BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan"

Transkripsi

1 50 BAB V HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dua kelompok perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set kelompok II dengan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set, yang dilakukan empat kali seminggu selama empat minggu. Data yang didapat berupa : karakteristik subjek penelitian, data lingkungan penelitian, dan data kekuatan otot lengan dengan memakai Hand Dynamometer dalam satuan Kg pada masing-masing kelompok. 5.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Karakteristik subjek penelitian terdiri dari umur, tinggi badan, berat badan, panjang (lengan), kebugaran fisik dengan menggunakan tes lari 2,4 km dalam satuan menit (waktu tempuh lari 2,4 km) yang datanya diambil sebelum pelatihan. Deksripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Karakteristik Subjek SMP Negeri 9 Denpasar Karaksteristik Rerata + SB Subjek Kelompok 1 (n=14) Kelompok 2 (n=14) Umur (th) Tinggi Badan (cm) Berat Badan (kg) Panjang lengan (cm) Waktu tempuh lari 2,4 km (mnt) 13,82 + 0,33 165,54 + 2,76 55,00 + 6,84 89,08 + 6,22 11,58 + 0,64 13,83 + 0,48 165,23 + 2,98 54,77 + 6,34 90,62 + 3,30 11,62 + 0,64 50

2 51 Berdasarkan tabel 5.1 maka rerata waktu tempuh lari 2,4 km kelompok I sebesar 11,58 menit dan simpangan baku, 0,64, sedangkan pada kelompok II rerata waktu tempuh lari 2,4 km 11,62 simpangan bakunya sebesar 0,64. Sedangkan waktu tempuh lari 2,4 km pada kedua kelompok menunjukkan berada pada kategori baik (Nala, 2002). 5.2 Lingkungan Penelitian Kondisi lingkungan yang diukur selama pelaksanaan penelitian adalah suhu, dan kelembaban relatif udara tempat pengambilan data. Hasilnya dicantumkan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Data Deskriptif Suhu dan Kelembaban Relatif Udara Keadaan Rerata + SB Rerata + SB Minimum Maximum Lingkungan Awal Akhir Suhu ( o C) Kelembaban (%) 28,69 + 0,71 72,55 + 4,26 27,60 68,00 30,00 80,00 28,70 + 0,71 72,56 + 4,26 Berdasarkan Tabel 5.2 rentang suhu berkisar antara 27,60-30,0 0 C, sedangkan kelembaban relatif berada pada 68% sampai 80%. Kondisi lingkungan selama pelatihan berdasarkan pengukuran berada pada batas normal. Anggota sampel sudah teradaptasi dengan lingkungan pelaksanaan pelatihan yang sekaligus sebagai tempat olahraga sehari-hari, dengan demikian kondisi lingkungan tidak mempengaruhi pelaksanaan penelitian.

3 Uji Normalitas dan Homogenitas Data Untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data hasil test kekuatan otot lengan yang memakai Hand Dynamometer dalam satuan Kg pada masingmasing kelompok, sebelum dan sesudah pelatihan. Uji normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk, sedangkan uji homogenitas menggunakan Levene Test, yang hasilnya tertera pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Hasil uji normalitas dan homogenitas kekuatan otot lengan, sebelum dan sesudah pelatihan siswa kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar Kekuatan otot lengan p.uji Normalitas p.homogenitas (Shapiro-Wilk) (Levene-test) N. Kelompok 1 =14 orang N. Kelompok 2=14 orang Sebelum Pelatihan 0, 978 0,968 2,311 Sesudah Pelatihan 0, 984 0, 971 2,412 Selisih 0,600 0,300 2,493 Hasil uji normalitas (Spahiro Wilk-Test) tes kekuatan otot lengan sebelum pelatihan semua kelompok berdistribusi normal (p > 0,05). Demikian juga dengan sesudah pelatihan maupun selisih kekuatan otot tangan antara sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok berdistribusi normal (p > 0,05). Hasil uji homogenitas (Lavene-Test) menunjukkan kedua kelompok sebelum dan sesudah pelatihan serta selisih kekuatan otot lengan pada masingmasing kelompok p > 0,05, yang berarti kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah pelatihan adalah homogen.

4 Uji Beda Rerata Kekuatan Otot Lengan Sebelum Pelatihan Kelompok I dan Sebelum Pelatihan Pada Kelompok II Siswa kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar Untuk mengetahui perbedaan rerata peningkatan kekuatan otot lengan sebelum dan sebelum pelatihan pada masing-masing kelompok digunakan uji t-berpasangan (paired t-test) yang hasilnya tertera pada Tabel 5.4 Tabel 5.4 Uji Beda Rerata Kekuatan otot lengan Sebelum pelatihan antara Kelompok I dan Kelompok II Siswa kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar Sebelum Sebelum Variabel pelatihan pelatihan Beda Rerata ± SB t p pelatihan (Kg) (Kg) berjalan Kelompok I Kelompok II dengan tangan n=14 n=14 19,64 ± 16,79 ± 2,85 29,44 0,00 Untuk mengetahui gambaran grafik kekuatan otot lengan antara sebelum dan sebelum pelatihan pada masing-masing kelompok disajikan pada gambar 5.4. Gambar 5.4 Grafik kekuatan otot lengan Sebelum pelatihan kelompok I dan sebelum Pelatihan kelompok II Subjek siswa kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar

5 Uji Beda Rerata Kekuatan Otot Lengan Sebelum Pelatihan Kelompok I dan Sesudah Pelatihan Kelompok II Siswa kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar Untuk mengetahui perbedaan rerata peningkatan kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok digunakan uji t-berpasangan (paired Samples t-test) yang hasilnya tertera pada Tabel 5.5 Tabel 5.5 Uji Beda Rerata Kekuatan otot lengan Sebelum dan Sesudah Pelatihan Siswa kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar Kelompok I dan Kelompok II Sebelum Sesudah pelatihan pelatihan Beda Rerata ± SB t p (Kg) (Kg) Kelompok 1 19,07 ± 20,57± 1,5 29,44 0,00 Kelompok 2 18,86 ± 19,53 ± 0,67 16,92 0,00 Tabel 5.5 memperlihatkan beda rerata kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok yang dianalisis dengan uji t- berpasangan (paired samples t-test) menunjukkan bahwa kedua pelatihan menghasilkan perbedaan kekuatan otot lengan yang bermakna (p < 0,05). Untuk mengetahui gambaran grafik peningkatan kekuatan otot lengan antara sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok disajikan pada gambar 5.5.

6 55 Gambar 5.5 Grafik Peningkatan kekuatan otot lengan Sebelum dan Sesudah Pelatihan Subjek siswa kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar 5.6 Persentase Peningkatan Kekuatan otot lengan Sebelum Pelatihan dan Sesudah Pelatihan Subjek Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar. Persentase peningkatan kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah pelatihan empat kali seminggu selama enam minggu pada kedua kelompok pelatihan dapat disajikan dalam Tabel 5.6 Tabel 5.6 Persentase Peningkatan Kekuatan otot lengan Sebelum dan Sesudah Pelatihan Subjek Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar Kelompok Rerata Kekuatan otot lengan Sebelum (Kg) Hasil Analisis Rerata Kekuatan otot lengan Sesudah (Kg) Rerata Selisih kekuatan otot lengan (Kg) Persentase Peningkatan (%) Kelompok-1 19,64 24,79 5,15 26 % Kelompok -2 16,79 21,50 4,71 28 %

7 56 Untuk melihat persentase rerata peningkatan kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah pelatihan dari kedua kelompok dapat juga disajikan dalam bentuk Grafik 5.6 Gambar 5.6 Grafik Persentase Rerata Peningkatan kekuatan otot lengan Sebelum dan Sesudah Pelatihan Siswa kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar Berdasarkan persentase rerata peningkatan kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah pelatihan empat kali seminggu selama enam minggu pada Tabel 5.6 dan grafik 5.6 menunjukkan bahwa persentase rerata peningkatan kekuatan otot lengan pada pelatihan kelompok 1 lebih besar dari kelompok Uji Beda Rerata dan Selisih Kekuatan Otot Lengan Pada Kelompok I Sebelum dan Sesudah dan Kelompok II Sebelum dan Sesudah Pelatihan Uji beda ini bertujuan untuk membandingkan rerata kekuatan otot lengan pada tes awal (sebelum pelatihan) dan tes akhir (sesudah pelatihan) pada kedua kelompok yang diberikan perlakuan berupa pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set pada kelompok 1 dan empat repetisi 5 set pada kelompok 2. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t- Independent (tidak berpasangan) disajikan pada Tabel 5.7.

8 57 Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Selisih pelatihan Tabel 5.7 Uji Beda Rerata dan Selisih Kekuatan otot lengan pada Masing - Masing Kelompok Kelompok Subjek Kelompok-1 Kelompok-2 Kelompok-1 Kelompok-2 Kelompok-1 Kelompok-2 N Beda Rerata + SB Kekuatan otot lengan (Kg) ,15 + 2,64 4,71 + 2,25 p 0,000 0,000 0,000 Tabel 5.7 memperlihatkan beda rerata kekuatan otot lengan sebelum pelatihan antara pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dengan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter empat repetisi 5 set menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna, begitu juga sesudah pelatihan tidak menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p > 0,05). Sedangkan beda rerata selisih antara pelatihan 1 dengan pelatihan 2 menunjukkan ada perbedaan yang bermakna hasil perlakuan kelompok 1 dibanding perlakuan kelompok 2 terhadap hasil tes kekuatan otot lengan bila dilihat dari selisihnya. 5.8 Uji Beda Rerata dan Selisih Kekuatan Otot Lengan Pada Tes Akhir Kedua Kelompok Pelatihan Uji beda ini bertujuan untuk membandingkan rerata kekuatan otot lengan pada tes akhir kelompok 1 dan tes akhir kelompok 2 yang diberikan

9 58 perlakuan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set pada kelompok-1 dan empat repetisi 5 set pada kelompok-2. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t- Independent (tidak berpasangan) disajikan pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Uji Beda Rerata dan Selisih Kekuatan otot lengan Kelompok 1 dan Sesudah pelatihan Sesudah pelatihan Kelompok 2 Kelompok Subjek Kelompok-1 Kelompok-2 N Beda Rerata + SB Kekuatan otot lengan (Kg) 24, , Selisih 14 3,29 + 2,09 0,00 Tabel 5.8 memperlihatkan beda rerata kekuatan otot lengan sesudah pelatihan kelompok 1 berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dan sesudah pelatihan kelompok 2 berjalan dengan tangan jarak 5 meter empat repetisi 5 set menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p > 0,05). Sedangkan beda rerata selisih sesudah pelatihan kelompok 1 dan p kelompok 2 menunjukkan ada perbedaan yang bermakna hasil perlakuan kelompok 1 dibanding perlakuan kelompok 2 terhadap hasil tes kekuatan otot lengan bila dilihat dari selisihnya.

10 Kondisi Subjek BAB VI PEMBAHASAN SATE Sampel berjumlah 28 orang dari Subjek kelas VII yang berjumlah 150 orang. Rerata umur subjek penelitian tahun pada kelompok pelatihan-1 dan 13,83 tahun pada kelompok pelatihan II. Dilihat dari rerata umur, maka subjek dapat diberikan pelatihan berjalan dengan tangan menurut Bompa (2003). Mulai umur tahun dapat dilatih menolak peluru dengan 4 kg dengan spesialisasinya berkisar antara umur tahun (Nala, 2002). Oleh karena umur sudah cukup maka pelatihan yang diterapkan tidak berefek negatif terhadap struktur dan fungsi tubuh atau dengan perkataan lain pelatihan yang diterapkan aman bagi subjek. Rerata tinggi badan subjek penelitian adalah 165,54 cm pada kelompok pelatihan-1 dan 165,23 cm pada kelompok pelatihan-2. Hal ini berada pada batas nutrisi ringan sampai normal (standar WHO) yang berada pada persentil ke-50 (Soetjiningsih, 2005). Dengan demikian dari segi tinggi badan, subjek tidak ada kekurangan gizi yang berarti, sehingga subjek dapat diberikan dan dapat mengembangkan pelatihan yang diterapkan. Rerata berat badan siswa SMP Negeri 9 Denpasar, yang dilibatkan sebagai subjek penelitian adalah 55,00 kg pada kelompok pelatihan-1 dan 54,77 kg pada kelompok pelatihan-2. Rerata berat badan ini berada pada mal nutrisi ringan sampai normal yang diambil pada persentil ke-50 standar WHO 59

11 60 (Soetjiningsih, 2005). Ini juga berarti subjek penelitian tidak ada kekurangan gizi yang berarti dan aktivitas pelatihan dapat dikembangkan. Rerata panjang lengan yang dilibatkan sebagai subjek penelitian adalah 89,08 cm pada kelompok pelatihan-1 dan 90,62 cm pada kelompok pelatihan-2 Rerata waktu tempuh lari 2,4 km dari subjek penelitian adalah 11,58 menit pada kelompok pelatihan-1 dan 11,62 menit pada kelompok pelatihan-2. Dengan nilai rerata waktu tempuh lari 2,4 km ini maka kebugaran fisik pada kedua kelompok pelatihan menunjukkan berada pada kategori sedang, yaitu 10,49-12,10 menit (Cooper, 2003). Kebugaran fisik kategori sedang dipilih dengan pertimbangan subjek penelitian diasumsikan mampu melakukan pelatihan yang akan diterapkan dan kategori ini lebih banyak ada pada populasi tersebut. Tingkat kebugaran fisik yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan sehingga tidak dapat melakukan pelatihan semaksimal mungkin. Hasil analisis karakterisik subjek penelitian kedua kelompok tidak ada perbedaan bermakna, karena subjek telah dikontrol. Dengan demikian karakterisik subjek penelitian yang meliputi : umur, tinggi badan, berat badan, panjang lengan, dan kebugaran fisik pada kelompok pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set untuk kedua kelompok pelatihan tersebut adalah sama. Apabila sesudah pelatihan selama empat minggu ada perbedaan hasil kekuatan otot lengan, hal ini diakibatkan dari perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelompok.

12 Karakteristik Lingkungan Penelitian Pelatihan dilaksanakan di lapangan SMP Negeri 9 Denpasar pada pukul dengan variasi suhu antara 27,60-30,0 0 C dan kelembaban relatif berada pada 60%-80%. Berdasarkan data kelembaban relatif tempat pelatihan berlangsung masih dalam batas nyaman. Kondisi ini sangat mendukung pelaksanaan pelatihan, karena menurut Manuaba (1993) daerah yang nyaman bagi orang Indonesia untuk melakukan aktivitas pelatihan adalah pada kelembaban relatif yang berkisar antara 70-80%. Disamping itu tempat ini sering dipakai untuk kegiatan olahraga sehari-hari. Mengingat siswa hampir setiap hari berada di tempat pengambilan data maka otomatis subjek sudah biasa terhadap lingkungan atau dengan kata lain lingkungan yang dipakai pengambilan data dalam keadaan nyaman. Lingkungan yang nyaman akan mengurangi pengeluaran keringat berlebihan sehingga subjek dapat beraktivitas maksimal dan dapat menghasilkan penampilan terbaik. 6.3 Distribusi dan Varians Subjek Penelitian Distribusi subjek penelitian kedua kelompok sebelum dan sesudah pelatihan, dilakukan uji normalitas dengan Shapiro-Wilk Test, sedangkan homoginitas varians antara kedua kelompok pelatihan diuji dengan Levene Test. Variabel yang diuji adalah kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok dan selisih antara kekuatan otot lengan sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok. Hasil

13 62 uji normalitas dan homogenitas untuk semua variabel tersebut menunjukkan p > 0,05 (tabel 5.3). Dengan demikian kedua kelompok baik sebelum perlakuan, sesudah perlakuan dan selisih antara kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah perlakuan berdistribusi normal dan homogen. Data yang memiliki sebaran normal dan homogen merupakan data parametrik (Dahlan, 2004), maka selanjutnya digunakan uji parametrik. 6.4 Pengaruh Pelatihan Berjalan Dengan Tangan Jarak 5 Meter 5 Repetisi 4 Set dan 4 Repetisi 5 Set Terhadap Kekuatan Otot Lengan Sesudah pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dan 4 repetisi 5 set empat kali seminggu selama enam minggu, diperoleh data hasil tes awal dan tes akhir. Rerata kekuatan otot lengan pada kelompok-1 sebelum pelatihan sebesar 19,64 Kg dan sesudah pelatihan sebesar 24,79 Kg. Rerata kekuatan otot lengan sebelum pelatihan pada kelompok-2 sebesar 16,79 Kg dan sesudah pelatihan sebesar 21,50 Kg. Berdasarkan analisis hasil tes kekuatan otot lengan antara tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok dengan menggunakan uji t- paired test (Tabel 5.5), dapat disampaikan bahwa pada rerata kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah pelatihan diperoleh nilai t = 29,44 dan p = 0,00 pada kelompok 1, sedangkan pada kelompok 2 nilai t = dan p = 0,00. Dengan demikian rerata kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah pelatihan diperoleh nilai p < 0,05 pada kedua kelompok perlakuan.

14 63 Hal ini berarti bahwa rerata kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok pelatihan terdapat perbedaan yang bermakna. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa kedua tipe pelatihan yang diterapkan dapat meningkatkan kekuatan otot lengan secara bermakna. Berarti hipotesis satu yaitu pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set meningkatkan kekuatan otot lengan dan hipotesis dua yaitu pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set meningkatkan kekuatan otot lengan terbukti. Peningkatan hasil kekuatan otot lengantersebut sesuai dengan pendapat Pate, (2004), bahwa pelatihan yang dilakukan selama 6-8 minggu akan memberikan efek yang cukup berarti yaitu mengalami peningkatan 10-20%. Pelatihan dengan frekuensi empat kali seminggu adalah sesuai dengan pemula dan akan menghasilkan peningkatan yang berarti. Selanjutnya Bompa (2004), menyatakan proses pelatihan yang dilakukan secara sistematis, progresif, dan berulang-ulang akan memperbaiki sistem organ tubuh sehingga penampilan atlet mencapai optimal (Fox, 2003). Kekuatan otot lengan dipengaruhi oleh kedua pokok komponen biomotorik yaitu kekuatan dan kelentukan, untuk meningkatkan kekuatan otot lengan dapat dilakukan dengan pelatihan beban (Nala, 2002). Pelatihan beban adalah latihan yang terorganisir dengan membuat otot-otot tubuh berkontraksi sebagai respon terhadap beban eksternal, tahanan tubuh atau peralatan lain untuk menstimulasi pertumbuhan dan kekuatan (Rogers, 2009).

15 64 Pada pelatihan otot, prinsip latihan yang sangat penting adalah progressive overload principle (Wilmore dan Costill, 2004). Maksud prinsip ini adalah memberikan beban kerja di atas beban kerja yang biasa dilakukan oleh otot agar kemampuan otot tersebut dapat meningkat, dan selanjutnya sesudah kemampuan otot tersebut meningkat maka beban yang diberikan harus lebih tinggi lagi untuk menghasilkan kemampuan yang lebih meningkat lagi. Dengan menerapkan program pelatihan prinsip ini, maka otot akan senatiasa memperoleh rangsang yang memungkinkannya berubah, atau dengan kata lain mengalami adaptasi latihan (Cahyani, 2006). Pengaplikasian prinsip beban berlebih dalam pelatihan beban memerlukan manipulasi dari intensitas (beban), frekuensi dan durasi (jumlah repetisi, set dan periode istirahat). Di antara kelima variabel tersebut, intenstias memberikan efek yang paling besar dari hasil program pelatihan beban (Plowman dan Smith, 2008). Rangsangan pelatihan yang optimum untuk membangun kekuatan otot lengan adalah pelatihan dengan intensitas tinggi dan repetisi yang cepat (Lawrenson, 2008). Tipe pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter bermakna dalam meningkatkan kekuatan otot lengan. Menurut Radcliffe dan Forentinos (2005) pelatihan otot-otot adalah mempersiapkan otot-otot tersebut agar bekerja lebih efisien, dan juga bertujuan untuk mengembangkan kecepatan dan kekuatan otot lengan yang sangat diperlukan oleh seorang atlet untuk memperbaiki penampilannya. Dalam penelitian Secher, mendapatkan

16 65 aktivitas satu kaki secara bergantian dan dua kaki secara bersamaan, sangat bermakna meningkatkan kekuatan otot, dan kecepatan karena adanya perbaikan sistem dan fungsi kerja otot-otot yang terlibat (Secher, 2008) Pada otot yang dilatih dengan pelatihan anaerobik, akan terjadi peningkatan pada serabut otot tipe cepat sehingga mempengaruhi peningkatan kekuatan otot lengan ototnya Costill, (2008). Pelatihan loncat tegak dilakukan dari posisi berdiri tegak langsung ke sikap jongkok dengan sudut 90 0 antara tungkai atas dan bawah terus menolak ke atas bertumpu pada kedua kaki secara bersamaan dan salah satu tangan menyentuh batas ketinggian. Saat melakukan gerakan jongkok tersebut terjadi peregangan otot. Pada otot yang diregangkan secara tiba-tiba dan cepat akan ada sinyal kuat menjalar pada otot tersebut. peregangan yang terjadi akan memacu aktivitas saraf sensoris dan motoris atau mendorong terjadinya kontraksi otot. Aktivitas ini dilakukan secara berulang-ulang (sesuai repetisi). Peningkatan aktivitas sistem saraf ini akan membangkitkan kontrak konsentrik yang lebih kuat dan cepat. Pengaruh pelatihan kekuatan otot lengan dapat meningkatkan tidak saja ligamen, tendon, tetapi juga tenaga anerobik, tenaga aerobik dan daya tahan. Hairy (2009), pelatihan yang teratur akan menyebabkan terjadinya hipertropi otot, ini terjadi karena banyakanya myofibril, ukuran myofibril, kepaatan darah kapiler, saraf, tendon, ligamen dan banyaknya kontraktil myosin meningkat secara proporsional (Astrand, 2000).

17 66 Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dan 4 repetisi 5 set yang dilakukan secara teratur menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot-otot lengan dan otot tersebut terangsang untuk meningkatkan kemampuan sesuai beban pelatihan. Pelatihan fisik yang dilakukan secara teratur dan terukur dengan takaran yang sesuai, akan menyebabkan terjadinya perubahan fungsi akibat peningkatan kemampuan organ tubuh dalam menghasilkan energi, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas fisik (penampilan). Sehingga terjadi adaptasi terhadap beban yang dilakukan. Dengan beradaptasinya terhadap beban pelatihan secara otomatis terjadi peningkatan hasil berupa kekuatan otot lengan. Penggunaan energi yang diperlukan untuk aktivitas otot berasal dari kombinasi anaerobik dan aerobik. Apakah produksi energi didominasi oleh sistem ATp-PC (phosphagen) atau glikolisis terutama tergantung pada lamanya aktivitas. Secara umum sistem ATP-PC dapat mensuplai energi dalam bentuk ATP untuk kerja yang memakan waktu 1-5 detik; latihan intensif lebih dari 5-6 detik akan dimulai pemakaian ATP yang diproduksi dari glikolisis. Hal ini harus ditekankan bahwa transisi dari sistem ATP-PC peningkatan ketergantungan pada glikolisis selama latihan, proses ini tidak terjadi secara tiba-tiba namun terjadi pergeseran secara bertahap dari sistem energi satu ke sistem lainnya.

18 67 Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin pendek durrasi dari suatu aktivitas, makin besar kontribusi produksi energi secara naerob dan sebaliknya semakin panjang durasi, semakin besar kontribusi dari produksi energi secara aerob. Sebagai gambaran pada latihan yang memerlukan waktu 10 detik kontribusi produksi ATP secara anerobik adalah 90% dan aerobik 10%; latihan dengan waktu 20 detik, sumber ATP secara anerobik adalah 80% dan aerobik 20% (Powers dan Howley, 2004). Pada dasarnya kelima sistem energi (ATP-PC), anaerobik laktat, aerobik) terlibat dalam penyediaan energi untuk semua durasi latihan. Sistem ATP-PC merupakan sumber energi utama untuk aktivitas latihan lebih kecil dari 10 detik dan masih memberikan kontribusi penyediaan energi kurang lebih 8% untuk aktivitas maksimal sampai dua menit. Metabolisme anaerobik (sistem ATP-PC dan anerobik laktat /LA) lebih dominan dalam mensuplai energi untuk latihan yang memerlukan waktu lebih kecil dari lima menit. Namun demikian latihan dengan waktu 10 menit masih mengggunakan sedikitnya 15% energi yang berasal dari sistem ini. Makin panjang durasi, makin banyak sistem asam laktat yang terlibat dibanding dengan sistem fosfagen. Mulai latihan dengan waktu lima menit, sistem aerobik adalah sistem yang dominan (Plowman dan Smith, 2008). Berdasarkan sistem penyediaan energi, dengan memperhatikan intensitas, repetisi dan lama pelatihan maka energi yang dipergunakan untuk pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dan 4 repetisi 5

19 68 set ini memakai energi yang terutama berasal dari metabolisme anaerobik laktat/sistem ATP-PC. Energi dari sistem ATP-PC dapat memenuhi kebutuhan energi kurang dari 10 detik untuk aktivitas maksimal. Kreatin (creatine), terutama dalam bentuk creatine monohydrate berfungsi sebagai pertolongan ergogenik karena perannya pada refosforilasi ATP dari ADP dan pengaruhnya secara teoritis terhadap penampilan (performance) dan daya tahan terhadap kelelahan (Plowman dan Smith, 2008). Pelatihan dengan jumlah repetisi 8-10 tiap set adalah jumlah repetisi yang ideal untuk hipertrofi otot, yang merupakan salah satu tujuan dalam pelatihan beban. Hal ini disebabkan karena perkembangan otot maksimum hanya dapat dicapai dengan mengaktivasi seluruh spektrum serabut otot. Pola repetisi dengan rentang yang sedang akan memberikan hasil yang lebih baik dibanding rentang repetisi yang rendah bahkan yang tinggi karena kedua jenis serabut otot, baik serabut otot tipe cepat maupun tipe lambat terlibat dan waktu otot dalam keadaan tegang cukup panjang agar otot dapat bekerja pada potensial penuh. Repetisi sedang juga menyebabkan pelepasan maksimal dari beberapa hormon, termasuk testosteron dan hormon pertumbuhan (growth hormone). Di samping itu repetisi sedang dapat dianggap sebagai suatu pompa otot, yang mengisi otot dengan suplai darah. Hal ini menyebabkan peningkatan hidrasi dalam sel otot (Nala, 2007). Penelitian menunjukkan bahwa sel dalam keadaan hidrasi akan menstimulasi sintesis protein. Dengan demikian otot akan memiliki persediaan

20 69 bahan mentah yang cukup untuk membentuk protein kontraktil yang baru, yang merupakan dasar utama untuk pertumbuhan otot (Lawrension, 2008). Jumlah repetisi 5-10 tiap set termasuk repetisi sedang yang dipakai dalam meningkatkan kekuatan otot lengan otot. Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi empat set dan 4 repetisi 5 set yang diterapkan dalam pelatihan ini berada dalam rentangan repetisi sedang yang efektif dalam meningkatkan kekuatan otot lengan (Sadoso, 2002). 6.5 Perbedaan Pengaruh Pelatihan Berjalan Dengan Tangan Jarak 5 Meter 5 Repetisi 4 Set dan 4 Repetisi 5 set Terhadap Kekuatan otot lengan Kekuatan otot lengan antar kelompok sebelum dan sesudah pelatihan yang diuji dengan uji-t tidak berpasangan menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna p > 0,05,). Ini menunjukkan bahwa data awal antara kelompok-1 dengan kelompok-2 adalah sebanding, atau dengan kata lain kondisi awal data adalah sama. Oleh karena itu perbedaan data akhir mutlak disebabkan oleh pelatihan yang diterapkan. Rerata tes akhir kekuatan otot lengan antar kelompok pelatihan tidak terjadi perbedaan yang bermakna p > 0,05, hal ini memungkinkan disebabkan oleh beberapa faktor misalnya kurangnya intensitas pelatihan, durasi, dan lamanya pelatihan. Oleh karena itu dicobalah dianalisis selisih antara sebelum dan sesudah pelatihan antar kedua kelompok. Hasil yang didapatkan dari selisih tersebut berbeda bermakna p < 0,05.

21 70 Pada pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set oleh kelompok-1 memerlukan waktu 12 detik (satu detik saat akan berjalan, merangkak. Dengan waktu istirahat aktif lima menit untuk tiap set, maka waktu yang diperlukan untuk satu kali pelatihan adalah empat menit 36 detik di luar waktu pemanasan dan pendinginan. Pelatihan pada kelompok-2 yaitu berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set memerlukan waktu sembilan detik tiap set. Dengan waktu istirahat lima menit untuk tiap set, maka waktu yang diperlukan untuk satu kali pelatihan adalah sembilan menit 36 detik di luar waktu pemanasan dan pendinginan / total waktu yang dihabiskan (pemanasan, inti, pendinginan) untuk satu hari pelatihan adalah 31 menit 36 detik untuk kelompok-1 dan 34 menit 36 detik untuk kelompok-2. Dalam melakukan gerak berjalan dengan tangan jarak 5 meter gerakan dilakukan berpasangan satu sebagai pelaku dan satu sebagai pemegang kedua kaki, kedua tangan bertumpu menopang berat badan, dilanjutnya menuju gerak ke depan melewati garis finis kembali ke garis start, gerakan ini dihitung satu repetisi, gerakan ini dilaukan seraca berulang sesuai dengan repetisi dan set masing-masing kelompok. Istirahat antar set merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam pelatihan beban. Istirahat antar set diperlukan untuk memberikan kesempatan bagi otot beristirahat agar tidak terjadi kelelahan otot. Tujuan dari waktu

22 71 pemulihan antar set adalah untuk mengisi kembali simpanan adenosin trifosfat (ATP) dan kreatinfosfat dalam otot. Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dan 4 repetisi 5 set dalam penelitian ini menggunakan waktu istirahat antar set 5 menit, dalam waktu tiga menit ini denyut nadi sudah kembali normal berdasarkan test percobaan sebelum penelitian, dengan tanpa memperhatikan kategori kebugaran fisik orang coba. Penelitian yang dilakukan oleh Fleck dan Kraemer (2007), melaporkan bahwa waktu istirahat 2-5 menit antar set adalah waktu yang paling baik (Plowman dan Smith, 2008; Nala, 2002). Berdasarkan perbedaan rerata kekuatan otot lengan tersebut, dengan persentase perbedaan rerata peningkatan hasil kekuatan otot lengan kelompok satu sebesar 36,71 % dan kelompok dua sebesar 33,62 %. Pelatihan yang telah diterapkan selama enam minggu dengan frekuensi empat kali seminggu pada kedua kelompok perlakuan menghasilkan persentase peningkatan kekuatan otot lengan yang bermakna. Tabel 5.6 menunjukkan perbedaaan rerata peningkatan kekuatan otot lengan di antara kedua kelompok diuji dengan t- test independent hasilnya menunjukkan nilai p < 0,05, pada tabel 5.5 menunjukkan persentase peningkatan kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah pelatihan. Peningkatan rerata kelompok-1 lebih besar daripada kelompok-2. Sehingga dapat dikatakan pelatihan kelompok-1 lebih baik daripada kelompok-2. Sehingga dapat dikatakan kekuatan otot lengan lebih baik pada kelompok I Dengan demikian hipotesis terbukti.

23 72 Pelatihan yang menggunakan repetisi tinggi akan menghasilkan kecepatan lebih besar dibandingkan dengan pelatihan repetisi lebih rendah. Dalam pelatihan ini, repetisi kelompok-1 lebih banyak dari kelompok-2, sehingga beban yang ditanggung kelompok-1 lebih berat pada setiap setnya. Dengan beban yang lebih berat pada setiap set secara otomatis memerlukan kemampuan dan tenaga yang lebih besar untuk menyelesaikan beban tersebut sebelum istirahat (Pate, 2004), Dengan demikian otot terbiasa melakukan beban kerja yang lebih berat. Sehingga otot beradaptasi terhadap beban kerja yang dilakukan. Selain itu gerakan berjalan dengan tangan jarak 5 meter yang dilatih berulang-ulang selam empat minggu pada masing-masing kelompok. Akan terpola pada sistem saraf pusat sebagai pengalaman sensoris. Pengalaman sensoris yang semakain sering dilakukan akan semakin kuat terpola dalam sistem saraf (Guyton dan Hall 2008). Pengulangan yang tinggi akan menjadikan pelatihan menjadi sangat efektif dan hal ini akan sangat baik untuk mengembangkan serabut otot tipe cepat yang merupakan salah satu dari waktu yang dihabiskan setiap set dan total waktu dalam satu hari pelatihan, kelompok-2 lebih lama dari kelompok- 1 dan adanya waktu istirahat yang lebih banyak karena jumlah set yang lebih banyak pada kelompok-2 dibandingkan kelompok-1. (Fox, 2007). Dengan repetisi yang lebih sedikit tiap set dan waktu istirahat yang sama antar set menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan antara waktu kerja dan istirahat

24 73 pada kelompok-2. Pemulihan yang tidak adekuat menyebabkan terjadinya penimbunan asam laktat pada set berikut (Valeo, 2009). Sehingga adaptasi yang terjadi kurang efektif dibanding kelompok-1. Beban kerja yang lebih berat tiap set pada kelompok-1 memacu tubuh/bagian tubuh untuk memenuhi kebutuhan beban kerja tersebut, baik dengan cara menambah maupun memperbesar serabut otot termasuk memenuhi kebutuhan pemakaian energi. Selain itu total waktu yang dihabiskan kelompok-1 untuk menyelesaikan jumlah beban yang sama (5 repetisi, kekuatan otot lengan Kg) dalam satu hari pelatihan lebih cepat daripada kelompok-2. Dengan total waktu yang lebih cepat dan repetisi yang lebih banyak tiap set menyebabkan kemampuan reflek yang lebih baik dan pengalaman sensoris yang lebih kuat terpola pada sistem saraf pusat. Akibat adaptasi tersebut menyebabkan pelatihan kelompok-1 menjadi lebi baik dibandingkan pelatihan kelompok-2. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suputra (2004) tentang pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter dalam meningkatkan kekuatan otot lengan pada klub sepak bola Guntur Denpasar, repetisi yang lebih banyak menghasilkan kekuatan otot lengan yang lebih baik.

25 74 Pelatihan berjalan dengan tangan 9 repetisi 4 set lebih efektif dibandingkan 6 repetisi 6 set dalam meningkatkan kekuatan otot lengan pada siswa SD No. 1 Pesanggaran (Wirata, 2010). Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter yang menitik beratkan kekuatan lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dibandingkan dengan yang menitik beratkan kecepatan (Hartanto, 2004).

26 75 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set empat kali seminggu selama enam minggu meningkatkan kekuatan otot lengan siswa SMP Negeri 9 Denpasar. Secara bermakna (p < 0,05) sebesar 36,71%. 2. Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set empat kali seminggu selama enam minggu meningkatkan kekuatan otot lengan siswa SMP Negeri 9 Denpasar. Secara bermakna (p < 0,05) sebesar 33,64 %. 3. Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set empat kali seminggu selama enam minggu lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set siswa SMP Negeri 9 Denpasar dilihat dari peningkatan selisih kekuatan otot lengan pada kedua kelompok pelatihan. 7.2 Saran Beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan temuan dan kajian dalam penelitian ini adalah : 75

27 76 1. Metode pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot lengan karena dengan tipe pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter terbukti meningkatkan kekuatan otot lengan. Bagi guru dan pembina olahraga dapat memilih pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set untuk meningkatkan kekuatan otot lengan. 2. Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang berjalan dengan tangan jarak 5 meter dengan membandingkan tempat landasan berjalan dan kecepatan yang berbeda, hal ini agar memberikan dampak yang berbeda, baik dari kerasnya landasan dan kecepatan melaju ke depan dengan tangan 3. Waktu istirahat antar set perlu disesuaikan dengan kategori kebugaran fisik subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam minggu menggunakan rencana eksperimental terhadap dua kelompok penelitian. Subjek penelitian berjumlah 20 orang

Lebih terperinci

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha PENGARUH PELATIHAN MENARIK KATROL BEBAN 5 KG DUABELAS REPETISI TIGA SET DAN SEMBILN REPETISI EMPAT SET TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN SISWA SMK-1 DENPASAR Luh Putu Tuti Ariani Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

PELATIHAN MAWASHI GERI JODAN

PELATIHAN MAWASHI GERI JODAN PELATIHAN MAWASHI GERI JODAN SIKAP KAMAE-TE DENGAN BEBAN 0,5 Kg DI KAKI DAPAT MENINGKATKAN KECEPATAN TENDANGAN PADA PELATIHAN KARATE SISWA SMP N 11 DENPASAR I Made Bagia, SE., M.Fis. Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: AISYAH LIFSANTIN NA IMA J 120 110 007

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistika yang dilakukan pada tes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini

BAB IV METODE PENELITIAN. Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan The Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini memiliki skema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

PELATIHAN LARI AMPLOP MENINGKATKAN KELINCAHAN SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA KURIKULER PENCAK SILAT SMA DWIJENDRA DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PELATIHAN LARI AMPLOP MENINGKATKAN KELINCAHAN SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA KURIKULER PENCAK SILAT SMA DWIJENDRA DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PELATIHAN LARI AMPLOP MENINGKATKAN KELINCAHAN SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA KURIKULER PENCAK SILAT SMA DWIJENDRA DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Yudhi Surya Pratama*, Yoga Parwata**, Ngurah Adi Santika***

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Latihan endurance (endurance training) merupakan model latihan yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah kegiatan yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. Atlet yang

Lebih terperinci

PELATIHAN PERMAINAN GAME TIPE A LEBIH MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEBUGARAN FISIK DIBANDINGKAN PERMAINAN GAME TIPE B PEMAIN FUTSAL IKIP PGRI BALI

PELATIHAN PERMAINAN GAME TIPE A LEBIH MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEBUGARAN FISIK DIBANDINGKAN PERMAINAN GAME TIPE B PEMAIN FUTSAL IKIP PGRI BALI PELATIHAN PERMAINAN GAME TIPE A LEBIH MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEBUGARAN FISIK DIBANDINGKAN PERMAINAN GAME TIPE B PEMAIN FUTSAL IKIP PGRI BALI Ni Luh Putu Indrawathi, S.Pd., M.Fis. Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA Oleh: Sb Pranatahadi JARUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN: Anatomi Fisiologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lapangan Hoki FIK UNY yang beralamatkan di Jalan.

Lebih terperinci

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

KONSEP Latihan kebugaran jasmani KONSEP Latihan kebugaran jasmani OLEH SUHARJANA FIK UNY1 Pengertian Latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap cabang olahraga memiliki kriteria kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang atletnya. Di cabang olahraga dayung fisik, teknik, taktik, dan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Aktifitas fisik dengan maksimal akan mengalami kelelahan. Kelelahan adalah menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang disebabkan (akibat dari)

Lebih terperinci

Volume 1, No. 1 : 8 19, Juni 2013

Volume 1, No. 1 : 8 19, Juni 2013 ABSTRAK PELATIHAN LARI INTERVAL 8 X 100 M, LEBIH BAIK DARI PELATIHAN LARI INTERVAL 4 X 200 M DAN 2 X 400 M DALAM MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 400 M SISWA SMK NEGERI 5 DENPASAR Oleh: Ni Ketut Ayu Juliasih

Lebih terperinci

KETAHANAN (ENDURANCE)

KETAHANAN (ENDURANCE) KETAHANAN (ENDURANCE) PENGERTIAN KETAHANAN Ketahanan adalah kemampuan peralatan tubuh seseorang untuk melawan kelelahan selama aktivitas berlangsung. Menurut Sukadiyanto (2002: 40) keuntungan bagi olahragawan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mencapai suatu tujuan. Menurut Surakhmad (1998: 121) menjelaskan bahwa:

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mencapai suatu tujuan. Menurut Surakhmad (1998: 121) menjelaskan bahwa: 48 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian diperlukan suatu metode. Metode perlu dilakukan agar penelitian dapat terarah sehingga dapat menjawab hipotesis yang diajukan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2, No.1 : 75 79, Agustus 2016

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2, No.1 : 75 79, Agustus 2016 PENGARUH PERMAINAN TARIK TAMBANG DALAM PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI MAHASISWA PUTRI FPOK TAHUN 2016 I Gst Ngr Agung Cahya Prananta, S.Pd., M.Fis. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI

Lebih terperinci

pinggang atau anggota badan yang diseberangkan melalui atas net. Dalam secara efektif. Teknik tersebut meliputi service, passing, dan yang terpenting

pinggang atau anggota badan yang diseberangkan melalui atas net. Dalam secara efektif. Teknik tersebut meliputi service, passing, dan yang terpenting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga voli adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang berusaha mematikan bola di lapangan lawan dengan cara dipantulkan menggunakan pinggang atau anggota badan

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi karakteristik subjek penelitian Dalam penelitian ini sampel sejumlah 40 orang yang berasal dari populasi mahasiswa Fakultas Fisioterapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masase berfungsi untuk melancarkan peredaran darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu dengan tangan tangan atau alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pendukung kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas adalah melalui olahraga. Hal ini disebabkan karena kondisi jasmani dan rohani yang kuat akan

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIGZAG RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA GUNTUR

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIGZAG RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA GUNTUR PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIGZAG RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA GUNTUR KADEK AYU SUKMAYANTI LESTARI I MADE NIKO WINAYA NYOMAN AGUS BAGIADA

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Kondisi Subjek Kondisi subjek yang diukur dalam penelitian ini meliputi karakteristik subjek dan antropometri subjek. Analisis kemaknaan terhadap karakteristik subjek dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga Prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Pengolahan data yang dilakukan pada masing-masing kelompok

BAB IV ANALISIS DATA. Pengolahan data yang dilakukan pada masing-masing kelompok 40 BAB IV ANALISIS DATA A. Hasil Penelitian Pengolahan data yang dilakukan pada masing-masing kelompok menentukan jumlah keseluruhan dari hasil penelitian. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran Accutrend

Lebih terperinci

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY Latihan aerobik bertujuan untuk memperbaiki kinerja aerobik dan anaerobik. Kinerja aerobik dan anaerobik ini dapat dicapai melalui konsumsi oksigen maksimum (VO2Max) Endurance training merupakan model

Lebih terperinci

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat SUMBER-SUMBER ENERGI DAN METABOLISME Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat

Lebih terperinci

Volume 1, No. 1 : 33 37, Juni 2013

Volume 1, No. 1 : 33 37, Juni 2013 PELATIHAN-A LEBIH BAIK DARIPADA PELATIHAN-B DALAM MENINGKATKAN KECEPATAN PUKULAN LURUS KIRI-KANAN PADA SISWA SMKN-5 DENPASAR Oleh: I Gusti Made Adi Swandana*, I Nengah Sandi** SMKN-5 Denpasar*, Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2: , Agustus 2016

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2: , Agustus 2016 PENGARUH PELATIHAN LADDER DRILL 8 REPETISI 3 SET TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI I Putu Eri Kresnayadi, S.Pd., M.Pd. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lompat Jauh Lompat jauh merupakan bagian dari nomor lompat yang bertujuan untuk berusaha memindahkan titik berat tubuh sejauh-jauhnya ke arah mendatar (horisontal ). Dalam hal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri.

METODE PENELITIAN. yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri. 3 III. METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan

Lebih terperinci

PELATIHAN FOOTWORK BULUTANGKIS 10 REPETISI 2 SET LEBIH BAIK DIBANDINGKAN 5 REPETISI 4 SET UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN

PELATIHAN FOOTWORK BULUTANGKIS 10 REPETISI 2 SET LEBIH BAIK DIBANDINGKAN 5 REPETISI 4 SET UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN PELATIHAN FOOTWORK BULUTANGKIS 10 REPETISI 2 SET LEBIH BAIK DIBANDINGKAN 5 REPETISI 4 SET UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN ABSTRAK I Putu Astrawan, N Adiputra, I Made Jawi Program

Lebih terperinci

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM:

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM: TESIS PELATIHAN BERJALAN DENGAN TANGAN JARAK 5 METER 5 REPETISI 4 SET LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT LENGAN DARI PADA 4 REPETISI 5 SET PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP NEGERI 9 DENPASAR ANAK AGUNG GEDE

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL MEGANDONG SAMBUK TERHADAP KEMAMPUAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI MAHASISWA PUTRA FPOK SEMESTER V KELAS A TAHUN 2015

PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL MEGANDONG SAMBUK TERHADAP KEMAMPUAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI MAHASISWA PUTRA FPOK SEMESTER V KELAS A TAHUN 2015 PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL MEGANDONG SAMBUK TERHADAP KEMAMPUAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI MAHASISWA PUTRA FPOK SEMESTER V KELAS A TAHUN 2015 I Gst Ngr Agung Cahya Prananta, S.Pd.,M.Fis. Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat semakin sadar terhadap pentingnya olahraga bagi kesehatan tubuh. Di berbagai kota besar sudah mulai banyak bermunculan pusatpusat kebugaran tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. digilib.uns.ac.id 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. Selama latihan fisik akan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Seluruh rangkaian penelitian ini akan dilaksanakan di Stadion Wilis Kota Madiun mulai dari pengelompokan, pengambilan sampel darah pretest,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA Bayu Sigit Gutomo (2012 66 125) Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul,

Lebih terperinci

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BEBAN LUAR DAN LATIHAN BEBAN DALAM TERHADAP KECEPATAN PUKULAN JAB-STRAIGHT PADA ATLET TINJU SASANA PERTISAR MANADO

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BEBAN LUAR DAN LATIHAN BEBAN DALAM TERHADAP KECEPATAN PUKULAN JAB-STRAIGHT PADA ATLET TINJU SASANA PERTISAR MANADO PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BEBAN LUAR DAN LATIHAN BEBAN DALAM TERHADAP KECEPATAN PUKULAN JAB-STRAIGHT PADA ATLET TINJU SASANA PERTISAR MANADO Edy. D.P. Duhe Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga Email:

Lebih terperinci

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N Dasar-Dasar Melatih dalam Olahraga Latihan adalah proses yang sistematis dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta terletak di Muja Muju, Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun 2014 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian yaitu di Kabupaten Pati, untuk wilayah dataran rendah berada di Kecamatan Jakenan dan Winong sedangkan untuk wilayah

Lebih terperinci

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi merupakan

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi merupakan 46 BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian Menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Sugiyono (2008:107) Terdapat tiga metode penelitian bila dilihat dari tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atletik merupakan dasar dari segala macam olahraga. Karena sebagian gerakannya dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga lainnya. Cabang atletik memiliki empat macam,

Lebih terperinci

LATIHAN OTOT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL-NYA PERLU MENGGUNAKAN BEBAN BEBAN : BERAT BADAN SENDIRI BEBAN YG BERASAL DARI LUAR.

LATIHAN OTOT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL-NYA PERLU MENGGUNAKAN BEBAN BEBAN : BERAT BADAN SENDIRI BEBAN YG BERASAL DARI LUAR. LATIHAN OTOT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL-NYA PERLU MENGGUNAKAN BEBAN BEBAN : BERAT BADAN SENDIRI BEBAN YG BERASAL DARI LUAR. PEMBERIAN BEBAN HARUS FISIOLOGIS, YAITU: SESUAI DGN KEMAMPUAN YG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penulis menggunakan metode eksperimen untuk membuktikan kebenaran hipotesis dan juga untuk mengetahui dampak metode latihan yang lebih baik. Eksperimen adalah

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK)

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK) LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK) OLEH SUHARJANA FIK UNY PENGERTIAN LATIHAN Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah fisiologi khususnya fisiologi otot.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah fisiologi khususnya fisiologi otot. 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah fisiologi khususnya fisiologi otot. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu Fisiologi FK

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW Ahmad Syauqy 1, Cicip Rozana Rianti 1, Siti Kumairoh 1 1) Program Studi Ilmu Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

KOMBINASI PELATIHAN CABLE MACHINE WOODCHOPPER DAN MEDICINE BALL FULL TWIST LEBIH BAIK DARIPADA KOMBINASI PUSH UP KNEE DAN SIT UP DALAM LEMPAR CAKRAM

KOMBINASI PELATIHAN CABLE MACHINE WOODCHOPPER DAN MEDICINE BALL FULL TWIST LEBIH BAIK DARIPADA KOMBINASI PUSH UP KNEE DAN SIT UP DALAM LEMPAR CAKRAM KOMBINASI PELATIHAN CABLE MACHINE WOODCHOPPER DAN MEDICINE BALL FULL TWIST LEBIH BAIK DARIPADA KOMBINASI PUSH UP KNEE DAN SIT UP DALAM LEMPAR CAKRAM I Putu Putra Suarsana, K Tirtayasa, M Muliarta Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar menguku

Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar menguku Sistem Energi Dalam Olahraga Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar mengukur seberapa besar energi

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk pemecahan atau menyelesaikan suatu masalah penelitian diperlukan suatu metode. Metode adalah suatu cara untuk mencapai tujuan. Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 3. 1. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Kolam Renang Villa Setiabudi yang berada di sebelah utara Kota

Lebih terperinci

AFC B LICENCE COACHING COURSE

AFC B LICENCE COACHING COURSE AFC B LICENCE COACHING COURSE SISTEM ENERGI Oleh: Prof. Dr. Sukadiyanto, M.Pd Guru Besar Pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta PENGERTIAN ENERGI Setiap

Lebih terperinci

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA Subagyo Irianto A. PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Oleh karena akan mendukung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Latihan Ada beberapa definisi yang diberikan para ahli dalam olahraga tentang makna dari latihan. Latihan sangat penting dalam meningkatkan prestasi siswa dalam setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dalam menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dalam menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis, dan menyimpan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph I. Sigit, Serlyana Herman Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa suplemen tradisional (alami)

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga merupakan salah satu kesatuan yang memiliki tujuan cukup luas antaranya adalah untuk prestasi, pendidikan, dan sebagai aktivitas untuk kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen kaleng lazim digunakan di dunia olahraga karena ada anggapan bahwa penggunaan oksigen kaleng mempercepat waktu istirahat menjadi pulih setelah tubuh lelah akibat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dilaksanakan di Stadion Diponegoro, Semarang. pre-test and post-test control group design.

BAB IV METODE PENELITIAN. dilaksanakan di Stadion Diponegoro, Semarang. pre-test and post-test control group design. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu fisiologi Kedokteran Olahraga. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban 1. Apa yang dimaksud dengan gerak olahraga? Gerak yang dilakukan atas dasar fakta empiris dan secara deduktif menunjukkan aktifitas gerak yang mempunyai ciri-ciri

Lebih terperinci

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dengan beberapa aturan permainan yang cukup menarik dan mudah diterima oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. selama 12 minggu pada bulan Maret - Mei rancangan penelitian pre, middle, and post test control group design.

BAB IV METODE PENELITIAN. selama 12 minggu pada bulan Maret - Mei rancangan penelitian pre, middle, and post test control group design. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah kelimuan fisiologi olahraga dan kedokteran olahraga. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian ilmiah dalam mencapai tujuannya selalau menggunakan metode. Metode yang tepat akan akan membantu dalam keberhasilan suatu penelitian.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan BAHAN AJAR Mata Kuliah : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309 Materi : Latihan A. Prinsip-prinsip latihan 1. Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip Kesiapan Prinsip Partisipasi Aktif Berlatih Prinsip Multilateral Prinsip Kekhususan (Spesialisasi) Prinsip Individualisasi Prinsip

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian secara umum dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Fisiologi khususnya Fisiologi Olahraga dan Fisiologi Respirasi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 20 orang sampel, dengan dua jenis perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan konvensional

Lebih terperinci

PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP

PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP LEBIH MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH DARI PADA PELATIHAN PLYOMETRIC BOX JUMP PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP PGRI 2 DENPASAR ABSTRAK Lompat jauh merupakan cabang atletik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian Sugiyono (2012, hlm. 72) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. penelitian Randomized Pre and Post Test Control Group Design (Pocock, 2008).

BAB IV METODE PENELITIAN. penelitian Randomized Pre and Post Test Control Group Design (Pocock, 2008). BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian Randomized Pre and Post Test Control Group Design (Pocock, 2008). Masing-masing

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. variabel umur, berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh disajikan pada. Tabel 5.1 Data Karakteristik Fisik Subjek

BAB V HASIL PENELITIAN. variabel umur, berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh disajikan pada. Tabel 5.1 Data Karakteristik Fisik Subjek BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Kondisi Subjek 5.1.1 Analisis Karakteristik Fisik Subjek Hasil analisis deskriptif terhadap data karakteristik subjek yang meliputi variabel umur, berat badan, tinggi badan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah VO 2 max adalah volume maksimal O 2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini adalah suatu tingkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan utama pada makhluk hidup, terutama manusia.tidak ada makhluk hidup bisa hidup tanpa adanya air yang di konsumsi. Karena pada proses metabolisme,

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PELATIHAN PLAIOMETRIK TERHADAP LOMPAT JAUH. Suratmin Jurusan Pelatihan Olahraga Pariwisata, Universitas Pendidikan Ganesa

PENGARUH METODE PELATIHAN PLAIOMETRIK TERHADAP LOMPAT JAUH. Suratmin Jurusan Pelatihan Olahraga Pariwisata, Universitas Pendidikan Ganesa PENGARUH METODE PELATIHAN PLAIOMETRIK TERHADAP LOMPAT JAUH Suratmin Jurusan Pelatihan Olahraga Pariwisata, Universitas Pendidikan Ganesa Abstrak Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ardle Handerson, Biomekanik dan gerakan organ tubuh, IOC Canada

DAFTAR PUSTAKA. Ardle Handerson, Biomekanik dan gerakan organ tubuh, IOC Canada DAFTAR PUSTAKA Ardle Handerson, 2002. Biomekanik dan gerakan organ tubuh, IOC Canada Astrand Bereta, 2000. Anatomy A Regional Study Of Human Structure. London: WB. Saunder Company, London Balay Caneth,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran jasmani dikemukakan

Lebih terperinci

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain Sistem Energi Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain untuk pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk

Lebih terperinci