PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP RUMAH TANGGA BURUH TANI MISKIN DI DESA CIKARAWANG MUHAMMAD SEPTIADI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP RUMAH TANGGA BURUH TANI MISKIN DI DESA CIKARAWANG MUHAMMAD SEPTIADI"

Transkripsi

1 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP RUMAH TANGGA BURUH TANI MISKIN DI DESA CIKARAWANG MUHAMMAD SEPTIADI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani Miskin di Desa Cikarawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2013 Muhammad Septiadi NIM I

4 ABSTRAK MUHAMMAD SEPTIADI. Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani Miskin di Desa Cikarawang. Dibimbing oleh WINATI WIGNA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran ketimpangan gender terhadap strategi bertahan hidup pada rumah tangga buruh tani miskin. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh ketimpangan gender terhadap strategi bertahan hidup, pengaruh ketimpangan gender terhadap tingkat kemiskinan dan pengaruh tingkat kemiskinan terhadap strategi bertahan hidup. Subjek yang akan diteliti adalah rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif. Sampel penelitian adalah setiap individu yang dianggap sebagai kepala rumah tangga dan bekerja sebagai buruh tani di Desa Cikarawang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan gender berpengaruh signifikan terhadap strategi bertahan hidup, ketimpangan gender berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan, dan tingkat kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap strategi bertahan hidup. Kata kunci: gender, ketimpangan, strategi, kemiskinan, bertahan hidup, rumah tangga, buruh tani ABSTRACT MUHAMMAD SEPTIADI. The Effect of Gender Inequality in Household Survival Strategies of Poor Agricultural Labourer in Cikarawang. Supervised by WINATI WIGNA. This research aims to analyze the role of gender inequality on survival strategies in poor agricultural labourer households. This research also analyzes the effect of gender inequality on survival strategy, the effect of gender inequality on poverty level and the effect of poverty level on survival strategy. Subjects to be researched is poor agricultural labourer households in Cikarawang. This research used quantitative data and supported by qualitative data. The research sample is any individual who is considered as the head of household and worked as an agricultural labourer in Cikarawang. The results showed that gender inequality significantly influence survival strategy, gender inequality significantly influence poverty level, and the poverty level significantly influence survival strategy. Keywords: gender, inequality, strategy, poverty, survival, household, agricultural labourer

5 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP RUMAH TANGGA BURUH TANI MISKIN DI DESA CIKARAWANG MUHAMMAD SEPTIADI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani Miskin di Desa Cikarawang Nama : Muhammad Septiadi NIM : I Disetujui oleh Dra Winati Wigna, MDS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani Miskin di Desa Cikarawang sebagai syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Penulisan tugas akhir skripsi ini didahului dengan melakukan penelitian lapang yang dilaksanakan sejak bulan September Skripsi ini bertujuan menelaah peran gender pada implementasi perilaku strategis dalam menghadapi krisis ekonomi (survival strategies) pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang dan faktor apa saja yang berpengaruh pada penerapan perilaku strategis (survival strategies) tersebut serta pengaruhnya terhadap kehidupan rumah tangga buruh tani. Pada rumah tangga buruh tani miskin, terdapat kecenderungan anggota rumah tangga untuk melakukan penyesuaianpenyesuaian guna mengatasi krisis ekonomi dan mempertahankan level subsistensi rumah tangga. Gender sebagai konstruksi sosial budaya masyarakat memegang peranan penting dalam penerapan perilaku strategis, hal ini tercermin dari keterlibatan perempuan dan laki-laki secara bersama dalam proses menentukan kombinasi perilaku strategis yang akan diterapkan. Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada masyarakat Desa Cikarawang khususnya para responden yaitu buruh tani beserta anggota rumah tangga dan aparat desa yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Penulis juga mengucapakan rasa terima kasih dan hormat yang mendalam kepada Dra. Winati Wigna, MDS. selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak masukan, dukungan, dan selalu sabar membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Junaidi, Ibunda Ruaidah, Adinda Dwi Santri Anita dan Adinda Yustika Amanda yang telah memberikan banyak dukungan beserta doanya untuk penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman satu bimbingan skripsi, Femy Amalia yang telah memberikan banyak dukungan dan menjadi teman diskusi penulis. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabatsahabat penulis (Rizki Utami, Indri Mayang Sari, Chairani, Riani Wijayanti, Nesya Ridzkika), teman-teman penulis selama menempuh pendidikan di IPB, teman-teman B.21-B.22 (Raina, Naadhilah, dll), teman-teman IKAMUSI (Tri, Lisa, Ami, Memel, Misy, Ina, Arin, Reny, Niwayan, Kiki, Dila, Andri, Bebet, Nico, Agung, Ryan, dll), KPM 46 (Denissa, Tami, Tiara P, Agustin, Ratu Sarah, Lidya, Adis, Lulu, Ajeng, Gilang, Dika, Dini, Nina, Firda, Rahma, Linda, Tyas, Rafi, Elbie, Fadil, Anissa), dan teman-teman Akselerasi KPM 46 yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2013 Muhammad Septiadi

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 4 Konsep Gender 4 Konsep Rumah Tangga Buruh Tani 7 Konsep Kemiskinan 7 Sumber Daya Nafkah Rumah Tangga 12 Strategi Bertahan hidup (Survival Strategies) 13 Kerangka Pemikiran 15 Hipotesis Penelitian 17 Definisi Operasional 18 PENDEKATAN LAPANG 21 Metode Penelitian 21 Lokasi dan Waktu Penelitian 21 Teknik Pengumpulan Data 21 Teknik Pengolahan dan Analisa data 22 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam 24 Infrastruktur Desa 24 Potensi Sumber daya Manusia 25 Potensi Kelembagaan Sosial, Budaya dan Politik 27 Gambaran Umum Responden 27 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 29 Tingkat Kemiskinan 29

10 Hubungan antara Ketimpangan Gender dengan Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Buruh Tani 34 Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Buruh Tani 34 PENGARUH TINGKAT KEMISKINAN TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 37 Strategi Bertahan Hidup 37 Hubungan antara Tingkat Kemiskinan dengan Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani 44 Pengaruh Tingkat Kemiskinan terhadap Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani 45 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 48 Ketimpangan Gender 48 Hubungan antara Ketimpangan Gender dengan Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani 55 Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani 56 SIMPULAN DAN SARAN 58 Simpulan 58 Saran 58 DAFTAR PUSTAKA 60 RIWAYAT HIDUP 78

11 DAFTAR TABEL 1 Perbedaan jenis kelamin (seks) dan gender a 4 2 Luas dan persentase lahan di Desa Cikarawang menurut jenisnya, 2012 a 25 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cikarawang menurut kelompok umur dan jenis kelamin, 2012 a 25 4 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cikarawang menurut tingkat pendidikan, 2012 a 26 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cikarawang menurut jenis pekerjaan, 2012 a 26 6 Jumlah dan persentase responden menurut kelompok umur di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kemiskinan di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut jumlah penghasilan di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut jumlah beban tanggungan di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut akumulasi pengeluaran pangan di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut status kepemilikan dan kualitas rumah tinggal di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kemiskinan dan ketimpangan gender di Desa Cikarawang, Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh ketimpangan gender (akses dan kontrol) terhadap tingkat kemiskinan Jumlah dan persentase responden menurut strategi bertahan hidup di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut bentuk-bentuk strategi bertahan hidup di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut strategi modal sosial di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut strategi alokasi sumber daya manusia di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut strategi basis produksi di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut strategi spasial di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut strategi finansial di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut strategi bertahan hidup dan tingkat kemiskinan di Desa Cikarawang, Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh tingkat kemiskinan (jumlah penghasilan, jumlah beban tanggungan, akumulasi pengeluaran pangan, dan status kepemilikan dan kualitas rumah tinggal) terhadap strategi bertahan hidup 46

12 24 Jumlah dan persentase responden menurut ketimpangan gender di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut ketimpangan akses di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut ketimpangan kontrol di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut akses, kontrol pada sumber daya nafkah di Desa Cikarawang, Jumlah dan persentase responden menurut strategi bertahan hidup dan ketimpangan gender di Desa Cikarawang, Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh ketimpangan gender (akses dan kontrol) terhadap strategi bertahan hidup 56 DAFTAR GAMBAR 1 Lingkaran penyebab kemiskinan 11 2 Pentagon lima sumber daya nafkah dalam rumah tangga 13 3 Kerangka pemikiran 17 DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta lokasi penelitian (Desa Cikarawang) 63 2 Pengolahan data (Uji Statistik) 64 3 Kerangka sampling 67 4 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun Kuesioner penelitian 70

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan persoalan yang hingga saat ini menyita perhatian banyak pihak. World Bank (1990) menetapkan suatu kelompok masyarakat dikategorikan miskin apabila pendapatan per harinya sama dengan US$2 atau kurang dari angka tersebut. Menurut data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2012 mencapai juta jiwa dan hampir 65 persen merupakan penduduk yang bertempat tinggal di pedesaan. Lebih lanjut menurut laporan World Bank yang dikemukakan oleh Sylva dan Bysouth (1992) mayoritas penduduk miskin tinggal di pedesaan dan hidup dari pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk miskin yang tinggal di pedesaan dan bekerja pada sektor pertanian memiliki sejumlah pendapatan yang berada di bawah standar kelayakan hidup. Pertanian yang sedianya merupakan salah satu sektor andalan perekonomian Indonesia ternyata tidak mampu mengatasi permasalahan kemiskinan ini. Kemampuan sektor pertanian dalam menghasilkan devisa terbesar bagi negara dan kemampuan menyerap banyak tenaga kerja tidak diimbangi dengan pertambahan luas tanah garapan untuk usaha pertanian, sehingga terjadi kenaikan jumlah buruh tani yang sangat cepat dan memberikan tekanan-tekanan yang semakin besar bagi masalah pengangguran. Problem buruh tani Indonesia di masa modernisasi ini menjadi semakin kompleks. Di satu sisi kebutuhan dan konsumsi akan pangan meningkat tapi di sisi lain, petani tidak dapat memanfaatkan peningkatan konsumsi pangan tersebut. Penerapan sistem pertanian modern pada proses-proses produksi membutuhkan biaya yang tinggi, terlebih lagi hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan harga hasil produksi yang layak di pasar primer pada tingkat petani. Penyebab utamanya adalah keadaan posisi tawar petani yang kurang baik sehingga tidak mampu mengubah kehidupan mereka menjadi lebih sejahtera. Tantangan-tantangan yang dihadapi buruh tani mendorong mereka untuk menerapkan perilaku strategis yang khusus dan dimaksudkan untuk menghadapi krisis pada rumah tangga mereka. Perilaku strategis adalah tindakan aktif yang terwujud dalam kegiatan khusus yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu dan memerlukan sumber daya (Rappaport 1971; Bennet 1976). Perilaku strategis rumah tangga miskin di pedesaan dalam menghadapi krisis dapat dibedakan ke dalam lima cara: mengatur pola konsumsi pangan, baik kuantitas semakin sedikit maupun kualitas semakin rendah; memanfaatkan jaringan sosial informal; memberdayakan anggota rumah tangga dalam bekerja; diversifikasi sumber pendapatan untuk mengatasi kesulitan ekonomi ataupun krisis yang dihadapi rumah tangga; menggunakan alternatif subsistensi (Scott 1990; Clark 1986). Secara umum, pembagian kerja (division of labour) merupakan salah satu bentuk perilaku strategis yang sering diterapkan dalam lingkungan rumah tangga petani. Boserup (1965) mengungkapkan bahwa pembagian kerja dalam rumah tangga petani merupakan sesuatu yang dianggap alami. Lebih lanjut Boserup mengungkapkan bahwa pembagian kerja ini ditimbulkan oleh adanya

14 2 perbedaan jenis kelamin itu sendiri. Begitupun Mead (1949) 1 menggambarkan secara ringkas peranan kedua jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki dalam pemenuhan bahan makanan. Peranan perempuan dalam pembagian kerja pada rumah tangga selama ini kurang diperhitungkan. Mereka hanya diandalkan pada kegiatan-kegiatan domestik saja dan terkadang tidak dilibatkan dalam proses-proses pengambilan keputusan rumah tangga. Strategi-strategi buruh tani tidak terbatas hanya pada pembagian peran dan kerja pada rumah tangga saja, tetapi mereka juga melakukan usaha-usaha diversifikasi aktivitas ekonomi pada sektor non-pertanian. Para buruh tani di desa melakukan migrasi temporer, ketika musim paceklik mereka pergi ke kota, mencari uang dan menabung yang nantinya uang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dan penelitian-penelitian sebelumnya, maka peranan gender merupakan hal yang sangat menarik untuk dikaji karena berpengaruh dalam menentukan strategi bertahan hidup yang ditempuh rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang. Desa Cikarawang 2 merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27 km 2. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang merupakan areal persawahan dan perkebunan. Areal persawahan di Desa Cikarawang meliputi lahan seluas 1.95 km 2 atau lebih kurang 70 persen. Areal persawahan ini ditanami dengan tanaman padi dan palawija. Data monografi Desa Cikarawang pada tahun 2009 menunjukkan bahwa terdapat 20.1 persen penduduk yang bekerja sebagai petani dan buruh tani. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penduduk perempuan di desa ini memiliki peranan yang lebih sedikit dalam pekerjaan publik dibandingkan dengan penduduk laki-laki di semua sektor mata pencaharian khususnya pertanian. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan terdapat hubungan yang sangat erat antara pengaruh ketimpangan gender dalam menentukan strategi bertahan hidup pada rumah tangga buruh tani miskin, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang dapat diangkat dalam topik penelitian mengenai pengaruh ketimpangan gender dalam strategi bertahan hidup rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang, yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh ketimpangan gender terhadap tingkat kemiskinan pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang? 2. Bagaimana pengaruh tingkat kemiskinan terhadap strategi bertahan hidup pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang? 3. Bagaimana pengaruh ketimpangan gender terhadap strategi bertahan hidup pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang? 1 Diambil dari buku Male and Female (1949). Mead, Margareth. New York: William Morrow and Company, Inc. 2 Diambil dari data monografi Desa Cikarawang (2012)

15 3 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh ketimpangan gender terhadap tingkat kemiskinan pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang 2. Menganalisis pengaruh tingkat kemiskinan terhadap strategi bertahan hidup pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang 3. Menganalisis pengaruh ketimpangan gender terhadap strategi bertahan hidup pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh ketimpangan gender dalam penerapan strategi bertahan hidup pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang. Penelitian ini juga berguna untuk: 1. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mengkaji secara ilmiah mengenai pengaruh gender dalam penerapan strategi bertahan hidup pada rumah tangga buruh tani miskin Desa Cikarawang. 2. Menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam mengkaji pengaruh gender dalam penerapan strategi bertahan hidup pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang. 3. Acuan dalam pelaksanaan pemberdayaan gender pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang bagi kalangan non akademisi, seperti masyarakat, swasta, dan pemerintah.

16 4 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Gender Perbedaan Gender dan Jenis Kelamin Menurut Handayani dan Sugiarti (2008), gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum tertentu baik laki-laki maupun perempuan sebagai hasil dari konstruksi sosial dan budaya. Perbedaan sifat pada kaum laki-laki dan perempuan tersebut menimbulkan perbedaan fungsi, peran, dan kedudukan dalam berbagai bidang kehidupan. Perbedaan gender yang dikonstruksikan secara turun temurun menjadikan perempuan memiliki fungsi, peran, dan kedudukan yang berbeda dengan laki-laki. Hal ini berkaitan dengan faktor-faktor sosial, geografis dan kebudayaan pada masyarakat. Perbedaan gender ini berhubungan dengan sifat fisik yang dimiliki oleh masing-masing. Pada laki-laki yang mempunyai ciri-ciri fisik seperti memiliki penis, suara besar, berkumis, dada datar, otot yang besar, jakun, sehingga diidentikan sebagai sosok yang kuat, agresif dan rasional. Pada perempuan yang mempunyai ciri-ciri fisik seperti memiliki rahim, suara yang bening, dada yang menonjol, pinggul yang lebih lebar sehingga diidentikan sebagai sosok yang lemah, kurang agresif, subjektif dan lebih emosional. Pengertian gender berbeda dengan seks (jenis kelamin). Fakih dalam Hasanudin (2009) mengemukakan bahwa pembagian jenis kelamin (seks) ditentukan oleh organ biologis yang melekat secara permanen dan fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan pada bagian anatomi dan genital eksternal antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan antara jenis kelamin (seks) dan gender secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perbedaan jenis kelamin (seks) dan gender a Karakteristik Jenis Kelamin (Seks) Gender Sumber Pembeda Tuhan Manusia (Masyarakat) Visi, misi Kebiasaan Kesetaraan Unsur Pembeda Biologis (alat reproduksi) Sosiologis (Tingkah Laku) Sifat Kodrat, tertentu, tidak dapat dipertukarkan Harkat, martabat, dapat dipertukarkan Dampak Terciptanya nilai-nilai (kesempurnaan, kenikmatan, kedamaian) sehingga menguntungkan kedua belah pihak Terciptanya norma-norma atau ketentuan tentang kepantasan, seringkali merugikan salah satu pihak dan biasanya adalah perempuan Keberlakuan Sepanjang masa, dimana saja, tidak mengenal pembedaan kelas Dapat berubah, musiman dan berbeda antar kelas a Sumber: Konsep dan teknik penelitian gender, Handayani T., Sugiarti (2008)

17 Peranan Gender Pendapat Moser seperti yang dikutip dalam Mugniesyah (2007) mengemukakan tiga kategori peranan gender, yaitu: 1. Peranan produktif, yaitu peranan yang dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan untuk memperoleh upah, bayaran secara tunai atau sejenisnya. Kegiatan di dalamnya meliputi produksi pasar dengan suatu nilai tukar, produksi rumah tangga subsisten dengan suatu nilai guna dan juga suatu nilai tukar potensial. Contohnya adalah aktivitas bekerja baik pada sektor formal maupun informal. 2. Peranan reproduktif, yaitu peranan yang berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan keluarga. Contohnya adalah aktivitas melahirkan, memelihara, mengasuh anak, mengambil air, memasak, mencuci, membersihkan rumah, menjahit baju dan lain sebagainya. 3. Peranan pengelolaan masyarakat dan politik, dibedakan ke dalam dua kategori berikut: a. Peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial) yang mencakup semua aktivitas yang dilakukan pada tingkat komunitas sebagai kepanjangan peranan reproduktif, bersifat sukarela dan tanpa upah. b. Peranan pengelolaan politik (kegiatan politik) yang mencakup peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik, biasanya dibayar dan meningkatkan kekuasaan atau status. Perbedaan fungsi, peran dan kedudukan antara laki-laki dan perempuan menyebabkan timbulnya ketimpangan gender. Mitos-mitos dan kepercayaan yang selama ini ada di masyarakat menunjukkan adanya dominasi laki-laki atas perempuan dalam rumah tangga. Dominasi kaum laki-laki ini memunculkan budaya patriarki, yaitu konsep bahwa laki-laki memegang kekuasaan atas semua peran penting yang ada pada masyarakat baik dalam pendidikan, pekerjaan, pemerintahan, agama dan lain sebagainya. Pada akhirnya ketimpangan gender tersebut menjadi suatu kebiasaan dan dianggap merupakan suatu kodrat yang diterima masyarakat secara umum. Bentuk ketimpangan gender dapat dilihat dari pembagian peran dan kerja antara laki-laki dan perempuan yang ditunjukkan oleh rendahnya persentase perempuan yang bekerja di sektor publik (produktif) daripada laki-laki karena peran produktif yang dilakukan oleh perempuan seringkali kurang diakui dibandingkan laki-laki. Perempuan selalu dikaitkan dengan pekerjaan domestik (reproduktif) yang perannya seringkali tidak diperhitungkan. Pada rumah tangga, peran-peran reproduktif seperti memasak, menyusui, mencuci, membersihkan rumah, mengasuh anak dan mempersiapkan keperluan keluarga sehari-hari sepenuhnya dimainkan oleh perempuan sehingga, perempuan tidak dimungkinkan untuk berperan secara produktif bahkan seringkali pada perempuan yang ekonomi rumah tangganya rendah, mereka memainkan peran produktif dan reproduktif tersebut secara bersamaan. 5

18 6 Teknik Analisis Gender Perbedaan peran gender antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat yang mengarah pada praktik ketimpangan gender dapat diidentifikasi dengan melihat keterlibatan peran antara laki-laki dan perempuan dalam aktivitas, akses dan kontrol dalam rumah tangga. Menurut Handayani dan Sugiarti (2002), teknik analisis gender dapat mengidentifikasi berbagai kesenjangan maupun isu gender yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungannya. Analisis gender tidak hanya melihat peran dan aktivitas, akan tetapi mencakup hubungan dalam hal siapa mengerjakan apa, siapa yang membuat keputusan, siapa yang membuat keuntungan dan siapa yang menggunakan sumber daya. Gender framework analysis technic atau yang lebih dikenal dengan teknik analisis Harvard merupakan salah satu teknik analisis gender dengan melihat profil gender suatu kelompok sosial melalui interrelasi antara tiga komponen, yaitu profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol (Overholt et al. dalam Handayani dan Sugiarti 2008) 1. Profil aktivitas merujuk pada pembagian kerja (peran) gender yang meliputi peran produktif, reproduktif dan sosial-politik-keagamaan. 2. Profil akses merujuk pada peluang atau kesempatan laki-laki maupun perempuan untuk memperoleh atau menikmati sumber daya produktif. 3. Profil kontrol merujuk pada kekuasaan laki-laki maupun perempuan untuk mengambil keputusan terkait kendali terhadap sumber daya dan manfaat. Akses dan Kontrol Pengertian akses menunjuk pada kesempatan atau peluang yang bisa diraih oleh individu untuk memperoleh beragam sumber daya, seperti memperoleh informasi, pendidikan, modal (kredit), teknologi dan kesempatan berusaha, bekerja dan lain-lain. Pengertian kontrol menunjuk pada aspek kekuasaan (pengaruh) yang dimiliki seseorang untuk menentukan segala sesuatu yang menyangkut berbagai kepentingan termasuk memperoleh beragam sumber daya bagi dirinya. (Nuraeni dalam Meliala 2006) Handayani dan Sugiarti (2008) mengemukakan akses dan kontrol terhadap sumber daya dalam keluarga maupun masyarakat umumnya dapat dilihat dari profil peluang dan penguasaan terhadap sumber daya dan manfaat. Akses yang dimaksud adalah kesempatan untuk menggunakan sumber daya ataupun hasilnya tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dari hasil sumber daya tersebut atau diartikan bahwa seseorang yang mempunyai akses belum tentu selalu mempunyai kontrol. Pola pengambilan keputusan dalam rumah tangga sangat berguna untuk mengidentifikasi bagaimana struktur kekuasaan dalam rumah tangga.

19 Sajogyo (1981) mengemukakan bahwa pola pengambilan keputusan atau kontrol dalam rumah tangga dapat digolongkan menjadi lima kategori: 1. Keputusan dibuat oleh perempuan seorang diri tanpa melibatkan laki-laki (isteri). 2. Keputusan dibuat bersama oleh laki-laki dan perempuan tetapi pengaruh isteri lebih besar (isteri). 3. Keputusan dibuat bersama (setara). 4. Keputusan dibuat bersama oleh laki-laki dan perempuan tetapi pengaruh suami lebih besar (suami). 5. Keputusan dibuat oleh laki-laki seorang diri tanpa melibatkan perempuan (suami). Konsep Rumah Tangga Buruh Tani Terdapat berbagai macam definisi mengenai konsep rumah tangga petani dan buruh tani yang ada saat ini. Menurut Nurhilailah dalam Pratiwi (2007) rumah tangga pertanian didefinisikan sebagai rumah tangga yang sekurangkurangnya satu anggota rumah tangganya melakukan kegiatan bertani atau berkebun, menanam tanaman kayu-kayuan, beternak ikan, melakukan perburuan atau penangkapan satwa liar, mengusahakan ternak atau unggas, atau berusaha dalam jasa pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual atau untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan atas resiko sendiri. Sajogyo (1981) mendefinisikan petani kecil sebagai rumah tangga yang mengusahakan lahan pertanian kurang dari 0.50 ha. Data Survei Pertanian tahun 2003 menyebutkan bahwa 57 persen petani kecil di Indonesia memiliki lahan seluas kurang dari 0.50 ha atau tanpa lahan. Petani kecil dapat dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu: 1. Petani kecil dalam pengertian petani dengan luas tanah garapan kurang dari 0.50 ha, yang memanfaatkan lahan kosong di pinggiran atau tanah tepian sekitar kawasan perumahan yang terletak di wilayah tertentu, baik melalui sewa atau sekedar izin dari pemilik tanah, atau pun memanfaatkan lahan kosong tanpa izin dari pemilik tanah. 2. Buruh tani yang diupah oleh petani untuk mengusahakan lahan kosong petani pemilik lahan yang terletak di wilayah tertentu. Berdasarkan definisi ahli dan peneliti yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa rumah tangga buruh tani adalah rumah tangga yang sekurang-kurangnya salah satu anggota rumah tangganya bekerja sebagai buruh tani, yaitu orang yang diupah oleh petani pemilik lahan untuk mengusahakan lahan pertaniannya dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Konsep Kemiskinan Kemiskinan merupakan suatu masalah sosial yang ditandai dengan ketidakmampuan masyarakat untuk mencapai suatu taraf kecukupan hidup. Lebih lanjut kemiskinan dipahami sebagai kekurangan materi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Tidak hanya mencakup hal tersebut, kemiskinan juga dimaknai sebagai ketidakmampuan suatu masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat yang layak. Badan Koordinasi 7

20 8 Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia dan Badan Penelitian SMERU 3 menggambarkan secara sederhana berbagai dimensi mengenai kemiskinan sebagai berikut: 1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar, seperti pangan, sandang, dan papan. 2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya, seperti masalah kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi. 3. Tidak adanya jaminan masa depan karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga. 4. Kerentanan terhadap berbagai goncangan, baik individual maupun komunal. 5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan sumber daya alam. 6. Tidak dilibatkan dalam kegiatan sosial masyarakat. 7. Tidak adanya akses terhadap lapangan pekerjaan dan mata pencaharian yang berkesinambungan. 8. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial seperti anak terlantar, janda miskin, dan kelompok masyarakat marjinal lainnya. Konsep kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu konsep kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. 1. Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi seseorang yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimum sehari-harinya termasuk kebutuhan sandang, pangan, papan dan pendidikan. Kemiskinan absolut diukur dengan standar tertentu yang berlaku sama pada setiap masyarakat (Lorenzo dan Liberati 2005) Kemiskinan relatif adalah suatu kondisi seseorang yang mungkin telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah taraf hidup masyarakat sekitarnya. Kemiskinan relatif diukur dari perbandingan antara tingkat pendapatan antara kelompok yang mungkin berada di atas garis kemiskinan dan kelompok yang lebih kaya (Pudjirahaju 1999) 5. Sudharyanto (2009) mengemukakan bahwa faktor-faktor penyebab kemiskinan secara umum antara lain: 1. Kualitas sumber daya alam yang rendah dan rentan terhadap gangguan eksternal (geographical trap), ditandai dengan kualitas sumber daya alam yang rendah sehingga produktivitas pertanian dan pendapatan petani menjadi rendah. 2. Kebijakan pembangunan ekonomi yang belum memberikan prioritas pada wilayah miskin, ditandai dengan rendahnya intensitas kegiatan ekonomi untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada karena kebijakan pembangunan ekonomi yang belum sepenuhnya mendayagunakan sumber daya alam lokal. 3. Keterbatasan infrastruktur, ditandai dengan rendahnya kualitas infrastruktur sehingga berdampak pada rendahnya produktivitas dan 3 Diambil dari dokumen Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia dan Badan Penelitian SMERU 4 Diambil dari buku Gold Standard dan Indikator Garis Kemiskinan Rumah Tangga Petani di Subang oleh Nani Sufiani Suhanda, Leily Amalia, Dadang Sukandar dan Khairunisa (2009) 5 4 Seperti dikutip pada bagian

21 kualitas produk pertanian, akses penduduk miskin terhadap peluang kegiatan ekonomi, akses penduduk miskin terhadap berbagai pelayanan publik. 4. Terbatasnya akses terhadap aset produktif, terutama lahan pertanian ditandai dengan rendahnya persentase kepemilikan lahan dan aset modal pada petani kecil dan buruh tani. 5. Tersisihkan karena aspek gender, etnis, dan cacat, ditandai dengan adanya kelompok masyarakat tertentu yang tidak dapat mengakses kegiatan ekonomi produktif. 6. Rendahnya kapasitas sumber daya manusia (SDM), ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan yang berdampak pada produktivitas pertanian, akses terhadap kesempatan kerja, kredit dan berbagai pelayanan publik. Indikator dan Garis Kemiskinan Dalam mengukur tingkat kemiskinan suatu kelompok masyarakat diperlukan indikator-indikator tertentu yang telah teruji validitasnya. Indikator yang sering digunakan dalam mengukur suatu tingkat kemiskinan biasanya didasarkan pada (a) konsep produksi yang didasarkan pada perkiraan hasil-hasil produksi usaha tani, (b) konsep pendapatan yang didasarkan pada penerimaan masyarakat berupa upah, gaji maupun sewa, (c) konsep pengeluaran yang didasarkan pada inventarisasi pengeluaran pada rumah tangga, (d) konsep alokasi merujuk pada alokasi produk pada suatu rumah tangga berupa proporsi secara keseluruhan. Beberapa garis kemiskinan absolut yang sering digunakan adalah: 1. Garis kemiskinan menurut World Bank 6 yang ditetapkan pada tahun Suatu kelompok masyarakat dikategorikan miskin apabila pendapatan per harinya kurang dari US$50 per bulan (Daerah Pedesaan), kurang dari US$75 per bulan (Daerah Perkotaan). 2. Garis kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS) 7 yang menetapkan kriteria rumah tangga miskin berdasarkan jumlah uang (rupiah) yang dibelanjakan untuk kebutuhan minimum pangan dan non-pangan per kapita per bulan. Komoditas pangan yang dipilih terdiri dari 52 jenis dan non-pangan terdiri dari 27 jenis untuk daerah perkotaan dan 26 jenis untuk daerah pedesaan 3. Garis kemiskinan Prof. Dr. Sajogyo 8 yang mengkonversikan seluruh pengeluaran pangan maupun non-pangan ke dalam bentuk pengeluaran beras selama satu bulan pada masyarakat di daerah perkotaan maupun pedesaan. Sajogyo membedakan tingkat kecukupan beras untuk daerah perkotaan dan pedesaan sebagai berikut: a. Daerah pedesaan 1) Sangat miskin sekali, apabila pengeluaran beras ekuivalen setiap individu dalam satu tahun kurang dari 180 kg. 9 6 Diambil dari situs web 7 Diambil dari situs web 8 Diambil dari buku Gold Standard dan Indikator Garis Kemiskinan Rumah Tangga Petani di Subang oleh Nani Sufiani Suhanda, Leily Amalia, Dadang Sukandar dan Khairunisa (2009)

22 10 2) Sangat miskin, apabila pengeluaran beras ekuivalen setiap individu dalam satu tahun di atas 180 kg hingga 240 kg. 3) Miskin, apabila pengeluaran beras ekuivalen setiap individu dalam satu tahun di atas 240 kg hingga 320 kg. b. Daerah perkotaan 1) Sangat miskin sekali, apabila pengeluaran beras ekuivalen setiap individu dalam satu tahun kurang dari 270 kg. 2) Sangat miskin, apabila pengeluaran beras ekuivalen setiap individu dalam satu tahun di atas 270 kg hingga 360 kg. 3) Miskin, apabila pengeluaran beras ekuivalen setiap individu dalam satu tahun di atas 360 kg hingga 480 kg. Ketiga garis kemiskinan tersebut muncul karena ada beberapa faktorfaktor penyebab suatu kelompok masyarakat berada dalam kondisi miskin. Susanto (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa pendekatan untuk memahami fenomena kemiskinan sebagai berikut. Pendekatan pertama melalui 3 teori (mazhab) yaitu teori dualismedifusionis, teori kolonialisme-internal dan teori pembangunan tidak seimbang (unbalanced development). Teori dualisme-difusionis pada dasarnya melihat adanya perbedaan antara pusat dan pinggiran (perkotaan dan pedesaan). Menurut teori ini, masyarakat pedesaan yang masih memiliki kultur tradisional dianggap sebagai penyebab terjadinya kemiskinan karena mereka cenderung berpegang erat dengan nilai-nilai lokal dan mengabaikan perubahan-perubahan pada masyarakat modern yang lebih progresif. Teori kolonialisme-internal menyatakan bahwa kesenjangan dsitribusi kekuasaan dan kepentingan pusat menyebabkan timbulnya ketidakmerataan distribusi akses pada sumber daya modal, pasar maupun informasi diduga sebagai penyebab kemiskinan. Teori pembangunan tidak seimbang (unbalanced development) melihat adanya kesenjangan penguasaan terhadap pusat-pusat kegiatan yang berujung pada kesenjangan distribusi kekayaan antar kelas masyarakat dan menimbulkan ketergantungan daerah pinggiran pada daerah pusat yang menjadi penyebab timbulnya kemiskinan. Pendekatan kedua melihat aspek kemiskinan yang didasarkan pada sisi ekonomi, politik dan sosial budaya. Pada sisi ekonomi, untuk memahami terjadinya proses kemiskinan, kita perlu memperhatikan faktor apa saja yang diduga telah mempengaruhi kegiatan sosial ekonomi suatu masyarakat yang kemudian akan mempengaruhi kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dasar. Pada sisi politik, kemiskinan dilihat sebagai suatu hal yang berkaitan dengan masalah distribusi kekuasaan, kepentingan dan alokasi sumber daya (akses). Pada sisi sosial budaya, kemiskinan dipandang sebagai suatu budaya atau cara yang dipakai oleh orang miskin untuk beradaptasi pada posisi mereka yang marjinal dalam masyarakat dan diturunkan dari generasi ke generasi. Pendekatan ketiga melihat kemiskinan sebagai suatu hal yang multidimensional. Dalam hal ini kemiskinan dapat dilihat melalui dua sisi, yaitu kemiskinan wilayah dan kemiskinan individu yang disebabkan oleh adanya 5 aspek ketidak-beruntungan (ketidakberdayaan, kerentanan, kelemahan fisik, kemiskinan dan isolasi). Lima aspek ketidakberuntungan menjadi lingkaran penyebab kemiskinan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.

23 11 Ketidakberdayaan Isolasi MISKIN Kerentanan Kemiskinan Kelemahan Fisik Sumber: Susanto (2006) Gambar 1 Lingkaran penyebab kemiskinan Ketiga pendekatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua dimensi dalam melihat sebab-sebab terjadinya kemiskinan, yaitu dimensi kultural dan struktural. Dimensi kultural yang dikemukakan oleh Oscar Lewis mengatakan bahwa kemiskinan muncul karena adanya budaya kemiskinan pada masyarakat tersebut. Budaya kemiskinan ini berkaitan erat dengan struktur kebudayaan, hubungan interpersonal, kebiasaan-kebiasaan, sistem-sistem nilai, dan orientasi terhadap masa depan yang diwariskan secara turun-temurun. Secara umum, terdapat empat aspek dalam budaya kemiskinan yaitu, (a) sifat kemasyarakatan kaum miskin (b) sifat keluarga dan sikap-sikap (c) nilai-nilai, dan (d) karakter individual. Keempat aspek dalam budaya kemiskinan ini berpengaruh pada pola tingkah laku dan mindset yang tertanam dalam kelompok masyarakat miskin sehingga mereka merasa nyaman dengan kehidupan mereka sebagai orang miskin. Dimensi struktural lebih melihat adanya pengaruh faktor eksternal yang memberikan tekanan kepada seseorang maupun sekelompok orang dan membuatnya menjadi tidak berdaya (miskin). Pola ini dapat dilihat pada hubungan patron-klien yang eksploitatif antara petani pemilik lahan dan penggarap. Berdasarkan survey BPS 9, terdapat 14 kriteria untuk menentukan suatu keluarga atau rumah tangga tergolong miskin, yaitu: 1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah atau bambu atau kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu atau rumbia atau kayu berkualitas rendah atau tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur atau mata air tidak terlindung atau sungai atau air hujan. 9 Diambil dari situs web 118&Itemid=46

24 12 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar atau arang atau minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging atau susu atau ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan hanya satu atau dua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500 m 2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp (enam ratus ribu rupiah) per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga: tidak bersekolah atau tidak tamat SD atau hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp (lima ratus ribu rupiah), seperti sepeda motor kredit atau non-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Kemiskinan Rumah Tangga Buruh Tani Konsep kemiskinan pada rumah tangga buruh tani dapat dilihat dari keterbatasan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan terkait dengan sandang, pangan dan papan. Rusastra dan Napitupulu dalam Sudharyanto (2009) mengemukakan bahwa rumah tangga miskin di pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut: memiliki jumlah anak yang banyak; pekerjaan utama di sektor pertanian; pendidikan sebagian besar tidak tamat SD; sebagian besar pengeluaran rumah tangga untuk pangan; dan memiliki tingkat pelayanan kesehatan yang rendah. Karakteristik sosial ekonomi yang dimiliki oleh rumah tangga buruh tani miskin dapat menunjukkan tingkat kemiskinan pada rumah tangga buruh tani. Tingkat kemiskinan yang dimaksud adalah penggolongan rumah tangga buruh tani ke dalam beberapa strata untuk menunjukkan seberapa miskin rumah tangga tersebut. Tingkat kemiskinan pada rumah tangga buruh tani ini berkorelasi secara positif dengan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan pada rumah tangga buruh tani. Sumber Daya Nafkah Rumah Tangga Sumber daya nafkah (livelihood capital) dapat berarti anugrah atau sokongan dari berbagai macam sumber daya seperti sumber daya alam (natural capital) yang ada untuk dapat hidup. Sumber daya nafkah juga dapat berupa kemampuan material (physical capital), kemampuan finansial (financial capital), kemampuan dari tiap anggota keluarga atau pengalaman (human capital), dan relasi atau hubungan dengan komunitas yang ada disekitarnya (social capital) (Fine dalam Muta ali 2012). Hubungan kelima sumber daya nafkah dapat digambarkan pada sebuah pentagram untuk dapat mempermudah dalam menganalisis keberlangsungan hidup baik dalam tingkat rumah tangga maupun dalam tingkatan wilayah seperti di bawah ini.

25 13 Sumber: Development of international development dalam Muta ali (2012) Gambar 2 Pentagon lima sumber daya nafkah dalam rumah tangga Darwis (2004) mengemukakan bahwa ketika rumah tangga tidak mampu mengakses dan memperoleh manfaat dari sumber daya nafkah (livelihood assets) maka hal ini dapat menjadi faktor-faktor penyebab munculnya kemiskinan pada rumah tangga buruh tani. Faktor internal yang menyebabkan munculnya kemiskinan pada rumah tangga buruh tani adalah sebagai berikut: 1. Sumber daya manusia (karakteristik umur dan pendidikan formal, dan keterampilan individu dalam rumah tangga). 2. Sumber daya fisik (status kepemilikan lahan pertanian dan rumah tinggal). Faktor eksternal yang menyebabakan munculnya kemiskinan pada rumah tangga buruh tani adalah sebagai berikut: 1. Potensi atau keadaan wilayah, (karakteristik alam). 2. Sarana atau prasarana, (fasilitas-fasilitas). 3. Kelembagaan, (kelompok, instansi dan lembaga pemerintah desa). 4. Aksesibilitas terhadap faktor produksi, (lahan, tenaga kerja, teknologi). 5. Aksesibilitas terhadap faktor ekonomi lain, (iklim, musim). 6. Aksesibilitas terhadap sumber daya modal, (peminjaman modal). 7. Aksesibilitas terhadap pasar. (lokasi pasar). Strategi Bertahan hidup (Survival Strategies) Mankiw (2002) mengemukakan bahwa dalam menghadapi perubahan pendapatan yang terjadi secara tiba-tiba dan bersifat sementara, rumah tangga melakukan suatu penyesuaian untuk mempertahankan utilitas marginal dari konsumsi. Moser (1998), menyatakan bahwa mekanisme survival atau survival strategy merupakan kemampuan segenap anggota rumah tangga dalam mengelola berbagai aset yang dimilikinya. Cara-cara yang diambil oleh rumah tangga untuk mengurangi dampak dari fluktuasi pendapatan sementara, seperti akibat dari krisis ekonomi. Strategi bertahan hidup merupakan salah satu bentuk coping yang dilakukan rumah tangga untuk mencukup kebutuhan hidupnya pada level subsistensi tertentu.

26 14 Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Benjamin White (1980) seperti yang dikutip dalam Dharmawan (2001), dalam konteks rumah tangga dan komunitas, strategi penghidupan yang dilakukan dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu strategi bertahan hidup (survival strategies), mempertahankan kondisi mata pencaharian yang dimiliki dengan derajat hidup yang sangat adaptif yang biasanya dipakai pada petani kecil dan buruh tani, strategi konsolidasi (consolidation strategies), memantapkan kondisi mata pencaharian yang dimiliki dengan derajat hidup yang responsif biasanya dipakai pada petani menengah (pemilik lahan kecil), dan strategi akumulasi (accumulation strategies), melipatgandakan surplus kondisi penghidupan yang dimiliki dengan derajat hidup yang ekspansif yang biasanya dipakai pada petani kelas atas (pemilik lahan yang luas). UNDP (2001) membagi strategi bertahan hidup rumah tangga menjadi dua strategi, yaitu strategi jangka pendek dan strategi jangka panjang. Strategi jangka panjang sering dikenal dengan sebutan strategi reproduksi (reproduction strategy) mencakup sejumlah aktivitas yang terdiri dari aktifitas ekonomi dan non ekonomi ditujukan untuk menjamin kelangsungan reproduksi jangka panjang dan kesejahteraan rumah tangga dan anggotanya. Strategi jangka pendek yang dikenal dengan sebutan survival coping strategy (strategi survival atau coping) merupakan respon jangka pendek terhadap goncangan dan krisis ekonomi yang terjadi. Strategi ini diadopsi untuk mengatasi goncangan ekonomi baik yang terduga maupun yang tidak terduga. Scott (1990) dan Clark (1986) menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan kelompok miskin guna mempertahankan hidupnya: (a) mereka dapat mengikat sabuk lebih kencang dengan mengurangi frekuensi makan dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah; (b) diversifikasi sumber pendapatan untuk mengatasi kesulitan ekonomi ataupun krisis yang dihadapi rumah tangga yang mencakup kegiatan-kegiatan seperti berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang, buruh lepas atau berimigrasi; (c) menggunakan jaringan sosial yang berfungsi sebagai peredam kejut selama masa krisis ekonomi; (d) memberdayakan anggota rumah tangga dalam bekerja; (e) menggunakan alternatif subsistensi. Scoones dalam Dharmawan (2001) mengemukakan beragam upaya bertahan hidup (survival) dan peningkatan taraf hidup yang dilakukan oleh penduduk pedesaan melalui proses-proses dimana rumah tangga berusaha membangun suatu kegiatan atau kapabilitas dukungan sosial melalui intensifikasi atau ekstensifikasi pertanian, diversifikasi nafkah dan migrasi berupa perpindahan dengan sengaja ataupun tidak. Lebih lanjut Dharmawan (2001) mengemukakan bahwa ketika kelompok masyarakat memiliki keterbatasan sumber nafkah di luar pertanian, maka mereka mengembangkan suatu strategi yang dikenal dengan multiple actors atau straddling strategy yaitu strategi nafkah dengan mengalokasikan sumber daya manusia di dalam rumah tangga yang sudah kuat bekerja untuk melakukan pekerjaan di sektor pertanian maupun kegiatan domestik. Carner dalam Korten dan Sjahrir (1998) menjelaskan beberapa strategi kelangsungan hidup yang ditempuh oleh kelompok miskin yaitu: para anggota rumah tangga menganekaragamkan kegiatan kerja mereka; berpaling ke sistem penunjang yang ada di desa, seperti sanak saudara atau keluarga yang lebih kaya yang mungkin dapat menyediakan

27 bantuan; bekerja lebih banyak dengan lebih sedikit makan, yang berarti meminimalkan konsumsi dan bahan-bahan pokok lainnya; dan meninggalkan tempat yang selama ini ditempati dalam arti berimigrasi. Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh berbagai ahli sebelumnya, maka strategi bertahan hidup pada rumah tangga miskin dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. modal sosial yang meliputi pembentukan jaringan sosial informal (meminjam uang kepada tetangga, berhutang ke warung); 2. alokasi sumber daya manusia yang meliputi pemberdayaan tenaga kerja rumah tangga (anggota rumah tangga ikut bekerja, penambahan jam kerja); 3. basis produksi yang meliputi usaha diversifikasi sumber pendapatan (ekstensifikasi dan intensifikasi usaha pertanian); 4. spasial yang meliputi migrasi temporer (usaha non-pertanian); dan 5. finansial yang meliputi penghematan (pengurangan kuantitas maupun kualitas bahan makanan, menjual barang dan tabungan). Tujuan penggunaan beragam strategi bertahan hidup ini berhubungan erat dengan adanya ketimpangan gender yang terwujud pada faktor-faktor penyebab munculnya kemiskinan pada rumah tangga buruh tani. Munculnya perilaku strategis dalam menghadapi krisis pada rumah tangga buruh tani dilatarbelakangi oleh kemiskinan yang memaksa mereka untuk keluar dari keadaan tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan dan karakteristik sosial ekonomi rumah tangga buruh tani merupakan hal-hal yang mendorong suatu rumah tangga melakukan survival strategies. Kerangka Pemikiran Adanya ketimpangan gender terutama dalam hal akses dan kontrol terhadap berbagai sumber daya nafkah pada rumah tangga buruh tani mendorong mereka berada pada kondisi miskin. Ketidakmampuan rumah tangga dalam memanfaatkan sumber daya nafkah (livelihood assets) tersebut menjadi faktor penyebab kemiskinan pada rumah tangga buruh tani. Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada rumah tangga buruh tani diantaranya adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sarana atau prasarana umum, kelembagaan, aksesibilitas terhadap faktor produksi, ekonomi, sumber daya modal, dan pasar. Faktor sumber daya manusia meliputi karakteristik umur anggota rumah tangga, apabila terdapat banyak anggota rumah tangga berusia muda maka beban tanggungan rumah tangga akan semakin besar. Rumah tangga akan memiliki kebutuhan hidup yang jauh lebih besar, apabila penghasilan yang mereka peroleh tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup seluruh anggota rumah tangga maka mereka berada dalam keadaan miskin. Selain itu, karakteristik pendidikan formal dan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing anggota rumah tangga juga berpengaruh pada kemampuan menjangkau lapangan pekerjaan yang saat ini memerlukan spesifikasi pendidikan dan keterampilan yang khusus, sehingga kebanyakan rumah tangga buruh tani tidak dapat mengakses lapangan pekerjaan karena ketidakmampuan mereka menjangkau jenjang pendidikan yang layak. Faktor pekerjaan utama anggota rumah tangga turut berperan dalam memunculkan fenomena kemiskinan pada rumah tangga buruh tani, 15

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP RUMAH TANGGA BURUH TANI MISKIN DI DESA CIKARAWANG

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP RUMAH TANGGA BURUH TANI MISKIN DI DESA CIKARAWANG PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP RUMAH TANGGA BURUH TANI MISKIN DI DESA CIKARAWANG The Effect of Gender Inequality on Household Survival Strategies of Poor Agricultural Labourer

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi, 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Masyarakat miskin adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya sumberdaya pembangunan, tidak dapat menikmati fasilitas mendasar seperti

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Konsep Kemiskinan Pada umumnya masalah kemiskinan hingga saat ini masih menjadi masalah klasik dan mendapat perhatian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2 010 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 48 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan strategi bertahan hidup pada rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan dalam dua tahun terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun menjadi 5,2%

Lebih terperinci

Kemiskinan di Indonesa

Kemiskinan di Indonesa Kemiskinan di Indonesa Kondisi Kemiskinan Selalu menjadi momok bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia Dulu hampir semua penduduk Indonesia hidup miskin (share poverty), sedangkan sekarang kemiskinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Berbagai definisi tentang kemiskinan sudah diberikan oleh para ahli di bidangnya. Kemiskinan adalah suatu keadaan, yaitu seseorang tidak

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KOTA CIREBON BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 51 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA KELUARGA / RUMAH TANGGA MISKIN KOTA CIREBON Menimbang : WALIKOTA CIREBON, a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Faktor Penyebab Kemiskinan Kemiskinan yang terjadi di masyarakat disebabkan oleh adanya faktorfaktor yang menghambat seseorang individu dalam memanfaatkan kesempatan yang ada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar masnusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

Hakekat Perencanaan. Model Perencanaan. Proses Perencanaan Program 5/24/2017. Community Development Program. Prinsip community development program

Hakekat Perencanaan. Model Perencanaan. Proses Perencanaan Program 5/24/2017. Community Development Program. Prinsip community development program Prinsip community development program Community Development Program 1. Perencanaan 2. Evaluasi dan monitoring (Minggu ke 9) Minggu ke 8 bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Emplek-emplek menir ketepu, wong lanang goleke kayu wong wadon sing adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki carilah kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter

Lebih terperinci

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Riptek, Vol.2, No.2, Tahun 2008, Hal.: 1 6 STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Unisbank Semarang Abstrak Kemiskinan sampai saat ini masih menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan berusaha keras untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Ummul Hairah ummihairah@gmail.com Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak

Lebih terperinci

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95 Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95 TELAAH KETAHANAN PANGAN DAN KEMISKINAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

LEONARD DHARMAWAN A

LEONARD DHARMAWAN A ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA (Kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian sebagai petani. Penggolongan pertanian terbagi atas dua macam, yakni

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG I. PENDAHULUAN LAMPIRAN : NOMOR : 38 TAHUN 2011 TANGGAL : 23 DESEMBER 2011 a. Latar Belakang Salah satu program pembangunan Kabupaten Karawang adalah Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni merupakan Program

Lebih terperinci

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA Form : I Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus Di - K U D U S Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR

KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR Oleh : PUTRA FAJAR PRATAMA A14304081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran 224 LAMPIRAN 225 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 2 3 1 4 Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran 226 Lampiran 2 Hasil uji reliabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D 305 141 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 banyak menyebabkan munculnya masalah baru, seperti terjadinya PHK secara besar-besaran, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian industri dan Penggolongannya Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, inflasi juga naik dan pertumbuhan ekonomi melambat. Kemiskinan yang terjadi dalam suatu

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN

BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN 33 BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN Struktur pendapatan adalah komposisi pendapatan rumah tangga dari berbagai aktifitas nafkah yang dilakukan oleh seluruh anggota rumah tangga. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 29 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan tingkat kemiskinan pada rumah tangga

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas 2015

BAB I PENDAHULUAN. Visi Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas 2015 visi ini dimaksudkan untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erupsi Merapi yang terjadi dua tahun lalu masih terngiang di telinga masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan kehilangan mata

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 No. 05/01/33/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 4,863 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci