BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi."

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Partisipan pada penelitian ini yaitu para lanjut usia (lansia) yang ada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok perlakuan dan Wisma Lansia Maria Martha Salatiga sebagai kelompok kontrol. Rentan usia partisipan penelitian yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan lansia yang telah didiagnosa oleh dokter/perawat yang ada di tiap panti tersebut mengalami hipertensi. Partisipan yang di gunakan juga tidak sedang tirah baring, partisipan masih bisa melakukan berbagai aktifitas secara mandiri. Suku para lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga didominasi dari suku Jawa, sedangkan di Wisma Lansia Maria Martha Salatiga didominasi dari suku Tionghoa. Di Panti Wredha Salib Putih Salatiga terdapat 30 lansia yang terdiri dari 24 orang lansia perempuan dan 6 orang lansia laki-laki, sedangkan di Wisma Lansia Maria Martha terdiri dari 22 orang lansia dan semuanya berjenis kelamin perempuan. Para lansia Di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sangat ramah dan dapat diajak kerjasama sangat baik seperti mau mengikuti yoga ketawa dari pertemuan pertama hingga terakhir. Peneliti 72

2 73 memilih Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok perlakuan karena peneliti mendapatkan izin penelitian di panti ini sedangkan tidak mengambil Wisma Lansia Maria Martha karena peneliti tidak mendapatkan izin penelitian oleh pihak setempat. Para lansia di Panti Wredha Salib Putih juga sangat menerima hadirnya peneliti karena mereka sering menjadi responden/partisipan sebuah penelitian oleh peneliti lainnya Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Panti Wredha Salib Putih Salatiga dan Wisma Lansia Maria Martha Salatiga. Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan di masing-masing tempat yang akan dijadikan tempat penelitian. Setelah mendapatkan data, peneliti meminta izin kepada setiap kepala/pimpinan panti dan wisma untuk melakukan penelitian. Peneliti juga meminta persetujuan kepada setiap partisipan untuk kesediaannya menjadi partisipan penelitian melalui informed concent. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April Penelitian ini dilakukan 15 kali, dilaksanakan 5 kali perlakuan dalam satu minggu di Panti Wredha Salib Putih, yaitu pada Hari Senin, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu. 15 perlakuan direkomendasikan oleh Dokter Madan Kataria selaku

3 74 pendiri yoga ketawa yang berasal dari India untuk menurunkan tekanan darah pada lanisa dengan hipertensi. Rekomendasi ini diberikan via pada tanggal 17 Februari Pada tanggal 11 dan 30 April 2016 dilakukan juga pengukuran tekanan darah pada partisipan perlakuan di Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Waktu perlakuan yoga ketawa dilakukan selama < 30 menit. Pada tanggal 11 dan 30 April 2016 dilakukan pengukuran tekanan darah pada partisipan kontrol di Wisma Lansia Maria Martha Salatiga tanpa melakukan perlakuan. Jumlah lansia yang digunakan yaitu 10 lansia kelompok perlakuan dari Panti Wredha Salib Putih Salatiga dan 10 lansia kelompok kontrol dari Wisma Lansia Maria Martha Salatiga, sehingga jumlah total partisipan jika digabungkan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yaitu 20 partisipan. Peneliti mengambil ke 20 partisipan ini dengan mempertimbangkan karakteristik yang sama, seperti memiliki diagnosa hipertensi, umur, dan sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah dijelaskan pada BAB III. Perlakuan yoga ketawa dilakukan oleh leader yang sudah bersertifikat yoga ketawa. Sehingga sebelum memberikan yoga ketawa pada para lansia, peneliti terlebih

4 75 dahulu mengikuti certified laughter yoga leader training pada tanggal April 2016 di Yogyakarta dengan Teacher Emmy Liana Dewi. Leader dari perlakuan yoga ketawa ini yaitu peneliti sendiri dan sudah memiliki sertifikat leader yoga ketawa Hasil Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektifitas yoga ketawa pada lansia dengan hipertensi dengan mengukur perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberi perlakuan yoga ketawa, dengan cara membandingkan perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah mengikuti yoga ketawa. a. Hasil Penelitian di Panti Wredha Salib Putih Hasil penelitian ini disajikan dengan analisis univariat dan bivariat dengan data yang lengkap sesuai data yang diperoleh saat melakukan penelitian. Analisis univariat menyajikan data tentang tekanan darah yang terdiri dari tekanan sistole dan tekanan diastole sebelum dan sesudah mengikuti yoga ketawa di Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Analisis bivariat menyajikan data tentang perbedaan dan perubahan tekanan sistole dan tekanan diastole pada lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga dengan hipertensi sebelum

5 76 dan sesudah mengikuti yoga ketawa di Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Uji normalitas data dilakukan sebelum analisis statistik. Uji kenormalan dilakukan untuk mengetahui data yang telah didapat berdistribusi normal. Uji kenormalan ini dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk. Data berdistribusi normal jika nilai p value > α 0,05 dan data tidak berdistribusi normal jika nilai p value < α 0,05. Hasil normalitas data menunjukkan bahwa kelompok data perlakuan tidak berdistribusi normal yaitu data tekanan darah sistole pre-test perlakuan, dengan p value 0,092, data tekanan darah diastole pre-test perlakuan, dengan p value 0,001, data tekanan darah sistole post-test perlakuan, dengan p value 0,703, dan tekanan darah diastole post-test perlakuan, dengan p value 0,001. b. Hasil Penelitian di Wisma Lansia Maria Martha Hasil normalitas data menunjukkan bahwa kelompok data kontrol berdistribusi normal yaitu data tekanan darah sistole pre-test kontrol, dengan p value 0,709, data tekanan darah diastole pre-test kontrol, dengan p value 0,001, data tekanan darah sistole post-test kontrol, dengan p value 0,016, dan tekanan darah diastole post-test perlakuan, dengan p value 0,149.

6 77 A. Analisis Univariat a. Analisis Univariat Di Panti Wredha Salib Putih Salatiga 1. Tekanan darah sistole sebelum diberikan perlakuan perlakuan yoga ketawa di Panti wredha Salib Putih Salatiga pada para responden. Tabel 4.1 Distribusi tekanan darah sistole sebelum diberikan perlakuan yoga ketawa di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=10) Variabel Mean Minimummaksimum α Tekanan Darah Sistole % Tabel 4.1 menunjukkan bahwa maksimum tekanan sistole bisa mencapai mmhg karena beberapa faktor, seperti faktor usia, tidak mengonsumsi obat anti hipertensi. 2. Tekanan darah diastole sebelum diberikan perlakuan perlakuan yoga ketawa di Panti Wredha Salib Putih Salatiga pada para partisipan.

7 78 Tabel 4.2 Distribusi tekanan darah diastole sebelum diberikan perlakuan yoga ketawa di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=10) Variabel Mean Minimummaksimum α Tekanan Darah Diastole % Hasil analisis tabel 4.2 menunjukkan nilai rentang tekanan darah diastole mmhg. 3. Tekanan darah sistole sesudah diberikan perlakuan perlakuan yoga ketawa di Panti wredha Salib Putih Salatiga pada para partisipan. Tabel 4.3 Distribusi tekanan darah sistole sesudah diberikan perlakuan yoga ketawa di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=10) Variabel Mean Minimummaksimum α Tekanan Darah Sistole % Hasil analisis tabel 4.3 menunjukkan nilai rentang tekanan darah sistole mmhg, walaupun masih terlihat tinggi karena maksimum 150 mmhg, namun jika dibandingkan sebelum perlakuan, terdapat penurunan tekanan darah sistole yang signifikan.

8 79 4. Tekanan darah diastole sesudah diberikan perlakuan perlakuan yoga ketawa di Panti wredha Salib Putih Salatiga pada para partisipan. Tabel 4.4 Distribusi tekanan darah diastole sesudah diberikan perlakuan yoga ketawa di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=10) Variabel Mean Minimummaksimum Α Tekanan Darah Diastole % Hasil analisis tabel 4.4 menunjukkan nilai rentang tekanan darah diastole mmhg. Hal ini menunjukkan bahwa yoga ketawa dapat menurunkan tekanan diastole. b. Analisis Univariat Di Wisma Lansia Maria Martha Salatiga 1. Tekanan darah sistole sebelum tanpa perlakuan perlakuan yoga ketawa di Wisma Lansia Maria Martha Salatiga pada para partisipan.

9 80 Tabel 4.5 Distribusi tekanan darah sistole sebelum tanpa diberikan perlakuan yoga ketawa di Maria Martha Salatiga (n=10) Variabel Mean Minimummaksimum α Tekanan Darah sistole % Hasil analisis tabel 4.5 menunjukkan nilai rentang tekanan darah sistole mmhg. Angka maksimum tekanan sistole 170 mmhg juga terbilang tinggi menurut WHO. 2. Tekanan darah diastole sebelum tanpa diberikan perlakuan perlakuan yoga ketawa di Wisma Lansia Maria Martha Salatiga pada para partisipan. Tabel 4.6 Distribusi tekanan darah diastole sebelum tanpa diberikan perlakuan yoga ketawa di Maria Martha Salatiga (n=10) Variabel Mean Minimummaksimum α Tekanan Darah Diastole % Hasil analisis tabel 4.6 menunjukkan nilai rentang tekanan darah diastole mmhg. Hal ini terjadi karena

10 81 kurangnya elastisitas pembuluh darah karena faktor penuaan. 3. Tekanan darah sistole sesudah tanpa diberikan perlakuan perlakuan yoga ketawa di Wisma Lansia Maria Martha Salatiga pada para partisipan. Tabel 4.7 Distribusi tekanan darah sistole sesudah tanpa diberikan perlakuan yoga ketawa di Maria Martha Salatiga (n=10) Variabel Mean Minimummaksimum α Tekanan Darah sistole % Hasil analisis tabel 4.7 menunjukkan nilai rentang tekanan darah sistole mmhg Tidak ada perubahan yang terjadi pada tekanan sistole kelompok kontrol. 4. Tekanan darah diastole sesudah tanpa diberikan perlakuan perlakuan yoga ketawa di Wisma Lansia Maria Martha Salatiga pada para partisipan.

11 82 Tabel 4.8 Distribusi tekanan darah diastole sesudah tanpa diberikan perlakuan yoga ketawa di Maria Martha Salatiga (n=10) Variabel Mean Minimummaksimum α Tekanan Darah Diastole % Hasil analisis tabel 4.8 menunjukkan nilai rentang tekanan darah diastole mmhg. Angka maksimum terlihat adanya kenaikan.

12 83 B. Analisis Bivariat a. Analisis Bivariat Di Panti Wredha Salib Putih Salatiga. 1. Perubahan tekanan darah sistole sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yoga ketawa pada para responden. Tabel 4.9 Analisis responden berdasarkan tekanan darah sistole sebelum dan setelah diberikan perlakuan yoga ketawa di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=20) Variable Mean Min-max p-value α Sebelum yoga ketawa Sesudah yoga ketawa ,007 5% Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji Wilcoxon, hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan penurunan tekanan darah sistole pada para partisipan sesudah diberikan yoga ketawa. Adanya perubahan ini akan di bahas pada halaman pembahasan.

13 84 2. Perubahan tekanan darah diastole setelah diberikan perlakuan yoga ketawa pada para partisipan. Tabel 4.10 Analisis responden berdasarkan tekanan darah diastole sebelum dan setelah diberikan perlakuan yoga ketawa di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=20) Variable Mean Min-max p-value Α Sebelum yoga ketawa Sesudah yoga ketawa ,003 5% Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji Wilcoxon dimana hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan penurunan tekanan darah diastole pada para partisipan setelah diberikan yoga ketawa. Sehingga, karena signifikansi pada output sistole perlakuan (0,007) dan diastole perlakuan (0,003)< α (0,05) Maka H 0 ditolak jadi ada perbedaan antara sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan dan berarti juga yoga ketawa efektif menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Panti Wredha Salib Putih Salatiga.

14 85 b. Analisis Bivariat Di Wisma Lansia Maria Martha Salatiga 1. Perubahan tekanan darah sistole sebelum dan sesudah tanpa diberikan perlakuan yoga ketawa pada para responden. Tabel 4.11 Analisis responden berdasarkan tekanan darah sistole sebelum dan setelah tanpa diberikan perlakuan yoga ketawa di Wisma Lansia Maria Martha Salatiga (n=20) Variable Mean Min-max p-value Α Sebelum tanpa yoga ketawa Sesudah tanpa yoga ketawa ,831 5% Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji wilcoxon, hasil tersebut menunjukkan tidak adanya perubahan tekanan darah sistole pada para partisipan tanpa diberikan yoga ketawa. Hal ini tidak sama seperti kelompok perlakuan, karena tidak adanya perlakuan yoga ketawa. 2. Perubahan tekanan darah diastole sebelum dan sesudah tanpa diberikan perlakuan yoga ketawa pada para partisipan.

15 86 Tabel 4.12 Analisis responden berdasarkan tekanan darah diastole sebelum dan sesudah tanpa diberikan perlakuan yoga ketawa di Wisma Lansia Maria Martha Salatiga (n=20) Variable Mean Min-max p-value Α Sebelum tanpa yoga ketawa Sesudah 0,084 tanpa yoga ketawa 5% Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji Wilcoxon, hasil tersebut menunjukkan tidak adanya perubahan tekanan darah diastole pada para partisipan. Sehingga, karena signifikansi pada output sistole perlakuan (0,831) dan diastole perlakuan (0,084)> α (0,05) sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan tekanan darah antara sebelum dan sesudah tanpa perlakuan yoga ketawa pada kelompok kontrol di Wisma Lansia maria Martha. Adapun uji beda dilakukan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada hasil pre-test dan post-test, karena tidak terdistribusi normal, maka uji beda menggunakan uji statistik Mann-Whitney. Berikut test statistik Mann-Whitney hasil:

16 Analisis tekanan darah sistole pretest menggunakan uji beda Mann-Whitney pada kelompok perlakuan dan kontrol Variable Mean Min-max Mann- Whitney Pre sistole Kelompok perlakuan Pre sistole Kelompok kontrol ,130 Tabel 4.13 menunjukkan bahwa tidak signifikan. Hal ini dapat terjadi karena keduanya belum mendapatkan perlakuan yoga ketawa. Sehingga tidak ada perubahan tekanan darah dari kedua kelompok. Tabel 4.14 Analisis tekanan darah diastole pretest menggunakan uji beda Mann-Whitney pada kelompok perlakuan dan kontrol Variable Mean Min-max Mann- Whitney Pre diastole Kelompok perlakuan Pre diastole Kelompok kontrol ,028 Tabel 4.14 menunjukkan bahwa hasil analisis Mann-Whitney signifikan

17 88 Tabel 4.15 Analisis tekanan darah sistole posttest menggunakan uji beda Mann-Whitney pada kelompok perlakuan dan kontrol Variable Mean Min-max Mann- Whitney Post sistole Kelompok perlakuan Post sistole Kelompok kontrol ,01 Tabel 4.15 menunjukkan bahwa uji beda Mann-Whitney signifikan, hal ini dapat terjadi karena di Panti Wredha Salib Putih Salatiga diberikan perlakuan yoga ketawa, yang dapat menurunkan tekanan darah sistole. Tabel 4.16 Analisis tekanan darah diastole posttest menggunakan uji beda Mann-Whitney pada kelompok perlakuan dan kontrol Variable Mean Min-max Mann- Whitney Post diastole Kelompok perlakuan Post diastole Kelompok kontrol ,449 Tabel 4.16 menunjukkan bahwa uji beda Mann-Whitney tidak signifikan. Hal ini dapat terjadi karena secara anatomi, besar pembuluh darah saat pre dan post akan tetap sama, karena

18 89 kurangnya elastisitas pembuluh darah karena faktor penuaan yang terjadi Pembahasan Hasil analisis dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 menunjukan hasil rata-rata/mean tekanan sistole dan diastole partisipan sebelum mengikuti yoga ketawa adalah 156 mmhg dan 83 mmhg, hal ini menunjukan kesesuaian definisi hipertensi dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (2011) yaitu dengan tekanan sistole 140 mmhg dan tekanan diastole 90 mmhg. Pada BAB II sudah dijelaskan bahwa hipertensi dapat ditangani dengan dua cara penanganan, yaitu dengan penanganan farmakologis dan nonfarmakologis. Penanganan farmakologis dengan obat-obatan sedangkan Susilo & Wulandari (2011) dalam Hermanto (2014) menyatakan pengobatan non farmakologis hipertensi adalah mengatasi obesitas atau menurunkan berat badan, mengurangi asupan garam ke dalam darah, menciptakan keadaan rileks seperti meditasi, yoga, atau hypnosis yang mengontrol sistem saraf untuk mengendalikan tekanan darah, melakukan olah raga secara rutin, berhenti merokok, dan berhenti mengkonsumsi alkohol.

19 90 Penanganan yang diberikan kepada partisipan untuk penelitian ini yaitu penanganan non farmakologis berupa yoga ketawa. Tabel 4.3 dan tabel 4.4 menunjukkan bahwa adanya penurunan tekanan darah setelah dilakukan yoga ketawa, hal ini bisa dilihat dari nilai rata-rata/mean tekanan sistole dan diastole sesudah perlakuan yoga ketawa selama tiga minggu, yaitu dengan tekanan sistole 130 mmhg dan tekanan diastole 84 mmhg. Pada hasil analisis menggunakan uji wilcoxon pada tabel 4.9 dan tabel 4.10 menunjukkan p-value tekanan sistole sebelum dan sesudah yoga ketawa yaitu p-value = 0,007 dan tekanan diastole p-value = 0,003. Hasil tersebut memberi arti bahwa adanya perubahan tekanan darah pada partisipan sesudah diberikan perlakuan yoga ketawa. Hasil penelitian Dr. Michael Miller (2009) dalam Dewi (2015) menyebutkan bahwa dengan tertawa dapat mengembangkan/memperluas pembuluh darah yang menyebabkan meningkatnya sirkulasi dan mengurangi tekanan darah. Tawa meningkatkan sirkulasi dan meningkatkan suplai oksigen. Dalam percobaanya, telah membuktikan bahwa ada penurunan tekanan darah mmhg setelah 10 menit tertawa.

20 91 Yoga ketawa memiliki sesi relaksasi untuk para partisipan setelah melakukan senam tawa. Chaplin (2005) dalam Sagala (2013) menyebut relaksasi adalah kembalinya otot dalam keadaan istirahat setelah mengalami peregangan sedangkan terapi relaksasi adalah suatu bentuk terapi dengan menekankan suatu usaha atau mengajarkan pasien bagaimana cara beristirahat dan santai dengan asumsi bahwa istirahatnya otot-otot dapat membantu mengurangi tegangan psikologis. Data sekunder yang didapatkan peneliti penurunan tekanan darah terjadi erat hubungannya dengan yoga ketawa yang akan membuat seseorang menjadi lebih rileks, karena yoga ketawa sendiri memicu adanya peningkatan hormon endorfin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh seperti yang sudah dijelaskan pada BAB sebelumnya. Hormon endorfin akan menghambat produksi hormon-hormon stres yang berlebih. Kataria (2004) menyebutkan yoga ketawa dapat juga memperbaiki sirkulasi darah dan pasokan oksigen ke otot-otot jantung, sehingga penggumpalan darah akan berkurang. Data subjektif yang peneliti dapatkan selama perlakuan yoga ketawa, para lansia mengatakan yang sebelumnya kesulitan untuk tidur di malam hari, sejak para lansia mengikuti sesi yoga ketawa sebanyak 3 kali, para lansia dapat cepat tidur

21 92 dan nyenyak. Hal ini terjadi karena lansia merasa jauh lebih tenang dan rileks. Yoga ketawa dengan menghasilkan hormon endorfin, semua ketegangan-ketegangan otot mampu dikendurkan, sehingga rasa tenang dapat dirasakan oleh lansia. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Fitriani (2014) yang menjelaskan bahwa dimana terapi ini akan membuat partisipan merasa tenang dan rileks sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur dari responden. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Hae-jin & Chang-ho17 dalam Fitriani (2014) diketahui bahwa tertawa dapat digunakan sebagai intervensi pada lansia untuk menurunkan derajat insomnia dan gangguan tidur lainnya. Tertawa akan merangsang pelepasan hormon endorfin, yang disebut juga sebagai morfin tubuh, untuk memperlancar sirkulasi darah sehingga membuat tubuh menjadi lebih nyaman dan rileks. Setelah masa penelitian di Panti Wredha Salib Putih, terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan, hal ini sangat menguatkan tentang teori hormon endorfin yang dapat menurunkan tekanan darah pada lansia karena lansia menjadi rileks dan otot kendur dan membuat tenang dan lansia terlihat lebih ceria bahkan beberapa lansia ada yang mengakui bahwa setelah melakukan yoga ketawa lansia tersebut jauh lebih mudah tidur disaat

22 93 malam hari. Yoga ketawa menimbulkan emosi positif. Sehingga seseorang bisa rileks dan tenang. Hasil analisis kelompok kontrol pada pengukuran tekanan darah pertama kali tanpa adanya intervensi apapun dari peneliti, dapat dilihat dari tabel 4.5 dan tabel 4.6 yang menunjukkan rata-rata/mean 144 mmhg dan 88 mmhg. Pada tabel 4.7 dan 4.8 merupakan hasil rata-rata/mean tekanan sistole dan diastole kelompok kontrol pada pengukuran kedua yaitu 145 mmhg dan 82 mmhg. Hasil analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon pada tabel 4.11 dan tabel 4.12 menunjukkan p=value sistole 0,831 dan dan p=value diastole 0,084, yang berarti tidak ada perbedaan antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua. Hasil tersebut terjadi karena tidak adanya intervensi apapun yang diberikan kepada kelompok kontrol, sehingga tubuh secara alami tidak banyak memproduksi hormon endorfin, dan masih ada ketegangan-ketegangan otot maupun kekakuan pembuluh darah, sehingga tekanan darah sistole dan diastole pada pengukuran pertama dan kedua kelompok kontrol tidak jauh berbeda. Penelitian ini juga melakukan uji beda antar kelompok pre dan post sistole maupun diastole. Uji beda ini

23 94 menggunakan uji beda Mann-Whitney. Hasilnya menunjukkan pada post perlakuan, tekanan sistole dapat berbeda antar kelompok dapat dilihat pada tabel 4.15 yaitu 0,01 < 0,05, karena dengan perlakuan yoga ketawa, maka dapat menimbulkan kadar oksigen dalam darah meningkat, membantu meningkatkan suasana hati, menurunkan hormon stres, meningkatkan aktivitas kekebalan tubuh, menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah sistolik serta meningkatkan kolesterol baik, (Berk et al (1996) dalam Tage (2016)). Tekanan diastole kedua kelompok tidak signifikan, dapat dilihat pada tabel 4.16 yaitu 0,449 > 0,05. Hal ini dikarenakan pembuluh darah pada lansia mengalami kekakuan atau sudah tidak memiliki elastisitas yang baik karena adanya proses penuaan, sehingga tekanan diastole masing-masing kelompok hampir sama, Medicinesia (2011). Perlakuan yoga ketawa yang diberikan kepada lansia dengan hipertensi di Panti Wredha Salib Putih Salatiga terlihat efektif untuk menurunkan tekanan darah Keterbatasan Penelitian: Dalam penelitian ini, peneliti memiliki hambatan hambatan yang ada yaitu para lansia kurang memahami instruksi dari leader sehingga dalam melakukan yoga ketawa

24 95 ada beberapa gerakan yang tidak tepat. Selain itu, penelitian ini hanya mengacu hanya pada tekanan darah lansia, dan lansia, tingkat kolesterol, tingkat stres/depresi lansia terhadap lingkungan di Panti Wredha dan perbanyak populasi dan sampel yang digunakan.

BAB III METODE PENELITIAN. design (pretest- posttest with control group). Pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. design (pretest- posttest with control group). Pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitan Jenis penelitian ini adalah kuantitatif eksperimen dengan rancangan penelitian non-equivalent control group design (pretest- posttest with control group).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan

Lebih terperinci

Efektifitas Yoga Ketawa terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi Derajat II di Panti Wredha Salib Putih Salatiga

Efektifitas Yoga Ketawa terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi Derajat II di Panti Wredha Salib Putih Salatiga Efektifitas Yoga Ketawa terhadap Penurunan pada Lansia dengan Hipertensi Derajat II di Panti Wredha Salib Putih Salatiga Nehemia Bangkit Pangestu 1, Maria Dyah Kurniasari 2, Antonius Tri Wibowo 3 1,2,3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2014), menyebut usia yang telah lanjut atau lebih dikenal dengan istilah lanjut usia (lansia)

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016 PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan komplikasi dan kematian terbesar di dunia (Kristina, 2012). Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam

Lebih terperinci

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia. PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang medis, ilmu kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan hasil intervensi dengan suatu kelompok yang serupa

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan hasil intervensi dengan suatu kelompok yang serupa BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan two group pretest postest design. Pada rancangan penelitian ini dimungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal terjadi pada seseorang yang ditunjukkan oleh systolic dan diastolic pada pemeriksaan tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental (Setiadi,

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental (Setiadi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Lilies Sundari*, Merah Bangsawan** * Aulmni Jurusan Keperawatan Tanjungkarang ** Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang sundarililies@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu

Lebih terperinci

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Perbedaan Pengaruh Pemberian Meditasi Sederhana Dan Latihan Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Mentari Senja Semanggi Surakarta Nur Annisa 1, Maryatun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani pengobatan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR

PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR Liza Merianti, Krisna Wijaya Abstrak Hipertensi disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Quasy Experiment dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Responden penelitian ini melibatkan 56 pasien diabetes melitus yang melakukan kontrol rutin di poli penyakit dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi dihasilkan dari dua faktor utama yaitu jantung yang memompa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experiment dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experiment dengan 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experiment dengan bentuk pretest posttest intervention with control group design. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik PERBANDINGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH LANSIA PENDERITA HIPERTENSI SETELAH DILAKUKAN TERAPI MUSIK KLASIK DAN RELAKSASI AUTOGENIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG 1 Dewi Ismarina, 2* Herliawati,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta. A. Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta. B. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai Maret sampai dengan April 2016. C. Tatalaksana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional, yaitu mencari perbedaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional, yaitu mencari perbedaan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional, yaitu mencari perbedaan antara variabel bebas, yaitu gilir jaga malam, variabel terikat, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data pengukuran tekanan darah dan mean arterial blood

Lebih terperinci

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang pp PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNANTEKANANDARAH PADA LANSIA PENDERITAHIPERTENSIDI PANTISOSIAL WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2014 Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dojang Taekwondo Salatiga yang berpusat di Jalan Widosari No.1 Salatiga. Jumlah populasi di Dojang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di negara-negara maju maupun berkembang. Diseluruh dunia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Jenis dari penelitian ini adalah penelitian eksperimen (intervensi) kepada responden berupa pemberian konseling gizi, yang kemudian diukur akibat atau pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest 26 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest design. Pemeriksaan dilakukan sebelum melakukan senam aerobik dan setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses

BAB I PENDAHULUAN. minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Coklat berasal dari kata xocoatl (bahasa suku Aztec) yang memiliki arti minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses pengolahan biji kakao

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sukoharjo dengan luas wilayah Ha yang merupakan 9,40% dari luas. dataran rendah dan sebagian merupakan dataran tinggi.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sukoharjo dengan luas wilayah Ha yang merupakan 9,40% dari luas. dataran rendah dan sebagian merupakan dataran tinggi. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Bulu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo dengan luas wilayah 4.106 Ha yang merupakan 9,40% dari luas Kabupaten Sukoharjo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahterahaan lanjut

Lebih terperinci

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat 2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat Penelitian dengan judul Perbedaan terapi musik dan relaksasi terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta telah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ringan (TD diastole ), sedang (TD diastole ), dan berat (Td

BAB I PENDAHULUAN. ringan (TD diastole ), sedang (TD diastole ), dan berat (Td 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung umur individu yang terkena. Hipertensi juga dapat digolongkan menjadi hipertensi ringan (TD

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan quasy eksperiment pre-test & post-test with control group

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan quasy eksperiment pre-test & post-test with control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini menggunakan quasy eksperiment pre-test & post-test with control group design.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakti yang mengakibatkan angka kesakian yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang mengalami

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional. Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh musik instrumental dalam menurunkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian ini menggunakan disain penelitian Quasy

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian ini menggunakan disain penelitian Quasy BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan disain penelitian Quasy Eksperimen with control grup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang

Lebih terperinci

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

Disusun Oleh : MIA JIANDITA PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU EDELWEIS DUSUN SERUT PALBAPANG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal. Joint National Committee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan dalam menurunkan angka kematian dan kelahiran berdampak pada perubahan struktur penduduk yang di dominasi oleh kelompok muda, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang berlangsung

Lebih terperinci

Mengetahui Hipertensi secara Umum

Mengetahui Hipertensi secara Umum Mengetahui Hipertensi secara Umum Eldiana Lepa Mahasiswa Kedokteran Universitas Krida Wacana Jakarta, Indonesia Eldiana.minoz@yahoo.com Abstrak Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistole, yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian a. Pre Test Data yang terkumpul merupakan datalingkar Lengan Atas, Lingkar Panggul dan Lingkar Pinggul yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami peningkatan tekanan. Tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan penyakit asimptomatik yaitu seringnya tidak menunjukkan tanda gejala sebelum menyerang organ lain seperti serangan jantung atau stroke. Hal ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian Penelitian ini menggunakan subyek pegawai swasta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang. RW IV ini terdiri dari 10 RT dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kebanyakan wanita pada masa reproduksi mengalami beberapa gejala psikologik (alam perasaan negatif) atau gejala fisik pada fase luteal siklus menstruasi. Sifat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2017 hingga 5 Maret 2017 di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Adapun rincian pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI Rofli Marlinda *)Rosalina, S.Kp.,M.Kes **), Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns **) *) Mahasiswa PSIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Istimewah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Istimewah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang terletak di Jalan Lingkar Selatan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitan merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan one-group

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan one-group 22 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan one-group pre-test and post-test design (rancangan pra-pasca test dalam satu kelompok). Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan nasional yang berlangsung beberapa tahun terakhir telah menimbulkan pergeseran pola penyebab kematian dan masalah kesehatan. Sunaryo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pengukuran data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang lansia dengan usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experimental Pre-Post Test dengan intervensi senam otak. Penelitian ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif. Tipe penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAHU MANADO

PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAHU MANADO PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAHU MANADO Nurul Solechah Gresty N. M. Masi Julia V. Rottie Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006

Lebih terperinci

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta Pengaruh Pemberian Terapi Jus Buah Tomat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Primer Stage 1 di Desa Monggot Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Jebres Surakarta dari tanggal 26 Oktober sampai dengan 7 November 2015. Data diambil dari para

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif yaitu eksperimen semu. kontrol diri sendiri (pre and post test without control).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif yaitu eksperimen semu. kontrol diri sendiri (pre and post test without control). BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif yaitu eksperimen semu. 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Rancangan

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Saya, Ucik Indrawati, S.Kep., Ns., Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), sedang melaksanakan kegiatan penelitian berjudul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen semu (quasy experiment) pretest-posttest control group design,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen semu (quasy experiment) pretest-posttest control group design, 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan eksperimen semu (quasy experiment) pretest-posttest control group design, dimana

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik RSUD Gunung Jati Cirebon, dengan populasi

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik RSUD Gunung Jati Cirebon, dengan populasi 43 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di klinik RSUD Gunung Jati Cirebon, dengan populasi sampel adalah pasien HIV dengan terapi ARV >6 bulan. Penelitian

Lebih terperinci