BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang tercatat mengikuti ekstrakurikuler bola voli berjumlah 62 orang Semua sampel yang memenuhi kriteria eligibilitas yang telah ditetapkan sehingga jumlahnya memenuhi yang ditargetkan. Sampel yang memenuhi kriteria tersebut dilakukan pengukuran daya ledak otot tungkai menggunakan jump MD. Pengambilan data yang dilakukan selama 6 minggu terhitung sejak April sampai dengan Mei 2015, terdapat 34 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I mendapatkan perlakuan pelatihan jinjit dengan beban empat kg di pinggang duabelas repetisi, tiga set sedangkan kelompok II mendapatkan perlakuan pelatihan jinjit dengan beban empat kg di pinggang sembilan repetisi, empat set. Perlakuan kelompok I dan kelompok II dilakukan pada tempat terbuka pada pukul di SMK Kesehatan PGRI Denpasar pada jadwal yang disepakati sebanyak 3 kali perminggu selama 6 minggu. 5.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian yang meliputi: usia, berat badan, dan tinggi badan responden. Hasil deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan dalam Tabel

2 68 Tabel 5.1 Karekteristik subjek penelitian Karakteristik subjek Kelompok I Kelompok II Umur (th) 16,00±0,79 16,00±0,87 Berat Badan (kg) 49,88±3,84 54,18±5,87 Tinggi Badan (cm) 159,47±5,64 160,65±4,77 Indeks Massa Tubuh (kg/m 2 ) Relative Strength 19,61±1,11 0,84±0,10 20,98±1,91 0,76±0,11 Berdasarkan dari Tabel 5.1 menyatakan bahwa karakteristik umur subjek pada kelompok I dan kelompok II adalah Rerata berat badan pada kelompok I adalah 49,88±3,84 dan kelompok II adalah 54,18±5,87. Rerata tinggi badan pada kelompok I adalah 159,47±5,64 dan kelompok II adalah 160,65±4,77. Rerata Indeks Massa Tubuh pada kelompok I adalah 19,61±1,11 dan kelompok II adalah 20,98±1,91. Rerata Relative Strength kelompok I lebih besar dari kelompok II. Dari data Rerata tersebut dapat dilihat, karakteristik berat badan, tinggi badan dan Indeks Massa Tubuh kelompok I sebanding dengan kelompok II. 5.2 Karakteristik Lingkungan Penelitian Suhu udara lingkungan pelatihan terdiri dari suhu udara basah dan suhu udara kering dalam satuan 0 C, serta kelembaban relative disesuakan dengan Tabel psychometric chart dalam satuan %, Hasil pengukuran suhu lingkungan penelitian selama pelatihan seperti pada Tabel berikut ini :

3 69 Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Suhu Lingkungan Penelitian Keadaan Rerata Maksimum Manimum Lingkungan Suhu Kering ( 0 C) 28, ,1 Suhu Basah ( 0 C) 25, ,7 Kelembaban (%) 70, Berdasarkan Tabel 5.2 maka rentang suhu kering reratanya 28,54 yaitu berkisar antara 27,1 0 C-30 0 C, rerata suhu basah 25,38 yaitu berkisaran antara 24,7 0 C-26 0 C, dan rerata kelembaban antara 70,06 yaitu berkisaran antara 65%- 78%. Kondisi lingkungan selama pelatihan dan pengukuran dapat diadaptasikan oleh subjek penelitian karena mereka bertempat tinggal disekitaran lokasi terbut dan juga digunakan sebagai tempat olahraga. Dengan demikian kondisi lingkungan dianggap cukup nyaman sebagai tempat penelitian. 5.3 Uji Normalitas Tabel 5.3 Uji Normalitas Shapiro-Wilk Test Variabel Daya Ledak Otot Tungkai (cm) Kelompok I Kelompok II P P 35,71±3,95 0,299 36,76±4,76 0,260

4 70 Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa dari uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk, pada nilai daya ledak otot tungkai sebelum diberikan perlakuan I didapatkan nilai p=0,299, dan sebelum diberikan perlakuan II nilai p=0,260. Oleh karena semua nilai p>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa datadata tersebut dapat dinyatakan berdistribusi normal. 5.4 Uji Homogenitas Tabel 5.4 Uji Homogenitas Dengan Levent s Test Variabel Kelompok I Kelompok II P Daya Ledak Otot Tungkai (cm) 35,71±3,95 36,76±4,76 0,523 Berdasarkan pada Tabel 5.4, diketahui nilai homogenitas data sebelum perlakuan didapat nilai p=0,523, Oleh karena semua nilai p>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data-data tersebut dapat dinyatakan homogen. 5.5 Uji Hipotesis Berdasarkan hasil analisis dan sintesis maka peneliti menetapkan hipotesis penelitian yang dilakukan pengujian berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Adapun hasil pengujian dijabarkan di bawah ini. Dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian maka diperoleh nilai sebagai berikut :

5 71 Perlakuan Tabel 5.5 Uji Beda Rerata Setelah Perlakuan I dan Setelah Perlakuan II Kelompok I Kelompok II Setelah 41,12±4,05 39,65±4,39 0,317 P Berdasarkan Tabel 5.5, menunjukkan hasil uji independent t-test post test kelompok I dan kelompok II didapat nilai p=0,317. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok pelatihan jinjit dengan beban empat kg dipinggang 12 repetisi tiga set dengan kelompok pelatihan jinjit dengan beban empat kg dipinggang sembilan repetisi empat set dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai pada siswi ekstra kurikuler bola voli.. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ditolak. Dengan kata lain, pelatihan jinjit dengan beban empat kg dipinggang 12 repetisi tiga set sama meningkatkan daya ledak otot tungkai daripada sembilan repetisi empat set pada siswi ekstrakurikuler bola voli, tidak ada perbedaan peningkatan daya ledak otot tungkai pada kedua pelatihan.

6 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian berjumlah 34 orang siswi ekstrakurikuler bola voli SMK Kesehatan PGRI Denpasar dengan menggunakan tehnik acak sederhana dari populasi yang berjumlah 62 orang. Rerata umur subjek penelitian pada kelompok pelatihan I rerata 16,00±0,79 dan kelompok pelatihan II rerata 16,00±0,87. Hal ini menunjukkan subjek penelitian memiliki karakteristik umur yang tidak berbeda bermakna. Pelatihan spesialisasi pada cabang olahraga bola voli dapat diberikan pada usia tahun (Juliantine, dkk 2007), sehingga pelatihan yang diterapkan tidak berpengaruh buruk terhadap struktur dan fungsi tubuh dan aman bagi subjek. Rerata tinggi badan subjek penelitian adalah rerata 159,47±5,64 cm pada Kelompok pelatihan I dan rerata 160,65±4,77 cm pada Kelompok pelatihan II. Rerata berat badan siswi ekstrakurikuler bola voli SMK Kesehatan PGRI Denpasar yang dipakai sebagai subjek penelitian adalah rerata 49,88±3,84 pada Kelompok pelatihan I dan rerata 54,18±5,87 pada Kelompok pelatihan II. Rerata Indek Masa Tubuh subjek penelitian 19,61±1,11 pada Kelompok I dan rerata 20,98±1,91 pada Kelompok II. Indeks Massa Tubuh merupakan rasio berat dan tinggi badan yang sering digunakan untuk mengukur komposisi tubuh, khususnya menggunakan skala pada battery fitnesgram. Berdasarkan indeks masa tubuh pada kedua Kelompok, subjek penelitian berada dalam kategori normal yang berkisar antara 18,5-24,9 (Atmojo, 2007).

7 Pengaruh Pelatihan Jinjit Terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Berdasarkan hasil tes daya ledak otot tungkai selama pelatihan 6 minggu dari tes awal sampai tes akhir diperoleh rerata daya ledak otot tungkai pada Kelompok I sebelum pelatihan 35,71±3,95 dan setelah pelatihan 41,12±4,05 dengan selisih 5,41±1,58. Rerata daya ledak otot tungkai pada Kelompok II sebelum pelatihan adalah 36,76±4,76 dan setelah pelatihan 39,65±4,39 dengan selisih daya ledak 2,88±1,36. Analisis data tes daya ledak otot tungkai antara tes awal dan tes akhir pada masing-masing Kelompok dengan menggunakan paired t-test, didapatkan bahwa daya ledak sebelum dan sesudah pelatihan pada Kelompok I dengan nilai p=0,000 (p<0,05) dan pada Kelompok II daya ledak sebelum dan sesudah pelatihan dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa rerata daya ledak sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan pada masingmasing kelompok pelatihan terdapat perbedaan yang bermakna. Dengan hasil ini, dapat dinyatakan bahwa kedua tipe pelatihan yang diterapkan memiliki pengaruh pelatihan dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai. Dengan demikian pelatihan jinjit dengan beban 4 kg dipinggang, duabelas repetisi, tiga set dan pelatihan jinjit dengan beban dipinggang, sembilan repetisi, empat set dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai. Pelatihan yang diberikan untuk pemula dalam jangka waktu 6-8 minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu akan memperoleh hasil yang konstan, dimana tubuh dapat teradaptasi dengan pelatihan dan akan menghasilkan peningkatan yang berarti (Nala, 2011). Selanjutnya menurut Satriya, dkk

8 74 (2007), dengan melakukan pelatihan secara intensif 6-8 minggu akan meningkatkan kekuatan, kelentukan, dan daya tahan. Pelatihan ini menggunakan sistem energi anaerobik karena rentang waktu pelaksanaan pelatihan antara 0-2 menit. Metabolisme energi dominan anaerobik akan menghasilkan produk berupa asam laktat yang apabila terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot sehingga menimbulkan gerakan yang bertenaga tetapi tidak dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang panjang maka harus diselingi dengan interval istirahat (Irawan, 2007). Dalam pelatihan jinjit ini durasi waktu selama 15 detik dengan istirahat lima menit untuk Kelompok 1 dan 12 detik untuk Kelompok 2 setiap setnya dengan istirahat lima menit. Penggunaan energi pelatihan ini dalam jumlah besar dan waktu singkat dengan gerakan-gerakan yang eksplosif (Giriwijoyo, 2007). Fokus dalam pelatihan ini adalah daya ledak. Daya ledak dominan menggunakan gerakan-gerakan yang eksplosif. Menurut Satriya, dkk (2007), dalam daya ledak terdapat dua komponen biomotorik yaitu kekuatan dan juga kecepatan, sehingga untuk meningkatkan daya ledak otot maka diberikan beban tahanan sebesar 40%-80% dari kemampuan maksimal. Latihan beban juga dikenal dengan istilah weight training, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah merupakan latihan fisik untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai. Dengan pelatihan beban menurut (Nossek 1982). Rangsangan pelatihan yang optimum untuk membangun daya ledak adalah pelatihan dengan intensitas tinggi dan repetisi yang cepat (Lawrensen, 2008).

9 75 Dampak yang terjadi akibat pelatihan tersebut adalah terjadi peningkatan persentase massa otot, sehingga mengalami hipertropi, bertambah sebanyak persen (Guyton, 2007). Terjadinya hipertropi karena perubahan otot rangka atau peningkatan diameter pada kedua serabut (fiber) otot cepat (fast twitch) dan otot lambat (slow twitch) pada vastus lateralis, maka dengan sendirinya juga terjadi hipertropi, pada kedua macam otot. Semua hipertrofi otot akibat dari suatu peningkatan jumlah filamen aktin dan miosin dalam setiap serabut otot, menyebabkan pembesaran masingmasing serabut otot (Guyton, 2007). Untuk latihan ketahanan yang akan menjadi hipertropi, adalah otot lambat, sedangkan untuk latihan kecepatan yang menjadi hipertropi, adalah otot cepat (Fox, 1993). Dengan adanya peningkatan jumlah dan ukuran mitokondria pada sel-sel otot maka akan dapat menyebabkan fungsi dari mitokondria lebih efektif. Dengan adanya peningkatan jumlah mitokondria dalam sel otot sehingga secara fisiologis merangsang perbaikan pengambilan oksigen (Nala, 2011). Disamping itu akibat dari pelatihan yang teratur dan maksimal mitokondria melakukan replikasi sehingga dapat mengerahkan sistem energi dominan untuk selalu siap menyediakan energi yang diperlukan (Guyton, 2007). Pelatihan jinjit dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai adalah pelatihan jinjit menggunakan beban di pinggang sebagai penambahan beban dari berat tubuh sehingga dengan adanya gaya gravitasi beban akan jatuh pada tungkai sebagai penggerak utama. Saat jinjit, otot melakukan usaha/kerja karena massa berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya

10 76 dengan suatu percepatan tertentu dan memaksimalkan usaha/kerja untuk otot tungkai. Dengan memaksimalkan kerja otot gastrocnemius maka dapat meningkatkan otot tungkai. Dalam pelatihan ini hipertrofi yang sangat luas terjadi karena otot diberikan beban selama proses kontraksi (Guyton, 2007). Kontraksi yang terjadi pada saat awalan pelatihan jinjit ini menggunakan kontraksi isometrik karena terjadi pemendekan otot, sedangkan pada proses lanjutan menggunakan kontraksi eksentrik karena otot memanjang, dan kontraksi alodinamik karena otot yang digunakan sejak awal sampai akhir. 5.8 Perbedaan Pelatihan Jinjit Antara Kedua Kelompok Terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Pelatihan jinjit beban 4 kg dipinggang duabelas repetisi, tiga set yang dilakukan oleh kelompok I menggunakan waktu kurang lebih 15 detik tiap set, dengan waktu istirahat lima menit tiap set. Sedangkan pelatihan jinjit beban 4 kg dipinggang, sembilan repetisi, empat set yang diterapkan pada kelompok II memerlukan waktu kurang lebih 12 detik tiap set, dengan waktu istirahat lima menit tiap set. Perbandingan kedua pelatihan menimbulkan efek dalam pelatihan tersebut menggunakan independent t-test. Hasil uji nilai rerata sesudah pelatihan antara kelompok I dan kelompok II didapatkan nilai p=0,317 (p>0,05). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan nilai sesudah perlakuan antara pelatihan jinjit beban 4 kg dipinggang duabelas repetisi, tiga set dengan sembilan repetisi, empat set. Dengan demikian hipotesis ditolak, yakni pelatihan jinjit beban 4 kg

11 77 dipinggang duabelas repetisi, tiga set sama dengan sembilan repetisi, empat set dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai pada siswi ekstrakulikuler olahraga bola voli. Apa bila mengkaji dari Relative Strength terlihat adanya perbedaan Rerata kelompok I lebih besar dari kelompok II. Faktor perbedaan peningkatan dari efeknnya pelatihan tersebut karena adanya perbedaan beban latihan dalam jumlah repetisi dan jumlah setnya. Pengulangan yang tinggi akan menjadikan pelatihan menjadi sangat efektif dan hal ini akan sangat baik untuk mengembangkan serabut otot putih sangat diperlukan dalam daya ledak eksplosif (Nala, 2002). Berdasarkan analisis gerakan saat melakukan loncatan, otot yang bekerja adalah kombinasi antara otot quadriceps dan otot gastrocnemius. Pada penelitian ini pelatihan jinjit hanya berfokus melatih otot gastrocnemius saja tidak diberikan pelatihan pada otot quadriceps. Hal ini bisa menimbulkan ketidakseimbangan kekuatan otot quadriceps dan otot gastrocnemius saat meloncat sehingga perbedaan daya ledak otot tungkai pada kelompok I dan kelompok II sangat sedikit.