BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data ini terdapat 2 jenis data yang digunakan yaitu: Uraian dari tahapan proses pengerjaan ruang Puri Ratna pada proyek tempat penulis melakukan observasi dan data perbandingan antara jadwal perencanaan dan pelaksanaan proyek per tahapan kerja beserta sub-sub kerjanya Proses Kerja. Pekerjaan Persiapan 1. Pembersihan lapangan dari segala hal yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan 2. Pengukuran untuk membuat tanda tetap sebagai ukuran ketinggian lantai dan bagian-bagian bangunan lainnya. 3. Penyediaan alat-alat ukuran sepanjang masa pelaksanaan berikut ahli ukur yang berpengalaman. 4. Koordinasi dengan pengelola bangunan dan penanggung jaawab M&E seta peralatan audio visual dan sound system. 5. Pengukuran dan pengecekan ulang pekerjaan yang akan dikerjakan. Pekerjaan Bongkaran

2 1. Penyesuaian bagian eksisting interior yang akan dibongkar dengan layout interior baru sesuai gambar perencanaan. 2. Pembuatan shop drawing rencana bagian eksisting interior yang akan dibongkar untuk dikonsultasikan dan mendapat persetujuan dari konsultan perencana. 3. Relokasi elemen-elemen ruang berupa artwork/ornament yang melekat pada lantai, dinding/kolom maupun plafon. 4. Pengerjaan pembongkaran. Pekerjaan Lantai Karpet 1. Penyediaan bahan material, peralatan, dan tenaga kerja. 2. Penyerahan contoh-contoh karpet yang akan dipasang untuk mendapat persetujuan KP. 3. Pengukuran dimensi luas ruangan yang akan dipakai untuk pemasangan karpet. 4. Meneliti keadaan permukaan dasar lantai karpet (leveling mortal) sebelum pekerjaan dimulai dimana permukaan lantai harus dalam keadaan kering, rata, bersih dan bebas dari cacat. 5. Penyemprotan lem pada permukaan lantai dan pada karpet untuk memperkuat pemasangan karpet pada pertemuan antara lantai dengan dinding. 6. Penyediaan sisa karpet minimal 5% untuk cadangan penggantian terhadap setiap jenis dan warna dari bahan karpet yang lunak. 7. Pembersihan karpet. Pekerjaan Dinding yang terdiri dari: Partisi Gypsum

3 1. Persiapan bahan Bahan rangka Dari besi hollow 40/40 (4x4x400 dan 2x4x400) produk dalam negeri yang disetujui KP/Perencana dengan ukuran tebal bahan minimum 1,8 mm dan nilai batas deformasi yang diizinkan 2 mm. Bahan yang diproses harus sesuai dengan toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang disyaratkan serta terlebih dahulu dicat anti karat. Bahan pelapis Dari bahan gypsum board (0.9x120x240) yang telah disetujui KP/Perencana dengan tebal bahan 12 mm sesuai yang ditunjukkan dalam detail gambar. Pemasangan pada bagian luar/dalam difinish. Accesories Terdiri dari angker, sekrup, pelat, baut yang harus digalvanish terlebih dahulu. Bahn pelengkap lain harus sesuai dengan ukuran panel dan material rangka panel yang dipasang. Bahan finishing Dari bahan vynil/wallpaper produk merek Runon yang disetujui perencana. Bahan yang digunakan harus disertai jaminan dan flamibility rated dari pabrik pembuatnya. 2. Persiapan alat Berupa alat pemotong rangka dan board, pembuat lubang atau block out 3. Marking area sesuai dengan layout. 4. Leveling (ukuran pelurusan).

4 5. Pemasangan rangka. Rangka tegak dipasang dengan jarak 40 cm dan arah horizontal dipasang berjarak 40 cm, rapi, tegak lurus dan presisi terhadap lantai, dinding, dan plafond disekelilingnya. 6. Penutupan gypsum. Sebelum dipasang penutup partisi semua kotoran dan bekas bahan lain harus dibersihkan dan seluruh instalasi telah terpasang di posisi yang benar. Pemasangan papan gypsum pada rangka menggunakan paku sekrup embedding khusus dan dipasang setiap jarak 15 cm. 7. Compound Digunakan untuk menutup sambungan gypsum 8. Ampelas 9. Finishing wallpaper (Non woven + Vynil wall). Sebelum pemasangan wallpaper, dinding diplamir dan dicat halus agar permukaan rata/tidak bergelombang dan dalam kondisi yang bersih. Pemotongan wallpaper dilakukan dengan cutter yang tajam sehingga hasil potongan rapi tidak melekuk dan juga harus memperhatikan motif wallpaper agar sambungan terlihat bagus dan serasi. Sebelum pemasangan dinding diberi lem perekat begitu pula dengan wallpaper. Setelah didiamkan sebentar wallpaper direkatkan atau dipasang di dinding dengan menggunakan kapi untuk meratakan lem atau menghilangkan rongga udara.

5 10. Finishing cat (Cat emulsion). Sebelum pengecatan terlebih dahulu bidang-bidang harus dibersihkan dari kotoran yang melekat serta dibuat rata dengan menggosok dengan menggunakan kertas gosok. Setelah bersih bidang yang akan dicat dialkali secara merata dengan menggunakan roll. Setelah lapisan alkali kering baru dilakukan aplikasi cat dasar dengan menggunakan kuas, rol dan lain-lain. Setelah lapisan cat dasar kering dilakukan pengecatan finish sampai menjadikan permukaan dinding tertutup sempurna oleh warna cat. Partisi Plywood (Panel kayu) Pada dasarnya pekerjaan partisi plywood ini sama dengan pengerjaan partisi gypsum (point 1-5), perbedaan terletak pada bahan pelapisnya yaitu triplek dan plywood dan di finishing dengan melamic. Pekerjaan ini juga meliputi pekerjaan kolom. Adapun langkah pemasangan lebih lanjut dapat dijabarkan sebagai berikut: 6. Pemasangan Triplek dan plywood Sebelum dipasang penutup partisi semua kotoran dan bekas bahan lain harus dibersihkan dan seluruh instalasi telah terpasang di posisi yang benar. Pemasangan triplek sesuai jarak yang ditentukan dalam gambar teknis (shop drawing).

6 Penutupan dengan panel kayu dengan ketebalan yang diijinkan (12mm) menggunakan lem khusus serta bahan pembantu paku yang ditumpulkan ujungnya, kemudian ditutup dengan dempul. 7. Pemasangan List/Plin kayu List/Plin kayu terdiri dari 3 jenis yaitu list dado. list plint, dan list corniche yang masing-masing terletak di bagian atas dan bawah panel kayu serta atas wallpaper yang berhubungan dengan plafond. Untuk list corniche pemasangannya dilakukan setelah plafond selesai dikerjakan. Adapun langkah pengerjaan lis lainnya antara lain: Pengukuran plin kayu yang akan digunakan yang disesuaikan dengan panjang dan lebar wallpaper dan panel kayu yang telah terpasang sebelumnya. Pemasangan plin. Finishing dengan polishing atau amplas untuk memperoleh permukaan yang halus. 8. Finishing Bahan penutup plywood yang sudah dinyatakan kerataannya baru dilapis cat atau melamic sesuai spesifikasi dan setelah disetujui MK-Pemberi tugas- Perencana. Langkah finishing cat sama dengan finishing cat pada partisi gypsum sebelumnya. Pemasangan Kolom.

7 Dalam pekerjaan kolom ini dimensi kolom sendiri telah dilakukan bersamaan dengan marking dinding termasuk pekerjaan rangka hollownya. Adapun langkahlangkah pengerjaanya lainnya terdiri dari: 1. Pemasangan melaminto 2. Pemasangan lampu Pemasangan lampu itu sendiri dilakukan oleh ME namun terkadang CDI juga ikut membantu agar ME lebih mudah melakukan pasang lampu tersebut. Lampu ini selain sebagai penerang juga dipakai untuk menerangi ukiran sido mulyo yang telah terpasang di sisi luar pada acrylic. 3. Pembuatan pintu box lampu Pintu Box Lampu yang digunakan merupakan hasil produksi dari CDI sendiri dimana dimensi dan bahan yag digunakan disesuaikan dengan desain dalam Shop Drawing. Produk dari workshop CDI ini kemudian dikirim ke lapangan untuk dipasang oleh pekrja dengan metode pemasangan sekrup dalam sehingga tampak luar hanya terlihat seperti lembaran balok kayu biasa. 4. Pemasangan tutup kolom dengan plywood megasungkai Setelah semua instalasi listrik selesai pekerjaan dilanjutkan degan tutup kolom yang menggunkan ply wood megasungkai yang merupakan permintaan dari owner sendiri. Sama seperti pintu box lampu, plywood megasungkai ini pun diproduksi dalam workshop dengan ukuran sesuai Shop Drawing kolom dari owner. 5. Pemasangan acrylic ukiran sidomulyo.

8 Maket ukiran sidomulyo yang telah jadi kemudian dicetak ke acrylic sehingga pada permukaan acrylic tersebut terpampang pola ukiran yang dicetak. 6. Finishing cat atau melamic. Finishing ini dilakukan agar permukaan kayu pada kolom menjadi mengkilat dan terlihat lebih indah. Melamic digunakan untuk bagian-bagian sudut kayu yang kurang rapi. Pekerjaan Pintu dan Aksesoris 1. Persiapan bahan Terdiri dari kusen pintu, daun pintu kayu, dan gambar layout 2. Persiapan alat 3. Pengukuran dimensi pintu yang akan dipasang 4. Penyesuaian detail kusen dan sambungan material dengan tipe pintu yang akan dipasang dimana kusen harus lurus dan siku. 5. Pemasangan kusen dengan penambahan angkur-angkur yang dilanjutkan dengan penyekrupan kusen ke panel kayu. 6. Pemasangan pintu ke kusen sesuai letak dan posisi yang telah ditentukan sebelumnya. 7. Pemasangan monkey hair sebagai penyekat tengah untuk mencegah cahaya masuk atau keluar ruangan. 8. Finishing melamic Perataan permukaan yang akan difinishing dengan amplas menggunakan kertas gosok searah serat kayu.

9 Pelapisan wood filler dengan kuas atau digosok dengan kayu bal secara merata agar pori-pori tidak kelihatan. Setelah wood filler kering permukaan kembali di amplas dengan kertas gosok searah serat kayu. Kemudian disbanding sealer dengan disemprot Selanjutnya permukaan kayu diberi lapisan wood stain dengan kuas, bal atau semprot dan dibiarkan sampai mengering dengan dianginkan. Diamkan selama 1 hari kemudian semprot dengan clear doff PU supaya hasil bagus dan tidak bau. Setelah finishing melamic selesai, pekerjaan dilanjutkan dengan finishing cat. 9. Pemasangan aksesoris. Persiapan bahan Terdiri dari Flush bolt/grendel untuk daun pintu double, floor hinge, lock set, back plate dan handle. Marking area sesuai gambar layout. Pemasangan Sebagian besar dilakukan dengan pengelasan dan pemakuan, dimana aksesoris yang terpasang tepat pad siku dan membentuk sudut yang proporsional dengan kusen dan pintu yang telah terpasang sebelumnya. Pekerjaan Plafond 1. Persiapan bahan dan alat Bahan yang digunakan adalah gypsum board ex. Jaya Board dengan tebal 9 mm berukuran 120x240 cm. Adapun untuk rangka penggantungnya dari bahan

10 galvanis dan alumunium yang terdiri atas: Spline, carrying channel, cross clip, adjustable hanger, bolt dll. 2. Marking area sesuai layout/shop drawing Termasuk didalamnya kegiatan leveling untuk mengukur ketinggian plafond dan uji kemiringan lantai dengan bantuan waterpass. 3. Pemasangan rangka Buat rangka plafond sesuai dengan rencana ketinggian plafond dan gambar kerja shop drawing yang telah disetujui. Rangka harus memiliki presisi yang tinggi dengan sudut yang benar agar tidak mempersulit pemasangan tutup. Pemasangan rangka, dimana posisi fitting pekerjaan ME sebelumnya telah terpasang dengan baik agar tidak saling menggangu. Rangka juga perlu memperhitungkan kebutuhan beban yang dipikul plafond dengan segala instalasi ME yang ada serta beban manusia saat melakukan maintenance. Rangka plafond digantungkan pada plat beton menggunakan penggantung dari bahan galvanised suspension yang dapat atur ketinggian (standard original fabric). 4. Pemasangan gypsum board Pembersihan rangka dari segala kotoran dan bekas bahan lain. Seluruh instalasi di atas plafond harus sudah selesai terpasang dan sudah diuji coba. Lembaran gypsum dikaitkan pada rangka dengan sistem fitser yang sebelumnya pada letak fitser dibuat pahatan/lubang sedalam 5 mm dengan diameter 25 mm. Setelah pemasangan fitser ditutp kembali dengan kompon dan papertape/plester khusus.

11 Dalam pemasangan pertemuan ini bahan penutup plafond harus saling tegak lurus dan siku terhadap pekerjaan lain di sekitarnya (lantai, dinding, dan plafond). Pekerjaan compound untuk menutup sambungan gypsum. 5. Pemasangan lis profil. Lis profil merupakan penyambung antara plafond dengan partisi, dipasang dengan menggunakan lem khusus dan di lem sepanjang sisi yang menempel ke dinding dan plafond secara merata. Penyambungan dilakukan secara verstek agar tidak terlihat gap saat muai-susut bahan karena cuaca. Garis-garis profil harus bertemu dengan akurat dan bebas dempul agar sambungan tidak terlihat. 6. Finishing cat plafon. Proses ini baru dapat dimulai setelah pemasangan aksesoris plafond seperti lampu, AC, Springkler selesai dilakukan oleh ME. Dempul dapat digunakan untuk menutup sekrup, paku penguat atau komponen pengikat lainnya yang mungkin terlihat Jadwal Kerja Tabel 4.1 Jadwal Rencana dan Realisasi Ruang Puri Ratna No Pekerjaan Waktu Rencana Realisasi Delay Time I Persiapan Pembersihan lapangan Marking area 7 5

12 3. Penyediaan alat Koordinasi dengan ME dan 3 3 pengelola bangunan 5. Remarking 3 3 II Pekerjaan Bongkaran Persiapan (alat, material dan tenaga kerja) 2. Penyesuaian dengan layout Pembuatan shop drawing Marking area Relokasi elemen ruangan Pengerjaan bongkaran Tabel 4.1 Jadwal Rencana dan Realisasi Ruang Puri Ratna (Lanjutan) No Pekerjaan Waktu Rencana Realisasi Delay Time III Screeding lantai Persiapan (alat dan tenaga kerja) Pengukuran (waterpass) termasuk pasang tanda (kepala) 3 Plester

13 4 Pengeringan Pengacian (finishng) IV Partisi Gypsum Persiapan (alat, bahan, tenga kerja) Marking area sesuai layout (temasuk leveling) 3 Pasang rangka Penutupan gypsum Finishing compound dan ampelas V Pekerjaan Plafond Persiapan (alat, bahan, tenaga kerja) Marking area Pasang rangka Tabel 4.1 Jadwal Rencana dan Realisasi Ruang Puri Ratna (Lanjutan) No. Pekerjaan Waktu Rencana Realisasi Delay Time 4 Penutupan gypsum Finishing cat plafon VI Pekerjaan partisi panel kayu Persiapan Marking area Pasang rangka Pasang triplek dan plywood 2 3 1

14 5 Pasang openingan kusen Finishing cat/melamic VII Pekerjaan kolom Persiapan Marking area Pasang rangka hollow Pasang melaminto Pasang lampu Pembuatan pintu box lampu Pasang tutup kolom dengan plywood mega sugkai Tabel 4.1 Jadwal Rencana dan Realisasi Ruang Puri Ratna (Lanjutan) No. Pekerjaan Waktu Rencana Realisasi Delay Time 8 Pasang acrylic ukiran sido mulyo Finishing cat/melamic VIII Pekerjaan wallpaper Persiapan (alat, bahan, tenaga kerja) Labelling (plamir dan cat halus) Pemotongan wallpaper Lem dinding dan wallpaper Pemasangan wallpaper ke dinding IX Pekerjaan list kayu

15 1 Persiapan (alat, bahan, tenaga kerja) Marking area (termasuk leveling) Pengukuran list yang akan dipakai Pemasangan Finishing amplas dan melamic X Pekerjaan plint kayu Persiapan (alat, bahan, tenaga kerja) Marking area (termasuk leveling) Tabel 4.1 Jadwal Rencana dan Realisasi Ruang Puri Ratna (Lanjutan) No. Pekerjaan Waktu Rencana Realisasi Delay Time 3 Produksi list yang akan dipakai Pemasangan Finishing dengan amplas dan melamic XI Pekerjaan kusen dan pintu kayu Persiapan (alat, bahan, tenaga kerja) Marking area (ternasuk leveling) Produksi kusen dan pintu Pemasangan kusen Pemasangan pintu ke kusen Pemasangan monkey hair 1 2 1

16 7 Finishing melamic Pemasangan aksesoris XII Pekerjaan lantai karpet Persiapan (alat, bahan, tenaga kerja) Marking area Penyerahan contoh karpet Tabel 4.1 Jadwal Rencana dan Realisasi Ruang Puri Ratna (Lanjutan) No. Pekerjaan Waktu Rencana Realisasi Delay Time 4 Meneliti keadaan permukaan dasar lantai 5 Penyemprotan lem pada lantai Pemasangan karpet XIII Pekerjaan dome Persiapan (alat, bahan, tenaga kerja) Marking area Pasang rangka Penutupan gypsum Compound Pasang acrylic Finishing cat 7 8 1

17 4.2 Pengolahan dan Analisis Data Pada tahap ini data jadwal proyek yang telah diperoleh sebelumnya diolah melalui diagram pareto untuk mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan mana yang menjadi mayoritas penyebab keterlambatan proyek. Pekerjaan-pekerjaan tersebut kemudian dicari kendala-kendalanya untuk kemudian diselidiki akar permasalahannya. Dari akar penyebab masalah ini kemudian dilakukan analisa yang dapat menjadi tolak ukur dalam pemecahan masalah Identifikasi Major Cause Seluruh Tahap Kerja Puri Ratna Tabel 4.2 Perhitungan Overtime Tahap Kerja Puri Ratna Job Plan Real Overtime Cum. Percentage of overtime Plafond ,17 Kolom ,49 Pintu Kusen & ,81 Dome ,24

18 Wallpaper ,19 Bongkaran ,77 List Kayu ,93 Tabel 4.2 Perhitungan Overtime Tahap Kerja Puri Ratna (Lanjutan) Job Plan Real Overtime Cum. Percentage of overtime Gypsum ,62 Plint kayu ,41 Panel ,73 Screeding ,57 Karpet Total 211

19 60 Histogram Seluruh Aktivitas Renovasi Puri Ratna Pl afon d Kolom Pintu & Kuse n Dome P. Bongkaran List Kayu Gypsum Plint kayu Panel Screeding P.Karpet Wallp ape r Ove rtime Diagram 4.1 Histogram Major Cause Tahap kerja Puri Ratna Analisa Diagram 4.1: Dari hasil pareto diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan plafond merupakan major cause terjadinya keterlambatan jadwal penyelesaian proyek, dengan total kemunduran waktu sebesar 51hari. Urutan kedua ditempati oleh pekerjaan kolom dan pekerjaan kusen dan pintu yang sama-sama menyebabkan keterlambatan sebesar 26 hari. Untuk pekerjaan dome dan seterusnya grafik terlihat tersebar merata. Berdasarkan fungsinya sebagai diagram pareto, penulis memperkecil pembahasan hanya pada 2 jenis pekerjaan yaitu pekerjaan plafond dan pekerjaan kolom. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa penyebab terjadinya kemunduran terbesar pada pekerjaan plafond dikarenakan faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang dimaksud adalah keberadaan kontraktor lain yaitu ME yang

20 pekerjaannya dilakukan sebelum pekerjaan plafond dapat dimulai. Pada pekerjaan tersebut terjadi masalah berupa kebocoran plumbing yang mengakibatkan pihak CDI harus melakukan rework atas pekerjaan plafondnya. Pekerjaan yang awalnya telah selesai dilakukan kini harus dibongkar lagi agar pihak ME tersebut dapat melakukan perbaikan. Selain masalah tersebut, dari sisi internal pun terdapat masalah dalam penyelesaian pekerjaan plafond ini, antara lain material, metoda kerja, dan skill pekerja yang tidak kompeten (Penjelasan lebih detail akan diberikan pada analisa 5 why). Dengan banyaknya kendala yang dihadapi tersebut wajarlah jika pekerjaan plafond menyumbangkan nilai keterlambatan terbesar dalam proyek renovasi ruang puri ratna - sahid hotel ini. Pekerjaan berikutnya yang juga berdampak besar pada proyek adalah pekerjaan kolom dimana keterlambatan disebabkan kendala-kendala seperti: Keterlambatan material, kesalahan dalam pengukuran, dan adanya perubahan desain dari owner. Material yang dipakai dalam pekerjaan kolom ini diproduksi sendiri oleh CDI selaku kontraktor desain interior proyek hotel sahid ini. Material seperti pintu box lampu, panel, lis panel, furniture, ornamen, dan ukiran acrylic diproduksi dalam workshop yang memiliki sistem produksi semi-otomatis. Dalam pelaksanaannya workshop ini masih memiliki banyak kekurangan dan masalah dalam produksinya. Salah satu masalah tersebut yakni penyediaan pintu box lampu berpengaruh terhadap kelangsungan pelaksanaan pekerjaan kolom dimana permintaan terhadap pintu box lampu ini seringkali tak dapat dipenuhi sesuai perjanjian, sehingga pihak pelaksana lapangan tidak dapat segera menyelesaikan pekerjaannya karena harus menunggu kiriman barang datang. Masalah lain dalam pengerjaan kolom adalah seringnya terjadi perubahan desain ukiran sido mulyo pada acrylic yang dipasang di kolom. Kolom yang semula akan segera

21 masuk tahap finishing harus ditunda karena acrylic yang ada di lapangan akan diganti dengan yang memiliki desain baru, waktu tunggu untuk menghasilkan ukiran baru ini juga tidaklah singkat karena perlu persetujuan kesana-kemari yang harus melalui jalur dan tahap yang cukup rumit. Kendala-kendala semacam inilah yang menyebabkan pekerjaan kolom menjadi urutan ke-2 terbesar penyebab kemunduran jadwal penyelesaian proyek. Pekerjaan lain tentunya juga memiliki kendala sendiri namun dampak yang diakibatkan tidak terlalu menyebabkan kemunduran jadwal sebesar yang diberikan oleh pekerjaan plafond dan kolom Pengolahan dan Analisis Data Major Cause I (Pekerjaan Plafond). Dari hasil diagram pareto 4.1 diketahui bahwa pekerjaaan plafond merupakan major cause 1 dari seluruh tahap kerja dalam ruang Puri Ratna, pekerjaan plafond ini terdiri dari beberapa sub-kerja. Melalui diagram pareto akan diketahui sub-sub kerja mana saja yang berpotensi menyebabkan terjadinya keterlambatan pelaksanaaan proyek. Dari sub kerja ini kemudian didata kendala-kendala yang terjadi untuk kemudian dianalisa melalui bantuan metode 5 Why s. Tabel 4.3 Perhitungan Waktu Overtime Sub Kerja Plafond Job Overtime Cum. percentage Gypsum 28 54,90 Rangka 18 90,2 Finishing 4 98,04 Marking 1 100

22 Persiapan Total 51 Diagram 4.2 Diagram Pareto Major Cause Sub Kerja Plafond Analisa Pareto Pekerjaan Plafond: Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa pada pekerjaan plafond sub kerja yang menyebabkan pekerjaan banyak mengalami kemunduran adalah subkerja gypsum dan

23 rangka. Terjadi demikian karena kedua pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan inti yang tahap pengerjaannya memerlukan ketelitian dan pengawasan penuh dari supervisornya. Kesalahan yang terjadi harus sesegera mungkin diperbaiki agar tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. Untuk gypsum, dalam pelaksanaannya seringkali terjadi masalah pada jumlah material di lapangan, dan finishing penutupan gypsumnya, belum lagi kemungkinan dilakukannya pembongkaran gypsum akibat kebocoran plumbing seperti yang telah disinggung pada analisa sebelumnya. Kerja pasang rangka juga tak lepas dari kemungkinan terjadinya error dimana berdasarkan temuan-temuan masalah yang ada, error tersebut seringkali disebabkan oleh ulah pekerja yang tidak teliti dalam bekerja. Error ini juga seringkali terlambat dideteksi sehingga saat pekerjaan hampir selesai, baru diketahui adanya ketidak sesuaian, dengan demikian pekerjaan terpaksa harus dirombak dan dikerjakan dari awal lagi. Untuk pekerjaan finishing sama dengan pekerjaan rangka, kendala utama juga terletak pada skill pekerjanya dimana pekerjaan-pekerjaan kecil seringkali dianggap sepele apalagi jika menyangkut pekerjaan finishing yang di mata para pekerja juga supervisornya tidak terlalu membutuhkan perhatian extra dalam pelaksanaannya. Padahal pekerjaan sepele tersebut dapat berdampak besar pada keseluruhan pekerjaan. Contoh: Penutupan fitser dengan lis/dempul. Dari gambar juga dapat dilihat bahwa pekerjaan persiapan meruapakan satusatunya pekerjaan yang tidak mengalami keterlambatan. Hal ini wajar jika terjadi karena pekerjaan persiapan hanya melibatkan pengecekan dan pengadaan alat, bahan dan tenaga kerja. Untuk pekerjaan plafond alat yang diperlukan bersifat general tools, mudah didapat dan juga dipakai pada pekerjaan lain sehingga jika mengalami kekurangan dapat

24 diminta pada bagian lain. Untuk bahan walaupun material seringkali terlambat datang tapi besarnya kemunduran waktu tidak dimasukkan dalam tahap persiapan ini karena persiapan diasumsikan dimulai pada starting point hari ke-1 dimana bahan pasti telah tersedia berapapun banyaknya.

25 Pengolahan dan Analisis Data Pekerjaan Gypsum pada Plafond. Kendala Pengerjaan Gypsum 1) Pembongkaran Gypsum Diagram 4.3 Root Cause Analysis kendala Gypsum 1.

26 Analisa Root Cause Analysis kendala gypsum (1) pada pekerjaan plafond : Pada dasarnya pekerjaan gypsum merupakan pekerjaan yang tidak terlalu sulit, kesulitan terbesar hanya pada saat pemotongan gypsum mengikuti pola rangka dan penempelannya agar presisi dengan dimensi rangka, namun jika dibandingkan dengan pekerjaan lain seperti pasang rangka dan marking secara keseluruhan pasang gypsum merupakan pekerjaan yang sederhana dan mudah. Namun pada kenyataannya dalam proyek renovasi desain interior hotel sahid ini, pekerjaan gypsum plafond justru secara tak langsung menyumbangkan jumlah keterlambatan paling besar. Berdasarkan diagram 5 Why yang tersaji diatas salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah adanya pembongkaran gypsum akibat terjadinya kebocoran pada plumbing yang berdampak gypsum menjadi menguning. Gypsum yang telah menguning tentu mengurangi nilai estetika ruangan dan harus diganti dengan yang baru. Untuk sekedar mengganti gypsum dengan yang baru bukanlah hal yang sulit tapi kendala sekarang terletak pada pihak ME yang menjadi penyebab dari terjadinya kebocoran ini. Menurut hasil pengamatan dan wawancara dengan pekerja di lapangan penyebab terjadinya kebocoran ini mungkin disebab kan karena ME tidak bekerja dengan baik, dimana dalam pemasangan plumbingnya ME tidak dilakukan pengawasan terhadap metoda kerja dan bahan yang dipakai. Sehingga cacat yang berpotensi menimbulkan kerusakan plumbing di masa datang tidak terdeteksi. Oleh sebab itulah kebocoran baru terjadi saat gypsum telah terpasang. Masalah tersebut sebenarnya juga bukan murni kesalahan ME seorang, CDI pun turut bersalah dalam hal ini. Dikatakan demikian karena sejatinya dalam proyek perlu

27 adanya komunikasi yang intens antar kontraktor dan pelaksana lapangan lain. Komunikasi ini bertujuan agar masing-masing pihak mengetahui progress kerja masingmasing, kendala apa saja yang dialami oleh masing- masing kubu dan apa ada pengaruh dengan pekerjaannya sendiri. Hal semacam ini sangat berguna bagi kubu-kubu tersebut untuk mengawasi kualitas proses kerja dan hasilnya. Namun demikian kondisi ideal ini sepertinya tidak begitu diindahkan oleh pelaksana proyek renovasi hotel sahid. Dari pengamatan yang dilakukan, penulis tidak melihat adanya kerja sama yang baik antar pelaksana proyek, dalam bekerja mereka lebih fokus pada kepentingan masing-masing, adapun komunikasi yang dilakukan hanya terjadi saat masalah muncul, hal ini mungkin juga disebabkan oleh tuntutan waktu dari owner untuk segera menyelesaikan pekerjaan pada waktu yang lebih cepat dari kontrak perjanjian dalam tender. Keputusan ini menyebabkan tiap kontraktor menjadi tertekan dalam bekerja, yang pada akhirnya menyebabkan hasil kerja tidak optimal dan tidak secara utuh mengikuti prosedur kerja karena diburu waktu, selain itu dari segi psikologis egosentrisme masing-masing kontraktor semakin meningkat yang menyebabkan suasana kerja menjadi tidak nyaman, setiap kesalahan kecil dibesar-besarkan, semua pihak merasa dirinya yang paling benar, yang berujung pada terhambatnya komunikasi antar pihak. Sebenarnya masalah ini bisa diatasi jika ada pihak yang bertugas mengontrol dan menggerakkan kerja tim dalam proyek. Melalui keberadaan MK, masalah dapat segera diatasi karena MK yang baik akan mengetahui karakteristik masing-masing tim, dapat memandang permasalahan secara objektif, dapat menjadi penengah yang baik dengan menjadi kubu netral yang tidak memihak pada satu sisi. Dengan demikian jalan keluar

28 akan lebih mudah didapat. Namun untuk kesekian kalinya sangat disayangkan bahwa tugas yang dilimpahkan pada MK ini ternyata tidak diemban dengan baik. Dalam prakteknya MK jarang sekali hadir di lapangan, bahkan pada saat rapat koordinator pun seringkali MK tersebut diwakilkan oleh asisten atau orang kepercayaannya yang tentu tidak akan memberikan hasil rapat yang efektif karena walaupun perwakilan tersebut memiliki latar belakang pengetahuan proyek ia tetap orang luar yang tidak tahu menahu tentang detail kejadian sebenarnya dalam proyek, usulan dan suggest yang diberikan kemungkinan besar tidak relevan dengan kondisi proyek dan keinginan para pelaksana. Jika MK saja tidak dapat memenuhi kewajibannya dengan baik, wajar jika banyak terjadi masalah intern dalam proyek, karena tak ada sosok pemimpin yang dapat dijadikan pedoman dalam pemecahan masalah.

29 2) Penundaan Tutup Gypsum Diagram 4.4 Root Cause Analysis Kendala Gypsum 2 Analisa Root Cause Analysis kendala gypsum (2) pada pekerjaan plafond : Kebocoran pada plumbing yang terjadi akibat kesalahan ME berimbas pada penundaan penutupan gypsum dimana dalam pelaksanaannya plumbing juga tidak dapat langsung diperbaiki saat kebocoran terjadi. Hal ini dikarenakan pihak ME harus menunggu perintah dari owner untuk melakukan perbaikan yang dikeluarkan dalam bentuk surat instruksi (SI). Lama tidaknya SI dikeluarkan bergantung pada 2 faktor yaitu: a) Keputusan owner Owner selaku penyelenggara proyek memiliki wewenang penuh terhadap jalannya proyek, setiap masalah dan cacat yang terjadi wajib dilaporkan pada owner

30 untuk diambil keputusan langkah selanjutnya. Dalam hal ini owner akan berkonsultasi dengan konsultan yang telah dipilih sendiri untuk mencari jalan pemecahan masalah terbaik, karena pada dasarnya owner hanya sebagai user yang memiliki modal untuk pelaksanaan proyek namun dasar tentang bagaimana proyek itu sendiri tidak terlalu diketahui. SI yang dikeluarkanpun memiliki unsur suara dari konsultan namun keputusan final tetap berada di tangan owner selaku penyandang dana proyek, jika saat itu dana yang ada di owner tidak mencukupi untuk pembiayaan perbaikan maka SI tidak akan dikeluarkan dan perbaikan kebocoran pun harus ditunda sampai SI keluar. Namun jika konsultan yang dipilih benar-benar kompeten di bidangnya kendala di atas dapat diminimalisir karena konsultan dapat memberi masukan dan alternatif penanganan terhadap masalah keuangan ini misalnya dengan melakukan perhitungan terhadap cost benefit analysis, cost of quality, bahkan analisa kurva s. b) Lamanya informasi sampai ke owner. Setiap kejadian dalam proyek dilaporkan kepada owner melalui serangkaian jalur informasi yang melibatkan pelaksana-pelaksana dalam proyek. Dalam hal ini yang berperan sebagai perantara langsung antara owner dengan orang proyek adalah MK. Pada proyek renovasi hotel sahid ini informasi yang diperoleh dari lapangan perlu waktu yang lama untuk sampai ke tangan owner, salah satu penyebabnya telah disinggung sebelumnya, yaitu kinerja MK. Kehadiran MK yang sangat minim ke tempat proyek berpengaruh besar terhadap keakuratan penyampaian informasi. Dikatakan demikian karena MK tidak mengetahui secara persis kondisi nyata di lapangan sehingga setiap kendala yang terjadi tidak dapat dilaporkan dengan tepat sasaran kepada owner. Imbasnya MK perlu melakukan observasi ulang ke lapangan untuk mengetahui detail

31 kejadian, dan dapat diduga waktu penyampaian informasipun akan semakin bertambah lama. Minimnya kehadiran MK ini mungkin disebabkan karena MK memegang proyek di tempat lain namun jika dilihat dari segi profesionalisme kerja hal tersebut tak dapat dijadikan alasan, karena sudah menjadi keputusannya sendiri memegang lebih dari 1 proyek dan selalu ada resiko terhadap keputusan tersebut. Kendala lain dari penundaan penutupan gypsum ini adalah seringnya terjadi kekurangan material yang di sebabkan oleh 2 hal yaitu: a) Keterlambatan pengiriman material Keterlambatan ini terjadi karena dalam pemesanannya CDI tidak memiliki metode perhitungan khusus seperti EOQ, JIT, Kanban, dll. Perhitungan kebutuhan dilakukan secara manual dimana setiap bagian ruangan yang akan di tutup gypsum dihitung luas totalnya lalu dibagi dengan dimensi luas per item gypsum baru di dapat jumlah gypsum yang dibutuhkan. Proses perhitungan memiliki resiko terjadinya kesalahan dalam pengukuran sehingga jumlah kebutuhan sebenarnya tidak diperoleh dengan tepat. Lamanya waktu dari kegiatan perhitungan manual ini semakin diperlama dengan kenyataan bahwa laporan permintaan yang diperoleh saat itu tidak dapat langsung diberikan pada orang kantor CDI karena perlu menunggu pesanan dari ruangan lain yang membutuhkan barang yang sama. Langkah ini dilakukan dengan tujuan memperoleh potongan harga karena memesan dalam jumlah besar. Proses ini pun tidak berhenti sampai disini, setelah laporan permintaan sampai ke kantor CDI, dilakukan lagi proses crosscheck ke lapangan dengan tujuan menghindari terjadinya perbedaan perhitungan

32 karena dimensi dalam shop drawing seringkali tidak persis sama dengan dimensi di lapangan. Untuk pekerjaan plafond, ketidaksamaan dimensi ini dikarenakan beberapa detail di shop drawing dalam bentuk aslinya tidak bisa 100% sama jka dibentuk dalam gypsum. Contoh: Sudut lekukan pada ceiling bertingkat. Pemesanan yang awalnya dijadwalkan sampai pada tgl xx akibat rangkaian kendala di atas menjadi mundur beberapa hari bahkan minggu dari rencana awal. Keterlambatan pengiriman juga dikarenakan CDI tidak memiliki model estimasi tentang kepastian frekuensi pengiriman dan kapan pemesanan sebaiknya dilakukan sehingga kebutuhan mendadak terhadap material tidak bisa diantisipasi. Kebutuhan mendadak ini dipengaruhi oleh sifat proyek yang serba tidak pasti terutama waktu pengerjaannya, sehingga pemesanan yang telah dilakukan pada tanggal x bisa saja dibatalkan karena pekerjaan yang semula akan dilakukan pada tanggal x tersebut harus ditunda untuk waktu yang tak dapat diprediksi karena terhalang pekerjaan lain. Begitu pula sebaliknya material yang dijadwalkan sampai pada t gl xx ternyata dalam pengerjaan di lapangannya dibutuhkan beberapa hari lebih awal karena pekerjaan selesai lebih awal. Tanpa adanya metoda perhitungan inventory yang pasti CDI akan kesulitan dalam melakukan penjadwalan permintaan yang pada akhirnya berakibat pada keterlambatan pengiriman dimana-mana. b) Jumlah pengiriman tidak sama dengan permintaan Masalah ini terkait dengan penetapan kebijakan pihak CDI yang menghindari sistem stock. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut: Dalam suatu proyek, besar sekali kemungkinan terjadinya perubahan start waktu pengerjaan yang secara tak langsung

33 mempengaruhi waktu kebutuhan material yang dipakai. Pihak CDI sendiri sudah sangat jelas dengan keadaan ini, oleh karena itu setiap permintaan material yang datang dari lapangan tidak akan selalu dikirim sesuai dengan jumlah yang tertera dalam surat permintaan tersebut, karena belum tentu semua material tersebut habis dipakai dalam sekali permintaan tersebut. Daripada material dibiarkan menganggur dan rusak, lebih baik material dikirim secara bertahap. Namun pemikiran tersebut tidak didukung dengan penerapan metode penjadwalan permintaan barang yang tepat sehingga pada akhirnya terjadi kekurangan material karena sisa material yang belum dikirim tak tersedia tepat pada saat pengerjaan yang membutuhkan material tersebut akan dilanjutkan. Langkah tersebut dilakukan oleh CDI juga terkait dengan tujuan mereka untuk sedapat mungkin mengurangi biaya simpan sekaligus untuk menjaga kualitas barang terutama dengan keadaan proyek yang tidak rapi dan berpotensi menyebabkan barang rusak terlebih untuk gypsum yang bahannya rapuh dan mudah rusak. Tapi ironisnya terkadang kebijakan ini justru sering merugikan pihak CDI karena dengan penjadwalan pemesanan yang tidak teratur dan tidak sistematis serta didukung oleh ketidakpastian jadwal kerja dalam proyek seringkali material yang dipesan tidak terpakai dan terpaksa harus disimpan/distock di tempat proyek, dan dengan minimnya gudang ini terkadang suka tidak ada lagi space yang tersisa untuk menempatkan gypsum yang belum terpakai ini, akibatnya gypsum harus ditempatkan di luar yang tak terlindung dan beresiko rusak akibat jatuh, tertimpa barang, maupun pengaruh cuaca. Untuk mengantisipasi ini jalan yang dapat dilakukan adalah dengan: (a) Mempekerjakan seseorang untuk menjaga tumpukan gypsum, dalam hal ini CDI memiliki 2 alternatif pilihan yaitu : Memakai jasa tukang diluar pekerja CDI untuk

34 menjaga tumpukan gypsum atau menugaskan pekerja CDI sendiri untuk menjaga dengan resiko kemunduran penyelesaian satu pekerjaan akibat kekurangan tenaga kerja dari hasil penugasan; (b) Membiarkan gypsum tertumpuk di tempat proyek dengan resiko terjadinya kerusakan. Kesemua pilihan tersebut sama-sama berpeluang memaksa CDI untuk kehilangan /mengorbankan sejumlah uang.

35 3) Plafond Bergelombang Diagram 4.5 Root Cause Analysis Kendala Gypsum 3 Analisa Root Cause Analysis kendala gypsum (3) pada pekerjaan plafond: Kendala lain pada pekerjaan gypsum yang juga berperan sebagai penyebab terjadinya kemunduran dalam penyelesaian pekerjaan plafond adalah hasil compound yang kurang sempurna sehingga mengakibatkan plafond bergelombang. Plafond bergelombang ini terjadi karena 3 sebab yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut: a) Pemasangan gypsum tidak sempurna Bahan gypsum yang dipakai sebagai penutup rangka pada plafond ini dikirim dalam bentuk lembaran dimana di setiap ujungnya diberi lekukan sebagai tempat

36 compound sehingga hasil compound nantinya dapat rata dengan permukaan gypsum. Namun dalam pengerjaan di lapangan tidak semua prosesnya dapat berjalan sesuai rencana diatas, dalam artian gypsum yang akan dipasang pada rangka akan berupa potongan-potongan yang nantinya akan disambung satu persatu sampai rangka tertutup seluruhnya oleh gypsum tersebut. Sambungan dari potongan gypsum ini terkadang tidak selalu sejajar atau dengan kata lain terdapat perbedaan ketinggian pada sambungannya. Hal ini terjadi apabila dalam penyambungannya antar ujung gysum yang memiliki lekukan tidak saling bertemu (Contoh: ujung gypsum yang berlekuk bertemu dengan gypsum yang ujungnya rata). Dengan sambungan yang tidak sejajar proses compound akan menjadi lebih sulit dan jika tidak dilakukan dengan teliti berpeluang besar menyebabkan plafond bergelombang. Secara logis dalam pemasangan gypsum memang tidak mungkin gypsum yang dipasang seluruhnya berupa lembaran utuh, karena gypsum yang dipakai menyesuaikan dengan ukuran ruangan sehingga sedikit banyak pasti ada space pada ruangan tersebut yang ukurannya ½,1/4,1/8,dll dari ukuran lembaran gypsum. Dengan Demikian mau tidak mau gypsum harus dipotong agar dapat menutupi space tersebut. b) Compound kurang sempurna Plafond bergelombang juga disebabkan oleh hasil compound yang kurang sempurna dimana hasil pengolesan compound tersebut tidak rata dengan permukaan gypsum. Hal ini dikarenakan pekerja terlalu banyak menggunakan bahan compound

37 untuk menutup sambungan gypsum sehingga kelebihan compound tersebut akan menyebar keluar ke permukaan gypsum di sekitarnya. Menurut prosedur hasil compound yang menempel pada permukaan gypsum masih dapat diterima asalkan dalam proses pengecatannya nanti compound tersebut dapat tertutup oleh ketebalan cat. Namun jika sisa compound tersebut sudah terlalu banyak dan tak dapat dikikis hasil pengecatan tentu akan menjadi tidak sempurna sehingga nilai estetika plafond akan berkurang. Dalam satu area plafond tersebut terdapat banyak sambungan gypsum yang perlu dicompound dan akibat pengerjaan oleh pekerja yang berbeda-beda yang masing-masing memiliki tingkat ketelitian dan skill yang juga berbeda-beda, kemungkinan ketepatan hasil compound pun akan ikut bervariasi. Semakin variatif hasil compound semakin besar pula kemungkinan plafond menjadi bergelombang, terlebih jika supervisor kurang ketat dalam mengawasi pekerjanya. c) Terdapat kotoran pada rangka Gypsum yang telah terpasang di rangka perlu di compound agar tidak terlihat sambungan pada gysum tersebut. Namun seringkali proses ini tidak dapat terpenuhi dalam sekali kerja. Hasil compound seringkali bergelombang sehingga perlu dilakukan compound ulang. Salah satu penyebab adalah masih tersisanya kotoran pada rangka, kotoran ini dapat berupa debu, sisa bahan plumbing dari pekerjaan ME, dan kotoran-

38 kotoran lainnya yang akibat tingginya kelembaban di langit-langit dapat melekat pada permukaan rangka. Seringkali kotoran seperti ini lupa dibersihkan oleh pekerja saat finishing rangka karena bentuknya tidak terlalu kasat mata, sehingga ketika dilakukan pemasangan gypsum kotoran tersebut bergeser ke sela-sela sambungan gypsum dan membentuk koagulat (gumpalan keras) yang jika di lakukan compound akan menjadi bergelombang. Sebenarnya hal ini dapat diatasi dengan mudah jika sebelum memasang gypsum pekerja terlebih dahulu membersihkan, namun kebiasaan untuk hal tersebut rupanya belum sepenuhnya dapat dilakukan oleh para pekerja. Kurangnya pengawasan dari supervisor dan mandor terhadap kerja para bawahannya juga berpengaruh terhadap timbulnya masalah diatas. Kotoran ini semakin sering muncul seiring banyaknya kegiatan perbaikan yang dilakukan baik pada pekerjaan gypsum (perbaikan akibat kebocoran plumbing) maupun rangka, pada rangka, perbaikan dilakukan akibat: Pekerjaan tambahan Pekerjaan tambahan merupakan pekerjaan di luar BQ yang permintaannya datang dari owner dan terjadi saat proyek berjalan. Pada dasarnya pekerjaan tambahan ini tidak menyebabkan kemunduran jadwal karena owner akan memberikan toleransi waktu di luar schedule yang telah disepakati agar para kontraktor dapat tetap bekerja dengan baik. Namun hasil dari pekerjaan tambahan ini banyak juga yang menimbulkan masalah. Contoh nyatanya adalah pekerjaan penambahan ceiling bertingkat yang terjadi pada plafond ini, dimana permintaan akan pengerjaannya datang saat rangka telah selesai

39 dipasang dan ditutup gypsum. Pihak CDI dalam hal ini mau tak mau harus membongkar lagi gypsum yang telah terpasang tersebut dan mulai mengerjakan ulang pekerjaan rangkanya. Akibatnya rangka menjadi semakin berpeluang terkena kotoran. Kesalahan dalam leveling. Kesalahan yang dimaksud disini terjadi akibat human error dimana pekerja bersangkutan tidak melakukan pengukuran dengan presisi yang tepat yang menyebabkan rangka miring dan tidak sesuai shop drawing. Dalam perbaikan rangka ini kegiatan utamanya yaitu pemasangan galvanised suspension ke beton menghasilkan sisa kotoran berupa serpihan beton dalam jumlah cukup banyak. Serpihan beton ini berupa partikel yang cukup besar dan bila dibiarkan menumpuk dengan kotoran lain pasti menyebabkan hasil compound tidak rata.

40 Pengolahan dan Analisis Data Pekerjaan Rangka Pada Plafond Kendala Pekerjaan Rangka: 1) Elevasi Tidak Sesuai Shop Drawing Diagram 4.6 Root Cause Analysis kendala rangka 1. Analisa Root Cause Analysis kendala rangka pada pekerjaan plafond:

41 Pada pekerjaan plafond proses pasang rangka merupakan kendala ke-2 terbesar yang menyebabkan keterlambatan dalam penjadwalan proyek. Dalam pemasangan rangka perlu diperhatikan kapasitas beban yang dapat ditopang oleh rangka, termasuk di dalam beban ini adalah beban manusia saat maintanance dan beban dari segala instalasi/sparing/fixture dan fitting pekerjaan ME. Pada pelaksanaan proyek sahid ini, terjadi kesalahan dalam estimasi beban topang pada rangka yang mana dalam penentuan beban maksimalnya jumlah varians data yang digunakan sebagai tolak ukur penentuan rata-rata berat badan orang tidak cukup banyak sehingga hasil perhitungan yang didapat tidaklah valid. Selain itu ukuran berat badan yang digunakan tidak menggunakan standar ukuran berat badan internasional yang lebih bersifat umum, dengan demikian saat dilakukan perbaikan plafond akibat kebocoran pada plumbing rangka bergeser turun dan menyebabkan permukaan gypsum pada plafond miring. Semakin banyak varians data berat badan yang digunakan dalam perhitungan akan semakin baik karena dalam kondisi realnya nanti rangka akan lebih flexibel terhadap berbagai kombinasi beban dari berat manusia yang ditopangnya. Selain itu akibat kurangnya komunikasi antara kontraktor, menyebabkan pihak CDI tidak mendapat informasi pasti tentang berapa banyak total instalasi, fitting, dan sparing yang dihasilkan ME sehingga penambahan beban pekerjaan dari ME ke dalam perhitungan total beban topang rangka tidak sepenuhnya akurat. Kesalahan lain yang juga berpengaruh terhadap kapasitas beban topang ini adalah pengabaian pertimbangan terhadap beban-beban tak terduga. Akibatnya jika terjadi sedikit saja overweight rangka akan langsung turun, kondisi ini akan berbeda jika saja tim

42 memberikan allowance bagi kemungkinan terjadinya overweight dengan batas tertentu mis 0.25 pounds. Selain masalah estimasi beban diatas kekuataan rangka juga dipengaruhi oleh hasil pemasangan rangka ke beton yang dalam hal ini menggunakan sejenis alat bernama galvanised suspension. Rangka yang dipasang dengan tepat dan kuat akan memberikan daya topang rangka yang lebih besar dan tahan lama. Sebaliknya jika terjadi sedikit saja kesalahan dalam pemasangan, kekuatan rangka akan berkurang dari kondisi optimalnya. Kesalahan dalam pemasangan galvanised suspension ini biasanya diakibatkan ketidak telitian pekerja dalam menentukan dalamnya lubang fitting untuk galvanised suspension ini sehingga ketika plafond sering ditaiki dan rangka sering dinaik-turunkan ketinggiannya untuk penambahan ceiling bertingkat akibat adanya perubahan desain, tancapan galvanised pada beton menjadi lebih cepat bergeser. Dengan demikian kemungkinan terjadinya kemiringan pada plafond semakin tinggi. Dari penelusuran hasil root cause analysis diatas diperoleh keterangan bahwa akar penyebab terjadinya semua masalah tersebut adalah minimnya skill pekerja lapangan dan juga pengawasan dari supervisor/mandor bersangkutan.

43 Pengolahan dan Analisis Data Pekerjaan Finishing Pada Plafond Kendala Finishing: 1) Permukaan Plafond tidak rapi. Diagram 4.7 Root Cause Analysis Kendala Finishing 1

44 Analisa Root Cause Analysis kendala finishing pada pekerjaan plafond: Pekerjaan finishing merupakan peringkat 3 kendala terbesar yang menyebabkan pekerjaan plafond tertunda. Pada hakikatnya sebelum proses finishing dilakukan permukaan gypsum harus sudah dalam keadaan rata dan bersih ini. Bersih dalam hal ini berarti bebas dari kotoran dan komponen yang tampak dari luar. Komponen tesebut berupa baut, paku, sekrup, dan peralatan lain yang digunakan untuk pekerjaan fitting/instalasi listrik ME dan pekerjaan tempel gypsum dengan alat tembak sekrup. Pihak CDI sendiri sebenarnya telah menyiapkan langkah antisipasi terhadap kejadian seperti ini yaitu dengan melakukan penutupan dengan lis atau dempul. Namun dalam pelaksanaannya seringkali hal-hal kecil seperti ini banyak dilanggar pelaksanaannya, para pekerja seringkali lupa untuk menutupi komponen tersebut. Kalaupun dilaksanakan, hasil lis dan dempul tersebut tidak rata sehingga ketika dilakukan pengecatan, hasil akhir plafond dari luar terlihat tidak rapi dan halus. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya kesadaran dari setiap pekerja untuk selalu melakukan inspeksi setiap kali selesai bekerja. Mereka beranggapan bahwa hal tersebut merupakan tugas dari mandor atau supervisor. Ironisnya mandor dan supervisor inipun tidak selalu standby di tempat dan hanya fokus pada pengawasan terhadap pekerjaan yang sifatnya kompleks yang mereka prediksikan akan lebih banyak terjadi kesalahan dalam pengerjaannya. Kesalahpahaman seperti inilah yang kemudian menyebabkan hal kecil seperti penutupan lis/dempul seringkali lolos dari pengawasan. Masalah supervisor yang tidak dapat selalu standby di lokasi dikarenakan supervisor tersebut juga membantu penanganan divisi lain karena CDI hanya memiliki jumlah

45 pekerja interior (termasuk supervisor dan mandor) sebesar 27 orang menangani 5 ruangan. Dapat dibayangkan berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Penyebab lain terjadi akibat masuknya pekerja baru dalam proyek dimana pekerja ini tidak diberikan pelatihan dan pengetahuan dasar tentang standart kerja di proyek tersebut sehingga ketentuan-ketentuan sederhana seperti di atas tidak ia ketahui. Pemberitahuan dari rekan kerja pun tidak terlalu bisa diharapkan karena selain mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing mereka sendiri pun terkadang suka lupa melakukan ketentuan tersebut Pengolahan dan Analisis Data Major Cause II (Pekerjaan Kolom). Pada diagram pareto 4.1, selain pekerjaan plafond sebagai major cause, terdapat 2 pekerjaan lain yang nilai overtimenya cukup besar (21 hari) yaitu pekerjaan kolom dan pekerjaan pintu& kusen. Sebagai batasan masalah, penulis hanya akan membahas tentang pekerjaan kolom karena pekerjaan ini termasuk pekerjaan inti yang diprioritaskan penyelesaiannya. Sama seperti pengolahan dan analisis pekerjaan plafond, pekerjaan kolom juga memiliki beberapa subkerja dan melalui bantuan diagram pareto akan diketahui sub-sub kerja mana saja yang berpotensi menyebabkan terjadinya keterlambatan pelaksanaaan proyek. Dari sub kerja ini kemudian didata kendala-kendala yang terjadi untuk kemudian dianalisa melalui bantuan metode 5 Why s. Tabel 4.4 Perhitungan Waktu Overtime Sub Kerja Kolom Job Lack of Time Cum. Percentage

46 Pintu Box lampu 11 42,31 Acrylic 9 76,92 Tutup Kolom Hollow Melaminto Lampu Marking Finishing Persiapan Total 26 Overtime Pin la Cumm ula tive Percentage Diagram 4.8 Diagram Pareto Major Cause Sub Kerja Kolom Analisa Pareto pekerjaan kolom: Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa dalam pekerjaan kolom terdapat 3 sub kerja yang memberikan sumbangan kemunduran waktu terbesar yaitu: Pemasangan pintu box lampu, pasang acrylic, dan tutup kolom. Sedangkan sisanya berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Untuk pekerjaan pintu box lampu besarnya kemunduran waktu yang diberikan adalah 11 hari, kendala terbesar disebabkan oleh waktu pengadaan dari pintu box lampu ini, dimana produksinya dilakukan oleh PT. CDI sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan, penulis menemukan beberapa kendala dan masalah yang terjadi dalam workshop yang menyebabkan kapasitas produksi mereka menurun. Hal inilah yang menyebabkan permintaan terhadap pintu box lampu yang datang dari proyek seringkali

47 mengalami keterlambatan sehingga pelaksanaannya di lapangan terpaksa harus diundur karena barang belum tersedia. Kendala lain yang sering terjadi pada pintu box lampu ini adalah ketidaksesuaian ukuran antara barang yang diproduksi dengan ukuran yang ada di proyek. Hal ini kembali diakibatkan oleh faktor produksi yang ada di workshop CDI dimana berdasarkan hasil wawancara dengan supervisor dan pemiliknya langsung, sebagian besar masalah ini terjadi akibat kesalahan dari operatornya yang kurang teliti dalam melakukan pemotongan melalui mesin sehingga hasil potongan tidak sesuai dengan kriteria dan terkadang tidak seragam antar pintu box lampu satu dengan lainnya. Pekerjaan lain yang menyebabkan keterlambatan adalah pemasangan acrylic, sebenarnya dalam pemasangannya, peluang terjadinya masalah sangat kecil bahkan tidak ada jika pekerjaan dilakukan dengan penuh ketelitian dan pengawasan tinggi. Sama seperti kasus pintu box lampu masalah jusru terjadi pada faktor pengadaan acrylic itu sendiri. Masalah tersebut adalah besarnya frekuensi terjadinya perubahan dalam desain ukuran yang digunakan pada acylic ini. Desain ukiran tersebut merupakan hasil permintaan dari owner dengan konsep yang dirancang bersama-sama dengan tim konsultannya. Perubahan desain tersebut dapat terjadi sewaktu-waktu bahkan pada saat acrylic telah dipasang sehingga CDI terpaksa melakukan pemasangan ulang. Untuk pekerjaan tutup kolom kemunduran waktu yang disumbangkan sebesar 6 hari. Sama seperti kasus pada pintu box lampu, hal ini disebabkan oleh kesalahan dalam proses produksi sehingga dimensi panel kayu yang digunakan untuk menutup kolom tidak seragam dan saat dipasang menyebabkan dimensi kolom tidak sama satu dengan yang lainnya. Hal ini menyebabkan hasil pemasangan harus dibongkar dan dikerjakan

BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI

BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI Pasal 1 : Material Plafond 1. Material utama plafond adalah GYPSUM BOARD 9 MM DAN ACRILYC 5 MM dengan ukuran panel standard adalah 1220 mm x 2440 mm. 2. Material

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 161 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Penerapan Quality Assurance dari segi teknik dan ketepatan waktu oleh PT. Citra Dinamika Interindo pada pekerjaan desain interior di Hotel Sahid belum sepenuhnya

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Bangunan

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Bangunan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Bangunan METODE & TAHAPAN PELAKSANAAN Untuk mencapai keberhasilan dalam hal mutu, efisiensi waktu dan optimalisasi biaya pelaksanaan, dimana Kontraktor harus dapat

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 APLIKASI MODEL SISTEM PENJAMINAN MUTU PADA PROSES KONSTRUKSI HOTEL SAHID DI PT. CITRA DINAMIKA INTERINDO Tanti

Lebih terperinci

RSU KASIH IBU - EXTENSION ARSITEKTUR - BAB - 12 DAFTAR ISI PEKERJAAN PENGECATAN

RSU KASIH IBU - EXTENSION ARSITEKTUR - BAB - 12 DAFTAR ISI PEKERJAAN PENGECATAN DAFTAR ISI 01. PENGECATAN SECARA UMUM 77 02. PENGECATAN LANGIT-LANGIT GYPSUM. 80 03. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT DAN DINDING BETON EXPOSE. 81 04. PENGECATAN DINDING.. 82 05. PENGECATAN BESI. 84 06. PEKERJAAN

Lebih terperinci

PENGAMATAN PEKERJAAN FINISHING DINDING, LANTAI DAN PLAFON PADA BANGUNAN OFFICE AT PASAR BARU.

PENGAMATAN PEKERJAAN FINISHING DINDING, LANTAI DAN PLAFON PADA BANGUNAN OFFICE AT PASAR BARU. PENGAMATAN PEKERJAAN FINISHING DINDING, LANTAI DAN PLAFON PADA BANGUNAN OFFICE AT PASAR BARU. NAMA : Ratna Handayani NPM : 26312045 JURUSAN : S1 TEKNIK ARSITEKTUR DOSEN PEMBIMBING : Sumaiyah Fitriandini,

Lebih terperinci

PENGAMATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN INTERIOR DINDING DAN PLAFOND OLEH : YUNA ARIFAH PRESENTASI LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGAMATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN INTERIOR DINDING DAN PLAFOND OLEH : YUNA ARIFAH PRESENTASI LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGAMATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN INTERIOR DINDING DAN PLAFOND PADA GEDUNG MNC NEWS CENTER, JAKARTA OLEH : YUNA ARIFAH 27312952 PRESENTASI LAPORAN KERJA PRAKTEK TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk dapat memahami

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Kemajuan proyek merupakan progress pekerjaan dari pekerjaan awal proyek sampai akhir pekerjaan proyek. Disetiap progress pekerjaan

Lebih terperinci

KERJA PRAKTEK PEMASANGAN PANEL PRECAST PADA LANTAI APARTEMEN CASABLANCA EAST RESIDENCES JAKARTA TIMUR

KERJA PRAKTEK PEMASANGAN PANEL PRECAST PADA LANTAI APARTEMEN CASABLANCA EAST RESIDENCES JAKARTA TIMUR KERJA PRAKTEK PEMASANGAN PANEL PRECAST PADA LANTAI 16-18 APARTEMEN CASABLANCA EAST RESIDENCES JAKARTA TIMUR NAMA : DEMASA FETALITA NPM : 21312818 DOSEN PEMBIMBING : AGUNG WAHYUDI, ST.MT LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu sistem manajemen yang baik. Berbagai metode dilakukan oleh pihak pelaksana dengan

Lebih terperinci

BORAL COMPOUND Build something great TM. jayacompound. Menyatukan & menyambung dengan sempurna

BORAL COMPOUND Build something great TM. jayacompound. Menyatukan & menyambung dengan sempurna BORAL COMPOUND Build something great TM jayacompound October 2012 Menyatukan & menyambung dengan sempurna 1 BORAL COMPOUND Mengapa jayacompound? Hasil Penyambungan Sempurna Trend interior design saat ini

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB IV : TINJAUAN KHUSUS PROYEK

BAB IV : TINJAUAN KHUSUS PROYEK BAB IV : TINJAUAN KHUSUS PROYEK 4.1. Keterlibatan Praktikan Dalam proyek Selama kerja praktek, praktikan diberi kesempatan untuk belajar secara langsung di lapangan (dalam hal ini proyek). Praktikan berkesempatan

Lebih terperinci

MANUAL INSTALLATION SOUND INSULATION PANEL WALL FR

MANUAL INSTALLATION SOUND INSULATION PANEL WALL FR MANUAL INSTALLATION SOUND INSULATION PANEL WALL FR51 2016.08 Persiapan Material 1. Hollow Frame 40/40 thickness 0.6 millimeters 2. Acourete Mat Resin 2 A 3. Acourete Fiber 300 4. Acourete Paint EZ1 5.

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam pelaksanaan kerja praktik yang berlangsung selama kurang lebih 2 bulan (terhitung sejak 1 Maret s/d 30 April 2017) dan penulisan laporan akhir yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG Dalam bahasan laporan mingguan proses pengamatan pelaksanaan proyek ini, praktikan akan memaparkan dan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK Pemasangan keramik pada suatu gedung terdiri dari pemasangan keramik didinding dan dilantai. Pemasangan keramik lantai dan dinding sebaiknya pada tahap akhir, untuk

Lebih terperinci

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK BAB IV: PENGAMATAN PROYEK 4.1. Proses Pelaksanaan Teknis 4.1.1 Pelaksanaan Teknis Proyek Tampak Utara Tampak Timur Gambar 4.1 : Zona Pengamatan Teknis. Ketika memulai praktik profesi, proses pengamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pengambilan data ketidaksesuaian Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang selesai tahun 2011 didapatkan dari salah satu departemen

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN Fungsi produk yang menjelaskan tentang data yang didapat dari berbagai sumber yang digunakan sebagai acuan

Lebih terperinci

M-System & Proses Instalasi PT. DUTA SARANA PERKASA

M-System & Proses Instalasi PT. DUTA SARANA PERKASA M-System & Proses Instalasi PT. DUTA SARANA PERKASA M-SYSTEM Panel M-System : Single Panel Double panel Partisi kecil Partisi besar Panel partikon Single panel khusus (hp) Panel tangga Panel bordes Aksesoris

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. arus vertical dan horizontal dalam struktur organisasi untuk menghindari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. arus vertical dan horizontal dalam struktur organisasi untuk menghindari BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Prosedur Pelaksanaan Seperti kita ketahui bahwa sistem manajemen proyek menggunakan arus vertical dan horizontal dalam struktur organisasi untuk menghindari keterlambatan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PLAFON ATAU LANGIT-LANGIT

KONSTRUKSI PLAFON ATAU LANGIT-LANGIT KONSTRUKSI PLAFON ATAU LANGIT-LANGIT PLAFON / LANGIT-LANGIT: ADALAH SALAH SATU ELEMEN PEMBENTUK RUANG YANG MEMBATASI RANGKA ATAP DENGAN RANGKA BANGUNAN, DAN MEMPUNYAI FUNGSI: 1. SEBAGAI BATAS TINGGI RUANGAN

Lebih terperinci

Achmad Rifki Fauzi TEKNIK PERENCANAAN SIPIL DAN ARSITEKTUR

Achmad Rifki Fauzi TEKNIK PERENCANAAN SIPIL DAN ARSITEKTUR Achmad Rifki Fauzi TEKNIK PERENCANAAN SIPIL DAN ARSITEKTUR LATAR BELAKANG Didalam membangun sebuah bangunan, perlu adanya penjadwalan yang sestematis, sehingga bangunan yang akan dibangun tepat pada waktunya.

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengendalian Proyek Suatu kegiatan pengawasan/monitoring suatu Proyek supaya proyek bisa berjalan dengan lancar dan mendapatkan mutu yang baik, penggunaan biaya dan

Lebih terperinci

METODE KERJA PEKERJAAN ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG

METODE KERJA PEKERJAAN ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG PEKERJAAN ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG LIST METODE KERJA No. Pekerjaan No. Metode Pasangan Bata Ringan 00 2 Pasangan Lantai Keramik 002 3 Kusen Alumunium 003 4 Pengecatan Dinding 004 5 Render 005 6 Acian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Proses Perancangan Dalam suatu pembuatan alat diperlukan perencanaan yang matang agar hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Di negara Indonesia banyak berkembang usaha-usaha dalam industri mebel, dengan memanfaatkan bahan baku kayu hingga

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Beton Precast Beton precast adalah suatu produk beton yang dicor pada sebuah pabrik atau sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek bangunan

Lebih terperinci

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2 1. Varian I Varian I memiliki tiga buah komponen yaitu komponen D1 yang berfungsi sebagai dinding utama, komponen D2, komponen D3 dan komponen D4. Varian I dikembangkan dalam modul 70 x 60 cm. a. Komponen

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk permainan sekoci handcar anak ini termasuk permainan tradisional, yang awalnya terinspirasi dari sebuah kendaraan tradisonal Handcar. Digunakan sekitar

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEUBELAIR

PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEUBELAIR PASAL 1. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pemberitahuan PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEUBELAIR a. Sebelum memulai Pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus memberitahukan kepada Konsultan Direksi guna pemeriksaan awal

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013 BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Dalam kegiatan Kerja Praktik (KP) yang kami jalankan selama 2 bulan terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember

Lebih terperinci

2. Pengoperasian Cam-lock

2. Pengoperasian Cam-lock Daftar isi 1. Kata pengantar. 2. Pengoperasian Cam-lock.. 3. Pencegahan Kebocoran Uap Air. 4. Panel Cold Storage Dengan Panel Atap & Lantai 5. Memasangan Lantai Panel Cold Storage. 6. Memasang Wall Panel

Lebih terperinci

WORKING PLAN SIMPLE WALL SHELF S001

WORKING PLAN SIMPLE WALL SHELF S001 A DESKRIPSI PRODUK Simple Wall Shelf berukuran jadi 1.200 x 200 x 50 mm. Ukuran panjang dan lebar bisa ditambah/dikurangi sesuai dengan rencana penempatan anda. Varian ukuran panjang adalah 1.000 1.400mm,

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift. BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Selama 2 bulan pelaksanaan kerja praktik (KP) yang terhitung mulai dari tanggal 16 Oktober 2013 sampai dengan 16 Desember 2013, kami melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Komponen Biaya Produksi. 1. Terdapat perhitungan tenaga kerja langsung yang kurang tepat,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Komponen Biaya Produksi. 1. Terdapat perhitungan tenaga kerja langsung yang kurang tepat, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Komponen Biaya Produksi Menghitung dan menganalisis harga pokok produksi diperlukan data data biaya yang akurat dan perhitungan biaya harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci

BILL OF QUANTITY (BQ)

BILL OF QUANTITY (BQ) BILL OF QUANTITY (BQ) Rekapitulasi Program : Wajib Belajar Pendidikan Sembilan Tahun Lokasi : SMP N 1 Palmatak Kec.Palmatak NO URAIAN PEKERJAAN Rp. HARGA I PEKERJAAN PENDAHULUAN Rp. II PEKERJAAN GALIAN

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan, maka makin

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN DAFTAR ANALISA PEKERJAAN SATUAN HARGA Harga Harga I PEKERJAAN PERSIAPAN 1.4 1 M' Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank 0.012 M 3 Kayu 5/7 kelas III 0.020 Kg Paku Biasa 0.007 M 3 Kayu Papan 3/20 0.100 Oh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & ANALISIS. Pada proyek pembangunan rusunawa 4 lantai ini penulis memiliki beberapa. Bangunan berupa bangunan bertingkat 4 lantai

BAB IV HASIL & ANALISIS. Pada proyek pembangunan rusunawa 4 lantai ini penulis memiliki beberapa. Bangunan berupa bangunan bertingkat 4 lantai BAB IV HASIL & ANALISIS 4.1 Metode Konstruksi Pada proyek pembangunan rusunawa 4 lantai ini penulis memiliki beberapa kondisi kriteria proyek sebagai berikut : Bangunan berupa bangunan bertingkat 4 lantai

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sujarweni (2015:74), penelitian komparatif adalah

Lebih terperinci

BAB XV PEKERJAAN CAT

BAB XV PEKERJAAN CAT BAB XV PEKERJAAN CAT Pasal 1 : Referensi 1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai berikut : a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat. b. NI-3 1970 c. NI-4 Pasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam keahliannya dalam mengubah/merakit suatu bahan baku menjadi bahan jadi (perakitan suatu

Lebih terperinci

PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA

PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA A. PEMAHAMAN GAMBAR KERJA Konsep pemahaman gambar-gambar Baja / Gambar Pelaksanaan sebelum masuk bengkel seperti denah keseluruhan, ukuran -ukuran total bangunan, jarak dan

Lebih terperinci

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 PELATIHAN : DAFTAR MODUL Mandor Pembesian / Penulangan Beton NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT KOMPETENSI 1. RCF - 01 UUJK, K3 dan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB V : DETAIL PELAKSANAAN PRAKTIK PROFESI

BAB V : DETAIL PELAKSANAAN PRAKTIK PROFESI BAB V : DETAIL PELAKSANAAN PRAKTIK PROFESI 5.1. Waktu pelaksanaan praktik profesi Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Persiapan (galian) Pekerjaan struktur Pekerjaan finishing

Lebih terperinci

LAPORAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGHUBUNG

LAPORAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGHUBUNG LAPORAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGHUBUNG 1. Latar Belakang Perguruan Tinggi Raharja memiliki 2 gedung yaitu Gedung Modern dan Gedung Lake View dimana mobilitas sivitas pribadi Raharja pada dua bangunan ini

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

Indah, Awet, dan Anti Rayap

Indah, Awet, dan Anti Rayap P E T U N J U K P E M A S A N G A N Indah, Awet, dan Anti Rayap KARAKTERISTIK Indah, bertekstur kayu. Awet, tidak lapuk, dan tahan terhadap cuaca. Anti rayap. Tidak mudah terbakar. Finishing dengan cat

Lebih terperinci

URAIAN. Tenaga Oh Tukang 90, Oh Kepala Tukang 110, Oh Pekerja 75, Oh Mandor 120,000.

URAIAN. Tenaga Oh Tukang 90, Oh Kepala Tukang 110, Oh Pekerja 75, Oh Mandor 120,000. NO URAIAN HARGA SATUAN (RP) I PEKERJAAN PERSIAPAN 1 M' Pasangan Bouwplank + Pengukuran 0.012 M3 Kayu kls.iv 5/7 1,600,000.00 0.007 Btg Kayu kls.iv papan 1,300,000.00 0.020 Kg Paku biasa 18,000.00 0.100

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA RINGAN DAN DRYWALL SYSTEM

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA RINGAN DAN DRYWALL SYSTEM BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA RINGAN DAN DRYWALL SYSTEM 4.1 Pekerjaan Pasangan Dinding Bata Ringan Didalam memulai pekerjaan pemasangan dinding bata ringan, terlebih

Lebih terperinci

BAB XIV PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP

BAB XIV PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP BAB XIV PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP Pasal 1 : Kuda-Kuda Rangka Baja Ringan 1. Bentuk kuda-kuda baja ringan baik bentang, tinggi dan kemiringanya sesuai dengan Gambar Bestek. 2. Kuda-kuda dirakit/dipasang

Lebih terperinci

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder 1 PEKERJAAN JEMBATAN (Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan 1. Tipe Jembatan a) Jembatan Pelat Beton Berongga b) Jembatan Pelat c) Jembatan Girder d) Jembatan Beton Balok T e) Jembatan

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah kegiatan dalam suatu proyek sebagai penilaian yang bertujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan pedoman perencanaan yang telah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari suatu struktur suatu bangunan. Fungsi Kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA 8.1 Volume Pekerjaan 8.1.1 Perkerjaan Persiapan 8.1.1.1 Pembersihan Lokasi panjang bangunan (p) = 40 m lebar bangunan (l) = 40 m Luas Pembersihan Lokasi = p x l = 1600 m2 8.1.1.2

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN PELAKSANAAN LAPANGAN 4.1 Pekerjaan pondasi 1. papan bekisting 2. beton ready mix 3. pasir urug 4. Besi poer D16, D10, Ø8 2. Langkah Kerja a. Setelah Tiang pancang ditanam, b.

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL 7.1 Uraian Umum Shear Wall merupakan komponen dari pekerjaan struktur pada bangunan, biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya

Lebih terperinci

BAB XVI PEKERJAAN CAT

BAB XVI PEKERJAAN CAT BAB XVI PEKERJAAN CAT Pasal 1 : Referensi 1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai berikut : a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat. b. NI-3 1970 c. NI-4 Pasal

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Tinjauan Umum Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diharapkan yaitu berupa kualitas konstruksi

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

: MUHAMMAD IQBAL NPM : DOSEN PEMBIMBING : DIMYATI, ST., MT

: MUHAMMAD IQBAL NPM : DOSEN PEMBIMBING : DIMYATI, ST., MT PENGAMATAN PEKERJAAN FINISHING PENTHOUSE APARTEMEN PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN LA MAISON PADA LANTAI 28 DAN 29 BARITO DI JAKARTA SELATAN NAMA : MUHAMMAD IQBAL NPM : 24312983 DOSEN PEMBIMBING : DIMYATI,

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN Pekerjaan Bekisting Raka Pratama

METODE PELAKSANAAN Pekerjaan Bekisting Raka Pratama METODE PELAKSANAAN Pekerjaan Bekisting Raka Pratama 1. Pekerjaan Bekisting Kolom 1.1. Bahan: Kayu Suri 6/12 Plywood FF 4 x 8 x 15 mm Balok ganjal Minyak Bekisting Paku 5, 7, 10 cm 1.2. Alat-alat: Gergaji/

Lebih terperinci

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Beton Gedung Semester IV Tahun Ajaran 2015 Dibuat oleh : KELOMPOK 6 Deasy Monica Parhastuti 131111003 Gani Adnan Sastrajaya

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Plafon juga sering disebut langit-langit merupakan komponen

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Plafon juga sering disebut langit-langit merupakan komponen BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1. Pengertian Plafon juga sering disebut langit-langit merupakan komponen bangunan yang berfungsi sebagai lapisan yang membatasi tinggi suatu ruangan dan dapat

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan dan pengendalian merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS PEMBANGUNAN INTERIOR MALL DAN HOTEL THE EDGE BANDUNG CIMAHI BANDUNG

BAB III TINJAUAN KHUSUS PEMBANGUNAN INTERIOR MALL DAN HOTEL THE EDGE BANDUNG CIMAHI BANDUNG BAB III TINJAUAN KHUSUS PEMBANGUNAN INTERIOR MALL DAN HOTEL THE EDGE BANDUNG CIMAHI BANDUNG III.1. Data Umum Proyek Nama Proyek : Mall dan Hotel The Edge, Cimahi Bandung Jenis Proyek : Mall dan Hotel Lokasi

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN DAFTAR ANALISA PEKERJAAN KEGIATAN : PEMBANGUNAN GEDUNG PUSAT INFORMASI PARIWISATA LOKASI : KANTOR PARIWISATA PANGKALPINANG VOLUME : 1 PAKET BIAYA : Rp. 375.000.000,00 TAHUN ANGGARAN : 2011 ANALISA URAIAN

Lebih terperinci

MANUAL APLIKASI DINDING LUAR. Versa Board 10 & 12 mm

MANUAL APLIKASI DINDING LUAR. Versa Board 10 & 12 mm MANUAL APLIKASI DINDING LUAR Versa Board 10 & 12 mm September 2017 DINDING LUAR (CLADDING) Dinding luar / Cladding adalah material lapisan luar yang berfungsi sebagai penutup bangunan. Kelebihan dari aplikasi

Lebih terperinci

BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN

BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN DAFTAR ISI Halaman BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN... 1/7 Pasal 01 Maksud... 1/7 Pasal 02 Dokumen Pelelangan... 1/7 Pasal 03 Itikat Penawaran... 6/7 Pasal 04 Masa Berlaku Penawaran... 6/7 Pasal 05 Keabsahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah B. Latar Belakang Pada pembangunan sebuah gedung, elemen pelat merupakan bagian dari struktur atas. Gedung adalah wujud fisik dari hasil pekerjaan kostruksi yang menyatu dengantempat

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL 7.1. Uraian umum. Pada setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi BAB V METODE PELAKSANAAN 5.1 Uraian Umum Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DAFTAR ISI 13. Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan Berkala

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI 4.1 DESKRIPSI PROYEK Gambar 4 1 Perumahan Citraland Surabaya Nama Proyek Lokasi Proyek Fungsional : Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV : TINJAUAN KHUSUS PROYEK

BAB IV : TINJAUAN KHUSUS PROYEK BAB IV : TINJAUAN KHUSUS PROYEK 4.1. Keterlibatan Praktikan Dalam proyek Selama kerja praktek, praktikan diberi kesempatan untuk belajar secara langsung di lapangan (dalam hal ini proyek). Praktikan berkesempatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI

PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI Perencanaan Waktu Pelaksanaan Konstruksi (time schedule) adalah rencana waktu penyelesaian masing-masing pekerjaan konstruksi secara rinci dan berurutan. (pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi,maka tingkat konsumsi masyarakat terhadap sesuatu juga semakin tinggi. Namun permasalahannya adalah masyarakat menginginkan barang

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Metode pelaksanaan proyek konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam mencapai sasaran pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK Dalam pelaksanaan suatu proyek, suatu ketika dapat menyimpang dari rencana, makapengawasan dan pengendalian proyek sangat diperlukan agar kejadian-kejadian

Lebih terperinci

KOP PERUSAHAAN R E K A P I T U L A S I

KOP PERUSAHAAN R E K A P I T U L A S I KOP PERUSAHAAN R E K A P I T U L A S I Pekerjaan : Pembangunan Gedung Perpustakaan SD Negeri 1 Gumanano Lokasi : Kecamatan Mawasangka Tahun Anggaran : 2016 NO JUMLAH (Rp.) 1 2 3 I PEKERJAAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG. Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG. Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut: A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan Pendahuluan Pekerjaan pendahuluan merupakan pekerjaan persiapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA SATUAN ANALISA PEKERJAAN

DAFTAR HARGA SATUAN ANALISA PEKERJAAN DAFTAR SATUAN ANALISA PEKERJAAN No SATUAN UPAH BAHAN A PEKERJAAN PERSIAPAN 1 PEMASANGAN BOWPLANK/ 10 M' 0,01000 Kepala Tukang 0,10000 Tukang 0,10000 Pekerja 0,05000 Mandor 0,01200 M3 Balok Klas IV 0,02000

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci