BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian. Tabel 5.1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian. Tabel 5.1"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian Berikut ini disajikan deskripsi sampel berdasarkan umur dan indeks massa tubuh pada Tabel 5.1: Tabel 5.1 Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur dan Indeks Massa Tubuh pada Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II Karakteristik Sampel Umur (thn) IMT (kg/m 2 ) Perlakuan I (n=10) Rerata ± SB 29,70 ± 2,83 25,10 ± 1,35 Perlakuan II (n=10) Rerata ± SB 29,70 ± 3,26 23,57 ± 1,44 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik sampel berdasarkan umur dan indeks massa tubuh dari kedua kelompok tidak ada beda, adapun rerata umur subjek pada kelompok perlakuan I diperoleh nilai 29,70 ± 2,83 tahun dan pada kelompok perlakuan II diperoleh nilai 29,70 ± 3,26 tahun. Disini nilai rerata indeks massa tubuh pada kelompok perlakuan I diperoleh nilai 25,10 ± 1,35 kg/m 2 dan pada kelompok perlakuan II diperoleh nilai 23,57 ± 1,44 kg/m 2. 53

2 54 Berdasarkan nilai rerata umur pada kedua kelompok perlakuan menunjukkan umur sampel terbanyak tahun, dengan kategori dewasa muda. Sedangkan berdasarkan nilai rerata indeks massa tubuh kelompok perlakuan I menunjukkan sampel terbanyak termasuk dalam kategori pre obesitas dan nilai rerata indeks massa tubuh kelompok II menunjukkan sampel terbanyak termasuk dalam kategori normal Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Untuk menentukan jenis uji statistik komparasi yang akan digunakan untuk membandingkan hasil sebelum dan sesudah latihan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Saphiro Wilk Test. Selanjutnya uji homogenitas varian data dengan menggunakan Levene s Test yang akan disajikan pada Tabel 5.2 sebagai berikut: Kekuatan Otot Dasar Panggul Tabel 5.2 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas p. Uji Normalitas (Saphiro Wilk-Test) p. Uji Homogenitas (Levene s Test) Perlakuan I (n=10) Perlakuan II (n=10) Sebelum 0,473 0,646 0,767 Sesudah 0,143 0,208

3 55 Dari hasil uji normalitas dengan Saphiro Wilk-Test sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II diketahui nilai p>0,05 yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan uji homogenitas menggunakan Levene s Test pada semua sampel sebelum dan sesudah latihan pada kedua kelompok data diketahui nilai p>0,05 yang berarti data homogen atau varian data yang sama Uji Peningkatan Kekuatan Otot Dasar Panggul Sebelum dan Sesudah Latihan pada Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II Uji beda ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Tabel 5.3 Uji Kekuatan Otot Dasar Panggul Sebelum dan Sesudah Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II Sebelum Sesudah Variabel Rerata ± SB Rerata ± SB t p* (mmhg) (mmhg) Kelompok Perlakuan I 4,80 ± 1,75 6,70 ± 1,82-10,585 0,000 Kelompok Perlakuan II 4,90 ± 1,66 9,50 ± 1,90-20,804 0,000 p** 0,767 0,004-3,357 Keterangan: p* = Paired t-test. p** = Independent t-test Tabel 5.3 menunjukkan beda peningkatan kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah latihan kelompok perlakuan I dengan menggunakan Paired t-test memiliki nilai t = -10,585 dan p<0,05. Hal ini berarti pada

4 56 kelompok perlakuan I terjadi peningkatan otot dasar panggul sesudah diberikan kegel exercise secara bermakna. Kegel exercise terbukti secara signifikan meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Pada Tabel 5.3 menunjukkan beda peningkatan kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah latihan kelompok perlakuan II dengan menggunakan Paired t-test memiliki nilai t = -20,804 dan p< 0,05. Hal ini berarti pada kelompok perlakuan II terjadi peningkatan kekuatan otot dasar panggul sesudah diberikan kombinasi biofeedback dan kegel exercise secara bermakna. Kombinasi biofeedback dan kegel exercise terbukti secara signifikan meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Independent t-test seperti pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa beda peningkatan kekuatan otot dasar panggul sesudah latihan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II memiliki nilai t = -3,357 dan p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan peningkatan kekuatan otot dasar panggul yang bermakna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kombinasi biofeedback dan kegel exercise lebih baik dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul dibandingkan kegel exercise tunggal pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal.

5 Pembahasan Subjek Penelitian Jumlah subjek penelitian sebanyak 20 orang wanita multiparitas 3 bulan pasca partus normal yang mengalami kelemahan otot dasar panggul dan inkontinensia urinae tipe stres yang datang ke Posyandu Lembayung, Desa Babussalam, Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Pada kelompok perlakuan I diberikan latihan kegel exercise terdiri dari 10 orang, sedangkan pada kelompok perlakuan II diberikan kombinasi biofeedback dan kegel exercise terdiri dari 10 orang. Umur sampel terbanyak pada kedua kelompok adalah tahun (kategori dewasa muda). Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya inkontinensia urinae. Umur yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah tahun. Peningkatan umur akan menyebabkan penurunan tonus otot dasar panggul yang menyebabkan terganggunya kontrol otot sfringter uretra eksternal dan otot kandung kemih, hal ini yang menyebabkan terjadinya inkontinensia urinae (Craven dan Hirnle, 2007). Penelitian ini sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Hullfish, et.al., (2007), memperoleh data rata-rata umur ibu pasca partus normal yang diteliti adalah 29,2 tahun dengan rentang umur 18 sampai 37 tahun. Rerata umur pasca partus yang diperoleh Neilsen, et.al., (2009), dalam penelitiannya adalah 29 tahun. Dari hasil penelitian ini, rerata umur sampel yang diteliti 29,70 tahun dengan rentang usia tahun, tergolong umur yang aman menjalani persalinan.

6 58 Berdasarkan rerata indeks masa tubuh pada kedua kelompok perlakuan menjelaskan bahwa status gizi semua sampel dalam penelitian ini dalam kategori normal dan pre obesitas. Indeks massa tubuh menggambarkan status gizi seseorang, interpretasi status gizi berdasarkan WHO (2006), seseorang dikatakan obesitas bila mempunyai indeks massa tubuh 30 kg/m 2 (Adiatmika, 2002). Obesitas merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya inkotinensia urinae karena otot dasar panggul lemah akibat beban kerja dasar panggul yang berlebihan (Soetojo, 2009). Berdasarkan studi Daneshgari dan Moore (2007),bahwa faktor lain yang memicu tingkat kejadian stres inkontinensia urinae diantaranya adalah partus normal, karena dapat menyebabkan gangguan dasar panggul sebagai konsekuensi dari regangan dan lemahnya otot serta jaringan ikat selama proses partus akibat dari produksi hormon progesteron dan relaksin selama kehamilan. Menurut Golberg, et.al., (2003) yang melakukan penelitian pada wanita dengan riwayat partus normal secara bermakna lebih cenderung untuk mengalami inkontinensia urinae tipe stres dibandingkan dengan tanpa partus normal dengan nilai rata-rata (n=201) sejumlah 50,4% yang secara bermakna lebih tinggi jika dibandingkan wanita tanpa partus normal sebelumnya 39%.

7 Kegel Exercise Dapat Meningkatkan Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Inkontinensia Urinae Tipe Stres Pasca Partus Normal Berdasarkan hasil Paired t-test, uji beda kelompok perlakuan I didapatkan rerata kekuatan otot dasar panggul sebelum latihan sebesar 4,80 mmhg dengan nilai minimal 2 mmhg dan maksimal 7 mmhg. Setelah 8 minggu latihan didapatkan rerata kekuatan otot dasar panggul sebesar 6,70 mmhg dengan nilai minimal 4 mmhg dan maksimal 9 mmhg. Diperoleh nilai p=0,000 artinya terdapat perbedaan kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah diberikan kegel exercise. Persentase ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekuatan otot dasar panggul pada kelompok perlakuan I sesudah kegel exercise. Hal ini sesuai dengan pendapat Kegel yang mengatakan latihan kegel sangat bermanfaat untuk menguatkan otot rangka pada dasar panggul, sehingga memperkuat fungsi sfringter eksternal pada kandung kemih (Widiastuti, 2001). Penelitian yang dilakukan Rahajeng (2010), kegel exercise berhubungan dengan berbagai perubahan yang terjadi pada kekuatan otot dasar panggul seperti sfringter uretra. Proses ini dapat meningkatkan tekanan atau tahanan untuk menutup uretra sehingga dapat mencegah pengeluaran urin di luar kontrol, dari penelitian diperoleh keistimewaan kegel exercise adalah sangat mudah dalam pelaksanaanya, tidak memerlukan ruang yang luas, dapat dilakukan dalam berbagai posisi.

8 60 Pernyataan yang sama disampaikan oleh Craven dan Hirnle (2007), bahwa wanita yang melakukan kegel exercise secara konsisten dan benar selama satu bulan hasilnya sangat memuaskan dan dapat mengatasi masalah inkontinensia urinae. Kegel exercise terbukti sangat bermanfaat untuk memulihkan inkontinensia urinae, mengendalikan perkemihan dan buang air besar, mengencangkan otot vagina kembali seperti sebelum melahirkan dan meningkatkan elastisitas otot pelvik. Menurut Smith (2009), yang meneliti tentang efek latihan otot dasar panggul terhadap inkontinensia pada 6181 wanita hamil dan pasca partus juga menemukan bahwa wanita yang mengalami inkontinensia urinae pada periode 3 bulan pasca partus lebih rendah 20% pada kelompok yang dilatih kegel exercise. Selain mencegah dan mengatasi inkontinensia urinae pada periode pasca partus, kegel exercise dapat dijadikan intervensi preventif terhadap inkontinensia urinae pada kehamilan. Penelitian yang sama dilakukan Pinem (2009), hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan kegel exercise terjadi penurunan kejadian inkontinensia urinae dari 44,4% menjadi 16,7% setelah intervensi. Maka dapat disimpulkan bahwa kegel exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal di Posyandu Lemba yung, Desa Babussalam, Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Melania (2013).

9 61 Beberapa penelitian latihan otot dasar panggul terjadi perubahan signifikan dengan pemeliharaan hasil yang baik setelah 3-6 minggu latihan secara rutin dan terus-menerus pasca partus. Disini akan terjadi proses adaptasi secara keseluruhan berupa banyaknya serabut dari otot yang bekerja sehingga akan meningkatkan rekrutmen motor unit otot dasar panggul. Peningkatan rekrutmen motor unit dapat meningkatkan kekuatan otot sehingga mempengaruhi daya tahan dan kemampuan untuk menahan berkemih (Lubis, 2009). Menurut Pangkahila (2008), kekuatan otot dasar panggul perlu ditingkatkan dengan pelatihan secara benar dan teratur sehingga masalah yang timbul akibat kelemahan otot tersebut menurun. Dari hasil analisis peneliti mengambil simpulan bahwa kegel exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal. Peningkatan kekuatan otot dasar panggul ini dibuktikan dengan hasil uji statistik parametrik pada kelompok perlakuan I yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah diberikan kegel exercise.

10 Kombinasi Biofeedback dan Kegel Exercise Lebih Baik Dalam Meningkatkan Kekuatan Otot Dasar Panggul Dibandingkan dengan Kegel Exercise Tunggal pada Inkontinensia Urinae Tipe Stres Pasca Partus Normal Menurut Paired t-test didapatkan hasil peningkatan kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan II, nilai rerata sebelum latihan 4,90 mmhg dengan nilai minimal 2 mmhg dan maksimal 7 mmhg. Setelah 8 minggu latihan didapatkan rerata kekuatan otot dasar panggul sebesar 9,50 mmhg dengan nilai minimal 7 mmhg dan maksimal 12 mmhg, dengan nilai p=0,000. Hasil analisis statistik parametrik membuktikan bahwa kombinasi biofeedback dan kegel exercise signifikan meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal. Kekuatan otot dasar panggul dapat diukur dengan cara digital/palpasi (memasukkan jari pemeriksa ke dalam vagina), dengan alat perineometer dan dengan bantuan ultrasonografi. Perineometer pertama kali diperkenalkan oleh Arnold Kegel (Isherwood dan Rane, 2000). Kini berbagai jenis perineometer misalnya PFX2, Peritron dan Camtech telah diciptakan dan digunakan dalam praktek klinis dan penelitian. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa berbagai alat tersebut reliabel dalam mengukur kekuatan otot dasar panggul. Perineometer PFX 2 memiliki skala 0-12 mmhg, abnormal jika < 8 mmhg (Dietz, 2003). Penelitian ini menggunakan perineometer PFX 2 sebagai alat ukur sekaligus biofeedback pada kegel exercise.

11 63 Beberapa penelitian menunjukkan biofeedback dapat meningkatkan efektivitas kegel exercise dan membantu memulihkan kandung kemih yang tepat fungsi. Biofeedback sendiri bukanlah pengobatan untuk inkontinensia urinae, tetapi dapat digunakan sebagai tambahan pada kegel exercise. Dengan memberikan pasien umpan balik bersamaan pada otot, biofeedback dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam belajar dan latihan lebih efektif (Morkved, et.al., 2002). 40% wanita tidak dapat melakukan latihan kegel exercise secara tepat. Perineometer PFX 2 sangat membantu memberi umpan balik untuk menemukan cara melakukankan latihan otot dasar panggul, menilai kekuatan otot dasar panggul dan mengajarkan latihan otot dasar panggul yang baik dan benar. Pembacaan angka pada PFX 2 akan terlihat nilai kekuatan otot dasar panggul. Melakukan latihan tanpa umpan balik dapat menyebabkan pasien bosan dan frustasi, karena tidak ada yang memberitahu pasien jika mereka melakukan latihan dengan benar atau membuat kemajuan, sehingga membantu pasien menguasai tantangan dan mencapai peningkatan kekuatan otot dasar panggul lebih cepat (Isherwood dan Rane, 2000). Menurut Park dan Lee (2002), sesuai data dari The Australian Continence Foundation mengatakan bahwa latihan tanpa umpan balik adalah seperti mencoba mengendalikan berat badan seseorang tanpa ada timbangan berat badan. Begitu juga dengan kegel exercise, jika tidak dikombinasi dengan biofeedback, maka tidak ada umpan balik yang ingin dicapai, seperti latihan yang tidak akan tahu kebenaran dan keberhasilannya.

12 64 Kombinasi biofeedback dan kegel exercise bisa memberikan bantuan yang signifikan dalam memperbaiki fungsi otot dasar panggul, membantu pasien lebih yakin, percaya dan meningkatkan proses psikologi dalam pengontrolan secara sadar terhadap otot-otot dasar panggul. Jika kombinasi ini tanpa disertai dengan persiapan kognitif, instruksi dan pemandu terapi tidak akan memberikan hasil sesuai harapan, sehingga sering dimanfaatkan untuk membantu pasien mengenali ketepatan otot dasar panggul yang akan dilatih (Rahmani, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2011), menemukan hasil yang signifikan mengenai kombinasi kegel exercise dengan biofeedback. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan kombinasi kegel exercise dengan biofeedback meningkatkan keberhasilan penatalaksanaan inkontinensia urinae sebesar 91% dibandingkan kelompok kontrol tanpa biofeedback yaitu sebesar 55%. Penyempurnaan biofeedback saat ini dapat sekaligus memonitor kontraksi dan relaksasi otot dasar panggul, bahkan biofeedback dapat digunakan di rumah pasien yang mengalami inkontinensia urinae tipe stres. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Independent t-test, menunjukkan bahwa beda rerata kekuatan otot dasar panggul sesudah latihan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II memiliki nilai p=0,004 ini berarti ada perbedaan yang bermakna diantara kedua kelompok.

13 65 Nilai rerata peningkatan kekuatan otot dasar panggul pada kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II sangat berbeda, pada kelompok perlakuan I nilai rerata 6,70 mmhg, dari 10 sampel yang mengalami kelemahan otot dasar panggul hanya 3 sampel yang mencapai nilai normal atau 8 mmhg (30%), sedangkan pada kelompok perlakuan II nilai rerata 9,50 mmhg, dari 10 sampel yang mengalami kelemahan otot dasar panggul ada 8 sampel yang mencapai nilai normal 8 mmhg (80%). Terbukti bahwa kombinasi biofeedback dan kegel exercise lebih baik dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul dibandingkan kegel exercise tunggal. Sehingga juga dapat diterapkan pada ibu yang tidak mengalami inkontinensia urinae tipe stres sebagai upaya pencegahan, baik sebelum ataupun sesudah partus. Mekanisme terjadinya peningkatan kekuatan otot dasar panggul dimulai dari meningkatnya resistensi uretra melalui kontraksi aktif otot pubokoksigeus, kemudian kontraksi ini akan menambah kekuatan penutupan pada uretra dan meningkatkan sokongan pada struktur panggul dan periuretra, sehingga otot-otot dasar panggul yang tidak tampak dari luar dapat diaktifkan secara langsung dan benar. Nilai peningkatan yang diinginkan dapat dicapai dengan menggunakan biofeedback melalui angka yang ditampilkan pada perineometer, sedangkan pada kegel exercise tanpa biofeedback belum tentu mekanisme ini tercapai karena kontraksi yang tidak tepat dan benar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Price, et.al., (2010), dan sesuai dengan penelitian Ratanasiripong, et.al., (2012), yang mengatakan bahwa biofeedback dapat membangun fungsi

14 66 fisiologis tubuh dengan menggunakan perangkat dan sensor, sehingga seseorang dapat menerima umpan balik pada aktivitas gelombang otak melalui sentuhan pada kulit dan aktivitas otot. Latihan dengan biofeedback membantu seseorang belajar memodifikasi aktivitas fisiologis tubuh untuk meningkatkan kesehatan seperti meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Otot dasar panggul tidak dapat dilihat dari luar, sehingga sulit untuk menilai kontraksinya secara langsung. Oleh karena itu, kombinasi biofeedback dan kegel exercise dapat diterapkan di klinik dan di rumah, agar otot yang ingin dilatih adalah otot yang tepat dan benar. Sedangkan tingkat keberhasilan yang dilaporkan dari beberapa penelitian adalah antara 40% - 90% (Yun, 2000). Ini menunjukkan tingkat keberhasilan dari penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu. Keberhasilan ini juga sangat ditentukan oleh keterampilan pelayanan dan dedikasi fisioterapis dan pemahaman pasien yang baik terhadap masalahnya, tujuan terapi serta partisipasi pasien untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Terapis dapat memberikan home programe untuk latihan kombinasi biofeedback dan kegel exercise di rumah yaitu stop test exercise dengan cara latihan menahan miksi beberapa detik pada saat pasien miksi, kemudian miksi dilanjutkan sampai tuntas. Latihan ini bertujuan melatih penutupan ureter pada saat ada tekanan ketika pasien miksi (Melania, 2013). Peneliti menyadari keterbatasan dalam pemberian home programe karena kesulitan dalam mekanisme kontrol, sehingga pasien diberi petunjuk latihan di rumah agar penelitian dapat berhasil optimal.

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipilih adalah metode eksperimental randomized pre

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipilih adalah metode eksperimental randomized pre BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipilih adalah metode eksperimental randomized pre test and post test control group design (Pocock, 2008). Untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen sekitar

BAB I PENDAHULUAN. jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama kehamilan produksi hormon progesteron dan hormon relaksin meningkat sehingga menimbulkan efek negatif terhadap integritas struktur jaringan lunak yang menyebabkan

Lebih terperinci

KOMBINASI BIOFEEDBACK DAN KEGEL EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA INKONTINENSIA URINAE TIPE STRES PASCA PARTUS NORMAL

KOMBINASI BIOFEEDBACK DAN KEGEL EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA INKONTINENSIA URINAE TIPE STRES PASCA PARTUS NORMAL KOMBINASI BIOFEEDBACK DAN KEGEL EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA INKONTINENSIA URINAE TIPE STRES PASCA PARTUS NORMAL Oleh : Nur Achirda*, Made Jawi**, Sugijanto*** Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah proses penurunan secara bertahap kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normal tubuh dan memulihkannya kembali apabila terjadi kerusakan.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik No.140-142 Medan, Sumatera Utara. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Poltekkes YRSU Dr.Rusdi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimal dari latihan kegel akan diperoleh jika frekuensi latihan berkisar

BAB I PENDAHULUAN. maksimal dari latihan kegel akan diperoleh jika frekuensi latihan berkisar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegel exercise dikembangkan oleh Dr. Arnold Kegel pada tahun 1940 untuk mengatasi masalah pada kekuatan otot dasar panggul (Rahajeng, 2010 : 121), dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam minggu menggunakan rencana eksperimental terhadap dua kelompok penelitian. Subjek penelitian berjumlah 20 orang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi dan frekuensi berdasarkan nilai mean dan persentase penelitian untuk dapat

Lebih terperinci

KOMBINASI BIOFEEDBACK DAN KEGEL EXERCISE LEBIH BAIK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA INKONTINENSIA URINAE TIPE STRES PASCA PARTUS NORMAL

KOMBINASI BIOFEEDBACK DAN KEGEL EXERCISE LEBIH BAIK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA INKONTINENSIA URINAE TIPE STRES PASCA PARTUS NORMAL TESIS KOMBINASI BIOFEEDBACK DAN KEGEL EXERCISE LEBIH BAIK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA INKONTINENSIA URINAE TIPE STRES PASCA PARTUS NORMAL NUR ACHIRDA NIM 1390361049 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi karakteristik subjek penelitian Dalam penelitian ini sampel sejumlah 40 orang yang berasal dari populasi mahasiswa Fakultas Fisioterapi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap dan memperkuat interpretasi hasil pengujian Hipotesis, maka dipaparkan deskripsi data berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TEORI 1. Lanjut Usia (Lansia) Menurut Undang-Undang nomor 4 tahun 1965 yang termuat dalam pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50 tahun, tidak

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental dengan

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental dengan BAB III METODA PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental dengan rancangan Time Series Design. Bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1 TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training Oleh : Adelita Dwi Aprilia 135070201111005 Reguler 1 Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 1. Definisi Bladder

Lebih terperinci

Jade Egg: Rahasia Kegel Sehat Sensual BAB I PENDAHULUAN

Jade Egg: Rahasia Kegel Sehat Sensual BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Tentunya kita masih ingat, sekian tahun silam, dunia olahraga di Indonesia pernah diramaikan dengan kehadiran senam body language yang diminati oleh banyak kaum wanita Indonesia. Ditampilkannya

Lebih terperinci

Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Primigravida (Penelitian Pendahuluan)

Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Primigravida (Penelitian Pendahuluan) Vol 32, No 2 April 2008 Kekuatan otot dasar panggul pada primigravida 77 Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Primigravida (Penelitian Pendahuluan) F. DINATA B.I. SANTOSO S.A. NUHONNI * SURJANTO ** Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi merupakan hal yang saling berkaitan. Selama ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, maka tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

METODE PELVIC FLOOR MUSCLE TRAINING DALAM MENURUNKAN INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI DESA DARUNGAN KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI

METODE PELVIC FLOOR MUSCLE TRAINING DALAM MENURUNKAN INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI DESA DARUNGAN KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI METODE PELVIC FLOOR MUSCLE TRAINING DALAM MENURUNKAN INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI DESA DARUNGAN KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI 1 Didit Damayanti, 2 Linda Ishariani STIKES PARE KEDIRI Email: didit.damayanti@ymail.com

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Bladder Retention Training 1.1. Defenisi Bladder Training Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis data,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Maret Mei 2015, menggunakan rancangan eksperimental true pada dua kelompok

BAB V HASIL PENELITIAN. Maret Mei 2015, menggunakan rancangan eksperimental true pada dua kelompok BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian yang telah dilaksanakan di PSTW Budi Mulia 4 Jakarta pada bulan Maret Mei 2015, menggunakan rancangan eksperimental true pada dua kelompok perlakuan. Kelompok I diberikan

Lebih terperinci

EDUKASI KLIEN BPH POST TURP DI RUMAH

EDUKASI KLIEN BPH POST TURP DI RUMAH EDUKASI KLIEN BPH POST TURP DI RUMAH Disusun Oleh : NILA NOPRIDA S. Kp NIM : 2014-35-020 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2015 Booklet Edukasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melemahnya kekuatan otot dasar panggul (ODP) dapat menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu kualitas hidup dan merupakan masalah umum pada wanita dalam fungsi reproduksi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian a. Pre Test Data yang terkumpul merupakan datalingkar Lengan Atas, Lingkar Panggul dan Lingkar Pinggul yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran umum Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium Patologi Klinik RSUP Dr. Kariadi Semarang selama periode Mei Agustus 2011. Selama penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan salah satu pengalaman yang tidak terlupakan bagi seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan berada di wilayah Kota Pekalongan namun kepemilikannya adalah milik Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua

Lebih terperinci

PEMBERIAN OTAGO HOME EXERCISE PROGRAMME LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI RISIKO JATUH DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI TABANAN

PEMBERIAN OTAGO HOME EXERCISE PROGRAMME LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI RISIKO JATUH DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI TABANAN PEMBERIAN OTAGO HOME EXERCISE PROGRAMME LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI RISIKO JATUH DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI TABANAN 1 I Gede Putu Wahyu Mahendra, 2 Ni Luh Nopi Andayani, 3 I Made

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual dalam rentang sakit sampai dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan di sini merupakan penelitian eksperimental

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan di sini merupakan penelitian eksperimental BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan di sini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui bahwa Traksi Manipulasi dan Core Stabilization Exercise lebih baik daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan dialami oleh usia lanjut, salah satunya dalam proses berkemih, seperti merasakan keluarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar panggul adalah diafragma muskular yang memisahkan cavum pelvis di sebelah atas dengan ruang perineum di sebelah bawah. Sekat ini dibentuk oleh m. Levator ani,

Lebih terperinci

PENGARUH KEGEL EXERCISE DAN ELECTRICAL STIMULATION TERHADAP INCONTINENCIA URINE PADA LANJUT USIA

PENGARUH KEGEL EXERCISE DAN ELECTRICAL STIMULATION TERHADAP INCONTINENCIA URINE PADA LANJUT USIA PENGARUH KEGEL EXERCISE DAN ELECTRICAL STIMULATION TERHADAP INCONTINENCIA URINE PADA LANJUT USIA NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Meraih Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monako dengan rata-rata usia 90 tahun (Mubarak, 2012). atau World Health Organization (WHO) tahun 1999 meliputi: Usia

BAB I PENDAHULUAN. Monako dengan rata-rata usia 90 tahun (Mubarak, 2012). atau World Health Organization (WHO) tahun 1999 meliputi: Usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi merupakan hal yang saling berkaitan. Selama ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh latihan mengunyah dan

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh latihan mengunyah dan BAB V HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh latihan mengunyah dan menelan terstruktur terhadap kemampuan mengunyah dan menelan dalam konteks asuhan keperawatan pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh : RIA RISDIANINGRUM J 100 050 025 Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua bukanlah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 71 BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian tentang metode Bobath untuk meningkatkan postural stability pada pasien pasca stroke dibandingkan dengan metode Feldenkrais yang telah dilaksanakan di Sasana Stroke

Lebih terperinci

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2012

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2012 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2012 BLADDER TRAINNING A. PENGERTIAN Bladder training adalah salah upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kencing yang mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemi) dan ditemukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KEGEL EXERCISE TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KENANGA DAN KANTHIL DI DESA DELANGGU

PENGARUH PEMBERIAN KEGEL EXERCISE TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KENANGA DAN KANTHIL DI DESA DELANGGU PENGARUH PEMBERIAN KEGEL EXERCISE TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KENANGA DAN KANTHIL DI DESA DELANGGU Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Partisipan pada penelitian ini yaitu para lanjut usia (lansia) yang ada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan 50 BAB V HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dua kelompok perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Berkemih Reflek berkemih adalah reflek medula spinalis yang seluruhnya bersifat otomatis. Selama kandung kemih terisi penuh dan menyertai kontraksi berkemih, keadaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) yaitu berupa pembesaran prostat atau hiperplasia prostat. Kelainan kelenjar prostat dapat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and post

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and post BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian metode kuantitatif jenis eksperimental, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua pada manusia pada hakekatnya merupakan proses yang alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi maupun psikologi. Kemunduran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kateter Urin Pemasangan kateter urin merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Jebres Surakarta dari tanggal 26 Oktober sampai dengan 7 November 2015. Data diambil dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

Lebih terperinci

LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System

LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA Blok Urinary System Oleh: Kelompok 3 TRIGGER JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 Ny Sophia, usia 34 tahun, datang ke klinik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Perkemihan 1. Definisi Sistem Perkemihan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prolaps organ panggul (POP) adalah turun atau menonjolnya dinding vagina ke dalam liang vagina atau sampai dengan keluar introitus vagina, yang diikuti oleh organ-organ

Lebih terperinci

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP KELAHIRAN BAYI SPONTAN

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP KELAHIRAN BAYI SPONTAN HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP KELAHIRAN BAYI SPONTAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh SRI ISNIN KADARTI NIM J110070074 FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

: ENDAH SRI WAHYUNI J

: ENDAH SRI WAHYUNI J PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN PELVIC FLOOR MUSCLE TREATMENT (PFMT) SECARA INDIVIDU DAN BERKELOMPOK TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Kembang dilaksanakan pada tanggal 25 januari 2016 9 febuari 2016. Populasi yang digunakan seluruh peserta didik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan menggunakan rancangan penelitian pre and post test control group design, dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE

INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE SKRIPSI INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE LEBIH MENURUNKAN TEKANAN DARAH DARIPADA LATIHAN DEEP BREATHING PADA WANITA MIDDLE AGE DENGAN PRE-HYPERTENSION NI PUTU HARYSKA WULAN DEWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Diabetes Melitus, penyakit gula, atau kencing manis adalah suatu penyakit, di mana tubuh penderitanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I dan II jarang terjadi perdarahan postpartum. morbiditas lainnya meliputi macam-macam infeksi dan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. I dan II jarang terjadi perdarahan postpartum. morbiditas lainnya meliputi macam-macam infeksi dan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laserasi perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum sewaktu proses persalinan. Persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, versi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pribadi secara harmonis. Senam terdiri dari gerakan-gerakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pribadi secara harmonis. Senam terdiri dari gerakan-gerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senam adalah latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematika dan dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37 24 BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Usia Responden Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa primigravida terbanyak mempunyai kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 37 responden (92,5%).

Lebih terperinci

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING Disusun untuk memenuhi tugas Blok Urinary Oleh: Puput Lifvaria Panta A 135070201111004 Kelompok 3 Reguler 2 PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KEGEL DAN PIJAT PERINEUM TERHADAP KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL LANSIA DI PUSKESMAS TABANAN III

PENGARUH SENAM KEGEL DAN PIJAT PERINEUM TERHADAP KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL LANSIA DI PUSKESMAS TABANAN III PENGARUH SENAM KEGEL DAN PIJAT PERINEUM TERHADAP KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL LANSIA DI PUSKESMAS TABANAN III Ni Putu Ayu Jayanti, K.A. Henny Achjar, I Made Surata Witarsa Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang lansia dengan usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria

Lebih terperinci

Referat Fisiologi Nifas

Referat Fisiologi Nifas Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BAK PADA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE

PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BAK PADA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BAK PADA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE Milya Novera 1), 1 Stikes Alifah Padang email: milya_novera87@yahoo.co.id Submission: 12-11-2016, Reviewed: 02-12-2016,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi merupakan penyulit utama dalam kehamilan dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health Organization (WHO) melaporkan angka

Lebih terperinci

Ernawati Program Studi DIII Keperawatan STIKes Faletehan Serang PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016.

Ernawati Program Studi DIII Keperawatan STIKes Faletehan Serang PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016. PENGARUH KOMBINASI BLADDER TRAINING DAN KEGEL EXERCISE TERHADAP PEMULIHAN INKONTINENSIA PADA PADA PASIEN STROKE THE EFFECT OF BLADDER TRAINING AND KEGEL EXERCISE ON COMBINATION THE RECOVERY OF URINARY

Lebih terperinci

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara BAB V HASIL Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara random dibagi menjadi dua kelompok dengan jumlah masing-masing kelompok 6 ekor kelinci. Enam ekor kelinci dilakukan abrasi

Lebih terperinci

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha PENGARUH PELATIHAN MENARIK KATROL BEBAN 5 KG DUABELAS REPETISI TIGA SET DAN SEMBILN REPETISI EMPAT SET TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN SISWA SMK-1 DENPASAR Luh Putu Tuti Ariani Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu kelainan atau kerusakan pada otak yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP terjadi akibat kerusakan pada

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA

EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE UNTUK PENCEGAHAN POSTPARTUM FEMALE SEXUAL DYSFUNCTION DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA Catharina Galuh Suryondari 1, Eka Yuni Indah Nurmala 2 Prodi D III Kebidanan STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin pada usia lanjut merupakan salah satu keluhan utama dari demikian banyak masalah geriatrik yang sering dijumpai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang, 31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang Anestesiologi dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di instalasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada peningkatan usia harapan hidup (life expectancy) seseorang.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada

BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat studi eksperimental untuk melihat perbedaan pemberian antara latihan eksentrik m.gastrocmineus dan latihan plyometric dengan latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia merupakan masalah yang sering ditemui pada remaja putri. Remaja putri termasuk dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Subjek Penelitian Subyek penelitian ini yaitu tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar, usia 90 hari dengan berat badan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang akan digunakan penulis untuk mengetahui pengaruh latihan daya tahan otot sistem set terhadap perubahan kadar lemak tubuh dan massa otot yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 dan dilaksanakan di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 dan dilaksanakan di 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 dan dilaksanakan di lapangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bangsal Firdaus RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bangsal Firdaus RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Penelitian Subjek penelitian adalah ibu bersalin dengan Sectio Caesarea di Bangsal Firdaus RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI INKONTINENSIA URINE PADA LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMPAAN MINAHASA SELATAN

PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI INKONTINENSIA URINE PADA LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMPAAN MINAHASA SELATAN PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI INKONTINENSIA URINE PADA LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMPAAN MINAHASA SELATAN Julianti Dewi Karjoyo Damayanti Pangemanan Franly Onibala Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi. Penyakit ini merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengkuran terhadap 10 orang sampel penelitian, yakni para member wanita

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengkuran terhadap 10 orang sampel penelitian, yakni para member wanita BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Data-data yang diperlukan untuk analisis data dilakukan melalui test dan pengkuran terhadap 10 orang sampel penelitian, yakni para member

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian true eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post Test Group Design yaitu membandingkan

Lebih terperinci

REHABILITASI STROKE FASE AKUT

REHABILITASI STROKE FASE AKUT Instalasi Rehabilitasi Medik RS Stroke Nasional Bukittinggi 2017 Stroke adalah kumpulan gejala kelainan neurologis lokal yang timbul mendadak akibat gangguan peredaran darah di otak yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata

Lebih terperinci

Pengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2.

Pengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2. BLADDER TRAINING BLADDER TRAINING Bladder training biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami perubahan pola eliminasi urin (inkontinensia) yang berhubungan dengan dysfungsi urologik. Pengkajian : Manifestasi

Lebih terperinci

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN VISUALISASI TERHADAP PENURUNAN STRES PADA SISWA SEKOLAH DASAR SKRIPSI. Oleh : Firman M2A

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN VISUALISASI TERHADAP PENURUNAN STRES PADA SISWA SEKOLAH DASAR SKRIPSI. Oleh : Firman M2A PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN VISUALISASI TERHADAP PENURUNAN STRES PADA SISWA SEKOLAH DASAR SKRIPSI Oleh : Firman M2A 099 033 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat. dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir, ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat. dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir, ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat mendefinisikan adanya sebuah perubahan pola kehidupan manusia, dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian Randomized Pre and Post Test Control Group Design yaitu membandingkan antara

Lebih terperinci