelitian, transportasi, peraturan pemerintah. Semua sub-sistem tersebut saling terkait seperti pada Gambar 2. Gambar 2. Sistem Agribisnis, Firdaus (2008) 3.2 Belimbing Manis (Averrhoa carambola) Tanaman belimbing manis tergolong tanaman buah tahunan, yaitu hidup menahun (parenial) yang berumur sampai puluhan tahun. Belimbing manis tergolong buah tropis dengan ciri-ciri antara lain besar tajuk pohon, bentuk tajuk, tinggi tanaman, dan percabangan mudah diatur sesuai dengan yang diinginkan. Buah belimbing manis sudah dikonsumsi dan dinikmati oleh masyarakat sejak zaman prasejarah. Tanaman belimbing manis berbuah sepanjang tahun. Dalam satu tahun tanaman belimbing manis dapat berbuah 3-4 kali. Secara morfologis,

3 19 organ-organ tanaman man belimbing manis terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Belimbing manis mempunyai nama latin Averrhoa carambola, c kata Averrhoa diambil dari nama seorang filsuf islam, yaitu Averroes atau Ibn Rusyd, seorang berkebangsaan rkebangsaan Arab yang pertama kali menulis tentang belimbing. Adapun kata carambola arambola adalah pemberian pelaut portugis ketika mereka pertama kali menemukan buah belimbing di pantai Malabar (India). Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut; 1. Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) 2. Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) 3. Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) 4. Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) 5. Ordo : Oxalidales 6. Famili : Oxalidaceae 7. Genus : Averrhoa 8. Spesies : Averrhoa carambola L. (belimbing manis)2 Gambar 3. Belimbing Manis 2 Cahyono, Bambang Cara Sukses Berkebun Belimbing Manis.. Jakarta: Pustaka Mina. Mina Hal 21

4 20 Varietas belimbing manis yang telah dibudidayakan dan dikembangkan oleh masyarakat bermacam-macam, ada yang merupakan varietas lokal dan ada yang merupakan varietas produksi dari luar negeri, dimana masing-masing varietas memiliki sifat yang berbeda. Perbedaan sifat ini, terletak pada besarnya ukuran buah, ukuran panjang buah, rasa buah, warna buah, tekstur buah, produktivitas tanaman, ketahanan tanaman terhadap lingkungan tumbuh, dan bentuk tajuk. Beberapa varietas yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan diminati oleh konsumen antara lain, varietas belimbing Dewi dan Dewa. Belimbing varietas Dewi merupakan varietas lokal yang banyak dibudidayakan dan dikembangkan di daerah Depok dan DKI Jakarta. Tanaman berhabitus tidak terlalu besar, rimbun, daun berwarna hijau tua berbentuk oval dengan ujung rancing. Buah berukuran besar, dengan bobot berkisar antara cm dan berbentuk lonjong. Buah yang telah matang berwarna merah jingga dan mengkilap. Buah terdiri atas lima lekukan sayap (belimbingan). Belimbingannya tebal dengan pinggirannya berwarna hijau, namun bila telah matang penuh, warna hijau pada pinggiran menjadi warna kuning. Buah belimbing varietas dewi, rasanya manis menyegarkan, dengan kandungan air sedikit. Varietas yang kedua yaitu, belimbing varietas Dewa. Varietas Dewa merupakan varietas lokal yang juga banyak terdapat di daerah DKI Jakarta dan Depok. Tanaman berhabitus, pohon tidak terlalu besar, rimbun, daun berwarna hijau muda dan bentuk daun yang ramping. Ukuran buah dan bentuk buah sama dengan belimbing varietas Dewi, namun, buah yang telah matang berwarna

5 21 kuning, dengan pinggiran belimbingan (linggir) berwarna hijau, rasa buahnya manis dan menyegarkan. 3 Tanaman belimbing manis memiliki beberapa syarat tumbuh, seperti iklim. Untuk pertumbuhan dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah. Suhu udara berkisar antara 23 o C - 27 o C, dengan kelembaban udara berkisar antara persen. Kelembaban udara berpengaruh terhadap fotosintesis. Selain itu, suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B (agak basah), C (basah), dengan 6 12 bulan basah dan 0 6 bulan kering, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering. kemudian dengan curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah. Tempat tanam atau media tumbuh belimbing manis yaitu secara terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran persen, namun juga toleran terhadap naungan/tempat terlindung. Untuk pertumbuhan yang optimal, tanaman belimbing manis menghendaki derajat keasaman tanah 5,5-7,5 dan sifat biologis tanah yang perlu diperhatikan adalah banyaknya bahan organik tanah (humus) dan banyaknya organisme tanah yang terkandung di dalam tanah. 4 3 Cahyono, Bambang Cara Sukses Berkebun Belimbing Manis. Jakarta: Pustaka Mina. Hal Cahyono, Bambang Cara Sukses Berkebun Belimbing Manis. Jakarta: Pustaka Mina. Hal

6 Keragaan Agribisnis Belimbing Manis Subsistem Hulu (Penyediaan Sarana dan Prasarana Produksi) Penyediaan sarana dan prasarana produksi merupakan hal yang penting dalam memulai kegiatan agribisnis belimbing manis. Sarana penunjang ini terdiri atas ketersediaan bibit, pupuk, pestisida dan alat- alat pertanian penunjang kegiatan agribisnis belimbing manis. Petani dapat langsung membeli saprotan ke toko/koperasi, dan mendapatkan kredit melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Sistem kreditnya adalah petani bisa mengajukan pinjaman lewat gapoktan, dengan cara pembayaran kredit. Jika membeli dengan cara kredit melalui gapoktan, maka harga beli saprotan akan ditambah 10 persen dari harga sebenarnya. Untuk teknis pembayarannya, dapat dibayar 3-4 bulan. Berikut ini merupakan sarana dan prasarana produksi yang dibutuhkan petani pada kegiatan agribisnis belimbing manis. a. Bibit Bibit merupakan bahan utama yang menentukan pertumbuhan dan hasil suatu tanaman, oleh karena itu dalam pembudidayaan belimbing, harus dipilih bibit yang berkualitas agar hasil panen maksimal. Berdasarkan hasil penelitian, bibit yang digunakan petani belimbing di Kelurahan Tugu adalah varietas Dewa, namun kali pertama bibit yang digunakan petani adalah varietas Dewi. Karena yang diketahui oleh masyarakat pada saat itu adalah varietas Dewi. Saat ini nama Dewi sudah dipatenkan oleh Ibu Dewi dari Pondok Gede, sehingga pemerintah mempunyai gagasan untuk mengganti varietas menjadi belimbing Dewa. Belimbing Dewa merupakan persilangan antara varietas Dewi dan Bangkok.

7 23 Para petani belimbing di Kelurahan Tugu memperoleh sarana dan prasarana produksi di Koperasi SRI Limo Depok dan ada juga yang membeli ke toko saprodi yang terletak di pasar Palsigunung. Pemakaian bibit akan disesuaikan dengan jumlah pohon yang ada. Terdapat kurang lebih 200 sampai 250 pohon dalam lahan seluas 1 Hektar. ketersediaan bibit di tingkat lokal selalu bisa mencukupi dan tersedia di toko saprodi maupun Koperasi SRI Limo Depok. Harga bibit saat ini sekitar Rp dengan ukuran 80 cm. Penyediaan bibit tambahan untuk penyulaman jarang dilakukan oleh petani. Persentase kegagalan tumbuh pada tanaman belimbing relatif kecil sekitar 1-5 persen. Pohon belimbing yang ada di Kelurahan Tugu sudah mencapai umur tahun, oleh karena itu saat ini di Kelurahan Tugu tidak ada petani yang baru mulai menanam, kebanyakan petani sedang mengembangkan agribisnis belimbing manis. Awal penanaman belimbing manis, sekitar tahun 1980, bibit diperoleh dari pedagang bibit keliling yang menjajakan dagangannya di sekitar Kelurahan Tugu. Bibit belimbing manis dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini. Gambar 4. Bibit Belimbing Manis

8 24 b. Pupuk Pupuk merupakan salah satu sarana produksi utama dalam proses budidaya belimbing. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan pupuk beragam baik jumlah maupun jenisnya. Pupuk yang digunakan untuk memenuhi nutrisi akar adalah pupuk organik yang berupa kompos atau kotoran hewan ternak, pupuk anorganik yaitu NPK, pupuk daun untuk memenuhi nutrisi daun pada tanaman yang sudah produktif di atas umur tiga tahun dan hormon (zat pengatur tumbuh). Jumlah pemakaian pupuk disesuaikan dengan kebutuhan. Petani dapat memperoleh pupuk anorganik seperti NPK di toko saprodi maupun di Koperasi SRI Limo Depok. Untuk pemenuhan pupuk organik, petani memperoleh pupuk dari peternak hewan, sedangkan untuk kompos para petani dapat memperoleh di toko saprodi seperti toko Trubus. Petani membeli pupuk sesuai dengan yang dibutuhkan dan sesuai dengan dana yang ada. Ketersediaan pupuk di tingkat lokal memadai dan tidak pernah ditemui hambatan. Pupuk yang dibeli oleh petani ada yang bersubsidi maupun tidak bersubsidi. Dalam pembeliannya petani belimbing dapat memilih apakah akan membeli pupuk bersubsidi maupun tidak bersubsidi. Harga pupuk bersubsidi sebesar Rp /50 kg, sedangkan harga non-subsidi sebesar Rp /50 kg. Harga kompos dan kotoran hewan berkisar antara Rp 500/kg sampai Rp 1000/kg. Harga pupuk daun sebesar Rp /Kg dan harga hormon (zat pengatur tumbuh) sebesar Rp /Liter. Pupuk belimbing manis dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

9 25 Gambar 5. Pupuk NPK (Kiri) dan Pupuk Daun (Kanan) c. Pestisida Pestisida yang umumnya digunakan petani belimbing dalam mengendalikan hama dan penyakit adalah insektisida jenis kontak. Insektisida ini biasanya berupa insektisida cair. Merek insektisida yang biasa dipakai petani adalah Decis dan Curacron. Sumber perolehan pestisida bisa diperoleh di toko saprodi maupun di Koperasi SRI Limo Depok, dengan harga Rp /500 cc. Dalam pembeliannya petani tidak pernah ada kesulitan. Jika merek yang biasanya dipakai tidak ditemukan, maka petani akan beralih ke merek lain. Gambar 6. Pestisida untuk Belimbing Manis

10 26 d. Alat pengairan Pengairan untuk tanaman belimbing tidak begitu rutin dilakukan. Pengairan dilakukan pada saat musim kemarau. Petani belimbing yang ada di Kelurahan Tugu, lokasinya tersebar. Ada yang lokasinya di dekat Sungai Ciliwung dan jauh dari Sungai Ciliwung. Petani yang dekat dengan Sungai Ciliwung akan mengambil air dari sungai tersebut. Alat yang dipakai adalah mesin penyedot ait. Jika petani yang jauh dari Sungai Ciliwung, maka sumber airnya adalah air tanah. e. Alat Pertanian Alat alat yang dipakai dalam agribisnis belimbing manis masih sederhana, diantaranya cangkul, gaco, sprayer, parang/golok, gerobak dorong, sapu lidi, garpu, mesin steam, tangga kayu, selang dan mesin penyedot air. Ratarata peralatan mesin yang dipakai sudah berumur 5-10 tahun. Sumber perolehan alat-alat tersebut dapat diperoleh dari toko saprodi, maupun di toko peralatan biasa. Ketersediaan terhadap alat-alat tersebut juga selalu ada, tidak pernah ada kesulitan mendapatkannya. Jumlah alat yang dipakai sekitar 3-5 buah untuk lahan 1 hektar. Gambar 7. Power Sprayer dan Mesin Steam

11 Subsistem Usahatani Subsistem usahatani merupakan kegiatan mengolah lahan belimbing dari awal tanam hingga panen. Tanaman belimbing di Kelurahan Tugu, saat ini ratarata berumur tahun, oleh karena itu proses yang dilakukan saat ini hanya pemeliharaan saja. Sampai saat ini belum diketahui pada umur berapa tanaman belimbing akan mati dan tidak berproduksi. Tanaman belimbing yang mati biasanya disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi perumahan dan akibat ditebang. Berikut ini merupakan proses penanaman belimbing dari awal tanam hingga panen. a. Persiapan lahan dan penyiapan bibit Kegiatan penyiapan lahan bertujuan untuk memperoleh lahan yang siap ditanami dan terbebas dari gangguan fisik. Kegiatan penyiapan lahan dilakukan kurang lebih selama satu minggu. Dalam kegiatan penyiapan lahan juga dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengajiran, yaitu memasang tanda pada lokasi lubang tanam belimbing sesuai jarak tanam yang telah ditetapkan. Rata-rata petani belimbing di Kelurahan Tugu memakai jarak tanam 7 x 7 m. Standar prosedur operasional penanaman belimbing di Kota Depok menyebutkan jarak tanam adalah 6 x 6 m. Pola jarak tanam belimbing manis dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini Gambar 8. Pola Jarak Tanam Belimbing Manis

12 28 Sub kegiatan kedua adalah pembuatan lubang tanam. Lubang tanam untuk bibit adalah 1m x 1m x 40 cm. Berbeda dengan yang dijelaskan dalam buku Standar prosedur operasional penanaman belimbing di Kota Depok. Jika buku tersebut disebutkan lubang tanam untuk bibit adalah 1m x 1m x 50 cm. Dalam kegiatan pembuatan lubang tanam juga dilakukan pemupukan awal tanam dengan pupuk NPK dan organik. Tenaga kerja yang dipakai pada saat kegiatan penyiapan lahan sekitar lima orang. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam penyiapan lahan adalah parang/golok, cangkul, garpu, gerobak dorong dan sapu lidi. Bibit yang dipakai petani di dapat dari penjual bibit keliling, penangkar bibit dan toko saprodi. Bibit yang dipakai umumnya mempunyai ciri-ciri antara lain, telah berumur enam bulan atau lebih, tinggi bibit sekitar 80 cm dengan bentuk batang lurus dan tegak. Kegiatan persiapan lahan dan penyiapan bibit yang dilakukan petani hampir sesuai dengan yang ada dalam buku Standar Prosedur Operasional (SPO) Belimbing Dewa. Perbedaan terletak pada waktu pelaksanaan. Dalam teori disebutkan waktu pelaksanaan dilakukan dalam dua minggu, namun petani hanya melakukan kegiatan ini satu minggu saja. b. Penanaman Penanaman bibit belimbing dilakukan setelah kegiatan penyiapan lahan. Bibit yang sudah disiapkan dimasukkan kedalam lubang tanam yang sebelumnya sudah disiapkan. Kemudian buka polibag bibit dengan hati-hati, setelah itu letakkan bibit di dasar lubang tanam dan timbun bibit dengan tanah bagian atas sampai setinggi leher akar, padatkan tanah, kemudian siram dengan air

13 29 secukupnya. Kegiatan terakhir adalah tancapkan ajir 5-10 cm dari bibit yang baru ditanam, lalu diikat. Kegiatan penanaman ini membutuhkan tenaga kerja sekitar 5-10 orang. Prosedur pelaksanaan yang dilakukan petani sama dengan yang ada dalam dalam buku Standar Prosedur Operasional (SPO) Belimbing Dewa. c. Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan pemberian pupuk pada tanaman untuk menyediakan kebutuhan unsur hara (nutrisi) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tahapan pelaksanaan kegiatan pemupukan adalah sebagai berikut : Siapkan pupuk sesuai jenis dan dosis yang akan digunakan (pupuk kandang dan NPK) pada tempat yang telah ditentukan Berikan pupuk sesuai dosis. Tabel 4. Dosis Pupuk Per Pohon Belimbing Manis Jenis dan Dosis Pupuk Waktu Pemupukan Pupuk Kandang (Kg) NPK (15:15:15) (Kg) 3-12 bulan setelah tanam (tiap bulan) 1-3 tahun setelah tanam (tiap bulan) > 3 tahun setelah tanam (tiap bulan) 3-4 minggu sekali pada tanaman produktif Pupuk Daun Sesui dosis anjuran Sumber : Buku Saku Belimbing, 2011 Masukkan pupuk ke dalam lubang tanam, lalu tutup. Apabila pupuk daun yang dicairkan, maka larutkan dulu pupuk dalam timba dengan air, lalu semprotkan dengan sprayer/power sprayer

14 30 Gambar 9. Proses Pemupukan dan Ilustrasi Parit Penempatan Pupuk Kegiatan pemupukan yang ada dilapangan hampir sesuai dengan teori di atas. Pupuk yang dipakai petani juga sama yaitu pupuk kandang dan NPK 15 : 15: 15. Pada awal tanam pemupukan menggunakan pupuk organik/ pupuk kandang dan NPK. Setelah itu secara rutin pemupukan dilakukan pada tiga bulan sekali setelah panen, namun ada beberapa petani yang tidak mengikuti prtosedur yang ada. kadang kala setelah memanen, petani ada yang tidak melakukan pemupukan. Dosis yang digunakan petani adalah sebagai berikut; Tabel 5. Dosis Pupuk Per Pohon Belimbing di Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok Jenis dan Dosis Pupuk Waktu Pemupukan Pupuk Kandang (Kg) NPK (15:15:15) (Kg) 1-5 tahun setelah tanam 0,3-0,7(tiap bulan) 5-10 tahun setelah tanam (tiap 3 bulan) 15 tahun ke atas (tiap 3 bulan) Dua kali dalam seminggu Sesui dosis Pupuk Daun pada tanaman produktif anjuran Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011

15 31 d. Pengairan Pengairan merupakan kegiatan memberikan air untuk tanaman dalam menyediakan kebutuhan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tahapan pelaksanaan kegiatan pengairan adalah, tahap awal siapkan alat dan bahan pengairan, lalu lakukan pengairan secara berkala (melihat kondisi tanaman dan tanah) dan hentikan pengairan bila tanah telah cukup air. Dari hasil penelitian, pengairan untuk belimbing di Kelurahan Tugu tidak terlalu sering dilakukan. Pengairan dilakukan pada saat musim kemarau saja, selebihnya pengairan mengandalkan air tadah hujan. pengairan pada saat musim kemarau dilakukan satu kali dalam seminggu. Sumber air yang digunakan petani ketika kemarau adalah air tanah dan air dari sungai ciliwung. Alat yang digunakan pada pengairan ini adalah mesin penyedot air. Mesin penyedot air tersebut menghabiskan 4 liter bensin dalam sehari. Pada saat penyemprotan petani membutuhkan sekitar 2-3 tenaga kerja. e. Pemangkasan Sub kegiatan pemangkasan terbagi menjadi dua, yaitu pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan peremajaan. Pemangkasan pemeliharaan merupakan kegiatan memotong cabang/ ranting yang tidak bermanfaat dengan tujuan untuk merangsang pembungaan, membuang ranting/cabang yang mati, tunas air, maupun yang tidak produktif, mengendalikan serangan OPT, membentuk tajuk tanaman yang kokoh dan memudahkan dalam pengelolaan dan panen. Pemangkasan pemeliharaan juga berfungsi untuk mempertahankan pohon

16 32 agar tidak terlalu tinggi. Dengan pemangkasan ini, pohon bisa lebih mudah tumbuh kearah samping dan bukan ke atas. Pemangkasan peremajaan merupakan kegiatan memotong cabang/ranting tanaman yang tidak produktif untuk meremajakan tanaman/ memperpanjang usia produktif (biasa dilakukan pada tanaman yang telah berusia lebih dari sepuluh tahun ataupun mengganti dengan varietas baru). Petani belimbing di Kelurahan Tugu hanya melakukan pemangkasan pemeliharaan saja. Pemangkasan pemeliharaan ini dilakukan untuk membuang cabang atau batang yang tidak diperlukan atau dalam bahasa petani adalah cabang maling/ batang maling. Kegiatan pemangkasan ini dilakukan bersamaan dengan pembungkusan dan penjarangan buah. Dalam melakukan pemangkasan ini dibutuhkan sekitar lima orang tenaga kerja. f. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) Pengendalian OPT merupakan tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT (Organisme pengganggu tanaman) utama yang menyerang tanaman belimbing manis dengan cara memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan untuk mengendalikan OPT yang dapat mengurangi mutu dan jumlah produksi buah belimbing manis. Dari hasil penelitian, menurut petani hama utama pada tanaman belimbing adalah lalat buah (Batroceo caramolae atau Batroceo dorsalis ). Gejala serangannya yaitu lalat buah dewasa bertelur dalam buah, Larva yang menetas

17 33 memakan isi buah. Akhirnya buah menjadi busuk dan gugur. Hama lalat buah dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini Gambar 10. Hama Lalat Buah dan Gejala Yang Menyerang Pada Buah Belimbing Hama lainnya adalah penggerek buah dan semut. Cara pengendalian hama tersebut adalah dengan menggunakan pestisida cair jenis kontak. Karena menurut petani jenis insektisida kontak ini prosesnya cepat dalam menanggulangi hama. Dengan insektisida kontak ini, hama diserang melalui pernafasan dan kulit. Ada juga yang menggunakan jenis insektisida sistemik, namun prosesnya agak lambat. Jenis insektisida kontak yang biasa dibeli oleh petani adalah Decis dan Curacron. Sedangkan, untuk penyakit utama yang menyerang tanaman belimbing adalah penyakit jamur Upas (Upasita salminicolor), dengan gejala serangan pada batang atau cabang yang kulitnya berwarna coklat dan belum membentuk lapisan gabus tebal. Cara pengendaliannya adalah dengan mengoleskan anti jamur pada batang yang terkena penyakit. Tenaga kerja yang dipakai dalam kegiatan pengendalian OPT sekitar lima orang tenaga kerja. Penyakit jamur upas dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini

18 34 Gambar 11. Penyakit Jamur Upas Gejala dan penyakit utama yang ada pada pustaka hampir sama dengan yang ditemukan di lapangan, hanya berbeda cara pengendaliannya. Dalam pustaka disebutkan, cara pengendalian hama lalat buah adalah dengan membungkus buah 3-4 minggu setelah buah terbentuk, buah yang terserang/ jatuh dikumpulkan, dimasukkan dalam kantung plastik lalu dibenamkan di dalam tanah sedalam 30 cm atau dibakar, kemudian gunakan perangkap lalat buah dengan memakai zat yang disebut feromon yaitu metal eugenol (Petrogenol 800 L). Sedangkan cara pengendalian penyakit jamur adalah dengan penyemprotan atau dengan pengolesan cabang sakit dengan fungisida. g. Sanitasi Kebun Sanitasi kebun merupakan kegiatan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan kebun sehingga dapat memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi pertumbuhan tanaman dan memutuskan siklus hidup Organisme pengganggu tanaman (OPT). Sanitasi kebun yang dilakukan petani belimbing di Kelurahan Tugu ditujukan untuk membersihkan gulma- gulma yang ada di sekitar tanaman. Pembersihan gulma ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan pengendalian OPT. tenaga kerja yang dipakai sekitar 5 orang. Namun ada beberapa petani yang jarang melakukan sanitasi kebun secara teratur.

19 35 h. Penjarangan Buah Penjarangan buah merupakan kegiatan mengurangi jumlah buah pada tanaman untuk meningkatkan ukuran dan mutu buah. Penjarangan buah dilakukan saat buah berukuran 2-3 cm atau hari sejak munculnya bunga. Kriteria penjarangan buah yaitu buang buah bila bentuk dan ukurannya tidak normal, buah terserang OPT, terdapat diujung ranting/cabang dan dalam satu dompolan terdapat lebih dari 2 buah. Penjarangan buah yang dilakukan petani belimbing di Kelurahan Tugu dilakukan bersamaan dengan pembungkusan dan pemangkasan. Penjarangan buah dilakukan jika ditemukan buah yang bengkok, buah busuk, buah jelek, dan jika ditemukan lebih dari dua buah dalam satu dompolan. Gambar 12. Penjarangan Buah i. Pembungkusan Pembungkusan buah merupakan kegiatan membungkus buah muda dengan plastik transparan untuk menghindari buah dari serangan OPT, meningkatkan mutu buah dan menghindari buah dari pencemaran pestisida. Pembungkusan dilakukan berbarengan dengan penjarangan buah dan

20 36 pemangkasan. Pembungkusan dilakukan 1,5 bulan setelah munculnya bunga. Pada saat itu, buah belimbing mempunyai berat sekitar 20 gram dan bentuknya sebesar ibu jari kaki, butuh waktu 1,5 bulan lagi untuk mencapai masa kematangan buah, jadi lamanya buah bisa di panen adalah tiga bulan setelah berbunga. Proses pembungkusan buah yang pertama adalah persiapkan peralatan untuk membungkus buah seperti tali, kertas koran atau kertas karbon, tangga bambu, gunting dan lainnya. setelah itu lakukan pembungkusan. Pembungkusan yang dilakukan petani belimbing di Kelurahan Tugu menggunakan kertas karbon dan koran. Diantara kertas karbon dan koran, yang lebih baik adalah kertas karbon. Kertas karbon membuat proses kematangan buah lebih cepat dan warna buah lebih cerah dibandingkan kertas koran. Namun harga kertas karbon lebih mahal dari kertas koran yaitu Rp 150 dan kertas koran Rp 100. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pembungkusan sekitar orang. Prosedur pembungkusan yaitu masing-masing pekerja diberi kantong pembungkus dan akan dihitung berapa banyak mereka dapat membungkus belimbing. Upah membungkus satu buah belimbing adalah Rp 150. Pembungkusan buah dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini Gambar 13. Pembungkusan Buah

21 37 j. Panen Sub kegiatan pertama adalah penentuan saat panen. Kegiatan ini menentukan saat pemetikan buah terbaik sesuai dengan permintaan pasar/ konsumen dengan tujuan untuk memperoleh buah yang sesuai dengan tingkat kematangan dan waktu pemetikannya yang tepat. Tahapan pelaksanaan kegiatan penentuan saat panen adalah cek bedasarkan tanda warna pada tali bambu atau tali rafia bewarna yang menandakan umur buah dan kematangan. Buah belimbing yang dibungkus diberi tanda tali untuk membedakan waktu pembungkusan antara satu buah dengan buah yang lain. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kekeliruan dalam menentukan waktu panen untuk buah. Kegiatan selanjutnya adalah pemetikan buah yang merupakan kegiatan memetik buah yang siap dipanen. Panen belimbing di Kelurahan Tugu dilakukan setiap tiga bulan sekali yaitu pada bulan Januari hingga Februari, Mei hingga Juni, dan September hingga Oktober. Pada saat panen buah belimbing, terdapat satu kali panen raya dan selebihnya adalah panen dengan hasil yang tidak sebanyak pada saat panen raya. Dalam satu area lahan kebun belimbing, pohon yang berbuah kira-kira 50 persen dari jumlah seluruh pohon yang ada. Pohon belimbing mencapai hasil yang produktif pada saat umur tahun dengan hasil panen buah buah per pohon. Pemanenan biasanya dilakukan 1,5 bulan setelah pembungkusan atau sekitar hari. Indeks kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

22 38 Tabel 6. Ciri-ciri Indeks Kematangan Buah Belimbing Dewa di Kota Depok Indeks Waktu Ciri-Ciri Buah Belimbing Dewa Kematangan Buah Indeks I 35 hari Buah berwarna hijau keputihan Indeks II 60 hari Buah berwarna putih kekuningan Indeks III 65 hari Buah berwarna kuning kehijauan Indeks IV 80 hari Buah berwarna kuning tua kehijauan Indeks V 90 hari Buah berwarna kuning kemerahan Indeks VI 90 hari Buah berwarna oranye kemerahan Indeks VII 120 hari Buah berwarna oranye kemerahan, buah terlalu matang Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok (2007) Berdasarkan Tabel 6 di atas, petani di Kelurahan Tugu memanen buah belimbing pada indeks V, yaitu pada waktu buah sudah berumur 90 hari setelah pembungkusan. Setelah menentukan waktu panen, kegiatan selanjutnya adalah pemetikan. Pemetikan pada satu pohon belimbing harus diselesaikan sampai tuntas. kemudian ketika satu pohon sudah tuntas dipetik semua bisa beralih ke pohon lain untuk dipetik. Hal tersebut dilakukan agar proses kerjanya tidak rumit dan efisien. Cara pemanenan oleh petani masih sederhana, yaitu buah dipetik, dan dimasukkan ke dalam keranjang. Tenaga kerja pada saat kegiatan pemanenan ini sekitar orang. Hasil panen buah belimbing dapat dilihat pada Gambar 14 di bawah ini Gambar 14. Hasil Panen Buah Belimbing

23 Subsistem Pasca Panen/ Agroindustri Kegiatan pascapenen terdiri atas beberapa langkah kegiatan yaitu pembersihan, sortasi dan grading. Pembersihan merupakan kegiatan membersihkan buah belimbing untuk menghilangkan kotoran seperti debu/tanah, daun/ranting dan hama yang masih menempel pada buah. Sortasi merupakan kegiatan memilih dan memisahkan buah bedasarkan mutu belimbing manis dengan tujuan untuk memisahkan buah yang baik dengan buah yang tidak baik, mendapatkan buah yang memiliki keseragaman varietas, berat, tingkat kesegaran, dan tingkat ketuaan. Agroindustri atau disebut pengolahan hasil pertanian adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Produk Agroindustri dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya. Pengolahan hasil pertanian juga berguna untuk memberikan nilai tambah pada komoditas belimbing manis ketika dipasarkan kepada konsumen. Kegiatan pasca panen yang dilakukan oleh petani belimbing di Kelurahan Tugu masih sederhana. Setelah proses pemanenan, belimbing dibawa untuk dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat. Kemudian dilakukan sortasi dan grading untuk mengelompokkan buah sesuai dengan kelasnya (grade). Grade A adalah buah dengan berat lebih dari 200 gram. Grade B yaitu buah dengan berat antara gram dan grade C adalah buah dengan berat kurang dari 150 gram atau dalam keadaan cacat. Penentuan grade tersebut merupakan penentuan berat

24 40 minimal, karena jika ada buah belimbing grade A yang beratnya mencapai 300 gr, tetap masuk kedalam kategori grade A. Pemerintah Kota Depok memberikan standar target mutu yang cukup tinggi untuk berat buah belimbing yaitu Grade A adalah buah dengan berat lebih dari 500 gram. Grade B yaitu buah dengan berat lebih dari 400 gram dan grade C adalah buah dengan berat lebih dari 300 gram. Kenyataan di lapangan, jarang ada petani di Depok yang mencapai target mutu tersebut. Rata-rata belimbing dipasaran beratnya hampir sama dengan pengkelasan yang ada di Kelurahan Tugu. Buah belimbing berdasarkan grade dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini Gambar 15. Belimbing Manis Grade A (kiri), Grade B dan Grade C (kanan) Kegiatan pengolahan buah belimbing/ Agroindustri belum dilaksanakan oleh petani dan belum terbentuk program tersendiri untuk melaksanakan pengolahan hasil belimbing di dalam kelompok tani. Semua petani di Kelurahan Tugu, menjual hasil buah segarnya ke pasar induk maupun kepada pengumpul. Pengolahan belimbing yang ada di Kelurahan Tugu ini dilakukan oleh usaha kecil menengah dan bukan dari petani sendiri. Proses pengolahan tersebut masih dalam skala sederhana. Pengolahan hasil dari buah belimbing biasanya dijadikan sirup

25 41 belimbing manis, jus/sari buah belimbing manis, selai belimbing manis, manisan belimbing manis, dodol belimbing manis, dan sebagainya Subsistem Pemasaran Perencanaan pemasaran harus disiapkan dengan matang sehingga pada saat panen, hasil produksi sudah mempunyai pasar tersendiri. Perencanaan ini menentukan apakah hasil panen belimbing manis akan langsung dipasarkan dalam bentuk segar dari kebun, atau dalam keadaan belimbing manis sudah diolah. Jalur pemasaran buah belimbing yang ada di kelompok tani Maju Bersama, Kelurahan Tugu, yaitu buah belimbing yang sudah dipanen akan langsung dipasarkan oleh petani. Pemasaran buah belimbing meliputi wilayah JABODETABEK. tujuan pemasaran belimbing adalah pasar induk Kramat Jati dan pasar induk di Pasar Minggu. Jalur pemasaran dapat dilihat pada Gambar 16 di bawah ini. Petani Pengumpul Pasar (Lapak) Toko buah Konsumen Supplier Supermarket Konsumen Gambar 16. Pemasaran Belimbing pada Kelompok Tani Maju Bersama, Kelurahan Tugu

26 42 Jalur pemasaran belimbing di Kelurahan Tugu dimulai dari petani yang menjual hasil panennya kepada pengumpul. Pengumpul disini juga merupakan petani yang langsung menjual hasilnya ke pasar. Kemudian pengumpul mendistribusikan hasil panen ke pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Minggu. Dari pasar tersebut jalur pemasaran dibagi menjadi dua yaitu didistribusikan kepada toko buah eceran dan supplier yang akan mendistribusikan kepada supermarket. Langkah terakhir adalah belimbing akan dijual kepada konsumen. Supplier dan toko buah membeli belimbing dengan grade yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Tabel di bawah ini menunjukkan perbedaan pembelian pada masing-masing grade. Tabel 7. Perbedaan Grade pada Komoditas Belimbing di Kelurahan Tugu Perbedaan Grade A Grade B Grade C Berat > 200 gram gram < 150 gr/cacat Sasaran penjualan Toko buah Supermarket Pasar tradisional Harga jual petani Rp 5000/kg Rp 5000/kg Rp 2000/kg Harga beli Rp 6000/kg Rp 6000/kg Rp 2500/kg pengumpul Harga beli lapak Rp 7000/kg Rp 7000/kg Rp 3500/kg (pasar) Harga beli toko buah Rp 9000/kg Rp 8000/kg Rp 5000/kg Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 7 di atas, perbedaan antara grade pada komoditas belimbing berdasarkan berat, sasaran penjualan dan harga ditingkat konsumen. Belimbing grade A sasaran penjualannya adalah toko buah, karena rantai pemasaran pendek yaitu dari pasar langsung dijual ke konsumen, sehingga nilai tambah yang didapat lebih tinggi. Sedangkan supermarket mengambil grade B,

27 43 karena rantai pemasaran lebih panjang dengan adanya perantara yaitu supplier, sehingga adanya pertambahan biaya penjualan. Belimbing yang masuk ke pasar induk Kramat Jati dan pasar Minggu berasal dari seluruh kecamatan di Kota Depok. Penentuan harga tidak hanya dilihat dari berat buah saja, melainkan lewat kriteria lainnya seperti warna yang lebih cerah, tingkat kematangan dan ketebalan linggir. Harga juga ditentukan lewat kondisi pasar. Permintaan belimbing terus meningkat dan ketersediaan selalu ada karena belimbing merupakan tanaman yang berbuah sepanjang tahun. Permintaan belimbing di Kota Depok terbagi menjadi dua yaitu permintaan dari Jakarta dan permintaan dari JABODETABEK dan Bandung. Permintaan tersebut berasal dari Specialized Fruit Market, Jakarta Modern Trade, Jakarta Traditional Trade pada tahun 2007 seperti pada Tabel 8 dan 9 di bawah ini Tabel 8. Permintaan Belimbing di Jakarta Jakarta Jumlah (buah) Specialized Fruit Market Jakarta Modern Trade Jakarta Traditional Trade Total Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok (2007) Tabel 9. Pemintaan Belimbing di JABODETABEK dan Bandung JABODETABEK dan Bandung Jumlah (buah) Specialized Fruit Market Modern Trade Traditional Trade Total Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok (2007)

28 44 Kualitas belimbing Dewa dari kelurahan tugu masih menjadi primadona di pasar. Supplier maupun pengecer sudah mengetahui kelebihan belimbing dari Kelurahan Tugu, sehingga mereka lebih memilih belimbing dari Kelurahan Tugu terlebih dahulu dibandingkan dari daerah lain di Depok. Kriteria buah belimbing yang disukai konsumen lebih mengarah pada belimbing dari kelurahan tugu, sehingga permintaannya selalu ada dan diimbangi dengan pasokan dari petani yang mencukupi kebutuhan pasar Subsistem Penunjang Profil kelembagaan petani belimbing di Kota Depok pada umumnya tergabung dalam kelompok tani atau Gapoktan, walaupun dalam hal pemasaran belimbing masing-masing anggota masih terikat oleh keberadaan tengkulak. Upaya para petani dan pemerintah dalam memfasilitasi pemasaran produk para Petani belimbing Kota Depok dengan membentuk Asosiasi Petani Belimbing Depok (APEBEDE) namun belum banyak dirasakan manfaatnya. Fasilitas kemitraan dengan pengusaha retail buah segar terus dilakukan dengan tujuan agar posisi tawar petani dalam penjualan produk belimbingnya dapat lebih baik. Untuk mendapatkan kualitas belimbing yang baik, terus diupayakan pelatihan SOP Belimbing dan penerapan kebun contoh GAP. Dalam pengembangan pemasaran buah belimbing di Kota Depok terdapat beberapa perusahaan supplier yang memfasilitasi jual beli belimbing, diantaranya CV. Prima Jaya di Kecamatan Pancoran Mas, PT. Buana Agro Sukses di Kecamatan Cimanggis serta kemitraan dengan perusahaan supplier besar seperti ritel toko buah, sehingga petani merasakan manfaat harga jual yang lebih baik.

29 45 Kelembagaan yang cukup aktif di Kelurahan Tugu adalah kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dengan adanya kelembagaan tersebut, bantuan dari pemerintah dapat lebih mudah diterima petani. Selain itu penyuluh juga lebih mudah memberikan penyuluhan dan informasi untuk petani lewat gapoktan maupun kelompok tani. Dalam hal pendanaan juga lebih mudah didapatkan jika ada kelompok tani. a. Kelompok Tani Maju Bersama I, II dan III Subsistem penunjang, bagi petani merupakan subsistem yang penting dalam kelangsungan usaha agribisnis belimbing. Subsistem penunjang yang ada di Kelurahan Tugu antara lain Kelompok Tani Maju Bersama I, II dan III yang terdiri atas 252 orang petani. Kelompok tani ini juga tergabung dalam Gapoktan Maju Bersama. Sesuai Surat Keputusan Kelurahan Tugu No : 253/32/KPTS/III/2010 (Lampiran 15) terbentuk kelompok tani Maju Bersama III, pada tanggal 10 Maret Kemudian disusul oleh kelompok tani Maju Bersama II terbentuk pada tanggal 17 Maret 2010 dengan SK Kelurahan Tugu No: 253/33/KPTS/III/2010 (Lampiran 14). Selanjutnya kelompok tani Maju Bersama I yang terbentuk pada tanggal 27 Maret 2010, dengan SK Kelurahan Tugu No: 253/34/KPTS/III/2010 (Lampiran 13). Dalam Surat keputusan juga menetapkan susunan pengurus dari masing-masing kelompok tani. Susunan pengurus kelompok tani Maju Bersama I dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Untuk susunan pengurus kelompok tani maju bersama II dan III dapat dilihat pada lampiran 16.

30 46 Ketua M. Mawardi Wakil Ketua Nurjaman, S.T.P Sekertaris Marjono Bendahara Gaby Damara Anggota Anggota Anggota Anggota Gambar 17. Susunan Organisasi Kelompok Tani Maju Bersama I Susunan kepengurusan masing-masing kelompok tani terdiri atas ketua, wakil ketua, sekertaris, bendahara dan anggota. Anggota dari masing-masing kelompok tani Maju Bersama I adalah 126 orang, Maju Bersama III berjumlah 40 orang dan Maju Bersama III berjumlah 61 orang. Kegiatan kelompok tani Maju Bersama ini cukup aktif. Pertemuan tersebut biasanya dihadiri oleh perwakilan dari masing-masing anggota kelompok tani I, II dan III. Kegiatan kumpul bersama diadakan apabila ada penyuluhan dan kegiatan musyawarah. Pertemuan tersebut biasanya dilakukan pada hari Jum at. Selain itu para petani juga biasanya mengadakan pertemuan secara tidak resmi satu minggu sekali tepatnya pada malam hari sambil berdiskusi masalah di lahan, berbagi pengalaman di lahan dan sebagainya. Diskusi tidak resmi ini biasanya dilakukan dengan santai sambil minum kopi bersama. Jika ada suatu kegiatan dari pemerintah, biasanya masing-masing ketua kelompok akan menyampaikan kepada anggotanya masing-masing. Kendala yang muncul dalam kelompok tani ini adalah kurangnya partisipasi anggota dalam

31 47 kegiatan kumpul bersama. Hal tersebut ditunjukkan dengan sedikitnya anggota yang hadir dalam pertemuan sekitar 20 persen dari jumlah yang ada. Gambar 18. Kegiatan Pertemuan Kelompok Tani b. Lembaga Penunjang Lain Lembaga penunjang lainnya yang ada adalah KTNA (Kontak tani nelayan andalan). Kelompok KTNA adalah kumpulan petani-nelayan yang terpilih mewakili kelompoknya dengan kualifikasi sebagai Ketua Kelompok Tani Nelayan yang diandalkan/ditokohkan dan ahli pada bidangnya serta mempunyai jiwa semangat kepeloporan dan Agen Perubahan dalam memajukan perekonomian nasional berdasarkan ekonomi kerakyatan. Kelompok KTNA berada di Tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional. Kelembagaan KTNA yang ada di Depok tidak hanya menghimpun petani belimbing saja, namun menghimpun pertanian untuk tanaman hias, perikanan, dan lain-lain. Kelembagaan lainnya yaitu koperasi. Koperasi pemasaran belimbing Dewa sudah ada di Depok. Namun saat ini koperasi sudah tidak berjalan karena ada masalah dalam manajemennya. Kelurahan Tugu juga belum mempunyai

32 48 koperasi pemasaran belimbing. Jika petani ingin memasarkan belimbing, petani langsung datang ke pengumpul maupun langsung dijual ke pasar induk. Program bantuan dari pemerintah untuk mendukung agribisnis belimbing sudah banyak berjalan seperti bantuan sosial (Bansos) dan PUAP (Penguatan Usaha Agribisnis Pertanian) yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah pada tahun Dana bantuan dari program tersebut akan digulirkan kepada petani sebagai simpan pinjam, tapi bukan dalam bentuk kelembagaan seperti koperasi. Sebelum dana tersebut sampai kepada petani, kelompok tani sudah membuat perencanaan kegiatan terlebih dahulu. Di dalam perencanaannya terdapat rencana yang dibuat oleh anggota, rencana kelompok dan rencana usaha bersama. Setelah itu untuk menentukan program apa yang paling dibutuhkan petani akan diputuskan dengan musyawarah. Program-program lain yang diikuti petani adalah MUSRENBANG (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) dan lain-lain. Keikutsertaan petani di Kelurahan Tugu dalam kegiatan yang diadakan oleh pemerintah cukup aktif dan juga kegiatan penyuluhan oleh penyuluh kecamatan juga aktif dan berjalan dengan baik. 3.4 Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Belimbing Manis Studi kelayakan sering disebut dengan feasibility study, yang merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu proyek keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang

33 49 akan dilaksanakan memberi manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Aspek-aspek yang dikaji dalam studi kelayakan mencakup aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek organisasi dan manajemen serta aspek ekonomi dan keuangan (Ibrahim, Y, 2003). Pada penelitian ini yang dikaji adalah aspek keuangan/finansial. Analisis kelayakan finansial merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi suatu usaha. Beberapa metode kriteria investasi yang digunakan yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Berbagai kriteria tersebut mencerminkan analisis partial yang didasarkan pada asumsi bahwa proyek yang dianalisa itu kecil dibandingkan dengan perekonomian secara keseluruhan, sehingga tidak mempengruhi harga-harga (Kadariah, 1988). Analisis kelayakan belimbing manis dihitung dalam kurun waktu 20 tahun. Pada umur tanaman ke-15 sampai ke-20 merupakan umur dimana hasil produksi belimbing sedang mengalami peningkatan Biaya- biaya Usahatani Belimbing Manis Biaya pada usahatani belimbing manis terdiri atas biaya investasi, biaya tanaman belum menghasilkan (TBM), biaya produksi dan biaya penyusutan Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barangbarang investasi yang dapat digunakan berulang kali dalam proses produksi usahatani belimbing. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya investasi pada usahatani belimbing meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembelian

34 50 mesin steam, mesin diesel, selang dan gerobak. Untuk lebih jelasnya mengenai perincian biaya investasi akan dijelaskan pada tabel di bawah ini Tabel 10. Rincian Biaya Investasi Pada Usahatani Belimbing Manis Per Hektar pada Kelompok Tani Maju Bersama di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012 No Jenis Investasi Harga (Rp) Jumlah Nilai (Rp) 1 Mesin Steam Mesin Diesel Selang Gerobak Total Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 10, jumlah investasi pada usahatani belimbing dengan asumsi luas lahan seluas 1 hektar dengan jumlah 200 pohon adalah sebesar Rp dengan alokasi dana terbesar pada jenis investasi pembelian peralatan mesin steam Biaya Penyusutan Penyusutan adalah pengurangan nilai suatu barang karena adanya pemakaian selama kurun waktu tertentu. Untuk memperhitungkan penyusutan pada dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan sampai dengan modal tersebut dapat memberikan manfaat. Biaya penyusutan alat pertanian pada usahatani belimbing dapat dilihat pada tabel di bawah ini

35 51 Tabel 11. Penyusutan Alat Pertanian Usahatani Belimbing Manis Per Hektar/tahun pada Kelompok Tani Maju Bersama di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012 No Jenis Investasi Jumlah (Unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Ekonomis Penyusuta n/tahun 1 Mesin Steam Mesin Diesel Selang Gerobak Dorong Total Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 11, didapatkan hasil perhitungan nilai penyusutan setiap tahun. Nilai penyusutan pertahun ini nantinya akan dimasukkan sebagai biaya penyusutan di dalam biaya tetap pada tanaman belum menghasilkan di tahun ke-1 sampai tanaman menghasilkan di tahun ke-20. Biaya penyusutan tidak dimasukkan pada tahun ke-0 karena diasumsikan barang-barang tersebut dibeli pada tahun tersebut. Untuk lebih rincinya, skedul penyusutan terdapat pada di lampiran Biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Kriteria tanaman yang belum menghasilkan atau tanaman yang belum berproduksi pada tanaman belimbing yaitu pada saat umur tanaman tahun ke-0 sampai ke-2. Biaya-biaya pada saat tanaman belum menghasilkan terbagi menjadi dua yaitu biaya tidak tetap atau biaya variabel dan biaya tetap. Biaya tidak tetap/variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Sedangkan Biaya tetap umumnya relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya

36 52 tidak tetap atau variabel meliputi pembelian bibit pada tahun ke-0, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap meliputi sewa lahan, pajak, peralatan dan penyusutan. Biaya tamanam belum menghasilkan pada usahatani belimbing dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 12. Biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Usahatani Belimbing Manis Per Hektar/tahun pada Kelompok Tani Maju Bersama Di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012 (Dalam Rp.000) Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 No Uraian Nilai (Rp) Nilai (Rp) Nilai (Rp) 1 Biaya Variabel (Tidak Tetap) a. Bibit b. Pupuk c. Pestisida d. Tenaga Kerja e. Bahan Bakar Jumlah Biaya Tetap a. Sewa Lahan b. Pajak c. Peralatan d. Penyusutan Alat Jumlah Total Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 12, biaya pada tahun awal penanaman yaitu tahun tahun ke-0 lebih besar dari pada tahun ke-1 dan ke-2, hal tersebut dikarenakan pada tahun ke-0 terdapat pembelian bibit sebanyak 200 batang. Jenis pupuk yang digunakan pada saat tanaman belum menghasilkan adalah pupuk NPK dan pupuk kandang. Untuk pestisida, petani menggunakan insektisida kontak dengan berbagai merek seperti Decis dan Curacron. Pada saat tanaman belum menghasilkan, tenaga kerja diperlukan untuk proses persiapan lahan, pengajiran jarak tanam dan penanaman, pemeliharaan yang meliputi pengairan dan sanitasi

37 53 kebun. Selain itu pengendalian OPT juga diperlukan agar dalam proses pertumbuhan tanaman belimbing tidak terhambat. Biaya tetap terdiri atas sewa lahan, pajak, peralatan dan penyusutan. Biaya penyusutan pada tahun ke-0 tidak dihitung, karena peralatan investasi dianggap dibeli pada tahun tersebut. Sistem pembayaran sewa lahan di Kelurahan Tugu dibayar setiap lima tahun sekali, dengan harga kenaikan setiap lima tahun adalah 10 sampai 30 persen. Untuk lebih jelasnya, rincian biaya tanaman belum menghasilkan pada usahatani Belimbing Manis terdapat pada lampiran Biaya produksi Biaya produksi merupakan semua jenis biaya yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan usahatani belimbing tiap tahunnya selama 20 tahun. Tanaman belimbing mulai berproduksi pada umur tanaman tiga tahun. Biaya produksi pada usahatani belimbing manis merupakan biaya yang dikeluarkan ketika tanaman belimbing manis mulai berproduksi atau pada saat tanaman sudah mulai menghasilkan. Dengan bertambahnya usia tanaman, maka biaya yang dikeluarkanpun berbeda-beda setiap tahunnya. Biaya yang dikeluarkan terdiri atas Biaya tidak tetap (variabel) yaitu biaya pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap terdiri atas sewa lahan, pajak lahan, biaya peralatan (rincian biaya peralatan terdapat pada lampiran 7) dan biaya penyusutan. Biaya produksi pada saat tanaman menghasilkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

38 54 Tabel 13. Biaya Tanaman Menghasilkan (TM) Pada Usahatani Belimbing Manis Per Hektar/tahun pada Kelompok Tani Maju Bersama di Kelurahan Tugu, Kota Depok, 2012 (Dalam Rp.000) Umur (thn) Biaya Pupuk (Rp) Biaya Pestisida (Rp) Upah Tenaga Kerja (Rp) Uraian Bahan Bakar (Rp) Sewa lahan Pajak (Rp) Biaya Peralatan (Rp) Biaya Penyusutan (Rp) Total Total Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 13, biaya pada saat tanaman mulai menghasilkan di tahun ke-3 sampai tahun ke-20. Jumlah total masing-masing biaya, bertambah tiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan oleh kebutuhan tanaman terhadap pupuk, pestisida dan pemeliharaan yang semakin bertambah. Biaya terbesar terdapat pada umur tanaman ke-20. Pemakaian pupuk untuk tanaman belimbing dari tanaman belum menghasikan sampai tanaman menghasilkan bertambah 10 persen pertahunnya. Porsi pemakaian pupuk kandang lebih banyak dari pada pupuk NPK. Total penggunaan pupuk NPK selama 20 tahun adalah sebanyak kg dan

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kota Depok Letak geografis Kota Depok berada pada 6,19 sampai 6,28 derajat Lintang Selatan dan 106,43 derajat Bujur Timur. Kota

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM Oleh : Medi Humaedi BAB I 1.1. 1.2. 1.3. DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan. Rumusan Masalah.. 1 1 2 3 BAB II 2.1. 2.2. TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam

V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 5.1 Profil Belimbing di Kota Depok 5.1.1 Keragaan Kebun dan Pertanaman. Budidaya belimbing di Kota Depok telah dilakukan sejak tahun 1970-an hingga sekarang. Keragaan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING Diarsi Eka Yani 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas Terbuka, Tangerang, Indonesia Email:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Jambu biji disebut juga Jambu Klutuk (Bahasa Jawa), Jambu Siki, atau Jambu Batu yang dalam bahasa Latin disebut Psidium Guajava. Tanaman jambu biji merupakan

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA BUDIDAYA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica) Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ReGrI Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Di Indonesia, dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing. Diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir,

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND RIVER

VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND RIVER VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND RIVER 6.1. Aspek Non Finansial 6.1.1. Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar lengkeng Diamond River, baik dari segi permintaan, penawaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan kebun Desa Pujon (1200 meter di atas permukaan laut) Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Pembedengan Bibit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Pembedengan Bibit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Identifikasi terhadap keragaan usahatani perlu diteliti untuk melihat adanya perbedaan dan persamaan dalam aktivitas usahatani antara satu petani dengan petani

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) termasuk keluarga Oxalidaceae,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) termasuk keluarga Oxalidaceae, BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) termasuk keluarga Oxalidaceae, yang semasa muda buahnya berwarna hijau muda,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum, Geografis dan Iklim Kota Depok Kota Depok resmi berdiri menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis mengenai aspek non finansial, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha budidaya Belimbing Dewa dengan pengembangan melalui SOP di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green house Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah

Lebih terperinci