BAB 3 PERANCANGAN AWAL INVERSE-CABAC Proses Inisialisasi untuk Variabel Context

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 PERANCANGAN AWAL INVERSE-CABAC Proses Inisialisasi untuk Variabel Context"

Transkripsi

1 BAB 3 PERANCANGAN AWAL INVERSE-CABAC Pada program JM 11.0 yang digunakan sebagai program acuan pada tugas akhir ini, algoritma binary arithmetic coding untuk modul Inverse-CABAC dimuat dalam file biaridecod.c. Proses perancangan awal arsitektur Inverse-CABAC ini selain dilakukan berdasarkan pemahaman yang didapat dari standard, juga dilakukan dengan mengidentifikasi kode C yang mendeskripsikan kerja Inverse- CABAC pada program acuan tersebut. 3.1 Proses Inisialisasi Pada standard dijelaskan bahwa sebelum memulai proses decoding diperlukan proses inisialisasi. Ada dua proses inisialisasi yang dijelaskan pada standard, yaitu proses inisialisasi variabel context dan proses inisialisasi untuk decoding engine Proses Inisialisasi untuk Variabel Context Tabel 3.1 Kode C untuk Proses Inisialisasi Variabel Context /*! ************************************************************************ * \brief * Initializes a given context with some pre-defined probability state ************************************************************************ */ void biari_init_context (struct img_par* img, BiContextTypePtr ctx, const int* ini) { int pstate; } pstate = ((ini[0]* max(0,img->qp) )>>4) + ini[1]; pstate = min (max ( 1, pstate), 126); if ( pstate >= 64 ) { ctx->state = pstate - 64; ctx->mps = 1; } else { ctx->state = 63 - pstate; ctx->mps = 0; } Kode C untuk proses inisialisasi nilai variabel context ditunjukkan pada tabel

2 Standard menjelaskan bahwa nilai state (pstateidx) dan MPS (valmps) untuk inisialisasi ini bergantung pada parameter kuantisasi (SliceQP Y). Bila nilai m dan n diberikan dalam bentuk tabel, berikut adalah algoritma yang digunakan untuk menentukan nilai state dan MPS tersebut. Tabel 3.2 Pseudo Code Penghitungan Nilai Context Model [5] 1. prectxstate = Clip3(1, 126, (( m Clip3( 0, 51, SliceQP Y )) >> 4 ) + n ) 2. if( prectxstate <= 63 ) { pstateidx = 63 - prectxstate valmps = 0 } else { pstateidx = prectxstate - 64 valmps = 1 } Dari tabel 3.2 di atas, bagian pertama fungsi inisialisasi variabel context, nilai prectxstate, dapat dibagi menjadi beberapa tahap komputasi. Pertama, perkalian nilai parameter kuantisasi (SliceQP Y) dengan nilai m. Kedua, penjumlahan hasil perkalian yang di-shift kanan dengan nilai n. Ketiga, proses clipping terhadap hasil penjumlahan, yaitu membatasi nilai ini di antara 1 sampai 126. Bagian kedua fungsi inisialisasi adalah pembentukan nilai context model dari output clipping. Dengan demikian komponen datapath untuk proses inisialiasasi context model dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Multiplier Multiplier yang dibutuhkan memiliki lebar data input masing-masing 8-bit, yaitu input pertama untuk nilai parameter kuantisasi, sedangkan input kedua untuk nilai m. Dengan demikian lebar data output multiplier adalah 16-bit. Karena output multiplier akan selalu di-shift right sebanyak 4-bit, maka nilai efektif dari multiplier yang akan diambil untuk proses berikutnya adalah 12 MSB bit. Ilustrasi untuk input dan output multiplier ini dapat dilihat pada gambar

3 Gambar 3.1 Komponen Multiplier untuk Proses Inisialisasi 2. Adder Adder yang diperlukan pada proses inisialisasi context model adalah adder 12- bit, seperti yang terlihat pada gambar 3.2. Input adder adalah 12-bit data keluaran multiplier dan nilai n. Karena nilai n adalah data 8-bit, maka data ini perlu di-sign extend terlebih dahulu sebelum menjadi input multiplier. Gambar 3.2 Komponen Adder untuk Proses Inisialisasi 3. Clipper Fungsi clipper adalah membatasi nilai keluaran proses penjumlahan pada tahap kedua proses inisialisasi agar berada pada range yang ditentukan, yaitu antara 1 sampai Smi 126 Secara fungsional, proses clipping dapat diimplementasikan dengan menggunakan dua buah komparator dan dua buah multiplexer. Akan tetapi, untuk mendapatkan rancangan hardware yang optimum dalam hal area maupun combination delay, maka bagian komparator digantikan dengan menggunakan bit processing secara hard-wired. 18

4 Berdasarkan range yang telah ditentukan, maka keluaran clipper cukup untuk direpresentasikan dalam data 8-bit. Dengan demikian untuk proses komparasi akan dilakukan berdasarkan nilai bit ke-0 sampai ke-7 dari data tersebut. a. Komparator pertama Pseudo-code untuk proses komparasi bagian pertama adalah sebagai berikut : If (mqn > 1) Sma = mqn Else Sma = 1 Dengan demikian, secara hardware, proses komparasi dapat dilakukan dengan melakukan operasi OR setiap bit mqn seperti yang terlihat pada gambar 3.3. Hasil proses OR ini digunakan sebagai sinyal kontrol untuk memilih data input atau 1. Gambar 3.3 Operasi OR sebagai Pengganti Komparator b. Komparator kedua Pseudo-code untuk proses komparasi bagian pertama adalah sebagai berikut : If (Sma > 126) Smi = 126 Else Smi = Sma 19

5 Dengan demikian, secara hardware, proses komparasi di atas dapat dilakukan dengan melakukan operasi OR bit ke-7 Smi dengan hasil operasi AND bit ke-0 sampai bit ke-6 Smi seperti yang terlihat pada gambar 3.4. Hasil operasi logika ini digunakan sebagai sinyal kontrol untuk memilih data input atau 126. Gambar 3.4 Konfigurasi OR dan AND sebagai Pengganti Komparator 4. Logic Unit untuk pembentukan context model Bagian ini merupakan tahap terakhir proses inisialisasi untuk variabel context. Dari tabel 3.2 dapat dilihat variabel context terdiri dari dua data, yaitu nilai state, berupa data 6-bit dan nilai MPS, data 1-bit. Dengan demikian, untuk proses pembentukan state dan MPS hanya akan memperhitungkan 7-bit terakhir Smi (Smi[6:0]). Proses pembentukan nilai state dan MPS dilakukan berdasarkan range nilai Smi. Pertama, nilai Smi yang lebih besar dari 63, dan kedua, nilai Smi lebih kecil atau sama dengan 63. Dengan demikian, batas pembagian range nilai Smi, yang juga menunjukkan nilai MPS, dapat diidentifikasi dari nilai Smi[6]. 20

6 Gambar 3.5 Proses Mappping untuk Pembentukan Nilai State Setelah nilai MPS diperoleh, tahap selanjutnya, yaitu pembentukan nilai state, dapat dilakukan. Pembentukan nilai state dapat digambarkan dalam data mapping seperti gambar 3.5. Bagian kiri, merupakan mapping untuk nilai MPS sama dengan 0, sedangkan bagian kanan adalah mapping untuk nilai MPS sama dengan 1. Proses mapping ini, secara fungsional, seperti ditunjukkan dalam pseudo code, dapat dilakukan dengan menggunakan substractor dan multiplexer. Akan tetapi, dengan mempertimbangkan area yang digunakan, maka proses pembentukan nilai state dilakukan dengan menggunakan rangkaian dalam bentuk gate level. Dari proses mapping terlihat bahwa, untuk nilai MPS 0 data akan di-mapping menjadi nilai 1 s complement atau hasil bit-wise NOT dari data masukan. Sedangkan untuk nilai MPS 1 data akan di-bypass. Dengan demikian, rancangan rangkaian pembentuk nilai state dan MPS dapat digambarkan seperti gambar

7 Gambar 3.6 Arsitektur Pembentuk Nilai State dan MPS Untuk proses inisialisasi context model, nilai m dan n yang diberikan dalam bentuk tabel, dapat diimplementasikan menjadi ROM, seperti yang terlihat pada gambar 3.7. ROMContext 844 x 16 bit address data Gambar 3.7 ROM Context Ada 844 nilai m dan n yang akan digunakan untuk menghitung state dan MPS yang akan membentuk context model. Dengan demikian, untuk mengakses ROM ini diperlukan input adress sepanjang 10 bit. Nilai m dan n ini sendiri panjang masing-masingnya adalah 8 bit, sehingga bila data output dari ROM ini, berupa nilai m dan n yang penulisannya disatukan, maka panjang data output ROM ini menjadi 16 bit, seperti yang diilustrasikan pada gambar berikut. Gambar 3.8 Struktur Data Output ROM Context 22

8 Nilai state dan MPS (context model) yang dihasilkan dari algoritma di atas kemudian akan disimpan ke dalam suatu memory. Nilai state maksimum pada context model ini adalah 63, yang kemudian direpresentasikan ke dalam 6 bit bilangan biner, sedangkan nilai MPS hanya 1 bit sehingga bila nilai state dan mps disatukan terlebih dahulu sebelum ditulis ke memory maka data input untuk memory ini adalah sebanyak 7 bit. Karena jumlah context model yang dihitung adalah sejumlah nilai m dan n yang disimpan di dalam ROM Context, maka dengan demikian ukuran memory yang diperlukan untuk menampung nilai state dan MPS awal adalah 7 bit x 844. Gambar 3.9 adalah diagram blok memory yang digunakan untuk menyimpan context model. RAMContext 844 x 7 bit 10 7 address data_out data_in write_enable read_enable 16 Gambar 3.9 RAM_Context Proses Inisialisasi untuk Decoding Engine Proses ini berlangsung sebelum men-decode macroblock pertama pada suatu slice atau setelah men-decode pcm_alignment_zero_bit, pcm_sample_luma, dan pcm_sample_chroma dari suatu macroblock tipe I_PCM. Output proses ini, yaitu: codirange diset sama dengan 0x01FE codioffset diset sama dengan nilai 9 bit pertama dari bitstream Standar mendefinisikan penggunaan register 16-bit untuk kedua variabel di atas, tetapi kebutuhan minimum untuk kedua variabel tersebut adalah 9 bit. Pada perancangan inverse CABAC ini, output proses ini akan disimpan pada register 16-bit. 23

9 Gambar 3.10 Register Range dan Offset Selain digunakan untuk menyimpan nilai inisialisasi yang dibutuhkan oleh decoding engine, register range dan offset ini juga digunakan untuk menyimpan nilai update range dan offset setelah proses pada decoding engine. Nilai update range dan offset ini akan digunakan untuk proses berikutnya pada decoding engine. Gambar 3.10 menunjukkan diagram blok register yang digunakan untuk menyimpan nilai range dan offset. 3.2 Tahapan pada Decoding Engine Setelah proses inisialisasi selesai, maka proses arithmetic decoding dapat dilakukan. Ada tiga mode untuk proses arithmetic decoding ini, yaitu mode normal (DecodeDecision), mode bypass (DecodeBypass), dan mode terminate (DecodeTerminate). Standard menjelaskan input dan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menjalankan proses arithmetic decoding sesuai masing-masing mode, beserta diagram alir yang dapat membantu pemahaman tentang proses yang terjadi pada decoding engine tersebut Proses Arithmetic Decoding untuk Mode Normal Input untuk proses ini adalah nilai range, offset, serta nilai state dan MPS (context model), sedangkan output proses ini adalah nilai decoded bit, dan update nilai range dan offset, serta update nilai context model. Gambar 3.11 menunjukkan diagram alir proses decoding untuk mode normal. 24

10 Proses Pengaksesan Tabel Dari diagram alir tersebut terlihat bahwa proses pertama yang dilakukan pada proses arithmetic decoding ini adalah menentukan nilai qcodirangeidx yang akan digunakan untuk mengakses tabel rangetablps, seperti dispesifikasikan dalam tabel 9-35 pada dokumen standard H.264 dari ITU-T [5]. Beberapa nilai rangerlps pada tabel rangetablps tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3. Gambar 3.11 Diagram Alir Proses Decoding untuk Mode Normal [5] Tabel 3.3 Nilai rangetablps pstateidx qcodrangeidx

11 Untuk proses decoding, nilai rangetablps seperti ditunjukkan tabel 3.3 diimplementasikan dengan ROM. Alamat ROM rlps dibentuk dari nilai qcodrangeidx dan pstateidx. Berdasarkan kemungkinan nilai qcodrangeidx dan pstateidx, maka alamat ROM dapat direpresentasikan dalam 8-bit. Proses pembentukan ROM rlps dan alamat ROM rlps diilustrasikan dalam mapping, seperti terlihat pada gambar pstateidx qcodirangeidx ROM_rLPS Address ROM_rLPS pstateidx[5:0] qcodeirangeidx[1:0] Gambar 3.12 Mapping Data dan Alamat untuk ROM rlps Selain menggunakan tabel rangetablps untuk menentukan nilai codirangelps, diagram alir proses arithmetic decoding untuk mode normal menunjukkan bahwa nilai state juga akan di-update dengan mengakses tabel. Tabel yang digunakan untuk update nilai state pada proses decoding ini dispesifikasikan dalam tabel 9-36 pada dokumen standard H.264 dari ITU-T [5]. Beberapa nilai update state untuk setiap index, ditunjukkkan pada tabel

12 Dari tabel 3.4 dapat dilihat untuk setiap nilai index, nilai state terdiri dari dua buah data, yaitu nilai state LPS dan state MPS. Nilai-nilai state tersebut, untuk realisasi rancangan Inverse CABAC diimplemetasikan dalam ROM, dimana nilai state LPS dan MPS digabung menjadi satu data. Dengan penggabungan data dalam satu alamat, maka proses decoding alamat ROM hanya diperlukan sekali saja. Dengan demikian, hasil rancangan akan memiliki area yang lebih kecil. Tabel 3.4 Nilai Update untuk State pstateidx State transidxlps transidxmps Gambar 3.13 menunjukkan pembentukan ROM state dari tabel nilai state State LPS State MPS ROM State Data Gambar 3.13 Format Data ROM state Walaupun diagram alir menunjukkan bahwa tabel rangetablps dan tabel state diakses pada urutan yang berbeda, akan tetapi secara hardware proses ini dapat dilakukan dalam clock cycle yang sama. Arsitektur pembacaan ROM rlps dan ROM State dapat dilihat pada gambar

13 Gambar 3.14 Akses ROM rlps dan ROM State Proses Update Nilai Range dan Offset Pada proses decoding, nilai range dan offset akan di-update. Dari diagram alir terlihat bahwa output proses update ini akan dipilih berdasarkan hasil perbandingan nilai offset dan range (codioffset >= codirange), seperti yang terlihat pada tabel 3.5. Selain mempengaruhi update nilai range dan offset, hasil perbandingan nilai offset dan range juga akan mempengaruhi output bit yang didecode. Tabel 3.5 Proses Update Range dan Offset Mode Normal codioffset >= codirange update Range = codirangelps update Offset = codioffset (codirange codirangelps) codioffset < codirange = codirange - codirangelps = codioffset decoded bit =!valmps = valmps Dari tabel di atas terlihat bahwa dibutuhkan 2 komponen substractor dan 2 multiplexer untuk membentuk datapath yang digunakan untuk proses update range dan offset. Arsitektur untuk proses update range dan offset ini dapat dilihat pada gambar

14 Gambar 3.15 Arsitektur Update Range dan Offset Mode Normal Proses Renormalisasi Gambar 3.16 Diagram Alir untuk Proses Renormalisasi [5] Proses berikutnya yang dilakukan pada tahap decoding adalah renormalisasi. Proses renormalisasi ditunjukkan dalam diagram alir pada gambar Dari diagram alir dapat dilihat bahwa renormalisasi dilakukan jika nilai range lebih kecil dari 0x100. Dengan demikian tahap pertama dari renormalisasi adalah pengecekan nilai range. Proses pengecekan nilai range dilakukan dengan mengggunakan operasi bit-wise nilai range. Hasil operasi logika ini digunakan sebagai salah satu sinyal kontrol yang menentukan terjadinya proses renormalisasi. Arsitektur rangkaian untuk pengecekan nilai range dapat digambarkan seperti gambar

15 Range[15:0] range[15] range[14] range[8] low_range_valid Gambar 3.17 Gate untuk Pengecekan Nilai Range Nilai renormalisasi range diperoleh dari nilai update range yang dikalikan dua, sedangkan nilai renormalisasi offset diperoleh dengan mengalikan nilai update offset dan ditambah dengan nilai bitstream. Proses renormalisasi ini diimplementasikan dengan menggunakan proses shifting, seperti diilustrasikan gambar 3.18 dan gambar Gambar 3.18 Ilustrasi Renormalisai Nilai Range offset_out[15:0] offset_out[14:0] offset_out[14:0] bitstream Gambar 3.19 Ilustrasi Renormalisasi Nilai Offset 30

16 3.2.2 Proses Arithmetic Decoding untuk Mode Bypass Input untuk proses ini adalah nilai range, offset, dan bitstream. Diagram alir proses decoding untuk mode bypass ini dapat dilihat pada gambar Gambar 3.20 Diagram Alir Proses Decoding untuk Mode Bypass [5] Dari diagram alir dapat dilihat bahwa proses decoding pada mode bypass dimulai dengan menggeser nilai codioffset ke kiri satu bit, kemudian ditambahkan dengan dengan nilai bitstream. Proses ini dapat dilihat pada gambar Gambar 3.21 Proses Shifting codioffset pada Mode Bypass Pada proses arithmetic decoding untuk mode bypass, hanya nilai offset yang akan di-update sedangkan nilai range update-nya akan selalu sama dengan nilai range inputnya. Proses update range dan offset ini dirangkum pada tabel 3.6, sedangkan arsitektur untuk proses update range dapat dilihat pada gambar

17 Tabel 3.6 Proses Update Range dan Offset Mode Bypass update Range = codirange codioffset >= codirange update Offset = codioffset codirange codioffset < codirange = codirange = codioffset decoded bit = 1 = 0 Gambar 3.22 Arsitektur untuk Proses Update Offset pada Mode Bypass Proses Arithmetic Decoding untuk Mode Terminate Diagram alir untuk proses decoding dengan mode terminate ini dapat dilihat pada gambar DecodeTerminate codirange = codirange-2 Yes codioffset >= codirange No binval = 1 binval = 0 RenormD Done Gambar 3.23 Diagram Alir Proses Decoding untuk Mode Terminate [5] 32

18 Dari diagram alir terlihat bahwa tahap pertama pada proses arithmetic decoding untuk mode terminate adalah meng-update nilai range input. Proses update nilai range ini membutuhkan komponen substractor seperti yang terlihat pada gambar berikut: Gambar 3.24 Komponen Substractor untuk Update Nilai Range Berbeda dengan proses arithmetic decoding untuk mode normal dan bypass, update nilai range dan offset tidak akan bergantung pada hasil perbandingan nilai offset dan range (codioffset >= codirange). Hasil perbandingan nilai offset dan range tersebut hanya akan mempengaruhi nilai bit yang di-decode. Pengaruh hasil perbandingan nilai offset dan range ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.7 Proses Update Range dan Offset Mode Terminate codioffset >= codirange codioffset < codirange update Range = codirange - 2 = codirange - 2 update Offset = codioffset = codioffset decoded bit = 1 = 0 Proses decoding pada mode Terminate juga membutuhkan proses renormalisasi. Tahapan proses renormalisasi pada mode Terminate sama dengan proses renormalisasi pada mode Normal, yang membedakan hanya syarat yang diperlukan untuk memulai proses renormalisasi tersebut. 33

19 Dari perancangan awal Inverse-CABAC, didapatkan komponen-komponen datapath dan format data yang diperlukan untuk proses perancangan lebih lanjut. Dari tahap ini juga dapat diidentifikasi bahwa proses Inverse-CABAC dapat dilakukan dalam beberapa blok, yaitu: 1. Blok Init Context, untuk proses inisialisasi variabel context, 2. Register Range dan Offset, untuk proses inisialisasi decoding engine dan menyimpan nilai update range dan offset, 3. Blok Arithmetic Coding, untuk proses decoding engine. Berdasarkan proses update nilai range, offset dan renormalisasi, maka proses decoding engine dilakukan oleh blok arcod dan blok bypass. Blok arcod digunakan untuk proses decoding pada mode normal dan terminate, sedangkan blok bypass digunakan untuk proses decoding pada mode bypass. 34

BAB 4 PERANCANGAN ARSITEKTUR INVERSE-CABAC

BAB 4 PERANCANGAN ARSITEKTUR INVERSE-CABAC BAB 4 PERANCANGAN ARSITEKTUR INVERSE-CABAC Bab ini membahas perancangan arsitektur Inverse-CABAC. Perancangan arsitektur CABAC meliputi perancangan datapath, unit kontrol, dan timing diagram. 4.1 Struktur

Lebih terperinci

BAB 2 STANDARD H.264/MPEG-4 DAN ALGORITMA CABAC

BAB 2 STANDARD H.264/MPEG-4 DAN ALGORITMA CABAC BAB 2 STANDARD H.264/MPEG-4 DAN ALGORITMA CABAC Pada bab ini akan dibahas tentang standard H.264/MPEG-4 secara singkat. Selain itu, bab ini akan membahas pula tentang pemakaian algoritma CABAC pada standard

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi komunikasi digital telah berkembang dengan sangat pesat. Telepon seluler yang pada awalnya hanya memberikan layanan komunikasi suara, sekarang sudah

Lebih terperinci

BAB 5 VERIFIKASI DAN SINTESIS INVERSE-CABAC

BAB 5 VERIFIKASI DAN SINTESIS INVERSE-CABAC BAB 5 VERIFIKASI DAN SINTESIS INVERSE-CABAC Setelah proses perancangan arsitektur Inverse-CABAC dan perancangan RTL dalam kode Verilog HDL selesai dilakukan, tahap berikutnya adalah memverifikasi dan sintesis

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Perangkat Lunak Analisis perangkat lunak dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu perangkat lunak yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan

Lebih terperinci

BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE

BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE Pada Bab ini dibahas mengenai penentuan algoritma, menentukan deskripsi matematis dari algoritma, pembuatan model fixed point menggunakan Matlab, dan pengukuran

Lebih terperinci

Arithmatika Komputer. Pertemuan 3

Arithmatika Komputer. Pertemuan 3 Arithmatika Komputer Pertemuan 3 2.3. Aritmetika Integer Membahas operasi aritmetika (Sistem Komplemen Dua) Penjumlahan Pengurangan Perkalian Pembagian Penjumlahan dan Pengurangan Penambahan pada complement

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN ARSITEKTUR 2K FFT-IFFT CORE

BAB 4 PERANCANGAN ARSITEKTUR 2K FFT-IFFT CORE BAB 4 PERANCANGAN ARSITEKTUR 2K FFT-IFFT CORE Pada bab ini dibahas mengenai perancangan arsitektur 2k FFT-IFFT Core berdasarkan model Matlab yang telah dibuat sebelumnya. Terdapat dua pendekatan arsitektur

Lebih terperinci

Basic Arithmetic Computing. Team Dosen Telkom University 2016

Basic Arithmetic Computing. Team Dosen Telkom University 2016 Basic Arithmetic Computing Team Dosen Telkom University 2016 Arithmetic & Logic Unit Pekerjaan : menghitung Menangani integer Bisa menangani bilangan floating point (real) dengan algortima tertentu atau

Lebih terperinci

Unit Kendali (2) CONTROL UNIT. RegDst Branch. MemRead. MemToReg. Instruction (31-26) ALUOp MemWrite. ALUSrc. RegWrite

Unit Kendali (2) CONTROL UNIT. RegDst Branch. MemRead. MemToReg. Instruction (31-26) ALUOp MemWrite. ALUSrc. RegWrite Unit Kendali MIPS Datapath #1 Unit Kendali (1) Tujuan: mengendalikan semua aktifitas prosesor, atau lebih tepatnya untuk mengendalikan semua komponen seperti ALU, PC, Register, dll Masukan: Operation Code

Lebih terperinci

ORGANISASI KOMPUTER DASAR

ORGANISASI KOMPUTER DASAR ORGANISASI KOMPUTER DASAR A. KOMPONEN SISTEM Sebuah komputer moderen/digital dengan program yang tersimpan di dalamnya merupakan sebuah system yang memanipulasi dan memproses informasi menurut kumpulan

Lebih terperinci

Dari tabel diatas dapat dibuat persamaan boolean sebagai berikut : Dengan menggunakan peta karnaugh, Cy dapat diserhanakan menjadi : Cy = AB + AC + BC

Dari tabel diatas dapat dibuat persamaan boolean sebagai berikut : Dengan menggunakan peta karnaugh, Cy dapat diserhanakan menjadi : Cy = AB + AC + BC 4. ALU 4.1. ALU (Arithmetic and Logic Unit) Unit Aritmetika dan Logika merupakan bagian pengolah bilangan dari sebuah komputer. Di dalam operasi aritmetika ini sendiri terdiri dari berbagai macam operasi

Lebih terperinci

Perancangan Rangkaian Digital, Adder, Substractor, Multiplier, Divider

Perancangan Rangkaian Digital, Adder, Substractor, Multiplier, Divider Perancangan Rangkaian Digital, Adder, Substractor, Multiplier, Divider Disusun oleh: Tim dosen SLD Diedit ulang oleh: Endro Ariyanto Prodi S1 Teknik Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom

Lebih terperinci

6. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 6.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder

6. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 6.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder 6. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial Rangkaian Logika secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu rangkaian logika Kombinasional dan rangkaian logika Sequensial. Rangkaian logika Kombinasional

Lebih terperinci

Field Programmable Gate Array (FPGA) merupakan perangkat keras yang nantinya akan digunakan untuk mengimplementasikan perangkat lunak yang telah diran

Field Programmable Gate Array (FPGA) merupakan perangkat keras yang nantinya akan digunakan untuk mengimplementasikan perangkat lunak yang telah diran DISAIN DAN IMPLEMENTASI FULL ADDER DAN FULL SUBSTRACTOR SERIAL DATA KEDALAM IC FPGA SEBAGAI PERCEPATAN PERKALIAN MATRIKS DALAM OPERASI CITRA Drs. Lingga Hermanto, MM,. MMSI., 1 Shandi Aji Pusghiyanto 2

Lebih terperinci

Rangkaian Kombinasional

Rangkaian Kombinasional 9/9/25 Tahun Akademik 25/26 Semester I DIGB3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer Rangkaian Kombinasional Mohamad Dani (MHM) E-mail: mohamaddani@gmailcom Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Kondisi pengolahan data yang telah dijabarkan sebelumnya pada bab 1 (satu) memiliki keterkaitan terhadap permasalahan yang teridentifikasi. Yaitu permasalahan terkait desain

Lebih terperinci

Arsitektur Prosesor MIPS Multi Siklus (Pertemuan ke-27)

Arsitektur Prosesor MIPS Multi Siklus (Pertemuan ke-27) Arsitektur Prosesor MIPS Multi Siklus (Pertemuan ke-27) Diedit ulang oleh: Endro Ariyanto Prodi S1 Teknik Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom April 2016 Implementasi Multisiklus Organisasi

Lebih terperinci

ARSITEKTUR SISTEM KOMPUTER. Wayan Suparta, PhD https://wayansuparta.wordpress.com/ 3 9 April 2018

ARSITEKTUR SISTEM KOMPUTER. Wayan Suparta, PhD https://wayansuparta.wordpress.com/ 3 9 April 2018 ARSITEKTUR SISTEM KOMPUTER Wayan Suparta, PhD https://wayansuparta.wordpress.com/ 3 9 April 2018 Penjumlahan dan Pengurangan Operasi Penjumlahan Operasi Pengurangan Aturan umum 0 + 0 = 0 0 + 1 = 1 1 +

Lebih terperinci

Rangkaian ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan dinamakan dengan Adder. Adder juga sering disebut rangkaian

Rangkaian ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan dinamakan dengan Adder. Adder juga sering disebut rangkaian Rangkaian ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan dinamakan dengan Adder. Adder juga sering disebut rangkaian kombinasional aritmetika Ada 3 jenis Adder : Rangkaian Adder

Lebih terperinci

PENGANTAR ORGANISASI DAN ARSITEKTUR KOMPUTER CENTRAL PROCESSING UNIT

PENGANTAR ORGANISASI DAN ARSITEKTUR KOMPUTER CENTRAL PROCESSING UNIT PENGANTAR ORGANISASI DAN ARSITEKTUR KOMPUTER CENTRAL PROCESSING UNIT ARSITEKTUR VON NEUMANN DATA BUS DATA BUS INPUT OUTPUT (I/O) UNIT CENTRAL PROCESSING UNIT ADRESS BUS MAIN MEMORY UNIT CONTROL BUS CONTROL

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PULSE TRAIN. GATES ELEMEN LOGIKA

PENDAHULUAN PULSE TRAIN. GATES ELEMEN LOGIKA LOGIKA MESIN PENDAHULUAN Data dan instruksi ditransmisikan diantara berbagai bagian prosesor atau diantara prosesor dan periperal dgn menggunakan PULSE TRAIN. Berbagai tugas dijalankan dgn cara menyampaikan

Lebih terperinci

Transfer Register. Andang, Elektronika Komputer Digital 1

Transfer Register. Andang, Elektronika Komputer Digital 1 Operasi yang berhubungan dengan data yang tersimpan di dalam register atau flip-flop dinamakan mikrooperasi (microoperation) seperti load, clear, shift, dan rotate. Load adalah operasi untuk memuati atau

Lebih terperinci

Arsitektur dan Organisasi

Arsitektur dan Organisasi Arsitektur dan Organisasi Komputer 6-1 Aditya Wikan Mahastama, S.Kom Week 9 Computer Arithmetic (1) ALU dan Operasi Integer Arithmetic & Logic Unit Arsitektur dan Organisasi Komputer Tugas ALU: Melakukan

Lebih terperinci

Bab XI, State Diagram Hal: 226

Bab XI, State Diagram Hal: 226 Bab XI, State Diagram Hal: 226 BAB XI, STATE DIAGRAM State Diagram dan State Table Untuk menganalisa gerbang yang dihubungkan dengan flip-flop dikembangkan suatu diagram state dan tabel state. Ada beberapa

Lebih terperinci

Lecture Notes Algoritma dan Pemrograman

Lecture Notes Algoritma dan Pemrograman Menukar Isi Dua Variabel (ed. ) / Lecture Notes Algoritma dan Pemrograman Menukar Isi Dua Variabel Thompson Susabda Ngoen Salah satu kegiatan pengolahan data adalah menukar isi dua variabel, misalnya pada

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN APLIKASI BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN APLIKASI Pada bab analisa dan perancangan aplikasi, penulis akan menjelaskan apa saja yang dibutuhkan untuk membuat aplikasi, menerangkan fungsi dari elemen-elemen yang

Lebih terperinci

Arsitektur Komputer. Rangkaian Logika Kombinasional & Sekuensial

Arsitektur Komputer. Rangkaian Logika Kombinasional & Sekuensial Arsitektur Komputer Rangkaian Logika Kombinasional & Sekuensial 1 Rangkaian Logika Rangkaian Logika secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu : Rangkaian Kombinasional adalah rangkaian yang kondisi

Lebih terperinci

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika Bilangan Bilangan dan Operasi Aritmatika Kuliah#8 TSK205 Sistem Digital - TA 2011/2012 Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Bilangan Sebelumnya telah dibahas tentang

Lebih terperinci

Antarmuka LCD pada DST-AVR

Antarmuka LCD pada DST-AVR Antarmuka LCD pada DST-AVR M1632 adalah merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya yang rendah. Modul ini dilengkapi dengan mikrokontroler yang didisain khusus untuk mengendalikan

Lebih terperinci

Eksekusi instruksi Tipe R, LW-SW, Beq, dan Jump (Pertemuan ke-24)

Eksekusi instruksi Tipe R, LW-SW, Beq, dan Jump (Pertemuan ke-24) Eksekusi instruksi Tipe R, LW-SW, Beq, dan Jump (Pertemuan ke-24) Diedit ulang oleh: Endro Ariyanto Prodi S1 Teknik Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom April 2016 Instruksi Instruksi disimpan

Lebih terperinci

BAB IV. Perancangan Decoder H.264

BAB IV. Perancangan Decoder H.264 BAB IV Perancangan Decoder H.264 Pada bab ini akan dibahas perancangan modul-modul H.264 berbasis modul yang telah dirancang sebelumnya yaitu Inverse Transform [3], dan Deblocking Filter [2]. Rancangan

Lebih terperinci

Eksekusi instruksi Tipe R, LW-SW, Beq, Jump, dan Model Pengalamatan (Pertemuan ke-24)

Eksekusi instruksi Tipe R, LW-SW, Beq, Jump, dan Model Pengalamatan (Pertemuan ke-24) Eksekusi instruksi Tipe R, LW-SW, Beq, Jump, dan Model Pengalamatan (Pertemuan ke-24) Diedit ulang oleh: Endro Ariyanto Prodi S1 Teknik Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom April 2016 Eksekusi

Lebih terperinci

Hanif Fakhrurroja, MT

Hanif Fakhrurroja, MT Pertemuan 6 Organisasi Komputer CPU dan Sistem Bus Hanif Fakhrurroja, MT PIKSI GANESHA, 2013 Hanif Fakhrurroja @hanifoza hanifoza@gmail.com Agenda Pertemuan 6 1 CPU 2 Sistem Bus Pendahuluan Video CPU CPU

Lebih terperinci

A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mengenal berbagai macam bentuk operator 2. Memahami penggunaan berbagai macam jenis operator yang ada di Java

A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mengenal berbagai macam bentuk operator 2. Memahami penggunaan berbagai macam jenis operator yang ada di Java PRAKTIKUM 3 OPERATOR A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mengenal berbagai macam bentuk operator 2. Memahami penggunaan berbagai macam jenis operator yang ada di Java B. DASAR TEORI Operator dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Convolutional Coding

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Convolutional Coding TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Convolutional Coding S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Oleh: Linda Meylani Agus D. Prasetyo Tujuan Pembelajaran Memahami proses encoding dan

Lebih terperinci

ARITHMETIC & LOGICAL UNIT (ALU) Arsitektur Komputer

ARITHMETIC & LOGICAL UNIT (ALU) Arsitektur Komputer ARITHMETIC & LOGICAL UNIT (ALU) Arsitektur Komputer PENDAHULUAN Empat metoda komputasi dasar yang dilakukan oleh ALU komputer : penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Rangkaian ALU dasar terdiri

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN UIMEGA 8535

BAB III PERANCANGAN UIMEGA 8535 BAB III PERANCANGAN UIMEGA 8535 3.1 ARSITEKTUR UIMEGA 8535 Arsitektur UIMega 8535 secara umum diperlihatkan pada Gambar 3.1. UIMega 8535 terdiri dari lima modul utama, yaitu modul ROM, modul instruction

Lebih terperinci

BAB VIII REGISTER DAN COUNTER

BAB VIII REGISTER DAN COUNTER BAB VIII REGISTER DAN COUNTER 8.1 Register Register adalah kumpulan dari elemen-elemen memori yang bekerja bersama sebagai satu unit. Register yang paling sederhana tidak lebih dari sebuah penyimpan kata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi dalam sepuluh tahun terakhir meningkat dengan sangat cepat. Salah satunya adalah televisi digital. Televisi digital adalah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem ini terdiri dari 2 bagian besar, yaitu, sistem untuk bagian dari panel surya ke baterai dan sistem untuk bagian dari baterai ke lampu jalan. Blok

Lebih terperinci

BAB II. Decoder H.264/AVC

BAB II. Decoder H.264/AVC BAB II Decoder H.64/AVC Pada bab ini akan dibahas tentang teori dasar dari sistem H.64, modul dan algoritma dari Inverse Block Transform, Deblocking Filter dan Motion Compensator. II. Sistem H.64 H.64

Lebih terperinci

Diktat Kuliah Organisasi dan Interaksi

Diktat Kuliah Organisasi dan Interaksi Mikroprosesor dan Antarmuka Diktat Kuliah Organisasi dan Interaksi Nyoman Bogi Aditya Karna Sisfo IMelkom bogi@imtelkom.ac.id http://bogi.blog.imtelkom.ac.id Institut Manajemen elkom http://www.imtelkom.ac.id

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Pengatur Scoring Digital Wireless Futsal Berbasis Mikrokontroller AVR ATMEGA8. Perancangan rangkaian pengatur scoring digital untuk mengendalikan score,

Lebih terperinci

2 Kecepatan Transformasi Wavelet Daubechies Empat

2 Kecepatan Transformasi Wavelet Daubechies Empat TRANSFORMASI WAVELET DAUBECHIES DENGAN MENGGUNAKAN SYSTEMC AWAL DARI DSP ENGINE Akhmad Mulyanto 0097 Abstrak. Desain VLSI DSP dalam VHDL mempunyai kendala nilai floating point yang tidak friendly, mengakibatkan

Lebih terperinci

ARSITEKTUR KOMPUTER SET INSTRUKSI

ARSITEKTUR KOMPUTER SET INSTRUKSI LOGO ASSALAMU ALAIKUM ARSITEKTUR KOMPUTER SET INSTRUKSI Disajikan Oleh : RAHMAD KURNIAWAN, S.T., M.I.T. TEKNIK INFORMATIKA UIN SUSKA RIAU Karakteristik dan Fungsi Set Instruksi Operasi dari CPU ditentukan

Lebih terperinci

untuk ASIC tinggi, algoritma harus diverifikasi dan dioptimalkan sebelum implementasi. Namun dengan berkembangnya teknologi VLSI, implementasi perangk

untuk ASIC tinggi, algoritma harus diverifikasi dan dioptimalkan sebelum implementasi. Namun dengan berkembangnya teknologi VLSI, implementasi perangk IMPLEMENTASI SERIAL MULTIPLIERS 8 BIT KE DALAM IC FPGA SEBAGAI PENDUKUNG PERCEPATAN OPERASI PERKALIAN DALAM KOMPRESI CITRA Drs. Lingga Hermanto, MMSi 1 Iman Ilmawan Muharam 2 1. Dosen Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS TEKNIK DIGITAL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS TEKNIK DIGITAL No. SIL/EKA/EKA239/22 Revisi : 00 Tgl: 21 Juni 2010 Hal 1 dari 5 MATA KULIAH : TEKNIK DIGITAL KODE MATA KULIAH : EKA 239 SEMESTER : 2 PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DOSEN PENGAMPU : UMI

Lebih terperinci

PERCOBAAN 11. CODE CONVERTER DAN COMPARATOR

PERCOBAAN 11. CODE CONVERTER DAN COMPARATOR PERCOBAAN 11. TUJUAN: Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu Memahami prinsip kerja rangkaian Converter dan Comparator Mendisain beberapa jenis rangkaian Converter dan Comparator

Lebih terperinci

STRUKTUR CPU. Arsitektur Komputer

STRUKTUR CPU. Arsitektur Komputer STRUKTUR CPU Arsitektur Komputer Tujuan Mengerti struktur dan fungsi CPU yaitu dapat melakukan Fetch instruksi, interpreter instruksi, Fetch data, eksekusi, dan menyimpan kembali. serta struktur dari register,

Lebih terperinci

CENTRAL PROCESSING UNIT (CPU) Sebuah mesin tipe von neumann

CENTRAL PROCESSING UNIT (CPU) Sebuah mesin tipe von neumann CENTRL PROCESSING UNIT (CPU) rsitektur dasar mesin tipe von neumann menjadi kerangka referensi pada komputer digital umum (general-purpose) modern. 3 bagian fundamental tersebut adalah: Data bus Data bus

Lebih terperinci

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER PERCOBAAN 10 ANALOG TO DIGITAL CONVERTER 10.1. TUJUAN : Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu Menjelaskan proses perubahan dari sistim analog ke digital Membuat rangkaian ADC dari

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital 3.1 Introduction Kebanyakan informasi yang ada di dunia nyata adalah besaran analog. Contohnya tegangan, arus listrik, massa, tekanan, suhu, intensitas cahaya dan lain sebagainya. Namun pada era masa kini

Lebih terperinci

R ANGKAIAN LOGIKA KOMBINASIONAL DAN SEQUENSIAL

R ANGKAIAN LOGIKA KOMBINASIONAL DAN SEQUENSIAL R ANGKAIAN LOGIKA KOMBINASIONAL DAN SEQUENSIAL Rangkaian Logika secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu Rangkaian logika Kombinasional dan rangkaian logika Sequensial. Rangkaian logika Kombinasional

Lebih terperinci

ARITHMETIC CODING. Arithmetic Coding

ARITHMETIC CODING. Arithmetic Coding ARITHMETIC CODING ANHAR anhar19@gmail.com Arithmetic Coding Message dibangun dari sumber S = {x 1,, x n }; Probabilitas P = {p 1,.., p n }; Pada Arithmetic coding message dikodekan sbg bilangan dari interval

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi dijital telah menunjukkan pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Dimulai sejak kurang lebih era tahun 60-an dimana suatu rangkaian

Lebih terperinci

Struktur Central Processing Unit Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Struktur Central Processing Unit Universitas Mercu Buana Yogyakarta P4 Struktur Central Processing Unit Universitas Mercu Buana Yogyakarta A. Sidiq P. 1 Program Concept Hardwired systems are inflexible General purpose hardware can do different tasks, given correct control

Lebih terperinci

2009/2010 Course Plan. SK-208 Arsitektur Komputer Ir. Syahrul, MT.

2009/2010 Course Plan. SK-208 Arsitektur Komputer Ir. Syahrul, MT. 2009/2010 Course Plan SK-208 Arsitektur Komputer Ir. Syahrul, MT. DEPARTEMEN TEKNIK INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA 2010 INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA SEMESTER GENAP 2009/2010 (SK-208)

Lebih terperinci

BAB III. Perancangan Modul Motion Compensator. III.1 Modul Motion Compensator

BAB III. Perancangan Modul Motion Compensator. III.1 Modul Motion Compensator BAB III Perancangan Modul Motion Compensator Bab ini akan membahas tentang perancangan Motion Compensator (MC). Perancangan modul ini dilakukan dalam level RTL. Pembahasan dilakukan dari top level untuk

Lebih terperinci

2.4 Sistem Penghapus Derau (Noise Canceling) Algoritma Recursive Least Square (RLS) Field Programmable Gate Array (FPGA) 16

2.4 Sistem Penghapus Derau (Noise Canceling) Algoritma Recursive Least Square (RLS) Field Programmable Gate Array (FPGA) 16 DAFTARISI FIALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING h" LEMBAR PENGESAHAN DOSENPENGUJI jij HALAMANPERSEMBAHAN jv HALAMANMOTTO v KATA PENGANTAR V1 ABSTRAKSI viii DAFTARISI ix DAFTARGAMBAR xii DAFTARTABEL

Lebih terperinci

Struktur Central Processing Unit Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Struktur Central Processing Unit Universitas Mercu Buana Yogyakarta P5 Struktur Central Processing Unit Universitas Mercu Buana Yogyakarta A. Sidiq P. 1 Program Concept Hardwired systems are inflexible General purpose hardware can do different tasks, given correct control

Lebih terperinci

MINGGU VI DATA KOMPUTER

MINGGU VI DATA KOMPUTER 1 MINGGU VI DATA KOMPUTER APA ITU DATA KOMPUTER? Informasi yang diperlukan oleh komputer untuk beroperasi. Data komputer diperlukan untuk: Menjalankan aplikasi (program) Menyimpan informasi program atau

Lebih terperinci

Hanif Fakhrurroja, MT

Hanif Fakhrurroja, MT Pertemuan 2 Organisasi Komputer Organisasi dan Arsitektur Komputer Struktur dan Fungsi Komputer Hanif Fakhrurroja, MT PIKSI GANESHA, 2013 Hanif Fakhrurroja @hanifoza hanifoza@gmail.com Arsitektur & Organisasi

Lebih terperinci

Arsitektur dan Organisasi Komputer. Set instruksi dan Pengalamatan

Arsitektur dan Organisasi Komputer. Set instruksi dan Pengalamatan Arsitektur dan Organisasi Komputer Set instruksi dan Pengalamatan Komponen Komputer Karakteristik Instruksi Mesin Instruksi mesin (machine intruction) yang dieksekusi membentuk suatu operasi dan berbagai

Lebih terperinci

Kuliah#11 TKC205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto. 11 Maret 2017

Kuliah#11 TKC205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto. 11 Maret 2017 Kuliah#11 TKC205 Sistem Digital Eko Didik Widianto Departemen Teknik Sistem Komputer, Universitas Diponegoro 11 Maret 2017 http://didik.blog.undip.ac.id/buku/sistem-digital/ 1 Review Kuliah Di kuliah sebelumnya

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) IK2134 ORGANISAI DAN ARSITEKTUR KOMPUTER Disusun oleh: PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTASI FAKULTAS INFORMATIKA TELKOM UNIVERSITY LEMBAR PENGESAHAN Rencana Semester (RPS) ini

Lebih terperinci

ARSITEKTUR DAN ORGANISASI KOMPUTER

ARSITEKTUR DAN ORGANISASI KOMPUTER ARSITEKTUR DAN ORGANISASI KOMPUTER PART 3: THE CENTRAL PROCESSING UNIT CHAPTER 9: COMPUTER ARITHMETIC PRIO HANDOKO, S.KOM., M.T.I. CHAPTER 9: COMPUTER ARITHMETIC Kompetensi Dasar Mahasiswa memiliki pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Digital Signal Processor (DSP) merupakan satu jenis prosesor dari sekian banyak prosesor yang mengimplementasikan Harvard Architecture, yang berkembang dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kompresi Data Kompresi data adalah proses mengkodekan informasi menggunakan bit atau information-bearing unit yang lain yang lebih rendah daripada representasi data yang tidak

Lebih terperinci

CENTRAL PROCESSING UNIT (CPU)

CENTRAL PROCESSING UNIT (CPU) CENTRL PROCESSING UNIT (CPU) rsitektur dasar mesin tipe von neumann menjadi kerangka referensi pada komputer digital umum (general-purpose) modern. 3 bagian fundamental tersebut adalah: Data bus Data bus

Lebih terperinci

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika Eko Didik Widianto (didik@undip.ac.id) Sistem Komputer - Universitas Diponegoro @2011 eko didik widianto (http://didik.blog.undip.ac.id) TSK205 Sistem Digital

Lebih terperinci

Pertemuan ke 5 BAB IV Sintesis Rangkaian Sekuensial (2) Deskripsi Manfaat Relevansi Learning Outcome Materi I. Rangkaian Memori Terbatas RAM dinamik

Pertemuan ke 5 BAB IV Sintesis Rangkaian Sekuensial (2) Deskripsi Manfaat Relevansi Learning Outcome Materi I. Rangkaian Memori Terbatas RAM dinamik Pertemuan ke 5 1 BAB IV Sintesis Rangkaian Sekuensial (2) Deskripsi Pada bab ini akan dibahas tentang proses Rangkaian memori terbatas, dan penentuan kelas yang berbeda Manfaat Memberikan kompetensi untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Daerah SR(Special Relay) Daerah TR(Tempory Relay) Daerah DM (Data Memory) Daerah HR(Holding Relay)..

DAFTAR ISI Daerah SR(Special Relay) Daerah TR(Tempory Relay) Daerah DM (Data Memory) Daerah HR(Holding Relay).. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PENGESAHAN. ii LEMBAR PERNYATAAN. iii KATA PENGANTAR..... iv-v UCAPAN TERIMA KASIH vi-vii DAFTAR ISI.. viii-xiii DAFTAR GAMBAR xiv-xv DAFTAR TABEL. xvi INTISARI. xvii

Lebih terperinci

CPU PERKEMBANGAN ARSITEKTUR CPU. ( Central Processing Unit )

CPU PERKEMBANGAN ARSITEKTUR CPU. ( Central Processing Unit ) CPU ( Central Processing Unit ) PERKEMBANGAN ARSITEKTUR CPU CPU terdiri dari beberapa bagian yang berbeda yang saling berintegrasi dalam membentuk fungsinya secara bersamaan. Pada bagian ini akan dibahas

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENGACAKAN CITRA MENGGUNAKAN M-SEQUENCE BERDASARKAN PARAMETER

PERANCANGAN APLIKASI PENGACAKAN CITRA MENGGUNAKAN M-SEQUENCE BERDASARKAN PARAMETER PERANCANGAN APLIKASI PENGACAKAN CITRA MENGGUNAKAN M-SEQUENCE BERDASARKAN PARAMETER Kristian Telaumbanua 1, Susanto 2 Program Studi Teknik Informatika, STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 122, 124, 140 Medan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PERKALIAN ARRAY DAN BOOTH. Hendra Setiawan 1*, Fahmi Nugraha 1. Jl. Kaliurang km.14.5, Yogyakarta 55582

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PERKALIAN ARRAY DAN BOOTH. Hendra Setiawan 1*, Fahmi Nugraha 1. Jl. Kaliurang km.14.5, Yogyakarta 55582 ANALISIS PERBANDINGAN METODE PERKALIAN ARRAY DAN BOOTH Hendra Setiawan 1*, Fahmi Nugraha 1 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang km.14.5,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 1.1 Analisa Masalah Masalah yang ingin diselesaikan pada Tahap Akhir ini antara lain adalah menerapkan algoritma Message Digest 5 (MD5) agar bisa digunakan untuk enkripsi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PAPAN IKLAN DOT MATRIX MENGGUNAKAN SMS BERBASIS MIKROKONTROLER

RANCANG BANGUN PAPAN IKLAN DOT MATRIX MENGGUNAKAN SMS BERBASIS MIKROKONTROLER RANCANG BANGUN PAPAN IKLAN DOT MATRIX MENGGUNAKAN SMS BERBASIS MIKROKONTROLER 1 Dadan Nurdin Bagenda, 2 Wahyudin 1 Program Studi Teknik Informatika STMIK LPKIA 2 Program Studi Teknik Informatika STMIK

Lebih terperinci

Dua komponen yang menjalankan proses dalam komputer, yaitu : Central Processing Unit (CPU) Memory Kedua komponen tersebut terletak pada Motherboard.

Dua komponen yang menjalankan proses dalam komputer, yaitu : Central Processing Unit (CPU) Memory Kedua komponen tersebut terletak pada Motherboard. Dua komponen yang menjalankan proses dalam komputer, yaitu : Central Processing Unit (CPU) Memory Kedua komponen tersebut terletak pada Motherboard. Merupakan papan sirkuit utama dari komputer. Penghubung

Lebih terperinci

Rangkaian Digital Kombinasional. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

Rangkaian Digital Kombinasional. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto Rangkaian Digital Kombinasional S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto Logika kombinasi Comparator Penjumlah Biner Multiplexer Demultiplexer Decoder Comparator Equality Non Equality Comparator Non Equality

Lebih terperinci

TSK505 - Sistem Digital Lanjut. Eko Didik Widianto

TSK505 - Sistem Digital Lanjut. Eko Didik Widianto Desain TSK505 - Sistem Digital Lanjut Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Sebelumnya dibahas tentang metodologi desain sistem digital menggunakan Xilinx ISE dan pengantar

Lebih terperinci

Simple As Possible (SAP) - 2. Abdul Syukur

Simple As Possible (SAP) - 2. Abdul Syukur Simple As Possible (SAP) - 2 Abdul Syukur abdulsyukur@eng.uir.ac.id http://skurlinux.blogspot.com 053740514 Arsitektur Komputer SAP-2 Persamaan dengan SAP-1 : Sama-sama komputer bit. Kesamaan ini dapat

Lebih terperinci

REPRESENTASI DATA DATA REPRESENTATION

REPRESENTASI DATA DATA REPRESENTATION ASSALAMU ALAIKUM ARSITEKTUR KOMPUTER REPRESENTASI DATA DATA REPRESENTATION Disajikan Oleh : RAHMAD KURNIAWAN,S.T., M.I.T. TEKNIK INFORMATIKA UIN SUSKA RIAU Analog vs Digital Ada dua cara dasar untuk merepresentasikan

Lebih terperinci

Karakteristik Instruksi Mesin

Karakteristik Instruksi Mesin PERTEMUAN Karakteristik Instruksi Mesin Instruksi mesin (machine intruction) yang dieksekusi membentuk suatu operasi dan berbagai macam fungsi CPU. Kumpulan fungsi yang dapat dieksekusi CPU disebut set

Lebih terperinci

Mikroprosesor. Nuryono Satya Widodo, S.T.,M.Eng. Mikroprosesor 1

Mikroprosesor. Nuryono Satya Widodo, S.T.,M.Eng. Mikroprosesor 1 Mikroprosesor Nuryono Satya Widodo, S.T.,M.Eng. Mikroprosesor 1 Mikroprosesor Mikroprosesor(µP): suatu rangkaian digital yang terdiri atas 3 bagian utama, yaitu : ALU (Arithmetic and Logic Unit), Register

Lebih terperinci

ADC ( Analog To Digital Converter Converter konversi analog ke digital ADC (Analog To Digital Convertion) Analog To Digital Converter (ADC)

ADC ( Analog To Digital Converter Converter konversi analog ke digital ADC (Analog To Digital Convertion) Analog To Digital Converter (ADC) ADC (Analog To Digital Converter) adalah perangkat elektronika yang berfungsi untuk mengubah sinyal analog (sinyal kontinyu) menjadi sinyal digital. Perangkat ADC (Analog To Digital Convertion) dapat berbentuk

Lebih terperinci

Encoder, Multiplexer, Demultiplexer, Shifter, PLA

Encoder, Multiplexer, Demultiplexer, Shifter, PLA Encoder, Multiplexer, Demultiplexer, Shifter, PLA Disusun oleh: Tim dosen SLD Diedit ulang oleh: Endro Ariyanto Prodi S1 Teknik Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom November 2015 Bahan Presentasi

Lebih terperinci

BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA

BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA 6.1 Pendahuluan Pada saat ini banyak dihasilkan mesin-mesin berteknologi tinggi seperti komputer atau kalkulator yang mampu melakukan fungsi operasi aritmatik yang cukup kompleks

Lebih terperinci

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika

Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika Representasi Bilangan dan Operasi Aritmatika Eko Didik Widianto (didik@undip.ac.id) Sistem Komputer - Universitas Diponegoro @2011 eko didik widianto (http://didik.blog.undip.ac.id) TSK205 Sistem Digital

Lebih terperinci

DASAR KOMPUTER DAN PEMROGRAMAN

DASAR KOMPUTER DAN PEMROGRAMAN BUKU AJAR DASAR KOMPUTER DAN PEMROGRAMAN oleh : RINTA KRIDALUKMANA, S.Kom, M.T. Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 2009 Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan kepada

Lebih terperinci

PENGKODEAN ARITMETIKA UNTUK KOMPRESI DATA TEKS (Arithmetic Coding for Text Compression)

PENGKODEAN ARITMETIKA UNTUK KOMPRESI DATA TEKS (Arithmetic Coding for Text Compression) 1 PENGKODEAN ARITMETIKA UNTUK KOMPRESI DATA TEKS (Arithmetic Coding for Text Compression) Bib Paruhun Silalahi, Fahren Bukhari, Solikha Nurhudayani 1 1Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN TEKNIK DIGITAL/HAL. 8 BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN ARITMATIKA BINER Operasi aritmatika terhadap bilangan binari yang dilakukan oleh komputer di ALU terdiri dari 2 operasi yaitu operasi penambahan dan

Lebih terperinci

Bilangan Bertanda (Sign Number)

Bilangan Bertanda (Sign Number) Bilangan Bertanda (Sign Number) Disusun oleh: Tim dosen SLD Diedit ulang oleh: Endro Ariyanto Prodi S1 Teknik Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom Agustus 2015 Signed Integer: Sign/magnitude

Lebih terperinci

MAKALAH MODE DAN FORMAT PENGALAMATAN SET INSTRUKSI. Nama : Annisa Christyanti Kelas : XI TJA 3 NIS :

MAKALAH MODE DAN FORMAT PENGALAMATAN SET INSTRUKSI. Nama : Annisa Christyanti Kelas : XI TJA 3 NIS : MAKALAH MODE DAN FORMAT PENGALAMATAN SET INSTRUKSI Nama : Annisa Christyanti Kelas : XI TJA 3 NIS : 3103113017 TEKNIK JARINGAN AKSES SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO TAHUN AJARAN 2014/2015 Mode dan Format

Lebih terperinci

PERCOBAAN I. ENCODER DAN DECODER PCM (Pulse Code Modulation)

PERCOBAAN I. ENCODER DAN DECODER PCM (Pulse Code Modulation) 1. Tujuan Percobaan : PERCOBAAN I ENCODER DAN DECODER PCM (Pulse Code Modulation) Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan secara praktis proses konversi sinyal DC menjadi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH

BAB III ANALISIS MASALAH BAB III ANALISIS MASALAH Bab ini membahas analisis terhadap masalah yang terdapat pada Tugas Akhir ini mencakup bagaimana proses penyisipan dan ekstraksi pesan pada citra GIF menggunakan metode adaptif,

Lebih terperinci

Arsitektur Komputer. Pertemuan ke-2 - Aritmatika Komputer >>> Sistem bilangan & Format Data - Perkembangan Perangkat Keras Komputer

Arsitektur Komputer. Pertemuan ke-2 - Aritmatika Komputer >>> Sistem bilangan & Format Data - Perkembangan Perangkat Keras Komputer Arsitektur Komputer Pertemuan ke-2 - Aritmatika Komputer >>> Sistem bilangan & Format Data - Perkembangan Perangkat Keras Komputer ARITMATIKA KOMPUTER Materi : Englander, bab 2 dan 3 Stallings, bab 8 IEEE

Lebih terperinci

M1632 MODULE LCD 16 X 2 BARIS (M1632)

M1632 MODULE LCD 16 X 2 BARIS (M1632) M1632 MODULE LCD 16 X 2 BARIS (M1632) Deskripsi: M1632 adalah merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya yang rendah. Modul ini dilengkapi dengan mikrokontroler yang didisain

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI CHIP FAST MULTIPLIER TRACHTENBERG METODE DUA JARI DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN PERANGKAT KERAS AHDL PADA EPF10K30ETC144-1

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI CHIP FAST MULTIPLIER TRACHTENBERG METODE DUA JARI DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN PERANGKAT KERAS AHDL PADA EPF10K30ETC144-1 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI CHIP FAST MULTIPLIER TRACHTENBERG METODE DUA JARI DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN PERANGKAT KERAS AHDL PADA EPF10K30ETC144-1 Thomas Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas

Lebih terperinci